Anda di halaman 1dari 61

RAHASIA

MARKAS BESAR TNI ANGKATAN DARAT Lampiran II Keputusan Danseskoad


SEKOLAH STAF DAN KOMANDO Nomor Kep/ /XII/2020
Tanggal Desember 2020

KEBIJAKAN PERTAHANAN NEGARA

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

Perkembangan Lingkungan Strategis yang terjadi setiap saat dengan


eskalasi sangat cepat tanpa ada peringatan, membutuhkan respon cepat. Untuk
itu diperlukan kebijakan pertahanan terpadu yang mengintegrasikan pertahanan
militer dan pertahanan nirmiliter guna mempertahankan dari berbagai ancaman,
meliputi: ancaman militer, ancaman nonmiliter dan ancaman hibrida baik di
dalam dari maupun di luar negeri.

Perkembangan keamanan strategis regional khususnya di Asia Pasifik dan


Indo-Pasifik, yang berdampak langsung atau tidak langsung terhadap pertahanan
dan keamanan di Indonesia. Pengaruh kondisi keamanan di Asia Pasifik dan Indo
Pasifik terhadap Indonesia antara lain karena: beberapa Negara di wilayah
tersebut memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia (China, India, Amerika
Serikat, Indonesia); kekuatan militer terbesar di dunia (China, India, Korea Utara,
Amerika Serikat); kekuatan militer termodern (Jepang, Korsel, Singapura, Amerika
Serikat); negara demokrasi terbesar (Amerika Serikat, India, Indonesia); negara
yang memiliki kekuatan nuklir (India, Pakistan, China, Korea Utara, Amerika
Serikat); negara dengan populasi muslim terbesar di dunia (Indonesia).

Revolusi Industri 5.0 telah menambah dimensi pertempuran dari darat,


laut, dan udara meluas ke ranah ruang angkasa dan ruang siber. Karakteristik
revolusi teknologi industri 5.0 diantaranya teknologi kecerdasan buatan (artificial
intelligence), big data, machine learning, sistem otomatis, dan teknologi robot.
Disisi lain kehadiran teknologi nano menyebabkan terjadinya peralihan sistem
senjata dari ukuran besar dan mahal menjadi senjata yang lebih kecil, lebih
cerdas, dan lebih murah, sebagai contoh wahana tak berawak dengan ukuran
kecil namun memiliki kekuatan destruktif yang luar biasa. Revolusi teknologi
Industri 5.0 juga mendorong penggabungan teknologi ke dalam serangkaian
sistem senjata baru yang inovatif, seperti senjata elektromagnetik (railgun), senjata
energi terarah, proyektil kecepatan tinggi, rudal hipersonik, serta teknologi rahasia
yang digunakan pada saat terjadinya perang.

RAHASIA
2

Paradigma perang modern di masa yang akan datang antara lain perang
asimetris dan perang tak terbatas yang mengandalkan kecanggihan teknologi
informasi dan komunikasi, unsur militer, serta aspek nirmiliter. Karakteristik
perang modern antara lain terjadinya ancaman secara sistematis, bersamaan dan
simultan; perang keunggulan teknologi persenjataan (network centric warfare);
perang berbasis kecerdasan buatan seperti teknologi robot telah melahirkan
perang dengan menggunakan wahana tak berawak, dan perang siber.

Kemajuan teknologi industri 5.0 juga telah meningkatkan potensi ancaman


nonmiliter. Ancaman non militer diantaranya memanfaatkan teknologi digital
yang membuat proliferasi ekonomi digital mampu menguasai perekonomian suatu
negara tanpa harus hadir secara fisik. Kemajuan teknologi komunikasi dan
informasi menjadi instrumen strategis pendorong globalisasi dan transparansi
dunia. Selain berdampak positif kemajuan teknologi industri 5.0 juga memberi
dampak negatif, antara lain serangan siber yang melumpuhkan infrastruktur
strategis, serta pencurian data dan informasi ekonomi, industri ataupun militer.
Serangan siber mampu mengakselerasi terjadinya destabilisasi situasi akibat
konten berita palsu yang menggunakan sarana media sosial, seperti perang
mindset atau perang psikologikal yang berbasis internet. Ancaman siber dapat
menjadi ancaman terbesar, karena hampir seluruh kehidupan manusia
tergantung pada internet.

Berdasarkan perkembangan lingkungan strategis tersebut, maka dapat


diprediksi adanya ancaman yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan
kebijakan pertahanan. Prediksi ancaman dapat dikategorikan menjadi tiga jenis,
yaitu ancaman militer, ancaman nonmiliter, dan ancaman hibrida. Ancaman
tersebut dapat bersifat ancaman aktual dan ancaman potensial.

Seskoad merupakan salah satu satuan dalam jajaran TNI AD yang


mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pendidikan pengembangan umum
tertinggi Angkatan Darat, pengkajian dan pengembangan strategis dalam
mendukung tugas pokok TNI AD. Dengan demikian dirasa perlu untuk
memberikan ilmu pengetahuan tentang Kebijakan Pertahanan Negara kepada
Pasis Dikreg Seskoad sesuai kurikulum yang berlaku sebagai bekal bagi perwira
siswa dalam menghadapi tugas-tugas dimasa yang akan datang.
3

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Naskah ini disusun dengan maksud untuk dijadikan


salah satu bahan ajaran bagi Perwira Siswa Dikreg Seskoad.

b. Tujuan. Agar Perwira Siswa Dikreg Seskoad memehami tentang


pengetahuan Kebijakan Pertahanan Negara sebagai bekal dalam
pelaksanaan tugas di Satuan.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Ruang Lingkup. Naskah Sekolah ini membahas tentang Mata


Pelajaran Kebijakan Pertahanan Negara.

b. Tata Urut. Naskah Sekolah ini disusun dengan tata urut sebagai
berikut :

1) Bab I. Pendahuluan
2) Bab II. Kebijakan Umum Pertahanan Negara
3) Bab III. Pokok-Pokok Kebijakan Umum Pertahanan Negara
4) Bab IV. Kebijakan Penyelenggaraan Pertahanan Negara.
5) Bab V. Pokok-pokok Kebijakan Penyelenggaraan Pertahanan
Negara.
6) Bab VI. Evaluasi Akhir Pelajaran
7) Bab VII. Penutup

4. Dasar.

a. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

b. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional


Indonesia.

c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025.

d. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan.

e. Undang-Undang Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya


Nasional Untuk Pertahanan Negara.

f. Peraturan Presiden RI Nomor 66 Tahun 2019 tentang Susunan


Organisasi Tentara Nasional Indonesia.

g. Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 2019 tentang Pembentukan


Komando Gabungan Wilayah Pertahanan dan Peningkatan Status 23 (dua
puluh tiga) Komando Resort Militer dari tipe B menjadi tipe A.
4

h. Peraturan Presiden RI Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan


Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

i. Peraturan Menteri Pertahanan RI Tahun 2019 tentang Kebijakan


Umum Pertahanan Negara Tahun 2020-2024.

5. Pengertian.
a. Kebijakan. Adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi
pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,
kepemimpinan dan cara bertindak.
b. Pertahanan Negara. Adalah segala usaha untuk mempertahankan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan negara.
c. Sistem Pertahanan Negara. Adalah sistem pertahanan yang bersifat
semesta yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan sumber daya
nasional lainnya serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan
diselenggarakan secara total, terpadu, terarah dan berlanjut untuk
menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan
segenap bangsa dari segala ancaman.
d. Kebijakan Umum. Adalah menyiapkan ketetapan kebijakan yang
menyangkut tujuan penggunaan kekuatan Tentara Nasional Indonesia
sebagai komponen utama beserta komponen pertahanan lainnya.
e. Ancaman. Adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dalam negeri
maupun luar negeri yang dinilai membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah negara dan keselamatan segenap bangsa.
f. Ancaman Aktual. Merupakan ancaman militer, ancaman nonmiliter
dan ancaman hibrida sebagaimana berkembang saat ini, dan cenderung
terus berlanjut dalam beberapa tahun ke depan, baik yang berasal dari
dalam negeri maupun luar negeri, dengan implikasi kedaulatan negara,
keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman tersebut
antara lain: pelanggaran wilayah perbatasan/intervensi asing, separatisme
dan pemberontakan bersenjata, terorisme dan radikalisme, ancaman siber,
ancaman intelijen atau spionase, ancaman perang mindset, serangan
senjata biologis, bencana alam dan lingkungan, perompakan dan pencurian
kekayaan alam, wabah penyakit, peredaran dan penyalahgunaan narkoba,
serta dampak revolusi teknologi industri. Dari ancaman aktual saat ini,
ancaman nonmiliter berkembang lebih dominan sehingga perlu
kewaspadaan nasional tinggi dari seluruh komponen bangsa.
5

g. Ancaman Potensial. Merupakan konflik terbuka atau perang


konvensional, antara dua kekuatan angkatan bersenjata atau lebih,
sebagaimana masih terjadi di beberapa belahan dunia dengan eskalasi
cepat. Indonesia tidak terlepas dari potensi ancaman ini, oleh karena itu
perlu meningkatkan kewaspadaan nasional.

h. Landasan Historis. Adalah seperangkat konsep peraturan


perundang-undangan yang menjadi titik tolak sistem pendidikan Indonesia,
yang menurut Undang-Undang Dasar 1945 meliputi : Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia, Ketetapan MPR, Peraturan Pemerintah,
Ketetapan Presiden dan lain-lain.

i. Landasan Yuridis. Adalah seperangkat konsep peraturan


perundang-undangan yang menjadi titik tolak sistem pendidikan Indonesia,
yang menurut Undang-Undang Dasar 1945 meliputi : Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia, Ketetapan MPR, Peraturan Pemerintah,
Ketetapan Presiden dan lain-lain.

j. Landasan Konsepsional. Merupakan bagian dari definisi-definisi


yang berisi penjelasan dari konsep yang kita gunakan.

k. Anggaran. Merupakan suatu rencana yang disusun secara


sistematis dalam bentuk angka dan dinyatakan dalam unit moneter yang
meliputi seluruh kegiatan suatu instansi/badan/lembaga/perusahaan
untuk jangka waktu (periode) tertentu di masa yang akan datang.
6

BAB II

KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA

6. Umum. Fakta demografis dan posisi geografis Indonesia adalah negara


kepulauan dengan sebaran penduduk dan pembangunan belum merata, serta
keragaman bangsa Indonesia dapat berpotensi disintegrasi nasional. Oleh karena
itu dibutuhkan kewaspadaan nasional untuk menghindari terjadinya konflik.

Keragaman bangsa Indonesia berpotensi menjadi modalitas strategis apabila


integrasi nasional telah terwujud. Nilai kearifan lokal Indonesia yang sangat
beragam seperti gotong-royong, musyawarah mufakat, keramahan, tenggang rasa,
moderasi dan toleransi, tolong menolong, sopan santun, dan kesederhanaan telah
menjadi ciri khas pola kehidupan bangsa Indonesia. Kemampuan menyerap dan
mengakomodasi perubahan serta modernitas dengan terus menjaga nilai kearifan
dan keunggulan lokal juga menjadi tantangan yang perlu mendapat perhatian
besar.

Tata kehidupan baru yang bersifat global disamping berkembang menjadi


faktor pendorong perubahan dunia, juga berimplikasi menimbulkan berbagai
bentuk tantangan dan ancaman global yang harus dihadapi Indonesia seperti
serangan siber, intelijen atau spionase, wahana tidak berawak seperti drone,
pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence), separatisme, terorisme dan
radikalisme, berbagai bentuk peperangan baru dan perang proksi, dinamika
ekonomi digital, keamanan transnasional, penguasaan sumber daya alam,
proliferasi senjata pemusnah massal dan perlombaan senjata konvensional, serta
berbagai ancaman baru yang akan muncul kemudian. Dari berbagai ancaman
yang berkembang, serangan siber menjadi salah satu ancaman yang memerlukan
perhatian, mengingat sifatnya yang nonatribusional menyebabkan musuh
potensial atau kompetitor strategis tidak dapat teridentifikasi dengan jelas.

Berdasarkan perkembangan lingkungan strategis tersebut, maka dapat


diprediksi adanya ancaman yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan
kebijakan pertahanan. Prediksi ancaman dapat dikategorikan menjadi tiga jenis,
yaitu ancaman militer, ancaman nonmiliter, dan ancaman hibrida. Ancaman
tersebut dapat bersifat ancaman aktual dan ancaman potensial yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:

a. Ancaman Aktual.

Ancaman aktual merupakan ancaman militer, ancaman nonmiliter


dan ancaman hibrida sebagaimana berkembang saat ini, dan cenderung
terus berlanjut dalam beberapa tahun ke depan, baik yang berasal dari
dalam negeri maupun luar negeri, dengan implikasi kedaulatan negara,
7

keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman tersebut


antara lain: pelanggaran wilayah perbatasan/intervensi asing, separatisme
dan pemberontakan bersenjata, terorisme dan radikalisme, ancaman siber,
ancaman intelijen atau spionase, ancaman perang mindset, serangan
senjata biologis, bencana alam dan lingkungan, perompakan dan pencurian
kekayaan alam, wabah penyakit, peredaran dan penyalahgunaan narkoba,
serta dampak revolusi teknologi industri.

Dari ancaman aktual saat ini, ancaman nonmiliter berkembang lebih


dominan sehingga perlu kewaspadaan nasional tinggi dari seluruh
komponen bangsa.

b. Ancaman Potensial.

Ancaman potensial merupakan konflik terbuka atau perang


konvensional, antara dua kekuatan angkatan bersenjata atau lebih,
sebagaimana masih terjadi di beberapa belahan dunia dengan eskalasi
cepat. Indonesia tidak terlepas dari potensi ancaman ini, oleh karena itu
perlu meningkatkan kewaspadaan nasional.

7. Landasan Kebijakan Umum Pertahanan Negara. Kebijakan Umum


Pertahanan Negara Tahun 2020-2024 mengacu pada landasan Historis, landasan
Yuridis dan landasan Konseptual yang berlaku di Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

a. Landasan Historis.

Sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut,


mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan telah merefleksikan nilai
heroik, patriotik, dan nasionalisme. Nilai tersebut terwujud dalam rasa
persaudaraan, senasib sepenanggungan, gotong-royong, musyawarah untuk
mufakat, keuletan, ketangguhan, percaya kepada kekuatan sendiri, tidak
kenal menyerah, serta rela berkorban. Nilai luhur tersebut telah dilahirkan
sejak jaman kerajaan di Nusantara, hingga momentum Kebangkitan
Nasional Tahun 1908, Sumpah Pemuda Tahun 1928, serta mencapai
momentum puncak pada proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus
1945. Aktualisasi nilai luhur bangsa Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, disamping telah berhasil
menyatukan kebhinnekaan bangsa Indonesia dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pada kenyataannya
juga telah mampu membentuk karakter bangsa yang diyakini dan dipelihara
sampai saat ini seperti cinta tanah air, pantang menyerah dan sebagainya.
8

Keberhasilan bangsa Indonesia dalam mempertahankan Negara


Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari ancaman agresi negara penjajah
dan berbagai konflik internal telah menunjukkan arti penting persatuan dan
kesatuan bangsa serta kemanunggalan tentara dengan rakyat. Perang
gerilya yang menggunakan sistem pertahanan melingkar (Wehrkreise)
melalui penyiapan kantong pertahanan telah mengilhami lahirnya Sistem
Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata), melibatkan
seluruh sumber daya dan warga negara dalam upaya mempertahankan
kelangsungan negara.

