Anda di halaman 1dari 68

0

UPAYA MEMBANGUN KEBERHASILAN SATUAN

Martapura,

Maret 2010

UPAYA MEMBANGUN KEBERHASILAN SATUAN


PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG, ISINYA
- KODISI NYATA (EXISTING CONDITION)
. TNI AD sebagai salah satu komponen pertahanan, memiliki tugas pokok untuk menjaga
keutuhan wilayah NKRI.
- MENGANTARKAN PD PERMASALAHAN /PERSOALAN
Namun upaya pencapaian cita cita nasional ini, juga tidak terlepas dari berbagai
tantangan dan hambatan yang semakin meningkat, yang berpengaruh terhadap
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Satuan kewilayahan sebagai salah
satuan yang membina segala potensi wilayah yang ada sebagai salah satu pencapaian
Kemanunggalan TNI dengan Rakyat. Hal ini harus didukung dengan kondisi Satuan yang
mendukung pencapaian tugas pokok TNI
- INVENTARISASI PERMASALAHAN / PERSOALAN
Dihadapkan dengan kondisi tersebut, diperlukan suatu kebijakan yang lebih
konkret dari para pimpinan TNI AD untuk bisa menyikapi hambatan dan tantangan yang
semakin kompleks dan rumit sekarang ini. Maka Satuan berupaya semaksimal mungkin
untuk menciptakan Satuan yang maju dan berhasil. Dalam pelaksanaannya diperlukan
langkah-langkah yang inovatif dan aplikatif, agar tujuan dari pelaksanaan Tugas pokok
dapat tercapai dengan maksimal, sehingga kebijakan dari Komando Atas dapat terlaksana
dengan baik.
2. PERUMUSAN MASALAH
- WHAT (APA): Binsat
- WHO (SIAPA): Para Komandan Satuan
- WHEN (KAPAN) : Saat memimpin Satuan
- WHERE (DIMANA) : Di masing masing Satuan yang
dipimpin
- WHY ( MENGAPA) : Dalam rangka dapat melaksanakan tugas pokok dengan
baik
dengan baik
- HOW ( BAGAIMANA) : Dengan melaksanakan upaya pembinaan Satuan
dengan baik khususnya tentang Bin lat pada bin pengetahuan dan keterampilan
prajurit,bin pers pada bin kondisi mental dan disiplin serta bin pangkalan pada
ketertiban Satuan.
3. NILAI GUNA KEPENTINGAN, RELEVANSI TTG
PEMBAHASAN MASALAH
Keberhasilan Satuan merupakan kristalisasi kerja keras seluruh komponen yang
terlibat. Hal ini memerlukan tolak ukur yang objektif, sehingga keberhasilan tersebut
merupakan standar yang umum dan dapat diterima seluruh kalangan. Adapun tolak ukur
keberhasilan Satuan antara lain pengetahuan dan keterampilan prajurit, kondisi mental
dan disiplin serta ketertiban Satuan.Dengan pencapaian Satuan yang berhasil tersebut
,dapat mendukung tercapainya tugas pokok Satuan secara optimal.

PENJELASAN INTI/ BODY / TUBUH


1. KERANGKA ANALISIS, ISINYA :
- KONSEP
- TEORI
- PENDEKATAN
2. PEMBAHASAN, ISINYA
- MEJAWAB PERMASALAHAN YG DIRUMUSKAN DLM
RUMUSAN MASALAH
- JWBAN HRS SESUAI / RELEVAN / KONSISTEN DGN
KERANGKA ANALISIS YG DITETAPKAN
- DISERTAI DGN FAKTA & DATA (KUALITATIF /
KUANTITATIF) UTK MEMPERKUAT JWBAN /
PERNYATAAN / ARGUMENTASI
a. KPUAN MENGUN DATA YG AKURAT, VALIDA ORIGINAL &RELEVAN BAIK
SBG HASIL PENGALAMAN SENDIRI MAUPUN TEORI HASIL PENELITIAN /
KAJIAN ORANG LAIN
b. KPUAN MERANGKAI DATA YG ADA DLM KERANGKA PE
NALARAN YG TEPAT UTK MENJWB PERMASALAHAN

5
MENGAPA PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN PRAJURIT,

KONDISI MENTAL DAN

DISIPLIN SERTA KETERTIBAN SATUAN SEBAGAI TOLAK UKUR KEBERHASILAN SATUAN


?

Seberapa pentingkah pengetahuan dan keterampilan prajurit, kondisi mental dan


disiplin serta ketertiban Satuan menjadi tolak ukur keberhasilan Satuan ? Berikut ini
penjelasan betapa pentingnya ketiga aspek tersebut dalam keberhasilan Satuan :
1.

Pengetahuan dan Keterampilan prajurit.


Seorang prajurit yang profesional tentunya memiliki pengetahuan dan keterampilan

berkualitas dalam mendukung tugas pokok Sat .Keberhasilan Satuan sangat ditentukan
oleh SDM prajurit yang berkualitas dan berkompeten, hal ini dapat

diukur dari

kemampuan seorang prajurit dalam bidang pengetahuan dan keterampilan.


a.

Pengetahuan.
Suatu Satuan harus mampu memelihara pengetahuan yang dimiliki oleh

seorang

prajurit

sehingga

dapat

bersaing

dengan

Satuan

lain. Adapun

pengetahuan merupakan kebiasaan, keahlian/kepakaran, pemahaman

atau

pengertian yang diperoleh dari pengalaman, latihan atau melalui proses belajar
yang sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas pokok ataupun dalam
kehidupan bermasyarakat.
Pengetahuan setiap individu prajurit tentunya tidak sama antara satu
dengan yang lainnya, karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Kemampuan
menyerap pengetahuan seorang prajurit tidak semata-mata didapat setelah
menjadi anggota TNI, namun merupakan proses yang panjang semenjak lahir dan
banyak dipengaruhi lingkungan khususnya keluarga. Seseorang yang dilatih untuk
belajar semenjak kecil, pasti lebih mudah menyerap pengetahuan dibanding
dengan yang tidak terbiasa belajar dan menyerap Ilmu terutama dalam
penerimaan awal sebagai prajurit TNI, sehingga diharapkan akan didapat prajurit
yang memiliki Sumber Daya Manusia ( IQ,EQ dan SQ ) yang memadai. Dengan
demikian, prajurit dalam berdinas tidak menemui kesulitan berarti dalam menyerap
Ilmu Kemiliteran dan menjabarkan perintah atasan.Disamping itu,seorang prajurit
harus secara proaktif mencari pengetahuan-pengetahuan yang erat kaitannya

dengan pelaksanaan tugas, baik berupa ilmu kemiliteran ataupun pengetahuan


umum.
Adapun faktor lain yang berpengaruh terhadap kemampuan pengetahuan
prajurit adalah lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan akan membentuk prajurit
yang profesional dengan dibekali pengetahuan dan keterampilan yang handal.
Dengan mengikuti pendidikan di lembaga pendidikan diharapkan prajurit memiliki
pengetahuan dan keterampilan, baik dalam bidang teknis kecabangan maupun
militer umum. Dapat dipastikan, Satuan sebagai user atau pengguna dari prajurit
akan efektif dan efisien dalam memaksimalkan kemampuan prajurit.
Selain ilmu pengetahuan bidang militer, seorang prajurit dituntut memiliki
pengetahuan umum. Hal ini dikaitkan dengan tugas TNI AD yang sekarang lebih
terfokus dengan operasi militer selain perang seperti membantu korban bencana
alam. Kemampuan komunikasi sosial yang didapat dari pengetahuan umum akan
mendukung tugas prajurit dalam berinteraksi dengan masyarakat. Terlebih lagi bagi
Satuan Kewilayahan yang frekuensi interaksi dengan masyarakat lebih tinggi, bila
dibanding dengan Satuan Tempur. Dibutuhkan pengetahuan umum khususnya
komunikasi sosial dan kondisi sosial masyarakat yang memadai, sehingga tugas
pokok dapat terlaksana dengan maksimal.
b.

Keterampilan.
Seorang prajurit dituntut memiliki keterampilan yang lebih dibandingkan

dengan masyarakat, karena adanya keterampilan militer yang harus dikuasainya.


Keterampilan merupakan suatu keahlian dalam suatu bidang yang diperoleh
dengan cara berlatih secara terus-menerus sehingga diperoleh suatu kemampuan.
Keterampilan ini merupakan aplikasi dari pengetahuan yang telah dipelajari
sebelumnya. Sebagai tuntutan profesionalisme prajurit, seorang prajurit harus
mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang berupa teknik dan taktik
kecabangan serta kemampuan dalam bidang oramil dan oraum. Tingkat
keterampilan prajurit ini merupakan barometer bagi keberhasilan suatu Satuan.
1)

Keterampilan teknik dan taktik kecabangan.


Teknik dan taktik kecabangan merupakan suatu hal yang mutlak

dikuasai oleh seorang prajurit TNI sesuai fungsi kecabangan masing-

masing. Seorang prajurit harus menguasai teknik kecabangan masingmasing, karena hal itu akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan TNI
AD, khususnya dalam pertempuran melibatkan antar kecabangan. Seorang
prajurit Kavaleri contohnya, harus terampil dalam melayani tank ataupun
seorang prajurit Armed harus terampil dalam melayani meriam yang
diawakinya. Keterampilan ini perlu selalu ditingkatkan dalam rangka
mempermahir kemampuan seorang prajurit sesuai dengan jabatan yang
dipegangnya sehingga akan menjamin keberhasilan tugas pokok suatu
Satuan. Jika keterampilan ini benar-benar dikuasai prajurit, maka Satuan
tersebut tentunya akan memperoleh keberhasilan dalam setiap pelaksanaan
tugas, namun sebaliknya jika tidak dikuasai maka akan menghambat
pelaksanaan tugas Satuan tersebut.
Taktik kecabangan juga merupakan suatu hal yang mutlak harus
dikuasai oleh seorang prajurit TNI dalam rangka memperoleh keberhasilan
Satuan. Taktik kecabangan merupakan strategi/kegiatan menurut urutan
tertentu yang sudah ditetapkan secara baku yang dilakukan pada medan
yang mempunyai nilai taktis. Taktik ini berbeda-beda sesuai dengan tugas
pokok yang diemban oleh Satuan sesuai dengan fungsi kecabangan
masing-masing.

Penerapan

taktik

sangat

erat

kaitannya

dengan

keterampilan teknik prajurit. Jika taktik ini benar-benar diterapkan dalam


pelaksanaan tugas operasi dan dipadukan dengan kemampuan teknik
kecabangan prajurit maka akan menjamin keberhasilan tugas pokok Satuan
tersebut. Banyak pengalaman yang dapat kita ambil dari medan tugas,
dimana Satuan mengalami kegagalan

akibat prajuritnya

mengabaikan

teknik maupun taktik yang seharusnya diterapkan. Namun tidak sedikit juga
Satuan yang

memperoleh keberhasilan pada saat pelaksanaan tugas

operasi, dengan berbekal kemampuan taktik yang matang dan kemahiran


dalam menerapkan keterampilan teknik kecabangan.

2)

Prestasi Satuan dalam PORAD.


Keberhasilan

suatu

Satuan

dapat diukur dari

prestasi

yang

diperolehnya baik dalam medan tugas maupun dalam event pertandingan


olahraga seperti PORAD dan lainnya. Dalam event PORAD khususnya akan
terlihat seberapa maksimal hasil pembinaan Satuan yang telah dilaksanakan
selama ini terutama dalam bidang olahraga,dan diikuti berbagai Satuan.
Kiprah tiap Satuan dalam mengirimkan atlit

bisa dijadikan tolak ukur

keberhasilan pembinaan Satuan. Hal ini dapat kita lihat dari hasil prestasi
yang di peroleh dari Satuan tersebut. Semakin banyak medali yang
diperoleh, maka berarti Satuan tersebut berhasil dalam

melaksanakan

pembinaan Satuan.
2.

Kondisi mental dan disiplin prajurit.


a.

Pembinaan Mental Prajurit.


Pembinaan prajurit pada hakekatnya adalah pembinaan manusia sebagai

penentu keberhasilan tugas dan tanggung jawab yang harus diembannya. Dalam
pelaksanaannya pembinaan tersebut meliputi tiga aspek yaitu mental, intelektual
dan fisik. Demikian pentingnya pembinaan prajurit ini sehingga merupakan salah
satu fungsi komando yang penyelenggaraannya menjadi tanggung jawab
komandan Satuan atau pemegang komando, kepala atau pimpinan unit kerja mulai
dari tingkat kesatuan yang terendah sampai tingkat yang tertinggi.
Dalam pembinaan prajurit, mental merupakan salah satu unsur yang perlu
mendapatkan perhatian. Selama ini pembinaan mental telah dapat menunjang dan
mengimbangi kemampuan fisik serta intelektual para prajurit, dengan mental yang
baik maka prajurit tersebut akan mampu dan mau melaksanakan tugas denagn
keyakinan akan keberhasilan tugas ,juga tidak melakukan kegiatan yang tidak
diharapkan .Sehingga tugas tersebut akan dapat dilaksanakan dengan baik.
Sejalan dengan perkembangan lingkungan strategis dalam era globalisasi saat ini,
serta intensitas tantangan tugas yang dihadapi maka pembinaan mental perlu
ditingkatkan menjadi lebih sistematis, terarah dan berkesinambungan meliputi
seluruh prajurit dimana saja bertugas.

Pembinaan mental dapat dicermati melalui keterkaitan yang fungsional antar


empat komponen, yaitu pembinaan mental rohani, pembinaan mental ideologi,
pembinaan mental tradisi kejuangan dan pembinaan mental psikologi. Nilai-nilai
yang terkandung dalam pembekalan mental rohani, mental ideologi, mental
kejuangan dan mental psikologi tersebut diinternalisasikan melalui berbagai jalur
pembinaan yang pada gilirannya membentuk watak dan kepribadian dalam kualitas
prajurit Sapta Marga. Dengan demikian seluruh proses pembinaan mental dalam
pembentukan kualitas prajurit Sapta Marga adalah merupakan proses psikologi
dan demi tercapainya tujuan proses internalisasi nilai-nilai rohani, ideologi dan
kejuangan perlu adanya pembinaan mental psikologi.Dalam pembahasan ini, tidak
semua komponen dibahas, yang lebih ditekankan yaitu pada komponen
pembinaan mental rohani dan pembinaan mental psikologi.
1)

Pembinaan mental rohani.


