Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sebagai salah satu elemen sentral alat pertahanan dan keamanan
NKRI Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) harus bisa
melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal untuk mempertahankan
keutuhan NKRI. Dengan kata lain, secara organisatoris TNI AD harus
mampu menunjukkan motivasi kerja terbaiknya. Motivasi kerja terbaik suatu
organisasi akan terwujud jika didukung oleh keberadaan sumberdaya
manusia (SDM) dalam hal ini komandan peleton kemudian disingkat
dengan Danton yang berkualitas. Hal ini disebabkan SDM berkualitas
memberikan motivasi yang optimal pada prajurit infanteri Angkatan Darat.
Prajurit infanteri Angkatan Darat dapat menunjukkan motivasi kerja
terbaiknya jika SDM yang ada di dalamnya memiliki kepemimpinan
demokrasi danton yang baik pula. Bagi prajurit infanteri, untuk dapat
mencapai motivasi kerja terbaik banyak faktor yang mempengaruhinya
salah satunya adalah kepemimpinan demokrasi. Kepemimpinan demokrasi
danton untuk memberikan motivasi kerja yang lebih efektif dan efisien.
Kepemimpinan memegang peranan strategis dan determinatif dalam
membangun peradaban manusia. Maju mundurnya suatu organisasi atau
bangsa sangat dipengaruhi bahkan ditentukan oleh sejauh mana mutu
penyelenggaraan dan hasil kepemimpinan itu sendiri. Handoyo
mengemukakan kepemimpinan memegang peranan penting dan ketiadaan
kepemimpinan dapat berdampak buruk terhadap organisasi 1. Sejarah
menunjukkan bahwa pendidikan memberikan manfaat bagi pencerdasan,
pengadaban, dan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan merupakan pranata
sosial dalam pemberdayaan warga negara yang mampu menjawab
tantangan zaman dan perubahan yang terjadi, serta menjadi instrumen
dasar untuk meraih kesejahteraan dan kebahagiaan manusia. Begitu
penting dan strategisnya pendidikan dalam konteks kehidupan berbangsa

1
Handoyo. Pengukuran Servant Leadership Sebagai Alternatif Kepemimpinan Di Institusi
Pendidikan Tinggi Pada Masa Perubahan Organisasi. Makara, Sosial Humaniora, Vol. 14, No. 2:
130-140, 2010

1
2

dan bernegara, maka perubahan dan perbaikan dengan segenap


sistemnya perlu dilakukan secara terus menerus seiring kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang mengalami kompetensi teknis
dan percepatan luar biasa.

TNI pada dasarnya lahir dari rakyat dan jati dirinya terbentuk dari
program pembinaan oleh proses perjuangan yang panjang, untuk
mengabdi sebagai anggota TNI AD sebagai tentara rakyat, tentara
pejuang, tentara nasional dan tentara profesional. Siti Kholifah (2011:39)
mengemukakan sesuai dengan amanat UUD 1945 dan UU RI Nomor 34
tahun 2004 tentang TNI, sangatlah jelas bahwa peran, fungsi dan tugas
TNI AD sebagai bagian dari TNI yang merupakan komponen utama
kekuatan mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia, harus
dapat memperdayakan dan memanfaatkan sumber daya yang ada
sehingga siap dimobilisasi sesuai yang diatur dalam perundang-undangan
yang berlaku2,3.
TNI Angkatan Darat dalam melaksanakan tugas sangat terpengaruh
dengan adanya perkembangan sistem teknologi dan informasi yang
berkembang sangat cepat, mulai dari peralatan staf sampai dengan
peralatan tempur. TNI Angkatan Darat yang melaksanakan tugas matra
darat di bidang pertahanan, menegakkan hukum dan menjaga keamanan
di wilayah darat yurisdiksi nasional dan juga melaksanakan tugas diplomasi
Angkatan Darat, dalam melaksanakan peran dan fungsinya dimana TNI
Angkatan Darat sangat tergantung kepada kemampuan dan kekuatan yang
didukung oleh sumber daya personelnya yang mumpuni dan siap
mendukung tugas operasi darat, laut maupun udara.
Jika dipahami lebih mendalam uraian di atas, maka dapat
diasumsikan bahwa seorang Komandan Peleton Infanteri TNI AD
diharapkan mampu melaksanakan tugasnya memberikan motivasi kepada
para prajurit infanteri untuk bekerja apabila Dantonif tersebut telah
melaksanakan tugas utamanya mendidik, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi prajurit infanteri.
2
Sitti, Kolifah, dkk. Peranan TNI Angkatan Darat dalam penangulangan Bencana Alam Tanun
2004-2010. Bandung: Dinas Sejarah Angkatan Darat, Prawira, 2004.
3
Undang-Undang Republik Indonesia No 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia
3

