Anda di halaman 1dari 10

Alur Pikir

OPTIMALISASI PERAN DANSAT


GUNA MENEKAN ANGKA PELANGGARAN PRAJURIT DI SATUAN

Sebagai bagian dari institusi TNI, setiap satuan TNI AD selalu melaksanakan
program Pembinaan Satuan (Binsat) sebagai upaya untuk memelihara dan
meningkatkan kesiapan satuan, dengan suatu tujuan dan sasaran yang telah ditentukan,
secara berdaya dan berhasil guna. Dalam hal ini peran seorang Komandan Satuan
(Dansat) menjadi penting dan sebagai tokoh sentral yang menentukan keberhasilan
Binsat karena secara legitimate telah disebutkan bahwa seorang Dansat adalah
seseorang yang karena posisi, kedudukan dan jabatannya mempunyai hak dan
kewajiban dalam melaksanakan pembinaan di satuannya sendiri (Bujuklak tentang
Binsat TNI AD, 2006, hal 141).

Kegiatan Binsat dilaksanakan melalui pembinaan keseluruhan aspek Binsat yang


memiliki cakupan luas dan keberhasilannya dapat dilihat dari beberapa tolak ukur.
Namun secara mudah dan bahkan bisa dilakukan oleh masyarakat awam pun, indikator
keberhasilan Dansat dalam melaksanakan Binsat biasanya hanya ditentukan oleh dua
perimeter yaitu: 1) prestasi yang dicapai anggota maupun satuan, dan 2) pelanggaran
yang dilakukan oleh anggota di satuan. Bagi satuan yang tidak mampu menunjukkan
suatu prestasi, maka penilaian keberhasilan Dansat akan ditentukan dari pelanggaran
prajuritnya. Apalagi pada era transformasi dan kecepatan informasi seperti sekarang ini,
setiap pelanggaran prajurit sekecil apapun akan langsung dapat dimonitor dan selalu
mendapat respon dari masyarakat.

Fenomena ini dapat dilihat misalnya dari beberapa peristiwa pelanggaran hukum
yang dilakukan oleh oknum prajurit seperti pengeroyokan terhadap masyarakat,
pembunuhan, penyerangan ke Mapolres OKU dan penyerangan LP Cebongan yang
sempat menyita perhatian nasional dan menodai kepercayaan publik terhadap TNI AD.
Rentetan peristiwa yang terjadi secara beruntun tersebut telah menimbulkan keresahan
dan pertanyaan bagi masyarakat “Ada apa dengan prajurit TNI kita?”. Kelanjutannya,
sebagian besar kalangan mempertanyakan bagaimana kinerja para Dansat, “Apakah
Dansat sudah tidak bisa membina dan mengendalikan anak buahnya lagi?” (Koran Detik
edisi April 2013). Mengingat pentingnya peran seorang Dansat dalam melaksanakan
Binsat yang salah satu keberhasilannya ditentukan dari indikator pelanggaran prajurit,
maka dari latar belakang diatas akan diuraikan suatu esai yang membahas rumusan
permasalahan: Bagaimana cara mengoptimalkan peran seorang Dansat dalam rangka
menekan angka pelanggaran yang dilakukan prajurit di satuannya.
2

Adapun maksud dari penulisan esai ini adalah untuk memberikan gambaran
kepada pembaca mengenai langkah-langkah yang dapat diambil oleh seorang Dansat
dalam rangka menekan pelanggaran yang dilakukan prajuritnya di Satuan. Sedangkan
tujuan dari esai singkat ini adalah memberikan tambahan ide dan gagasan yang
diharapkan dapat diimplementasikan oleh Dansat dalam rangka menekan pelanggaran
yang dilakukan prajuritnya di Satuan. Tulisan ini akan dibatasi pada aspek pembinaan
personil terutama dalam bidang pembinaan hukum dan disiplin yang disusun dengan
ruang lingkup terdiri dari pendahuluan, isi dan penutup. Penulis menggunakan metode
deskiptif analisis yaitu metode yang menggambarkan, mencatat, menganalisis dan
menginterprestasikan kondisi-kondisi yang sedang terjadi saat ini yang dipadukan
dengan pendekatan empiris yang didasarkan pada data-data dan fakta yang ada.

