1. Latar belakang
TNI Angkatan Darat adalah bagian integral dari TNI yang mengemban
tugas pokok menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa
dan negara.1Sebagai upaya agardapat menjamin keberhasilan tugas pokok
tersebut, TNI Angkatan Darat perlu memelihara kesiapsiagaan operasionalnya
agar memiliki kemampuan untuk menghadapi segala bentuk ancaman militer
yang datang dari luar maupun dari dalam negeri. Tampilan kesiapsiagaan
operasional TNI Angkatan Darat tersebut salah satunya dapat dilihat dari
terwujudnya interoperabilitas antar kecabangan TNI Angkatan Darat yang
memiliki keterpaduan atau terintegrasi dengan baik, sehingga akan memiliki
daya tangkal dan daya tanggap serta kecepatan merespon dan mampu
mempertimbangkan waktu reaksi dan fleksibilitas pelaksanaan operasi,
terutama dalam rangka menghadapi setiap ancaman dari manapun datangnya.
Dinamika lingkungan strategi global yang begitu cepat, telah menggeser suatu
paradigma bahwa ancaman itu saat ini telah bersifat multidimensional. Merujuk
pada Buku Putih Pertahanan Indonesia (2008) bahwa ancaman dapat dibedakan
menjadi ancaman militer dan ancaman nir militer atau yang lebih dikenal juga
dengan ancaman non militer. Kedua ancaman tersebut sesungguhnya sangat
membahayakan keamanan dan kelangsungan hidup dalam kehidupan bangsa
dan negara. Ancaman militer merupakan ancaman yang menggunakan kekuatan
bersenjata yang terorganisasi yang dinilai punya kemampuan membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap
bangsa.
Ancaman militer tersebut dapat berupa agresi, pelanggaran wilayah,
pemberontakan bersenjata, sabotase, spionase, aksi teror bersenjata, ancaman
keamanan laut serta udara, dan konflik komunal. Dalam pada itu, ancaman nir
militer merupakan ancaman yang menggunakan faktor-faktor nir militer yang
dinilai mempunyai kemampuan membahayakan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman nir militer ini dapat
berdimensi dalam bentuk ideologi, ekonomi, politik, sosial-budaya, teknologi dan
informasi. Untuk ancaman militer yang sering terjadi di wilayah Indonesia bagian
Timur, lebih tepat di Papua masih banyak terjadinya pemberontakan yang
dilakukan oleh oknum-oknum tertentu, misalnya oleh Organisasi Papua Merdeka
(OPM). Peristiwa yang terjadi di Pulau Jawa tersebut memicu terjadinya demo
besar-besaran di beberapa kota yang ada di Papua. Hal ini menjadi suatu bentuk
keprihatinan bagi rakyat Indonesia karena ada oknum-oknum yang mengobarkan
api amarah di Papua. Dalam pada itu, dua isu saat ini yang menjadi ancaman nir
militer atau non militer yang sedang melanda Indonesia, mewabahnya paham
radikalisme di Indonesia. Radikalisme sebagai suatu tindakan dan gerakan,
ditandai oleh aksi ekstrem yang dilakukan untuk mengubah suatu keadaan
seperti yang diinginkan (Jainuri, 2016: 5). Tujuan dari Gerakan radikal tersebut
pada dasarnya untuk dapat mendirikan suatu sistem yang diinginkan dan dicita-
citakan oleh kelompoknya.
Ancaman nir militer lainnya adanya keinginan untuk mengganti ideologi
Pancasila sebagai dasar negara. Padahal, sebenarnya Pancasila ini sudah
bersifat final dan tidak boleh ada yang menentangnya lagi. Namun, keberadaan
Pancasila sendiri saat ini telah terusik. Kondisi tersebut harus segera ada
perbaikan dan penyelesaian. Artinya, tidak hanya Tentara Nasional Indonesia
yang memperbaikinya dan menyelesaikannya, namun semua elemen dan
komponen Bangsa Indonesia bertanggungjawab untuk memperbaiki dan
menyelesaikannya. Karena ancaman yang terjadi tersebut dikhawatirkan dalam
jangka panjang dapat mengganggu stabilitas nasional.
Ancaman militer dan nir militer sebagai akibat dari globalisasi yang
melanda dunia, akan berdampak luas pada masyarakat Indonesia. Sehubungan
dengan itu, konsepsi tentang geostrategi Indonesia sangat diperlukan untuk
mewujudkan dan mempertahankan integrasi bangsa dalam masyarakat yang
sangat majemuk dan heterogen dengan mengacu pada Pembukaan UUD 1945,
geostrategi Indonesia dirumuskan dalam bentuk ketahanan nasional (Armawi,
2018: 62). Oleh karena itu, maka di sini penguatan ketahanan nasional sangat
dibutuhkan, bahkan penting untuk mengatasi berbagai macam ancaman yang
terjadi di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Penguatan Ketahanan Nasional Dalam menghadapi ancaman yang
bersifat multidimensional, maka penguatan terhadap ketahanan nasional
merupakan suatu kondisi yang tidak dapat terelakkan. Kemajuan teknologi,
informasi, dan komunikasi yang di bawa oleh globalisasi ternyata menimbulkan
ancaman bagi suatu negara, tak terkecuali ancaman tersebut juga dapat
melanda Indonesia. Tentara Nasional Indonesia sebagai garda terdepan
kekuatan militer yang dimiliki oleh Republik Indonesia harus mampu menghadapi
dinamika lingkungan strategi global dan regional dari adanya paradigma
transformasi perang yang terjadi saat ini melalui perang asimetris, perang
ideologi, perang pola pikir, maupun perang informasi. Perang yang ada tersebut
ternyata tidak menggunakan biaya yang mahal ataupun pasukan yang banyak,
cukup dengan menggunakan kemajuan teknologi yang dimiliki oleh suatu negara
dan manusia yang mampu mengendalikannya. Bahkan perang tersebut ternyata
dengan mencuci otak manusia-manusia dalam suatu negara, kelak dikemudian
hari akan menentang secara ekstrim terkait dengan ideologi yang dianut oleh
negara. Pada hakikatnya dapat dilihat dari ancaman militer dan nir militer.