Sistem pertahanan yang bersifat semesta merupakan


pengejawantahan Sishankamrata yang menerapkan totalitas pengerahan
seluruh sumber daya dan seluruh komponen bangsa untuk ikut terlibat
secara nyata dalam pertahanan dan keamanan negara. Sishankamrata dan
nilai luhur yang terlahir dari perjalanan sejarah perjuangan bangsa menjadi
bagian jelas yang mengamanatkan landasan penting yang mendasari
Kebijakan Umum Pertahanan Negara Tahun 2020-2024.

b. Landasan Yuridis.

Kebijakan membangun sistem pertahanan negara telah diamanatkan


secara berjenjang dalam sistem peraturan perundang-undangan. Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat (3) dan
Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) tegas mengamanatkan setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara, tiap-tiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara, dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung.

Amanat konstitusi lebih lanjut dijabarkan secara sistematis dalam


Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara yang
menjelaskan bahwa sistem pertahanan negara adalah sistem pertahanan
yang bersifat semesta melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan
sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh
pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan
berkelanjutan untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah,
dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman.
9

Pengelolaan sistem pertahanan negara menjadi salah satu fungsi


pemerintahan negara yang ditujukan untuk melindungi kepentingan
nasional dan mendukung kebijakan nasional di bidang pertahanan, yang
dalam praktek sistem ketatanegaraan, menjadi wewenang dan tanggung
jawab presiden melalui penetapan Kebijakan Umum Pertahanan Negara
sebagai acuan dalam perencanaan, penyelenggaraan, dan pengawasan
sistem pertahanan negara.

Dalam menghadapi ancaman militer menempatkan militer/Tentara


Nasional Indonesia sebagai komponen utama didukung komponen
cadangan dan komponen pendukung. Sementara itu dalam menghadapi
ancaman nonmiliter menempatkan kementerian dan lembaga di luar bidang
pertahanan serta pemerintah daerah sebagai unsur utama sesuai bentuk
dan sifat ancaman, didukung unsur lain dari kekuatan bangsa.

c. Landasan Konsepsional.

1) Penyelenggaraan Pertahanan Negara.

Pertahanan negara diselenggarakan dengan


mempertimbangkan dinamika perkembangan lingkungan strategis
yang berimplikasi terhadap munculnya berbagai dinamika peluang,
ancaman, tantangan maupun hambatan yang perlu diidentifikasi dan
diantisipasi melalui analisis akurat atas berbagai faktor yang
berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kepentingan
nasional. Ancaman yang semakin kompleks dan multidimensional
memerlukan pendekatan pertahanan dan keamanan negara secara
sistematis, tidak hanya bertumpu pada kementerian yang
bertanggung jawab di bidang pertahanan, namun juga menempatkan
seluruh kementerian, lembaga serta pemerintah daerah menjadi
bagian integral di dalamnya, melibatkan segenap komponen bangsa.

Penyelenggaraan pertahanan negara harus didasarkan pada


prinsip demokrasi, hak asasi manusia, kesejahteraan umum,
lingkungan hidup, hukum nasional, hukum dan kebiasaan
internasional, hidup berdampingan secara damai dengan
memperhatikan kondisi geografis Indonesia sebagai negara
kepulauan, serta memperhatikan prinsip kemerdekaan, kedaulatan,
dan keadilan sosial.
10

Pertahanan negara diselenggarakan secara terpadu mencakup


pertahanan militer dan pertahanan nirmiliter dalam suatu sistem
pertahanan bercirikan kerakyatan, kesemestaan, dan kewilayahan.
Kerakyatan mengandung makna orientasi pertahanan dilaksanakan
bersama rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Kesemestaan
mengandung makna seluruh sumber daya nasional didayagunakan
bagi upaya pertahanan. Sedangkan, kewilayahan mengandung makna
penggelaran kekuatan pertahanan dilaksanakan dalam konsep
“Indonesia Sentris” yaitu didistribusikan ke seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia sesuai kondisi geografi dan kepentingan
strategis nasional seperti untuk mengawal dan memastikan bahwa
pembangunan nasional berjalan aman. Dengan demikian, sistem
pertahanan negara yang bersifat semesta mengandung makna hakiki
melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional
yang dipersiapkan sejak dini dan dilaksanakan secara total, terpadu,
terarah, dan berlanjut oleh pemerintah.

Pertahanan Militer merupakan pertahanan untuk menghadapi


ancaman militer yang menggunakan kekuatan bersenjata yang
terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan yang
membahayakan kedaulatan Negara, keutuhan wilayah Negara dan
keselamatan segenap bangsa.

Pertahanan Militer dilaksanakan dengan menempatkan


Komponen Utama (Tentara Nasional Indonesia) melalui konsep
Trimatra Terpadu, didukung oleh Komponen Cadangan dan
Komponen Pendukung.

Pertahanan Nirmiliter merupakan pertahanan untuk


menghadapi ancaman nonmiliter yang dapat membahayakan atau
berimplikasi mengancam pertahanan negara. Ancaman n o n m iliter
berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi,
keselamatan umum dan legislasi, yang berasal dari dalam negeri
maupun luar negeri.

Pertahanan nirmiliter dilaksanakan dengan menempatkan


kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah sebagai unsur utama
disesuaikan dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi,
didukung oleh unsur-unsur lain kekuatan bangsa.
11

2) Geopolitik dan Geostrategi.

Geopolitik Indonesia adalah Wawasan Nusantara, yang


merefleksikan cara pandang bangsa Indonesia, yang dijiwai nilai
Pancasila dan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 serta
memperhatikan sejarah dan budaya tentang diri dan lingkungan
keberadaannya yang sarwanusantara dalam memanfaatkan kondisi
dan konstelasi geografi, dengan menciptakan tanggung jawab,
motivasi, dan rangsangan bagi seluruh bangsa Indonesia, yang
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan
wilayah pada penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional. Wawasan Nusantara
memiliki dua arah pandang. Arah pandang ke dalam ditujukan
kepada kesatuan wilayah, sedangkan arah pandang ke luar ditujukan
untuk menjamin kepentingan nasional dan ikut dalam melaksanakan
ketertiban dunia.

Geostrategi Indonesia pada dasarnya adalah strategi nasional


bangsa Indonesia dalam memanfaatkan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagai ruang hidup nasional untuk mengarahkan
agar kebijakan serta sasaran pembangunan dirumuskan untuk
melindungi serta mencapai kepentingan nasional dan tujuan nasional.
Geostrategi Indonesia diwujudkan dalam Ketahanan Nasional sebagai
suatu kondisi dinamis bangsa yang memiliki keuletan dan
ketangguhan serta mampu mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi serta mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan,
dan tantangan yang datang dari dalam maupun luar negeri, baik
secara langsung maupun tidak langsung, yang berpotensi
membahayakan integritas, identitas, serta kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara serta perjuangan.

3) Kepentingan Nasional.

Pertahanan negara ditujukan untuk menjaga dan melindungi


kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), serta keselamatan segenap bangsa dari segala
bentuk ancaman. Dalam pelaksanaannya pertahanan negara dikelola
secara sistematis melalui sistem pertahanan negara sebagai salah
satu fungsi pemerintah untuk melindungi kepentingan nasional, serta
mendukung kebijakan pertahanan nasional dengan memperhatikan 3
(tiga) kaidah pokok:
12

a) tata kehidupan masyarakat bangsa dan negara Indonesia


berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

b) upaya pencapaian tujuan nasional dilaksanakan melalui


pembangunan nasional yang berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, dan berketahanan nasional berdasarkan wawasan
nusantara; dan

c) sarana yang digunakan adalah seluruh potensi dan


kekuatan nasional yang didayagunakan secara menyeluruh dan
terpadu.

Kepentingan nasional terdiri atas: melindungi segenap bangsa


Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia

8. Evaluasi.

a. Jelaskan secara singkat landasan yuridis kebijakan


penyelenggaraan pertahanan negara tahun 2020 – 2024 !

b. Jelaskan apa yang dimaksud dengan landasan konsepsional


yaitu Doktrin Pertahanan dan Keamanan rakyat semesta !

c. Jelaskan secara singkat kaidah pokok kebijakan pertahanan


nasional !
13

BAB III
POKOK-POKOK KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA

9. Umum. Dalam rangka mewujudkan kebijakan umum pertahanan


negara dilaksanakan melalui pokok-pokok kebijakan umum pertahanan militer
yang meliputi komponen utama, komponen cadanganan komponen pendukung
dan pokok-pokok kebijakan umum pertahanan nirmiliter meliputi unsur utama
dan unsur lain kekuatan bangsa yang dilaksaakan oleh kementerian, lembaga dan
pemerintah daerah.

10. Pokok-pokok Kebijakan Umum Pertahanan MIliter.

Kebijakan umum pertahanan militer meliputi Komponen Utama, Komponen


Cadangan dan Komponen Pendukung diarahkan pada terbangunnya sistem
pertahanan negara yang modern, TNI profesional, terlaksananya adopsi dan
inovasi teknologi alat utama sistem senjata (Alutsista), meningkatnya
kemandirian industri pertahanan, serta mendorong penganggaran dan belanja
pertahanan menjadi investasi pertahanan.

a. Kebijakan Pembangunan.

1) Kebijakan Pembangunan Karakter.

Pembangunan karakter bangsa diselenggarakan dengan usaha


bela negara melalui pendidikan kewarganegaraan berupa Pembinaan
Kesadaran Bela Negara (PKBN), pengabdian sebagai prajurit Tentara
Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib, pengabdian
menjadi Komponen Cadangan, dan pengabdian sesuai profesi.
Pembangunan Karakter bangsa dalam pertahanan militer diarahkan
kepada Komponen Utama, Komponen Cadangan dan Komponen
Pendukung.

Usaha bela negara merupakan fondasi Sishankamrata, yang


dilaksanakan guna membangun daya tangkal dan kesiapsiagaan
dalam menghadapi dinamika ancaman yang semakin kompleks dan
multidimensional.

2) Kebijakan Pembangunan Postur

Postur pertahanan militer terdiri atas postur Komponen Utama,


Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung.

Pembangunan postur Komponen Utama diarahkan untuk


mewujudkan keterpaduan kekuatan, kemampuan, dan penggelaran
14

kekuatan Tentara Nasional Indonesia, dengan memperhatikan wilayah


pertahanan, daerah perbatasan, daerah rawan, dalam rangka
mendukung pelaksanaan defensif aktif, pembangunan sumber daya
manusia yang profesional, adaptif, dan responsif terhadap dinamika
perkembangan lingkungan strategis konflik, dan pulau tepencil sesuai
kondisi geografis, meliputi:

a) pembangunan sumber daya manusia yang profesional,


adaptif, dan responsif terhadap dinamika perkembangan
lingkungan strategis, diselenggarakan melalui peningkatan
pendidikan dan pelatihan serta adopsi dan adaptasi teknologi
baru;

b) mewujudkan percepatan pemenuhan kekuatan pokok


minimum/Minimum Essential Force (MEF) Tentara Nasional
Indonesia tahap III, sehingga terbentuk kekuatan penangkal
efektif, mendukung strategi defensif aktif yang dapat
diproyeksikan untuk menyelesaikan masalah-masalah di luar
wilayah yuridiksi NKRI; dan

c) integrasi pembangunan jaringan sistem pertahanan


Trimatra Terpadu (tiga matra secara terpusat) guna menunjang
kebijakan poros maritim dunia menuju kekuatan maritim yang
disegani di kawasan berbasis prinsip defensif aktif dalam
melindungi kepentingan nasional.

Pembangunan postur Komponen Cadangan dan Komponen


Pendukung diarahkan pada pembentukan Komponen Cadangan guna
memperkuat Komponen Utama, dan peningkatan kualitas serta
kuantitas komponen pendukung.

3) Kebijakan Pembangunan Kelembagaan.

Pembangunan kelembagaan diarahkan pada optimalisasi,


penataan, penguatan, serta pembentukan pertahanan militer
terintegrasi dengan pertahanan nirmiliter dalam kerangka pengeolaan
sistem pertahanan negara, melalui:

a) penataan sistem pertahanan militer secara terpadu,


termasuk di wilayah Kalimantan Timur sebagai lokasi baru
ibukota Negara;
15

b) penataan dan penguatan koordinasi pertahanan di daerah


guna membangun sumber daya nasional secara lebih
komprehensif untuk kepentingan pertahanan negara; dan

c) penguatan kapasitas lembaga intelijen dalam peningkatan


kualitas koordinasi dan deteksi dini, peringatan dini dan cegah
dini melalui kerja sama dengan institusi terkait di dalam dan
luar negeri serta pemerintah daerah.

4) Kebijakan Pembangunan Wilayah Pertahanan.

Pembangunan wilayah pertahanan diarahkan untuk


mewujudkan wilayah pertahanan berorientasi Indonesia sentris,
dengan memperhatikan dan mengutamakan pembangunan wilayah
pertahanan daerah perbatasan, daerah rawan konflik, pulau terpencil
dan terluar/terdepan menuju tercapainya Indonesia sebagai negara
maritim yang mandiri, maju, dan kuat dalam melindungi kepentingan
nasional.

Pembangunan wilayah pertahanan diselenggarakan sesuai


konsep pertahanan wilayah dalam bentuk pertahanan wilayah yang
berdasarkan asas Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta
(Hankamrata) serta berprinsip pada pertahanan defensif yang
mengedepankan pertahanan pulau-pulau besar, penataan kawasan
strategis nasional dan pembangunan wilayah perbatasan dan pulau-
pulau kecil terluar/terdepan.

