Anda di halaman 1dari 14

OPTIMALISASI PEMBINAAN SATUAN GUNA MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PRAJURIT DALAM RANGKA MENDUKUNG TUGAS POKOK TNI AD

Pendahuluan.

TNI Angkatan Darat sebagai salah satu bagian integral dari TNI dimana TNI
Angkatan Darat sebagai komponen utama kekuatan pertahanan Negara Kesatuan
Republik Indonesia di wilayah darat yang dalam pelaksanaan tugas pokoknya
ditentukan dari efektifitas pelaksanaan pembinaan satuan yang telah disusun secara
terprogram dan sistematis mengikuti kebijakan pimpinan dan institusi TNI Angkatan
Darat. Pelaksanaan pembinaan satuan dilaksanakan secara berkelanjutan
berdasarkan segala aspek yang berpengaruh terhadap rencana pencapaian tugas
yang telah ditentukan. Adapun kegiatan pembinaan satuan tersebut meliputi
pembinaan organisasi, pembinaan personil, pembinaan materil, pembinaan
pangkalan, pembinaan piranti lunak dan pembinaan latihan. Keenam komponen
pembinaan satuan ini harus dapat terlaksana secara keseluruhan dan berimbang
guna mencapai hasil dan kualitas yang optimal yang semuanya bertujuan untuk
menciptakan suatu satuan yang ideal dari segi kemampuan baik secara kualitas dan
kuantitas. Dalam UU no 34 tahun 2004 yang menjelaskan tentang tugas TNI dapat
kita ketahui tugas TNI dalam hal ini terbagi atas dua yaitu Operasi Militer Perang
(OMP) dan Operasi Militer Non Perang (OMSP) yang mana apabila kita rinci secara
detail begitu banyak tugas-tugas yang harus dapat dilaksanakan oleh Prajurit TNI
sehingga satuan TNI khususnya TNI-AD dituntut memiliki kemampuan yang optimal
sehingga dapat melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh satuan atas. Satuan
TNI AD dimanapun berada harus memiliki standar kemampuan baik secara kualitas
dan kuantitas yang sama sehingga dapat melaksanakan segala bentuk tugas yang
dibebankan kepdanya. Dengan Pembinaan Satuan yang baik dan terencana maka
diharapkan kualitas Prajurit dalam rangka mendukung tugas pokok akan berjalan
secara efektif dan efisien. Namun pada kenyataannya masih kita temui tugas-tugas
satuan yang belum mencapai hasil yang optimal yang dapat dilihat dari kemampuan
personilnya/prajuritnya maupun kondisi satuan yang masih memiliki kekurangan
atau belum mencapai tingkat ideal suatu satuan baik dilihat dari fasilitas kemarkasan
maupun alat peralatan serta perlengkapan. Indikasi yang dapat kita lihat diantaranya
masih ada satuan yang secara kuantitas belum terpenuhi sesuai kebutuhan,
kemampuan fisik anggota yang belum maksimal indikasinya yaitu masih ada
anggota yang hasil samapta periodik memperoleh nilai kurang bahkan pada saat
UKP ditemukan anggota yang tidak lulus karena nilai hasil jasmani tidak memenuhi
standar, alkapsat masih belum terpenuhi sehingga dalam suatu pelaksanaan tugas
satuan masih harus meminjam dari satuan lain, Protap dan referensi satuan masih
banyak ditemukan tidak lengkap atau belum diperbaharui sesuai kondisi terkini dan
kemampuan menembak anggota belum mencapai nilai optimal.

Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka identifikasi persoalannya


sebagai berikut; 1. Menurunnya pembinaan fisik para prajurit; 2. Belum terpenuhinya
perumahan anggota; dan 3. Kemampuan latihan menembak prajurit belum sesuai
standar. Sehingga rumusan masalah yaitu “Bagaimana mengoptimalkan
Pembinaan Satuan guna meningkatkan kemampuan prajurit dalam rangka
mendukung tugas pokok TNI AD?”. Dari rumusan masalah ini, penulis mencoba
untuk menganalisa dari beberapa sudut pandang yang berbeda sehingga dapat
ditemukan solusi dari permasalahan tersebut.