Pembinaan mental rohani adalah pembinaan mental prajurit dalam

rangka membentuk, memelihara dan meningkatkan ketaqwaan terhadap


Tuhan Yang Maha Esa sesuai agamanya masing-masing yang di akui di
Indonesia,

untuk

mempertinggi

moral/budi

pekerti

hingga

mampu

menegakkan harkat dan martabat manusia serta kerukunan hidup umat


beragama. Oleh karena itu, manusia sebagai ciptaan Tuhan harus
bertanggung jawab atas segala perbuatannya, baik kepada sesama
manusia maupun kepada Tuhan. Bagi bangsa Indonesia kedua tanggung
jawab tersebut dituntun oleh falsafah hidup pancasila. Dengan Pancasila
bangsa Indonesia melakukan pembangunan dalam rangka memenuhi
tanggung jawab terhadap sesama manusia sebagai tanggung jawab sosial.
Tanggung jawab individual manusianya kepada Tuhan dicerminkan dalam
kejujuran, menjauhkan diri dari tindakan negatif seperti penyelewengan,
korupsi dan penindasan terhadap sesama manusia dan lingkungannya.
Dalam hal ini pembinaan mental rohani mengarahkan manusia Indonesia
umumnya

dan

TNI

Khususnya,

untuk

senantiasa

membela

dan

mempertahankan martabat dan harkatnya sebagai bangsa yang terhormat,


sesuai dengan hak asasi manusia yang hidup di dunia ini. Apabila hal ini
tidak dilaksanakan secara maksimal, maka akan banyak timbul berbagai
macam masalah yang berkaitan dengan moral dan tingkah laku prajurit yang
nantinya akan berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas pokok TNI.

10

2)

Pembinaan mental psikologi militer.


Pembinaan mental psikologi adalah segala usaha, pekerjaan dan

kegiatan pembinaan terhadap kehidupan jiwa seorang prajurit untuk menuju


pematangan pribadi dalam memantapkan postur seorang prajurit Sapta
Marga. Prajurit sebagai sumber daya Satuan merupakan pelaku utama
dalam

mewujudkan

tujuan

Satuan

yang

telah

ditetapkan. Dengan

memahami tingkah laku anggota suatu Satuan, dapat diperoleh pula


pemahaman tentang kondisi Satuan tersebut. Dalam diri anggota sebagai
manusia terdiri dari fisik dan psikis yang dapat menimbulkan proses-proses
yang dapat mempengaruhi sikap, loyalitas dan tingkah laku anggota
tersebut. Dengan adanya pembinaan mental psikologi diharapkan dapat
menunjang keberhasilan dalam melaksanakan tugas pokok yang telah
dibebankan. Jika hal ini tidak dilaksanakan secara optimal, maka akan
semakin menambah permasalahan yang timbul disebabkan oleh perilaku
phikis yang tidak wajar seperti insubordinasi, desersi dan THTI.
Dengan adanya kedua komponen diatas yang mewakili komponenkomponen pembinaan mental, maka dapat dipahami bahwa pembinaan
mental prajurit akan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas
terutama dalam hal loyalitas dan dedikasinya sebagai seorang prajurit untuk
menjalankan tugas yang telah dibebankan kepadanya, hal ini tentunya
menjamin keberhasilan Satuan.
b.

Disiplin.
1)

Ketaatan terhadap atasan dan peraturan yang berlaku.


Disiplin Prajurit Tentara Nasional Indonesia adalah ketaatan dan

kepatuhan

yang

sungguh-sungguh

setiap

Prajurit

Tentara

nasional

Indonesia yang didukung oleh kesadaran yang berlandaskan Sapta Marga


dan Sumpah Prajurit untuk menunaikan tugas dan kewajiban serta bersikap
dan berperilaku sesuai dengan aturan-aturan atau tata kehidupan Prajurit
Tentara Nasional Indonesia.Dalam kehidupan sehari-hari, setiap prajurit
dituntut untuk bisa bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan identitasnya
sebagai prajurit. Dengan sikap dan perilaku prajurit tersebut diharapkan
mampu menampilkan tingkat disiplin yang tinggi baik di dalam maupun di
luar jam dinas :

11

a)

Di dalam jam dinas. Kondisi disiplin yang diharapkan tercermin

dalam tindakan/kegiatan prajurit sebagai berikut :


(1)

Ketaatan terhadap peraturan/ketentuan yang berlaku,

moril dan motivasi prajurit selalu tinggi, hal ini dapat tercermin
dalam pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dengan rasa penuh
tanggung jawab walaupun situasi dan kondisi yang dihadapi
oleh setiap prajurit mempunyai beban yang memerlukan
perhatian.
(2)

Ketaatan terhadap atasan, hal ini tercermin dalam

pelaksanaan perintah baik lesan ataupun tulisan yang


diberikan oleh atasan dapat dilaksanakan dengan penuh
keikhlasan walaupun dihadapkan dengan situasi yang sulit
sekalipun.
(3)

Terciptanya kerjasama yang erat antara bawahan dan

unsur Pimpinan dalam setiap pelaksanaan tugas.


(4)

Meresapi dan mentaati Permildas dengan baik sehingga

setiap prajurit mempunyai kesadaran yang tinggi dalam


melaksanakan tugas.
(5)

Tingkat kesadaran yang tinggi dari setiap prajurit akan

kedudukan

dan

peranannya

sebagai

prajurit

yang

mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan


pribadi.
b)

Di luar jam dinas.


(1)
positif

Menunjukkan sikap perilaku serta kerjasama yang


terhadap unsur Satuan tetangga yang dalam hal ini

POLRI, sehingga mampu menjadi contoh di tengah-tengah


masyarakat sekaligus menampilkan bahwa prajurit TNI AD
adalah insan yang sadar hukum.

12

(2)

Menunjukkan sikap yang memancarkan keteladanan

terhadap lingkungan serta peka terhadap nilai-nilai sosial dan


kepedulian sosial.
(3)

Mentaati semua peraturan dan ketentuan, baik aturan

pidana

maupun

masyarakat.

perdata

yang

berlaku

di

lingkungan

13

(4)

Tidak lagi melakukan bisnis baik perorangan maupun

kelompok sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang


berlaku, sehingga setiap prajurit TNI AD dapat lebih profesional
dalam melaksanakan tugasnya.
2)

Penurunan tingkat pelanggaran prajurit.


Tidak dapat dipungkiri, bahwa kinerja prajurit sangat dipengaruhi oleh

moril dan motivasi. Hal ini dipengaruhi oleh permasalahan dinas ataupun
keluarga. Dengan demikian, sudah dapat dipastikan, seorang prajurit yang
sedang memiliki permasalahan, terlebih lagi pelanggaran, pastilah tidak
dapat berpikir jernih lagi dalam dinas, hal ini secara tidak langsung
mempengaruhi kinerja Satuan dan keberhasilan Satuan tentunya. Dengan
penurunan tingkat pelanggaran prajurit, diharapkan moril dan motivasi kerja
prajurit dapat terjaga, sehingga dapat mendukung keberhasilan satuan.
3.

Ketertiban Satuan.
Dalam suatu Satuan untuk mencapai suatu keberhasilan, diperlukan adanya suatu

kondisi yang teratur / tertib dari semua aspek / komponen Satuan,meliputi :


a.

Tertib administrasi.
Dalam pelaksanaan kegiatan Satuan senantiasa selalu memperhatikan

prinsip-prinsip

guna

tercapainya

keberhasilan

tugas,

salah

satu

prinsip

pelaksanaan kegiatan di Satuan adalah tertib administrasi, yang senantiasa harus


ditunjang dengan sistem administrasi yang tertib dan tertata sesuai dengan
ketentuan yang berlaku mulai dari tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan
dan pengakhiran.
Tertib Administrasi adalah sebagai salah satu indikator keberhasilan
pelaksanaan kegiatan administrasi yang dilaksanakan sesuai dengan rapi,
teratur menurut aturan terhadap semua kegiatan kantor dan tata usaha, baik
mengenai bentuk, tata cara penyusunan maupun perlakuan terhadap produk
adminitrasi tersebut. Hal itu bertujuan agar tercapai kesamaan pengertian dan
keseragaman bentuk, cara pembuatan dan pengolahan serta pengawasan dalam

14

pengurusan produk administrasi. Selain itu administrasi juga memiliki peranan


untuk menyediakan keterangan bagi Komandan Satuan guna pengambilan
keputusan dan tindakan yang tepat untuk menciptakan satuan yang berhasil.Halhal yang berdampak pada penyelenggaraan kegiatan tertib administrasi :
1)

Tertib Administrasi akan memberikan kontribusi terutama dalam

bentuk bukti nyata pelaksanaan kegiatan di Satuan. Pelaksanaan kegiatan


administrasi dalam Satuan harus mengacu kepada kebijakan maupun
petunjuk dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Komando Atas
yaitu administrasi pembinaan kekuatan

yang meliputi organisasi,

personel, materiil, piranti lunak dan pangkalan sedangkan administrasi


pembinaan kemampuan yang terdiri dari kemampuan tempur dan intelijen
dilaksanakan melalui administrasi latihan. Apabila kegiatan administrasi
tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, akan timbul bermacam-macam
bentuk

administrasi

di

masing-masing

Satuan

sehingga

tidak

ada

keseragaman bentuk dan tujuan yang diinginkan oleh Komando Atas.


2)

Penyelenggaraan administrasi yang tertib akan dapat menunjukkan

siapa yang bertanggungjawab dalam kegiatan tersebut sehingga akan


memudahkan pertanggungjawaban terhadap implikasi yang terjadi di
kemudian hari terhadap akses yang ditimbulkan, terjaminnya pengamanan
berita sesuai dengan produk administrasi sebagaimana diatur dalam
klasifikasinya. Apabila tertib administrasi tidak terlaksana akan berdampak
pada pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan kegiatan, akibat yang
ditimbulkan tentunya berpengaruh kepada kredibilitas Satuan.
3)

Administrasi yang tertib sesuai saluran administrasi yang telah

ditentukan akan menyelesaikan seluruh proses lebih cepat dengan


memperhatikan pengawasan dan pengendalian serta hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan

untuk

menghindari

penyelewengan

akibat

ketidaktertiban administrasi. Seluruh kegiatan administrasi pada dasarnya


merupakan proses berkesinambungan dan saling berhubungan erat. Apabila
administrasi tidak rapi, tertib dan teratur maka akan terjadi penyelewengan
data oleh akibat kesulitan dalam pencarian data.

15

b.

Tertib Organisasi.
Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas akan lebih cepat tercapai apabila

didukung dengan pengorganisasian

prajurit yang tepat, sesuai dengan Tabel

Organisasi dan Peralatan (TOP). Namun kondisi organisasi Satuan saat ini banyak
yang tidak sesuai dengan TOP.
Dengan adanya organisasi yang teratur, akan memudahkan pengaturan
komposisi atau penempatan prajurit dalam rangka penyiapan operasional Satuan.
Sedangkan pengorganisasian yang kurang baik maka akan menghambat
penyusunan komposisi dan penempatan prajurit di Satuan.

BAGAIMANA MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN PRAJURIT, MENTAL


DAN DISIPLIN SATUAN SERTA KETERTIBAN SATUAN ?

Oleh karena pengetahuan dan ketrampilan prajurit, mental dan disiplin Satuan
serta ketertiban Satuan merupakan hal yang mutlak untuk diperhatikan dalam
keberhasilan Satuan, maka diperlukan suatu upaya yang konkret sehingga keberhasilan
satuan dapat terwujud. Adapun upaya-upaya tersebut antara lain sebagai berikut :
1.

Upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan prajurit.


Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan prajurit tidak hanya dilakukan

oleh

Lembaga pendidikan,namun juga perlu dilakukan oleh satuan selaku user atau

pengguna, karena pengetahuan dan keterampilan prajurit sangat mendukung dalam


pelaksanaan tugas pokok TNI AD. Setiap prajurit memiliki pengetahuan yang berbeda
karena latar pendidikan yang tidak sama,untuk itu diperlukan standar minimum
kemampuan

prajurit

yang

dipersyaratkan.Dan

diperlukan

adanya

upaya

untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan prajurit untuk membentuk prajurit yang


profesional.
a.

Pengetahuan.

16

1)

Peningkatan frekuensi kegiatan belajar mengajar di dalam Satuan.

Pengetahuan yang diterima oleh prajurit di lembaga pendidikan tidak


sepenuhnya dapat diserap oleh prajurit yang sedang melaksanakan
pendidikan tersebut ,untuk itu perlu adanya upaya untuk memelihara dan
meningkatkan pengetahuan prajurit saat berada di Satuan diantaranya :
a)

Memaksimalkan kegiatan belajar mengajar di dalam Satuan.

Selama ini,kegiatan belajar mengajar sudah dilaksanakan,namun


frekuensinya masih minim,dikarenakan kegiatan-kegiatan lain. Oleh
karena itu perlu adanya pemaksimalan kegiatan belajar mengajar
tersebut berupa adanya asistensi dan penataran dalam Satuan baik
itu berupa teori maupun praktek dengan frekwensi sebulan sekali.
b)

Memberikan kesempatan kepada anggota untuk mengikuti

kursus atau penataran. Untuk memperdalam pengetahuan tidak


hanya sebatas di dalam Satuan, maka Satuan harus memberi
kesempatan

setiap

prajurit

untuk

mengikuti

kursus

atau

penataran,baik di dalam Kotama ataupun yang diselenggarakan oleh


Puscabfung.
c)

Mendatangkan pelatih atau gumil dari lembaga pendidikan

baik sebagai pengajar ataupun assistensi untuk mengajar

materi

militer umum maupun militer kecabangan.


2)

Meningkatkan motivasi dalam diri setiap prajurit untuk meningkatkan

kemampuan pengetahuan.Perlu adanya pemahaman kepada anggota


bahwa pengetahuan sangat penting untuk mendukung tugas pokok
Satuan,agar prajurit bersemangat untuk menimba ilmu.Hal ini membutuhkan
peran serta aktif unsur pimpinan dan anggota di Satuan,diantaranya
langkah-langkah yang dapat dilakukan :

17

a)

Memberikan

jam

komandan

yang

bertujuan

untuk

meningkatkan motivasi prajurit. Jam komandan diberikan minimal


seminggu sekali untuk tetap memelihara motivasi anggota dan selalu
menekankan akan arti pentingnya pengetahuan baik bagi setiap
individu prajurit maupun bagi Satuan.
b)

Memaksimalkan fungsi perpustakaan dalam Satuan.Setiap

Satuan

memiliki

dimanfaatkan

perpustakaan

secara

maksimal

masing-masing,namun
oleh

anggota.Perlu

jarang
adanya

pengaturan waktu bagi anggota untuk membaca ataupun meminjam


buku-buku di perpustakaan,hal ini bisa dilakukan per regu ataupun
per pleton,dan ada penentuan hari wajib ke perpustakaan.Diharapkan
pengetahuan prajurit meningkat dengan adanya perpustakaan
tersebut,namun hal initentunya harus diimbangi dengan peningkatan
kuantitas dan kualitas buku-buku perpustakaan.
c)

Informasi dari Komando tentang perkembangan terbaru

tentang Angkatan Darat maupun pengetahuan terbaru tentang militer


kecabangan seperti alutsista.
b.