Pembangunan wilayah pertahanan diselenggarakan melalui:

a) penataan gelar kekuatan Tentara Nasional Indonesia di


seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
mengedepankan pulau-pulau besar serta dapat menguasai
choke point / selat-selat strategis sebagai pintu masuk
kedaulatan NKRI yangdiproyeksikan jauh ke depan selaras
dengan arah pembangunan nasional.

b) pembangunan wilayah pertahanan secara terintegrasi


antara unsur Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melalui
sinkronisasi penataan ruang wilayah nasional dan daerah
dengan tata ruang wilayah pertahanan;

c) penataan kawasan strategis nasional diarahkan untuk


memperkuat wilayah pertahanan dan keamanan Negara;
16

d) meningkatkan peran Badan Nasional Pengelola


Perbatasan (BNPP) dalam mengelola wilayah perbatasan negara,
terintegrasi dengan peran dan fungsi kementerian, lembaga,
serta pemerintah daerah;

e) memperkuat kehadiran Tentara Nasional Indonesia di


wilayah perbatasan dan Pulau-Pulau Kecil Terluar/Terdepan,
termasuk peningkatan gelar kekuatan Tentara Nasional
Indonesia di pulau-pulau kecil terluar/terdepan yang bersifat
strategis;

f) membangun pangkalan militer yang dilengkapi sarana


prasarana pelaksanaan tugas sesuai dinamika beban tugas,
didukung fasilitas kehidupan sosial, kesehatan, pendidikan
yang memadai sesuai konsep sinkronisasi penataan gelar
kekuatan Tentara Nasional Indonesia dengan pembangunan
nasional;

g) optimalisasi diplomasi penyelesaian masalah perbatasan


negara, serta masalah terkait bidang pertahanan lainnya secara
damai; dan

h) mempercepat penyelesaian Air Defense Identification Zone


(ADIZ) sesuai batas-batas ruang udara dan yurisdiksi yang
menjadi wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

5) Kebijakan Pembangunan Teknologi dan Industri Pertahanan.

a) Pembangunan teknologi pertahanan diarahkan untuk


mendukung penguatan sistem pertahanan negara yang
berimplikasi positif bagi pengembangan industri pertahanan
dalam kerangka pemenuhan Minimum Essential Force (MEF) dan
pemenuhan postur di masa depan, yang meliputi:

(1) menguasai teknologi kunci pada tujuh program


prioritas yaitu pesawat tempur, kapal selam, propelan,
roket, peluru kendali, radar, dan tank berukuran sedang;

(2) membangun teknologi pendukung daya gempur,


daya gerak, penginderaan, maupun peperangan elektronik
dan siber;

(3) membangun teknologi siber pertahanan dengan


mengedepankan pembangunan sumber daya manusia,
17

disertai integrasi kekuatan siber militer dengan siber


nirmiliter;

(4) membangun teknologi informasi dan komunikasi


penguatan sistem pertahan negara, melalui pembentukan
Network Centric Warfare; dan

(5) membangun teknologi pertahanan antariksa


melalui kerja sama dengan Lembaga Antariksa dan
Penerbangan Nasional (LAPAN), serta kementerian dan
lembaga terkait lainnya, melalui pengembangan satelit
komunikasi, navigasi, dan positioning; penginderaan jarak
jauh; serta intelijen pengamatan, dan pengawasan.

b) Pembangunan Industri Pertahanan di arahkan untuk


mewujudkan Industri Pertahanan yang maju, kuat, mandiri dan
berdaya saing, yang dilaksanakan melalui:

(1) menyusun Rencana Induk Industri Pertahanan;

(2) melaksanakan kewajiban menggunakan alat


peralatan pertahanan produksi dalam negeri secara
akuntabel dan transparan. Dalam hal alat peralatan
pertahanan belum dapat dipenuhi industri pertahanan
dalam negeri maka pengadaan produk luar negeri terlebih
dahulu diusulkan melalui Komite Kebijakan Industri
Pertahanan sesuai mekanisme ketentuan perundang-
undangan;

(3) meningkatkan kualitas produksi, perluasan usaha


dan kapasitas industri pertahanan;

(4) meningkatkan pelaksanaan penelitian,


pengembangan dan rekayasa dengan melibatkan unsur
lembaga penelitian dan pengembangan, perguruan tinggi,
pengguna dan industri alat utama yang mendukung
industri pertahanan;

(5) meningkatkan kerja sama dengan industri


pertahanan negara lain melalui pendidikan, pelatihan, alih
teknologi, penelitian, pengembangan perekayasaan,
produksi, pemasaran serta pembiayaan; dan
18

(6) memperbaiki manajemen industri pertahanan


meliputi peningkatan produktivitas, daya saing, kapasitas
produksi agar mampu bersaing dalam skala global.

6) Kebijakan Pembangunan Kerja Sama Internasional.

Kebijakan kerja sama internasional diarahkan untuk


membangun dan memelihara rasa saling percaya, saling
menghormati, dan saling menguntungkan, melalui pelaksanaan
diplomasi dan kerja sama pertahanan, dalam kerangka kebijakan
politik luar negeri yang bebas aktif guna meningkatkan peran dan
posisi tawar Indonesia dalam forum dan organisasi regional maupun
internasional, demi mendukung pencapaian kepentingan nasional.
Pembangunan kerjasama internasional dilaksanakan dengan:

a) menguatkan kerja sama pertahanan guna menunjang


Indonesia sebagai poros maritim dunia;

b) meningkatkan peran Indonesia dalam pelaksanaan tugas


perdamaian dunia;

c) meningkatkan peran aktif Indonesia sebagai anggota PBB;

d) meningkatkan kerja sama pendidikan dan pelatihan


untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang
pertahanan;

e) meningkatkan kepemimpinan Indonesia di Association of


Southeast Asian Nations (ASEAN) dalam menjaga pertahanan
dan keamanan kawasan dia Asia Tenggara dan Indo-Pasifik;

f) meningkatkan kerjasama di Kawasan Pasifik Selatan


ditujukan guna memelihara integritas wilayah NKRI; dan

g) meningkatkan kerja sama pengamanan kawasan guna


memperkuat pengamanan wilayah kedaulatan negara.

b. Kebijakan Pembinaan Kemampuan.

Pembinaan kemampuan pertahanan militer diarahkan pada


kemampuan Komponen Utama, yang didukung Komponen Cadangan dan
Komponen Pendukung dengan mengacu pada Trimatra Terpadu meliputi:

1) Komponen Utama kebijakan pembinaan kemampuan melalui:

a) matra darat diarahkan untuk mampu mewujudkan


kesiapan postur Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat,
19

penguasaan teknologi informasi dan komunikasi, penggunaan


alat utama sistem senjata (Alutsista) dengan teknologi tinggi,
kemampuan operasi;

b) matra laut diarahkan melindungi, menjaga dan


menegakan kedaulatan di laut, dan diplomasi Angkatan Laut
sesuai kebijakan politik luar negeri; dan

c) matra udara diarahkan untuk meningkatkan kapabilitas


pengawasan dan penjagaan ruang udara nasional dan sebagian
ruang udara regional, mampu melaksanakan penjagaan ruang
udara nasional, merintis pemanfaatan ruang angkasa, memberi
dukungan operasi matra lainnya.

2) Komponen Cadangan diarahkan untuk membentuk bala


Komponen Cadangan, sehingga terwujud kekuatan cadangan efektif
yang dapat memperkuat Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat,
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut dan Tentara Nasional
Indonesia Angkatan Udara; dan

3) Komponen Pendukung diarahkan untuk meningkatkan kualitas


dan kuantitas dalam usaha pertahanan Negara.

c. Kebijakan Pengerahan dan Penggunaan Kekuatan

Pengerahan dan penggunaan kekuatan Tentara Nasional Indonesia


diarahkan untuk kepentingan pertahanan negara dan/atau mendukung
kepentingan nasional melalui:

1) dalam menghadapi ancaman militer, menempatkan TNI sebagai


komponen utama yang didukung komponen cadangan dan komponen
pendukung;

2) dalam Menghadapi ancaman hibrida, diselenggarakan


dengan pola pertahanan militer didukung kekuatan pertahanan
nirmiliter, yang dikoordinasikan oleh Menteri Pertahanan;

3) pelaksanaan tugas perdamaian dunia, diselenggarakan oleh


Tentara Nasional Indonesia bersama kementerian dan lembaga
sesuai bidang tugas dan fungsinya atas permintaan dari
Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui Resolusi Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa Bangsa, Organisasi Internasional dan atau
Organisasi Regional, sesuai arah kebijakan politik luar negeri
Indonesia; dan
20

4) pemberian bantuan kepada negara sahabat dan pembebasan


WNI sesuai kepentingan politik Negara.

5) dalam pelaksanaan tugas Operasi Militer Selain Perang


(OMSP), berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara.

d. Kebijakan Regulasi. Kebijakan regulasi diarahkan pada:

1) percepatan pembentukan undang-undang bidang pertahanan


berkualitas yang masuk dalam Program Legislasi Nasional Jangka
Menengah 2020 – 2024, mengedepankan semangat deregulasi dan
debirokratisasi;

2) percepatan pembentukan peraturan perundang-undangan yang


didelegasikan oleh peraturan perundang-undangan di bidang
pertahanan; dan

3) percepatan pembentukan peraturan perundang-undangan


dalam rangka ratifikasi perjanjian internasional yang melindungi
kepentingan nasional.

e. Kebijakan Anggaran. Kebijakan anggaran diarahkan untuk


memenuhi kebutuhan pengelolaan pertahanan negara secara efektif dan
efisien melalui:

1) mengarahkan anggaran untuk pembangunan kekuatan


pertahanan dan pemenuhan kebutuhan alutsista sejalan dengan
penguatan kemandirian industri pertahanan secara terencana dan
terpadu;

2) mengarahkan anggaran untuk digunakan dalam pemenuhan


kebutuhan yang bersifat produktif dan berimplikasi positif bagi
peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pendidikan di bidang
pertahanan;

3) memanfaatkan anggaran bidang pertahanan untuk memacu


industri pertahanan hulu sampai hilir dalam kerangka pemenuhan
target Minimum Essential Force (MEF); dan

4) mengarahkan belanja pertahanan menjadi investasi pertahanan


sesuai perkembangan teknologi dengan mengutamakan penggunaan
produk industry dalam negeri.

f Kebijakan Pengawasan. Kebijakan Pengawasan diarahkan pada:


21

1) pencegahan penyalahgunaan anggaran, menjamin transparansi


dan akuntabilitas pengelolaan anggaran, serta memastikan target
yang telah ditetapkan tercapai secara efektif dan efisien; dan

2) pencapaian tata kelola pertahanan yang baik dengan


mengedepankan reformasi birokrasi secara tepat.

11. Pokok-pokok Kebijakan Umum Pertahanan Nirmiliter.

Kebijakan umum pertahanan Nirmiliter meliputi unsur utama dan unsur


lain kekuatan bangsa yang dilaksanakan oleh kementerian, lembaga dan
pemerintah daerah diarahkan pada terbangunnya sistem pertahanan negara yang
modern, dan pendayagunaan segala sumber daya baik sumber daya manusia,
sumber daya alam dan buatan, sarana prasarana, nilai, teknologi serta dana
untuk meningkatkan kemampuan pertahanan nirmiliter.

a. Kebijakan Pembangunan melalui:

1) Kebijakan Pembangunan Karakter Bangsa.

Melalui tahap revolusi mental, yang diarahkan pada


terbentuknya karakter dan mental manusia Indonesia yang cinta
kerja keras, kreatif, inovatif, jujur, tidak koruptif dan menghormati
orang lain. Pembangunan karakter bangsa ditujukan kepada elite
politik, birokrat, maupun rakyat yang dilaksanakan melalui:

a) revolusi mental dalam sistem pendidikan yang ditekankan


pada nilai integritas, etos kerja, gotong royong, dan budi pekerti,
diantaranya melalui: kewajiban untuk menjadi anggota
kepramukaan, menyelenggarakan upacara bendera, dan
mengucapkan pancasila pada saat upacara bendera;

b) revolusi mental pada sistem sosial yang ditekankan pada


membudayakan nilai luhur bangsa dalam institusi keluarga
serta interaksi antar warga;

c) meningkatkan pendidikan mental karakter bangsa


mengedepankan penanaman nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai
agama sebagai nilai luhur berbangsa dan bernegara melalui
metode pembelajaran inovatif; dan

d) usaha bela negara melalui pendidikan kewarganegaraan


berupa pembinaan kesadaran bela negara (PKBN) dan
pengabdian sesuai profesi.
22

Pembangunan karakter bangsa dilaksanakan melalui program


antara lain melanjutkan Gerakan Indonesia Bersatu, fokus pada
peningkatan perilaku yang mendukung kehidupan demokrasi
Pancasila; peningkatan perilaku toleran serta kerukunan inter dan
antar umat beragama; peningkatan perilaku yang mendukung
kesadaran nasionalisme, patriotisme dan kesetiakawanan sosial;
memastikan seluruh kebijakan mendukung terwujudnya persatuan
dan kesatuan bangsa; peningkatan perilaku yang mencerminkan
pengakuan dan perlindungan terhadap kaum minoritas, marjinal dan
berkebutuhan khusus; peningkatan dukungan terhadap inisiatif dan
peran masyarakat dalam pembangunan; peningkatan perilaku kerja
sama inter dan antar lembaga, komponen masyarakat dan lintas
sektor; peningkatan penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran
yang mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa; penyelenggaraan
pendidikan agama yang mengajarkan keragaman, toleransi dan budi
pekerti; dan peningkatan peran lembaga agama, keluarga dan media
publik dalam persemaian nilai-nilai budi pekerti, toleransi dan hidup
rukun.

2) Kebijakan Pembangunan Postur.

Pembangunan postur pertahanan nirmiliter meliputi kekuatan,


kemampuan dan gelar kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah
sebagai unsur utama dan unsur lain dari kekuatan bangsa sehingga
mampu menghadapi setiap dinamika ancaman yang terjadi.

a) Pembangunan kekuatan terdiri atas pembangunan


sumber daya manusia, sarana dan prasarana di sektor masing-
masing terintegrasi dengan pembangunan nasional.

b) Pembangunan kemampuan dilaksanakan melalui


peningkatan profesionalisme Sumber Daya Manusia dan
peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana
kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah dengan
memanfaatkan perkembangan teknologi. Pembangunan
kemampuan diarahkan untuk mewujudkan:

(1) kewaspadaan dini, kesadaran bela negara,


kemampuan diplomasi, penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi, ketahanan ekonomi dan sosial, penguatan
moral, dan kemampuan lain untuk mendukung
penyelenggaraan pertahanan Negara;
23

(2) kesadaran dan peran serta rakyat sebagai unsur


kekuatan bangsa dalam pertahanan negara sesuai
profesi, pengetahuan, dan keahlian; dan

(3) daya tangkal dan daya tahan bangsa dalam


menghadapi setiap ancaman dan dinamika perubahan
lingkungan.

c) Pembangunan gelar kekuatan pertahanan nirmiliter


diarahkan pada penempatan sumber daya manusia dan sarana
prasarana secara proporsional pada titik potensi ancaman
sesuai dinamika pergeseran ancaman dengan memperhitungkan
dampak dan eskalasi sesuai tugas dan fungsi masing-masing
kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah.

3) Kebijakan Pembangunan Kelembagaan.

Pembangunan kelembagaan pada pertahanan nirmiliter


diarahkan untuk menata kementerian, lembaga, dan pemerintah
daerah sebagai unsur utama dan unsur lain kekuatan bangsa guna
menghadapi setiap ancaman. Penataan tersebut dilaksanakan secara
terstruktur, sistematis, dan terintegrasi dengan unsur kekuatan
bangsa terkait sesuai dengan jenis dan bentuk ancaman yang
dihadapi. Dalam hal penanggulangan ancaman nonmiliter
memerlukan dukungan Tentara Nasional Indonesia, maka
penyelenggaraannya dilaksanakan melalui mekanisme pertahanan
nirmiliter.

Pembangunan kelembagaan dilaksanakan melalui penataan


dan penguatan unsur utama dan unsur lain kekuatan bangsa sesuai
dengan tugas dan tanggung jawab kementerian, lembaga, dan
pemerintah daerah dihadapkan pada dimensi dan jenis ancaman.

4) Kebijakan Pembangunan Kerja Sama.

