Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH PROGRAM LATIHAN TON TANGKAS

TERHADAP PROFESIONALISME PRAJURIT


DI BATALYON INFANTRI 400/BANTENG RAIDER

OLEH

SERMADATAR INF FAISAL FIAN AZIZI


Nomor AK : 2016.062

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PERTAHANAN


AKADEMI MILITER
MAGELANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Diakui bahwa usaha bangsa Indonesia untuk menegakkan


Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 tidak terlepas dari dukungan
TNI AD sebagai salah satu kekuatan utama dalam menegakan kedaulatan
NKRI. Sampai dengan saat ini, tugas TNI AD semakin berat seiring
dengan perkembangan global yang menyebabkan adanya pergeseran
ancaman yang multi dimensional dan sulit terprediksi. Bahkan oleh ahli
perang sekalipun.
Disisi lainnya, adanya fenomena kemajuan senjata di seluruh
negara dunia, khususnya di kawasan ASEAN, telah menyebabkan
tantangan bagi TNI AD untuk terus menjaga profesionalitas dalam
ketrampilan militernya. Hal ini disebabakan kemajuan dan perkembangan
teknologi yang sangat pesat ,membuat teknologi – teknologi baru
bermunculan sesuai dengan kebutuhan saat ini . Pada saat ini TNI AD
sedang berusaha untuk mengikuti dan mengejar ketertinggalanya dengan
bekerjasama dengan pt pindad.
Dalam menunjang kemajuan teknologi prajurit TNI harus dapat
mengembangkan potensi dirinya cara yang digunakan dapat dilaksanakan
dengan pembinaan mandiri maupun pembinaan batalyon . batalyon harus
mempunyai program latihan yang dapat menambah dan meningkatkan
kemampuan serta kekompakakan antar anggota di setiap satuan ,sebab
kekompakan yang dihasilkan dari latihan dapat menjadikan prajurit TNI
semakin professional. Batalyon mempunyai peranan penting dalam
mendukung pertahanan dan keamanan nasional. Pelaksanaanya setiap
batalyon diberi kebebasan untuk meningktatkan kemampuan personelnya
menjadi orajurit yang mempunyai kemampuan yang melebihi kemampuan
militer negara lain.
Untuk mencapai hal tersebut setiap batalyon harus mampu
melaksanakan pembinaan dan peningkatan kemampuan prajurit baik di
kemampuan prajurit dalam menguasai teknologi baru alutsista TNI yang
baru di adakan oleh pemerintah maupun kemampuan fisik dan mental
serta profesionalisme perorangan setiap prajurit.
Berpijak dari pemahaman diatas, maka program latihan di Batalyon
harus ditingkatkan dan dilaksanakan secara maksimal guna tercapainya
prajurit TNI yang professional dan mempunyai kemampuan yang tidak
kalah dari militer negara lain, sehingga TNI tidak akan dipandang sebelah
mata.
Pentingnya program latihan ton tangkas dalam mendukung
profesionalisme prajurit dan kemampuan batalyon. Guna menjadikan
Tentara Nasioanal Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) menjadi prajurit
yang profesional tentunya harus dengan latihan dan latihan. Dengan
latihan maka akan diperoleh parjurit yang dapat menjalankan tugasnya
sebagai pertahanan negara yang tangguh. Tentara yang tangguh tentunya
harus memiliki kecakapan intelektual, fisik dan disiplin tinggi. Dengan
dasar tersebut maka TNI AD sadar betul dengan hanya cara berlatih dan
berlatih maka akan melahirkan prajurit TNI AD profesional. Dengan dasar
tersebut maka TNI AD melakukan teroboson dengan melakukan Lomba
Pleteon Tangkas (Tontangkas) setiap semester atau dua kali setahun.
Penyelenggaraan Lomba Peleton Tangkas yang telah dilaksanakan
selama ini telah memberikan kontribusi positif terhadap pembinaan
kemampuan dan keterampilan prajurit di satuan dalam upaya membentuk
profesionalisme prajurit yang memiliki disiplin, kemampuan menembak,
kemampuan fisik, kemampuan beladiri serta jago berperang. lomba yang
pertandingan pada Lomba Pleton Tangkas meliputi Kesegaran Jasmani
(Samapta A), Renang Militer, Ilmu Medan, Menembak Fistol dan
Menembak senapan Panjang, Lintas Medan, How to Fight (HTF) dan
Halang Rintang (HR).
Melihat perlombaan yang memerlukan fisik yang prima dan displin
yang tinggi tentunya hanya prajurit terlatih yang akan sanggup mengikuti
kejuaraan ini.
Dengan memiliki prajurit yang tangguh dan tregginas serta
profesional maka keselamatan bangsa dan negara akan selalu terjaga.
adanya perlombaan ini setiap batalyon berlomba – lomba meningkatkan
kemampuan anggotanya ,karena di dalam perlomban ini terdapat gengsi
antar batalyon. Sehingga kemampuan setiap anggota terus meningkat .
Permasalahan yang ada tentang program latihan yaitu kegiatan
non program dan kegaitan protokoler yang sewaktu waktu dapat muncul
dan harus dilaksanakanoleh batalyon tersebut. Sehingga terkadang
membuat program latihan dikesampingkan.
Keterbatasan tempat latihan yang dimiliki tiap batalyon
memnyebabkan tidak optimal dalam berlatih. Disposisi tiap satuan yang
tersebar jauh,sehingga pengawasan satuan dalam memastikan latihan
dilaksanakan dengan baik dan sesuai aturan menjasi sangat terbatas.
Yang paling utama rendahya motivasi prajurit dalam meningkatkan
dan memelihara kemampuan yang dimilikinya di satuan.
Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap “Pengaruh Program Latihan Ton Tangkas terhadap
Profesionalisme Prajurit Di Batalyon Infanteri 400/Banteng Raider” .

2. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dimaksudkan agar penelitian yang dilakukan
lebih fokus dan terarah sehingga hasil penelitian lebih jelas dan
bermanfaat. Dalam penelitian tugas akhir ini penuis hanya membatasi
tentang program latihan ton tangkas terhadap profesionalisme prajurit
di batalyon infanteri 400 / banteng rider terhadap pleton yang akan
diikutsertakan dalam lomba ton tangkas 2018.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pendahuluan yang telah dipaparkan diatas makab
rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
a. Apakah ada pengaruh latihan ton tangkas terhadap
profesionalisme prajurit di satuan?
b. Apa saja kendala dalam melaksanakan latihan ton tangkas
c. Seberapa besar pengaruh perlombaan ton tangkas terhadap
kemampuan prajurit

4. Tujuan Penelitian
Untuk mempengaruhi pengaruh latihan prajurit dalam
menghadapi perlomban ton tangkas terhadap profesionalisme prajurit
batalyon infanteri 400/BR

5. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Memberikan pengetahuan tambahan yang mencakup
pengembangan kemampuan pada lembaga akademi militer
magelang
b. Manfaat taktis
Umtuk memberikan pengetahuan tambahan terhadap saya
sendiri yang merupakan calon danton baru yang harus
mempunyai kemampuan diatas rata – rata para anggota. Dan
di satuan baru peluang untuk menjadi danton pada
perlombaan pleton tangkasa sangat besar.

6. Sistematika Penuisan

Dalam sistematika penyusunan tugas akhir ini penulis


membaginya dalam lima bab dan setiap babnya terdiri dari sub bab
sebagai pejabarannya. Adapun sistematika
a. Bab I Pendahuluan :
Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah
pembatasan dan perumusan masalah,tujuan dan manfaat
penelitian, serta sistematika penulisan. Tujuan dari bab ini
adalah memberikan gambaran atau kerangka pikir secara
umum mengenai pelaksanaan penelitian ini
b. Bab II Landasan Teori :
Bab ini merupakan bab yang akan menguraikan keseluruhan
dasar teori dan definisi dari variabel yang diteliti meliputi
pengertian pengaruh, pengertian kualitas, pengelompokkan
kualitas , dan penjabaran jiwa kepemimpinan. Tujuan dari
bab iniadalah dalam membentuk acuan kerangka berpikir
yang akan berguna dalam pelaksanaan penelitian ini
c. Bab III Metodologi Penelitian
Bab ini terdiri dari pemilihan lokasi penelitian ,metode
penelitian ,populasi dan sampel, instrumen penelitian ,teknik
pengumpulan data, serta teknik analisis data. Tujuan dari
bab ini adalah untuk menjelaskan metode yang dipakai
untuk melakukan penelitian yang nantinya dapat digunakan
sebagai jembatan antara teori dengan pembahasan masalah
yang akan diteliti.
d. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Merupakan penyajian dan analisis data dengan mengacu
kepada keterkaitan antara permasalaahan ,studi
kepustakaan dan data hasil dari responden yang dilakukan
oleh penulis kepada narasumber untuk mendapatkan hasil
yang diinginkan
e. Bab V Penutup
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang diberikan. Bab
ini bertujuan memberikan informasi kepada pembaca
tentang hasil yang dicapai dari masalah yang diteliti.
BAB II
LANDASAN TEORI

