Anda di halaman 1dari 11

TERBATAS

OPTIMALISASI KEPEMIMPINAN LAPANGAN KOMANDAN BATALYON INFATERI DALAM


RANGKA MENDUKUNG TUGAS POKOK TNI AD

Penulis

Diyan Mantofani, S.H.

Mayor Inf NRP 11060032451085

TERBATAS
TERBATAS

OPTIMALISASI KEPEMIMPINAN LAPANGAN KOMANDAN BATALYON INFATERI DALAM


RANGKA MENDUKUNG TUGAS POKOK TNI AD

Pendahuluan.

Sesuai Undang Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, disebutkan tugas pokok
TNI menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) serta melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa
dan negara. Secara khusus dalam penjabaran pasal tersebut dijelaskan bahwa tugas-tugas
dari TNI AD yaitu untuk melaksanakan tugas TNI Matra Darat di bidang pertahanan melalui
Operasi Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP), melaksanakan
tugas TNI dalam menjaga keamanan wilayah perbatasan darat dengan negara lain dan
pulau-pulau terluar, melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan
kekuatan Matra Darat serta melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat
melalui gelar satuan setingkat Batalyon yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Dalam
buku Vademikum Seskoad tentang Kepemimpinan TNI dijelaskan pengertian
kepemimpinan yaitu seni dan kecakapan dalam mempengaruhi dan membimbing
orang/bawahan, sehingga dari pihak yang dipimpinnya timbul kemauan, kepercayaan,
hormat dan ketaatan dalam melaksanakan tugas-tugas yang dipikulkan kepadanya dengan
menggunakan alat dan waktu tetapi mengandung keserasian antara tujuan
kelompok/satuan dengan tujuan pribadi/perorangan. Sehingga dalam mewujudkan
pencapaian tugas pokok satuan yang diharapkan sangat diperlukan implementasi
kepemimpinan yang dilakukan oleh para perwira di satuan. Para perwira di satuan saat ini,
dengan berbekal ilmu yang ada tentang kepemipinan TNI telah melaksanakan dan
menerapkan kepemimpinannya di satuan dalam memimpin anggotanya melalui
kepemimpinan lapangan. Walaupun kepemimpinan lapangan sudah dilaksanakan
sesuai dengan norma dan aturan yang ada untuk mendukung pencapaian tugas
pokok TNI AD masih terdapat kendala dan permasalahan yang terjadi dan mengganggu
pencapaian tugas pokok satuan. Hal ini di buktikan dengan masih banyaknya pelanggaran
yang dilakukan oleh anggota di satuan baik berupa pelanggaran disiplin maupun pidana;
masih terdapatnya tingkat keloyalan anggota kepada pimpinan atau perwira dan masih
adanya anggota yang kurang loyal terhadap pimpinannya. Hal ini merupakan indikator dan

TERBATAS
TERBATAS

tolok ukur tingkat keberhasilan kepemimpinan lapangan para perwira di satuan yang belum
optimal.

Merujuk dari latar belakang permasalah tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa
persoalan yang dapat menjadi faktor penghambat dalam mengoptimalkan kepemimpinan
lapangan komandan satuan di Batalyon Infanteri dalam rangka pencapaian tugas pokok
satuannya khususny guna tercapainya tugas pokok TNI AD, Adapun persoalan-persoalan
tersebut yang dapat menjadi faktor penghambat, yaitu: Pertama: Masih banyaknya
pelanggaran yang dilakukan oleh anggota di satuan baik berupa pelanggaran disiplin
maupun pidana; Kedua: Masih adanya anggota yang kurang loyal terhadap pimpinannya
dan Ketiga: Masih adanya anggota yang tidak memahami tentang tugas pokoknya. Maka
dari persoalan-persoalan tersebut dapat ditarik sebuah rumusan permasalahan
“Bagaimana optimalisasi kepemimpinan lapangan Komandan Batalyon Infateri dalam
rangka mendukung tugas pokok TNI AD”.

