Anda di halaman 1dari 13

1

KAJIAN TENTANG PERAN DANSAT DALAM MENCEGAH TERJADINYA


PELANGGARAN HUKUM DISIPLIN DAN TATA TERTIB

BAB 1
PENDAHULUAN

1. Umum.
a. TNI/TNI AD merupakan bagian dari aparatur negara wajib tunduk dan taat
kepada tata tertib, disiplin, hukum dan HAM. Namun apabila melihat kedalam
tubuh TNI AD timbul pertanyaan, sampai sejauh mana para Komandan satuan
dan para prajurit TNI AD memahami hal tersebut. Sebenarnya kita dapat
menjawab secara jujur bahwa prajurit TNI AD belum sepenuhnya memahami
tentang Hukum dan aturan – aturan yang berlaku dalam pelaksanaan tugas. Hal
ini dapat dibuktikan dengan masih adanya prajurit yang melanggar tata tertib,
disiplin, hukum dan HAM, kurangnya pemahaman hukum dan HAM dalam tugas,
sehingga berpengaruh terhadap penegakkan hukum di satuan.
b. Berbagai permasalahan di satuan yang perlu dipecahkan berkaitan
dengan pembinaan satuan, antara lain adalah terkait pembinaan personel dalam
rangka meningkatkan disiplin prajurit dan mencegah terjadinya pelanggaran
hukum disiplin dan tata tertib. Hal ini sangat penting dilakukan, mengingat dalam
organisasi TNI, disiplin menjadi nafas dan syarat mutlak untuk mampu
melaksanakan tugas pokoknya dengan baik. TNI AD sebagai bagian dari TNI
merupakan komponen utama kekuatan pertahanan negara di darat, dalam
pelaksanaan tugas pokoknya sangat ditentukan oleh sejauh mana efektivitas
pelaksanaan pembinaan satuan TNI AD
c. Mengalir dari kondisi tersebut di atas, maka apabila tolok ukur
keberhasilan dalam melaksanakan pembinaan satuan khususnya disiplin prajurit
khususnya di tingkat satuan adalah terlaksananya setiap tugas dengan berhasil,
serta terwujudnya setiap tindakan dan tingkah laku prajurit yang sesuai dengan
norma-norma kehidupan prajurit, diperlukan upaya-upaya konkrit, terencana,
terorganisir dan konsisten dari unsur pimpinan mulai dari pimpinan di tingkat
satuan sampai dengan pimpinan di tingkat penentu kebijakan.
2. Maksud dan Tujuan.
a. Maksud tulisan ini adalah untuk memberikan gambaran dan analisis
tentang Peran Dansat Dalam Mencegah Terjadinya Pelanggaran Hukum Disiplin
Dan Tata Tertib
b. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan kepada Pimpinan TNI AD
dalam menentukan kebijaksanaan terkait dengan Peran Dansat Dalam
Mencegah Terjadinya Pelanggaran Hukum Disiplin Dan Tata Tertib

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.


a. Ruang lingkup. Tulisan ini menguraikan tentang peran Dansat dalam
mencegah terjadinya pelanggaran hukum disiplin dan tata tertib yang
dilakukan dengan pembinaan satuan secara efektif dan efisien terhadap
prajurit dihadapkan dengan banyaknya kasus pelanggaran yang terjadi
melalui upaya upaya yang konkrit dengan pembatasan kepada konsep
pembinaan satuan tersebut.
b. Tata Urut.
1) Pendahuluan.
2) Latar Belakang.
3) Data/Fakta dan Permasalahan.
4) Analisa.
5) Penutup.

