Anda di halaman 1dari 13

TERBATAS

PEMBINAAN LATIHAN
SEBAGAI FUNGSI KOMANDO DALAM MENINGKATKAN
MUTU TEMPUR DAN KESIAPAN OPERASIONAL SATUAN

Setiap Pembina Latihan di jajaran TNI AD bertanggung jawab terhadap


pelaksanaan latihan di lingkungan komandonya, sehingga mampu menjamin
terselenggaranya latihan sesuai kebijaksanaan yang ditetapkan pimpinan TNI AD.
Pembinaan latihan merupakan suatu usaha, pekerjaan dan kegiatan dalam
merencanakan dan menyusun program latihan, mengelola sumber daya latihan dan
mengatur serta mengendalikan kegiatan latihan oleh para pembina latihan sehingga
prajurit dan satuan TNI AD memiliki kemampuan yang handal sampai tingkat kesiapan
operasional dan dapat melaksanakan tugas-tugas operasi peperangan di darat

Dalam pelaksanaan pembinaan latihan, komandan satuan harus selalu


melakukan identifikasi, evaluasi dan penilaian terhadap tingkat kemampuan standar
prajurit serta satuan. Selain itu, Komandan satuan harus mempunyai kepedulian dan
moral yang baik dalam melaksanakan pembinaan latihan sebagai fungsi Komando di
satuan. Namun pada pelaksanaannya, hasil pembinaan latihan belum mencapai sesuai
dengan sasaran yang dicapai, sehingga berdampak pada kualitas satuan dan mutu
tempur di satuan tersebut belum lagi ketidaksesuaian dalam Mingarlat.

Berdasarkan latar belakang tulisan tersebut diatas, maka dapat dirumuskan


suatu permasalahan tentang pembinaan latihan sebagai fungsi komando di satuan
Infanteri, belum dikuasai dan dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.

Adapun nilai guna dari pembahasan tulisan ini, sebagai pemahaman tentang
Pembinaan latihan merupakan suatu upaya, pekerjaan dan tindakan yang harus
dilaksanakan oleh pembina latihan di lingkungan TNI AD termasuk para komandan
satuan secara terencana dan sistematis sesuai prinsip-prinsip latihan. Pembinaan
latihan sebagai fungsi Komando selalu mengorientasikan dan mendasarkan setiap
latihan di satuannya pada tugas pokok yang dipersyaratkan serta distandarkan bagi
satuannya.

TERBATAS
TERBATAS
2

Pembinaan latihan bagi satuan Infanteri sebagai satuan tempur utama TNI AD
menjadi hal yang mutlak dilaksanakan secara terencana dan terarah serta terukur
dalam rangka mensukseskan keberhasilan tugas pertempuran TNI AD. Oleh karena itu,
tugas dan kewajiban para komandan satuan Infanteri dalam pembinaan latihan harus
dilaksanakan dengan baik serta benar untuk menghasilkan mutu tempur satuan yang
berdaya guna. Namun pada pelaksanaannya, hasil pembinaan latihan belum mencapai
sesuai dengan yang ditetapkan, sehingga berdampak pada kualitas satuan. Beberapa
indikasi diantaranya adalah masih lemahnya standarisasi kecakapan prajurit maupun
mutu tempur di satuan, terjadinya beberapa kecelakaan dalam latihan maupun
ketidaksesuaian dalam Mingarlat. Kelemahan-kelemahan tersebut, berdasarkan hasil
temuan dan evaluasi dari pimpinan TNI AD maupun laporan Waslat Kodiklat TNI AD
dan Pussenif selama pelaksanaan program pembinaan latihan pada TA. 2010 sampai
dengan sekarang di tahun 2011.

Dalam tulisan ini telah diperoleh data dan fakta yang berkaitan dengan
permasalahan pembinaan latihan yang meliputi :

a. Pemahaman para Dansat tentang binlat belum dapat dilaksanakan


dengan baik sehingga berdampak pada mutu tempur dan kesiapan
operasional satuan, hal ini terlihat dari indikasi :

1) Kemampuan dan peran Dalwaslat Dansat belum dapat


memberikan arahan serta bimbingan kepada penyelenggara latihan
sesuai ketentuan yang berlaku. Hal tersebut dari fakta sebagai berikut :

a) Terdapat naskah latihan yang ditanda tangani Dansat


sebagai Komandan latihan (Danyonif/Danki) belum sesuai
Mingarlat yang berlaku. Misalnya; Penjabaran tahap pelaksanaan
latihan, lampiran pada Ramog dan lembar keadaan pada UST dan
lainnya belum sesuai ketentuan.