Dari penjelasan tersebut di atas, maka pentingnya penulisan essai ini adalah
agar pembinaan satuan dapat dilaksanakan dengan optimal dan terarah, sesuai
dengan tujuan yang diharapkan, sehingga dapat meningkatkan kemampuan prajurit
dalam rangka mendukung tugas pokok. Adapun metode yang digunakan dalam
penulisan essai ini adalah menggunakan metode deskriptif analisis yang
berdasarkan pengamatan di lapangan dan pendekatan secara empiris serta studi
kepustakaan.

Adapun nilai guna yang dapat diambil adalah agar pembaca dapat
mengetahui langkah dan upaya dalam mengoptimalkan pembinaan satuan sehingga
dapat meningkatkan kemampuan prajurit dalam rangka mendukung tugas pokok.
Maksud dari penulisan esai untuk memberikan gambaran permasalahan yang ada
dan mencari jawaban yang tepat dalam membantu permasalahan peningkatan
kemampuan prajurit dengan tujuan agar komando atas dapat memperhatikan
permasalahan yang terjadi dan saran untuk kebijakan komando atas dalam hal ini
permasalahan peningkatan kemampuan prajurit dapat diprioritaskan karena sangat
penting untuk pencapaian tugas pokok TNI-AD di masa yang akan datang. Ruang
lingkup pembahasan ini meliputi Pendahuluan, Pembahasan, dan Penutup serta
pembatasan masalah pada penulisan ini dibatasi pada lingkup satuan setingkat
Detasemen.

Pembahasan.

Sesuai dengan Undang-undang TNI No 34 tahun 2004 pasal 7 menyebutkan


bahwa tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan bangsa dan negara,
melindungi segenap tumpah darah bangsa indonesia, upaya-upaya untuk
mewujudkan tugas-tugas tersebut dengan baik salah satunya dengan memiliki
satuan-satuan TNI AD yang memiliki kemampuan baik, profesional dan teruji oleh
karena itu 6 komponen pembinaan satuan harus dapat terlaksana secara
menyeluruh. Telah kita ketahui bersama arahan bapak KASAD sesuai isi dari
perintah harian KASAD salah satunya yaitu “Tingkatkan profesionalisme Prajurit
dengan belajar dan berlatih dalam rangka mendukung pembinaan satuan” dalam hal
ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa upaya untuk meningkatkan kemampuan
satuan adalah menjadi tanggung jawab seluruh unsur bukan hanya menjadi
tanggung jawab seorang Komandan satuan saja. Upaya untuk mencapai
kemampuan ideal seorang prajurit yang nantinya secara umum akan berpengaruh
pada kemampuan satuan masih terkendala pada hal-hal seperti menurunnya
kemampuan fisik para prajurit, belum terpenuhinya perumahan anggota dan
kemampuan latihan menembak prajurit belum sesuai standar. Dalam penulisan
essay ini akan dibahas mengenai data fakta, alasan, harapan, analisa sebab akibat,
kelemahan dan kendala serta upaya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
pembinaan satuan untuk meningkatkan kemampuan prajurit dalam mendukung
tercapainya tugas pokok TNI AD.

Menurunnya kemampuan fisik para prajurit.

Menginjak pada permasalahan yang pertama, menurunnya kemampuan fisik


para prajurit, ditemukan data dan fakta terkait hal tesebut diantaranya hasil
pelaksanaan samapta periodik yang dilaksanakan pada periode 1 tahun 2018 oleh
satuan Denintel Kodam Jaya didapat data sebanyak 56 anggota memperoleh nilai
akhir Samapta dibawah nilai CUKUP (dibawah 61). Hal tersebut dikarenakan antara
lain : padatnya penugasan yang membuat prajurit tidak memiliki waktu untuk
melaksanakan pembinaan fisik, kreatifitas dari unsur komandan bawahan yang
kurang dalam memaksimalkan waktu yang ada untuk pembinaan fisik berdasarkan
pengelompokan prajurit sesuai kemampuan dasar fisik perorangan masing-masing
bawahannya, kemudian alasan yang tidak kalah pentingnya adalah motivasi dan
inisiatif prajurit itu sendiri yang kurang untuk melaksanakan pembinaan fisik secara
perorangan disela-sela waktu yang ada.