Pentingnya penulisan essai ini adalah untuk menentukan langkah-langkah yang


harus di ambil oleh para Komandan Satuan didalam mengoptimalkan kepemimpinan
lapangannya sehingga semua persoalan-persoalan yang menjadi faktor penghambat dapat
teratasi sehingga Satuan dapat menjawab semua tantangan tugas yang diberikan dari
komando atas serta Satuan tersebut dapat mendukung tugas pokok dari TNI AD. Dalam
penulisan essai ini, penulis menggunakan metode Deskritif Analisis yaitu dengan
menggunakan pendekatan studi kepustakaan dan pengalaman penulis selama
melaksanakan dinas di satuan Batalyon Infanteri.

Nilai guna dari penulisan essai ini untuk memberikan manfaat kepada para
Komandan Komandan Satuan dan para pembaca lainnya didalam mengoptimalkan
kepemimpinan lapangannya. Adapun maksud dari penulisan essai ini adalah memberikan
gambaran kepada para Komandan Komandan Satuan dan para pembaca lainnya terkait
langkah-langkah yang harus diambil maupun upaya yang harus lakukan didalam menjawab
persoalan-persoalan yang menjadi faktor penghambat dapat teratasi sehingga Satuan
dapat menjawab semua tantangan tugas yang diberikan dari komando atas serta Satuan
tersebut dapat mendukung tugas pokok dari TNI AD, serta tujuan dari penulisan essai ini
adalah sebagai bentuk sumbangsih saran kepada Komando atas guna menentukan
kebijakan lebih lanjut. Di dalam penilisan essai ini penulis menggunakan ruang lingkup
mulai dari Pendahuluan, Pembahasan dan diakhiri dengan Penutup, dengan pembatasan
hanya pada satuan Batalyon Infanteri.

TERBATAS
TERBATAS

Pembahasan.

Sesuai dengan penjelasan di dalam buku Vademikum Seskoad tentang


Kepemimpinan TNI dijelaskan pengertian kepemimpinan yaitu seni dan kecakapan dalam
mempengaruhi dan membimbing orang/bawahan, sehingga dari pihak yang dipimpinnya
timbul kemauan, kepercayaan, hormat dan ketaatan dalam melaksanakan tugas-tugas
yang dipikulkan kepadanya dengan menggunakan alat dan waktu tetapi mengandung
keserasian antara tujuan kelompok/satuan dengan tujuan pribadi/perorangan. Sehingga
dalam mewujudkan pencapaian tugas pokok satuan yang diharapkan sangat diperlukan
implementasi kepemimpinan yang dilakukan oleh para perwira di satuan. Para perwira di
satuan saat ini, dengan berbekal ilmu yang ada tentang kepemipinan TNI telah
melaksanakan dan menerapkan kepemimpinannya di satuan dalam memimpin anggotanya
melalui kepemimpinan lapangan. Walaupun kepemimpinan lapangan sudah dilaksanakan
sesuai dengan norma dan aturan yang ada untuk mendukung pencapaian tugas pokok TNI
AD masih terdapat kendala dan permasalahan yang terjadi dan mengganggu pencapaian
tugas pokok satuan. Dari kendala dan permasalahan tersebut penulis menggunakan teori
Kerlinger (1986) untuk mencari inti dari permasalan tersebut sehingga permasalahan yang
ditemukan dapat dipecahkan, Adapun inti permasalan tersebut antara lain: Pertama: Masih
banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh anggota di satuan baik berupa pelanggaran
disiplin maupun pidana; Kedua: Masih adanya anggota yang kurang loyal terhadap
pimpinannya dan Ketiga: Masih adanya anggota yang tidak memahami tentang tugas
pokoknya. Dan sesuai dengan Metodelogi Pemecahan Persoalan (MPP), maka persoalan-
persoalan tersebut harus dipecahkan.

Masih banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh anggota di satuan baik berupa
pelanggaran disiplin maupun pidana.

Upaya pertama yang harus dilakukan dalam optimalisasi kepemimpinan lapangan


Komandan Batalyon Infateri dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD adalah dengan
meminimalisir dan menekan serta mencegah pelanggaran yang dilakukan oleh anggota di
satuan baik berupa pelanggaran disiplin maupun pidana. Sesuai dengan hasil rapat
evaluasi bidang Intelijen dan pengamanan pada semester II tahun 2021 dimana jumlah

TERBATAS
TERBATAS

pelanggaran yang dilakukan oleh prajurit TNI jajaran Kodam III/Slw sebanyak 125 kasus
pelanggaran terdiri dari 65 kasus adalah pelanggaran disiplin dan 60 kasus adalah
pelangaran pidana yang melibatkan 87 prajurit Tamtama, 28 prajurit Bintara dan 20 adalah
Pewira, dari data dan fakta tersebut menunjukan bahwa angka pelanggaran di satuan
jajaran Kodam III/Slw masih sangat tinggi termasuk di satuan jajaran Batalyon Infanteri dan
dengan melihat angka pelanggaran tersebut maka menunjukan bahwa peran
Kepemimpinan lapangan para unsur pimpinan disatuan masih belum optimal sehingga
menyebabkan di satuan masih terjadi pelanggaran-pelanggaran baik pelanggaran disiplin
maupun pidana.