Keterampilan.
1)

Peningkatan Keterampilan teknik dan taktik kecabangan.


a)

Latihan dilaksanakan sesuai dengan program. Latihan harus

mengacu pada program, kalender dan siklus latihan yang diturunkan


dari Komando Atas sehingga pelaksanaannya bisa sesuai dengan
prinsip latihan yaitu latihan dilaksanakan secara bertahap, bertingkat
dan berlanjut. Salah satunya adalah seorang Komandan Satuan
berusaha untuk merealisasikan tempat dan sarana latihan sesuai
dengan yang telah ditetapkan, sehingga mendekati realisme
latihan yang sebenarnya.
b)

Membuat produk latihan seperti Rencana Garis Besar,

Rencana Latihan, Rencana Lapangan dan Laporan Pelaksanaan


sesuai ketentuan dan dikirimkan tepat waktu sehingga pengarsipan

18

dan pengawasan terhadap pelaksanaan latihan dapat dipertanggung


jawabkan.
c)

Melengkapi dan menyiapkan semua sarana dan prasarana

latihan. Kelengkapan sarana dan prasarana latihan akan sangat


mendukung dalam pencapaian tujuan latihan. Tentunya prajurit akan
lebih mengerti dan memahami setiap materi yang diberikan apabila
sarana dan prasarana yang digunakan telah terdukung secara
lengkap.
d)

Penyiapan pelatih yang berkualitas di bidangnya dan sudah

berpengalaman. Pelatih merupakan unsur penting yang sangat


menentukan dalam proses transfer ilmu. Pelatih yang memiliki
kualifikasi dan sudah berpengalaman akan lebih cepat dalam
mentransfer keterampilan yang dimilkinya.
2)

Upaya meningkatkan prestasi dalam Porad.


a)

Menciptakan sistem pelatihan atlet yang sistematis, efektif dan

berjangka panjang. Adapun langkah-langkah secara konkret dapat


ditempuh sebagai berikut :
1)

Mengadakan seleksi terhadap prajurit yang memiliki

kemampuan olahraga. Banyak dari prajurit yang memiliki


kemampuan berolahraga, namun perlu diadakan seleksi untuk
melihat sejauh mana kualitas kemampuan tersebur.Diharapkan
dengan seleksi, Satuan mendapatkan atlet-atlet yang memiliki
kemampuan tinggi. Dengan adanya seleksi tentunya akan
terpilih yang terbaik , sehingga akan terbentuk tim yang solid
dan handal. Seleksi dapat dilaksanakan dalam bentuk lomba
dalam Satuan dan pendataan bagi prajurit yang berprestasi.
2)

Menyusun jadwal pelatihan secara berkala.Setelah

didapat atlet , maka perlu disusun jadwal latihan, termasuk di


dalamnya standar pelatihan. Jadwal tersebut mulai dari harian,
mingguan dan bulanan, termasuk aspek-aspek pelatihan, baik
dari segi fisik, tehnik dan taktik. Dan perlu diadakan evaluasi

19

dan seleksi setiap bulan, untuk memotivasi atlet untuk


meningkatkan kemampuan sesuai standar yang ditentukan.
3)

Mendatangkan pelatih yang sudah berpengalaman..

Salah satu aspek kepelatihan yang paling vital adalah pelatih.


Dengan pelatih yang sudah berpengalaman diharapkan
mampu

mengatasi

memberikan

tehnik

kesulitan
dan

yang

taktik

dihadapi

yang

pemain,

tepat,termasuk

menyiapkan mental bertanding para atlet.


b)

Melaksanakan pertandingan persahabatan secara rutin dan

berkala. Dalam pertandingan, diharapkan kemampuan tehnis, taktis


dan mental bertanding dapat diukur dengan objektif.Adapun sistem
pertandingan persahabatan dilakukan sebagai berikut :
(1)

Try in ,antara tim utama dengan tim inti cadangan.

Untuk menjaga kemampuan dan mengukur hasil latihan,maka


perlu diadakan pertandingan di dalam Satuan ( try in) untuk
tetap memotivasi anggota dalam meningkatkan prestasi,
adapun pertandingan dapat dilaksanakan antara tim utama
dengan tim cadangan. Dalam try in tersebut, dapat juga
dijadikan ajang seleksi dan evaluasi antar kedua tim tersebut,
apakah ada atlet tim cadangan yang bisa memenuhi
kemampuan standar tim utama, atupun sebaliknya atlet tim
utama yang kemampuannya menurun dan lebih pantas
dimasukkan kedalam tim cadangan.
(2)

Try out .

Adanya pertandingan diluar Satuan , baik

di lingkungan militer maupun di luar militer yang diikuti dapat


memberikan efek yang positif bagi atlet. Selain meningkatkan
kemampuan, memberikan mental bertanding, juga menambah
wawasan tentang cara bermain. Hal ini juga dibutuhkan untuk
mengukur kemampuan tim.

20

2.

Upaya meningkatkan mental dan disiplin Satuan.


a.

Mental.
Pembinaan mental bertujuan untuk membentuk, memelihara, meningkatkan

dan memantapkan kondisi mental prajurit agar memiliki kesadaran dan ketaatan
sebagai insan hamba Tuhan, insan politik pancasila, insan ekonomi pancasila,
insan sosial budaya pancasila dan insan penegak pertahanan Negara sehingga
senantiasa mampu melaksanakan tugas dalam rangka menegakkan, melindungi,
mengamankan dan mengisi kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang dasar 1945. Untuk itu, perlu adanya
upaya-upaya yang konkret untuk bisa mewujudkan tujuan tersebut.

21

1)

Pembinaan mental rohani.


Pembinaan mental rohani merupakan salah satu unsur penting dalam

menanamkan dan mempertinggi moral serta budi pekerti sebagai mahluk


ciptaan Tuhan untuk dapat lebih menegakkan harkat dan martabat manusia
dalam kerangka falsafah Pancasila dan secara khusus menuju terwujudnya
prajurit TNI yang bermoral baik. Dalam kehidupan militer selain dituntut dlam
pelaksanaan tugas, prajurit sebagai mahluk ciptaan Tuhan juga dituntut
untuk memiliki moral dan budi pekerti yang baik. Oleh karena itu perlu
adanya upaya untuk dapat menjawab tuntutan tersebut. Adapun upaya yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a)

Penggunaan

ajaran

agama

dalam

mengaktualisasikan

perintah dan peraturan yang telah ditentukan. Dalam melaksanakan


perintah

dan

peraturan

tersebut,

setiap

prajurit

harus

bisa

menggunakan akal sehatnya yang berpangkal pada moral yang baik


sebagai makhluk ciptaan Tuhan sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya. Untuk itu perlu adanya pemberian siraman rohani kepada
prajurit sesuai agama masing-masing dalam bentuk pengajian,
kebaktian, sembahyang dan sebagainya.
b)

Memaksimalkan kinerja Pa Bintal yang ada di Satuan.

Pa

Bintal di Satuan sangat berperan penting dalam pembinaan moril dan


memotivasi anggota untuk bisa berdinas dengan lebih baik. Peran
atau fungsi ini akan lebih terlihat apabila dalam pelaksanaannya
dibuat suatu program atau rencana yang disusun secara periodik dan
berkesinambungan terutama dalam hal kerohanian.
c)

Meningkatkan kemampuan dan profesionalitas seorang Pa

Bintal. Untuk bisa profesional, seorang pa bintal hendaknya selalu


mendalami ajaran agama masing-masing. Hal itu dapat dilaksanakan
melalui upaya untuk mengikutkan pa bintal dalam kursus atau
sekolah yang berhubungan dengan bintal, menggali ilmu agama dari
tokoh agama yang ada.

22

2)

Pembinaan mental psikologi.


Pembinaan mental psikologi berfungsi untuk membentuk, memelihara

dan meningkatkan keadaan terhadap kompetensinya sebagai prajurit TNI


agar mampu melakukan penyesuaian diri atas tuntutan tugas maupun peran
dan tanggung jawabnya. Sehingga ia tetap mampu melaksanakan tugas
meskipun dalam situasi tugas yang penuh tekanan dan ancaman, serta
tetap berpijak pada kepribadian prajurit Sapta Marga. Karena sebegitu
pentingnya fungsi bintal psikologi dalam pelaksanaan tugas, maka perlu
adanya upaya untuk lebih meningkatkan pembinaan mental psikologi itu
sendiri. Adapun upayanya adalah sebagai berikut :
a)

Menyamakan dan membangun persepsi positif anggota

kesatuan terhadap kesatuannya. Dalam hubungan ini, kelompok


perlu mengetahui dengan jelas pokok, misi dan tujuan yang ingin
dicapai

bersama.

Hal

ini

dilakukan

melalui

jam

komandan,

penyelenggaraan hari ulang tahun Satuan secara khidmat dan


pemahaman kembali kepada anggota tentang sejarah Satuan serta
tugas pokok Satuan.
b)

Menumbuhkan sikap positif anggota kesatuan terhadap

kesatuannya. Bila para anggota kesatuan mengerti bahwa kesatuan


selalu berupaya memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan
dirinya, secara logis mereka akan makin mengikatkan diri dengan
kesatuannya.
anggotanya

Demikian
terhadap

juga

penting

lambang-lambang,

menanamkan
tradisi

dan

kecintaan
lagu-lagu

kesatuannya sehingga dapat dikenang sepanjang masa.


c)

Menanamkan motivasi yang kuat bagi seluruh anggota untuk

bekerja dan berjuang bersama demi tercapainya cita-cita bersama.


Dalam hal ini tersirat pula hasrat yang kuat untuk mempertahankan
ikatan yang kokoh dalam kesatuan. Hal ini baru mungkin, bila
masing-masing anggota dapat merasakan secara nyata, bahwa
kesatuan memang mampu menjamin selain kebutuhan dasar, juga
kebutuhan psikologis seperti kebanggaan dan

harga dirinya.

Pemberian simultan kepada anggota berupa pemberian bonus dan

23

reward terhadap pelaksanaan tugas dengan hasil yang memuaskan


merupakan salah satu cara dalam menanamkan motivasi bagi
anggota.
d)

Menanamkan sikap loyalitas dari anggota kepada atasannya

melalui pemberian santi aji, santi karma dan santi karsa. Sehingga
dengan tertanamnya sikap tersebut diharapkan dapat terciptanya
hubungan yang harmonis dalam kehidupan kemiliteran.
b.

Disiplin.
1)

Upaya meningkatkan disiplin prajurit dalam hal ketaatannya kepada

atasan dan aturan yang berlaku melalui penataan sikap mental prajurit.Guna
mengimplementasikan postur prajurit TNI AD yang dijiwai Pancasila dan
Sapta Marga diperlukan adanya penataan sikap mental prajurit sehingga
menimbulkan ketaatan yang sebenar-benarnya kepada atasan dan aturan
yang berlaku . Penataan sikap mental tersebut merupakan dasar untuk
mewujudkan kedisiplinan prajurit. Berkaitan dengan hal tersebut maka
diperlukan beberapa upaya antara lain :
a)

Peningkatan sikap prajurit. Cara-cara meningkatkan kualitas

sikap prajurit antara lain :


(1)

Melatih

diri

untuk

mematuhi,

mentaati

dan

melaksanakan tata tertib yang berlaku sehingga diharapkan


menjadi kebiasaan yang melekat dan menyatu pada diri
masing-masing prajurit .
(2)

Memupuk rasa hormat, percaya, yakin dan setia kepada

pimpinan, sehingga dalam melaksanakan tugas bukan atas


dasar takut

atau

mengharapkan

semata-mata

berdasarkan

pujian/hadiah, tetapi

keikhlasan

kesadaran

dan

tanggung jawab, bahwa semuanya adalah dalam rangka


pengabdian terhadap bangsa dan negara.

24

(3)

Mengekang diri dari sikap dan perbuatan yang tidak

sesuai dengan dedikasi ketentaraan, hindari perbuatan yang


dapat menzalimi orang lain, serta menyadari bahwa setiap
perbuatan selalu ada yang mengawasi.
(4)

Melaksanakan tugas pokok serta fungsi sebagai prajurit

dalam perjuangan bangsa dan negara. Niat kerja sebagai


ibadah, sadar pada kewajiban, yang sekaligus mendorong
untuk bekerja dengan sungguh-sungguh. mendapatkan ridho
yang Maha Kuasa tentunya akan memberikan pengaruh
psikologis terhadap motivasi kerja.
(5)

Bagi

unsur

menegakkan aturan,

pimpinan,

adalah

dengan

selalu

konsisten dan mampu menjadi tauladan

pada diri sendiri selalu bercermin pada nilai-nilai kebenaran


yang hakiki, tidak pilih kasih serta memberi penghargaan bagi
prajurit yang berprestasi dan menghukum bagi prajurit yang
melanggar (Reward and Punishment).
b)

Peningkatan

perilaku

positif

prajurit.

Langkah-langkah

meningkatkan perilaku positif prajurit dilaksanakan dengan cara-cara


antara lain :
(1)

Memberikan penjelasan kepada prajurit tentang pokok

keinginan pimpinan terutama peran dan andil prajurit dalam


pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada Satuan, sebagai
suatu kepercayaan yang diterima dengan ikhlas.
(2)

Memberikan penjelasan tentang apa saja yang menjadi

hak prajurit, timbulkan keinginan untuk menyeimbangkan hak


dan kewajiban untuk mendorong prajurit dapat bekerja dengan
motivasi tinggi, sehingga tidak menimbulkan keraguan selama
melaksanakan tugasnya.
(3)

Timbulkan kepercayaan pada diri sendiri pada setiap

prajurit untuk mendapatkan kepuasan dari hasil kerja setiap

25

hari, kepercayaan yang penuh dari pimpinan kepada setiap


tugas yang diberikan kepada atasannya benar-benar muncul
dari hasil kerja yang pantas dan memberikan kepuasan
kepada orang lain.
(4)

Serahkan prinsip-prinsip pembinaan personil secara

tepat dan konsekuen dengan tetap mengacu pada Juknik


Binpers TNI AD.
(5)

Berikan penghargaan kepada setiap prajurit yang

berprestasi dan berikan sanksi/hukuman bagi prajurit yang


melakukan pelanggaran, namun tidak menomor satukan
Reward dan Punishment sebagai alat motivator.
(6)

Berikan penyuluhan hukum secara periodik kepada

seluruh melalui kerjasama dengan instansi terkait (Kumdam


dan Polri), sehingga setiap prajurit dapat memiliki pengetahuan
serta wawasan tentang hukum yang berlaku.
2)

Upaya pengimplementasian program nol pelanggaran.