Rumusan permasalahan di atas akan dijawab dengan didasari landasan


pemikiran sebagai pengantar kepada pokok permasalahan yang diawali dari amanat
konstitusi sesuai UU No 34 Tahun 2004 tentang TNI, yang menyebutkan bahwa Prajurit
TNI adalah insan prajurit yang bermoral dan tunduk pada hukum serta peraturan
perundang-undangan; berdisiplin serta taat kepada atasan; dan bertanggung jawab dan
melaksanakan kewajibannya sebagai tentara. Kalimat ‘Prajurit yang bermoral dan
tunduk pada hukum’ tertulis secara tegas dalam bagian yang mengatur tentang
ketentuan dasar prajurit. Artinya setiap prajurit harus memiliki sifat dan watak dasar itu,
atau akan menerima konsekuensi hukum apabila melanggar ketentuan tersebut. Itulah
mengapa ketaatan terhadap hukum akan selalu menjadi bagian dari Binsat, karena
setiap Dansat memiliki tugas dan tanggung jawab yang diantaranya adalah: Memelihara
dan mempertinggi semangat, moril, disiplin dan tata tertib untuk membentuk jiwa
keprajuritan sejati di satuan jajarannya masing-masing (Bujuklak tentang Binsat TNI AD,
2006, hal 18). Kembali lagi, keberhasilan upaya Dansat ini akan ditentukan dari indikator
tingkat pelanggaran prajurit dimana terlihat bahwa semakin kecil angka pelanggaran
maka berarti upaya Dansat pada aspek penegakan hukum ini semakin berhasil.

Berdasarkan landasan pemikiran di atas, maka akan diuraikan secara lebih rinci
bagaimana peran dan langkah-langkah apa yang dapat dilakukan oleh seorang Dansat
untuk menekan angka pelanggaran prajurit di satuannya. Agar sistematis dan logis,
maka tulisan ini dalam uraiannya akan terbagi dalam dua pokok uraian penting yang
pertama adalah bagaimana peran Dansat saat ini dan bagian kedua adalah langkah-
langkah optimalisasi peran Dansat dalam rangka menekan angka pelanggaran prajurit
sehingga diharapkan dapat mendukung pelaksanaan Binsat secara keseluruhan dalam
rangka kelancaran pencapaian tugas pokok satuan.
3

Ketika menjabat sebagai Dansat, secara otomatis dirinya memikul amanah yang
sangat besar untuk melaksanakan Binsat pada seluruh aspek kehidupan prajurit dan
keluarganya di satuan. Sering dikatakan bahwa baik atau buruknya satuan sangat
ditentukan dari bagaimana peran Dansat dalam memimpin satuannya. Tentunya hal ini
tidak mudah mengingat beratnya tantangan tugas satuan, apalagi dihadapkan pada
perkembangan situasi masyarakat dan lingkungan dewasa ini yang bisa menempatkan
posisi TNI AD pada situasi yang dilematis, rumit dan kompleks sehingga memunculkan
kerawanan terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan prajurit. Mengingat
banyak jumlah dan keragaman sifat prajurit yang dipimpinnya, maka keberhasilan
penyelenggaraan Binsat khususnya dalam menekan pelanggaran prajurit akan sangat
ditentukan oleh bagaimana Dansat dapat memainkan perannya dalam kepemimpinan;
kapan dirinya berperan sebagai seorang Pemimpin, Komandan, Guru, Bapak maupun
teman seperjuangan, pada waktu dan situasi yang tepat.