4. Metode dan Pendekatan.


a. Metode. Tulisan ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan
pendekatan empiris dan study kepustakaan. Metode deskriptif analisis adalah
metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan, memaparkan tentang
suatu keadaan serta menganalisisnya untuk mencari kesimpulan
b. Pendekatan. Pendekatan empiris dimaksud adalah karena dalam
pembahasannya penulis menguraikan dengan fenomena nyata yang ada di
Indonesia

5. Pengertian.
a. Disiplin Prajurit1. Adalah ketaatan dan kepatuhan yang sungguh-
sungguh setiap prajurit TNI yang didukung oleh kesadaran yang bersendikan
Sapta marga dan Sumpah Prajurit untuk menunaikan tugas dan kewajiban serta
bersikap dan berperilaku sesuai dengan aturan-aturan atau tata kehidupan
parjurit TNI
b. Pembinaan2. Adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang
berhubungan dengan perencanaan, penyusunan, pembangunan,
pengembangan, pengerahan, penggunaan serta pengendalian segala sesuatu
secara berdaya guna dan berhasil guna.
c. Hukum. Penyesuaian segala tingkah laku terhadap norma-norma yang
merupakan serangkaian peraturan yang mengatur sikap dan tindakan manusia
dalam hidup bermasyarakat yang dapat memberikan jaminan terhadap manusia
dari sasaran penyalah gunaan kekuasaan atau kekerasan.

BAB II
LATAR BELAKANG

6. Umum. Reformasi nasional yang bergulir saat ini merupakan penyebab


terjadinya perubahan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Demikian juga dalam
kehidupan prajurit TNI mereka harus tunduk dan taat kepada aturan, tata tertib, disiplin,
hukum dan HAM. Semua kewajiban militer tergambar dalam disiplin militer yaitu
pergerakan jiwa raga prajurit dan kewajibannya berdasarkan keyakinan bahwa
begitulah seharusnya. Demikian juga bagi prajurit TNI sebagai warga negara berlaku
juga hukum pidana umum. Sesuai dengan hal itu maka ditetapkan ketentuan pasal 1
KUHPM. Oleh karena itu diperlukan landasan pemikiran untuk dijadikan pedoman bagi
Komandan Satuan dalam penegakan hukum di satuan.