b) Kesediaan Dansat untuk menerima dan memberikan


bimbingan arahan kepada penyelenggara latihan pada kegiatan

TERBATAS
TERBATAS
3

paparan RGB dan rencana latihan jarang dilaksanakan. Hal ini


menyebabkan kelemahan dan kesulitan penyelenggara maupun
kesiapan kegiatan latihan tidak dapat diantisipasi sebelum
pelaksanaannya sehingga dapat menyebabkan tujuan latihan tidak
tercapai maupun kerawanan terhadap kecelakan latihan.

c) Melaksanakan pengecekan terhadap kesiapan


penyelenggara latihan termasuk kemampuan para pelatih tentang
tugas-tugasnya sebelum pelaksanaan latihan.

d) Melaksanakan identifikasi dan pemecahan permasalahan


dari hasil evaluasi serta pencatatan latihan maupun keberanian
untuk memberikan sanksi yang tegas (hukuman disiplin) terhadap
penyimpangan dalam penyelenggara latihan di satuan belum
dilaksanakan. Pemberian sanksi baik terhadap
penyelenggara,pelatih maupun pelaku latihan.

2) Kemauan untuk memahami peranti lunak pada setiap materi latihan


yang dilaksanakan di satuan masih kurang sehingga terjadinya kesalahan
pada penyelenggaraan latihan maupun kurang dapat memberikan arahan
dan evaluasi dengan benar sesuai ketentuan Mingarlat.

b. Kemampuan Dansat untuk mengembangkan kemampuan teknik dan


taktik tempur masih belum aplikatif serta realistis sesuai kebutuhan taktis
dilapangan Hal ini berdasarkan dari hasil temuan dilapangan selama
pelaksanaan latihan.

1) Penerapan teknik dan taktik tempur yang dilakukan prajurit pada


saat latihan di satuan, masih belum berkembang/realistis dihadapkan
dengan kondisi taktis dilapangan.

2) Dansat jarang melakukan pengkajian dan diskusi pembahasan


tentang penerapan teknik/taktik dengan para Perwira maupun pelatih
sebelum pelaksanaan latihan di satuan untuk meningkatkan kemampuan

TERBATAS
TERBATAS
4

tempur prajurit maupun satuannya. Kecenderungan lebih tertarik pada


membangun pangkalan dan kegiatan non program/ektrakurikuler maupun
pendekatan lingkungan sosial. Sedangkan masalah teknik/taktik
cenderung di delegasikan kepada Pasiops Yonif ataupun para Danki di
satuan.

3) Penerapan teknik/taktik oleh prajurit masih belum berkembang dan


tidak berubah sesuai yang diterima di lembaga pendidikan.Misalnya Nik
pemeriksaan mayat,Nik pengamanan pada saat serbuan maupun
pembersihan di sasaran tidak memanfaatkan aspek M5 dengan medan
dan musuh.

c. Kepedulian Dansat untuk melaksanakan dan mensosialisasikan


terhadap kebijakan pimpinan tentang program pembinaan latihan untuk
meningkatkan kemampuan prajurit di satuan masih kurang.

1) Hasil pelaksanaan pembinaan latihan (penataran terpusat) tentang


Nikgarlat belum dilaksanakan secara tersebar di satuan, sehingga
peningkatan kemampuan prajurit yang diharapkan tidak tercapai secara
merata.

2) Petunjuk dan arahan dari pimpinan TNI AD, Pangkotama maupun


pembina kecabangan Infanteri tentang hasil evaluasi dan temuan dalam
pelaksanaan pembinaan latihan belum dilaksanakan dengan sungguh-
sungguh di satuan. Misalnya antara lain:

a) Masih terdapat para Dansat bawah/Perwira maupun Bintara


dalam kepelatihan masih lemah dan belum ditindaklanjuti dengan
upaya pembinaan latihan di satuan melalui latihan dalam satuan
(non program). Hal tersebut berakibat terjadinya kelemahan
prajurit masih terjadi berulang-ulang pada masalah yang sama
(misalnya, ketidaksesuaian Mingarlat pada naskah latihan).