Berdasarkan data maupun berita tentang pelanggaran-pelanggaran hukum yang


dilakukan oleh prajurit menunjukan bahwa peranan Dansat dalam melaksanakan
Binsat masih belum optimal. Pelanggaran prajurit ini pun hampir terjadi pada seluruh
satuan yang apabila diakumulasikan secara nasional menunjukkan data statistik yang
cukup fantastis. Hal ini dapat dilihat misalnya pada data pelanggaran prajurit selama
tahun 2012, diantaranya: 219 kasus Garkumplin (terdiri dari 87 kasus pelanggaran
disiplin, 17 kasus desersi dan 115 kasus kriminal), 305 kasus Laka Lalin, dan 103 kasus
Milkam (perkelahian, penganiayaan, penembakan, pengeroyokan dan sebagainya) yang
dilakukan oleh anggota satuan jajaran TNI AD (Spamad, Laporan Pengamanan Tubuh
Triwulan I-IV TA. 2012). Belum lagi ditambah beberapa pelanggaran prajurit yang
mengarah pada pelanggaran HAM seperti penyerangan ke LP Cebongan pada tahun
2013 yang sempat menjadi perhatian masyarakat. Dilihat dari banyaknya pelanggaran
hukum yang dilakukan oleh prajurit di satuan dapat diartikan sebagai tanda masih
rendahnya kesadaran prajurit untuk mematuhi disiplin, hukum dan tata tertib.

Berkaca dari kondisi tersebut diatas, dapat ditarik suatu hipotesa bahwa Dansat
belum dapat memainkan perannya secara optimal dalam menjalankan fungsi pembinaan
personil yang menyangkut penegakan disiplin, hukum dan tata tertib. Kondisi yang terjadi
ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang masih menjadi penghambat baik
faktor internal maupun faktor eksternal. Secara internal beberapa hal yang menjadi
kekuatan dan kelemahan diantaranya adalah; 1) Kemampuan, yaitu pengetahuan
maupun keterampilan Dansat dalam penegakan disiplin, hukum dan tata tertib; 2)
Pengalaman, berupa kejadian masa lalu yang pernah dilihat atau dialami sebagai bahan
4

pelajaran; 3) Kepedulian, berupa kemauan dan keinginan Dansat untuk berbuat; serta 4)
Kondisi satuan, berupa kondisi yang tidak kondusif akibat kesalahan Binsat yang
dilaksanakan pada masa-masa sebelumnya. Sementara secara eksternal, era
perubahan yang ditandai dengan perkembangan teknologi, arus demokratisasi dan
persaingan bebas selain menjadikannya sebagai peluang, juga menimbulkan kendala
yang diantaranya adalah; 1) Terjadinya perubahan sifat masyarakat maupun prajurit
yang semakin egois dan cenderung konsumtif; 2) Lingkungan masyarakat yang merasa
semakin bebas, nekat dan kritis dalam melaksanakan pengawasan melalui kekuatan
media dan kecepatan informasi.

Menyikapi kondisi saat ini serta tantangan dimasa depan yang semakin rumit dan
kompleks, maka peran Dansat harus dapat diwujudkan dan dilaksanakan secara
optimal serta berkelanjutan sehingga pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan prajurit
dapat ditekan seminimal mungkin. Setiap Dansat pasti memahami bahwa prajurit yang
dipimpinnya juga adalah manusia biasa yang selain punya kemampuan juga sekaligus
memiliki kebutuhan dan kelemahan. Oleh karena itu pendekatan yang paling tepat untuk
memimpin anak buah adalah pendekatan kemanusiaan atau dengan kata lain
pendekatan kesejahteraan. Secara sederhana Jenderal Collin Powell di masa Perang
Teluk 2003 mengatakan bahwa kepemimpinan adalah berbuat untuk kesejahteraan
kelompok/unit (Colin Powell, The Secret of Leadership, 2003). Jelas artinya bahwa
dalam melakukan Binsat, seorang Dansat harus mengedepankan ‘kepemimpinan yang
melayani’. Dengan kata lain Dansat tidak boleh hanya memainkan perannya sebagai
komandan, namun juga harus dapat melaksanakan perannya yang lain. Untuk lebih
mudah dipahami beberapa peran yang bisa dilakukan Dansat akan diuraikan secara
sederhana, agar terjadinya pelanggaran prajurit dapat ditekan seminimal mungkin.

