PERSOALAN DISKUSI
BIDANG STUDI : SOSIAL DAN TEKNOLOGI
SUB BIDANG STUDI : TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
MATA PELAJARAN : DIPLOMASI DAN NEGOSIASI
1. Pengantar.
Praktik lobi dan negosiasi oleh pejabat pemerintah sudah menjadi hal yang lumrah
untuk ditemui di berbagai negara di dunia. Misalnya saja, pertemuan yang dilakukan oleh
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dengan Presiden Korea Utara, Kim Jong-un di
Singapura tahun 2018 lalu. Dalam pertemuan itu, Presiden Trump berjanji menunda
latihan militer bersama dengan Korea Selatan sebagai imbalan atas komitmen Korea Utara
melakukan denuklirisasi. Pertemuan tersebut berakhir dengan jabat tangan sebagai tanda
mencairnya hubungan antara kedua negara (Shonk, 2018). Contoh kasus di Indonesia
yaitu perebutan kembali Irian Barat (saat ini Papua) dari Belanda pada 1 Mei 1963 karena
suksesnya lobi-lobi yang dilakukan tokoh Indonesia yang berpengaruh di dunia
internasional. Kala itu, diplomat Indonesia mampu melakukan lobi kepada banyak
pemimpin dunia untuk menekan Belanda agar mengakui kedaulatan Indonesia di Irian
Barat (Fauzan, 2015). Menurut Joos (2011), lobi atau representasi kepentingan erat
kaitannya dengan politisi atau otoritas administratif yang biasanya menyasar kelompok
tertentu. Lobi bertujuan untuk mendapatkan pengaruh yang pasti dan seolah-olah hampir
bisa diukur pada keputusan politik tertentu. Jika lobi membahas konten yang cenderung
sensitif, maka kerahasiaan dan kebijaksanaan menjadi penting. Lobi dapat dikatakan
sukses jika perencanaan di awal cukup terperinci dan orang yang melakukan lobi harus
memiliki pengetahuan mendalam tentang arena politik. Sementara, negosisasi diartikan
sebagai salah satu pendekatan untuk mengelola konflik dalam seting antar pribadi,
kelompok, organisasi, masyarakat, dan internasional.
Klaim yang membuat repot negara-negara tetangga ternyata dipicu dari kebijakan
pemerintahan Partai Kuomintang (saat itu di Taiwan), bahwa wilayah China mencapai 90
persen Laut China Selatan, namun tidak pernah menyinggung isu Natuna dihadapan PBB,
sejak 1996 Indonesia telah mengerahkan lebih dari 20.000 personil TNI untuk menjaga
Natuna yang memiliki cadangan gas terbesar di Asia. Memasuki era Presiden Joko
Widodo, pihaknya kembali menegaskan dengan keras, bahwa Sembilan Titik yang diklaim
China tidak memiliki dasar hukum internasional apa pun. Bahkan dikutip dari Surat Kabar
Jepang Yomiuri Shimbun, Presiden Joko Widodo mengatakan China perlu hati-hati dalam
menentukan peta perbatasan lautnya karena Indonesia salah satu negara yang terancam
dirugikan akibat Sembilan Titik yang digambar China tersebut.
Menurut Kementrian Luar Negeri, klaim China atas Natuna telah melanggar Zona
Ekonomi Eksklusif milik Indonesia karena posisi Natuna sangat jauh dari China dan justru
berdekatan dengan batas Vietnam dan Malaysia, sehingga tidak masuk akal jika China
mengklaim Natuna masuk wilyahnya. Sampai saat ini Natuna masih menjadi sasaran
negara-negara asing untuk berlayar masuk ke wilayah tersebut dan bahkan Indonesia
beberapa kali masih menangkap kapal-kapal asing yang masuk ke Natuna. Dilansir dari
Kompas.com, kapal penangkap ikan dan coast guard China diduga melakukan
pelanggaran Zona Ekonomi Eksklusif dengan memasuki Perairan Natuna pada 31
Desember 2019. Mereka juga melakukan pelanggaran ZEE seperti melakukan praktik
illegal dan Unreported and Unregulated (IUU) Fishing di wilayan tertitori Indonesia.
Pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Retno Masudi meminta China untuk
patuh terhadap ketentuan yang telah ditetapkan UNCLOS 1982 tentang batas teritori.
Selain itu kementrian Luar Negeri telah mengirimkan nota protes resmi dan memanggil
Dubes China untuk Indonesia di Jakarta. Landas Kontinen suatu negara pantai meliputi
dasar laut dan tanah di bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di
luar teritorial. Teritorial yang dimaksud adalah sepanjang 200 mil laut dari garis pangkal.
Landas Kontinen negara pantai tidak boleh melebihi batas-batas yang sudah diatur
dalam Pasal 76 ayat 4 hingga 6, dimana salah satu masalah penting dari klaim China
adalah garis demarkasi walaupun tidak ada peta yang bisa menunjukkan seperti apa
bentuk garis tersebut karena walaupun tidak ada penjelasan dari pihak China. Sembilan
Titik atau Nine Dash Line China tidak bisa disahkan sebagai perbatasan teritorial karena
tidak sesuai dengan hukum internasional. Dalam hukum internasional mengatakan bahwa
perbatasan teritorial harus stabil dan terdefinisi dengan baik.