TERBATAS
TERBATAS
5

b) Kesalahan dalam penerapan Niksarpur pada latihan tingkat


satuan masih terjadi secara berulang-ulang dilakukan oleh prajurit
pada tingkat latihan uji (UST/Glalap) serta kurangnya kepedulian
para Dansat bawah untuk memperbaiki prajuritnya.

c) Terjadinya kecelakaan latihan akibat tidak dilaksanakan atau


diabaikannya prosedur dan kegiatan pengawasan secara melekat
(Waskat). Hal ini terlihat dari produk Renpam pada rencana latihan
cenderung sebagai formalitas dan belum diuraikan secara rinci
serta detail sesuai kebutuhan dilapangan.

Beberapa faktor yang menjadi penyebab pembinaan latihan sebagai fungsi


komando belum dapat dilaksanakan dengan baik dan benar.
Di era globalisasi, dunia sedang dihadapkan kepada perubahan-perubahan yang
sangat mendasar. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dapat merubah
pola pikir manusia sehingga berdampak pada segi kehidupan manusia. Demikian pula
dengan pola sikap unsur pimpinan / para dansat dalam menyiapkan kemampuannya
mendukung kesiapan operasional. Kekurangan pemahaman tentang pentingnya
pembinaan latihan kemungkinan dapat terjadi karena adanya pengaruh baik internal
maupun eksternal.

a. Faktor Internal. Kepribadian Perorangan Dansat. Kepribadian Dansat


pada umumnya relatif baik, mengingat setiap para Dansat memiliki kepribadian
sesuai dengan Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan 8 Wajib TNI serta tingkat
kepribadian yang mampu mengendalikan diri sehingga dapat bertindak secara
baik dan benar. Latar belakang kehidupan sebelum menjadi prajurit salah satu
yang mempengaruhi disiplin prajurit. Kondisi Kepemimpinan. Pada akhir-akhir
ini sering kita mendengar ungkapan tentang kepemimpinan yang berbunyi
bahwa “terjadi erosi kepemimpinan” hal ini dibuktikan dengan banyaknya
pelanggaran-pelanggaran hukum maupun disiplin yang dilakukan oleh oknum-
oknum prajurit TNI hampir diseluruh satuan jajaran TNI, juga disinyalir bahwa
nilai-nilai kepemimpinan lapangan para Perwira khususnya yang menyangkut
kepedulian akan tugas dan tanggung jawab di dalam membina Satuan maupun
prajurit bawahannya dirasakan semakin meluntur. Kesejahteraan dan Moril

TERBATAS
TERBATAS
6

Prajurit. Gaji prajurit memang dirasakan masih sangat kurang memadai, apalagi
dihadapkan dengan kebutuhan ekonomi yang serba mahal khususnya bagi
prajurit yang tinggal dikota-kota besar, hal ini sering membuat prajurit selalu
berfikir untuk mengatur penghasilannya agar cukup untuk hidup selama 1 bulan
bersama keluarga. Keadaan ini sering membuat prajurit mengambil jalan pintas,
yang penting bagaimana mencari penghasilan tambahan untuk menutupi
kebutuhan hidupnya sehari-hari sehingga menurunkan jiwa pengabdiannya
sebagai seorang prajurit TNI. Pembinaan Karier. Pembinaan personel dan
karier bagi prajurit perlu mendapatkan perhatian, karena pembinaan ini
dimaksudkan untuk mendapatkan prajurit-prajurit yang berkemampuan untuk
menghadapi suatu tugas yang diberikan. Kurangnya pembinaan karier dapat
berakibat timbulnya frustasi pada prajurit sehingga prajurit enggan untuk
melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya karena merasa masa depannya
tidak diperhatikan. Perlu memberi kesempatan kepada prajurit yang berprestasi
untuk mengikuti pendidikan pengembangan maupun spesialisasi dalam rangka
pembinaan karier selanjutnya.

b. Faktor Eksternal. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Kemajuan Ilmu


Pengetahuan dan Teknologi yang demikian pesat membuat dunia terasa makin
sempit, serta menimbulkan perubahan pesat di semua aspek kehidupan
manusia. Perubahan yang sangat pesat ini menuntut adanya penyesuaian, baik
pada diri manusia maupun seluruh penata sosial yang ada didalam masyarakat.
Ketidakmampuan manusia menyesuaikan diri terhadap perubahan kondisi
lingkungan menyebabkan dirinya merasa tersisih, sedangkan ketidakmampuan
organisasi dalam menyesuaikan diri terhadap lajunya tuntutan perubahan
membuat lemahnya peranan dan merosotnya citra organisasi. Stabilitas
keamanan. Kondisi Stabilitas keamanan negara saat ini yang dialami bagsa
Indonesia sangat tidak menguntungkan. Sebagai akibat bergulirnya era
reformasi dan menggejolaknya isue HAM, demokratisasi dan lingkungan hidup.
Keterbatasan alat peralatan dan komposisi TNI dibanding dengan jumlah
penduduk tidak seimbang, hal ini sangat mempengaruhi terhadap tugas pokok
TNI bila dibanding dengan keadaan geografi dan kondisi sosial di Indonesia.
Dengan kondisi demikian TNI akan terlihat lamban dalam pelaksanaan tugas
pokoknya sebagai Bhayangkari Negara sehingga akan berdampak terhadap