Fenomena ini menjadi lebih dinamis terutama setelah banyaknya


masalah dari observasi tentang motivasi kerja prajurit infanteri masih
banyak kelemahan dan kurang. Kadangkala jika ada komandan untuk
melihat sejauh mana motivasi kerja prajurit infanteri, maka prajurit tersebut
menunjukkan motivasi kerja yang baik, sebaliknya jika prajurit infanteri tidak
diawasi maka ia menunjukkan motivasi kerja yang kurang baik. Motivasi
kerja prajurit infanteri salah satunya adalah kedisiplinan. Kedisiplinan
Danton merupakan salah satu indikator yang ditunjukkan Dantonif untuk
memberikan pengalaman yang diberikan kepada prajurit infanteri yang
memiliki jiwa satria dan saptamarga dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kedisiplinan.
Pembinaan latihan berperan penting, dengan melaksanakan
pembinaan latihan yang baik. Latihan yang dilakukan secara terencana,
disiapkan, dilaksanakan, diawasi dan dikendalikan dengan baik akan
mencapai hasil yang diinginkan, dengan demikian perencanaan sebelum
pelaksanaan latihan harus sesuai dengan pelaksanaan latihan itu sendiri.
Salah satu prinsip pembinaan latihan yaitu pembinaan latihan merupakan
fungsi komando. Setiap komandan satuan jajaran TNI AD sebagai Pembina
latihan yang mempunyai tataran kewenangan masing-masing harus
tertanggungjawab terhadap kemampuan standar yang harus dimiliki oleh
prajurit dan satuannya. Ia adalah pelatih dan Pembina utama latihan di
satuannya sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab. Setiap Pembina
latihan bertanggungjawab serta menjamin semua latihan yang
diselenggarakan di satuannya dapat dilaksanakan sesuai dengan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pimpinan TNI AD. Peran dibagi ke
dalam tiga hal antara lain :
a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan
posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peran para unsur
pimpinan perlu ditingkatkan, masih ada permasalahan dalam
pembinaan latihan akibat kurangnya keseriusan pembinan latihan
dan tuntutan tugas yang bertumpuk-tumpuk.
b. Peran merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat
dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
4

c. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang


penting bagi struktur social masyarakat. Pembina latihan dan pelatih
harus lebih peduli dan harus bias melaksanakan tugasnya dengan
baik dan semaksimal mungkin.
Pembinaan latihan merupakan suatu usaha pekerjaan dan kegiatan
dalam merencanakan dan menyusun program latihan, mengelola sumber
daya latihan, dan mengatur serta mengendalikan kegiatan latihan oleh para
pembina latihan. Sehingga prajurit dan satuan TNI AD memiliki
kemampuan yang handal sampai tingkat kesiapan operasional dan siaga
operasional. Serta dapat melaksanakan tugas-tugas operasi baik operasi
militer untuk perang (OMP) maupun operasi militer selain perang (OMSP).
Dalam pelaksanaanya, system pembinaan latihan ini diselenggarakan
melalui tahapan pemrograman latihan, penyelenggaraan latihan, asistensi,
pengawasan dan pengendalian latihan serta sarana dan prasarana latihan.
Batalyon Infanteri Para Raider 503/Mayangkara/18/2 Kostrad
dituntut memiliki kemampuan melaksanakan operasi Para Raider. Namun
realitasnya masih banyak mengalami kendala dalam operasional kegiatan
satuan diantaranya :
a. Jumlah personel yang belum sesuai TOP DSPP dan ada
jabatan kekurangan personel yang belum terisi;
b. Belum terpenuhinya jumlah materiil yang sesuai standar, dan
belum memadai;
c. Kondisi pangkalan yang belum memadai; dan
d. Piranti lunak sudah tidak relevan dengan perkembangan
jaman.
Dengan adanya kondisi serta permasalahan tersebut, harapannya
para pemimpin terutama Danton dapat mengendalikan kegiatan latihan
satuan, dengan gaya kepemimpinan demokratis, dan pola pembinaan
latihan yang terarah dan terukur serta berkelanjutan. Sehingga dapat
memotivasi para prajuritnya untuk bekerja melebihi ekspektasinya agar
menjadi prajurit yang handal dan profesional di bidangnya.
Bertitik tolak dari permasalah tersebut diatas, penulis tertarik untuk
mengambil judul tugas akhir : ”PENGARUH KEPEMIMPINAN DEMOKRASI
5