Menyikapi hal tersebut, harapan yang diinginkan adalah Seorang Komandan


di tiap satuan mulai dari komandan satuan bawah memiliki suatu kepedulian dalam
mengetahui kemampuan prajuritnya mulai dari kemampuan fisik dan intelektual
kemudian dapat memiliki inisiatif untuk menuangkan program yang telah
direncanakan guna menjaga kesiapan fisik personel di satuannya. Terlepas dari
peran dari unsur pimpinan di satuan, setiap personel juga hendaknya memiliki
motivasi yang tinggi dalam menjaga kondisi tubuh dan kemampuan fisiknya setiap
saat, karena kondisi fisik yang prima secara langsung akan berpengaruh dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari dan pada akhirnya akan mempengaruhi pembinaan
karier yang bersangkutan.

Pada UU No 34 tahun 2004 tentang TNI disebutkan jati diri seorang prajurit
TNI adalah prajurit profesional. Profesional dalam hal ini dapat diartikan oleh penulis
adalah mampu untuk menjaga dan meningkatkan kemampuannya, dapat
beradaptasi dengan segala bentuk situasi penugasan serta memiliki kemampuan
olah yudha yang tinggi oleh karena itu sudah semestinya kemampuan fisik yang
merupakan modal dasar prajurit seharusnya harus tetap terjaga pada batas ideal.
Motto “Men Sana in Corpore Sano” yang artinya di dalam tubuh yang sehat terdapat
jiwa yang sehat pula sangat tepat dijadikan motto bagi seluruh prajurit. Kemampuan
fisik yang prima bukan hanya berimbas pada kondisi tubuh yang kuat dan sehat
tetapi juga akan mempengaruhi kondisi kejiwaan, mental dan pikiran seorang
prajurit. Dari kedua landasan tersebut dapat dianalisa bahwa sebagai seorang
prajurit kemampuan fisik adalah sesuatu hal yang mutlak dan wajib dimiliki bagi
setiap prajurit sehingga dapat melahirkan prajurit yang dengan kondisi prima dalam
mendukung pelaksanaan tugas.
Adapun kendala dan kelemahan yang dihadapi terkait menurunnya
kemampuan fisik para prajurit antara lain, kendala; 1. Intensitas penugasan yang
cukup tinggi sehingga prajurit terlalu lelah untuk menyisakan waktu dalam
melaksanakan pembinaan fisik, 2. Fasilitas untuk pembinaan fisik yang tidak
tersedia di tempat penugasan serta situasi penugasan yang tidak memungkinkan
mereka untuk melaksanakan pembinaan fisik di sela waktu mereka bertugas,
sedangkan kelemahan yang dihadapi; 1. Rasa malas prajurit yang sulit dihilangkan
untuk melaksanakan pembinaan fisik, 2. Menganggap remeh dan ketidakpedulian
prajurit terkait pembinaan fisik mereka.

Dengan melihat adanya kemampuan bahwa Setiap prajurit telah melewati


seleksi jasmani pada tahap penerimaan prajurit yang dinyatakan lulus sesuai kriteria
dan dengan adanya peluang bahwa TNI AD sangat mendukung dalam pembinaan
fisik prajurit untuk memelihara dan membentuk fisik prajurit yang prima. Maka
penulis mencoba menguraikan upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi
beberapa kelemahan dan kendala diatas diantaranya yaitu; 1. Mengatur pola
penugasan yang tidak terlalu lama dan padat sehingga prajurit setelah selesai
penugasan masih memiliki tenaga, waktu dan kemauan untuk melaksanakan
pembinaan fisik, 2. Menyiapkan sarana pembinaan fisik sederhana/portable di
tempat penugasan sehingga disela-sela waktu kosong di tempat penugasan mereka
bisa melaksanakan pembinaan fisik singkat, 3. Pola pembinaan fisik yang tidak
monoton, lebih kreatif, baik dari segi waktu pelaksanaan pembinaan maupun materi
pembinaan itu sendiri, sehingga dapat menumbuhkan semangat dan menghilangkan
kemalasan serta kejenuhan para prajurit, 4. Komandan satuan yang harus mampu
untuk memberi contoh dan mengajak anggotanya untuk melaksanakan pembinaan
fisik.

Belum terpenuhinya perumahan anggota.