Program nol pelanggaran merupakan salah satu upaya meningkatkan

pembinaan personel khususnya mewujudkan nol pelanggaran anggota baik


pelanggaran disiplin maupun pidana. Pelanggaran disiplin adalah setiap
perbuatan yang bukan tindak pidana tetapi bertentangan dengan perintah
kedinasan atau peraturan kedinasan atau perbuatan yang tidak sesuai
dengan tata kehidupan prajurit. Sedangkan tindak pidana adalah suatu
tindakan yang dilakukan dalam waktu, tempat, keadaan tertentu diatur dan
diancam pidana menurut undang-undang, dilakukan secara melawan hukum
dengan

kesalahan

yang

dilakukan

bertanggung jawab. Dengan adanya

oleh

seseorang

yang

mampu

program ini diharapkan akan

menanamkan rasa disiplin setiap prajurit dalam kehidupan sebagai prajurit


maupun sebagai warga Negara yang baik. Dengan disiplin yang sudah
tertanam ini diharapkan juga akan semakin menekan angka pelanggaran
yang dilakukan oleh prajurit sehingga didapatkan situasi yang lebih kondusif
dalam melaksanakan dinas ataupun dalam kehidupan bermasyarakat yang

26

pada akhirnya bermuara pada pencapaian tugas pokok yang maksimal.


Oleh sebab itu, perlu adanya suatu upaya untuk mewujudkan hal tersebut
melalui usaha-usaha sebagai berikut :
a)

Memotivasi anggota untuk berkompetisi yang sehat di

Satuannya, hal itu dapat dilaksanakan dengan cara : menampilkan


dan memuji salah satu prajurit yang layak menjadi contoh baik sikap
perilaku, penampilan, kepribadian, dedikasi, keharmonisan rumah
tangga, dll.
b)

Mengadakan wajib kunjung, anjangsana sesuai kesetaraannya

hal itu dapat dilaksanakan dengan cara : para Pa di pimpin Dansat ke


Instansi

pemerintahan,

Polres,

Kejaksaan

dll

untuk

menjalin

komunikasi, aktif dalam rangka Binter, kegiatan sosial lain sesuai


yang diinginkan sehingga tidak terjadi permasalahan-permasalahan
yang timbul antar instansi tersebut.
c)

Mendata

dan

memproses

pelanggaran

anggota

serta

membuat program penanganannya melalui pendekatan, pembekalan


tentang kehidupan militer melalui jam komandan secara berkala.
d)

Mengadakan penyuluhan hukum secara bervariasi dengan

mendatangkan aparat hukum khususnya Polri dan ceramah Bintal


oleh tokoh-tokoh agama yang berkualitas. Dengan penyuluhan
hukum tersebut di harapkan para prajurit dapat lebih sadar akan
hukum sehingga memperkecil kemungkinan prajurit untuk melanggar
hukum setelah dia mengetahui hukum tersebut.
e)

Mengidentifikasi

mendorong

anggota

masalah
untuk

mau

dan

penanganannya

berkomunikasi

dengan

serta
jujur,

transparan kepada unsur pimpinannya baik persoalan dinas maupun


pribadi, guna mempermudah penanganan masalah.
f)

Memberikan hak-hak anggota sesuai ketentuan yang berlaku

dan mengoptimalkan kesejahteraan materiil dan moril anggota,

27

sehingga tidak menimbulkan pemikiran yang negatif dalam kehidupan


sehari-hari.

28

g)

Meningkatkan

pengendalian

anggota

khususnya

bagi

anggota yang tinggal di luar asrama melalui radio, telpon, sms, dll
diharapkan dengan hal ini dapat lebih memantau kegiatan /
perkembangan anggota tersebut.
3.

Upaya peningkatan ketertiban Satuan.


Untuk mewujudkan ketertiban Satuan, tentunya memerlukan upaya-upaya dari

Komandan Satuan yang konkret, sehingga tugas pokok dapat terlaksana dengan baik.
Upaya-upaya tersebut diantaranya :
a.

Tertib Administrasi.
1) Administrasi staf intelijen.
a)

Membuat administrasi staf intelijen.


Administrasi staf intelijen yang dibuat , meliputi administrasi

penyelidikan, pengaman dan penggalangan. Produk administrasi


intelijen meliputi Catatan, Laporan, Perintah/Rencana, administrasi
Binter Terbatas dan Buku administrasi Staf intel. Pembuatan produk
tersebut

dilaksanakan

secara

lengkap

dan

tertib

sesuai

Bujukminintel yang berlaku.


b)

Pengarsipan.
Pengarsipan dilaksanakan untuk menjaga kelengkapan dan

kualitas produk administrasi yang ada, sehingga dibutuhkan kegiatan


pengarsipan terhadap produk administrasi tersebut berdasarkan
macam produk administrasi, dan

disusun secara rapi dan tertib.

Arsip tersebut disimpan di almari yang tertutup berdasarkan jenis


produk administrasi intelijen sehingga tidak mudah rusak atau hilang.
Dalam tempat pengarsipan , dibuat daftar produk administrasi yang
disimpan untuk memudahkan pencarian data apabila dibutuhkan.
Selain pengarsipan dilakukan dalam bentuk produk administrasi,
pengarsipan juga dalam bentuk data/file yang disimpan dalam

29

komputer dan CD, hal ini bertujuan untuk mengantisipasi apabila


arsip dalam bentuk produk tersebut mengalami kerusakan atau
hilang. Untuk mencegah hilangnya arsip apabila arsip digunakan
atau dikeluarkan dalam almari, maka perlu dibuat buku ekspedisi.
Personel yang menggunakan arsip harus seijin pejabat intelijen
terkait serta mengisi buku tersebut, sehingga akan diketahui siapa
yang menggunakan arsip tersebut apabila tidak berada di tempat
pengarsipan.
c)

Pemeriksaan dan Pengawasan. Untuk

memastikan

bahwa

produk administrasi intelijen telah dibuat dan diarsipkan secara tertib,


maka dilaksanakan pemeriksaan dan pengawasan oleh Komandan
Satuan dan pejabat Intelijen secara rutin dan berkala. Pemeriksaan
dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana produk administrasi
dibuat, apakah sudah sesuai ketentuan yang berlaku atau belum.
Pengawasan dilaksanakan juga untuk mengetahui apakah produk
administrasi

telah

dibuat

tepat

waktu

dan

terpelihara

pengarsipannya.
2) Administrasi staf operasi.
a)

Membuat administrasi staf operasi.


Administrasi staf operasi yang dibuat meliputi administrasi

bidang organisasi, bidang latihan, bidang operasi, bidang prosedur


tetap, bidang pembinaan Satuan serta dilaksanakan secara lengkap
dan tertib sesuai buku pedoman penyelenggaraan administrasi
kesatuan setingkat Batalyon, Bujukmingarlat dan referensi yang
berlaku yang berlaku.
Pembuatan produk bidang latihan berdasarkan program
latihan dari Komando Atas, kemudian dijabarkan dalam rencana kerja
Satuan sesuai Proglatsi. Dalam merencanakan kegiatan latihan,
Satuan membuat rencana yang meliputi rencana garis besar, rencana
latihan dan rencana lapangan dengan berpedoman direktif latihan
dari Komando Atas. Setiap kegiatan yang dilaksanakan selalu di

30

dokumentasikan sebagai bukti kegiatan telah dilaksanakan. Sebagai


pertanggungjawaban kepada Komando Atas terhadap pelaksanaan
kegiatan, Satuan membuat laporan pelaksanaan kegiatan. Produk
bidang latihan dibuat dan dikirim tepat waktu ke Komando Atas. Hal
yang sangat pokok dilakukan oleh Komandan Satuan untuk
menghasilkan produk yang diinginkan adalah membuat cheklist
di staf operasi sebagai alat kontrol pembuatan produk latihan.
b)

Pengarsipan.
Pengarsipan dilaksanakan untuk menjaga kelengkapan dan

kualitas produk administrasi yang ada, maka dibutuhkan kegiatan


pengarsipan terhadap produk administrasi tersebut berdasarkan
macam produk administrasi staf operasi serta disusun secara rapi
dan tertib. Arsip disimpan di almari yang tertutup berdasarkan
golongan/pangkat , sehingga tidak mudah rusak atau hilang. Dalam
tempat pengarsipan tersebut dibuat daftar produk administrasi yang
disimpan untuk memudahkan pencarian data apabila dibutuhkan.
Selain

pengarsipan

dilakukan

dalam

bentuk

produk

administrasi, pengarsipan juga dalam bentuk data/file yang disimpan


dalam komputer dan CD, hal ini bertujuan untuk mengantisipasi
apabila arsip dalam bentuk produk mengalami kerusakan atau hilang.
Untuk mencegah hilangnya arsip pada saat digunakan, maka
perlu dibuat buku ekspedisi. Personel yang meminjam harus seijin
pejabat staf operasi terkait serta harus mengisi buku tersebut,
sehingga akan diketahui siapa yang menggunakan arsip tersebut
apabila tidak berada di tempat pengarsipan.
c)

Pemeriksaan dan Pengawasan. Untuk

memastikan

bahwa

produk administrasi staf operasi telah dibuat dan diarsipkan secara


tertib, maka dilaksanakan pemeriksaan dan pengawasan oleh
Komandan Satuan dan pejabat personel secara rutin dan berkala.
Pemeriksaan dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana produk
administrasi dibuat, apakah sudah sesuai ketentuan yang berlaku

31

atau belum. Pengawasan dilaksanakan untuk mengetahui apakah


produk administrasi telah dibuat tepat waktu dan terpelihara
pengarsipannya.
3) Administrasi staf Personel.
a)

Membuat administrasi personel.


Pembuatan administrasi personel dilaksanakan dengan cara

pendataan terhadap seluruh personel Satuan dan keluarga secara


lengkap dan tertib, sesuai Bujukminpers yang berlaku. Pendataan
dilaksanakan mulai dari tingkat Baterai secara mendetail, meliputi
administrasi

bidang

pembinaan

personel,

administrasi

bidang

pembinaan kekuatan, administrasi pembinaan hukum, tata tertib dan


disiplin, administrasi bidang pembinaan Jahril, administrasi bidang
pembinaaan administrasi umum dan pelayanan. Dengan pendataan
ini,

Satuan

akan

memperoleh

keterangan

tentang

personel

Satuannya, sehingga akan mudah melaksanakan penataan personel


untuk menempati suatu jabatan maupun pengusulan pendidikan.
Penataan

personel

pada

hakekatnya

untuk

memenuhi

kebutuhan organisasi dikaitkan dengan beban tugas yang diemban


oleh masing-masing sesuai dengan jabatannya. Satuan akan
mengetahui personel yang cocok dan mampu melaksanakan tugas
dan tanggung jawab jabatan yang akan diemban.
b)

Pengarsipan.
Pengarsipan dilaksanakan untuk menjaga kelengkapan dan

kualitas produk administrasi yang ada, sehingga dibutuhkan kegiatan


pengarsipan terhadap produk administrasi tersebut berdasarkan
macam produk administrasi yang disusun rapi dan tertib. Arsip
disimpan di almari yang tertutup berdasarkan golongan/pangkat
sehingga

tidak

mudah

rusak

atau

hilang.

Dalam

tempat

pengarsipan dibuat daftar produk administrasi yang disimpan


dan

dibedakan

warna

sampul

produk

personel

sesuai

32

pangkat/golongan untuk memudahkan pencarian data apabila


dibutuhkan.
Selain

pengarsipan

dilakukan

dalam

bentuk

produk

administrasi, pengarsipan juga dalam bentuk data/file yang disimpan


dalam komputer dan CD, hal ini bertujuan untuk mengantisipasi
apabila arsip dalam bentuk produk mengalami kerusakan atau
hilang.
Untuk mencegah hilangnya arsip pada saat digunakan, maka
perlu dibuat buku ekspedisi. Personel yang meminjam harus seijin
pejabat personel terkait serta wajib mengisi buku tersebut, sehingga
akan diketahui siapa yang menggunakan arsip tersebut apabila tidak
berada di tempat pengarsipan.
c)

Pemeriksaan dan Pengawasan. Untuk

memastikan

bahwa

produk administrasi personel telah dibuat dan diarsipkan secara


tertib, maka perlu dilaksanakan pemeriksaan dan pengawasan oleh
Komandan Satuan dan pejabat personel secara rutin dan berkala.
Pemeriksaan dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana produk
administrasi dibuat, apakah sudah sesuai ketentuan yang berlaku
atau belum. Pengawasan tersebut dilaksanakan untuk mengetahui
apakah produk administrasi telah dibuat tepat waktu dan terpelihara
pengarsipannya.
4) Administrasi staf logistik.
a)

Membuat administrasi logistik. Administrasi logistik dibuat

berdasarkan macam administrasi, yang terdiri dari administrasi


materiil/bekal Satuan dan administrasi bekal angkutan. Dalam
pembuatan administrasi logistik , ditunjuk personel khusus yang
memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk membidangi
pembuatan administrasi materiil maupun administrasi angkutan,
sehingga dalam pembuatannya tidak ada yang terlewat atau
tidak dibuat. Administrasi yang dibuat meliputi logistik umum,

33

peralatan, Alsatri, buku administrasi staf logistik sesuai Bujukminlog


dan referensi yang berlaku.
b)

Pengarsipan.
Pengarsipan dilaksanakan untuk menjaga kelengkapan dan

kualitas produk administrasi yang ada, maka `dibutuhkan kegiatan


pengarsipan terhadap produk administrasi tersebut berdasarkan
macam produk administrasi yang disusun rapi dan tertib. Arsip
tersebut disimpan di almari yang tertutup berdasarkan jenis
administrasi

staf

logistik sehingga` tidak

mudah

rusak

atau

hilang,oleh karena itu perlu disediakan ruangan yang terpisah


antara almari pengarsipan administrasi materiil dan angkutan.
Dalam setiap tempat pengarsipan tersebut,dibuat daftar produk
administrasi yang disimpan dan dibedakan warna sampul produk staf
logistik untuk memudahkan pencarian data apabila dibutuhkan.
Selain pengarsipan dilakukan dalam bentuk produk administrasi,
pengarsipan juga dalam bentuk data/file yang disimpan dalam
komputer dan CD, hal ini bertujuan untuk mengantisipasi apabila
arsip dalam bentuk produk mengalami kerusakan atau hilang.
Untuk mencegah hilangnya arsip pada saat digunakan, maka
perlu dibuat buku ekspedisi. Personel yang meminjam harus seijin
pejabat personel terkait dan mengisi buku tersebut, sehingga akan
diketahui siapa yang menggunakan arsip tersebut apabila tidak
berada di tempat pengarsipan.
c)

Pemeriksaan dan Pengawasan. Untuk

memastikan

bahwa

produk administrasi personel telah dibuat dan diarsipkan secara


tertib, maka dilaksanakan pemeriksaan dan pengawasan oleh
Komandan Satuan dan pejabat personel secara rutin dan berkala.
Pemeriksaan dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana produk
administrasi dibuat, apakah sudah sesuai ketentuan yang berlaku
atau belum. Pengawasan dilaksanakan untuk mengetahui apakah
produk administrasi telah dibuat tepat waktu dan terpelihara
pengarsipannya.

34

b.