DANTON DAN PEMBINAAN LATIHAN TERHADAP MOTIVASI KERJA


PRAJURIT YONIF PARA RAIDER 503/MAYANGKARA/18/2 KOSTRAD”

2. Rumusan Masalah
Sebagai acuan kerja dan mencegah terjadinya kesalahan atau
penyimpangan dalam melakukan penelitian terhadap suatu peristiwa maka
perumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut :
a. Apakah Kepemimpinan Demokrasi secara parsiil berpengaruh
terhadap Motivasi Kerja prajurit Yonif Raider 503/Mayangkara/18/2
Kostrad?
b. Apakah Pembinaan Latihan secara parsiil berpengaruh
terhadap Motivasi Kerja prajurit Yonif Raider 503/Mayangkara/18/2
Kostrad?
c. Apakah Kepemimpinan Demokrasi dan Pembinaan Latihan
secara simultan berpengaruh terhadap Motivasi Kerja prajurit Yonif
Raider 503/Mayangkara/18/2 Kostrad?

3. Maksud dan Tujuan


a. Maksud. Pembahasan Tugas Akhir ini dimaksudkan untuk
memberikan gambaran kepada Danyonif tentang langkah yang
ditempuh untuk meingkatkan kemampuan Danton secara optimal,
manajemen pembinaan latihan ditinjau dari kepemimpinan
demokrasi danton di satuan untuk memotivasi prajurit
dalammenunjang tugas pokok prajurit infanteri.
b. Tujuan. Adapun tujuan penelitian tugas akhir ini adalah
untuk menyampaikan konsep dan gagasan serta menjawab dari
permasalahan yang sudah disampaikan meliputi:
a. Untuk mengetahui pengaruh Kepemimpinan
Demokrasi secara parsiil terhadap Motivasi Kerja prajurit
Yonif Raider 503/Mayangkara/18/2 Kostrad.
b. Untuk mengetahui pengaruh Pembinaan Latihan
secara parsiil terhadap Motivasi Kerja prajurit Yonif Raider
503/Mayangkara/18/2 Kostrad.
6

c. Untuk mengetahu pengaruh Kepemimpinan Demokrasi


dan Pembinaan Latihan secara simultan terhadap Motivasi
Kerja prajurit Yonif Raider 503/Mayangkara/18/2 Kostrad.

4. Ruang Lingkup dan Tata Urut


Pelaksanaan penelitian ini dibatasi ruang lingkup dan tata urut
sebagai berikut:
a. Ruang Lingkup. Ruang lingkup pembahasan tugas akhir ini
akan dibatasi pada varibel kepemimpinan demokratis, pembinaan
latihan, dan motivasi kerja, serta yang menjadi obyek penelitian
adalah Yonif Raider 503/Mayangkara/18/2 Kostrad.
b. Tata Urut dan Sistematika. Tugas Akhir ini terdiri dari 4
(empat) bab yang saling terkait antara bab yang satu dengan bab
yang lainnya, dengan sistematika sebagai berikut:
1) BAB I Pendahuluan.
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang
dilaksanakannya penelitian, perumusan masalah, maksud
dan tujuan, ruang lingkup dan sistematika, metode dan
pendekatan, serta pengertian;
2) BAB II Tinjauan Pustaka.
Bab ini menerangkan tentang peraturan perundang-
undangan/bujuk, kerangka teori, dan kerangka konseptual.
3) BAB III Pembahasan
Bab ini menganalisis pokok-pokok bahasan dengan
menggunakan data/fakta analisa pembahasan, kondisi yang
diharapkan, serta upaya-upaya untuk mengatasi.
4) BAB IV Penutup
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran.
Kesimpulan dari keseluruhan Bab dan saran yang diberikan
penulis dalam Bab ini berisi jawaban dari pertanyaan
penelitiaan yang ada pada rumusan masalah dan digunakan
sebagai penutup.
7

