BATALYON SISWA – I
PENDAHULUAN
Kebijakan reorganisasi TNI yang bercirikan efektif, efisien dan modern memberikan
dampak yang cukup signifikan bagi peningkatan kualitas personel TNI. Dengan hal
tersebut maka tiap-tiap personel harus dapat meningkatkan kualitasnya khususnya
didalam pembinaaan latihan. Profesionalisme keprajuritan dicapai melalui suatu upaya
pembinaan latihan yang dilaksanakan secara terus menerus bertingkat dan berlanjut oleh
para pimpinan di satuan manapun. Sistem pembinaan TNI AD dikenal latihan sesuai
program dan latihan dalam satuan.
Seorang pimpinan untuk mencapai suatu tingkatan profesional tidak hanya cukup
membina diri melalui keterampilan, serta pengetahuan yang didapat dari hasil pendidikan
atau latihan formal hanyalah merupakan pembekalan ilmu dan keterampilan yang
disesuaikan dengan tingkatan golongan atau jabatan. Adalah merupakan tugas dan
tanggung jawab Komandan Satuan untuk meningkatkan diri dan satuan secara terus
menerus dan akan membentuk menjadi prajurit profesional yang mampu memimpin dan
menangkan setiap pertempuran yang dihadapi.
Essay ini ditulis dengan maksud memberi gambaran kepada Danyonif tentang
langkah yang ditempuh untuk meningkatkan kemampuan Danton secara optimal,
pembinaan latihan di satuan untuk menunjang tugas pokok. Serta dengan tujuan sebagai
pedoman/masukan kepada Komandan Atas khususnya Danyonif dalam upaya
meningkatkan kemampuan Danton dalam pembinaan latihan di satuan. Dengan Ruang
Lingkup dan Tata Urut sebagai berikut: Pendahuluan, Pembahasan (Kondisi pembinaan
latihan saat Ini, Faktor-faktor yang mempengaruhi, Pembinaan yang diharapkan, dan
Upaya meningkatkan pembinaan latihan di satuan), dan Penutup (Kesimpulan dan saran).
2
PEMBAHASAN
I. KONDISI PEMBINAAN LATIHAN SAAT INI.
Sebagaimana yang diharapkan oleh para Pimpinan TNI, khususnya TNI AD bahwa
apapun situasi dan kondisi dimanapun satuan berada harus menerima latihan-latihan
kegiatan yang pada dasarnya untuk meningkatkan kesiapan dalam rangka melaksanakan
tugas-tugas operasi, maka visualisasi latihan harus sudah lebih mengarah kepada
keadaan yang sesungguhnya. Suatu pertempuran dikatakan berhasil dan keberhasilan
seorang Komandan Peleton dalam memimpin anggota Peletonnya, baik disatuan
manapun di daerah operasi sangat dipengaruhi oleh kemampuan Komandan tersebut
dalam melatih anggotanya. Pembinaan latihan disatuan dapat memberikan kepercayaan
diri dan Komandan Peleton beserta anggotanya dapat berjalan sesuai dengan apa yang
disepakati bersama, kendala-kendala di lapangan harus dipecahkan bersama-sama.
1. Kemampuan Danton dalam Binlat. Dalam mempersiapkan prajurit
menghadapi tugas-tugas yang dibebankan, maka diharapkan prajurit selama dibasis
mendapatkan suatu pembinaan mental latihan yang baik hal ini tidak terlepas dari peran
Komandan Peleton dalam menerapkan kepemimpinan dan selaku pembina latihan di
Peleton.
a. Memberikan kemampuan teknis dan taktis yang lebih prakmatis
dibandingkan apa yang didapat dari pendidikan.
b. Latihan harus lebih keras dalam arti penggunaan fisik dan dampak
psyikologis untuk menambah keyakinan.
c. Perlu dipegang secara prinsip bahwa latihan adalah pengganti
pertempuran yang sebenarnya.
d. Memberikan kemampuan teknis, taktis dan administrasi yang lebih
praktis dan pragmatis dibanding apa yang didapat dari pendidikan.
e. Latihan harus keras dalam arti pembunaan fisik, adanya tekanan
serta ancaman sehingga memberikan keberanian dan kemampuan dalam
pengambilan keputusan.