Kerja sama antara kementerian, lembaga, dan pemerintah


daerah diarahkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
mekanisme dan proses kerja agar terselenggara lebih cepat dan tepat
melalui koordinasi, kolaborasi, integrasi, dan sinkronisasi antara
unsur utama dan unsur lain kekuatan bangsa dalam menghadapi
ancaman nonmiliter sesuai tugas dan fungsinya. Kewenangan dan
mekanisme penyelenggaraan pertahanan nirmiliter sebagai berikut:

a) Unsur Utama dilakukan dengan:


24

(1) menyusun dan/atau menyelaraskan Kebijakan dan


Strategi untuk menangkal dan menanggulangi ancaman
sesuai dimensi dan jenis ancaman;

(2) menyusun dan/atau menyelaraskan rencana


program penangkalan dan penanggulangan ancaman
sesuai dimensi dan jenis ancaman;

(3) melaksanakan pencegahan dan menanggulangi


ancaman bersama unsur lain kekuatan bangsa sebagai
unsur pendukung sesuai dimensi dan jenis ancaman; dan

(4) menginventarisasi dan mengkaji isu strategis yang


berpotensi menjadi ancaman sesuai dimensi dan jenis
ancaman.

b) Unsur lain kekuatan bangsa (unsur pendukung)


dilakukan dengan:

(1) membantu dan/atau memberikan masukan kepada


Unsur Utama dalam menyusun dan/atau menyelaraskan
kebijakan dan strategi untuk menangkal dan
menanggulangi ancaman sesuai tugas dan fungsinya;

(2) berkoordinasi dengan Unsur Utama dalam rangka


menyelaraskan penyusunan rencana program
penangkalan dan penanggulangan penanganan ancaman
sesuai tugas dan fungsinya;

(3) mendukung unsur utama dalam pencegahan dan


penanggulangan ancaman sesuai tugas dan fungsinya;

(4) memberikan dukungan data dan informasi kepada


unsur utama dalam inventarisasi dan pengkajian isu
strategis yang berpotensi menjadi ancaman sesuai tugas
dan fungsinya; dan

(5) mengkaji isu strategis yang berpotensi menjadi


ancaman sesuai tugas dan fungsinya.

5) Kebijakan Industri Pertahanan

Pembangunan industri pertahanan diarahkan untuk


kemandirian dalam pemenuhan alat peralatan yang digunakan guna
memperkuat pertahanan nirmiliter melalui perbaikan dalam
manajemen industri pertahanan meliputi peningkatan produktivitas,
daya saing, dan kapasitas produksi.
25

b. Kebijakan Pembinaan Kemampuan

Pembinaan kemampuan pertahanan nirmiliter ditujukan untuk


menjamin terselenggaranya sistem pertahanan nirmiliter oleh unsur utama
dan unsur lain kekuatan bangsa yang diarahkan untuk:

1) mendayagunakan segala sumber daya baik sumber daya


manusia, sumber daya alam dan buatan, sarana prasarana, nilai,
teknologi serta dana untuk meningkatkan kemampuan pertahanan
nirmiliter disesuaikan dengan fungsi, tugas dan tanggung jawab tiap-
tiap kementerian, lembaga dan pemerintah daerah;

2) menyelenggarakan pembinaan pada masing-masing


Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah selaras dengan aspek
pertahanan negara;

3) meningkatkan kemampuan unsur utama dan unsur lain


kekuatan bangsa dalam menghadapi ancaman nonmiliter melalui
koordinasi, sinergi dan menjamin interoperabilitas dengan aspek
pertahanan Negara; dan

4) mewujudkan pelaksanaan penanganan ancaman nonmiliter


oleh unsur utama dan unsur lain kekuatan bangsa yang profesional,
cepat, tepat, sistematis dan terukur.

c. Kebijakan Penggunaan dan pemanfaatan sumber daya nasional.

Kebijakan penggunaan dan pemanfaatan sumber daya nasional


diarahkan pada pemanfaatan sumber daya manusia, sumber daya alam,
sumber daya buatan dan sarana prasarana yang dikelola oleh kementerian,
lembaga dan pemerintah daerah dalam menghadapi ancaman nonmiliter
dan dalam menghadapi kondisi tertentu.

Dalam menghadapi ancaman nonmiliter, menempatkan Kementerian,


Lembaga di luar bidang pertahanan disesuaikan jenis dimensi ancaman dan
pemerintah daerah sebagai unsur utama didukung oleh Tentara Nasional
Indonesia dan unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa. Dalam menghadapi
kondisi tertentu untuk melindungi kepentingan nasional, diselenggarakan
oleh kementerian, lembaga dan pemerintah daerah baik sebagai unsur
utama maupun unsur lain kekuatan bangsa, dengan mengedepankan unsur
utama dan unsur lain kekuatan bangsa terkait sesuai jenis dimensi
ancaman sebagai penangkal dan penindak setiap bentuk ancaman, serta
memulihkan kondisi lingkungan dan masyarakat.
26

Penggunaan dan pemanfaatan sumber daya dikerahkan secara


berjenjang oleh kementerian, lembaga dan pemerintah daerah sesuai zona
kewenangan dan intensitas ancaman.

d. Kebijakan Regulasi.

Kebijakan regulasi dalam pertahanan nirmiliter diarahkan untuk


mewujudkan deregulasi dan debirokratisasi pada kementerian, lembaga,
dan pemerintah daerah.

e. Kebijakan Anggaran.

Kebijakan anggaran diarahkan pada belanja modal produktif


pertahanan nirmiliter secara efektif dan efisien pada kementerian, lembaga
dan pemerintah daerah guna meningkatkan profesionalisme dalam
penangkalan dan penanggulangan ancaman nonmiliter.

f. Kebijakan pengawasan, pengendalian dan unsur instansi yang


bertanggung jawab penanganan ancaman nirmiliter, meliputi:

1) kebijakan pengawasan diarahkan pada:

a) pencegahan penyalahgunaan anggaran, menjamin


transparansi dan akuntabilitas pengelolaan anggaran, serta
memastikan target yang telah ditetapkan tercapai secara efektif
dan efisien; dan

b) pencapaian tata kelola pertahanan nirmiliter yang baik


dengan mengedepankan reformasi birokrasi secara tepat.

2) kebijakan Pengendalian dalam pertahanan nirmiliter


dilaksanakan oleh Kementerian yang menyelenggarakan fungsi
sinkronisasi dan koordinasi urusan kementerian sesuai tugas dan
fungsi; dan

3) unsur instansi yang bertanggung jawab dalam penanganan


sesuai dimensi dan jenis ancaman nonmiliter:

12. Evaluasi.

a. Jelaskan secara singkat Kebijakan Pembangunan Wilayah


Pertahanan !
27

b. Jelaskan secara singkat Kebijakan Pembangunan Teknologi dan


Industri Pertahanan!

c. Jelaskan secara singkat Kebijakan Penggunaan dan pemanfaatan


Sumber Daya Nasional !

BAB IV
KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PERTAHANAN NEGARA

13. Umum. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


Pasal 30 ayat (2) menetapkan bahwa usaha pertahanan dan keamanan negara
dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta
(Sishankamrata). Sesuai dasar tersebut, kebijakan pertahanan negara tidak
dapat ditinjau hanya dari perspektif pertahanan semata, namun dalam
pengelolaannya merupakan satu kesatuan konseptual pertahanan dan keamanan
yang bulat dan utuh.

Pertahanan negara merupakan salah satu fungsi pemerintahan, yang


diselenggarakan melalui sistem pertahanan negara yang bersifat semesta dengan
melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional serta
sarana prasarana nasional dan dilaksanakan secara total, terpadu, terarah, dan
berlanjut. Oleh karenanya, Presiden selaku penyelenggara fungsi pemerintahan
menetapkan Kebijakan Umum Pertahanan Negara dalam rangka mempersiapkan
pertahanan negara yang mampu merespon berbagai ancaman.

Pengelolaan sistem pertahanan negara diwujudkan melalui kebijakan umum


pertahanan negara yang ditetapkan Presiden setiap lima tahun sekali. UU Nomor
3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara menyebutkan bahwa Kebijakan Umum
Pertahanan Negara menjadi acuan bagi perencanaan, penyelenggaraan, dan
pengawasan sistem pertahanan negara. Oleh karena itu Kebijakan Umum
Pertahanan Negara perlu dijabarkan ke dalam kebijakan penyelenggaraan
pertahanan negara.

Kebijakan penyelenggaraan pertahanan negara ini disusun sebagai


pedoman bagi Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia (TNI)
dalam mewujudkan pertahanan negara yang tangguh meliputi kebijakan
pembangunan, pembinaan kemampuan, pengerahan dan penggunaan kekuatan,
legislasi, perencanaan dan anggaran serta pengawasan.
28

14. Landasan Kebijakan Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Guna


menghadapi ancaman yang mungkin timbul sangat diperlukan penyelenggaraan
pertahanan negara yang handal serta mempunyai daya tangkal yang tinggi.
Kebijakan penyelenggaraan pertahanan negara memerlukan landasan hukum
agar dapat berjalan dengan baik.

Kebijakan Penyelenggaraan Pertahanan Negara Tahun 2020-2024 mengacu pada


landasan yuridis dan landasan konsepsional, sebagai berikut :

a. Landasan Yuridis.

1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan


Negara. Pertahanan negara diselenggarakan melalui usaha
membangun dan membina kemampuan, daya tangkal negara dan
bangsa, serta menanggulangi setiap ancaman. Pertahanan negara
dikelola oleh pemerintah dan dipersiapkan secara dini dengan sistem
pertahanan negara dengan mendayagunakan sumber daya dan sarana
prasarana nasional yang diatur dengan Undang-Undang. Dalam
pengelolaan sistem pertahanan negara, Pasal 16 menyatakan bahwa
Menteri Pertahanan menetapkan kebijakan tentang penyelenggaraan
pertahanan negara berdasarkan kebijakan umum pertahanan negara
yang ditetapkan Presiden.

2) UU Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan.


Berdasarkan UU Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan,
Penyelenggaraan Industri Pertahanan bertujuan: 1) Mewujudkan
Industri Pertahanan yang profesional, efektif, efisien, terintegrasi, dan
inovatif; 2) Mewujudkan kemandirian pemenuhan Alat Peralatan
Pertahanan dan Keamanan; dan 3) Meningkatkan kemampuan
memproduksi Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan, jasa
pemeliharaan yang akan digunakan dalam rangka membangun
kekuatan pertahanan dan keamanan yang andal. Berdasarkan tujuan
tersebut, maka terdapat beberapa fungsi dalam penyelenggaraan
Industri Pertahanan, yaitu: 1) Memperkuat Industri Pertahanan; 2)
Mengembangkan teknologi Industri Pertahanan yang bermanfaat bagi
pertahanan, keamanan, dan kepentingan masyarakat; 3)
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja; 4)
Memandirikan sistem pertahanan dan keamanan negara; dan 5)
Membangun dan meningkatkan sumber daya manusia yang tangguh
29

untuk mendukung pengembangan dan pemanfaatan Industri


Pertahanan.

3) UU Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara. Dalam UU


Wilayah Negara pada pasal 4 disebutkan bahwa Wilayah negara terdiri
atas wilayah darat, wilayah perairan, dasar laut, dan tanah di
bawahnya serta ruang udara di atasnya, termasuk seluruh sumber
kekayaan yang terkandung di dalamnya. Lebih lanjut dijelaskan pada
pasal 5 bahwa Batas Wilayah Negara di darat, perairan, dasar laut
dan tanah di bawahnya serta ruang udara di atasnya ditetapkan atas
dasar perjanjian bilateral dan/atau trilateral mengenai batas darat,
batas laut, dan batas udara serta berdasarkan peraturan perundang-
undangan dan hukum internasional. Pengelolaan dan pemanfaatan
Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan menjadi wewenang
Pemerintah dan pemerintah daerah berwenang.

4) UU nomor 34 tahun 2004 tentang TNI. Pasal 3 dalam UU TNI


menegaskan bahwa dalam pengerahan dan penggunaan kekuatan
militer, TNI berkedudukan di bawah Presiden. Sedangkan dalam
kebijakan dan strategi pertahanan serta dukungan administrasi, TNI
di bawah koordinasi Kementerian Pertahanan. Terkait dengan
kedudukan TNI tersebut, maka untuk memperjelas dalam
implementasinya perlu dituangkan dalam kebijakan penyelenggaraan
pertahanan negara.

5) UU Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir


dan Pulau-Pulau Kecil. Pasal 5 dalam UU ini menyebutkan bahwa
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil meliputi kegiatan
perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian terhadap
interaksi manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan Masyarakat dan menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selanjutnya pada
Pasal 6 diterangkan bahwa Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil wajib dilakukan dengan cara mengintegrasikan kegiatan:
antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah; antar-Pemerintah Daerah;
antarsektor; antara Pemerintah, dunia usaha, dan Masyarakat; antara
Ekosistem darat dan Ekosistem laut; dan antara ilmu pengetahuan
dan prinsip-prinsip manajemen. Terkait dengan hal tersebut agar
tercapai sinergitas pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil,
30

khususnya dengan kebijakan pertahanan, maka perlu dijabarkan


melalui kebijakan penyelenggaraan pertahanaan negara.

6) Peraturan Presiden tentang Rencana Pembangunan Jangka


Menengah Nasional (RPJMN) 2020 - 2024. RPJMN 2020-2024 bidang
pertahanan dan keamanan mengusung isu strategis yaitu
peningkatan kapasitas pertahanan negara dan stabilitas keamanan
nasional. Isu strategis tersebut menjadi bagian dalam membangun
sistem pertahanan dan keamanan negara yang sinergis dan integratif.

7) Peraturan Presiden tentang Kebijakan Umum Pertahanan


Negara Tahun 2020-2024. Kebijakan Umum Pertahanan Negara
meliputi segala upaya untuk membangun, memelihara, serta
mengembangkan secara terpadu dan terarah segenap komponen
pertahanan negara. Kebijakan Umum Pertahanan Negara Tahun
2020-2024 dijadikan sebagai pedoman bagi perencanaan,
penyelenggaraan, dan pengawasan sistem pertahanan negara. Pokok-
pokok Kebijakan Umum Pertahanan Negara meliputi Kebijakan
Pembangunan Pertahanan Negara, Kebijakan Pembinaan Kemampuan
Pertahanan Negara, Kebijakan Pengerahan dan Penggunaan Kekuatan
Pertahanan Negara, Kebijakan Regulasi Pertahanan Negara, Kebijakan
Perencanaan dan Anggaran Pertahanan Negara, dan Kebijakan
Pengawasan Pertahanan Negara.

b. Landasan Konsepsional.

1) Doktrin Pertahanan dan Keamanan rakyat semesta.


Pertahanan dan keamanan negara diselenggarakan melalui
Sishankamrata, yang didasarkan pada kesadaran terhadap hak dan
kewajiban seluruh warga negara serta keyakinan akan kekuatan
sendiri. Sishankamrata dilaksanakan dengan melibatkan seluruh
rakyat dan segenap sumber daya nasional, sarana dan prasarana
nasional, serta seluruh wilayah negara sebagai satu kesatuan
pertahanan yang utuh dan menyeluruh dalam tatanan kehidupan
berbangsa dan bernegara.

2) Prinsip-Prinsip Pertahanan Negara. Penyelenggaraan


pertahanan negara harus didasarkan pada prinsip-prinsip pertahanan
negara, terdiri atas: demokrasi, hak asasi manusia, kesejahteraan
umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum nasional, hukum dan
kebiasaan internasional, serta hidup berdampingan secara damai
31

dengan memperhatikan kondisi geografis Indonesia sebagai negara


kepulauan.