5. Metode dan Pendekatan.

a. Metode. Menurut Sugiyono (2017:8) Metode kuantitatif


merupakan penelitian yang berlandaskan filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan4. Filsafat positivisme menurut Sugiyono (2017:8)
sebagai fenomena dapat diklasifikasikan, relative tetap, konkrit,
teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat 5.
Menurut Satori dan Komariah Analisis data penelitian kualitatif terdiri
dari reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan 6.
1) Lokasi Penelitian
Penelitian tugas akhir dilakukan di Yonif Raider
503/Mayangkara/18/2 Kostrad, bertepatan dengan
pelaksanaan on the job training (OJT) Taruna tingkat IV.

2) Instrumen Penelitian.
Dalam penelitian ini akan digunakan 3 variabel, yaitu 2
variabel bebas : Kepemimpinan Demokrasi dan Pembinaan
Latihan, serta 1 variabel terikat yaitu Motivasi Kerja. Dengan
instrument penelitian sebagai berikut :

Variable Indicator Instrument penelitian


Kepemimpinan Kemampuan 1. Danton tidak pernah memberi
demokratis mendorong semangat bekerja untuk maju bagi
bawahan anggotanya.
2.Danton selalu berupaya mengajak
anggotanya untuk semangat dalam
bekerja.
3. Danton selalu bertanggung jawab
dalam melaksanakan tugas,
sehingga anggota enggan untuk
melakukan pelanggaran.

Mendorong 4. Kreativitas yang dimiliki anggota


penggunaan selalu diapresiasi dengan baik oleh
daya inovasi Danton.

4
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta 2017.
5
Ibid., hlm. 8
6
Satori, D & Komariah, A. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bndung: Alfabeta. 2014. hlm39
8

dan kreatifitas 5. Danton selalu memberikan contoh


menyelesaikan tugas dengan berpikir
cerdas.
6. Danton kurang menghargai inovasi
yang dilakukan anggota sehingga
timbul rasa apatis anggota dengan
pimpinan diatasnya.

Pemimpin dan 7. Danton dalam mengambil


bawahan terlibat keputusan melibatkan anggota agar
dalam ada tanggungjawab bersama.
pengambilan 8. Dalam pengambilan keputusan
keputusan Danton terkadang Danton tidak
mendengarkan saran dari anggota.
9. Danton dalam mengambil
keputusan tegas dan tanggungjawab
dengan apa yang sudah diputuskan.

Hubungan 10. Danton selalu menjaga


pimpinan dan komunikasi dua arah dengan
bawahan terjalin anggotanya.
dengan baik 11. Danton memperhatikan anggota
beserta keluarganya meskipun
banyak permasalah anggota yang
harus diselesaikan.
12. Danton seringkali memberikan
ucapan selamat ulang tahun kepada
anggota dan keluarga, sehingga
menimbulkan kedekatan emosional
antara pimpinan dan bawahan.

Pembinaan Merencanakan 13. Danton merencanakan setiap


latihan dan membuat kegiatan mingguan secara
jadwal terstruktur.
mingguan 14. Jadwal kegiatan mingguan
Peleton; seringkali tidak terlaksana karena
padatnya kegiatan satuan.
15.Danton dalam merencanakan
kegiatan mingguan berpedoman
pada kalender latihan.
Melaksanakan 16. Dalam setiap kegiatan Danton
rencana berpedoman pada rencana
kegiatan pelaksanaan kegiatan, agar kegiatan
lapangan tidak melenceng dari rencana.
peleton; 17. Kegiatan lapangan dapat
dilaksanakan sesuai dengan jadwal
latihan meskipun terkadang banyak
kendala di lapangan.
18. Dalam setiap kegiatan lapangan
9