Kemampuan Danton dalam penerapan pembinaan latihan dalam kepemimpinan sangat
berpengaruh terhadap berhasil atau tidaknya dalam pelaksanaan tugas pokok. Seorang
Komandan Peleton harus mampu menguasai pembinaan latihan sebagai upaya
meningkatkan kemampuan anggotanya.
2. Penguasaan Binlat. Seorang Komandan Peleton harus menguasai Binlat
sebagai dasar dalam melatih anggotanya. Adapun hal-hal yang berpengaruh terhadap
Binlat dan harus menjadi acuan bagi Danton dalam menerapkan pembinaan latihan
adalah:
3
a. Disiplin. Pembinaan disiplin prajurit sangat diperlukan dimana hal ini
sangat tergantung kepada penerapan disiplin oleh Danton didalam
pelaksanaan tugas maupun di basis.
b. Moril. Pembinaan moril prajurit sangat berpengaruh terhadap tugas
pokok. Seorang Komandan Peleton harus mampu meningkatkan moril
anggotanya.
c. Jiwa Korsa. Penerapan kepemimpinan lapangan yang dilakukan
oleh Komandan agar tercipta kebersamaan, kekompakan dan rasa jiwa
korsa yang kuat antar prajurit di satuan, sehingga akan menunjang kesiapan
pelaksanaan tugas.
d. Motivasi. Dengan dorongan ini bisa dilakukan selama berada di
basis maupun didaerah operasi, maka motivasi pribadi pimpinan
merupakan sikap mental seorang pemimpin disegala tempat.
2. Internal.
a. Kemampuan.
1) Kemampuan seorang Komandan Peleton dalam kepemimpinan
dan kemampuan dalam penyelenggaraan latihan di satuan belum
maksimal, karena kurangnya pengetahuan yang harus dimiliki
sehingga dalam pembinaan latihan di Peleton kurang mencapai hasil
yang diharapkan. Kemampuan ini dapat ditingkatkan dengan adanya
pendidikan/latihan dan pengalaman dalam pelaksanaan tugas.
2) Kepemimpinan Danton sebagian sudah maksimal. Terbukti
dalam pelaksanaan tugas di lapangan mereka dapat mengendalikan,
dan mengawasi serta memberikan suri tauladan yang baik kepada
anggotanya. Sesuai dengan 11 azas kepemimpinan, tetapi masih
ada juga Danton yang gagal dalam menerapkan kepemimpinan
sehingga dicemooh bahkan ada yang dilawan anggotanya sendiri.
3) Kejuangan pada era reformasi dengan perubahan lingkungan.
Mental dan kejuangan prajurit terkhusus Danton harus menjadi suatu
perhatian khusus. Karena seorang Komandan dapat melaksanakan
tugas dengan berhasil apabila memiliki mental kejuangan yang baik.
4) Disiplin merupakan napas prajurit, karena tanpa disiplin
mustahil tugas-tugas akan dapat dilaksanakan dan disiplin perlu
dibudayakan sehingga pelanggaran dapat ditekan sekecil mungkin.
5
b. Kelemahan.
1) Mental. Sebagian Danton belum siap dari segi mental
dikarenakan latar belakang kehidupan yang berada, sehingga dalam
memimpin cenderung untuk ikut arus, ikut kemauan anggotanya yang
kurang baik, dari segi mental Danton merupakan hal yang mutlak,
karena tanpa mental yang baik mustahil Danton dapat berhasil dalam
pelaksanaan tugas.