3) Integrasi Komponen Pertahanan Negara. Integrasi komponen


pertahanan negara dapat dilakukan dengan tahapan koordinasi,
kerjasama, kolaborasi dan interoperabilitas dalam sishankamrata
yang merupakan sistem pertahanan bersifat semesta yang
memadukan pertahanan militer dan pertahanan nirmiliter.
Pertahanan militer diselenggarakan untuk menghadapi ancaman
militer dengan menempatkan TNI sebagai komponen utama yang
didukung oleh komponen cadangan dan komponen pendukung.
Pertahanan nirmiliter diselenggarakan untuk menghadapi ancaman
nonmiliter dengan menempatkan Kementerian, Lembaga di luar
bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan
sifat ancaman yang didukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan
bangsa termasuk TNI dan Pemerintah Daerah (Pemda). Dalam
menghadapi ancaman hibrida, menerapkan pola pertahanan militer
dengan menempatkan TNI sebagai komponen utama didukung oleh
Kementerian, Lembaga terkait dan unsur lain kekuatan bangsa
termasuk Pemda diformasikan berdasarkan kemampuan secara
profesional dan proporsional.

15. Visi dan Misi Pertahanan Negara Tahun 2020-2024.

a. Visi, Terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan


berkepribadian, berlandaskan gotong-royong.

b. Misi, diantara misi pemerintahan tahun 2020-2024, khususnya yang


berkaitan langsung dengan bidang pertahanan, antara lain adalah
Perlindungan Bagi Segenap Bangsa dan Memberikan Rasa Aman pada
Seluruh Warga, dilaksanakan melalui program sebagai berikut:

1) Melanjutkan Haluan Politik Luar Negeri yang Bebas Aktif,

2) Melanjutkan Transformasi Sistem Pertahanan yang Modern dan


TNI yang Profesional,

3) Melanjutkan Reformasi Keamanan dan Intelejen Yang


Profesional dan Terpercaya.

16. Evaluasi.
32

a. Jelaskan secara singkat landasan yuridis kebijakan


penyelenggaraan pertahanan negara tahun 2020 – 2024 !

b. Jelaskan apa yang dimaksud dengan landasan konsepsional


yaitu Doktrin Pertahanan dan Keamanan rakyat semesta !

c. Jelaskan secara singkat landasan konsepsional yaitu Integrasi


Komponen Pertahanan Negara !

BAB V
POKOK-POKOK KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PERTAHANAN NEGARA

17. Umum. Kebijakan penyelenggaraan pertahanan negara dilaksanakan


dengan perkembangan kekuatan dan kemampuan secara terus menerus dan
berkesinambungan. Diperlukan berbagai kebijakan agar penyelenggaraan
pertahanan negara dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

18. Pokok-Pokok Kebijakan Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Dalam


rangka mewujudkan visi dan misi pertahanan negara Tahun 2020-2024 tersebut,
dibutuhkan kebijakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pertahanan
negara yang berpedoman pada doktrin Sishankamrata dengan berazaskan
kesemestaan, keterpaduan, kesiagaan dan berkelanjutan. Adapun Pokok-pokok
Kebijakan Penyelenggaraan Pertahanan Negara Tahun 2020 – 2024 meliputi:

a. Kebijakan Pembangunan Pertahanan Negara. Kebijakan


pembangunan pertahanan negara tahun 2020-2024 dititikberatkan pada
hal-hal yang meliputi: pembangunan karakter bangsa, postur pertahanan
negara, kelembagaan, wilayah pertahanan, teknologi pertahanan, industri
pertahanan, dan kerja sama internasional. Kebijakan penyelenggaraan dari
masing-masing kebijakan tersebut sebagai berikut:

1) Pembangunan Karakter Bangsa.

Pembangunan karakter bangsa diselenggarakan dengan usaha


bela negara melalui pendidikan kewarganegaraan berupa pembinaan
kesadaran bela negara (PKBN), pengabdian sebagai prajurit Tentara
Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib, pengabdian
menjadi Komponen cadangan, dan pengabdian sesuai profesi.
Pembangunan Karakter bangsa dalam pertahanan militer diarahkan
33

kepada komponen utama, komponen cadangan dan komponen


pendukung. Kebijakan penyelenggaraan pembangunan karakter
bangsa sebagai berikut:

a) Memperkuat penyelenggaraan Program Pembinaan


Kesadaran Bela Negara (PKBN), meliputi bidang perencanaan,
program kegiatan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi
kegiatan.

b) Meningkatkan kerja sama dengan Pemerintah Daerah


maupun pihak lain yang terkait dalam penyelenggaraan
pembinaan kesadaran bela negara.

c) Membantu Kementerian, Lembaga terkait dalam


pengembangan pendidikan kewarganegaraan dan peningkatan
peran media masa dalam pembentukan karakter bangsa.

d) Mendorong Kementerian,Lembaga terkait dalam upaya


perbaikan regulasi, perbaikan dan penataan sistem sosial,
budaya, politik, hukum, dan ekonomi sebagai salah satu yang
mendorong terjadinya perubahan mental di tataran masyarakat
Indonesia yang pada hakikatnya mendasari proses
pembangunan karakter bangsa.

2) Pembangunan Postur Pertahanan Negara.

Pembangunan postur pertahanan negara terdiri atas


pembangunan postur pertahanan militer dan pertahanan
nirmiliter. Titik berat pembangunan postur pertahanan negara
diantaranya adalah pembangunan sumber daya manusia
unggul dan tercapainya interoperabilitas melalui koordinasi,
kerjasama, kolaborasi, serta integrasi antara pertahanan militer
dan pertahanan nirmiliter dalam rangka Sishankamrata.
Kebijakan penyelengaraan pembangunan postur pertahanan
negara sebagai berikut:

a) Pembangunan Postur Pertahanan Militer.

(1) Pembangunan postur pertahanan militer diarahkan


pada:

(a) Pembangunan Kekuatan sebagai satu


kesatuan yang utuh dari kekuatan darat, kekuatan
laut, dan kekuatan udara, yang meliputi kekuatan
komponen utama diperkuat dengan komponen
34

cadangan sesuai kematraan pada komponen utama,


dan komponen pendukung yang ditata sesuai
dengan keahlian dan profesi.

(b) Pembangunan Kemampuan, diarahkan pada


beberapa kemampuan, yaitu: Kemampuan intelijen
mencakup kemampuan dalam menghadapi sifat,
dimensi, dan spektrum ancaman; Kemampuan
pertahanan dan keamanan dalam menghadapi
ancaman baik aktual maupun potensial;
Kemampuan dukungan meliputi tugas perbantuan
TNI dan tugas pemeliharaan perdamaian dunia;
Kemampuan pemberdayaan wilayah pertahanan
dalam membantu pemerintah menyiapkan potensi
nasional menjadi kekuatan pertahanan guna
melaksanakan Operasi Militer untuk Perang (OMP);
dan Kemampuan diplomasi dalam penyelesaian
berbagai masalah hubungan internasional dan
keamanan internasional untuk membangun rasa
saling menghormati, rasa saling percaya,
Confidence Building Measures dan pembangunan
kapasitas (capacity building).

(c) Pembangunan sistem pertahanan nasional


dengan menempatkan peluru kendali pertahanan
udara di beberapa wilayah atau titik-titik strategis
seperti Kepulauan Natuna, Kalimantan, Sumatera,
Jawa, Selat Bali, Selat Wetar, Selat Lombok,
Sulawesi Barat, antara Sulawesi dan Ternate, serta
antara Ternate dan Sorong.

(d) Pembangunan gelar kekuatan,


diselenggarakan secara seimbang, proporsional, dan
terintegrasi atau tercapai interoperabilitas alat
pertahanan diseluruh wilayah NKRI sebagai fungsi
penangkalan, penindakan, dan pemulihan melalui:
gelar kekuatan terpusat untuk sewaktu-waktu
dapat dikerahkan; gelar kekuatan kewilayahan
untuk memperluas komando kendali; dan gelar
kekuatan pendukung untuk memberikan dukungan
pada kekuatan terpusat dan kewilayahan.
35

Pembangunan ini diarahkan untuk mendukung


strategi defensif aktif dengan kekuatan yang bisa
diproyeksikan sampai jauh di luar wilayah
yurisdiksi Indonesia.

(2) Pembangunan Sumber Daya Manusia yang


professional, adaptif, dan responsif terhadap dinamika
perkembangan lingkungan strategis, diselenggarakan
melalui:

(a) Peningkatan pendidikan dan pelatihan, baik


di Kementerian Pertahanan, Mabes TNI dan
Angkatan secara terencana, terukur dan
berkesinambungan.

(b) Adopsi dan adaptasi teknologi baru, baik


melalui pendidikan dan latihan maupun penelitian
dan pengembangan.

(3) Pembangunan Kekuatan Pokok Minimum


(Minimum Essential Force/MEF) TNI, diselenggarakan
melalui:

(a) Rematerialisasi, revitalisasi, relokasi,


pengadaan, dan penghapusan dengan pemenuhan
terhadap aspek utama yang meliputi: alutsista,
pemeliharaan dan perawatan (harwat), organisasi,
sarana prasarana, dan pemenuhan terhadap aspek
pendukung meliputi: industri pertahanan,
profesionalisme prajurit, dan kesejahteraan.

(b) Pengembangan personel TNI (prajurit TNI dan


ASN) menggunakan prinsip kebijakan right sizing
dan proporsional growth disesuaikan dengan
pengembangan organisasi/satuan TNI.

(c) Peningkatan kemampuan mobilitas dan daya


tempur TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut,
dan TNI Angkatan Udara untuk mendukung
penyelenggaraan tugas pokok TNI.
36

(d) Perwujudan kemampuan untuk mencapai


interoperabilitas diantara kekuatan darat, laut,
maupun udara.

(e) Peningkatan kemampuan satuan tempur


khususnya pasukan pemukul reaksi cepat baik
satuan di tingkat pusat maupun satuan di wilayah.

(f) Penyiapan pasukan siaga terutama untuk


penanganan bencana alam, bantuan kemanusiaan,
dan untuk tugas-tugas misi pemeliharaan
perdamaian dunia serta keadaan darurat.

(4) Pembangunan jaringan sistem Trimatra terpadu


(tiga matra secara terpusat)/network centric warfare
(NCW) dalam rangka meningkatkan interoperabilitas
operasi antara kekuatan darat, laut, udara, serta
antariksa dan siber, diselenggarakan melalui:

(a) Perwujudan integrasi Puskodalops Kotamaops


dengan Puskodalops TNI.

(b) Penguatan backbone komunikasi prioritas di


daerah-daerah operasi rutin (pengamanan
perbatasan, pengamanan daerah rawan,
pengamanan komputer) memanfaatkan Palapa ring,
Vsat Kominfo, Terestrial pita lebar.

(c) Perwujudan integrasi aset Alutsista baru


bidang komunikasi elektronika sesuai rencana
strategis Tahun 2020-2024.

(d) Penguatan dan perwujudan integrasi sensor


dari pulau terluar (Saumlaki, Biak, Morotai dan
Merauke) ke Puskodalops TNI dengan membangun
Radar pantai dan Long range camera.

(e) Pembentukan fusion center TNI AL dengan


pemangku kepentingan terkait seperti Bakamla,
Beacukai, KKKP, Perhubungan laut.

(5) Pembangunan depo-depo logistik pertahanan


khususnya depo munisi (MKB dan MKK) yang
desentralisasi di wilayah-wilayah Kodam, Lantamal dan
Lanud tipe A.

b) Pertahanan Nirmiliter.
37

Kementerian Pertahanan membantu Kementerian,


Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam pembangunan postur
pertahanan nirmiliter untuk menangkal ancaman nonmiliter
yang berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
teknologi, keselamatan umum, dan legislasi baik pada tataran
lokal, regional, maupun nasional yang diselenggarakan melalui:

(1) Mendorong Kementerian, Lembaga, Pemerintah


Daerah untuk merumuskan kebijakan penyelenggaraan
bidang pertahanan terkait tugas dan fungsi masing-
masing Kementerian, Lembaga sesuai ancaman non
militer dan unsur yang menanganinya.

(2) Mendorong terwujudnya mekanisme koordinasi


diantara Kementerian, Lembaga sesuai kewenangan, baik
sebagai unsur utama maupun unsur lain kekuatan
bangsa sebagai unsur pendukung.

(3) Mendorong terwujudnya pengelolaan sumber daya


dan sarana prasarana nasional sesuai tugas dan fungsi
masing-masing guna mendukung kepentingan
pertahanan negara.

(4) Mendorong terwujudnya kemampuan pertahanan


nirmiliter meliputi kemampuan kewaspadaan dini,
kemampuan bela negara, kemampuan diplomasi,
kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
kemampuan ekonomi, kemampuan sosial, kemampuan
moral, dan kemampuan dukungan penyelenggaraan
pertahanan negara.

3) Pembangunan Kelembagaan.

Pembangunan kelembagaan diarahkan pada: pembangunan


dan penataan sistem pertahanan militer terpadu di wilayah
Kalimantan Timur sebagai lokasi ibukota baru; terbentuknya
komponen cadangan dan komponen pendukung; Penataan dan
penguatan koordinasi antar komponen utama di pusat dan di daerah
guna membangun sistem pertahanan komprehensif; Penataan dan
penguatan koordinasi pertahanan di daerah guna membangun
sumber daya nasional secara lebih komprehensif; Penguatan
kapasitas lembaga intelijen; dan pembentukan lembaga lainnya.
Adapun penyelenggaraannya sebagai berikut:
38

a) Pembangunan dan penataan sistem pertahanan militer


terpadu di wilayah Kalimantan Timur yang akan menjadi lokasi
ibukota baru, diselenggarakan melalui:

(1) Mengoptimalkan pembangunan Kogabwilhan Dua


yang berlokasi di Balikpapan Kalimantan Timur.

(2) Merencanakan dan menata satuan-satuan TNI guna


meningkatkan dan memperkuat pertahanan ibukota.

(3) Merencanakan strategi dan postur pertahanan yang


tepat dihadapkan pada kondisi geografis wilayah
Kalimantan Timur serta kemungkinan ancaman yang
akan dihadapi.

b) Membentuk komponen cadangan, diselenggarakan


melalui:

(1) Menyusun peraturan perundang-undangan sebagai


penjabaran dari Undang-Undang PSDN yang telah
disahkan.

(2) Melaksanakan pendaftaran, seleksi, pelatihan dasar


kemiliteran, dan penetapan dalam pembentukan
komponen cadangan sebanyak 100 batalyon.

c) Membentuk komponen pendukung, diselenggarakan


melalui:

(1) Menyusun peraturan perundang-undangan sebagai


penjabaran dari Undang-Undang PSDN yang telah
disahkan.

(2) Melaksanakan pendataan, pemilahan, pemilihan,


dan verifikasi terhadap komponen komponen pendukung.

d) Penataan dan penguatan unsur utama dan dan unsur


lain kekuatan bangsa dalam rangka terwujudnya pertahanan
nirmiliter yang mampu menghadapi ancaman nonmiliter,
diselenggarakan melalui:

(1) Merumuskan peraturan perundang-undangan


terkait pelibatan TNI dalam pertahanan nirmiliter.