7. Landasan Pemikiran.
a. Landasan Idill. Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional
pada hakekatnya merupakan cerminan nilai-nilai dasar kehidupan nasional
secara harmonis, serasi, selaras dan seimbang, berdasarkan semangat
persatuan dan kesatuan3. Pancasila sebagai dasar negara memiliki kekuatan
yang mengikat secara hukum pada seluruh tatanan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, sedangkan sebagai ideologi nasional Pancasila
1
Peraturan Disiplin Prajurit TNI, halaman 1.
2
Bujuklak Tentang Binsat TNI AD, halaman 136.
3
Seskoad, Naskah Departemen tentang Pancasila dan UUD 1945, Hal. 4.
merupakan kristalisasi nilai-nilai yang diyakini sebagai landasan dari kebenaran,
serta kemanfaatannya bagi bangsa Indonesia. Nilai-nilai ini menimbulkan
semangat dan tekad bagi seluruh komponen kekuatan bangsa termasuk TNI AD
untuk mewujudkan sikap, perilaku dan usaha-usaha yang berorientasi kepada
keselamatan dan kedaulatan bangsa. Oleh sebab itu dalam mengoptimalisasikan
pembinaan disiplin prajurit tidak boleh terlepas dari nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila, agar prajurit mampu menghadapi tantangan tugas di masa
mendatang.
b. Landasan Konstitusional. UUD 1945 merupakan keputusan politik
nasional yang dituangkan dalam norma-norma konstitusional untuk menentukan
sistem dan bentuk negara serta pemerintahan yang bersifat demokratis.
Pembukaan UUD 1945 memuat maksud didirikannya NKRI, cita-cita, tujuan dan
dasar negara yang digunakan bangsa Indonesia. Sedangkan Pasal 30
mengatur tentang TNI dalam menjaga dan mengawal tercapainya cita-cita dan
tujuan serta kepentingan nasional Indonesia 4. Untuk mengimplementasikan hal
tersebut sebagai bagian dari TNI AD maka Batalyon Infanteri harus selalu siap
dan memiliki tingkat disiplin prajurit yang tinggi dan dapat diandalkan dalam
rangka menghadapi tantangan tugas di masa yang akan datang.
c. Landasan Konsepsional. Wawasan Nusantara merupakan cara pandang
bangsa Indonesia dalam memanfaatkan konstelasi geografis, sejarah dan
kondisi sosial budaya untuk mengejawantahkan segala dorongan dan
rangsangan didalam usaha pencapaian aspirasi bangsa dan kepentingan serta
tujuan nasional, sehingga Wawasan Nusantara sangat relevan untuk dijadikan
landasan pemikiran dalam rangka mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila guna
mewujudkan sistem hukum nasional dalam rangka menegakan kepastian hukum
di Indonesia.
d. Landasan Visional.. Ketahanan Nasional merupakan kondisi dinamis
yang merupakan integrasi dari seluruh aspek kehidupan nasional yang berisi
keuletan dan ketangguhan dalam mengembangkan sumber daya nasional
dengan tujuan tetap tegak utuh, dan berkembangnya Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Untuk itu, Ketahanan Nasional menggunakan dua pendekatan yaitu
pendekatan kesejahteraan dan pendekatan keamanan. Kesejahteraan dan
keamanan ibarat dua sisi mata uang yang dapat dibedakan tetapi tidak dapat
dipisahkan. Disatu sisi penyelenggaraan kesejahteraan memerlukan tingkat
keamanan tertentu, dan disisi lain penyelenggaraan keamanan memerlukan
4
Seskoad, Naskah Departemen tentang Pancasila dan UUD 1945.
tingkat kesejahteraan tertentu. Kesejahteraan yang hendak dicapai untuk
mewujudkan Ketahanan Nasional dapat digambarkan sebagai kemampuan
bangsa dan negara menegakan dan menghargai norma-norma hukum menjadi
sebesar-besarnya kemakmuran yang adil dan merata, rohaniah dan jasmaniah.
Sedangkan keamanan yang ingin dicapai untuk mewujudkan Ketahanan
Nasional adalah kemampuan bangsa dan negara menjaga norma-norma
hukum terhadap setiap upaya untuk membelokan hukum tersebut. Dengan
demikian, Peran Dansat Dalam Mencegah Terjadinya Pelanggaran Hukum
Disiplin Dan Tata Tertib harus pula dilandasi oleh semangat dalam mewujudkan
kesejahteraan dan keamanan bagi seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia
e. Landasan Operasional.
1) UU RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, Bab II Pasal 2 d.
Adalah aturan hukum yang memuat tentang landasan dalam pembinaan
personel TNI AD. Dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa
salah satu jati diri parjurit TNI adalah sebagai tentara Profesional 5, hal ini
dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembinaan di lapangan.
2) Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi, Bab I Pasal 1 c. Merupakan
penjabaran Doktrin TNI, menempati posisi tertinggi di lingkungan TNI AD
yang dijadikan sebagai landasan operasional oleh seluruh satuan jajaran
TNI AD dalam menerapkan suatu kebijakan pembinaan, sehingga
kegiatan dan sasaran pembinaan yang hendak dicapai dapat terpenuhi
sesuai dengan yang diharapkan.

8. Landasan Teori.
a. Setelah Proklamasi kemerdekaan dan UUD 1945 diberlakukan maka
tindakan pertama di bidang hukum yang dilakukan Indonesia adalah
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1945. Dengan peraturan
ini dinyatakan terus berlakunya semua peraturan – peraturan yang ada
sementara belum diadakan penggantinya. Mengingat rumitnya persoalan yang
dihadapi Indonesia maka dapat dimengerti selama tahun 1945 pemerintah
Indonesia tidak mengeluarkan peraturan dibidang hukum militer. Hal ini
menimbulkan persoalan apakah Hukum Militer Hindia Belanda atau Hukum
Militer Jepang yang berlaku. Menurut teori seharusnya hukum militer Jepanglah
yang berlaku, tetapi dalam prakteknya kemudian bahwa pemerintah Indonesia