Tertib Organisasi.

Organisasi yang teratur akan memudahkan pengaturan

komposisi dan penempatan prajurit dalam Satuan. Maka diperlukan upaya untuk
meningkatkan kesiapan Satuan dalam hal organisasi tersebut, melalui penyesuaian
jabatan sesuai dengan TOP. Hal ini dilakukan dengan cara penyesuaian pangkat
dan jabatan yang harus ada di Satuan sehingga sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab masing-masing pangkat dan jabatan. Reorganisasi jabatan secara
berkala maksimal 2 tahun pada jabatan yang sama merupakan salah satu wujud
nyata dari hal tersebut.

35

UPAYA MEMBANGUN KEBERHASILAN SATUAN

36

PENDAHULUAN

. TNI AD sebagai salah satu komponen pertahanan, memiliki tugas pokok untuk
menjaga keutuhan wilayah NKRI. Namun upaya pencapaian cita cita nasional ini, juga
tidak terlepas dari berbagai tantangan dan hambatan yang semakin meningkat, yang
berpengaruh terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Satuan
kewilayahan sebagai salah satuan yang membina segala potensi wilayah yang ada
sebagai salah satu pencapaian Kemanunggalan TNI dengan Rakyat. Hal ini harus
didukung dengan kondisi Satuan yang mendukung pencapaian tugas pokok TNI.
Dihadapkan dengan kondisi tersebut, diperlukan suatu kebijakan

yang lebih

konkret dari para pimpinan TNI AD untuk bisa menyikapi hambatan dan tantangan yang
semakin kompleks dan rumit sekarang ini. Maka Satuan berupaya semaksimal mungkin
untuk menciptakan Satuan yang maju dan berhasil. Dalam pelaksanaannya diperlukan
langkah-langkah yang inovatif dan aplikatif, agar tujuan dari pelaksanaan Tugas pokok
dapat tercapai dengan maksimal, sehingga kebijakan dari Komando Atas dapat terlaksana
dengan baik.
Keberhasilan Satuan merupakan kristalisasi kerja keras seluruh komponen yang
terlibat. Hal ini memerlukan tolak ukur yang objektif,

sehingga keberhasilan tersebut

merupakan standar yang umum dan dapat diterima seluruh kalangan. Adapun tolak ukur
keberhasilan Satuan antara lain pengetahuan dan keterampilan prajurit, kondisi mental
dan disiplin serta ketertiban Satuan.

37
MENGAPA PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN PRAJURIT,

KONDISI MENTAL DAN

DISIPLIN SERTA KETERTIBAN SATUAN SEBAGAI TOLAK UKUR KEBERHASILAN SATUAN


?

Seberapa pentingkah pengetahuan dan keterampilan prajurit, kondisi mental dan


disiplin serta ketertiban Satuan menjadi tolak ukur keberhasilan Satuan ? Berikut ini
penjelasan betapa pentingnya ketiga aspek tersebut dalam keberhasilan Satuan :
1.

Pengetahuan dan Keterampilan prajurit.


Seorang prajurit yang profesional tentunya memiliki pengetahuan dan keterampilan

berkualitas dalam mendukung tugas pokok Sat .Keberhasilan Satuan sangat ditentukan
oleh SDM prajurit yang berkualitas dan berkompeten, hal ini dapat

diukur dari

kemampuan seorang prajurit dalam bidang pengetahuan dan keterampilan.


a.

Pengetahuan.
Suatu Satuan harus mampu memelihara pengetahuan yang dimiliki oleh

seorang

prajurit

sehingga

dapat

bersaing

dengan

Satuan

lain. Adapun

pengetahuan merupakan kebiasaan, keahlian/kepakaran, pemahaman

atau

pengertian yang diperoleh dari pengalaman, latihan atau melalui proses belajar
yang sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas pokok ataupun dalam
kehidupan bermasyarakat.
Pengetahuan setiap individu prajurit tentunya tidak sama antara satu
dengan yang lainnya, karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Kemampuan
menyerap pengetahuan seorang prajurit tidak semata-mata didapat setelah
menjadi anggota TNI, namun merupakan proses yang panjang semenjak lahir dan
banyak dipengaruhi lingkungan khususnya keluarga. Seseorang yang dilatih untuk
belajar semenjak kecil, pasti lebih mudah menyerap pengetahuan dibanding
dengan yang tidak terbiasa belajar dan menyerap Ilmu terutama dalam
penerimaan awal sebagai prajurit TNI, sehingga diharapkan akan didapat prajurit
yang memiliki Sumber Daya Manusia ( IQ,EQ dan SQ ) yang memadai. Dengan
demikian, prajurit dalam berdinas tidak menemui kesulitan berarti dalam menyerap
Ilmu Kemiliteran dan menjabarkan perintah atasan.Disamping itu,seorang prajurit
harus secara proaktif mencari pengetahuan-pengetahuan yang erat kaitannya

38

dengan pelaksanaan tugas, baik berupa ilmu kemiliteran ataupun pengetahuan


umum.
Adapun faktor lain yang berpengaruh terhadap kemampuan pengetahuan
prajurit adalah lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan akan membentuk prajurit
yang profesional dengan dibekali pengetahuan dan keterampilan yang handal.
Dengan mengikuti pendidikan di lembaga pendidikan diharapkan prajurit memiliki
pengetahuan dan keterampilan, baik dalam bidang teknis kecabangan maupun
militer umum. Dapat dipastikan, Satuan sebagai user atau pengguna dari prajurit
akan efektif dan efisien dalam memaksimalkan kemampuan prajurit.
Selain ilmu pengetahuan bidang militer, seorang prajurit dituntut memiliki
pengetahuan umum. Hal ini dikaitkan dengan tugas TNI AD yang sekarang lebih
terfokus dengan operasi militer selain perang seperti membantu korban bencana
alam. Kemampuan komunikasi sosial yang didapat dari pengetahuan umum akan
mendukung tugas prajurit dalam berinteraksi dengan masyarakat. Terlebih lagi bagi
Satuan Kewilayahan yang frekuensi interaksi dengan masyarakat lebih tinggi, bila
dibanding dengan Satuan Tempur. Dibutuhkan pengetahuan umum khususnya
komunikasi sosial dan kondisi sosial masyarakat yang memadai, sehingga tugas
pokok dapat terlaksana dengan maksimal.
b.

Keterampilan.
Seorang prajurit dituntut memiliki keterampilan yang lebih dibandingkan

dengan masyarakat, karena adanya keterampilan militer yang harus dikuasainya.


Keterampilan merupakan suatu keahlian dalam suatu bidang yang diperoleh
dengan cara berlatih secara terus-menerus sehingga diperoleh suatu kemampuan.
Keterampilan ini merupakan aplikasi dari pengetahuan yang telah dipelajari
sebelumnya. Sebagai tuntutan profesionalisme prajurit, seorang prajurit harus
mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang berupa teknik dan taktik
kecabangan serta kemampuan dalam bidang oramil dan oraum. Tingkat
keterampilan prajurit ini merupakan barometer bagi keberhasilan suatu Satuan.
1)

Keterampilan teknik dan taktik kecabangan.


Teknik dan taktik kecabangan merupakan suatu hal yang mutlak

dikuasai oleh seorang prajurit TNI sesuai fungsi kecabangan masing-

39

masing. Seorang prajurit harus menguasai teknik kecabangan masingmasing, karena hal itu akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan TNI
AD, khususnya dalam pertempuran melibatkan antar kecabangan. Seorang
prajurit Kavaleri contohnya, harus terampil dalam melayani tank ataupun
seorang prajurit Armed harus terampil dalam melayani meriam yang
diawakinya. Keterampilan ini perlu selalu ditingkatkan dalam rangka
mempermahir kemampuan seorang prajurit sesuai dengan jabatan yang
dipegangnya sehingga akan menjamin keberhasilan tugas pokok suatu
Satuan. Jika keterampilan ini benar-benar dikuasai prajurit, maka Satuan
tersebut tentunya akan memperoleh keberhasilan dalam setiap pelaksanaan
tugas, namun sebaliknya jika tidak dikuasai maka akan menghambat
pelaksanaan tugas Satuan tersebut.
Taktik kecabangan juga merupakan suatu hal yang mutlak harus
dikuasai oleh seorang prajurit TNI dalam rangka memperoleh keberhasilan
Satuan. Taktik kecabangan merupakan strategi/kegiatan menurut urutan
tertentu yang sudah ditetapkan secara baku yang dilakukan pada medan
yang mempunyai nilai taktis. Taktik ini berbeda-beda sesuai dengan tugas
pokok yang diemban oleh Satuan sesuai dengan fungsi kecabangan
masing-masing.

Penerapan

taktik

sangat

erat

kaitannya

dengan

keterampilan teknik prajurit. Jika taktik ini benar-benar diterapkan dalam


pelaksanaan tugas operasi dan dipadukan dengan kemampuan teknik
kecabangan prajurit maka akan menjamin keberhasilan tugas pokok Satuan
tersebut. Banyak pengalaman yang dapat kita ambil dari medan tugas,
dimana Satuan mengalami kegagalan

akibat prajuritnya

mengabaikan

teknik maupun taktik yang seharusnya diterapkan. Namun tidak sedikit juga
Satuan yang

memperoleh keberhasilan pada saat pelaksanaan tugas

operasi, dengan berbekal kemampuan taktik yang matang dan kemahiran


dalam menerapkan keterampilan teknik kecabangan.

40

2)

Prestasi Satuan dalam PORAD.


Keberhasilan

suatu

Satuan

dapat diukur dari

prestasi

yang

diperolehnya baik dalam medan tugas maupun dalam event pertandingan


olahraga seperti PORAD dan lainnya. Dalam event PORAD khususnya akan
terlihat seberapa maksimal hasil pembinaan Satuan yang telah dilaksanakan
selama ini terutama dalam bidang olahraga,dan diikuti berbagai Satuan.
Kiprah tiap Satuan dalam mengirimkan atlit

bisa dijadikan tolak ukur

keberhasilan pembinaan Satuan. Hal ini dapat kita lihat dari hasil prestasi
yang di peroleh dari Satuan tersebut. Semakin banyak medali yang
diperoleh, maka berarti Satuan tersebut berhasil dalam

melaksanakan

pembinaan Satuan.
2.

Kondisi mental dan disiplin prajurit.


a.

Pembinaan Mental Prajurit.


Pembinaan prajurit pada hakekatnya adalah pembinaan manusia sebagai

penentu keberhasilan tugas dan tanggung jawab yang harus diembannya. Dalam
pelaksanaannya pembinaan tersebut meliputi tiga aspek yaitu mental, intelektual
dan fisik. Demikian pentingnya pembinaan prajurit ini sehingga merupakan salah
satu fungsi komando yang penyelenggaraannya menjadi tanggung jawab
komandan Satuan atau pemegang komando, kepala atau pimpinan unit kerja mulai
dari tingkat kesatuan yang terendah sampai tingkat yang tertinggi.
Dalam pembinaan prajurit, mental merupakan salah satu unsur yang perlu
mendapatkan perhatian. Selama ini pembinaan mental telah dapat menunjang dan
mengimbangi kemampuan fisik serta intelektual para prajurit, dengan mental yang
baik maka prajurit tersebut akan mampu dan mau melaksanakan tugas denagn
keyakinan akan keberhasilan tugas ,juga tidak melakukan kegiatan yang tidak
diharapkan .Sehingga tugas tersebut akan dapat dilaksanakan dengan baik.
Sejalan dengan perkembangan lingkungan strategis dalam era globalisasi saat ini,
serta intensitas tantangan tugas yang dihadapi maka pembinaan mental perlu
ditingkatkan menjadi lebih sistematis, terarah dan berkesinambungan meliputi
seluruh prajurit dimana saja bertugas.

41

Pembinaan mental dapat dicermati melalui keterkaitan yang fungsional antar


empat komponen, yaitu pembinaan mental rohani, pembinaan mental ideologi,
pembinaan mental tradisi kejuangan dan pembinaan mental psikologi. Nilai-nilai
yang terkandung dalam pembekalan mental rohani, mental ideologi, mental
kejuangan dan mental psikologi tersebut diinternalisasikan melalui berbagai jalur
pembinaan yang pada gilirannya membentuk watak dan kepribadian dalam kualitas
prajurit Sapta Marga. Dengan demikian seluruh proses pembinaan mental dalam
pembentukan kualitas prajurit Sapta Marga adalah merupakan proses psikologi
dan demi tercapainya tujuan proses internalisasi nilai-nilai rohani, ideologi dan
kejuangan perlu adanya pembinaan mental psikologi.Dalam pembahasan ini, tidak
semua komponen dibahas, yang lebih ditekankan yaitu pada komponen
pembinaan mental rohani dan pembinaan mental psikologi.
1)

Pembinaan mental rohani.


Pembinaan mental rohani adalah pembinaan mental prajurit dalam

rangka membentuk, memelihara dan meningkatkan ketaqwaan terhadap


Tuhan Yang Maha Esa sesuai agamanya masing-masing yang di akui di
Indonesia,

untuk

mempertinggi

moral/budi

pekerti

hingga

mampu

menegakkan harkat dan martabat manusia serta kerukunan hidup umat


beragama. Oleh karena itu, manusia sebagai ciptaan Tuhan harus
bertanggung jawab atas segala perbuatannya, baik kepada sesama
manusia maupun kepada Tuhan. Bagi bangsa Indonesia kedua tanggung
jawab tersebut dituntun oleh falsafah hidup pancasila. Dengan Pancasila
bangsa Indonesia melakukan pembangunan dalam rangka memenuhi
tanggung jawab terhadap sesama manusia sebagai tanggung jawab sosial.
Tanggung jawab individual manusianya kepada Tuhan dicerminkan dalam
kejujuran, menjauhkan diri dari tindakan negatif seperti penyelewengan,
korupsi dan penindasan terhadap sesama manusia dan lingkungannya.
Dalam hal ini pembinaan mental rohani mengarahkan manusia Indonesia
umumnya

dan

TNI

Khususnya,

untuk

senantiasa

membela

dan

mempertahankan martabat dan harkatnya sebagai bangsa yang terhormat,


sesuai dengan hak asasi manusia yang hidup di dunia ini. Apabila hal ini
tidak dilaksanakan secara maksimal, maka akan banyak timbul berbagai
macam masalah yang berkaitan dengan moral dan tingkah laku prajurit yang
nantinya akan berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas pokok TNI.

42

2)

Pembinaan mental psikologi militer.