Danton berpedoman pada protap


satuan untuk menghindari resiko
kecelakaan latihan.
Membuat 19. Laporan kegiatan dilaporkan
laporan latihan Danton sesuai renlakgiat secara
peleton tepat waktu.
20. Kendala maupun hambatan
dalam latihan dilaporkan Danton
secara hierarki ke komando atas.
21. Kadangkala kendala dalam
latihan selama masih bisa diatasi
Danton tidak dilaporkan komandan
satuan.
Mengevaluasi 22. Dalam setiap kegiatan Danton
kegiatan prajurit mengevaluasi kegiatan, apabila ada
infanteri. kendala memberikan solusi
pemecahannya.
23. Danton melakukan evaluasi
kegiatan untuk memastikan seluruh
rangkaian kegiatan sudah sesuai
rencana kegiatan.
24. Evaluasi diberikan Danton hanya
apabila ada penyimpangan rencana
dengan pelaksanaan, karena
dianggap kegiatan sudah rutin dan
biasa dilakukan.

Motivasi kerja Tanggungjawab. 25. Saya akan bekerja sungguh-


sungguh sesuai tanggungjwab
pekerjaan saya.
26. Pekerjaan rutin bagi saya
merupakan tanggungjawab tugas
yang dipercayakan pimpinan.
27. Saya tidak begitu mempeduikan
tanggungjawab pekerjaan karena
semuanya biasa saya lakukan
Prestasi kerja. 28. Saya melakukan tugas dengan
harapan hasilnya lebih dari standar,
sehingga prestasi kerja saya
dipertimbangkan oleh pimpinan.
29. Motivasi kerja saya tinggi untuk
meraih prestasi agar jenjang karir
sukses dan lancar.
30. Saya tidak peduli dengan
prestasi kerja, karena pangkat dan
jenjang karir saya biasa-biasa saja.
Peluang untuk 31. Beban pekerjaan saya kerjakan
maju. semaksimal mungkin, karena ada
peluang untuk pengembangan karir.
10

32. Saya termotivasi bekerja dengan


keras, demi jenjang karir dan
jabatan.
33. Terkadang saya malas bekerja,
karena tidak diberikan kesempatan
untuk maju, senioritas diberlakukan
di satuan saya.
Pengakuan atas 34. Bagi saya tegoran kesalahan
kinerja. kerja merupakan suatu perhatian
komandan kepada anggota.
35. Saya lebih termotivasi dalam
bekerja apabila pimpinan
menghargai hasil kerja saya.
36. Pujian atas hasil kerja saya
semakin memotivasi saya untuk
bekerja lebih baik dan berprestasi.
Pekerjaan yang 37. Saya lebih termotivasi melakukan
menantang. pekerjaan yang menantang dan
butuh spesialisasi khusus.
38. saya selalu tertantang untuk
melakukan pekerjaan dengan cepat,
tepat, dan tidak ada tegoran.
39. Seringkali pimpinan tidak
menghargai pekerjaan saya
meskipun dengan semangat dan
tanggungjawab pekerjaan sudah
dikerjakan dengan maksimal.

3) Devinisi operasional variable.


a) Kepemimpinan Demokratis. kepemimpinan
demokratis merupakan kemampuan mempengaruhi
untuk orang lain agar mau bekerjasama dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara
berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan
bersama antara pimpinan dan bawahan dengan
indikator :
(1) Kemampuan mendorong bawahan.
(2) Mendorong penggunaan daya inovasi
dan kreatifitas.
(3) Pemimpin dan bawahan terlibat dalam
pengambilan keputusan.
11

(4) Hubungan pimpinan dan bawahan terjalin


dengan baik.
b) Pembinaan Latihan. latihan merupakan suatu
proses perubahan ke arah yang lebih baik dengan
indicator :
(1) Merencanakan dan membuat jadwal
mingguan Peleton
(2) Melaksanakan rencana kegiatan
lapangan peleton.
(3) Membuat laporan latihan peleton.
(4) Mengevaluasi kegiatan prajurit infanteri.
c) Motivasi Kerja. Motivasi merupakan sebuah
energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri guna
mencapai tujuan tertentu dengan indikator :
(1) Tanggungjawab.
(2) Prestasi kerja.
(3) Peluang untuk maju.
(4) Pengakuan atas kinerja.
(5) Pekerjaan yang menantang.
4) Populasi dan Sampel
a) Populasi
Populasi yaitu keseluruhan subyek individu yang
merupakan sumber data dalam penelitian. Populasi
dalam penelitian ini adalah prajurit/anggota dari Yonif
Raider 503/Mayangkara/18/2 Kostrad,
b) Ukuran Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
10% dari populasi yaitu sebesar 652 orang.
c) Metode Pengambilan Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk
pengumpulan data kuantitatif digunakan Proportional
Stratified Random Sampling (Sugiyono, 2009; 119).
12