Permasalahan kedua yang akan dibahas adalah belum terpenuhinya fasilitas


perumahan dinas bagi seluruh anggota, ditemukan data dan fakta terkait hal tesebut
diantaranya Laporan semester II Tahun 2017 Bidang Pangkalan. bahwa jumlah
personel Deninteldam Jaya 172 orang sedangkan jumlah perumahan untuk keluarga
hanya 100 unit sehingga tidak dapat tercukupi untuk menampung seluruh anggota.
Sebagian besar mereka memanfaatkan kontrakan atau membeli rumah, hal ini yang
mengakibatkan sulitnya para Komandan satuan untuk melaksanakan fungsi kontrol
dan menyulitkan apabila ada suatu situasi darurat yang mengharuskan seluruh
anggota untuk berada di Markas dengan waktu yang telah ditentukan. Hal ini terjadi
karena lahan perumahan yang ada relatif sedikit jika dibandingkan dengan jumlah
personel dan masih adanya lahan bangunan-bangunan yang lebih layak untuk
dialihfungsikan menjadi lahan perumahan prajurit serta pembangunan rusun yang
dapat memaksimalkan luas lahan yang ada.

Perumahan adalah salah satu faktor utama yang dapat mendukung


meningkat dan terpeliharanya moril serta semangat kerja anggota, beban kerja dan
tugas mereka selama ini sudah cukup berat apalagi dihadapkan dengan penghasilan
yang terbatas dapat dibayangkan kalua mereka harus menanggung beban
tambahan dengan mengeluarkan biaya untuk membayar cicilan rumah atau
membayar sewa kontrak rumah serta ditambah biaya transportasi yang harus
dikeluarkan untuk perjalanan dari rumah menuju ke kantor. Harapan yang diinginkan
bahwa para anggota tidak dibebankan lagi dengan biaya yang harus mereka
keluarkan karena tidak tersedianya perumahan dinas, apabila perumahan dinas
tersedia di dalam satuan maka efektifitas satuan maupun amggota dapat terpelihara,
fungsi kontrol dan pembinaan Komandan satuan juga menjadi lebih mudah karena
anggota berada di dalam satuan, dari sisi anggota mereka juga akan nyaman tidak
perlu menghabiskan waktu dan biaya untuk perjalanan dari rumah ke kantor
sehingga biaya yang dikeluarkan untuk transportasi atau sewa rumah bisa
dimanfaatkan untuk kepentingan keluarga lainnya seperti biaya sekolah dan
kebutuhan dasar lainnya.

Pada UU No 34 tahun 2004 tentang TNI disebutkan bahwa jati diri prajurit TNI
adalah prajurit profesional, untuk mencapai profesionalitas ini sudah semestinya
prajurit TNI tidak dibebankan lagi oleh hal-hal yang menjadi beban mereka, seperti
masalah perumahan, apabila prajurit tidak memiliki beban hidup maka akan
mempermudah untuk mencapai tahapan profesional tersebut sehingga beban
mereka hanya melaksanakan tugas dan berlatih sesuai porsi mereka untuk
memelihara dan meningkatkan kemampuan dalam rangka mendukung pelaksanaan
dan pencapaian tugas pokok. Dengan tersedianya perumahan bagi prajurit maka
prajurit tidak akan mempunyai tambahan beban sewa sehungga prajurit fokus
terhadap penugasan yang ada. Pada Bujuk Binsat tahun 2006 disebutkan bahwa
setiap Komandan Satuan harus dapat memelihara, meningkatkan dan
memperhatikan kesejahteraan dan moril seluruh anggota komandonya, dengan
tersedianya perumahan bagi prajurit maka moril prajurit tetap tinggi karena tidak
terbebani lagi dengan biaya sewa rumah.
Adapun kendala dan kelemahan yang dihadapi terkait belum terpenuhinya
perumahan anggota antara lain, kendala; 1. Satuan yang berada di kota besar
seperti DKI Jakarta mayoritas terkendala masalah perumahan anggota, 2.
Perumahan untuk Denintel hanya terdiri dari 100 unit rumah sehingga tidak dapat
menampung seluruh jumlah personel Denintel, sedangkan kelemahan yang
dihadapi; 1. Lahan perkantoran satuan Denintel yang kecil sehingga tidak dapat
dibangun perumahan tambahan untuk personel, 2. Tidak tersedianya lahan
tambahan untuk pengembangan lahan perumahan Denintel.