Pembinaan mental psikologi adalah segala usaha, pekerjaan dan

kegiatan pembinaan terhadap kehidupan jiwa seorang prajurit untuk menuju


pematangan pribadi dalam memantapkan postur seorang prajurit Sapta
Marga. Prajurit sebagai sumber daya Satuan merupakan pelaku utama
dalam

mewujudkan

tujuan

Satuan

yang

telah

ditetapkan. Dengan

memahami tingkah laku anggota suatu Satuan, dapat diperoleh pula


pemahaman tentang kondisi Satuan tersebut. Dalam diri anggota sebagai
manusia terdiri dari fisik dan psikis yang dapat menimbulkan proses-proses
yang dapat mempengaruhi sikap, loyalitas dan tingkah laku anggota
tersebut. Dengan adanya pembinaan mental psikologi diharapkan dapat
menunjang keberhasilan dalam melaksanakan tugas pokok yang telah
dibebankan. Jika hal ini tidak dilaksanakan secara optimal, maka akan
semakin menambah permasalahan yang timbul disebabkan oleh perilaku
phikis yang tidak wajar seperti insubordinasi, desersi dan THTI.
Dengan adanya kedua komponen diatas yang mewakili komponenkomponen pembinaan mental, maka dapat dipahami bahwa pembinaan
mental prajurit akan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas
terutama dalam hal loyalitas dan dedikasinya sebagai seorang prajurit untuk
menjalankan tugas yang telah dibebankan kepadanya, hal ini tentunya
menjamin keberhasilan Satuan.
b.

Disiplin.
1)

Ketaatan terhadap atasan dan peraturan yang berlaku.


Disiplin Prajurit Tentara Nasional Indonesia adalah ketaatan dan

kepatuhan

yang

sungguh-sungguh

setiap

Prajurit

Tentara

nasional

Indonesia yang didukung oleh kesadaran yang berlandaskan Sapta Marga


dan Sumpah Prajurit untuk menunaikan tugas dan kewajiban serta bersikap
dan berperilaku sesuai dengan aturan-aturan atau tata kehidupan Prajurit
Tentara Nasional Indonesia.Dalam kehidupan sehari-hari, setiap prajurit
dituntut untuk bisa bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan identitasnya
sebagai prajurit. Dengan sikap dan perilaku prajurit tersebut diharapkan
mampu menampilkan tingkat disiplin yang tinggi baik di dalam maupun di
luar jam dinas :

43

a)

Di dalam jam dinas. Kondisi disiplin yang diharapkan tercermin

dalam tindakan/kegiatan prajurit sebagai berikut :


(1)

Ketaatan terhadap peraturan/ketentuan yang berlaku,

moril dan motivasi prajurit selalu tinggi, hal ini dapat tercermin
dalam pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dengan rasa penuh
tanggung jawab walaupun situasi dan kondisi yang dihadapi
oleh setiap prajurit mempunyai beban yang memerlukan
perhatian.
(2)

Ketaatan terhadap atasan, hal ini tercermin dalam

pelaksanaan perintah baik lesan ataupun tulisan yang


diberikan oleh atasan dapat dilaksanakan dengan penuh
keikhlasan walaupun dihadapkan dengan situasi yang sulit
sekalipun.
(3)

Terciptanya kerjasama yang erat antara bawahan dan

unsur Pimpinan dalam setiap pelaksanaan tugas.


(4)

Meresapi dan mentaati Permildas dengan baik sehingga

setiap prajurit mempunyai kesadaran yang tinggi dalam


melaksanakan tugas.
(5)

Tingkat kesadaran yang tinggi dari setiap prajurit akan

kedudukan

dan

peranannya

sebagai

prajurit

yang

mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan


pribadi.
b)

Di luar jam dinas.


(1)
positif

Menunjukkan sikap perilaku serta kerjasama yang


terhadap unsur Satuan tetangga yang dalam hal ini

POLRI, sehingga mampu menjadi contoh di tengah-tengah


masyarakat sekaligus menampilkan bahwa prajurit TNI AD
adalah insan yang sadar hukum.

44

(2)

Menunjukkan sikap yang memancarkan keteladanan

terhadap lingkungan serta peka terhadap nilai-nilai sosial dan


kepedulian sosial.
(3)

Mentaati semua peraturan dan ketentuan, baik aturan

pidana

maupun

masyarakat.

perdata

yang

berlaku

di

lingkungan

45

(4)

Tidak lagi melakukan bisnis baik perorangan maupun

kelompok sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang


berlaku, sehingga setiap prajurit TNI AD dapat lebih profesional
dalam melaksanakan tugasnya.
2)

Penurunan tingkat pelanggaran prajurit.


Tidak dapat dipungkiri, bahwa kinerja prajurit sangat dipengaruhi oleh

moril dan motivasi. Hal ini dipengaruhi oleh permasalahan dinas ataupun
keluarga. Dengan demikian, sudah dapat dipastikan, seorang prajurit yang
sedang memiliki permasalahan, terlebih lagi pelanggaran, pastilah tidak
dapat berpikir jernih lagi dalam dinas, hal ini secara tidak langsung
mempengaruhi kinerja Satuan dan keberhasilan Satuan tentunya. Dengan
penurunan tingkat pelanggaran prajurit, diharapkan moril dan motivasi kerja
prajurit dapat terjaga, sehingga dapat mendukung keberhasilan satuan.
3.

Ketertiban Satuan.
Dalam suatu Satuan untuk mencapai suatu keberhasilan, diperlukan adanya suatu

kondisi yang teratur / tertib dari semua aspek / komponen Satuan,meliputi :


a.

Tertib administrasi.
Dalam pelaksanaan kegiatan Satuan senantiasa selalu memperhatikan

prinsip-prinsip

guna

tercapainya

keberhasilan

tugas,

salah

satu

prinsip

pelaksanaan kegiatan di Satuan adalah tertib administrasi, yang senantiasa harus


ditunjang dengan sistem administrasi yang tertib dan tertata sesuai dengan
ketentuan yang berlaku mulai dari tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan
dan pengakhiran.
Tertib Administrasi adalah sebagai salah satu indikator keberhasilan
pelaksanaan kegiatan administrasi yang dilaksanakan sesuai dengan rapi,
teratur menurut aturan terhadap semua kegiatan kantor dan tata usaha, baik
mengenai bentuk, tata cara penyusunan maupun perlakuan terhadap produk
adminitrasi tersebut. Hal itu bertujuan agar tercapai kesamaan pengertian dan
keseragaman bentuk, cara pembuatan dan pengolahan serta pengawasan dalam

46

pengurusan produk administrasi. Selain itu administrasi juga memiliki peranan


untuk menyediakan keterangan bagi Komandan Satuan guna pengambilan
keputusan dan tindakan yang tepat untuk menciptakan satuan yang berhasil.Halhal yang berdampak pada penyelenggaraan kegiatan tertib administrasi :
2)

Tertib Administrasi akan memberikan kontribusi terutama dalam

bentuk bukti nyata pelaksanaan kegiatan di Satuan. Pelaksanaan kegiatan


administrasi dalam Satuan harus mengacu kepada kebijakan maupun
petunjuk dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Komando Atas
yaitu administrasi pembinaan kekuatan

yang meliputi organisasi,

personel, materiil, piranti lunak dan pangkalan sedangkan administrasi


pembinaan kemampuan yang terdiri dari kemampuan tempur dan intelijen
dilaksanakan melalui administrasi latihan. Apabila kegiatan administrasi
tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, akan timbul bermacam-macam
bentuk

administrasi

di

masing-masing

Satuan

sehingga

tidak

ada

keseragaman bentuk dan tujuan yang diinginkan oleh Komando Atas.


2)

Penyelenggaraan administrasi yang tertib akan dapat menunjukkan

siapa yang bertanggungjawab dalam kegiatan tersebut sehingga akan


memudahkan pertanggungjawaban terhadap implikasi yang terjadi di
kemudian hari terhadap akses yang ditimbulkan, terjaminnya pengamanan
berita sesuai dengan produk administrasi sebagaimana diatur dalam
klasifikasinya. Apabila tertib administrasi tidak terlaksana akan berdampak
pada pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan kegiatan, akibat yang
ditimbulkan tentunya berpengaruh kepada kredibilitas Satuan.
3)

Administrasi yang tertib sesuai saluran administrasi yang telah

ditentukan akan menyelesaikan seluruh proses lebih cepat dengan


memperhatikan pengawasan dan pengendalian serta hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan

untuk

menghindari

penyelewengan

akibat

ketidaktertiban administrasi. Seluruh kegiatan administrasi pada dasarnya


merupakan proses berkesinambungan dan saling berhubungan erat. Apabila
administrasi tidak rapi, tertib dan teratur maka akan terjadi penyelewengan
data oleh akibat kesulitan dalam pencarian data.

47

b.

Tertib Organisasi.
Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas akan lebih cepat tercapai apabila

didukung dengan pengorganisasian

prajurit yang tepat, sesuai dengan Tabel

Organisasi dan Peralatan (TOP). Namun kondisi organisasi Satuan saat ini banyak
yang tidak sesuai dengan TOP.
Dengan adanya organisasi yang teratur, akan memudahkan pengaturan
komposisi atau penempatan prajurit dalam rangka penyiapan operasional Satuan.
Sedangkan pengorganisasian yang kurang baik maka akan menghambat
penyusunan komposisi dan penempatan prajurit di Satuan.

BAGAIMANA MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN PRAJURIT, MENTAL


DAN DISIPLIN SATUAN SERTA KETERTIBAN SATUAN ?

Oleh karena pengetahuan dan ketrampilan prajurit, mental dan disiplin Satuan
serta ketertiban Satuan merupakan hal yang mutlak untuk diperhatikan dalam
keberhasilan Satuan, maka diperlukan suatu upaya yang konkret sehingga keberhasilan
satuan dapat terwujud. Adapun upaya-upaya tersebut antara lain sebagai berikut :
1.

Upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan prajurit.


Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan prajurit tidak hanya dilakukan

oleh

Lembaga pendidikan,namun juga perlu dilakukan oleh satuan selaku user atau

pengguna, karena pengetahuan dan keterampilan prajurit sangat mendukung dalam


pelaksanaan tugas pokok TNI AD. Setiap prajurit memiliki pengetahuan yang berbeda
karena latar pendidikan yang tidak sama,untuk itu diperlukan standar minimum
kemampuan

prajurit

yang

dipersyaratkan.Dan

diperlukan

adanya

upaya

untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan prajurit untuk membentuk prajurit yang


profesional.
a.

Pengetahuan.

48

1)

Peningkatan frekuensi kegiatan belajar mengajar di dalam Satuan.

Pengetahuan yang diterima oleh prajurit di lembaga pendidikan tidak


sepenuhnya dapat diserap oleh prajurit yang sedang melaksanakan
pendidikan tersebut ,untuk itu perlu adanya upaya untuk memelihara dan
meningkatkan pengetahuan prajurit saat berada di Satuan diantaranya :
a)

Memaksimalkan kegiatan belajar mengajar di dalam Satuan.

Selama ini,kegiatan belajar mengajar sudah dilaksanakan,namun


frekuensinya masih minim,dikarenakan kegiatan-kegiatan lain. Oleh
karena itu perlu adanya pemaksimalan kegiatan belajar mengajar
tersebut berupa adanya asistensi dan penataran dalam Satuan baik
itu berupa teori maupun praktek dengan frekwensi sebulan sekali.
b)

Memberikan kesempatan kepada anggota untuk mengikuti

kursus atau penataran. Untuk memperdalam pengetahuan tidak


hanya sebatas di dalam Satuan, maka Satuan harus memberi
kesempatan

setiap

prajurit

untuk

mengikuti

kursus

atau

penataran,baik di dalam Kotama ataupun yang diselenggarakan oleh


Puscabfung.
c)

Mendatangkan pelatih atau gumil dari lembaga pendidikan

baik sebagai pengajar ataupun assistensi untuk mengajar

materi

militer umum maupun militer kecabangan.


2)

Meningkatkan motivasi dalam diri setiap prajurit untuk meningkatkan

kemampuan pengetahuan.Perlu adanya pemahaman kepada anggota


bahwa pengetahuan sangat penting untuk mendukung tugas pokok
Satuan,agar prajurit bersemangat untuk menimba ilmu.Hal ini membutuhkan
peran serta aktif unsur pimpinan dan anggota di Satuan,diantaranya
langkah-langkah yang dapat dilakukan :

49

a)

Memberikan

jam

komandan

yang

bertujuan

untuk

meningkatkan motivasi prajurit. Jam komandan diberikan minimal


seminggu sekali untuk tetap memelihara motivasi anggota dan selalu
menekankan akan arti pentingnya pengetahuan baik bagi setiap
individu prajurit maupun bagi Satuan.
b)

Memaksimalkan fungsi perpustakaan dalam Satuan.Setiap

Satuan

memiliki

dimanfaatkan

perpustakaan

secara

maksimal

masing-masing,namun
oleh

anggota.Perlu

jarang
adanya

pengaturan waktu bagi anggota untuk membaca ataupun meminjam


buku-buku di perpustakaan,hal ini bisa dilakukan per regu ataupun
per pleton,dan ada penentuan hari wajib ke perpustakaan.Diharapkan
pengetahuan prajurit meningkat dengan adanya perpustakaan
tersebut,namun hal initentunya harus diimbangi dengan peningkatan
kuantitas dan kualitas buku-buku perpustakaan.
c)

Informasi dari Komando tentang perkembangan terbaru

tentang Angkatan Darat maupun pengetahuan terbaru tentang militer


kecabangan seperti alutsista.
b.

Keterampilan.
1)

Peningkatan Keterampilan teknik dan taktik kecabangan.


a)

Latihan dilaksanakan sesuai dengan program. Latihan harus

mengacu pada program, kalender dan siklus latihan yang diturunkan


dari Komando Atas sehingga pelaksanaannya bisa sesuai dengan
prinsip latihan yaitu latihan dilaksanakan secara bertahap, bertingkat
dan berlanjut. Salah satunya adalah seorang Komandan Satuan
berusaha untuk merealisasikan tempat dan sarana latihan sesuai
dengan yang telah ditetapkan, sehingga mendekati realisme
latihan yang sebenarnya.
b)

Membuat produk latihan seperti Rencana Garis Besar,

Rencana Latihan, Rencana Lapangan dan Laporan Pelaksanaan


sesuai ketentuan dan dikirimkan tepat waktu sehingga pengarsipan

50

dan pengawasan terhadap pelaksanaan latihan dapat dipertanggung


jawabkan.
c)

Melengkapi dan menyiapkan semua sarana dan prasarana

latihan. Kelengkapan sarana dan prasarana latihan akan sangat


mendukung dalam pencapaian tujuan latihan. Tentunya prajurit akan
lebih mengerti dan memahami setiap materi yang diberikan apabila
sarana dan prasarana yang digunakan telah terdukung secara
lengkap.
d)

Penyiapan pelatih yang berkualitas di bidangnya dan sudah

berpengalaman. Pelatih merupakan unsur penting yang sangat


menentukan dalam proses transfer ilmu. Pelatih yang memiliki
kualifikasi dan sudah berpengalaman akan lebih cepat dalam
mentransfer keterampilan yang dimilkinya.
2)

Upaya meningkatkan prestasi dalam Porad.


a)

Menciptakan sistem pelatihan atlet yang sistematis, efektif dan

berjangka panjang. Adapun langkah-langkah secara konkret dapat


ditempuh sebagai berikut :
1)

Mengadakan seleksi terhadap prajurit yang memiliki

kemampuan olahraga. Banyak dari prajurit yang memiliki


kemampuan berolahraga, namun perlu diadakan seleksi untuk
melihat sejauh mana kualitas kemampuan tersebur.Diharapkan
dengan seleksi, Satuan mendapatkan atlet-atlet yang memiliki
kemampuan tinggi. Dengan adanya seleksi tentunya akan
terpilih yang terbaik , sehingga akan terbentuk tim yang solid
dan handal. Seleksi dapat dilaksanakan dalam bentuk lomba
dalam Satuan dan pendataan bagi prajurit yang berprestasi.
2)

Menyusun jadwal pelatihan secara berkala.Setelah

didapat atlet , maka perlu disusun jadwal latihan, termasuk di


dalamnya standar pelatihan. Jadwal tersebut mulai dari harian,
mingguan dan bulanan, termasuk aspek-aspek pelatihan, baik
dari segi fisik, tehnik dan taktik. Dan perlu diadakan evaluasi

51

dan seleksi setiap bulan, untuk memotivasi atlet untuk


meningkatkan kemampuan sesuai standar yang ditentukan.
3)

Mendatangkan pelatih yang sudah berpengalaman..