Proportionate stratified random sampling dilakukan


dengan membagi populasi ke dalam subpopulasi
secara proporsional dan dilakukan secara acak
(Sekaran, 2006). Menurut Natsir (2004), rumus untuk
jumlah sampel masing- masing bagian dengan teknik
proportionate stratified random adalah sebagai berikut :
Jumlah Subpopulasi
Jumlah Sampel = Jumlah Populasi x Jumlah Sampel
yang diperlukan.
Jumlah personil Yonif Raider 503/Mayangkara/18/2
Kostrad sebagai berikut :
Pa: 20/652 x 66 = 3 ,
Ba: 109/652 x 66 = 11 ,
Ta: 528/652 x 66 = 54 . Jumlah sampel 68 orang,
tetapi dalam penelitian ini sampel yang dibagikan
berjumlah 70 orang.

5) Tehnik Pengumpulan Data


a) Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh dengan
survey lapangan yang menggunakan semua metode
pengumpulan data original atau data yang diperoleh
secara langsung dari obyek penelitian terutama
responden.
b) Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang telah diolah
dan digunakan untuk mendukung data primer yang
diperoleh dari pengumpulan data dan diperbahaskan,
yaitu data mengenai :
(1) Kepemimpinan Demokratis (X1)
(2) Pembinaan Latihan (X2)
(3) Motivasi Kerja (Y)
c) Tehnik Pengumpulan Data
13

(1) Studi Lapangan.


Studi lapangan yaitu metode
pengumpulan data yang bersumber atau
diperoleh dari hasil penelitian terhadap suatu
organisasi untuk pemecahan masalah yang
diteliti. Adapun tehnik yang dipakai untuk
memperoleh data dengan metode studi
lapangan adalah sebagai berikut :
(a) Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan
melakukan Tanya jawab langsung
kepada pihak-pihak terkait dalam
penelitian untuk diminta keterangan
berupa data-data untuk keperluan
penelitian yang dilakukan.
(b) Daftar Pertanyaan (kuisioner)
Daftar pertanyaan yaitu suatu
metode pengumpulan data dimana
peneliti mengajukan daftar pertanyaan
kepada Responden.
Pengukuran variabel dalam penelitian ini
menggunakan Skala Likert, dimana skala ini digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial (Sugiyono, 2000: 86). Variabel yang akan diukur
dijabarkan dengan menggunakan indikator-indikator
untuk kemudian dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa
pertanyaan. Jawaban setiap item\instrumen yang
menggunakan Skala Likert, mempunyai gradasi
penilaian dari sangat positif yang bernilai 5 sampai
sangat negatif dengan nilai 1. Skala tersebut
digunakan sebagai dasar dalam mengkualitatifkan
14

data-data kualitatif yang diperoleh sehingga dapat


dilakukan analisis lebih lanjut.

6) Uji Instrumen Penelitian


a) Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalitan atau kesahihan suatu
instrumen. (Bilson Simamora : 2002 : 58) Untuk
menguji validitas digunakan analisis faktor terhadap
setiap item validitas data penelitian yang ditentukan
oleh proses pengukuran yang akurat. Suatu instrumen
seharusnya diukur menggunakan Corrected item total
correlation dan tabel product momen dengan taraf
signifikansi 5 %, apabila hasilnya lebih besar dari nilai
kritisnya, maka instrumen tersebut dapat dikatakan
valid (Dr. Sugiono, 2002 : 115)
b) Uji reliabilitas
Uji Reliabilitas adalah tingkat keandalan
kuesioner. Kuesioner yang reliable adalah kuesioner
yang apabila dicobakan secara berulang-ulang kepada
kelompok yang sama akan menghasilkan data yang
sama (Bilson Simamora, 2002 : 63)
Pengujian reliabilitas data dilakukan dengan
menggunakan rumus :
Crombach Alpha.
Rumusnya adalah :

r 11 = ( )(
k
k−1
1−∑ σ b 2
σt
2 )
Keterangan :
r11 = Reliabilitas Instrumen
K = Banyaknya butir pertanyaan