Dengan melihat adanya kemampuan bahwa lahan disekitar perumahan


prajurit dapat dimaksimalkan untuk pembangunan Rusun dengan alokasi
penggunaan dana dari Komando Atas dan dengan adanya peluang bahwa dapat
memaksimalkan lahan perumahan yang ada untuk pembangunan Rusun untuk
prajurit dalam mengatasi permasalahan belum terpenuhinya perumahan anggota.
Maka penulis mencoba menguraikan upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam
mengatasi beberapa kelemahan dan kendala diatas diantaranya yaitu; 1.
Memaksimalkan lahan yang ada dengan membangun rumah susun untuk
perumahan prajurit, 2. Melaksanakan penertiban terhadap fasilitas rumah dinas bagi
anggota yang sudah tidak berdinas lagi di Denintel sehingga dapat dimanfaatkan
bagi anggota Paspampres yang masih aktif untuk menempati perumahan tersebut,
3. Mengajukan kepada komando Atas untuk mengalokasikan lahan milik TNI
sebagai lahan perumahan anggota/prajurit, 4. Bekerjasama dengan Pemda
setempat untuk hibah lahan milik Pemda untuk dijadikan lahan perumahan prajurit.

Kemampuan latihan menembak prajurit belum sesuai standar.

Selain kemampuan fisik yang prima kemampuan menembak juga adalah


modal dasar seorang anggota, sudah seharusnya kemampuan menembak anggota
harus terasah dan terjaga karena ini merupakan modal dasar kemampuan prajurit
TNI. Terkait hal tersebut ditemukan data dan fakta antara lain hasil Latihan
menembak senjata ringan (latbakjatri) Triwulan 1 TA. 2018. masih ditemukan
anggota yang mendapat nilai menembak tepat Pistol jarak 20 meter dibawah standar
nilai CUKUP yaitu 70 bahkan ada yang hanya memperoleh nilai dibawah 50. Hal
tersebut dikarenakan latihan menembak yang kurang maksimal dihadapkan
intensitas penugasan yang cukup tinggi dan benturan jadwal latihan menembak
terhadap penugasan.

Telah disebutkan pada pembahasan diatas bahwa kemampuan menembak


adalah salah satu kemampuan dasar seorang prajurit TNI sudah semestinya
kemampuan dasar ini harus terpelihara dan meningkat bukannya malah menurun.
Harapan yang diinginkan adalah seluruh prajurit baik yang berdinas disatuan tempur
maupun non tempur kemampuan menembaknya harus terpelihara dan lebih
meningkat dari periode tahun sebelumnya karena ada peribahasa yang mengatakan
bahwa “Tidak ada Prajurit hebat adanya Prajurit yang terlatih” mengingat menembak
adalah keterampilan sehingga apabila keterampilan tidak dijaga pasti
kemampuannya akan menurun.

Kutipan Pengarahan KASAD Jendral TNI Mulyono di artikel Online TNI AD


pada kamis 16 Juni 2016 bahwa “Prajurit harus disiplin, jago perang, tembak, bela
diri dan fisik prima”. Keinginan KASAD Jendral TNI Mulyono ini tertuang jelas bahwa
ini merupakan kemampuan dasar yang wajib dimiliki dan dipelihara oleh seluruh
Prajurit dari pangkat terendah sampai tertinggi. Dan sudah seharusnya dan
semestinya seorang prajurit TNI menguasai kemampuan dasar tersebut karena
itulah yang menjadi modal dasar untuk melaksanakan dan mencapai tujuan dan
tugas pokok TNI yang telah ditetapkan oleh undang-undang. Pembinaan latihan
dilaksanakan guna menyiapakan prajurit dan satuan hingga memiliki kemampuan
yang handal sampai tingkat kesiapan operasional, termasuk diantaranya adalah
kemampuan menembak (Bujuk Binlat Tahun 2013), berangkat dari penjelasan
tersebut pembinaan latihan merupakan salah satu aspek pembinaan satuan yang
harus dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan dan pada akhirnya akan
menunjukkan secara nyata kualitas suatu satuan di medan operasi atau tugas.
Dalam membentuk prajurit yang profesional harus dilatih melalui pola latihan secara
bertahap, bertingkat dan berlanjut termasuk dalam pembinaan latihan menembak
harus sesuai standarisasi. Dengan pembinaan latihan menembak yang bertahap,
bertingkat dan berlanjut serta sesuai standarisasi yang ada maka akan membentuk
dan memelihara kemampuan menembak prajurit yang merupakan kemampuan
dasar dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD.