2) Kemampuan jasmani. Seorang Danton harus memiliki
kesemaptaan yang baik tapi kenyataannya banyak Danton fisiknya
belum standar sehingga pelaksanaan tugas kurang behasil.
3) Ilmu pengetahuan dan Teknologi. Sangat penting artinya bagi
penambahan wawasan serta sangat berpengaruh terhadap
pelaksanaan tugas. Dikarenakan kegiatan latihan secara terus
menerus terhadang para Komandan Peleton apatis terhadap adanya
perkembangan Iptek di lingkungannya sehingga mereka cenderung
kuper dan akhirnya masa bodoh.
Sasaran. Yang ingin di dapat dalam Optimalisasi Peran Danton yaitu agar
kualitas dan kuantitas Komandan peleton yang ada di satuan meningkat dan Peran
Danton secara langsung bertanggung jawab terhadap hasil koreksi cheklis yang
diselenggarakan satuan khususnya diambil dibawah ke Peleton kebawah.
Sarana dan Prasarana yang digunakan dalam mengoptimalkan peran Danki dalam
pengawasan Binlat dengan menggunakan sarana yang ada di satuan yang peranti lunak
maupun peranti kerasnya.Penggunaan sarana dan prasarana latihan disesuaikan dengan
kebutuhan yang ada saat pelaksanaan latihan.
3. Ditinjau dari segi Hukum Humaniter dan HAM. Pada akhir-akhiir ini HAM
menjadi isu yang sangat penting dan memberikan pengaruh yang cukup besar
dalam rangka pelaksanaan tugas pokok Yonif, terutama dalam mengatasi berbagai
gejolak politik seperti pemberontakan, gerakan separatis. Dalam menangani
gejolak tersebut, para prajurit masih sering ragu-ragu dalam bertindak sehilngga
telah menimbulkan terjadinya pelanggaran HAM dan diproses secara hukum untuk
diminta pertanggung jawaban atas pelanggaran yang dilakukannya.
12
Pembinaan. Komandan msatuan merupakan unsur komando yang bertangggung
jawab atas semua pembinaan satuan dan dibantu oleh unsur staf serta komando
bawahan dalam rangka menyiapkan satuan untuk melaksanakan tugas sasaran
pembinaan satu personel, materiil sarana dan lingkungan yang menjadi tanggung jawab
komando.
1. Pembinaan Personel. Komanmdan satuan melaksanakan segala usaha
pekerjaan, kegiatan dan tindakan untuk membina personel satuannnya agar dapat
melaksanakan tugasnya secara baik. Diantara personel tersebut terdapat Bintara
yang berfungsi sebagai penghubung/pembantu pimpinan dalam kegiatan satuan,
pembinaan personel bagi Bintara dapat dilaksanakan dengan cara :
a. Penempatan jabatan. Tempatkan personel sesuai dengan bakat dan
pendidikan yang telah dimiliki.
b. Mendidik dan melatih, Meningkatkan dan memelihara ilmu
pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan latihan yang yang
diprogramkan dengan inisiatif satuan. Dengan demikian ilmu dasar yang
telah didapat di Lembaga pendididkan dapat dikembangkan lebih lanjut.
c. Berikan tanggung jawab sesuai dengan posisinya.
d. Berikan kesempatan untuk mengembangkan dirinya bagi yang
berprestasi baik.
e. Adakan kompetisi yang sehat untuk memberikan semangat.
4. Pembinaan lingkungan.
a. Kepemimpinan, keberhasilan seorang Komandan dalam
melaksanakan tugasnya adalah hasil dari kepemimpinan yang baik dan
tepat.
13
b. Jiwa Kejuangan. Komandan satuan menanamkan jiwa kejuangan
dengan memberikan santi aji, seperti perjuangan TNI hdan lain-lain.
c. Tradisi Corps. Dengan adanya tradisi Corps dapat terlihat rasa
kebersamaan dan kebanggaan.
d. Dialokasi. Pengaruh lingkungan dimana satuan berada besar
pengaruhnya. Komandan perlu memberikan tindakan pencegahan bila
lingkungan tidak mendukung tugas satuan.