∑ σ b2 = Jumlah Varians butir


15

σ t2 = Varians total
Instrumen dikatakan reliable bila memiliki nilai
cronbach Alpha lebih besar dari 0,5 (Husein Umar,
2000 : 207).

7) Teknik Analisis Data


a) Analisis Diskriptif.
Analisis diskriptif adalah analisis yang
didasarkan pada jawaban yang diberikan oleh
responden berdasarkan pertanyaan yang diberikan
kemudian disajikan dalam bentuk table.Tujuan ini
adalah untuk menguraikan karakteristik dari suatu
keadaan secara menyeluruh dan cermat, serta uraian
tentang hasil jawaban responden mengenai
Kepemimpinan Demokratis dan Pembinaan Latihan
terhadap Motivasi Kerja.
b) Analisis Verifikatif.
Analisis ini adalah analisis yang menggunakan
perhitungan statistic, analisis yang digunakan yaitu
regresi berganda.
(1) Regresi Linier Berganda.
Digunakan untuk menunjukkan
arah pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat. Pada penelitian ini
variabel bebas adalah kepemimpinan
demokrasi, pembinaan latihan dan
variabel terikat adalah motivasi kerja.
Rumus regresi berganda: (awal,1995)

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + e

Dimana :
Y : Motivasi Kerja.
16

b0 : Konstanta, yaitu nilai Y saat semua


variabel X bernilai 0
b1 : Kemiringan permukaan regresi yang
menyatakan koefisien regresi dari variabel X1
b2 : Kemiringan permukaan regresi yang
menyatakan koefisien regresi dari variabel X2
X1 : Variabel kepemimpinan demokratis.
X2 : Variabel pembinaan latihan
e : Suatu kesalahan berdistribusi normal
dengan rata-rata nol untuk tujuan perhitungan, e
diasumsikan 0

(2) Uji F
Digunakan untuk mengetahui signifikansi dari
kedua variabel X secara bersama-sama terhadap
variabel Y. Uji F dapat dihitung dengan cara:
(a) Menghitung F-hitung dengan rumus
sebagai berikut: (Mutofa, 1995: 116)
KR reg
Freg =
KR sim
JK R 2∑ y 2
KR reg= reg atau
dk reg k
JK sim ( 1−R 2 ) ∑ y 2
KR sim= atau
dk sim n−1−k
Keterangan:
Freg : Harga statistik pengujian garis regresi
KRreg : Kuadrat rerata garis regresi
JKreg : Jumlah kuadrat regresi simpangan
KRsim : Kuadrat rerata simpangan
JKsim : Jumlah kuadrat simpangan
K : Banyaknya variabel X
Langkah pengujian hipotesis :
(a) Menentukan F-tabel
17

Menentukan taraf signifikansi 0,05


dengan degree of freedom for numerator
(pembilang) = (k – 1) dan degree of freedom for
denominator (penyebut) = (n – k).Dan tingkat
signifikan (F-tabel) table distribusi F untuk 
= 0,05 df pembilang (k – 1) dan df penyebut (n –
k) untuk menentukan nilai kritis.
Membandingkan F-tabel dengan F-hitung
Pengujian dilakukan melalui uji F dengan
membandingkan F-hitung dengan F-tabel pada
 = 0,05 dan apabila hasil perhitungannya :
a. Fhit> Ftab maka Ho ditolak dan Ha diterima
yang berarti bahwa ada hubungan atau pengaruh
yang signifikan antara variabel bebas yaitu
Kepemimpinan Demokratis dan Pembinaan Latihan
secara bersama-sama terhadap variabel terikat yaitu
Motivasi Kerja.
b. Fhit< Ftab maka Ho diterima dan Ha ditolak
yang berarti bahwa tidak ada hubungan atau
pengaruh yang signifikan antara variabel bebas yaitu
Kepemimpinan Demokratis dan Pembinaan Latihan
secara bersama-sama terhadap variabel terikat yaitu
Motivasi Kerja.
Kriteria pengujian
Ho : diterima jika Fhit< Ftab
Ho : ditolak jika Fhit> Ftab