7. Deskripsi teori
a. Professionalisme
Profesionalisme adalah suatu kemampuan dan keterampilan
seseorang dalam melakukan pekerjaan menurut bidang dan tingkatan
masing-masing(Kurniawan : 2005).Dari pendapat tersebut maka saya
menarik kesimpulan bahwa profesional adalah seseorang yang
melakukan pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan dan
keterampilan khusus dibidang pekerjaannya.
Dalam buku yang ditulis oleh Kunandar yang berjudul Guru
Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
disebutkan pula bahwa profesionalisme berasal dari kata profesi yang
artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh
seseorang.
Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu
yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang
diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, profesi adalah
suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu.1
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
profesi adalah suatu pekerjaan atau keahlian yang mensyaratkan
kompetensi intelektualitas, sikap dan keterampilan tertentu yang diperoleh
melalui proses pendidikan secara akademis.
Menyadari akan pentingnya profesionalisme dalam pendidikan,
maka Ahmad Tafsir mendefinisikan bahwa profesionalisme adalah paham
yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang
yang profesional. Definisi profesional berasal dari kata sifat yang berarti
pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai
keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya.
Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat profesional adalah
pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus
dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka
yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Dengan bertitik tolak
pada pengertian ini, maka pengertian tenaga pendidik profesional adalah
orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai
tenaga pendidik dengan kemampuan yang maksimal.
H.A.R. Tilaar menjelaskan pula bahwa seorang profesional
menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi atau dengan
kata lain memiliki kemampuan dan sikap sesuai dengan tuntutan
profesinya. Seorang profesional menjalankan kegiatannya berdasarkan
profesionalisme, dan bukan secara amatiran. Profesionalisme
bertentangan dengan amatirisme. Seorang profesional akan terus-
menerus meningkatkan mutu karyanya secara sadar, melalui pendidikan
dan pelatihan.2
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, profesi adalah
suatu jabatan, profesional adalah kemampuan atau keahlian dalam
memegang suatu jabatan tertentu, sedangkan profesionalisme adalah jiwa
dari suatu profesi dan profesional.

b. Latihan

Latihan (training) merupakan proses kerja atau berlatih yang


sistematis dan kontinyu, dilakukan secara berulang-ulang dengan beban
latihan yang semakin meningkat. Latihan yang sistematis adalah program
latihan direncanakan secara matang, dilaksanakan sesuai jadwal menurut
pola yang telah ditetapkan, dan evaluasi sesuai dengan alat yang benar.
Penyajian materi harus dilakukan dari materi yang paling mudah ke
arah materi yang paling sukar, dari materi yang sederhana mengarah
kepada materi yang paling kompleks.
Latihan harus dilakukan secara berulang-ulang, maksudnya latihan
harus dilakukan menimal tiga kali dalam seminggu. Dengan pengulangan
ini diharapkan gerakan yang pada saat awal latihan dirasakan sukar
dilakukan, pada tahap-tahap berikutnya akan menjadi lebih mudah
dilakukan. Beban latihan harus meningkat maksudnya, penambahan
jumlah beban latihan harus dilakukan secara periodik, sesuai dengan
prinsip-prinsip latihan, dan tidak harus dilakukan pada stiap kali latihan,
namun tambahan beban harus segara dilakukan ketika atlet merasakan
latihan yang dilaksanakan terasa ringan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

8. Lokasi dan Metode Penelitian


a. Lokasi
Penelitian dilaksanakan di Batalyon Infanteri Raider
400/BR yang berlokasi di Srondol Banyumanik,
Semarang,Jawa Tengah

b. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan pendekatan deskriptif
kuantitatif. Penelitian eksplanatori (explanatory research)
yaitu peneitian yang menyoroti hubungan antar variabel
penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan (Ida
Bagoes Mantra, 2000). Pendekatan kuantitatif digunakan
untuk pengukuran variabel dan hubungan antar variabel.

9. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini akan digunakan 3 variabel, yaitu 2 variabel
bebas yaitu programlatihan (X1), fasilitas (X2) dan satu variabel terikat,
yaitu profesionalisme(Y).

10. Defenisi operasional variabel


a. Latihan (training) merupakan proses kerja atau berlatih
yang sistematis dan kontinyu, dilakukan secara berulang-
ulang dengan beban latihan yang semakin meningkat.
Latihan yang sistematis adalah program latihan
direncanakan secara matang, dilaksanakan sesuai
jadwal menurut pola yang telah ditetapkan, dan evaluasi
sesuai dengan alat yang benar.
b. Kemampuan yaitu Menurut chaplin,”ability
(kemampuan,kecakapan,ketangkasan,bakat,kesanggupa
n) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan
suatu perbuatan “. “kemampuan bisa merupakan
kesanggupan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil
latihan atau praktek”.(Robin, 2000,).