TERBATAS
TERBATAS
7

kepercayaan rakyat pada kemampuan TNI. Mengingat bentuk ancaman-


ancaman yang akan mempengaruhi stabilitas keamanan negara, maka sangat
perlu pembinaan latihan di Satuan guna mendukung kesiapan operasi, agar
setiap saat diperlukan akan berhasil melaksanakan tugasnya.

Tujuan dan Sasaran Pembinaan Latihan sebagai Fungsi Komando yaitu :

a. Tujuan. Tujuan dari semua latihan yang dilaksanakan dalam TNI-AD


adalah untuk mempersiapkan personel dan satuan TNI-AD agar mempunyai
tingkat kemampuan (proficiensi) yang diperlukan guna melaksanakan tugas yang
dibebankan kepada TNI-AD meliputi :.

1) Pembinaan mental prajurit dalam suatu Satuan adalah membentuk,


memelihara serta memantapkan mental anggota berdasarkan ideologi
Pancasila, agama, Sapta Marga, Sumpah Prajurit, Doktrin Hankamnad
untuk memperoleh tingkat ketahanan dan kesadaran jiwa kejuangan yang
tangguh.

2) Pembinaan fisik dan keterampilan untuk menyiapkan fisik seorang


prajurit yang mempunyai daya tahan yang kuat dan mobilitas yang tinggi
sehingga membentuk perorangan prajurit yang mahir dan terampil dalam
bertindak dan mampu mengatasi segala macam rintangan.

b. Sasaran. Terbentuknya Satuan yang berkemampuan handal serta


siap mendukung operasi dengan suatu kondisi sebagai berikut :

1) Memiliki moral yang baik dan moril yang tinggi.


2) Disiplin yang baik.
3) Jiwa Korsa yang kuat.
4) Ketangkasan dan kecakapan dalam melaksanakan tugas.

TERBATAS
TERBATAS
8

Adapun Langkah-Langkah Pembinaan Latihan sebagai Fungsi Komando


dalam meningkatkan mutu tempur dan kesiapan operasional Satuan adalah
sebagai berikut :

a. Agar Manajemen penyelenggaraan latihan di satuan dapat


dilaksanakan dengan baik dan benar maka:

1) Pentahapan Penyelenggaraan Binlat dilaksanakan dengan


benar. Pentahapan latihan yang dilaksanakan, hendaknya merupakan
satu rangkaian kegiatan menyeluruh, utuh dan berurutan sesuai waktu
yang tersedia, mulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap
pengakhiran. Dengan demikian terdapat saling keterkaitan antar tahap
dan bagian yang terlibat, sehingga diperlukan adanya upaya terpadu
dalam suatu proses pembinaan yang terarah dan berlanjut. Komandan
adalah orang yang paling tahu situasi dan kondisi satuannya, sehingga
dapat menentukan tujuan dan titik berat pada apa yang dibinanya.
Seorang Komandan harus menentukan dan merencanakan jangka waktu
yang diperlukan dengan mempertimbangkan faktor pergeseran personil,
sasaran yang akan dicapai dengan waktu yang seefektif mungkin,
susunan organisasi, sarana piranti lunak dan peralatan selama latihan,
program latihan dan evaluasinya. Dimana pada tahap ini, antara lain
dilaksanakan kegiatan secara berurutan mulai dari mempelajari direktif
latihan, pembuatan rencana latihan, pemaparan dan peninjauan medan
hingga pendistribusian naskah latihan.

2) Menyusun Organisasi Binlat. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan


dalam menyusun organisasi adalah kualitas personil, karena faktor inilah
yang akan sangat menentukan keberhasilan latihan.