(2) Mendorong Kementerian, Lembaga dalam


merumuskan kebijakan/aturan terkait penyelenggaraan
pertahanan nirmiliter.
39

e) Penataan dan penguatan koordinasi pertahanan di daerah


guna membangun sumber daya nasional secara lebih
komprehensif untuk kepentingan pertahanan negara,
diselenggarakan melalui:

(1) Penataan koordinasi melalui perwakilan


Kementerian Pertahanan di daerah. Hal tersebut
ditujukan untuk menjembatani kepentingan aspek
pertahanan militer dan pertahanan nirmiliter di daerah,
sehingga terdapat keterpaduan langkah dan gerak dalam
mengantisipasi, mencegah, menangkal, dan menindak
segala bentuk ancaman.

(2) Penguatan koordinasi dan kerjasama dengan Pemda


melalui optimalisasi perwakilan Kementerian Pertahanan
di daerah.

f) Penguatan kapasitas lembaga intelijen untuk pertahanan


negara, diselenggarakan melalui:

(1) Peningkatan fungsi penyelidikan, pengamanan dan


penggalangan melalui peningkatan kapasitas dan
kapabilitas deteksi dini, cegah dini, dan tangkal dini.

(2) Peningkatan tata kelola, koordinasi, dan pertukaran


informasi sehingga tercipta interoperabilitas antar
institusi intelijen baik militer maupun nirmiliter di pusat
maupun daerah yang dikoordinasikan oleh Badan
Intelijen Negara.

(3) Peningkatan kapabilitas pengumpulan informasi


intelijen melalui intelijen manusia ataupun intelijen
tehnik yang bersumber dari alat peralatan intelijen
terestrial, hidrospasial, aero/geospasial, termasuk juga
intelijen siber.

(4) Peningkatan analisa intelijen, diantaranya adalah


analisa hubungan (link analysis), analisa kecenderungan
(trend analysis), analisa bentuk atau pola (pattern
analysis), analisis antisipasi (anticipatory analysis),
analisis teknis (technical analysis), analisis anomali
(anomaly analysis), analisis budaya (cultural analysis),
analisis semiotika (semiotics analysis), ataupun analysis
40

lain yang relevan dalam suatu metodologi riset, guna


mendapatkan informasi intelijen yang akurat.

(5) Peningkatan modernisasi dan infrastruktur alat


penunjang kerja dan material khusus intelijen yang
sesuai dengan perkembangan teknologi.

(6) Peningkatan profesionalisme Sumber Daya Manusia


(SDM) melalui peningkatan pendidikan dan pelatihan
bidang intelijen dilakukan baik di dalam maupun luar
negeri.

g) Pembentukan Lembaga Lainnya.

Pembentukan lembaga lainnya yang dibutuhkan untuk


pertahanan militer maupun pertahanan nirmiliter.
Pembentukan lembaga tersebut disesuaikan dengan lembaga-
lembaga yang telah ada yang ditujukan untuk mencapai
efektivitas, efisiensi, dan responsibilitas institusional dalam
rangka menghadapi berbagai kemungkinan ancaman yang
berimplikasi pada stabilitas nasional. Salah satu potensi
diantaranya adalah penguatan satuan berkemampuan KBRNE
dan perencanaan untuk mulai memperkuat kemampuan
KBRNE pada semua matra darat, laut, dan udara, yang
bekerjasama dengan pemangku kepentingan terkait yang
berkemampuan KBRNE seperti BATAN, BAPETEN, Lembaga
Pasteurisasi, serta lembaga riset terkait lainnya. Potensi lain
adalah berkenaan dengan antariksa.

4) Pembangunan Wilayah Pertahanan.

Kebijakan pembangunan wilayah pertahanan diarahkan pada


konsep “Indonesia Sentris” sesuai konsep pertahanan wilayah dalam
bentuk pertahanan wilayah yang berdasarkan asas-asas pertahanan
keamanan rakyat semesta (Hankamrata), serta memprioritaskan
pembangunan di Kawasan Strategis Nasional (KSN). Konsep
penyelenggaraannya secara terintegrasi antara unsur Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah melalui penataan ruang wilayah
nasional/daerah dengan tata ruang wilayah pertahanan untuk
mewujudkan ruang pertahanan negara yang tangguh. Disamping itu
41

kebijakan pembangunan wilayah pertahanan juga diarahkan untuk


Pembangunan Wilayah Perbatasan dan Pulau-Pulau Kecil
Terluar/Terdepan yang merupakan halaman depan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Adapun penyelenggaraan dari kebijakan tersebut
sebagai berikut:

a) Pembangunan wilayah pertahanan, meliputi:

(1) Wilayah Daratan.

(a) Memberdayakan potensi wilayah melalui


pembinaan teritorial untuk mewujudkan wilayah
daratan sebagai ruang, alat dan kondisi juang yang
tangguh.

(b) Melaksanakan koordinasi dengan


Kementerian, Lembaga terkait dalam penyelesaian
permasalahan-permasalahan wilayah daratan antar
negara, dan Pemda dalam menyelesaikan
permasalahan wilayah antar daerah.

(c) Meningkatkan pengamanan dan pengawasan


wilayah daratan melalui penguatan sistem
pengamanan, penguatan sarana dan prasarana,
serta penggunaan teknologi modern, diantaranya
teknologi penginderaan jarak jauh (remote sensing)
dan Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA)/drone
berbasis satelit dan non satelit serta kehadiran
kekuatan TNI berupa patroli pengamanan daratan.

(d) Mengembangkan analisis potensi nasional di


wilayah daratan, baik berupa analisa potensi
wilayah maupun analisa potensi pertahanan.

(e) Penataan gelar kekuatan darat di seluruh


wilayah NKRI serta membangun pangkalan-
pangkalan TNI AD yang dilengkapi sarana
prasarana pelaksanaan tugas sesuai dinamika
beban tugas, didukung fasilitas kehidupan sosial,
kesehatan, pendidikan yang memadai.

(2) Wilayah Maritim.

(a) Memberdayakan potensi maritim melalui


pembinaan potensi maritim untuk menjadikan
42

wilayah maritim, baik di permukaan laut maupun


dibawah permukaan laut sebagai ruang, alat, dan
kondisi juang yang tangguh.

(b) Memberikan bantuan kepada Kementerian,


Lembaga terkait dalam peningkatan penegakan
hukum dan penindakan berbagai kegiatan ilegal di
laut melalui sinergitas antar pemangku kepentingan
serta intensifikasi dan ekstensifikasi operasi
bersama.

(c) Memberikan bantuan kepada Kementerian,


Lembaga terkait dalam penyelesaian penataan
batas maritim (laut teritorial, zona tambahan dan
zona ekonomi eksklusif) dan batas landas kontinen
di luar 200 (dua ratus) mil laut dengan negara
tetangga.

(d) Membangun sistem pengawasan laut nasional


dengan mengintegrasikan berbagai sistem
pengawasan yang dimiliki Kementerian, Lembaga
serta membantu Kementerian, Lembaga terkait
dalam pengawasan dan pengendalian wilayah laut
termasuk Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI)
dalam rangka pengawasan, pengamanan, dan
keselamatan di laut melalui pembangunan sarana
dan prasarana penginderaan jarak jauh berbasis
radar dan PTTA/drone serta kehadiran kekuatan
TNI berupa patroli pengamanan alur laut.

(e) Memberikan bantuan dan dorongan kepada


Kementerian, Lembaga terkait dalam
pengembangan tata kelola dan kelembagaan
kelautan untuk meningkatkan integrasi
pengawasan dan pengamanan wilayah laut.

(f) Memberikan bantuan kepada Kementerian,


Lembaga terkait dan Pemda dalam penyusunan
rencana aksi pembangunan sektor kelautan dan
maritim untuk penguasaan dan pengelolaan
43

sumber daya kelautan dan maritim bagi


kesejahteraan rakyat.

(g) Penataan gelar kekuatan maritim di seluruh


wilayah NKRI serta membangun pangkalan-
pangkalan TNI AL yang dilengkapi sarana
prasarana pelaksanaan tugas sesuai dinamika
beban tugas, didukung fasilitas kehidupan sosial,
kesehatan, pendidikan yang memadai.

(3) Wilayah Dirgantara.

(a) Memberdayakan melalui pembinaan potensi


dirgantara untuk menjadikan wilayah dirgantara,
wilayah udara maupun wilayah angkasa sebagai
ruang, alat dan kondisi juang yang tangguh.

(b) Meningkatkan pengamanan dan pengawasan


wilayah udara melalui pembangunan sarana dan
prasarana serta peningkatan teknologi
penginderaan jarak jauh satelit, PTTA dan radar,
baik yang berbasis di darat maupun udara
(airborne radar), serta kehadiran kekuatan udara
berupa patroli pengamanan wilayah udara nasional.

(c) Meningkatkan kerja sama dan koordinasi


dengan Kementerian, Lembaga terkait dalam
memonitor perkembangan teknologi ruang angkasa
terkait faktor keamanan dan pertahanan NKRI.
Selain itu, mendorong terbangunnya pusat
peluncuran antariksa di Pulau Biak, sebagai
wilayah di bumi yang paling dekat jaraknya untuk
meluncurkan satelit ke orbit di antariksa.
Terbangunnya stasiun peluncuran ini akan
meningkatkan kemampuan antariksa domestik
yang bermanfaat untuk bidang pertahanan
sekaligus meningkatkan kontribusi ekonomi.
44

(d) Mempercepat penyelesaian peraturan


perundangan Pengelolaan Ruang Udara Nasional
(PRUN) dan regulasi turunannya.

(f) Mendorong Kementerian, Lembaga terkait


dalam mempercepat pengambilalihan kembali Flight
Information Region (FIR) sehingga hak eksklusif
mengontrol kedaulatan wilayah udara nasional
tercapai.

(g) Penataan gelar kekuatan udara di seluruh


wilayah NKRI serta membangun pangkalan-
pangkalan TNI AU yang dilengkapi sarana
prasarana pelaksanaan tugas sesuai dinamika
beban tugas, didukung fasilitas kehidupan sosial,
kesehatan, pendidikan yang memadai.

(h) Mendorong segera terwujudnya Air Defence


Identification Zone (ADIZ) di seluruh wilayah udara
Indonesia dan air defence identification system
(ADIS) untuk menunjang operasional dalam rangka
menjamin keamanan wilayah udara dan yurisdiksi
nasional dan untuk penegakan hukum dan
penindakan berbagai kegiatan penerbangan ilegal
(black flight).

(i) Meningkatkan kerja sama dan kordinasi


dengan Kementerian, Lembaga terkait untuk
mereposisi ADIZ dan restricted area yang mencakup
seluruh wilayah udara kedaulatan Indonesia.

b) Pembangunan Wilayah Perbatasan dan Pulau-Pulau Kecil


Terluar/Terdepan (PPKT).

Beberapa arah kebijakan pembangunan di Wilayah


Perbatasan dan Pulau-Pulau Kecil Terluar/Terdepan (PPKT),
diantaranya adalah: Mengoptimalkan pengintegrasian peran
dan fungsi Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah
dengan memaksimalkan peran Badan Nasional Pengelola
Perbatasan; Memperkuat kehadiran TNI di Wilayah Perbatasan
dan Pulau-Pulau Kecil Terluar/Terdepan, termasuk
peningkatan gelar kekuatan TNI di pulau-pulau kecil
terluar/terdepan yang bersifat strategis; Meningkatkan kinerja
45

pertahanan dan keamanan secara terpadu di wilayah


perbatasan; Mewujudkan pembangunan pangkalan-pangkalan
militer baru yang dilengkapi dengan fasilitas guna
meningkatkan kesejahteraan bagi prajurit yang bertugas; dan
Mengoptimalkan upaya diplomasi secara bilateral dan/atau
multilateral dengan mengedepankan penyelesaian masalah
perbatasan secara damai. Adapun penyelenggaraannya
dilaksanakan melalui:

(1) Menindaklanjuti pembangunan sabuk pengaman di


kawasan perbatasan darat Kalimantan sesuai dengan
Peraturan Presiden Nomor 31 Tahun 2015 tentang
Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara di
Kalimantan.

(2) Meningkatkan kerja sama dan koordinasi dengan


Kementerian, Lembaga, khususnya BNPP dan Pemda
dalam pengelolaan daerah prioritas pertahanan di
seluruh kawasan perbatasan darat, khususnya di
wilayah Nusa Tenggara Timur dan Papua berbasis tata
ruang.

(3) Mengoptimalkan pembangunan kekuatan TNI di


kawasan pulau-pulau strategis terluar, terdiri dari:
Natuna, Yamdena/Selaru, Merauke, Morotai dan Biak.
Pembangunan diarahkan pada terciptanya kekuatan TNI
secara terpadu, baik TNI AD, TNI AL, dan TNI AU.
Disamping itu tetap meningkatkan upaya pengawasan,
penjagaan, dan penegakan hukum serta pemberdayaan di
kawasan tersebut, termasuk di wilayah-wilayah choke
point atau selat-selat strategis dengan meningkatkan
kekuatan TNI AL yang meliputi pemenuhan kapal-kapal
patroli, kapal cepat rudal, dan kapal selam maupun
kapal-kapal ranjau.

(4) Membangun sarana dan prasarana berupa fasilitas


umum, fasilitas sosial, dan fasilitas pendidikan pada
pangkalan-pangkalan militer yang ada dan yang akan
dibangun guna meningkatkan kesejahteraan prajurit yang
bertugas.
46

(5) Membangun sarana dan prasarana berupa wahana


monitoring dan penginderaan jarak jauh berbasis satelit
di wilayah perbatasan dengan menggunakan radar dan
PTTA/drone untuk mendapatkan data dan informasi
secara real time serta terkoneksi dengan pusat pengendali
sebagai upaya peningkatan deteksi dini dan peringatan
dini.

(6) Meningkatkan kerja sama dengan Kementerian,


Lembaga terkait dan Pemda guna memperkuat peran TNI
melalui TNI Manunggal Masuk Desa (TMMD) dalam
membantu percepatan pembangunan fisik dan non fisik
secara sistematik, berlanjut, dan terpadu.

(7) Mendukung penguatan fungsi dan kewenangan


Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) sebagai
pemegang otoritas pengelolaan batas wilayah negara dan
pembangunan kawasan perbatasan, dan Tim Koordinasi
Pengelolaan PPKT yang diketuai oleh Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan
sebagai pemegang otoritas pengelolaan PPKT agar mampu
mengkoordinasikan, mengintegrasikan, dan
mensinergikan program pembangunan yang dilakukan
oleh Kementerian, Lembaga terkait dan Pemda dengan
mengacu pada Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan
Negara.

(8) Mendukung Kementerian, Lembaga terkait dalam


peningkatan perundingan perbatasan dan diplomasi
secara bilateral dan/atau multilateral secara damai
mengenai batas wilayah negara untuk mempercepat
penyelesaian perbatasan dengan negara tetangga.

5) Pembangunan Teknologi Pertahanan.