Pertama, sebagai Pemimpin. Tanpa harus membaca dari berbagai dasar teori,
kepemimpinan yang paling efektif adalah ‘keteladanan’ seperti yang telah dibuktikan oleh
Nabi Muhammad SAW. Kutipan bagus yang sangat mudah dipahami dan dilaksanakan
‘Kekuatan terdahsyat seorang pemimpin adalah keteladanan, bukan seberapa hebat ia
memimpin orang lain, tetapi seberapa hebat ia memimpin dirinya sendiri, bukan
seberapa hebat ia melarang orang lain, tetapi seberapa hebat ia melarang dirinya
sendiri, dan pemimpin yang baik tidak menuntut bawahannya bekerja dengan baik tetapi
bagaimana ia melakukan yang terbaik’ (Harits Al-Fharizi, 2010). Hal ini sangat penting
karena keteladanan dalam berpikir, bertutur kata serta bertingkah laku sesuai dengan
nilai-nilai agama, norma kesusilaan, disiplin militer dan aturan hukum yang berlaku
merupakan nilai-nilai moral, mental maupun sifat-sifat utama seorang pemimpin dan ini
5

membutuhkan kepedulian dan kemauan dari seorang Dansat. Dengan kualitas diri
seperti ini seorang pemimpin akan lebih efektif meluruskan penyimpangan yang
dilakukan oleh anggota sehingga meminimalisir terjadinya berbagai bentuk pelanggaran.

Kedua, sebagai Komandan. Peran ini adalah yang paling menonjol dan
diperlukan dalam hal penegakan disiplin, hukum dan tata tertib mengingat tantangan
tugas dan tanggung jawab yang diemban Dansat tidaklah ringan. Apalagi kompleksitas
permasalahan dihadapkan pengaruh lingkungan memerlukan perhatian, tekad dan
semangat yang tinggi dari seorang Komandan untuk senantiasa meluruskan setiap
bentuk penyimpangan yang terjadi baik melalui tindakan preventif maupun represif.
Tindakan preventif tetap menjadi upaya terbaik, yang harus dilakukan secara terus
menerus melalui kegiatan pengawasan dan pengendalian anggota. Namun apabila
terjadi pelanggaran, Dansat harus dapat memberikan keputusan tindakan atau hukuman
yang tepat dan adil, sesuai dengan wewenangnya sebagai Atasan yang Berhak
Menghukum (Ankum), maupun sebagai Perwira Penyerah Perkara (Papera). Jangan
menyimpan ‘bom waktu’ dengan menunda atau menutup-nutupi suatu kasus
pelanggaran yang terjadi karena suatu saat pasti ‘meledak’. Untuk itulah diperlukan
pengetahuan, pengalaman dan kepedulian Dansat sehingga berani menjadi ‘hakim’
dalam menentukan bentuk reward dan punishment apa yang paling tepat diberikan
terhadap apa yang telah diperbuat oleh prajuritnya. Ketegasan dan keadilan komandan
inilah yang diharapkan dapat membangkitkan kerelaan anak buah untuk menghindari
segala bentuk pelanggaran dan sekaligus membuatnya mereka termotivasi untuk
menunjukkan prestasi atau bekerja yang terbaik untuk satuannya.