Teratasinya persoalan masih banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh anggota


di satuan baik berupa pelanggaran disiplin maupun pidana dapat menjadi salah satu jalan
dalam upaya yang harus dilakukan dalam optimalisasi kepemimpinan lapangan Komandan
Batalyon Infateri dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD. Pelanggaran-pelanggaran
tersebut dapat terjadi atau dilakukan oleh prajurit di satuan dikarenakan banyaknya
penyebab baik itu dari luar maupun dari dalam seperti para anggota yang masih banyak
yang belum memahami terhadap aturan yang ada dikarenakan kurangnya pemahaman,
adanya keinginan dari para anggota untuk mencoba-coba melakukan pelanggaran tersebut
maupun anggota tersebut sudah mengetahui terkait pelanggaran namun tetap melakukan
dikarenakan adanya dorongan atau ajakan dari luar untuk melakukan pelanggaran
tersebut. Sehingga apabila hal tersebut tetap dibiarkan dan tidak adanya upaya dari para
pimpinan ataupun dari para komandan maka pelanggaran di satuan akan terus meningkat
sehingga menyebabkan satuan tersebut menjadi satuan yang tidak memiliki kedisiplinan
dan dengan tidak memiliki kedisiplinan maka tidak mungkin satuan tersebut dapat
melaksanakan tugas pokok dari satuan tersebut serta dapat mendukung tugas pokok dari
TNI AD.

Dalam mengatasi persoalan tersebut, sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum


Pidana Militer (KUHPM), Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-
Undang Nomor 25 tahun 2014 tentang Hukum Disiplin militer dimana dalam Undang-
Undang tersebut menjelasakan tentang tata aturan dalam kehidupan sosial maupun dalam
kehidupan sebagai militer baik dilihat dari segi kepidaan maupun dalam kedisiplinan,
sehingga sangat jelas bahwa dalam kehidupan di Negara Kesatuan Republik Indinesia
khusunya sebagai seorang prajurit semua sisi kehidupan ada aturanya dan semua harus

TERBATAS
TERBATAS

patuh terhadap aturan tersebut dan apabila tidak patuh pada aturan-aturan tersebut maka
akan diberikan sanksi sesuai dengan aturan yang tercantum.

Kendala yang dihadapai dalam menekan dan mencegah pelanggaran yang


dilakukan oleh anggota di satuan baik berupa pelanggaran disiplin maupun pidana antara
lain: Pertama: Banyaknya dorongan dari luar satuan akibat dari pergaulan yang tidak
terkontrol sehingga menyebabkan anggota ikut masuk dalam pergaulan yang salah
tersebut yang dapat berakhir dengan pelanggaran terhadap aturan; Kedua: Adanya
dorongan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi atau keinginan untuk dinilai bergaul dan
kenginan dinilai hebat, kaya ataupun sebagainya sehingga mendorong anggota tersebut
menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Adapaun kelemahan yang
dihadapai dalam menekan dan mencegah pelanggaran yang dilakukan oleh anggota di
satuan baik berupa pelanggaran disiplin maupun pidana antara lain: Pertama: Masih
kurangnya pelaksanaan Jam Komandan di satuan khususnya menjelaskan tentang aturan
hukum kepada anggota di satuan, dimana dengan adanya Jam Komandan untuk
menjelaskan aturan hukum kepada anggota tersebut anggota menjadi paham dan mengerti
tentang aturan baik keharusan dan larangan yang ada serta sanksi yang akan diterima bila
anggota melanggara aturan tersebut; Kedua: Jiwa kedisiplinan yang masih kurang yang
dimilki oleh anggota di satuan yang menyebabkan anggota masih memiliki keinginan untuk
mencoba coba atau melanggar aturan yang ada.