Pembangunan teknologi pertahanan diarahkan pada:


Mendukung pengembangan industri pertahanan untuk memenuhi
secara mandiri alat peralatan pertahanan guna memenuhi Minimum
Essential Force/MEF; penguasaan teknologi kunci pada tujuh
program prioritas yaitu pesawat tempur, kapal selam, propelan, roket,
peluru kendali, radar, dan tank berukuran sedang dan pemenuhan
47

postur di masa depan; Pembangunan teknologi pendukung daya


gempur, daya gerak, penginderaan, maupun peperangan elektronik
dan siber; Penguasaan teknologi informasi dan komunikasi berbasis
komputer dan jejaring; dan Pembangunan teknologi pertahanan
antariksa. Untuk mencapai pembangunan teknologi pertahanan
sesuai arah pembangunan di atas, penyelenggaraannya ditikberatkan
pada hal-hal sebagai berikut:

a) Meningkatkan kerjasama penelitian dan pengembangan


Teknologi Pertahanan yang melibatkan litbang Angkatan/
Kementerian Pertahanan, Industri Pertahanan dan Perguruan
Tinggi, guna ikut serta dalam mewujudkan penguasaan
teknologi pesawat tempur, kapal selam, propelan, roket, peluru
kendali, radar, dan kendaraan lapis baja sebagai program
prioritas nasional industri pertahanan.

b) Mengembangkan teknologi sistem informasi pertahanan


secara terintegrasi (Network Centric Warfare) guna pencapaian
kesatuan komando (Unity of Command) dalam pencapaian
keputusan.

c) Mengembangkan kapabilitas teknologi siber yang mampu


melakukan perang siber melalui siber ofensif dan defensif,
pemantuan, jaminan keamanan, penangkalan dan pembalasan,
penyusupan, senjata maupun intelijen siber.

d) Mendorong Kementerian, Lembaga terkait dalam


pengembangan SDM dan pembangunan infrastruktur dalam
penguasaan rekayasa teknologi bidang pertahanan.

e) Melaksanakan pembangunan teknologi pertahanan


antariksa melalui kerja sama dengan Lembaga Antariksa dan
Penerbangan Nasional (LAPAN), serta Kementerian dan Lembaga
terkait lainnya, melalui pengembangan satelit komunikasi,
navigasi, dan positioning; penginderaan jarak jauh; serta
intelijen pengamatan, dan pengawasan.

6) Pembangunan Industri Pertahanan.

Arah pembangunan Industri Pertahanan ditujukan untuk


membangun industri yang maju, kuat, mandiri, dan berdaya saing
yang dapat mendukung pertahanan negara, serta mendukung
pembangunan pertumbuhan ekonomi nasional. Disamping itu
pembangunan industri pertahanan diarahkan guna mencapai industri
48

pertahanan yang profesional, efektif, efisien dan terintegrasi.


Beberapa kebijakan penyelenggaraan dalam pembangunan industri
pertahanan sebagai berikut:

a) Meningkatkan koordinasi dan kerja sama dengan KKIP


dalam meumuskan penyusunan rencana induk industri
pertahanan.

b) Mengimplementasikan dan mendorong Kementerian,


Lembaga terkait untuk melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan, khususnya berkaitan dengan kewajiban
untuk menggunakan produk industri pertahanan dalam negeri
apabila industri dalam negeri telah mampu memproduksi.

c) Mendorong industri nasional dalam pembangunan


struktur industri pertahanan yaitu industri alat utama, industri
komponen utama dan/atau penunjang, industri komponen
dan/atau pendukung (perbekalan), serta industri bahan baku.

d) Mendorong industri pertahanan dalam melaksanakan


kerja sama dengan industri pertahanan luar negeri dalam
rangka mengembangkan teknologi industri pertahanan melalui
alih teknologi dan alih pengetahuan alat peralatan pertahanan
dari luar negeri melalui kerja sama penelitian dan
pengembangan, serta kerja sama produksi.

e) Meningkatkan kemampuan teknologi dan kapabilitas


industri pertahanan dengan cara mewajibkan setiap pengadaan
alat peralatan pertahanan dari luar negeri disertai dengan imbal
dagang, kandungan lokal dan/atau offset.

f) Mengkoordinasikan kebijakan nasional dalam


perencanaan, perumusan, pelaksanaan, pengendalian,
sinkronisasi, dan evaluasi dalam rangka pembinaan industri
pertahanan dilaksanakan oleh Komite Kebijakan Industri
Pertahanan (KKIP).

g) Mendorong pelaksanaan promosi dalam negeri maupun


luar negeri, dengan berbagai cara, diantaranya adalah melalui
penyelenggaraan pameran industri pertahanan.

7) Pembangunan di Bidang Kerja Sama Internasional.

Pembangunan bidang kerja sama internasional pada periode


2020-2024 diarahkan untuk menunjang Indonesia sebagai poros
49

maritim dunia dan meningkatkan posisi Indonesia di tingkat regional


sesuai konsep sentralitas ASEAN (Association of Southeast Asian
Nations). Titik berat kerja sama terutama di kawasan Indo-Pasifik
dan kawasan Pasifik Selatan dalam rangka memelihara integritas
wilayah di Papua. Penyelenggaraan pembangunan kerja sama
internasional dilaksanakan melalui:

a) Peningkataan kerja sama dengan negara-negara di


kawasan Indo-Pasifik dan Pasifik Selatan untuk mengatasi isu-
isu keamanan bersama, saling berkontribusi dalam upaya
penyelesaian konflik, dan mengatasi ancaman nyata yang
menjadi kepentingan bersama termasuk mendorong
peningkatan kapabilitas pertahanan negara dalam penanganan
ancaman nyata.

b) Peningkatan kerja sama dalam menunjang peran aktif


Indonesia sebagai anggota PBB, dan kerja sama dalam bidang
pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia di bidang pertahanan.

c) Peningkatan kontribusi misi pemeliharaan perdamaian di


berbagai kawasan yang diselenggarakan melalui:

(1) Peningkatan critical enablers yang dibutuhkan oleh


misi, seperti misalnya kapabilitas jihandak, medis, air
field support unit ataupun peacekeeping intelligence.

(2) Peningkatan jumlah dan peran peacekeeper,


termasuk perempuan Indonesia sebagai bagian dari
pengarus-utamaan gender, sebagai military observer dan
staff officer untuk memberikan kontribusi bagi
peningkatan efektifitas pelaksanaan mandat, termasuk
dalam upaya winning the hearts and minds dari
masyarakat setempat, serta membantu upaya mencegah
Sexual Exploitation and Abuse (SEA).

(3) Peningkatan kualitas peralatan dan perlengkapan


serta kapabilitas unit sejalan dengan komitmen
penguatan misi perdamaian dunia yang diluncurkan PBB.

(4) Peningkatan jumlah pejabat militer Indonesia yang


berperan strategis dalam misi perdamaian di UN
Departement of Peacekeeping Operation (DPKO), Markas
PBB New York.
50

b. Kebijakan Pembinaan Kemampuan Pertahanan Negara.

Kebijakan Pembinaan kemampuan pertahanan negara diarahkan


untuk memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan kemampuan
pertahanan negara melalui pengelolaan segala sumber daya nasional
(meliputi sumber daya manusia, sumber daya alam dan buatan, sarana dan
prasarana nasional, nilai-nilai, teknologi, dan dana), pemanfaatan wilayah
negara, dan pemberdayaan industri pertahanan). Pembinaan kemampuan
pertahanan negara terdiri atas pembinaan kemampuan pertahanan militer
maupun nirmiliter, bela negara, kerja sama internasional, dan industri
pertahanan. Penyelenggaraan pembinaan kemampuan tersebut sebagai
berikut:

1) Pembinaan Kemampuan Pertahanan Militer.

Pembinaan kemampuan pertahanan militer ditujukan untuk


membina kemampuan komponen utama, yang didukung komponen
cadangan dan komponen pendukung dalam kerangka Operasi Militer
Untuk Perang maupun Operasi Militer Selain Perang dengan mengacu
pada Trimatra Terpadu.

a) Pembinaan Kemampuan Komponen Utama (TNI),


diselenggarakan melalui:

(1) Penyusunan kebijakan strategis dan produk


strategis, maupun produk-produk berupa ketentuan atau
produk hukum lainnya untuk memperkuat TNI dalam
melaksanakan tugas-tugas, baik OMP maupun OMSP.

(2) Peningkatan pembinaan kemampuan dalam


penangkalan, penindakan, dan pemulihan berupa
kemampuan diplomasi, intelijen, pertahanan, keamanan,
pembinaan teritorial/pemberdayaan wilayah pertahanan
dan kemampuan dukungan sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

(3) Pembangunan postur TNI melalui pemenuhan MEF


TNI pada tahap ketiga.

(4) Mengoptimalkan penataan gelar kekuatan TNI


secara seimbang dan proporsional, terintegrasi atau
tercapai interoperabilitas diantara alat peralatan
51

pertahanan, sesuai dengan kondisi geografi wilayah


Indonesia, dan berdasarkan prediksi datangnya ancaman.

(5) Pembinaan sumber daya nasional untuk


pertahanan militer disesuaikan dengan kebutuhan yang
diperlukan tiap-tiap matra, dan gelar kekuatannya
disesuaikan dengan gelar kekuatan TNI melalui konsep
pertahanan wilayah yang didasarkan asa-asas sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta.

b) Pembinaan Kemampuan Komponen Cadangan,


diselenggarakan melalui:

(1) Merumuskan dan melaksanakan ketentuan


turunan Undang-Undang PSDN yang telah diundangkan
berupa Peraturan pemerintah tentang pembentukan
komponen cadangan, PP tentang besaran dan tata cara
pemberian tunjangan operasi, PP tentang masa
pengabdian, PP tentang Pemberhentian, PP tentang
penetapan Sumber Daya Alam, Sumber Daya Buatan,
serta Sarana dan Prasarana Nasional sebagai komponen
cadangan.

(2) Meningkatkan kualitas, nilai guna, dan daya guna


komponen cadangan untuk kepentingan pertahanan
negara.

(3) Mensupervisi pemilik/pengelola Sumber Daya Alam,


Sumber Daya Buatan, serta Sarana dan Prasarana
Nasional dalam hal pemeliharaan dan perawatan.

c) Pembinaan Kemampuan Komponen Pendukung,


diselenggarakan melalui:

(1) Merumuskan dan melaksanakan ketentuan


turunan Undang-Undang PSDN yang telah diundangkan
berupa Peraturan pemerintah sebagai dasar dalam
menyelenggarakan pembinaan komponen pendukung.

(2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas Komponen


Pendukung meliputi: warga negara, sumber daya alam;
sumber daya buatan; dan sarana dan prasarana nasional
dalam rangka usaha pertahanan negara.
52

(3) Meningkatkan kerja sama dan koordinasi dengan


Kementerian, Lembaga terkait dan Pemda dalam
melaksanakan pembinaan terhadap komponen
pendukung berupa sosialisasi, bimbingan teknis maupun
simulasi.

2) Pembinaan Kemampuan Pertahanan Nirmiliter.

Pembinaan kemampuan pertahanan nirmiliter ditujukan untuk


menjamin terselenggaranya sistem pertahanan nirmiliter oleh unsur
utama dan unsur lain kekuatan bangsa yang diarahkan untuk:
Mendayagunakan segala sumber daya untuk meningkatkan
kemampuan pertahanan nirmiliter; Menyelenggarakan pembinaan
pada masing-masing Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah
selaras dengan aspek pertahanan negara; Meningkatkan kemampuan
unsur utama dan unsur lain kekuatan bangsa dalam menghadapi
ancaman nonmiliter; serta Mewujudkan pelaksanaan penanganan
ancaman nonmiliter yang profesional, cepat, tepat, sistematis dan
terukur. Penyelenggaraan pembinaan kemampuan pertahanan
nirmiliter sebagai berikut:

a) Mendorong Kementerian, Lembaga dalam upaya


mendayagunakan segala sumber daya untuk meningkatkan
kemampuan pertahanan nirmiliter.

b) Mendorong Kementeran Lembaga sesuai dengan peran


dan tanggung jawabnya, baik sebagai unsur utama maupun
unsur lain kekuatan bangsa untuk merumuskan kebijakan
penyelenggaraan terkait bidang pertahanan sebagai penjabaran
dari kebijakan umum pertahanan negara.

c) Mendorong Kementerian, Lembaga terkait sesuai peran


dan tanggung jawabnya, baik sebagai unsur utama maupun
unsur lain kekuatan bangsa untuk meningkatkan kemampuan
pertahanan nirmiliter berupa: kemampuan kewaspadaan dini,
kemampuan bela negara, kemampuan diplomasi, kemampuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan ekonomi,
kemampuan sosial, kemampuan moral dan kemampuan
dukungan penyelenggaraan Pertahanan Nirmiliter.

d) Mendorong penataan gelar kekuatan pertahanan


nirmiliter, baik sebagai unsur utama maupun unsur lain
kekuatan bangsa yang dirancang untuk menghadapi ancaman
53

nonmiliter dan disesuaikan dengan letak/posisi Kementerian,


Lembaga di wilayah pada setiap provinsi/kabupaten/kota di
seluruh Indonesia.

e) Meningkatkan koordinasi dan kerja sama dengan


Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam upaya
sinergitas penyelenggaraan pertahanan militer dan pertahanan
nirmiliter.

3) Pembinaan Kemampuan Bela Negara. Diselenggarakan melalui:

a) Perumusan dan penyusunan Peraturan Perundang-


Undangan sebagai penjabaran dari UU PSDN berupa Peraturan
Pemerintah (PP) tentang Penyelenggaraan Pembinaan Kesadaran
Bela Negara;

b) Perumusan dan penyusunan Peraturan Perundang-


Undangan sebagai penjabaran dari UU PSDN berupa Peraturan
Pemerintah (PP) tentang Kebijakan Pembinaan Kesadaran Bela
Negara;

c) Perumusan dan penyusunan Peraturan Perundang-


Undangan sebagai penjabaran dari UU PSDN berupa Peraturan
Pemerintah (PP) tentang Pembinaan dan kerja sama dalam
pelaksanaan pengabdian sesuai profesi.

4) Pembinaan Kemampuan Bidang Kerja Sama Internasional.

Pembinaan kemampuan bidang kerja sama internasional ditujukan


bagi terwujudnya kawasan yang damai dan stabil, yang diarahkan
pada:

a) Kerjasama bidang operasi dan latihan bersama,


pertukaran kunjungan serta pendidikan dan pelatihan dalam
rangka peningkatan SDM pertahanan, penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta transfer teknologi dalam
pengadaan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista)/Alpalhan bagi
kemandirian industri pertahanan dalam negeri.

b) Kerjasama dengan negara-negara tetangga yang


berbatasan langsung dalam wujud program-program yang
mendorong penyelesaian persoalan perbatasan secara damai
dan program-program pendidikan dan latihan bersama serta
operasi bersama yang terkoordinasi.
54

c) Dialog strategis dalam forum-forum kerja sama


pertahanan dengan negara-negara sahabat baik bilateral
maupun multilateral.

d) Diplomasi pertahanan untuk mewujudkan rasa saling


percaya di antara bangsa-bangsa di dunia melalui bidang
pertahanan yang diselenggarakan oleh Athan Republik
Indonesia di negara-negara sahabat.

e) Pengiriman pasukan yang profesional dan didukung


perlengkapan serta sarana prasarana yang memadai dalam
memberikan bantuan kemanusiaan dan penanganan bencana
alam dan serta tugas-tugas pemeliharaan perdamaian dunia di
bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui Kontingen
Garuda dan/atau sebagai pengamat perdamaian di sejumlah
negara.