Integrasi antara latihan dengan hukum Humaniter dan HAM. Sampai saat ini para
Perwira masih belum mempunyai jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara
Yuridis, dan para komandan yang pernah mengalami tindakan dua tingkat keatas dalam
hati nuraninya pasti kurang menerima tindakan tersebut karena harus dihukum secara
administrasi untuk sesuatu pelanggaran yang tidak jelas. Perhukuman yang
14
mencerminkan rasa keadilan prajurit tidak akan menjadi kontra produktif dan akan sejalan
dengan tujuan pembinaan. Kondisi tersebut akan terwujud apabila hukuman yang
dijatuhkan sesuai denagn ketentuan hukum yang dilanggar dan berat ringan hukuman
ditentukan berdasarkan pengaruh pelanggaran terhadap organisasi atau kedinasan
dengan mempertimbangkan kodisi keadaan yang meliputi pelanggaran tersebut. Di
lapangan sering terjadi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh prajurit.
Diantaranya yang sering terjadi adalah kesalahan prosedur. Hal ini menunjukkan bahwa
masalah hukum Humaniter dan HAM belum dapat dipahami dan tersosialisasi di
lingkungan prajurit Batalyon Infanteri. Untuk menghindari hal tersebut pimpinan perlu
melakukan upaya-upaya sebagai berikut :
1. Penyuluhan tentang pengetahuan hukum Humaniter dan HAM kepada
seluruh prajurit Batalyon Infanteri.
2. Mengintegrasikan antara kegiatan latihan khususnya materi taktik dengan
hukum Humaniter dan HAM.
3. Memasukkan materi hukum Humaniter dan HAM ke dalam program latihan
satuan.
4. Membuat protap satuan tentang pelaksanaan operasi yang berkaitan
dengan masalah hukum Humaniter dan HAM.
PENUTUP
KESIMPULAN
Menjadi Komandan Peleton yang profesional memerlukan suatu proses, upaya
nyata dan kerja keras. Profesionalisme ini meskipun secara nyata dapat dibangun oleh
organisasi melalui pendidikan, pelatihan dan penugasan secara teratur dan
berkesinambungan tetapi juga harus diikuti oleh peran aktif masing-masing pribadi
Komandan Peleton dalam menunjang keberhasilan upaya itu.
Pendidikan dan latihan merupaka jawaban dalam rangka mewujudkan
profesionalisme Komandan Peleton sebagaimana diharapkan, karena melalui pendidikan
latihan seorang Komandan Peleton akan memiliki kualitas dan integritas pribadi yang kuat,
bersifat adaptif, responsif, aspiratif dan komunikatif terhadap setiap permasalahan yang
muncul dilingkungan tugas serta didasari oleh etika moral kebangsaan tinggi serta kadar
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
15
Menghadapi tuntutan dan tantangan keadaan masa kini dan masa depan tidak ada
pilihan lagi bagi Komandan Peleton harus meningkatkan kualitas dirinya, dengan
demikian setiap Komandan Peleton akan yakin dan pasti melangkah kedepan,
menyongsong panggilan tugas yang kompleks.
Dihadapkan kepada tantangan tugas, baik yang berdimensi dalam negeri maupun
luar negeri dihadapkan kepada ancaman, gangguan dan hambatan serta tantangan yang
akan datang, maka setiap Komandan Peleton harus memiliki tingkat profesinalisme yang
tinggi sesuai dengan bidang tugas dan spesialisasinya.
Suksesnya pelaksanaan tugas dan peran Komandan Peleton ditentukan oleh
tingkat profesionalismenya yang tiada lain adalah merupakan perwujudan sikap sebagai
pemimpin yang handal.