Dengan indikator ;
1) Kemampuan jasmani
2) Kemampuan menembak

11. Populasi dan Sampel


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan, populasi bukan
hanya orang tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain, juga
bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari tetapi
meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga, waktu, maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yangdipelajari sampel itu,
kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi dan harus betul-
betul representatif (mewakili).
Dalam menentukan besarnya sampel, maka peneliti
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Slovin dalam Umar (2004),
menyatakan bahwa untuk menentukan minimal sampel yang dibutuhkan
jika ukuran populasi diketahui, dapat digunakan rumus seperti yang
disajikan berikut:
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2
Dimana :
N = Jumlah anggota batalyon
n = Jumlah anhggota yang dijadikan sampel
e = Tingkat kesalahan yang diperkenanka

Jika (N) sebanyak 301 orang dan (e) sebesar 10%, maka jumlah
prajurit yang dijadikan sampel adalah 75 orang.Dari hasil perhitungan
tersebut maka pengambilan sampel minimal yang diperkenankan agar
keputusan yang diambil dapat mewakili populasi adalah sebanyak 75
orang responden. Berdasarkan rumus di atas, maka banyaknya jumlah
responden yang dapat dijadikan sampel pada penelitian ini:

301
n= = 75,062344... atau 75 responden
1+301 𝑥(10%)2

Populasi dalam penelitian ini adalah prajurit batalyon infanteri rider


400, sedangkan pengambilan sampel menggunakan Probability Sampling
dengan teknik simple random sampling.Cara atau teknik ini dapat
dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat
umum.
Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap unsur atau
elemen populasi tidak merupakan hal yang penting bagi rencana
analisisnya.
Selama perbedaan gender, status kemakmuran, dan kedudukan
dalam organisasi, serta perbedaan-perbedaan lain tersebut bukan
merupakan sesuatu hal yang penting dan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap hasil penelitian, maka peneliti dapat mengambil
sampel secara acak sederhana.
Dengan demikian setiap unsur populasi harus mempunyai
kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel.3Prosedurnya :
a. Susun sampling frame
b. Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil
c. Tentukan alat pemilihan sampel
d. Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi

Teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel (sederhana)


dimana sampel yang diambil dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada didalam populasi tersebut.

12. Data dan Tehnik Pengumpulan Data


a. Data
1) Data Primer.
Data Primer adalah data yang diperoleh dengan
survey lapangan yang menggunakan semua metode
pengumpulan data original atau data yang diperoleh secara
langsung dari obyek penelitian terutama responden.

2) Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang telah diolah dan
digunakan untuk mendukung data primer yang diperoleh dari
lembaga pengumpulan data dan diperbahaskan

b. Tehnik Pengumpulan Data


1) Studi Lapangan
Studi lapangan yaitu metode pengumpulan data yang
bersumber atau diperoleh dari hasil penelitian terhadap
suatu organisasi untuk pemecahan masalah yang diteliti.
Adapun tehnik yang dipakai untuk memperoleh data dengan
metode studi lapangan adalah sebagai berikut:

- Daftar Pertanyaan (kuisioner)


Daftar pertanyaan yaitu suatu metode pengumpulan
data dimana peneliti mengajukan daftar pertanyaan kepada
karyawan sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Dengan
menggunakan uji validitas dan rentabilitas.
Dalam penelitian ini akan digunakan dua variabel,
yaitu satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel
yang digunakan di dalam penelitian ini semuanya diukur
dengan menggunakan seperangkat indikator.

Tiap indikator akan dimasukkan kedalam bentuk


pertanyaan yang memberikan 5 kategori jawaban untuk
menentukan nilai dari kuesioner yang diberikan pada taruna
tingkat IV.
maka tiap-tiap butir pertanyaan mempunyai beberapa
kemungkinan jawaban yang digolongkan di dalam tingkat
jawaban sebagai berikut:

a) Jawaban sangat setuju (SS) memiliki nilai 5


b) Jawaban setuju (S) memiliki nilai 4
c) Jawaban netral (N) memiliki nilai 3
d) Jawaban tidak satuju (TS) memiliki nilai 2
e) Jawaban sangat tidak setuju (STS) memiliki
nilai 1
13. Teknik Analisis Data
a. Analisis Diskriptif
Analisis diskriptif adalah analisis yang didasarkan pada
jawaban yang diberikan oleh responden berdasarkan pertanyaan
yang diberikan kemudian disajikan dalam bentuk table.
Tujuan ini adalah untuk menguraikan karakteristik dari suatu
keadaan secara menyeluruh dan cermat, serta uraian tentang hasil
jawaban karyawan mengenai perencanaan, perolehan jadwal
kegiatan, dan disiplin waktu.

b. Analisis Verifikatif
Analisis ini adalah analisis yang menggunakan perhitungan
statistik, analisis yang digunakan yaitu regresi berganda.