Ketiga, sebagai Guru. Sebagai guru berarti bisa mengajar atau mentransfer ilmu
yang dimilikinya kepada orang lain. Peran Dansat sebagai guru berarti dirinya harus
mampu menanamkan, menekankan, membina dan memberikan pencerahan kepada
prajurit di satuannya tentang pentingnya penegakan disiplin prajurit dan hukum guna
mencegah terjadinya pelanggaran di satuan. Hal ini dapat dilakukan melalui forum jam
Komandan, penyuluhan hukum, troop info maupun pelaksanan Bintal. Oleh karena
setiap Dansat harus memiliki wawasan dan menguasai beberapa bidang terkait
pencegahan pelanggaran seperti disiplin, hukum, Pam Tubuh, metode pemecahan
masalah dan Psikologi massa. Sebagai contoh seorang Dansat tidak mungkin dapat
menerapkan dan menegakkan disiplin dan hukum di satuan apabila dirinya kurang
memahami dan menguasai tentang KUHDM, KUHPM, KUHP, HAM, aturan lalu lintas
dan aturan lainnya. Padahal inilah dasar legalitas untuk disampaikan kepada prajuritnya
6

untuk memberikan batas koridor yang tegas mengenai apa yang boleh dilakukan dan
apa yang tidak boleh dilakukan, termasuk konsekuensi hukum yang akan diterima bila
melanggarnya. Seorang Dansat diharapkan dapat memberikan informasi yang
selengkap-lengkapnya kepada anggota, sehingga mereka diharapkan akan berjalan
diatas track yang benar, menghindari wilayah abu-abu sehingga tidak mudah terjerumus
dalam lubang pelanggaran.

Keempat, sebagai Bapak. Saat berperan sebagai bapak berarti seorang Dansat
harus bisa memberikan perlindungan dan pengayoman sehingga anak buah merasa
tenang, aman dan nyaman di bawah naungannya. Selain tuntutan tugas, sebagai
manusia tentunya setiap prajurit juga memiliki masalah dan tekanan lain di luar tugas.
Tekanan yang dihadapi setiap prajurit berbeda dan respon prajurit dalam menghadapi
stress juga berbeda. Inilah yang harus dipahami oleh setiap Dansat sehingga harus rela
meluangkan waktu, energi dan turun dari ‘singgasana’nya untuk menjadi seorang Bapak.
Sederhananya walapun belum memberikan solusi, namun dengan menyampaikan
permasalahan yang dihadapi kepada komandannya, secara manusiawi hal ini sudah
meringankan bebannya, apalagi bila Dansat tersebut mampu memberikan solusinya.
Artinya yang pertama dibutuhkan adalah kepedulian untuk mau mendengarkan, setelah
itu baru kemampuan untuk memecahkan masalah. Seorang bapak yang baik tentunya
tidak akan tinggal diam dan akan berupaya mencari penyelesaian terbaik atas masalah
yang dihadapi, memberikan hak-hak yang harus diterima dan berusaha mencari peluang
dalam meningkatkan kesejahteraan anak-anaknya. Oleh karena itu, Dansat juga harus
dapat memperhatikan dan memberikan hak-hak prajurit sebagaimana mestinya, seperti
IB, Cuti, kenaikan pangkat, kesempatan sekolah, kenaikan gaji, UML/USL dan
sebagainya. Termasuk juga memperhatikan kondisi pelayanan dapur, kesehatan,
dukungan sarana transportasi, sarana pendidikan anak serta sarana hiburan dan
rekreasi untuk prajurit beserta keluarganya. Kepedulian Dansat ini diharapkan akan
dapat mencegah prajurit mencari masalah di luar atau menyelesaikan masalah dengan
cara-cara yang salah atau ilegal.

Kelima, sebagai Teman seperjuangan. Sebagai teman seperjuangan artinya


Dansat terlibat aktif ditengah dan melaksanakan aktifitas bersama prajuritnya. Hal ini
dapat dilakukan pada saat jam dinas misalnya dalam kegiatan latihan, sepakbola
bersama atau diluar jam dinas misalnya saat ada syukuran anggota dan sebagainya. Hal
ini penting dan dapat memberikan manfaat yang sangat besar selain dapat
meningkatkan moril dan semangat anggota. Kedekatan hubungan emosional dapat
7

melancarkan arus informasi tentang kerawanan yang dihadapi anggota. Selain itu secara
langsung Dansat juga melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian dengan
memberikan arahan, koreksi, keputusan dan penyelesaian atas permasalahan yang
dialami anggota sehingga potensi terjadinya pelanggaran dapat diminimalisir.