3) Pelaksanaan. Untuk meningkatkan kualitas personil sebagai salah


satu faktor penting keberhasilan suatu latihan dilaksanakan program
pembinaan, melalui penataran dalam satuan pendidikan sesuai program
Komando Atas, latihan-latihan termasuk materi pendukungnya.

TERBATAS
TERBATAS
9

Kemampuan yang perlu dimiliki antara lain pengetahuan tentang intelijen,


teritorial, administrasi dan pemeliharaan serta penguasaan keterampilan
di bidang teknik dan taktik. Bagi perwira harus menguasai pengetahuan
dinas staf, berbicara dan menulis efektif dan taktik tingkat Yonif.
Memberikan kepercayaan kepada Komandan Satuan Bawahan untuk
salalu berpedoman pada manajemen latihan yang telah dibakukan,
sehingga bisa memposisikan dirinya kapan menjadi penanggung jawab,
penyelenggara maupun penilai.

4) Pengakhiran. Pada tahap ini para penyelenggara latihan


harus berperan aktif dan obyektif, karena temuan dan hasil yang dicapai
selama latihan akan sangat bermanfaat bagi penyempurnaan
penyelenggaraan latihan yang akan datang.
Meningkatkan motivasi sebagai prajurit pejuang dan prajurit profesional.

b. Agar kemampuan teknik dan taktik tempur dapat dilaksanakan


secara aplikatif dan realistis maka :

Pada seluruh tahapan latihan diperlukan adanya konsistensi pengawasan


dan pengendalian yang dilaksanakan secara melekat dan terus menerus, hal ini
dimaksudkan agar dapat sedini mungkin diambil solusi terbaik terhadap
persoalan yang muncul dan untuk mencegah kemungkinan yang tidak
dikehendaki yang akan muncul dengan cara :

1) Pengawasan langsung. Dilaksanakan dengan beberapa cara


yaitu dengan peninjauan secara mendadak dan uji petik lapangan.

2) Pengawasan tidak langsung. Dilaksanakan dengan cara


pemeriksaan dokumen, rencana latihan, referensi, pencatatan hasil
latihan, laporan latihan dan laporan hasil latihan.

TERBATAS
TERBATAS
10

3) Melaksanakan pemantauan secara terus menerus sesuai tahapan


latihan melalui sarana komunikasi yang tersedia dan laporan rutin
perkembangan latihan.

4) Pengawasan dan pengendalian dilaksanakan dengan


meningkatkan pihak/unit lain sesuai bidangnya, agar secara teknis
temuan yang ada dapat ditangani dengan cepat, tanpa mengganggu
jalannya latihan.

5) Mengatasi terbatasnya personel, maka pengawasan dan


pengendalian dilaksanakan secara bergiliran, diatur sesuai prioritas
kebutuhan.

c. Upaya meningkatkan Kepedulian Dansat untuk melaksanakan dan


mensosialisasikan terhadap kebijakan pimpinan tentang program
pembinaan latihan untuk meningkatkan kemampuan prajurit di satuan
denga cara :

1) Memberikan kepercayaan kepada Komandan Satuan Bawahan.


Para perwira secara hierarchis harus berpedoman pada manajemen
latihan yang telah dibakukan, sehingga bisa memposisikan dirinya kapan
menjadi penanggung jawab, penyelenggara maupun penilai.

2) Mengembangkan komunikasi dua arah (timbal balik). Pada


kesempatan - kesempatan yang memungkinkan, hendaknya diciptakan
adanya komunikasi dua arah guna menemukan kekurangan yang telah
dilakukan untuk nantinya bersama-sama dicarikan solusi yang terbaik,
agar penyelenggaraan latihan berikutnya lebih baik. Komunikasi tersebut
bisa dilaksanakan dengan memberdayakan forum kaji ulang, dimana para
pelaku (yang dilatih), pendukung latihan dan pelatih bersama-sama
memberikan masukan, temuan, saran dan kritik dalam rangka
penyempurnaan penyelenggaraan latihan.

TERBATAS
TERBATAS
11

3) Peningkatan motivasi disampaikan secara informal pada setiap


kesempatan akan berpengaruh positif dan mendukung latihan, dimana
prajurit dalam situasi santai diajak untuk berbincang-bincang dengan
materi yang ringan, namun kesempatan itu mampu dimanfaatkan oleh
para perwira untuk membentuk keyakinan betapa pentingnya peranan dan
tugas serta tanggung jawab prajurit sebagai prajurit pejuang dan prajurit
profesional sesuai tuntutan jaman.