Untuk menjawab kendala dan kelemahan tersebut maka terdapat beberapa upaya
yang harus dilakukan oleh unsur pimpinan atau Komandan di Satuan guna dapat menekan
dan mencegah pelanggaran yang dilakukan oleh anggota di satuan baik berupa
pelanggaran disiplin maupun pidana, yaitu: Pertama: Selalu memberikan Jam komandan
selaku fungsi komando dengan memberikan penjelasan kepada seluruh anggota di
satuannya tentang semua aturan yang ada; Kedua: Memberlakukan atau melaksanakan
pembinaan mental sebagai fungsi komando dengan disiplin kepada seluruh anggota di
satuannya sebagai contoh disiplin melaksanakan ibadah secara teratur sesuai dengan
tuntunan agamanya masing-masing serta mengundang penceramah untuk memberikan
siraman rohani sehingga dengan dorongan dari spiritual tersebut akan dapat menekan
anggota dari jiwa dan hatinya dengan sadar tidak akan melakukan pelanggaran baik
disiplin maupun pidana tanpa harus adanya pengawasan dari unsur pimpinan; Ketiga:
Memberlakukan dan memberikan Reward and Phunisment kepada seluruh anggota tanpa
adanya tebang pilih sedang berlandasakan keadilan tanpa melihat apapun.

TERBATAS
TERBATAS

Masih adanya anggota yang kurang loyal terhadap pimpinannya.

Upaya kedua yang harus dilakukan dalam optimalisasi kepemimpinan lapangan


Komandan Batalyon Infateri dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD adalah dengan
meningkatkan loyalitas anggota terhadap pimpinannya. Sesuai dengan hasil rapat evaluasi
bidang Intelijen dan pengamanan pada semester II tahun 2021 dimana terdapat 13 kasus
pelanggaran yang dilakukan Pewira dan sesuai dengan berita Kasus Dua Sejoli, Pelakunya
Ternyata TNI Halaman 1 - Kompasiana.com dimana dalam berita tersebut menjelaskan bahwa
pelaku dari kasus tersebut melibatkan 3 prajurit TNI aktif dimana salah satunya adalah
seorang perwira dengan pangkat Kolonel, maka dari data dan fakta tersebut menunjukan
bahwa seorang perwira sebagai seorang pemimpin atau komandan disatuannya masih
banyak yang belum dapat memberikan contoh yang baik atau belum dapat menjadi
suritauladan yang baik kepada anggota bawahannya sehingga itu akan menjadi salah satu
penyebab masih adanya anggota yang kurang loyal terhadap pimpinannya.

Teratasinya persoalan masih adanya anggota yang kurang loyal terhadap


pimpinannya dapat menjadi salah satu jalan dalam upaya yang harus dilakukan dalam
optimalisasi kepemimpinan lapangan Komandan Batalyon Infateri dalam rangka
mendukung tugas pokok TNI AD. Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh seorang
perwira sebagai seorang pemimpin atau komandan disatuannya akan menjadi salah satu
penyebab utama mengapa masih adanya anggota yang kurang loyal terhadap pimpinannya
dikarenakan pemimpin atau komandan tidak dapat memberikan contoh yang baik atau
tidak dapat menjadi suritauladan yang baik kepada anggota bawahannya. Karena pada
dasarnya seluruh anggota akan melihat dan menilai sosok pimpinan dan komandanya
tersebut apakah mereka dapat dijadikan contoh atau suritauladan yang baik atau tidak
untuk diikuti oleh seluruh anggotanya, dan meraka akan melihat pula kalau seorang
pemimpin atau komandan melakukan pelanggaran maka dia tidak akan bisa untuk
menyuruh anggotanya untuk tidak melakukan pelanggaran.

Dalam mengatasi persoalan tersebut, maka sesuai dengan teori 11 Azas


kepemimpinan (Kartono 2013:316) yaitu pada Azas kepemimpinan kedua “Ing Ngarso
Sung Tulodo” dimana seorang pemimpin harus dapat menjadi contoh dan suri tauladan
yang baik di depan anggotanya, dan sesuai dengan Naskah departemen tenang
“Kepemimpinan TNI” untuk Diklapa II dengan No Kep/08/V/2013 bahwa dalam prinsip-

TERBATAS
TERBATAS

prinsip kepemimpinan seorang pemimpin salah satunya harus dapat menjadi contoh dan
suri tauladan yang baik didepan bawahan atau anggotanya. Dari dasar tersebut maka
sangat jelas apabila seorang pemimpin menginginkan anggotanya loyal kepadanya maka
pemimpin tersebut harus dapat memberikan dan dapat menjadi contoh atau suritauladan
yang baik di hapadapan anggotanya.