Gambar 1. Kurva distribusi F


(3) Uji T
18

Dalam hal ini akan diuji pengaruh dari


masing-masing variable X terhadap variabel Y
atau dengan kata lain akan diuji hasil dari
perhitungan koefisien parsial, dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
(a) Menghitung Thit dengan rumus
sebagai berikut:
r √n−1
t hit =
√ 1−r2
keterangan:
r = koefisien korelasi parsial
n = jumlah responden
k = variable
(b) Menentukan Ttab
Penentuan T – tabel dengan
tingkat signifikansi  = 0,05 diperlihatkan
di daftar atau matrik tabel T, dengan
langkah-langkah degree of freedom (df)
sebagai nilai baris table T. df = n – 2
menentukan tingkat signifikansi dengan 
= 0,05 sebagai nilai di kolom tabel T.
© Membandingkan Nilai Thit dengan
Ttab
Pengujian dilakukan melalui uji T
dengan membandingkan Thit dengan Ttab
pada  = 0,05 dan apabila hasil
perhitungannya: Thit>Ttab maka Ho ditolak
dan Ha diterima yang berarti ada
pengaruh yang signifikan antara variable
bebas secara partial terhadap variable
terikat.
(1) Thit<Ttab maka Ho diterima dan Ha
ditolak yang berarti tidak ada pengaruh
19

yang signifikan antara variable bebas


secara partial terhadap variable terikat.
(2) Thit>Ttab maka Ho ditolak dan Ha
diterima yang berarti ada pengaruh yang
signifikan yaitu faktor kepemiminan
demokrasi dan pembinaan latihan secara
partial terhadap variabel motivasi kerja.
Kriteria pengujian
Thit>Ttest maka Ho ditolak dan Ha diterima
Thit<Ttest maka Ho diterima dan Ha ditolak

Gambar 2
Kurva distribusi T

Daerah Daerah
Penolakan Ho Penolakan Ho
Daerah
Penerimaan Ho

b. Pendekatan kuantitatif ialah pendekatan yang di dalam


usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data
dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya mempergunakan
aspek pengukuran, perhitungan, rumus dan kepastian data numerik.
Pendekatan kuantitatif berposisi dominant karena focus penelitian ini
adalah menguji hipotesis. Pendekatan kuantitatif dilakukan secara
deskriptif dengan menggunakan survey (Nazir, 1985;
Koentjaraningrat, 1986; Kerlinger, 1986; Faisal, 1992), suatu metode
penelitian yang menabulasikan operasionalisasi variabel yang
didukung dengan indikator-indikatornya (Balch, 1947; Kerlinger,
1986). Ciri atau indikator dari variabel itu menunjuk kepada beragam
data dan atau informasi yang memadai sedemikian rupa sehingga
dapat dirancangkan tentang model uji hipotesisnya dengan
menggunakan metode statistik.
20

6. Pengertian
Untuk menghindari salah penafsiran tentang penelitian ini, maka
perlunya mendefisikan masing-masing variable penelitian ini. Adapun
definisi masing-masing variable penelitian ini sebagai berikut:
a. Optimalisasi adalah ukuran yang menyebabkan tercapainya
tujuan.
b. Pembinaan latihan merupakan aktivitas olahraga/jasmani
yang sistematik, dilakukan dalam waktu lama, ditingkatkan secara
progresif dan individual untuk mencapai sasaran yang ditentukan.
c. motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan
atau semangat kerja atau pendorong semangat kerja.
d. Peran disefinisikan sebagai sebuah aktivitas yang diperankan
atau dimainkan oleh seseorang yang mempunyai kedudukan atau
status sosial dalam organisasi.
e. Infanteri merupakan pasukan tempur darat utama yaitu
pasukan pejalan kaki yang dilengkapi persenjataan ringan, dilatih
dan disiapkan untuk melaksanakan pertempuran jarak dekat.
21

Anda mungkin juga menyukai