5
UU RI Nomor 34 Tahun 2004 Tentang TNI, Bab II Pasal 2d, Halaman 6.
lebih condong kepada hukum militer Hindia Belanda. 6 Maka hukum militer yang
dimiliki sekarang ini sebagian besar dari perundang – undangan warisan
pemerintahan Hindia Belanda yang dipengaruhi oleh hukum militer Eropa
Kontinental. Hukum militer di negara Belanda sendiri telah mengalami perubahan
yang besar disesuaikan dengan perkembangan profesi militer yang modern.
Namun perubahan hukum militer di Indonesia dalam menyikapi tuntutan
kehidupan militer yang maju dan profesional dapat dikatakan belum terlaksana
dengan baik.

BAB III
DATA/FAKTA DAN POKOK-POKOK PERSOALAN

9. Umum. Seiring perubahan yang terjadi, gelombang reformasi meningkatkan


tuntutan masyarakat dalam penegakkan hukum di Indonesia. Kondisi ini pada gilirannya
bermuara juga terhadap peran yang dikembangkan TNI, munculnya tuntutan agar TNI
mengurangi tindakan represif yang selama ini dilakukan terutama oleh prajurit TNI pada
saat penugasan. Oleh karena itu perlu disikapi secara proaktif oleh TNI, maka TNI
mengeluarkan paradigma baru peran TNI sebagai jawaban positif terhadap tuntutan
dan sorotan yang selama ini diarahkan kepada TNI. Namun masih kurangnya
pemahamam hukum para Dansat sehingga masih terjadi pelanggaran hukum dan HAM
yang dilakukan prajurit Batalyon serta permasalahan berlarut – larut tidak segera dapat
diselesaikan, hal ini disebabkan kurang adanya kemauan Dansat untuk
menyelesaikannya karena merasa bahwa hal tersebut sudah ada yang mengurus yakni
Pasi Intel dan POM. Padahal apabila Dansat mengetahui tentang hukum, pelanggaran
– pelanggaran hukum tidak perlu terjadi.

10. Data dan Fakta.


a. Berdasarkan hasil pengawasan dan evaluasi bidang pengamanan,
sebagaimana disampaikan pada Rapat Pimpinan (Rapim) TNI AD tahun 2021
tanggal 23 Februari 2021, di Mabesad Jakarta, bahwa terjadi penurunan
pelangggaran hukum disiplin dan tata tertib di satuan jajaran TNI AD, baik jumlah
kasus maupun personel yang terlibat. Pada tahun 2019, tercatat jumlah
pelanggaran sebanyak 1.360 kasus, sementara pada tahun 2020 sebanyak 882
kasus, atau turun 35,14%. Untuk jumlah personel yang melakukan pelanggaran,
pada tahun 2019 tercatat sebanyak 1.552 personel dan pada tahun 2020
6
Hukum Militer Indonesia, “Sekolah Tinggi Hukum Militer 2005”, Hal : 38
sebanyak 1.095 personel atau turun 29,44%.14 Dari data kasus pelanggaran
tersebut, pada tahun 2020 terdapat 3 pelanggaran tertinggi, yakni desersi/THTI
sebanyak 376 kasus, 11 diantaranya dilakukan oleh perwira, asusila sebanyak
81 kasus, 11 kasus diantaranya dilakukan perwira dan Laka Lalin sebanyak 45
kasus, 2 kasus diantaranya melibatkan perwira. Selain 3 pelanggaran tertinggi
tersebut, juga terjadi berbagai bentuk pelanggaran lainnya, baik tindak pidana
maupun disiplin seperti insubordinasi, illegal logging, pembunuhan,
penganiayaan, perkelaian, penyalahgunaan narkoba, Medsos dan berbagai
pelanggaran hukum lainnya.
b. Oleh sebab itu, walaupun terjadi tren penurunan jumlah kasus
pelanggaran pada tahun 2020 lalu, namun upaya pencegahan dan meminimalisir
terjadinya pelanggaran harus terus dilakukan. Berbagai bentuk pelanggaran ini
bila dibiarkan dan tidak dilakukan upaya pencegahan serta penanganan secara
sungguh-sungguh akan dapat menghambat pelaksanaan tugas pokok dan
berdampak buruk bagi pembangunan citra TNI AD. Di sisi lain, terjadinya
berbagai bentuk pelanggaran tersebut mengindikasikan bahwa tingkat
pemahaman dan kepatuhan prajurit terhadap aturan dan ketentuan hukum yang
berlaku masih kurang. Demikian juga upaya pembinaan satuan dan prajurit yang
dilakukan oleh para unsur pimpinan dalam rangka meminimalisir terjadinya
pelanggaran masih belum optimal.
c. Persoalan efektivitas hukum mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan persoalan penerapan, pelaksanaan dan penegakan hukum, baik di
lingkungan TNI maupun dalam masyarakat demi tercapainya tujuan hukum.
Artinya hukum benar-benar berlaku secara filosofis, yuridis dan sosiologis. upaya
penegakan hukum dan disiplin prajurit menempati posisi yang sangat penting
dan memberi dampak positif sebagai keteguhan sikap serta perilaku prajurit.