Kendala yang dihadapai dalam meningkatkan loyalitas anggota terhadap


pimpinannya antara lain: Pertama: Seorang pemimpin atau komandan yang
terpengaruhnya oleh gaya hidup mewah sehingga menyebabkan pemimpin atau komandan
tersebut memiliki keinginan untuk memenuhi hasratnya tersebut; Kedua: Adanya dorongan
untuk memenuhi kebutuhan ekonomi atau keinginan untuk dinilai bergaul dan kenginan
dinilai hebat, kaya ataupun sebagainya sehingga mendorong pemimpin atau komandan
tersebut menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhannya walaupun harus
mengorbankan anggotanya. Adapaun kelemahan yang dihadapai dalam meningkatkan
loyalitas anggota terhadap pimpinannya antara lain: Pertama: Masih kurangnya pahamnya
tanggungjawab seorang pemimpin atau komadan terhadap tugas dan tanggunjawabnya
khusunya tanggungjawab terhadap anggota untuk menjadi suritauladan; Kedua: Masih
kurangnya tingkat kecerdasan sepiritual yang dimiliki oleh pimpinan atau komandan
disatuan sehingga.

Untuk menjawab kendala dan kelemahan tersebut maka terdapat beberapa upaya
yang harus dilakukan oleh unsur pimpinan atau Komandan di Satuan guna dapat
meningkatkan loyalitas anggota terhadap pimpinannya, yaitu: Pertama: Semua unsur
pimpinan atau komadan di satuan harus dapat memberikan contoh dan suritaulandan yang
baik di depan semua anggotanya dengan cara meningkatkan kualitas kecerdasan spiritual
maupun dengan banyak membaca tentang buku-buku para pemimpin yang suskses dalam
membawa anggotanya; Kedua: Mengikuti webinar maupun seminar-seminar terkait
kepemimpinan khususnya kepemimpinan militer guna meningkatkan kemampuan
kepemimpinannya dalam memimpin sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan diri
dalam memimpin dan anggota dapat menilai dan melihat kualitas terbaik dari para
pemimpinya yang pasti akan dapat meningkatkan loyalitas anggota terhadap pimpinannya.

Masih adanya anggota yang tidak memahami tentang tugas pokoknya.

TERBATAS
TERBATAS

Upaya ketiga yang harus dilakukan dalam optimalisasi kepemimpinan lapangan


Komandan Batalyon Infateri dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD adalah dengan
meyakinkan seluruh anggota memahami tentang tugas pokoknya. Sesuai dengan hasil
investigasi secara internal terkait kasus hilangnya senjata organik Satgas Yonif 725/Wrg
saat melaksanakan patrol dalam rangka pelaksanaan pengambilan bantuan logistic,
diperoleh hasil bahwa seorang Komandan regu selaku komandan patrol tidak
melaksanakan tugas-tugas dalam pelaksanaan patrol sehingga terjadi sebuah insiden
seorang Prajurit satu harus tenggelam berserta perlengkapannya saat menyebrang sungai,
maka dari fakta tersebut menunjukan bahwa seorang perwira sebagai seorang pemimpin
atau komandan harus dapat meyakin anggotanya khususnya Komandan bawahan untuk
mengerti dan memahami tentang tugas-tugas yang harus dilaksanakan.

Teratasinya persoalan masih adanya anggota yang tidak memahami tentang


tugas pokoknya dapat menjadi salah satu jalan dalam upaya yang harus dilakukan dalam
optimalisasi kepemimpinan lapangan Komandan Batalyon Infateri dalam rangka
mendukung tugas pokok TNI AD. Maka dari itu seorang pemimpin atau komandan
menunjukan harus dapat meyakin anggotanya khususnya Komandan bawahan untuk
mengerti dan memahami tentang tugas-tugas yang harus dilaksanakan.