4) Memberikan tugas dan tanggung jawab yang profesional serta


cenderung lebih menantang. Para perwira hendaknya mampu
menciptakan situasi kerja yang kondusif dan kompetitif, antara lain
dengan memberikan tugas sesuai dengan tingkat kemampuan
bawahannya, disamping itu bisa menciptakan hal-hal baru yang pada
dasarnya merupakan aplikasi dari metode kepelatihan, guna memperkaya
ide pelatih untuk mencapai tujuan.

5) Memberikan penghargaan dan hukuman secara proporsional.


Sesuai kebutuhannya, prajurit disamping harus loyal menerima
sangsi/hukuman terhadap kesalahan yang dibuat, mereka memerlukan
pengakuan berupa penghargaan atas hasil prestasi yang dicapai.
Keseimbangan dalam menerapkan pemberian rewards and punishment
akan berpengaruh psikologis yang positif dalam latihan, bahkan
meningkatkan kompetisi antar individu atau satuan.

6) Mengembangkan komunikasi dua arah (timbal balik). Pada


kesempatan - kesempatan yang memungkinkan, hendaknya diciptakan
adanya komunikasi dua arah guna menemukan kekurangan yang telah
dilakukan untuk nantinya bersama-sama dicarikan solusi yang terbaik,
agar penyelenggaraan latihan berikutnya lebih baik. Komunikasi tersebut
bisa dilaksanakan dengan memberdayakan forum kaji ulang, dimana para
pelaku (yang dilatih), pendukung latihan dan pelatih bersama-sama
memberikan masukan, temuan, saran dan kritik dalam rangka
penyempurnaan penyelenggaraan latihan.

TERBATAS
TERBATAS
12

Dari Uraian Penjelasan Tersebut Diatas Dapat Disimpulkan : a. Hasil dari


penyelenggaraan pembinaan latihan di Satuan masih sangat tergantung pada
tersedianya sarana dan prasana, pembinaan personil yang diterapkan, tingkat
kesejahteraan prajurit dan kegiatan non program. b. Upaya guna mendukung
tercapainya tujuan dan sasaran pembinaan latihan telah dilakukan oleh satuan,
walaupun hasilnya hingga saat ini belum mampu memenuhi kriteria yang diharapkan,
namun kontribusinya cukup besar dalam menciptakan stabilitas keamanan di wilayah
satuannya. Perlu adanya penyempurnaan organisasi dalam penyelenggaraan
pembinaan latihan Satuan, yang ada khususnya dalam penempatan prajurit Satuan
sesuai dengan keahlian pada bidang tugasnya. Sehingga mampu mendukung kesiapan
operasi dan lancarnya pelaksanaan tugas pokok yang diembannya. c. Guna
mendukung terciptanya kesiapan operasi dalam rangka menghadapi tantangan tugas di
masa depan, maka optimalisasi penyelenggaraan pembinaan latihan di satuan yang
dilaksanakan secara terarah, bertahap dan berlanjut dengan mempedomani metoda
dan penyelenggaraan latihan serta konsistensi pentahapan penyelenggaraan latihan
akan mampu mewujudkan prajurit yang PEEM.

Untuk meningkatkan Mutu tempur dan kesiapan operasional satuan dalam


pembinaan latihan Sebagai fungsi komando perlu disarankan :

a. Perlu adanya organisasi bentukan baru yaitu satuan setingkat peleton


berada di bawah Kasi-2/Ops Yonif sebagai tim inti pelatih Yonif, yang bertugas
membantu penyelenggaraan latihan di kompi-kompi. Perlu adanya standarisasi
sarana-prasarana dan pelatih yang profesional yang melakukan pembinaan
latihan perorangan maupun Satuan Yonif dapat memenuhi kebutuhan yang
diperlukan guna mendukung kesiapan operasi Yonif.

b. Perlu dipertimbangkan lagi kemungkinan dibukanya kembali SPI (Sekolah


Perwira Infanteri) dan SBI (Sekolah Bintara Infanteri) disamping Pendidikan
Pengembangan Spesialisasi yang telah ada.

TERBATAS
TERBATAS
13

Demikianlah tulisan essay tentang Pembinaan Latihan Sebagai Fungsi


Komando Dalam Peningkatkan Mutu Tempur Dan Kesiapan Operasional Satuan,
Semoga dapat bermanfaat untuk kepentingan Bangsa dan Negara khususnya
kepentingan TNI AD di dalam melaksanakan tugasnya.

TERBATAS

Anda mungkin juga menyukai