4
Sembilan Titik yang dibuat China tidak stabil karena dari 11 menjadi sembilan garis
tanpa alasan dan tidak ada definisi secara jelas dan kuat. Selain itu tidak memiliki
koordinat geografis dan tidak menjelaskan bentuk bila semua garis dihubungkan.
Pemerintah Indonesia tetap melakukan beberapa upaya diplomatik dengan China, agar
sengketa Laut China Selatan tidak meluas sampai ke Natuna. Kedua belah pihak sudah
sepakat mengedepankan diplomasi dengan mengimplementasikan Declaration on the
Conduct of Parties in the South China Sea (DOC). Selain itu, Indonesia juga sudah
mengusulkan zero draft code of conduct South China Sea yang bisa dijadikan senjata bagi
diplomasi Indonesia. Tiga poin tersebut, yaitu: 1) menciptakan rasa saling percaya, 2)
mencegah terjadinya insiden, 3) mengelola insiden, jika memang insiden terjadi dan tidak
dapat dihindari.
2. Tujuan Diskusi.
c. Pertanyaan.
Persoalan nomor 1.
1) Metode :
a) Mendiskusikan terhadap jawaban persoalan yang telah
disampaikan/dipaparkan Pasis.
Mengetahui
Kadepsos dan Tek Seskoad,
Suwanto, S.I.P.
Kolonel Inf NRP 32710
a
r
u
SEKOLAH STAF DAN KOMANDO TNI AD
DEPARTEMEN SOSIAL DAN TEKNOLOGI
DAFTAR NAMA DOSEN DAN PATUN SERTA NO HP
NO NAMA PKT, KORP DOSEN POK NO HP/WA
NAMA DAN NO HP DOSEN
1. Disi Purwiantoro Ltk Inf I 082121961994
2. Rahman Sujana Kol Inf II 081311166989
3. Bambang Pranowo, S.Sos., M.AP. Kol Czi III 081346289992
4. Prima Hadinuranto, S.Pd., M.M.Pd. Kol Inf IV 081343099385
5. Hastono Djati Sundoro Kol Czi V 081295242288
6. Akhmad Syaiku, S.Ag., M.Pd. Kol Inf VI 081216587005
7. Trio Sesanda Kol Cpn VII 081288310013
8. Singgih Pambudi Arinto, S.I.P., M.M. Kol Inf VIII 081282431097
9. Drs. Paiman Kol Inf IX 081343031271
10. Wawan Indaryanto, S.Pd. Ltk Inf X 081360113393
11. Dodi Kuswandi, S.Sos., M.Si. Kol Czi XI 081312907366
12. Efrijon Kroll, S.I.P. Kol Czi XII 08117961995
13. Roy Hansen J. Sinaga, S.Sos. Kol Inf XIIII 085253119380
14. Puji Setiono Kol Kav XIV 08122448117
15. Indra Padang, S.Sos., M.I.Pol. Ltk Inf XV 081343451555
16. Yunik Hartono, S.Pd. Ltk Inf XVI 085216280103
17. Clement Haposan P. Siahaan Kol Inf XVII 081350413396
18. Beni Mutiha Tampubolon Kol Cba XVIII 0818424211
19. Hari Santoso, S.Sos. Kol Inf XIX 085370501997
20. Zusnan Hadi Hudaya, S.I.P. Ltk Inf XX 081343181160
NAMA DAN NO HP PATUN
NO NAMA PKT, KORP PATUN POK NO HP/WA
1. Dwi Bima Nurrahmat, S.E., M.Sc. Kol Czi I 08111121996
2. Ade Heri Kurniawan. Kol Czi II 081367717734
3. Bagus Tri Wibowo. Kol Arm III 081280008199
4. Rachmad Kol Inf IV 081227222093
5. Ardianto, S.I.P. Kol Inf V 08122160672
6. Firdaus Agustiana, S.I.P., M,M. Kol Inf VI 08244331994
7. Sarkistan Sihaloho, S.E. Kol Arm VII 082217581996
8. Parluhutan Marpaung, S.I.P. Kol Inf VIII 085359101117
9. Anggoro Nur Setiawan, S.I.P., M.M. Kol Arm IX 081321362692
10. Sujadi Kol Czi X 081240590770
11. Lukman Hakim Kol Inf XI 081343048794
12. Muhammad Asep Apandi, S.I.P. Kol Inf XII 082117800095
13. Ari Aryanto, S.E. Kol Inf XIII 081220621996
14. Godman Siagian, S.I.P. Kol Czi XIV 08121181990
15. Unang Sudargo, S.H. Kol Inf XV 081341662889
16. Anak Agung Ngurah Romy S Kol Cpn XVI 085225034173
17. Gatot Heru Buana. Kol Inf XVII 081394701001
18. Agus Prasetyo Ari Wibowo Kol Inf XVIII 081348906996
19. Andiek Prasetyo Awibowo, S.I.P., M.Si. Kol Inf XIX 081337223277
20. Eden Chandra Hayat Kol Inf XX 081224494949
21. Sandy Oktaviana, A. Md. Ltk Arh PNS 081310869698
Mengetahui
Kadepsos dan Tek Seskoad
Suwanto, S.I.P.
Kolonel Inf NRP 32710