Seorang Perwira di dalam organisasi TNI wajib dan harus menguasai tentang
kepemimpinan TNI karena di kesatuan TNI memiliki beban tugas dan tanggung jawab
yang besar dalam mengendalikan anggota guna mendukung tugas pokok TNI. Agar tugas
dapat terlaksana dengan baik maka seorang Pemimpin harus tahu tentang prinsip-prinsip
kepemimpinan.
SARAN
Pengembangan karier harus jelas, obyektif dan konsisten agar para Komandan
Peleton dapat menyadari keterkaitan antara pengembangan karier dengan kesempatan
untuk mengemban azas.
Perlu pemerataan kesempatan dalam pelaksanaan mutasi baik jabatan maupun
wilayah dalam rangka menambah pengalaman penugasan dan wawasan berfikir para
Komandan Peleton menuju profesionalisme yang diinginkan.
Rekrutmen tenaga pelatih harus diupayakan melalui pemanduan bakat dan
berdasakan keahlian agar kemampuan melatih maksimal dalam rangka menghasilkan
Komandan Peleton yang handal.
Perlu penyesuaian kurikulum pendidikan dan latihan kursus Komandan Peleton
dihadapkan dengan perkembangan tuntutan tugas dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Perlu penyesuaian dan penambahan sarana dan prasarana latihan di hadapkan
pada perkembangan teknologi modern saat ini, sehingga hasilnya memenuhi standart
yang diharapkan.
16
Dihadapkan pada kondisi saat ini yang selalu berubah karena pengaruh pesatnya
ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, mengakibatkan perubahan-perubahan
mengenai kepemimpinan terutama mengenai kepemimpinan yang bertitik berat pada
peran pemimpin. Maka dari itu disarankan untuk diadakan sarana prasarana yang modern
guna mendukung proses pelatihan kepemimpinan di Lembaga-lembaga Pendidikan
Perwira TNI sehingga dapat membuat seorang Perwira TNI mampu berkembang menjadi
seorang pemimpin, sehingga kualitas kepemimpinannya akan mampu memenuhi tuntutan
persaingan yang ada.
Demikian tulisan essay ini dibuat dengan harapan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi pembaca betapa kecilnya manfaat dengan tetap menyadari akan
kekurangan dan kelemahan penulis, penulis mengharapkan koreksi-koreksinya pembaca
dalam rangka penyempurnaan.
REFERENSI
Penulis,
Pranantio Waseso
Nomor Capa 020
Lampiran :
1. Pola Pikir
2. Sumber Daftar Pustaka
3. Riwayat Hidup Singkat
RESIMEN SISWA SECAPA TNI ANGKATAN DARAT Lampiran I (Pola Pikir) pada
BATALYON SISWA – I Lembar Penugasan Essay Capa
Diktupa TNI AD Gel. II TA 2022
POLA PIKIR
INTERN EKSTERN
- KEKUATAN - PELUANG
- KELEMAHAN - KENDALA
UMPAN BALIK
Penulis,
Pranantio Waseso
Nomor Capa 020
RESIMEN SISWA SECAPA TNI ANGKATAN DARAT Lampiran II (Sumber Daftar Pustaka)
BATALYON SISWA – I pada Lembar Penugasan Essay
Capa Diktupa TNI AD Gel. II TA 2022
I. KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN
V. SURAT KABAR
- Nihil.
Penulis,
Pranantio Waseso
Nomor Capa 020
RESIMEN SISWA SECAPA TNI ANGKATAN DARAT Lampiran III (Riwayat Hidup Singkat)
BATALYON SISWA – I pada Lembar Penugasan Essay
Capa Diktupa TNI AD Gel. II TA 2022
1. DATA UMUM
2. DATA PENDIDIKAN
3. DATA PENUGASAN
4. DATA LAIN-LAIN
- Nihil.
Penulis,
Pranantio Waseso
Nomor Capa 020