Adapun kendala dan kelemahan yang dihadapi terkait permasalahan


kemampuan latihan menembak prajurit belum sesuai standar antara lain, kendala;
1. Intensitas penugasan yang cukup tinggi sehingga pelaksanaan latihan menembak
tidak bisa tercapai dengan maksimal, jadwal latihan yang telah disusun sering tidak
terlaksana dengan maksimal disebabkan berbenturan dengan jadwal penugasan
yang terkadang tidak terjadwal sehingga jadwal latihan tidak bisa dilaksnakan
dengan maksimal, 2. Dukungan amunisi yang terbatas mengakibatkan pelaksanaan
latihan menembak tidak bisa dilaksanakan secara rutin dan maksimal, sedangkan
kelemahan yang dihadapi; 1. Rasa malas prajurit yang sulit dihilangkan pada saat
melaksanakan latihan menembak, pada umumnya mereka hanya melaksanakan
perintah latihan, menembak bukan dijadikan kebutuhan atau kesenangan mereka, 2.
Pemahaman materi teori menembak oleh prajurit yang tidak maksimal sehingga
kemampuan menembak prajurit tidak standar.

Dengan melihat adanya kemampuan bahwa Setiap prajurit telah menerima


teori latihan menembak sejak Pendidikan pembentukan dan di satuan masing-
masing dan dengan adanya peluang bahwa Setiap prajurit telah dialokasikan
amunisi untuk latihan menembak walaupun jumlah yang relatif tidak cukup. Maka
penulis mencoba menguraikan upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi
beberapa kelemahan dan kendala diatas diantaranya yaitu; 1. Pemberian materi
teori menembak sebelum pelaksanaan latihan menembak dengan harapan prajurit
dapat paham secara teori terlebih dahulu sebelum pelaksanaan latihan agar hasil
latihan menembak dapat maksimal, 2. Alokasi waktu khusus latihan menembak
diluar waktu penugasan atau disela-sela waktu penugasan kepada prajurit yang nilai
kurang dari standar, 3. Menyiapkan sarana prasarana yang nyaman di lapangan
tembak sehingga anggota merasa nyaman dan semangat pada saat melaksanakan
latihan menembak.
Penutup.

Dari uraian pembahasan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa


persoalan yang harus dipecahkan untuk mengoptimalkan pembinaan satuan guna
meningkatkan kemampuan prajurit dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD
antara lain, A. menurunnya kemampuan fisik para prajurit, maka upaya yang dapat
dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan prajurit yaitu, 1.
Mengatur pola penugasan yang tidak terlalu lama dan padat sehingga prajurit
setelah selesai penugasan masih memiliki tenaga, waktu dan kemauan untuk
melaksanakan pembinaan fisik, 2. Menyiapkan sarana pembinaan fisik
sederhana/portable di tempat penugasan sehingga disela-sela waktu kosong di
tempat penugasan mereka bisa melaksanakan pembinaan fisik singkat, 3. Pola
pembinaan fisik yang tidak monoton, lebih kreatif, baik dari segi waktu pelaksanaan
pembinaan maupun materi pembinaan itu sendiri, sehingga dapat menumbuhkan
semangat dan menghilangkan kemalasan serta kejenuhan para prajurit, 4.
Komandan satuan yang harus mampu untuk memberi contoh dan mengajak
anggotanya untuk melaksanakan pembinaan fisik. B. belum terpenuhinya
perumahan anggota, upaya yang dapat dilakukan sebagai berikut, 1.
Memaksimalkan lahan yang ada dengan membangun rumah susun untuk
perumahan prajurit, 2. Melaksanakan penertiban terhadap fasilitas rumah dinas bagi
anggota yang sudah tidak berdinas lagi di Denintel sehingga dapat dimanfaatkan
bagi anggota Paspampres yang masih aktif untuk menempati perumahan tersebut,
3. Mengajukan kepada komando Atas untuk mengalokasikan lahan milik TNI
sebagai lahan perumahan anggota/prajurit, 4. Bekerjasama dengan Pemda
setempat untuk hibah lahan milik Pemda untuk dijadikan lahan perumahan prajurit.
C. kemampuan latihan menembak prajurit belum sesuai standar, upaya yang dapat
dilakukan yaitu, 1. Pemberian materi teori menembak sebelum pelaksanaan latihan
menembak dengan harapan prajurit dapat paham secara teori terlebih dahulu
sebelum pelaksanaan latihan agar hasil latihan menembak dapat maksimal, 2.
Alokasi waktu khusus latihan menembak diluar waktu penugasan atau disela-sela
waktu penugasan kepada prajurit yang nilai kurang dari standar, 3. Menyiapkan
sarana prasarana yang nyaman di lapangan tembak sehingga anggota merasa
nyaman dan semangat pada saat melaksanakan latihan menembak.
Berangkat dari kesimpulan yang disampaikan diatas, maka penulis mencoba
memberikan sumbang saran kepada Pimpinan dan komando atas terkait
optimalisasi Pembinaan Satuan diantaranya, 1. Komando atas dapat melaksanakan
koordinasi dengan Kementerian Perumahan Rakyat diharapkan dengan dukungan
lebih dari pemerintah satuan TNI dapat memiliki lebih banyak lagi perumahan dinas
yang terpusat di suatu daerah walaupun tidak bisa berada didalam markas. 2.
Menyarankan kepada satuan atas untuk dapat membangun fasilitas pembinaan fisik
yang modern (fitness centre) yang dilengkapi peralatan canggih sehingga
menambah semangat para anggota untuk melaksanakan pembinaan fisik disetiap
satuan, 3. Satuan atas membangun lapangan tembak Indoor dengan standar
internasional sehingga anggota dapat melaksanakan latihan menembak dengan
maksimal tanpa terkendala dengan masalah cuaca.