Salah satu aspek kepelatihan yang paling vital adalah pelatih.


Dengan pelatih yang sudah berpengalaman diharapkan
mampu

mengatasi

memberikan

tehnik

kesulitan
dan

yang

taktik

dihadapi

yang

pemain,

tepat,termasuk

menyiapkan mental bertanding para atlet.


b)

Melaksanakan pertandingan persahabatan secara rutin dan

berkala. Dalam pertandingan, diharapkan kemampuan tehnis, taktis


dan mental bertanding dapat diukur dengan objektif.Adapun sistem
pertandingan persahabatan dilakukan sebagai berikut :
(1)

Try in ,antara tim utama dengan tim inti cadangan.

Untuk menjaga kemampuan dan mengukur hasil latihan,maka


perlu diadakan pertandingan di dalam Satuan ( try in) untuk
tetap memotivasi anggota dalam meningkatkan prestasi,
adapun pertandingan dapat dilaksanakan antara tim utama
dengan tim cadangan. Dalam try in tersebut, dapat juga
dijadikan ajang seleksi dan evaluasi antar kedua tim tersebut,
apakah ada atlet tim cadangan yang bisa memenuhi
kemampuan standar tim utama, atupun sebaliknya atlet tim
utama yang kemampuannya menurun dan lebih pantas
dimasukkan kedalam tim cadangan.
(2)

Try out .

Adanya pertandingan diluar Satuan , baik

di lingkungan militer maupun di luar militer yang diikuti dapat


memberikan efek yang positif bagi atlet. Selain meningkatkan
kemampuan, memberikan mental bertanding, juga menambah
wawasan tentang cara bermain. Hal ini juga dibutuhkan untuk
mengukur kemampuan tim.

52

2.

Upaya meningkatkan mental dan disiplin Satuan.


a.

Mental.
Pembinaan mental bertujuan untuk membentuk, memelihara, meningkatkan

dan memantapkan kondisi mental prajurit agar memiliki kesadaran dan ketaatan
sebagai insan hamba Tuhan, insan politik pancasila, insan ekonomi pancasila,
insan sosial budaya pancasila dan insan penegak pertahanan Negara sehingga
senantiasa mampu melaksanakan tugas dalam rangka menegakkan, melindungi,
mengamankan dan mengisi kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang dasar 1945. Untuk itu, perlu adanya
upaya-upaya yang konkret untuk bisa mewujudkan tujuan tersebut.

53

1)

Pembinaan mental rohani.


Pembinaan mental rohani merupakan salah satu unsur penting dalam

menanamkan dan mempertinggi moral serta budi pekerti sebagai mahluk


ciptaan Tuhan untuk dapat lebih menegakkan harkat dan martabat manusia
dalam kerangka falsafah Pancasila dan secara khusus menuju terwujudnya
prajurit TNI yang bermoral baik. Dalam kehidupan militer selain dituntut dlam
pelaksanaan tugas, prajurit sebagai mahluk ciptaan Tuhan juga dituntut
untuk memiliki moral dan budi pekerti yang baik. Oleh karena itu perlu
adanya upaya untuk dapat menjawab tuntutan tersebut. Adapun upaya yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a)

Penggunaan

ajaran

agama

dalam

mengaktualisasikan

perintah dan peraturan yang telah ditentukan. Dalam melaksanakan


perintah

dan

peraturan

tersebut,

setiap

prajurit

harus

bisa

menggunakan akal sehatnya yang berpangkal pada moral yang baik


sebagai makhluk ciptaan Tuhan sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya. Untuk itu perlu adanya pemberian siraman rohani kepada
prajurit sesuai agama masing-masing dalam bentuk pengajian,
kebaktian, sembahyang dan sebagainya.
b)

Memaksimalkan kinerja Pa Bintal yang ada di Satuan.

Pa

Bintal di Satuan sangat berperan penting dalam pembinaan moril dan


memotivasi anggota untuk bisa berdinas dengan lebih baik. Peran
atau fungsi ini akan lebih terlihat apabila dalam pelaksanaannya
dibuat suatu program atau rencana yang disusun secara periodik dan
berkesinambungan terutama dalam hal kerohanian.
c)

Meningkatkan kemampuan dan profesionalitas seorang Pa

Bintal. Untuk bisa profesional, seorang pa bintal hendaknya selalu


mendalami ajaran agama masing-masing. Hal itu dapat dilaksanakan
melalui upaya untuk mengikutkan pa bintal dalam kursus atau
sekolah yang berhubungan dengan bintal, menggali ilmu agama dari
tokoh agama yang ada.

54

2)

Pembinaan mental psikologi.


Pembinaan mental psikologi berfungsi untuk membentuk, memelihara

dan meningkatkan keadaan terhadap kompetensinya sebagai prajurit TNI


agar mampu melakukan penyesuaian diri atas tuntutan tugas maupun peran
dan tanggung jawabnya. Sehingga ia tetap mampu melaksanakan tugas
meskipun dalam situasi tugas yang penuh tekanan dan ancaman, serta
tetap berpijak pada kepribadian prajurit Sapta Marga. Karena sebegitu
pentingnya fungsi bintal psikologi dalam pelaksanaan tugas, maka perlu
adanya upaya untuk lebih meningkatkan pembinaan mental psikologi itu
sendiri. Adapun upayanya adalah sebagai berikut :
a)

Menyamakan dan membangun persepsi positif anggota

kesatuan terhadap kesatuannya. Dalam hubungan ini, kelompok


perlu mengetahui dengan jelas pokok, misi dan tujuan yang ingin
dicapai

bersama.

Hal

ini

dilakukan

melalui

jam

komandan,

penyelenggaraan hari ulang tahun Satuan secara khidmat dan


pemahaman kembali kepada anggota tentang sejarah Satuan serta
tugas pokok Satuan.
b)

Menumbuhkan sikap positif anggota kesatuan terhadap

kesatuannya. Bila para anggota kesatuan mengerti bahwa kesatuan


selalu berupaya memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan
dirinya, secara logis mereka akan makin mengikatkan diri dengan
kesatuannya.
anggotanya

Demikian
terhadap

juga

penting

lambang-lambang,

menanamkan
tradisi

dan

kecintaan
lagu-lagu

kesatuannya sehingga dapat dikenang sepanjang masa.


c)

Menanamkan motivasi yang kuat bagi seluruh anggota untuk

bekerja dan berjuang bersama demi tercapainya cita-cita bersama.


Dalam hal ini tersirat pula hasrat yang kuat untuk mempertahankan
ikatan yang kokoh dalam kesatuan. Hal ini baru mungkin, bila
masing-masing anggota dapat merasakan secara nyata, bahwa
kesatuan memang mampu menjamin selain kebutuhan dasar, juga
kebutuhan psikologis seperti kebanggaan dan

harga dirinya.

Pemberian simultan kepada anggota berupa pemberian bonus dan

55

reward terhadap pelaksanaan tugas dengan hasil yang memuaskan


merupakan salah satu cara dalam menanamkan motivasi bagi
anggota.
d)

Menanamkan sikap loyalitas dari anggota kepada atasannya

melalui pemberian santi aji, santi karma dan santi karsa. Sehingga
dengan tertanamnya sikap tersebut diharapkan dapat terciptanya
hubungan yang harmonis dalam kehidupan kemiliteran.
b.

Disiplin.
1)

Upaya meningkatkan disiplin prajurit dalam hal ketaatannya kepada

atasan dan aturan yang berlaku melalui penataan sikap mental prajurit.Guna
mengimplementasikan postur prajurit TNI AD yang dijiwai Pancasila dan
Sapta Marga diperlukan adanya penataan sikap mental prajurit sehingga
menimbulkan ketaatan yang sebenar-benarnya kepada atasan dan aturan
yang berlaku . Penataan sikap mental tersebut merupakan dasar untuk
mewujudkan kedisiplinan prajurit. Berkaitan dengan hal tersebut maka
diperlukan beberapa upaya antara lain :
a)

Peningkatan sikap prajurit. Cara-cara meningkatkan kualitas

sikap prajurit antara lain :


(1)

Melatih

diri

untuk

mematuhi,

mentaati

dan

melaksanakan tata tertib yang berlaku sehingga diharapkan


menjadi kebiasaan yang melekat dan menyatu pada diri
masing-masing prajurit .
(2)

Memupuk rasa hormat, percaya, yakin dan setia kepada

pimpinan, sehingga dalam melaksanakan tugas bukan atas


dasar takut

atau

mengharapkan

semata-mata

berdasarkan

pujian/hadiah, tetapi

keikhlasan

kesadaran

dan

tanggung jawab, bahwa semuanya adalah dalam rangka


pengabdian terhadap bangsa dan negara.

56

(3)

Mengekang diri dari sikap dan perbuatan yang tidak

sesuai dengan dedikasi ketentaraan, hindari perbuatan yang


dapat menzalimi orang lain, serta menyadari bahwa setiap
perbuatan selalu ada yang mengawasi.
(4)

Melaksanakan tugas pokok serta fungsi sebagai prajurit

dalam perjuangan bangsa dan negara. Niat kerja sebagai


ibadah, sadar pada kewajiban, yang sekaligus mendorong
untuk bekerja dengan sungguh-sungguh. mendapatkan ridho
yang Maha Kuasa tentunya akan memberikan pengaruh
psikologis terhadap motivasi kerja.
(5)

Bagi

unsur

menegakkan aturan,

pimpinan,

adalah

dengan

selalu

konsisten dan mampu menjadi tauladan

pada diri sendiri selalu bercermin pada nilai-nilai kebenaran


yang hakiki, tidak pilih kasih serta memberi penghargaan bagi
prajurit yang berprestasi dan menghukum bagi prajurit yang
melanggar (Reward and Punishment).
b)

Peningkatan

perilaku

positif

prajurit.

Langkah-langkah

meningkatkan perilaku positif prajurit dilaksanakan dengan cara-cara


antara lain :
(1)

Memberikan penjelasan kepada prajurit tentang pokok

keinginan pimpinan terutama peran dan andil prajurit dalam


pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada Satuan, sebagai
suatu kepercayaan yang diterima dengan ikhlas.
(2)

Memberikan penjelasan tentang apa saja yang menjadi

hak prajurit, timbulkan keinginan untuk menyeimbangkan hak


dan kewajiban untuk mendorong prajurit dapat bekerja dengan
motivasi tinggi, sehingga tidak menimbulkan keraguan selama
melaksanakan tugasnya.
(3)

Timbulkan kepercayaan pada diri sendiri pada setiap

prajurit untuk mendapatkan kepuasan dari hasil kerja setiap

57

hari, kepercayaan yang penuh dari pimpinan kepada setiap


tugas yang diberikan kepada atasannya benar-benar muncul
dari hasil kerja yang pantas dan memberikan kepuasan
kepada orang lain.
(4)

Serahkan prinsip-prinsip pembinaan personil secara

tepat dan konsekuen dengan tetap mengacu pada Juknik


Binpers TNI AD.
(5)

Berikan penghargaan kepada setiap prajurit yang

berprestasi dan berikan sanksi/hukuman bagi prajurit yang


melakukan pelanggaran, namun tidak menomor satukan
Reward dan Punishment sebagai alat motivator.
(6)

Berikan penyuluhan hukum secara periodik kepada

seluruh melalui kerjasama dengan instansi terkait (Kumdam


dan Polri), sehingga setiap prajurit dapat memiliki pengetahuan
serta wawasan tentang hukum yang berlaku.
2)

Upaya pengimplementasian program nol pelanggaran.


Program nol pelanggaran merupakan salah satu upaya meningkatkan

pembinaan personel khususnya mewujudkan nol pelanggaran anggota baik


pelanggaran disiplin maupun pidana. Pelanggaran disiplin adalah setiap
perbuatan yang bukan tindak pidana tetapi bertentangan dengan perintah
kedinasan atau peraturan kedinasan atau perbuatan yang tidak sesuai
dengan tata kehidupan prajurit. Sedangkan tindak pidana adalah suatu
tindakan yang dilakukan dalam waktu, tempat, keadaan tertentu diatur dan
diancam pidana menurut undang-undang, dilakukan secara melawan hukum
dengan

kesalahan

yang

dilakukan

bertanggung jawab. Dengan adanya

oleh

seseorang

yang

mampu

program ini diharapkan akan

menanamkan rasa disiplin setiap prajurit dalam kehidupan sebagai prajurit


maupun sebagai warga Negara yang baik. Dengan disiplin yang sudah
tertanam ini diharapkan juga akan semakin menekan angka pelanggaran
yang dilakukan oleh prajurit sehingga didapatkan situasi yang lebih kondusif
dalam melaksanakan dinas ataupun dalam kehidupan bermasyarakat yang

58

pada akhirnya bermuara pada pencapaian tugas pokok yang maksimal.