11. Pokok-pokok Persoalan


a. Bagaimana peran Dansat dalam mencegah terjadinya pelanggaran
hukum disiplin dan tata tertib di satuan ?
b. Apa yang menjadi penyebab terjadinya pelanggaran ?
c. Bagaimana upaya Dansat dalam mencegah terjadinya pelanggaran
hukum disiplin dan tata tertib di satuan TNI AD ?
BAB IV
ANALISA
12. Umum. Sehubungan dengan peran TNI yang sangat menentukan dalam rangka
pelaksanaan fungsi negara untuk menjaga akesinambungan hidup negara dan fungsi
pemeliharaan ketertiban dan keamanan umum, maka tepat pula dikatakan bahwa
disiplin militer merupakan penegak negara. 7

13. Peran Dansat Dalam Mencegah Terjadinya Pelanggaran Hukum Disiplin


Dan Tata Tertib Di Satuan.
Masalah kepemimpinan menjadi fokus utama dalam peningkatan disiplin dan
profesionalisme prajurit TNI-AD. Dengan berbagai sebab, sejarah dunia mencatat,
selama ribuan tahun berjuta-juta prajurit telah dikorbankan oleh kekurangan yang
fundamental dalam kekuatan, taktik, persenjataan, organisasi dan strategi yang buruk,
serta pengkhianatan dan cuaca yang ganas. Namun, satu faktor kuat yang
menyebabkan penampilan buruk itu adalah kepemimpinan yang buruk dan pengaruh
destruktifnya atas kekompakkan kelompok. Satuan-satuan militer sering terdesak
dibawah lingkungan, yang hampir pasti dapat mengakibatkan kehancuran mereka. Di
bawah kondisi semacam itu, kekompakkan yang nyata dari satuan militer yang berada
dalam tekanan berat nampaknya berkaitan dengan mutu kepemimpinan yang bergerak
pada satuan-satuan kecil ; satu satuan kecil dapat berarti setiap
Sebagai seorang Dansat maka setiap pelanggaran disiplin militer bagaimanapun
kecil atau ringannya harus segera dan secara tegas ditindak supaya tidak meluas atau
sempat mempengaruhi atau merusak disiplin prajurit. Oleh karena itu setiap pelanggar
baik dibidang hukum perdata, hukum pidana dan pelanggaran disiplin militer. Hal ini
mengakibatkan bahwa terhadap setiap pelanggaran hukum dapat dilakukan
penindakan hukum disiplin militer tanpa menutup kemungkinan penyelesaian atau
penindakan lebih lanjut oleh instansi lain yang lebih tinggi tingkatannya atau oleh
pengadilan umum. Apabila Komandan Satuan memahami tentang hukum, maka
diharapkan memberikan pengarahan dan mencegah pelanggaran hukum yang
dilakukan oleh anggotanya, sehingga diharapkan Komandan Satuan dapat
menegakkan hukum di Satuan.