Demikian tulisan mengenai Optimasilasasi Pembinaan Satua Guna


Meningkatkan Kemampuan Prajurit dalam rangka Mendukung Tugas Pokok TNI AD
ini dibuat, semoga dapat memberikan gambaran mengenai kondisi Pembinaan
Satuan saat ini, persoalan-persoalan yang dihadapi, faktor-faktor yang
mempengaruhi, serta upaya-upaya yang harus dilakukan dalam rangka mewujudkan
pembinaan satuan guna meningkatkan kemampuan prajurit yang diharapkan.
Apabila terdapat kesalahan penulisan dan bahasa yang digunakan dalam essay ini,
hal tersebut merupakan kesalahan murni dari pribadi penulis.

Penulis
TTD
Mukada
Mayor Inf NRP 110550003

Daftar Lampiran :
1. Lampiran-1 : Alur Pikir
2. Lampiran-2 : Daftar Pustaka
ALUR PIKIR
1. UU RI No 34 THN 2004 TTG TNI
2. DOKTRIN KARTIKA EKA PAKSI THN 2018
3. BUJUK BINSAT THN 2006
4. BUJUK BINLAT 2013
5. KUTIPAN PENGARAHAN KASAD JENDERAL TNI
MULYONO
6. MOTTO “MEN SANA IN CORPORE SANO”

PROSES
KEPEMIMPINAN
KEMAMPUAN PRAJURIT 1. ATUR POLA PENUGASAN DANYON
PERMASALAHAN
2. SIAPKAN SARANA BINSIK OPTIMAL
1. MENURUNNYA
KEMAMPUAN FISIK 3. POLA BINSIK YG KREATIF, TDK MONOTON
PRAJURIT 4. KOMANDAN BERI TAULADAN

PEMBINAAN 2. BELUM 5. MAKS LAHAN YG ADA KEPEMIMPINAN


SATUAN SAAT TERPENUHINYA YG
PERUMAHAN 6. BANGUN RUSUN
INI DIHARAPKAN
ANGGOTA
7. PENERTIBAN RUMAH DINAS
3. KEMAMPUAN
8. AJU KOTAS UTK TAMBAH & BANGUN LAHAN
LATIHAN MENEMBAK
PERUMAHAN
PRAJURIT BELUM
SESUAI STANDAR 9. SARANA LATBAK YG NYAMAN
DETASEMEN INTELIJEN
10. ALOKASI WAKTU KHUSUS UTK PRAJURIT
LATBAK

FAKTOR EKSTERNAL

FAKTOR INTERNAL
DAFTAR PUSTAKA

1. UU RI No 34 THN 2004 TTG TNI

2. DOKTRIN KARTIKA EKA PAKSI THN 2018

3. BUJUK BINSAT THN 2006

4. BUJUK BINLAT 2013

5. KUTIPAN PENGARAHAN KASAD JENDERAL TNI MULYONO


6. MOTTO “MEN SANA IN CORPORE SANO”

Anda mungkin juga menyukai