Setelah mengetahui peran apa yang harus bisa dilaksanakan oleh seorang
Dansat, pertanyaan berikutnya adalah “Upaya-upaya apa yang harus dilakukan untuk
dapat mengoptimalkan peran Dansat dalam rangka menekan terjadinya pelanggaran
yang dilakukan oleh prajurit di satuan?” Penulis merumuskan upaya optimalisasi ini
dalam suatu bentuk singkatan ‘MLRS’ yang dapat diuraikan menjadi kegiatan
Monitoring, Law Enforcement, Responsibility dan Solving Problem.

Pertama. Monitoring, merupakan bentuk tindakan preventif yang paling efektif


untuk mencegah terjadinya pelanggaran prajurit di satuan, yang dilaksanakan melalui
pengawasan dan pengendalian prajurit secara melekat, terencana, terarah dan terus
menerus. Pengawasan dan pengendalian yang efektif dapat dicapai melalui berbagai
kegiatan diantaranya; a. Melaksanakan perumusan, pemetaan, analisa dan evaluasi
terhadap berbagai bentuk pelanggaran disiplin prajurit yang terjadi di satuan sendiri
maupun satuan lain sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan metode yang efektif
untuk diaplikasikan dalam pelaksanaan pengawasan dan pengendalian prajurit di satuan;
b. Menanamkan sifat kepekaan dan kepedulian yang tinggi kepada unsur-unsur
Dansatwah (Danki s.d Danru) dan diberdayakan agar senantiasa melaksanakan
pengawasan melekat terhadap tingkah laku dan tindakan prajurit; c. Melaksanakan
kegiatan pemeriksaan dan pengecekan personel, materil, dokumen dan kegiatan baik
secara rutin mau insidentil dengan tujuan mencegah terjadinya pelanggaran di satuan,
juga untuk meningkatkan kesiapsiagaan operasional satuan.

Kedua. Law Enforcement (Penegakan Hukum), merupakan proses


dilakukannya upaya untuk menegakkan norma-norma hukum secara nyata sebagai
pedoman perilaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Adapun upaya
Dansat yang dapat dilaksanakan guna mencegah terjadinya pelanggaran di satuan
meliputi; a. Melaksanakan penegakan disiplin dan hukum dengan pola 3K (Komitmen,
Konsisten dan Konsekuen); b. Pemberian Reward dan Punishment; c. Pemberian
hukuman yang adil bagi prajurit yang melanggar; sebagai Ankum dapat menggunakan 4
(empat) pedoman sebagai dasar dalam menilai jenis pelanggaran yang dilakukan prajurit
yaitu: menurut agama, menurut negara dan aturan perundang-undangan yang berlaku
secara umum, menurut kaidah etika dan norma kesusilaan yang berlaku umum dan
8

menurut kaidah dan aturan yang berlaku dalam organisasi TNI; d. Menyelesaikan
perkara secara tepat dan tuntas.

Ketiga. Responsibility (Tanggung jawab) Dansat dalam rangka mencegah


terjadinya pelanggaran disiplin di satuan, diantaranya : a. Memberikan informasi yang
seluas-luasnya dan sejelas-jelasnya menyangkut pencegahan pelanggaran melalui
penyuluhan hukum. Informasi bisa disampaikan baik secara lisan maupun tertulis, dan
apabila dibutuhkan Dansat dapat berinisiatif untuk memanggil pihak yang lebih mengerti
hukum baik dari Komando atas maupun dari pihak luar (praktisi hukum, LSM, dll) b.
Menanamkan rasa tanggung jawab kepada seluruh anggota untuk tidak melakukan
pelanngaran termasuk unsur perwira dan bintara agar berperan serta secara aktif
melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian anak buahnya. Hal ini bisa
dilengkapi kebijakan adanya pemberian sanksi kepada 2 tingkat diatas pelaku yang
melanggar.