Regresi Linier Berganda.


Digunakan untuk menunjukkan arah pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat.
Pada penelitian ini variabel bebas adalah
perencanaan waktu dan informasi jadwal
kegiatansedangkan variabel terikat adalah profesionalisme
prajurit batalyon infanteri raider 400 /BR
c. Korelasi dan Uji Hipotesis
Teknik korelasi sederhana dapat digunakan untuk
hubungan dan membuktikan hipotesis penelitian mengenai
hubungan dua variabel, bila data kedua variabel berbentuk
interval atau ratio, dan sumber data dari variabel atau lebih
tersebut adalah sama. Rumus yang di pakai adalah4 :

𝑛∑𝑥𝑦−(∑𝑥)(∑𝑦)
rxy = √𝑛∑𝑥 2 −(∑𝑥)2 √𝑛(∑𝑦 2 −(∑𝑦)2

Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan y
n = jumlah individu dalam sampel
x = Variabel program latihan
y = Variabel profesionalisme

Berdasarkan koefisien korelasi tersebut akan


ditentukan klasifikasi penafsiran yang berpedoman pada
tabel berikut ini5

Tabel 3.2 Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Variabel Y

Nilai Koefisien Penjelasannya


0,00 -<0,20 Hubungan sangat lemah
≥0,20 - < 0,40 Hubungan rendah
≥0,40 - < 0,70 Hubungan sedang / cukup
≥0,70 - < 0,90 Hubungan kuat / tinggi
≥0,90 ≤ 1,00 Hubungansangat tinggi / kuat sekali

Nilai koefisien korelasi r, yaitu antara -1 sampai +1,


dengan kriterianya sebagai berikut6:

a. Jika nilai r >0, terjadi hubungan linear positif dan


makin besar nilai variabel X (independen), maka makin
besar nilai variabel Y (dependen). Atau sebaliknya makin
kecil nilai X, maka nilai Y makin kecil.
b. Jika nilai r<0, terjadi hubungan linear yang negatif.
c. Jika nilai r = 0, artinya tidak ada hubungan sama
sekali antara variabel X dan variabel Y.
d. Jika nilai r = 1 atau r = -1, terjadi hubungan yang
sempurna dan berbentuk garis lurus, dan sedangkan untuk
nilai r yang makin mengarah ke angka nol maka garis tidak
lurus.

Pengujian signifikansi koefisien korelasi, selain dapat


menggunakan tabel, juga dapat dihitung melalui Uji-t,
dengan rumusnya sebagai berikut7 :

𝑟√𝑛−𝑟 2
√1−𝑟 2
t=
dimana : t = uji hubungan
r = koefisien korelasi
n = jumlah sampel
BAB IV

ORGANISASI DAN JADWAL PENELITIAN

14. Organisasi Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis bertindak sebagai


peneliti tunggal dimana seluruh kegiatan penelitian dilakukan dan
dikerjakan secara mandiri, tanpa ada ikatan ke organisasian secara formal
dengan pihak lain. Dalam melaksanakan penelitian penulis juga bertindak
sebagai penanggung jawab dalam melaksanakan penelitian ini.

15. Jadwal Penelitian

september oktober november desember januari


Kegiatan
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Studi Pustaka x

Pembuatan
x
Proposal

Pengurusan
x
Ijin

Penyusunan
x x
Kuesioner

Pengolahan
X x x
Data

Analisis Data x x x

Penyempurna
x x x x
an ta
Ujian ta X

BAB V
BIAYA PENELITIAN
16. Biaya Penelitian

Biaya penelitian menggunakan biaya yang didukung oleh lembaga


yang ditujukan untuk Taruna melalui dana opsdik Taruna. Karena
proposal ini merupakan program yang diselenggarakan oleh Akademi
Militer sebagai salah satu syarat bagi Taruna Tingkat III untuk
mengajukan proposal sebagai tugas akhir, oleh karena itu biaya penelitian
Taruna ditanggung sepenuhnya oleh Akademi Militer.

Anda mungkin juga menyukai