14. Penyebab Terjadinya Pelanggaran


a. Mentalitas Prajurit. Pada tahap tertentu TNI-AD sesungguhnya sudah
memiliki sistem yang baik. Sapta marga, sumpah prajurit, 8 wajib TNI, 11 asas
kepemimpinan TNI, arah kebijaksanaan, program kerja, sistem kerja, prosedur
tetap dan produk-produk latihan yang dihasilkan relatif sudah baik, komprehensif,
7
Hukum Militer Indonesia, Pusat Studi hukum Militer, Sekolah Tinggi Hukum Militer 2005; Hal : 53.
holistik dan integral. Masalahnya, karena sikap mental prajurit yang lemah,
semua itu sering tidak dapat diimplementasikan secara baik dan sempurna.
telah terjadi penurunan mentalitas di kalangan prajurit TNI-AD, baik dari segi
moril maupun moral. Sistem pembinaan personil yang kurang mendapatkan
perhatian yang besar baik oleh staf personil maupun oleh Komandannya,
mengakibatkan terjadinya penurunan moril prajurit TNI-AD. Secara nyata ini
terlihat dari ketidakpuasan mereka terhadap kesempatan sekolah, perputaran
Tour of duty and Tour of Area, reward and punishment, kesejahteraan prajurit
dan keluarga, perhatian pimpinan dan lain sebagainya.
b. Tingkat Kesejahteraan. Sudah menjadi persoalan klasik, upaya
meningkatkan disiplin dan profesionalisme prajurit TNI-AD selalu terhambat oleh
faktor rendahnya tingkat kesejahteraan prajurit. Meski tingkat kesejahteraan
bukanlah satu-satunya faktor yang membuat sesorang untuk berdisiplin, namun
tak bisa dipungkiri masalah ini memang secara manusiawi dapat menjadi salah
satu motivasi seseorang untuk bersikap profesional atau sebaliknya. Tidak
dipungkiri ada oknum-oknum TNI-AD berlaku kriminal seperti menjadi backing
judi, prostitusi, narkoba, pencurian kayu, pencurian pasir laut, penyelundupan,
bahkan ada yang tega menjual senjata kepada GAM. Namun banyak juga
prajurit yang memilih menyambi sebagai satpam, menarik ojek dll asal halal,
sekadar memenuhi kebutuhan keluarga. Jadi ada yang ingin cepat kaya, ada
yang sekadar bertahan hidup. Tidak adil kalau dipukul rata. Kita tidak bisa
menutup mata bahwa nilai yang ditanamkan dan dipertontonkan oleh para elit
ekonomi maupun politik saat ini adalah ”to have or not to have” sehingga yang
dikejar dan dijadikan ukuran keberhasilan adalah materi, tak peduli halal atau
tidak. Untuk itu kekuasaan dikejar-kejar. Jadi amatlah manusiawi bila para
prajurit juga ingin sekadar hidup layak di tengah keterbatasan.
c. Sistim Pengawasan. Ada sebuah fenomena yang menarik untuk dikaji
dalam pola hubungan antar prajurit TNI-AD saat ini. Yaitu, berkembangnya
toleransi dan soliditas negatif, baik antar rekan, dengan atasan dan dengan
aparat di instansi lain. Praktek sehari-harinya, mereka saling menutup mata
bahkan saling bantu dan bekerja sama dalam melakukan tindakan-tindakan
indisipliner dan penyelewengan lainnya. Sesungguhnya, ini menunjukkan
lemahnya sistem pengawasan dalam kehidupan keprajuritan kita. Sebagaimana
yang sering dikemukakan para ahli, praktek indisipliner dimanapun pada
dasarnya dimungkinkan terjadi karena lemahnya fungsi-fungsi kontrol lingkungan
setempat. Dalam ilmu manajemen, fungsi-fungsi kontrol ini seharusnya built-in
dalam sistem manajemen secara keseluruhan.