Persoalan ancaman militer dapat berupa agresi, pelanggaran wilayah,
pemberontakan bersenjata, sabotase, spionase, aksi teror bersenjata, ancaman
keamanan laut serta udara, dan konflik komunal. Sebaliknya, ancaman nir militer
berdimensi dalam bentuk ideologi, ekonomi, politik, sosial-budaya, teknologi dan
informasi.
Ancaman ini sifatnya multidimensional, maka tentunya menjadi suatu
kewaspadaan yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia dalam
mengantisipasi berbagai macam ancaman tersebut. Penguatan terhadap
ketahanan nasional sangat dibutuhkan, ketahanan nasional Indonesia harus
berparadigma pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dengan
demikian perlu adanya suatu pengembangan Sumber Daya Manusia yang baik
untuk meningkatkan kualitas ketahanan nasional.
Dalam Buku Strategi Pertahanan Negara tahun 2015 dikemukakan bahwa
sumber daya pertahanan dikelola melalui proses transformasi untuk mengubah
potensi sumber daya nasional menjadi elemen kekuatan nasional. Elemen-
elemen kekuatan nasional terdiri dari: Sumber daya pertahanan militer dan
sumber daya pertahanan nirmiliter (Strategi Pertahanan Negara, 2015 : 52).
Sumber Daya Pertahanan Militer terdiri dari Komponen Utama, Komponen
Cadangan, Komponen Pendukung dan Sarana dan Prasarana Nasional.. Namun
demikian hingga saat ini kesemestaan dalam pertahanan negara belum dapat
berjalan karena belum ada peraturan perundang-undangan lain sebagai
landasan hukumnya. Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara, kesemestaan sistem pertahanan negara tercermin dengan
terbentuknya komponen cadangan dan komponen pendukung yang didahului
dengan adanya pembinaan kesadaran bela negara untuk membangun karakter
nasionalisme bangsa. Ketentuan-ketentuan tersebut seharusnya diatur lagi
dengan Undang-Undang. Padahal kesiapan pengelolaan sumber daya nasional
dalam bidang pertahanan merupakan langkah strategis agar sistem pertahanan
negara yang bersifat semesta dapat terwujud dan diaplikasikan sehingga
terbangun daya saing bangsa dibidang pertahanan dalam kancah internasional.
2. Pokok Masalah
a. Kelemahan satuan Infanteri TNI-AD dan bagaimana
meningkatkan profesionalisme Satuan Infanteri ,agar mampu
berkompetisi dalam melaksanakan tugas pokok yang akan datang.
b. Karakteristik pertempuran pada saat ini yang paling mungkin
terjadi di kemudian hari,dan apa yang akan berubah dari sebelumnya.
Serta alutsista apa yang akan di gunakan dan taktik bertempur mana
yang akan digunakan dalam pertempuran untuk meminimalisir korban .
c. Faktor yang menentukan dalam kemenangan dan kekalahan
dalam bertempur. Dan menggunakan tekhnologi yang berkembang untuk
bertempur dan Negara sudah berlomba lomba memajukan tekhnologi
untuk bertempur,bagaimana cara satuan infanteri memenangkan
pertempuran
d. Apakah separatisme di Papua semakin massif? Apakah ada
peningkatan taktik dalam bertempur ? apabila tidak mengapa banyak
korban dari satuan infanteri? Apabila iya, apa perbedaan taktik yang
diterapkan dari sebelumnya dan bagaimana idealnya satuan
infanteridipersiapkan untuk menghadapi separatis di Papua?
3. Pokok-pokok persoalan yang ditemukan
a. Menurunya kemampuan prajurit di satuan dan menimbulkan tidak
berjalannya tugas pokok TNI-AD.
b. Kurangnya kepedulian pengembangan kemampuan prajurit dan
pemanfaatan tekhnologi yang berkembang pada saat ini.
c. Kurangnya militan pada prajurit di satuan TNI-AD khususnya di
satuan masing-masing.
d. Banyaknya tingkat pelanggaran pada prajurit di satuan
Alim Mustofa
Letnan kolonel Inf NRP 11020028030578
Lampiran :
1. Alur pikir
2. Daftar Referensi
Lampiran 1
ALUR PIKIR
MEMBENTUK KARAKTER PRAJURIT INFANTERI YANG PROFESIONAL
UNTUK MENGHADAPI TUGAS YANG AKAN DATANG
TANTANGAN
TUGAS YANG
AKAN DATANG
PRAJURIT KARAKTER
INFANTERI YANG PRAJURIT
PROFESIONAL INFANTERI YANG
DIHARAPKAN