Dalam mengatasi persoalan tersebut, maka sesuai dengan Naskah departemen


tenang “Kepemimpinan TNI” untuk Diklapa II dengan No Kep/08/V/2013 bahwa dalam
prinsip-prinsip kepemimpinan seorang pemimpin salah satunya pemimpin harus
meyakinkan bahwa perintah yang telah diberikan kepada anggotanya dimengerti, dipahami
dan dapat dilaksanakan oleh anggota tersbebut. Dari dasar tersebut maka sangat jelas
pentingnya seorang pemimpin harus meyakinkan bahwa perintah yang telah diberikan
kepada anggotanya dimengerti, dipahami dan dapat dilaksanakan oleh anggota sehingga
tugas dapat tercapai secara maksimal.

Kendala yang dihadapai dalam meningkatkan loyalitas anggota terhadap


pimpinannya antara lain: Padatnya tugas atau kegiatan seorang pemimpin atau komandan
disatuan. Adapaun kelemahan yang dihadapai dalam meningkatkan loyalitas anggota
terhadap pimpinannya antara lain: kemalasan seorang pemimpin atau komandan yang
untuk melaksanakan pengecekan terhadap tugas yang diberikan.

Untuk menjawab kendala dan kelemahan tersebut maka terdapat beberapa upaya
yang harus dilakukan oleh unsur pimpinan atau Komandan di Satuan guna dapat

TERBATAS
TERBATAS

meningkatkan loyalitas anggota terhadap pimpinannya, yaitu: Semua unsur pimpinan atau
komadan di satuan harus mau langsung turun kelapangan dalam melaksanakan
pengawasan dan pengendalian terhadap perintah atau tugas yang telah diberikan.

Penutup.

Dari pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam optimalisasi
kepemimpinan lapangan Komandan Batalyon Infateri dalam rangka mendukung tugas
pokok TNI AD adalah dengan memecahkan persoalan antara lain: Pertama: Masih
banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh anggota di satuan baik berupa pelanggaran
disiplin maupun pidana, dengan upaya yang dilakukan adalah: 1) Selalu memberikan Jam
komandan selaku fungsi komando dengan memberikan penjelasan kepada seluruh
anggota di satuannya tentang semua aturan yang ada; 2) Memberlakukan atau
melaksanakan pembinaan mental sebagai fungsi komando dengan disiplin kepada seluruh
anggota di satuannya sebagai contoh disiplin melaksanakan ibadah secara teratur sesuai
dengan tuntunan agamanya masing-masing. Kedua: Masih adanya anggota yang kurang
loyal terhadap pimpinannya, dengan upaya yang dilakukan adalah: 1) Semua unsur
pimpinan atau komadan di satuan harus dapat memberikan contoh dan suritaulandan yang
baik di depan semua anggotanya dengan cara meningkatkan kualitas kecerdasan spiritual
maupun dengan banyak membaca tentang buku-buku para pemimpin yang suskses dalam
membawa anggotanya; 2) Mengikuti webinar maupun seminar-seminar terkait
kepemimpinan khususnya kepemimpinan militer guna meningkatkan kemampuan
kepemimpinannya dalam memimpin. Ketiga: Masih adanya anggota yang tidak memahami
tentang tugas pokoknya, dengan upaya yang dilakukan adalah Semua unsur pimpinan atau
komadan di satuan harus mau langsung turun kelapangan dalam melaksanakan
pengawasan dan pengendalian terhadap perintah atau tugas yang telah diberikan.

Selanjutnya sebelum menutup tulisan essai ini sesuai dengan tujuan dari penulisan
adalah untuk memberikan saran kepada komando atas maka penulis mencoban
memberikan saran terkait optimalisasi kepemimpinan lapangan Komandan Batalyon Infateri
dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD adalah Memberikan kegiatan Webwiner
atau seminar kepada seluruh komandan satuan untuk meningkatkan kepemimpinannya
sebagai komandan satuan.

TERBATAS
TERBATAS

Demikian tulisan essai ini kami buat sebagi sabuah sumbangsih saran kepada
komando atas terkait langkah dan upaya dalam optimalisasi kepemimpinan lapangan
Komandan Batalyon Infateri dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD.

Penulis,

Diyan Mantofani, S.H.

Mayor Inf NRP 11060032451085

TERBATAS

Anda mungkin juga menyukai