Keempat. Solving Problems (Penyelesaian masalah). Upaya yang dapat


ditempuh Dansat dalam penyelesaian permasalahan dan pelanggaran yang dilakukan
anggota di satuan diantaranya : a. Mengintensifkan budaya interaksi dan komunikasi 2
(dua) arah dengan prajurit dalam setiap kesempatan sebagai sarana untuk menyamakan
persepsi dan komitmen dalam upaya mencegah terjadinya pelanggaran di satuan, b.
Menghimpun permasalahan maupun aspirasi prajurit sehingga diperoleh upaya tindak
lanjut penyelesaiannya; c. Meningkatkan kemampuan pemahaman karakter dan
kepribadian prajurit dan penguasaan kondisi lingkungan sekitar satuan guna menyikapi
permasalahan anggota yang terjadi didalam satuan maupun diluar satuan; d.
Memberikan informasi, keterangan dan konfirmasi secara langsung, transparan, cepat
dan tepat bila terdapat desas-desus yang meresahkan dikalangan prajurit. e.
Melaksanakan koordinasi dan konsultasi hukum dengan instansi terkait ( Kumdam, Otmil
dan Dilmil) bila menghadapi kendala dalam penyelesaian hukum diluar batas
kemampuan dan kewenangan Dansat, f. Melaksanakan upaya penyelesaian setiap
permasalahan sekecil apapun yang dialami anggota secara cepat, tepat dan tuntas
sehingga tidak menurunkan moril dan motivasi kerja prajurit serta tidak menghambat
pengembangan karier prajurit di satuan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa


maraknya pelanggaran yang masih dilakukan oleh prajurit di satuan menunjukkan peran
Dansat dalam melaksanakan Binsat terutama dalam hal penegakan hukum, disiplin dan
tata tertib masih belum optimalnya. Belum optimalnya peran Dansat ini sangat
dipengaruhi dari pengetahuan, pengalaman, kepedulian dan kondisi satuan dihadapkan
9

pada kondisi eksternal berupa kemajuan teknologi dan perubahan kondisi masyarakat
yang menjadi semakin egois, konsumtif dan nekat sehingga mempengaruhi kondisi
prajurit di satuan. Dihadapkan pada kondisi saat ini dan faktor yang mempengaruhinya
maka setiap Dansat harus dapat mengoptimalkan seluruh kemampuan yang dimilikinya
untuk bisa berperan sebagai pemimpin, komandan, guru, bapak dan teman
seperjuangan. Cara efektif yang bisa digunakan sebagai upaya optimalisasi peran
Dansat tersebut dapat dilakukan dengan metode MLRS yaitu: Monitoring, Law
Enforcement, Responsibility dan Solving Problem yang standar keberhasilannya
dapat diukur dengan menurunnya tingkat pelanggaran yang dilakukan prajurit di satuan.

Mengingat pelanggaran prajurit selalu menjadi isu penting yang apabila terjadi
akan selalu mendapat sorotan masyarakat, maka pada akhir tulisan ini penulis
menyarankan kepada pimpinan TNI AD untuk memasukkan penilaian aspek
pengetahuan di bidang hukum dan aturan perundangan yang berlaku sebagai bagian
dari Uji Kompetensi Dansat. Hal ini dirasakan perlu karena seorang Dansat tidak hanya
dituntut untuk bersih (tidak ada Catatan Personil), namun dirinya juga harus mampu
menegakkan hukum dan aturan kepada seluruh prajuritnya termasuk aturan tentang
HAM. Sehingga diharapkan setiap perwira yang diangkat menjadi seorang Dansat
adalah seseorang yang memiliki wawasan yang mumpuni untuk dapat melaksanakan
tugasnya sesuai perkembangan lingkungan yang dihadapi, dengan tingkat pelanggaran
prajurit yang minimal.

Bandung, Juni 2013


Calon Siswa

Joko Setiyo K, M.Si (Han)


Mayor Arm NRP 11990052710279

LAMPIRAN : ALUR PIKIR

Anda mungkin juga menyukai