Oleh sebab itu, perlu adanya suatu upaya untuk mewujudkan hal tersebut
melalui usaha-usaha sebagai berikut :
a)

Memotivasi anggota untuk berkompetisi yang sehat di

Satuannya, hal itu dapat dilaksanakan dengan cara : menampilkan


dan memuji salah satu prajurit yang layak menjadi contoh baik sikap
perilaku, penampilan, kepribadian, dedikasi, keharmonisan rumah
tangga, dll.
b)

Mengadakan wajib kunjung, anjangsana sesuai kesetaraannya

hal itu dapat dilaksanakan dengan cara : para Pa di pimpin Dansat ke


Instansi

pemerintahan,

Polres,

Kejaksaan

dll

untuk

menjalin

komunikasi, aktif dalam rangka Binter, kegiatan sosial lain sesuai


yang diinginkan sehingga tidak terjadi permasalahan-permasalahan
yang timbul antar instansi tersebut.
c)

Mendata

dan

memproses

pelanggaran

anggota

serta

membuat program penanganannya melalui pendekatan, pembekalan


tentang kehidupan militer melalui jam komandan secara berkala.
d)

Mengadakan penyuluhan hukum secara bervariasi dengan

mendatangkan aparat hukum khususnya Polri dan ceramah Bintal


oleh tokoh-tokoh agama yang berkualitas. Dengan penyuluhan
hukum tersebut di harapkan para prajurit dapat lebih sadar akan
hukum sehingga memperkecil kemungkinan prajurit untuk melanggar
hukum setelah dia mengetahui hukum tersebut.
e)

Mengidentifikasi

mendorong

anggota

masalah
untuk

mau

dan

penanganannya

berkomunikasi

dengan

serta
jujur,

transparan kepada unsur pimpinannya baik persoalan dinas maupun


pribadi, guna mempermudah penanganan masalah.
f)

Memberikan hak-hak anggota sesuai ketentuan yang berlaku

dan mengoptimalkan kesejahteraan materiil dan moril anggota,

59

sehingga tidak menimbulkan pemikiran yang negatif dalam kehidupan


sehari-hari.

60

g)

Meningkatkan

pengendalian

anggota

khususnya

bagi

anggota yang tinggal di luar asrama melalui radio, telpon, sms, dll
diharapkan dengan hal ini dapat lebih memantau kegiatan /
perkembangan anggota tersebut.
3.

Upaya peningkatan ketertiban Satuan.


Untuk mewujudkan ketertiban Satuan, tentunya memerlukan upaya-upaya dari

Komandan Satuan yang konkret, sehingga tugas pokok dapat terlaksana dengan baik.
Upaya-upaya tersebut diantaranya :
b.

Tertib Administrasi.
5) Administrasi staf intelijen.
a)

Membuat administrasi staf intelijen.


Administrasi staf intelijen yang dibuat , meliputi administrasi

penyelidikan, pengaman dan penggalangan. Produk administrasi


intelijen meliputi Catatan, Laporan, Perintah/Rencana, administrasi
Binter Terbatas dan Buku administrasi Staf intel. Pembuatan produk
tersebut

dilaksanakan

secara

lengkap

dan

tertib

sesuai

Bujukminintel yang berlaku.


b)

Pengarsipan.
Pengarsipan dilaksanakan untuk menjaga kelengkapan dan

kualitas produk administrasi yang ada, sehingga dibutuhkan kegiatan


pengarsipan terhadap produk administrasi tersebut berdasarkan
macam produk administrasi, dan

disusun secara rapi dan tertib.

Arsip tersebut disimpan di almari yang tertutup berdasarkan jenis


produk administrasi intelijen sehingga tidak mudah rusak atau hilang.
Dalam tempat pengarsipan , dibuat daftar produk administrasi yang
disimpan untuk memudahkan pencarian data apabila dibutuhkan.
Selain pengarsipan dilakukan dalam bentuk produk administrasi,
pengarsipan juga dalam bentuk data/file yang disimpan dalam

61

komputer dan CD, hal ini bertujuan untuk mengantisipasi apabila


arsip dalam bentuk produk tersebut mengalami kerusakan atau
hilang. Untuk mencegah hilangnya arsip apabila arsip digunakan
atau dikeluarkan dalam almari, maka perlu dibuat buku ekspedisi.
Personel yang menggunakan arsip harus seijin pejabat intelijen
terkait serta mengisi buku tersebut, sehingga akan diketahui siapa
yang menggunakan arsip tersebut apabila tidak berada di tempat
pengarsipan.
c)

Pemeriksaan dan Pengawasan. Untuk

memastikan

bahwa

produk administrasi intelijen telah dibuat dan diarsipkan secara tertib,


maka dilaksanakan pemeriksaan dan pengawasan oleh Komandan
Satuan dan pejabat Intelijen secara rutin dan berkala. Pemeriksaan
dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana produk administrasi
dibuat, apakah sudah sesuai ketentuan yang berlaku atau belum.
Pengawasan dilaksanakan juga untuk mengetahui apakah produk
administrasi

telah

dibuat

tepat

waktu

dan

terpelihara

pengarsipannya.
6) Administrasi staf operasi.
a)

Membuat administrasi staf operasi.


Administrasi staf operasi yang dibuat meliputi administrasi

bidang organisasi, bidang latihan, bidang operasi, bidang prosedur


tetap, bidang pembinaan Satuan serta dilaksanakan secara lengkap
dan tertib sesuai buku pedoman penyelenggaraan administrasi
kesatuan setingkat Batalyon, Bujukmingarlat dan referensi yang
berlaku yang berlaku.
Pembuatan produk bidang latihan berdasarkan program
latihan dari Komando Atas, kemudian dijabarkan dalam rencana kerja
Satuan sesuai Proglatsi. Dalam merencanakan kegiatan latihan,
Satuan membuat rencana yang meliputi rencana garis besar, rencana
latihan dan rencana lapangan dengan berpedoman direktif latihan
dari Komando Atas. Setiap kegiatan yang dilaksanakan selalu di

62

dokumentasikan sebagai bukti kegiatan telah dilaksanakan. Sebagai


pertanggungjawaban kepada Komando Atas terhadap pelaksanaan
kegiatan, Satuan membuat laporan pelaksanaan kegiatan. Produk
bidang latihan dibuat dan dikirim tepat waktu ke Komando Atas. Hal
yang sangat pokok dilakukan oleh Komandan Satuan untuk
menghasilkan produk yang diinginkan adalah membuat cheklist
di staf operasi sebagai alat kontrol pembuatan produk latihan.
b)

Pengarsipan.
Pengarsipan dilaksanakan untuk menjaga kelengkapan dan

kualitas produk administrasi yang ada, maka dibutuhkan kegiatan


pengarsipan terhadap produk administrasi tersebut berdasarkan
macam produk administrasi staf operasi serta disusun secara rapi
dan tertib. Arsip disimpan di almari yang tertutup berdasarkan
golongan/pangkat , sehingga tidak mudah rusak atau hilang. Dalam
tempat pengarsipan tersebut dibuat daftar produk administrasi yang
disimpan untuk memudahkan pencarian data apabila dibutuhkan.
Selain

pengarsipan

dilakukan

dalam

bentuk

produk

administrasi, pengarsipan juga dalam bentuk data/file yang disimpan


dalam komputer dan CD, hal ini bertujuan untuk mengantisipasi
apabila arsip dalam bentuk produk mengalami kerusakan atau hilang.
Untuk mencegah hilangnya arsip pada saat digunakan, maka
perlu dibuat buku ekspedisi. Personel yang meminjam harus seijin
pejabat staf operasi terkait serta harus mengisi buku tersebut,
sehingga akan diketahui siapa yang menggunakan arsip tersebut
apabila tidak berada di tempat pengarsipan.
c)

Pemeriksaan dan Pengawasan. Untuk

memastikan

bahwa

produk administrasi staf operasi telah dibuat dan diarsipkan secara


tertib, maka dilaksanakan pemeriksaan dan pengawasan oleh
Komandan Satuan dan pejabat personel secara rutin dan berkala.
Pemeriksaan dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana produk
administrasi dibuat, apakah sudah sesuai ketentuan yang berlaku

63

atau belum. Pengawasan dilaksanakan untuk mengetahui apakah


produk administrasi telah dibuat tepat waktu dan terpelihara
pengarsipannya.
7) Administrasi staf Personel.
a)

Membuat administrasi personel.


Pembuatan administrasi personel dilaksanakan dengan cara

pendataan terhadap seluruh personel Satuan dan keluarga secara


lengkap dan tertib, sesuai Bujukminpers yang berlaku. Pendataan
dilaksanakan mulai dari tingkat Baterai secara mendetail, meliputi
administrasi

bidang

pembinaan

personel,

administrasi

bidang

pembinaan kekuatan, administrasi pembinaan hukum, tata tertib dan


disiplin, administrasi bidang pembinaan Jahril, administrasi bidang
pembinaaan administrasi umum dan pelayanan. Dengan pendataan
ini,

Satuan

akan

memperoleh

keterangan

tentang

personel

Satuannya, sehingga akan mudah melaksanakan penataan personel


untuk menempati suatu jabatan maupun pengusulan pendidikan.
Penataan

personel

pada

hakekatnya

untuk

memenuhi

kebutuhan organisasi dikaitkan dengan beban tugas yang diemban


oleh masing-masing sesuai dengan jabatannya. Satuan akan
mengetahui personel yang cocok dan mampu melaksanakan tugas
dan tanggung jawab jabatan yang akan diemban.
b)

Pengarsipan.
Pengarsipan dilaksanakan untuk menjaga kelengkapan dan

kualitas produk administrasi yang ada, sehingga dibutuhkan kegiatan


pengarsipan terhadap produk administrasi tersebut berdasarkan
macam produk administrasi yang disusun rapi dan tertib. Arsip
disimpan di almari yang tertutup berdasarkan golongan/pangkat
sehingga

tidak

mudah

rusak

atau

hilang.

Dalam

tempat

pengarsipan dibuat daftar produk administrasi yang disimpan


dan

dibedakan

warna

sampul

produk

personel

sesuai

64

pangkat/golongan untuk memudahkan pencarian data apabila


dibutuhkan.
Selain

pengarsipan

dilakukan

dalam

bentuk

produk

administrasi, pengarsipan juga dalam bentuk data/file yang disimpan


dalam komputer dan CD, hal ini bertujuan untuk mengantisipasi
apabila arsip dalam bentuk produk mengalami kerusakan atau
hilang.
Untuk mencegah hilangnya arsip pada saat digunakan, maka
perlu dibuat buku ekspedisi. Personel yang meminjam harus seijin
pejabat personel terkait serta wajib mengisi buku tersebut, sehingga
akan diketahui siapa yang menggunakan arsip tersebut apabila tidak
berada di tempat pengarsipan.
c)

Pemeriksaan dan Pengawasan. Untuk

memastikan

bahwa

produk administrasi personel telah dibuat dan diarsipkan secara


tertib, maka perlu dilaksanakan pemeriksaan dan pengawasan oleh
Komandan Satuan dan pejabat personel secara rutin dan berkala.
Pemeriksaan dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana produk
administrasi dibuat, apakah sudah sesuai ketentuan yang berlaku
atau belum. Pengawasan tersebut dilaksanakan untuk mengetahui
apakah produk administrasi telah dibuat tepat waktu dan terpelihara
pengarsipannya.
8) Administrasi staf logistik.
a)

Membuat administrasi logistik. Administrasi logistik dibuat

berdasarkan macam administrasi, yang terdiri dari administrasi


materiil/bekal Satuan dan administrasi bekal angkutan. Dalam
pembuatan administrasi logistik , ditunjuk personel khusus yang
memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk membidangi
pembuatan administrasi materiil maupun administrasi angkutan,
sehingga dalam pembuatannya tidak ada yang terlewat atau
tidak dibuat. Administrasi yang dibuat meliputi logistik umum,

65

peralatan, Alsatri, buku administrasi staf logistik sesuai Bujukminlog


dan referensi yang berlaku.
b)

Pengarsipan.
Pengarsipan dilaksanakan untuk menjaga kelengkapan dan

kualitas produk administrasi yang ada, maka `dibutuhkan kegiatan


pengarsipan terhadap produk administrasi tersebut berdasarkan
macam produk administrasi yang disusun rapi dan tertib. Arsip
tersebut disimpan di almari yang tertutup berdasarkan jenis
administrasi

staf

logistik sehingga` tidak

mudah

rusak

atau

hilang,oleh karena itu perlu disediakan ruangan yang terpisah


antara almari pengarsipan administrasi materiil dan angkutan.
Dalam setiap tempat pengarsipan tersebut,dibuat daftar produk
administrasi yang disimpan dan dibedakan warna sampul produk staf
logistik untuk memudahkan pencarian data apabila dibutuhkan.
Selain pengarsipan dilakukan dalam bentuk produk administrasi,
pengarsipan juga dalam bentuk data/file yang disimpan dalam
komputer dan CD, hal ini bertujuan untuk mengantisipasi apabila
arsip dalam bentuk produk mengalami kerusakan atau hilang.
Untuk mencegah hilangnya arsip pada saat digunakan, maka
perlu dibuat buku ekspedisi. Personel yang meminjam harus seijin
pejabat personel terkait dan mengisi buku tersebut, sehingga akan
diketahui siapa yang menggunakan arsip tersebut apabila tidak
berada di tempat pengarsipan.
c)

Pemeriksaan dan Pengawasan. Untuk

memastikan

bahwa

produk administrasi personel telah dibuat dan diarsipkan secara


tertib, maka dilaksanakan pemeriksaan dan pengawasan oleh
Komandan Satuan dan pejabat personel secara rutin dan berkala.
Pemeriksaan dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana produk
administrasi dibuat, apakah sudah sesuai ketentuan yang berlaku
atau belum. Pengawasan dilaksanakan untuk mengetahui apakah
produk administrasi telah dibuat tepat waktu dan terpelihara
pengarsipannya.

66

b.

Tertib Organisasi.

Organisasi yang teratur akan memudahkan pengaturan

komposisi dan penempatan prajurit dalam Satuan. Maka diperlukan upaya untuk
meningkatkan kesiapan Satuan dalam hal organisasi tersebut, melalui penyesuaian
jabatan sesuai dengan TOP. Hal ini dilakukan dengan cara penyesuaian pangkat
dan jabatan yang harus ada di Satuan sehingga sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab masing-masing pangkat dan jabatan. Reorganisasi jabatan secara
berkala maksimal 2 tahun pada jabatan yang sama merupakan salah satu wujud
nyata dari hal tersebut.

PENUTUP

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menciptakan keberhasilan


Satuan, dibutuhkan kerja keras seluruh aspek dan komponen. Seluruh aspek dan
komponen tersebut harus mampu menciptakan inovasi ataupun terobosan untuk
menyiasati kondisi yang ada untuk mencapai keberhasilan Satuan. Adapun barometer
keberhasilan Satuan dapat dilihat dari kondisi mental dan disiplin prajurit,ketertiban
Satuan serta pengetahuan dan ketrampilan prajurit. Diharapkan dengan barometer
tersebut, Satuan selalu mengevaluasi dan menganalisa kinerja yang telah dilakukan. Dan
dengan adanya upaya dari Komandan Satuan, diharapkan pelaksanaan tugas pokok TNI
AD dapat terlaksana dengan baik, sehingga keberhasilan Satuan dapat tercapai.
Demikian tulisan ini dibuat sebagai bahan masukan bagi Komando Atas dalam upaya
menciptakan keberhasilan Satuan dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD.

Dibuat di Martapura
Pada tanggal
Maret 2010

67

Anda mungkin juga menyukai