5) Pembinaan Kemampuan Industri Pertahanan.

Pembinaan kemampuan industri pertahanan guna pengembangan


industri nasional diselenggrakan melalui:

a) Mendorong dan memajukan industri pertahanan untuk


mampu memenuhi kebutuhan Alpalhankam secara mandiri
guna menghasilkan produk-produk Alpalhankam maupun
produk part/komponen/suku cadang dalam rangka
mendukung pemeliharaan.

b) Mendorong dan mengarahkan industri nasional untuk


memiliki kemampuan memproduksi produk-produk yang dapat
digunakan untuk kepentingan pertahanan maupun untuk
kepentingan diluar bidang pertahanan (dual Use), sehingga
mampu mendukung pertumbuhan perekonomian nasional.

c) Mendorong pengembangan industri pertahanan untuk


meningkatkan kemampuan dan kapabilitas melalui kerja sama
dengan industri pertahanan luar negeri baik kerja sama
produksi, kerja sama pengembangan, dan kerja sama dalam
memproduksi Alpalhankam baru secara mandiri. Melakukan
kerja sama penelitian/riset dengan lembaga/institusi penelitian
dan pengembangan dalam negeri maupun luar negeri.

c. Kebijakan Pengerahan dan Penggunaan Kekuatan Pertahanan


Negara.
55

Pengerahan dan penggunaan kekuatan pertahanan negara


diselenggarakan guna menghadapi ancaman terhadap pertahanan negara
dan kondisi tertentu yang mengganggu kepentingan nasional, melalui
Pengerahan dan penggunaan kekuatan pertahanan negara untuk
menghadapi ancaman militer, nonmiliter maupun hibrida, serta untuk
tugas perdamaian dunia, maupun kondisi darurat. Penyelenggaraan
pengerahan dan penggunaan kekuatan pertahanan negara sebagai berikut:

1) Pengerahan dan penggunaan kekuatan pertahanan negara


untuk menghadapi ancaman militer.

a) Ancaman Agresi.

(1) Pengerahan dan penggunaan kekuatan TNI dengan


mengerahkan Kogabwilhan dan Koopsus TNI dalam
kerangka OMP didukung oleh komponen cadangan dan
komponen pendukung serta mobilisasi kekuatan nasional
untuk menjadi kekuatan pertahanan negara.

(2) Mendorong Kementerian dan Lembaga sebagai


kekuatan bangsa sesuai dengan tugas dan fungsinya
melaksanakan upaya dalam bentuk perlawanan tidak
bersenjata atau upaya diplomasi.

(3) Mengkoordinir dan memobilisasi seluruh komponen


bangsa untuk menghadapi perang berlarut dengan
menggunakan taktik perang gerilya dan memberdayakan
wilayah pertahanan.

b) Bukan agresi.

(1) Pengerahan dan penggunaan kekuatan TNI yang


diperkuat dengan mengerahkan Kogabwilhan dan
Koopsus TNI secara proporsional baik terpadu maupun
mandiri dalam kerangka OMSP.

(2) Mendorong pengerahan dan penggunaan


Kementerian, Lembaga terkait dan Pemda sesuai dengan
tugas dan fungsinya yang terkait dengan isu atau
ancaman militer untuk memberikan bantuan kepada TNI
guna mencapai hasil yang maksimal.

2) Pengerahan dan penggunaan kekuatan pertahanan negara


untuk menghadapi ancaman nonmiliter.
56

a) Mendorong Kementerian, Lembaga terkait dan Pemda


sebagai unsur utama dalam mengerahkan kekuatan yang
dimilikinya untuk menghadapi ancaman nonmiliter berdimensi
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, keselamatan umum,
teknologi, dan legislasi.

b) Mendorong pengerahan dan penggunaan Kementerian,


Lembaga terkait lainnya sebagai unsur lain dari kekuatan
bangsa untuk memberikan bantuan kepada unsur utama
sesuai dengan tugas dan fungsinya.

c) Mengerahkan kekuatan TNI dalam bentuk tugas


perbantuan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku sesuai kapasitas dan kapabilitas tanpa mengganggu
tugas pokok TNI.

3) Pengerahan dan penggunaan kekuatan pertahanan negara


dalam menghadapi ancaman hibrida dengan pola pertahanan militer
yang dikoordinir oleh Kementerian Pertahanan.

a) Pengerahan dan penggunaan kekuatan TNI yang


diperkuat dengan mengerahkan Kogabwilhan dan Koopsus TNI
secara proporsional sesuai tataran kewenangan berdasarkan
eskalasi ancaman.

b) Mendorong pengerahan dan penggunaan Kementerian,


Lembaga terkait serta Pemda untuk secara bersama-sama
menghadapi ancaman hibrida dengan memperhatikan
kemampuan secara profesional dan proporsional.

4) Pengerahan dan penggunaan kekuatan pertahanan Negara


dalam melaksanakan tugas misi pemeliharaan perdamaian dunia.

a) Pengerahan dan penggunaan kekuatan TNI dalam misi


pemeliharaan perdamaian dunia atas permintaan PBB melalui
Resolusi Dewan Keamanan PBB, organisasi internasional dan
atau organisasi regional berdasarkan kebijakan politik luar
negeri Indonesia.

b) Peningkatan pengirirman pasukan yang profesional


didukung dengan perlengkapan serta saran-prasarana untuk
mencapai target 4000 peacekeepers (kurang lebih 1 Brigade),
dan menempatkan Indonesia sebagai sepuluh negara terbesar
pengirim pasukan pada misi pemeliharaan perdamaian PBB.
57

c) Peningkatan kemampuan dan keterampilan pasukan


untuk mengemban tugas pemeliharaan perdamaian dunia
melalui Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI.

5) Pengerahan dan penggunaan kekuatan pertahanan negara


dalam tugas Operasi Militer Selain Perang (OMSP) diarahkan pada:

a) Pengerahan dan penggunaan kekuatan TNI untuk


kepentingan pertahanan negara sesuai peraturan perundang-
undangan.

b) Pengerahan dan penggunaan kekuatan TNI dalam rangka


mendukung kepentingan nasional sesuai peraturan perundang-
undangan.

6) Pengerahan dan penggunaan kekuatan negara dalam tugas


perbantuan diarahkan pada tugas perbantuan dalam menjaga
keselamatan Warga Negara Indonesia di luar negeri dan membantu
negara sahabat atau tetangga yang terancam dan dianggap negara
tersebut mendukung kepentingan nasional Indonesia.

d. Kebijakan Regulasi Pertahanan Negara.

Arah kebijakan regulasi pertahanan egara dititikberatkan pada


percepatan pembentukan peraturan perundang-undangan bidang
pertahanan yang akan masuk dalam Program Legislasi Nasional Jangka
Menengah 2020 – 2024. Penyelengaraannya melalui:

1) Melaksanakan Pengkajian dan evaluasi terhadap peraturan


perundang-undangan bidang pertahanan dalam rangka
menyesuaikan dengan perkembangan peraturan perundang-
undangan yang telah diundangkan.

2) Menyusun Rancangan Undang-Undang (RUU) antara lain:


Rancangan Undang-Undang tentang Keamanan Nasional, Rancangan
Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia dan Rancangan
Undang-Undang tentang Pengelolaan Ruang Udara Nasional, serta
peraturan perundang-undangan yang didelegasikan oleh peraturan
perundang-undangan di bidang pertahanan dan peraturan
perundang-undangan yang merupakan ratifikasi dari perjanjian
internasional bidang pertahanan yang masuk dalam daftar kumulatif
terbuka.

3) Menyusun Rancangan Peraturan Pemerintah dan Peraturan


Presiden yang merupakan perintah pelaksanaan dari Undang-Undang
58

dan/atau untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan


pemerintahan bidang pertahanan.

4) Menyusun Peraturan lainnya, baik berupa Peraturan Menteri


maupun Keputusan Menteri disesuaikan dengan kebutuhan dan
perencanaan.

5) Memberikan masukan kepada Kementerian, Lembaga terkait


penyusunan/ perumusan peraturan perundang-undangan dengan
memperhatikan aspek pertahanan negara.

e. Kebijakan Anggaran Pertahanan Negara

Penyiapan anggaran ditujukan untuk penyelenggaraan pertahanan


negara diarahkan pada: Pembangunan anggaran kekuatan pertahanan dan
pemenuhan kebutuhan alutsista; Pemenuhan kebutuhan yang bersifat
produktif dan berimplikasi positif bagi peningkatan kualitas sumber daya
manusia dan pendidikan; Memacu industri pertahanan hulu sampai hilir
dalam kerangka pemenuhan target kekuatan pokok minimum/Minimum
Essential Force (MEF); dan belanja pertahanan untuk menjadi investasi
pertahanan. Penyelenggaraannya melalui:

1) Pemanfaatan anggaran dalam perumusan perencanaan strategis


guna pengelolaan sumber daya nasional bagi kepentingan
pertahanan.

2) Pembangunan postur pertahanan militer dalam rangka


mencapai Kekuatan Pokok Minimum (MEF) tahap ketiga komponen
utama, serta penyiapan komponen cadangan dan komponen
pendukung secara bertahap.

3) Pembangunan sarana dan prasarana, pengembangan organisasi


dan penambahan personel yang mengacu pada kebijakan right sizing
dan proporsional growth.

4) Peningkatan profesionalisme berupa pendidikan dan latihan,


peningkatan kesejahteraan prajurit dan pegawai negeri sipil
Kementerian Pertahanan dan TNI meliputi kecukupan penghasilan,
jaminan kesehatan, pendidikan, pensiun, dan perumahan.

5) Pengembangan sistem dan industri pertahanan, pembangunan


pertahanan militer berbasis teknologi, pembangunan wilayah
pertahanan, kerja sama pertahanan, dan pengerahan, serfta
penggunaan kekuatan pertahanan militer termasuk kegiatan bela
negara dan kegiatan penyelenggaraan pertahanan lainnya sesuai
kebutuhan.
59

6) Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi anggaran untuk


pertahanan nirmiliter antara Kementerian Pertahanan dan TNI dengan
Kementerian, Lembaga terkait dan Pemda. Dalam konteks
penyelenggaraan pertahanan egara, anggaran pertahanan nirmiliter
menjadi tanggung jawab Kementerian, Lembaga terkait dan Pemda
sesuai dengan bidang, tugas dan fungsi masing-masing.

7) Penanganan kondisi tertentu yang bersifat darurat untuk


bantuan kemanusiaan seperti bencana alam, pertolongan dan
pencarian, serta kondisi tertentu lainnya yang dapat terjadi sewaktu-
waktu.

f. Kebijakan Pengawasan Pertahanan Negara.

Penyelenggaraan pengawasan dilaksanakan melalui pengawasan


internal dan eksternal sesuai dengan prosedur dan mekanisme serta
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kebijakan pengawasan
diarahkan pada penyelenggaraan pertahanan negara dalam rangka
mencegah terjadinya penyalahgunaan anggaran, dan menjamin
akuntabilitas pengelolaan anggaran, serta pencapaian tata kelola
pertahanan yang baik dengan mengedepankan reformasi birokrasi secara
tepat. Kebijakan penyelenggaraan pengawasan pertahanan negara
diarahkan pada:

1) Pembangunan Zona Integritas menuju wilayah bebas dari


korupsi guna mewujudkan komitmen pencegahan korupsi melalui
pelaksanaan kegiatan-kegiatan pencegahan korupsi dalam bentuk
yang lebih nyata secara terpadu.

2) Peningkatan kerja sama dan koordinasi dengan Kementerian,


Lembaga terkait guna efektivitas pelaksanaan pembangunan zona
integritas, diantaranya dengan Kemenpan RB dan pihak Unit
Penggerak Integritas (UPI) misalnya Badan Pemeriksa Keuangan
Pembangunan (BPKP), Badan Kepegawaian Negara (BKN), dan
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

3) Penerapan pola pengawasan pre audit, current audit dan post


audit dengan penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
(SPIP).

4) Percepatan tindak lanjut atas rekomendasi, dari setiap temuan


pengawasan dan pemeriksaan baik dari internal audit maupun
60

eksternal audit dalam rangka mendapatkan opini Wajar Tanpa


Pengecualian (WTP).

19. Evaluasi.

a. Jelaskan secara singkat kebijakan pembangunan Postur Pertahanan


Negara !

b. Jelaskan kebijakan pengerahan kekuatan pertahanan negara untuk


menghadapi ancaman militer !

c. Jelaskan secara singkat tentang kebijakan anggaran pertahanan !

BAB VI
EVALUASI AKHIR PELAJARAN

20. Evaluasi. Dari uraian pembahasan tentang Kebijakan Umum Pertahanan


Negara Indonesia, dapat disampaikan beberapa pertanyaan sebagai bahan
evaluasi untuk Perwira Seskoad, yaitu :

a. Menurut Pasis mengapa pertahanan negara sedemikian pentingnya


sehingga perlu dibuat suatu Kebijakan Umum yang dikeluarkan melalui
Perpres, jelaskan !

b. Kebijakan Umum pertahanan negara tahun 2020-2024 mengacu pada


landasan Historis, landasan Yuridis dan landasan Konseptual. Jelaskan
secara singkat tentang landasan Yuridis dalam penyusunan kebijakan ini !

c. Jelaskan pula secara singkat mengenai landasan koseptual dari


penyusunan kebijkan umum pertahanan negara 2020-2024 !

d. Pembangunan pertahanan negara diperlukan untuk membangun


kekuatan pertahanan yang tangguh. Jelaskaan secara singkat pokok-pokok
kebijakan umum pertahanan militer !
61

e. Pembangunan pertahanan negara diperlukan untuk membangun


kekuatan pertahanan yang tangguh. Jelaskaan secara singkat pokok-pokok
kebijakan umum pertahanan nirmiliter !

f. Kebijakan Penyelenggaraan Pertahanan Negara tahun 2020 – 2024


mengacu pada landasan yuridis dan landasan konsepsional. Jelaskan apa
yang menjadi landasan yuridis tersebut !

g. Di dalam Kebijakan Penyelenggaraan Pertahanan tahun 2020 – 2024


terdapat beberapa hal yang menjadi landasan konsepsional, diantaranya
hakekat ancaman. Jelaskan apa isi hakekat ancaman tersebut !

h. Jelaskan apa yang menjadi kebijakan pembangunan pertahanan


negara, khususnya pertahanan militer !

i. Jelaskan pelaksanaan Kebijakan Pembangunan Wilayah Perbatasan


dan PPKT !

j. Jelaskan secara singkat tentang kebijakan Anggaran Pertahanan


Negara !

RAHASIA

BAB VII
PENUTUP

21. Penutup. Demikian Naskah Departemen ini disusun sebagai bahan ajaran
untuk pedoman bagi Dosen dan Perwira Siswa dalam proses belajar mengajar
Kebijakan Pertahanan Negara pada Dikreg Seskoad.

KOMANDAN SEKOLAH STAF DAN KOMANDO TNI AD,

Dr. ANTON NUGROHO, MMDS., M.A.


MAYOR JENDERAL TNI
TELAH DITELITI OLEH
PEJABAT PARAF TANGGAL
Kabagminjemen
Kadep Jemen
Kabidjaminmutudik
Wadirdik
Dirdik
Kasetum
Wadan

Anda mungkin juga menyukai