15. Upaya Dansat Dalam Mencegah Terjadinya Pelanggaran Hukum Disiplin


Dan Tata Tertib Di Satuan TNI AD
a. Mentalitas Prajurit. Diasumsikan bahwa manusia Indonesia adalah
manusia yang religius. Berdasarkan nilai-nilai religi yang dia yakini, seharusnya
dia sudah tidak memerlukan banyak bantuan atau tekanan dari luar untuk
menghindari penyelewengan. Dengan ini diharapkan setiap prajurit TNI-AD
memiliki sensitifitas dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, bisa mencegah
sedini mungkin terjadinya pelanggaran, tanpa harus memastikan apakah
tindakannya itu akan diketahui atau tidak oleh atasan atau orang lain. 
Oleh karena itu, perlu peningkatan dalam bidang pembinaan mental.
Pembinaan mental yang teratur dapat memelihara suatu sikap disiplin yang
hidup dan bersumber kepada kepercayaan dan martabat sebagai prajurit sapta
marga. Implementasinya, pembinaan mental ini bukan saja dalam bentuk
ceramah atau ibadah ritual belaka, namun yang lebih penting lagi adalah
perbuatan baik melalui keteladanan, yang dimulai dari pimpinannya. Apabila ini
tercapai, hal demikian akan menjadi contoh bagi bangsa Indonesia dalam rangka
nations character building.
b. Tingkat Kesejahteraan. Menurut Abraham Maslow, kebutuhan individu
manusia itu bertingkat dan berlanjut mulai dari dasar (fisik) ke puncak (psikis).
Manusia akan berusaha memenuhi kebutuhan dasar agar mereka bisa bertahan
hidup. Pada kondisi-kondisi tertentu bila kebutuhan ini tidak terpenuhi, mereka
bisa melakukan apa saja, bahkan termasuk melakukan tindakan yang melanggar
batas-batas norma sosial. Oleh karena itu, bidang ini tidak boleh diabaikan.
Pengertian yang mendalam dari Kasad tentang pentingnya kesejahteraan prajurit
menghasilkan kebijaksanaan yang melonggarkan bagi para prajurit TNI-AD
untuk mencari tambahan penghasilan dengan syarat halal dan tidak
mengganggu kepentingan tugas. Kebijaksanaan ini perlu didukung dengan
memberikan perhatian dan koridor agar para prajurit tidak terjerumus kepada
tindak kriminal.
Namun, perlu juga adanya upaya yang sungguh-sungguh dari seluruh
komponen bangsa, dimulai dari pemerintah, DPR, masyarakat dan unsur TNI
sendiri, untuk meningkatkan kesejahteraan para prajurit TNI. Dengan demikian,
sekalipun peningkatan kesejahteraan ini dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kemampuan negara, akan tetapi perlu diingat, harus ada perencanaan
keuangan mengenai masalah ini, sehingga nampak nyata upaya pemerintah
tersebut untuk menaikan penghasilan prajurit setiap tahunnya, sampai mencapai
batas standar minimum yang diharapkan.
c. Sistim Pengawasan. Salah satu aspek disiplin yang paling penting
adalah tidak hanya menanamkannya, melainkan juga mencapai dan
memeliharanya. Dalam bahasa latin, akar untuk menanamkan disiplin adalah
mengajar. Tingkat penanaman disiplin sama dengan tingkat mengajar. Hal ini
tidak bisa dilakukan dengan seketika. Kita tidak bisa kendur dalam
memberlakukan suatu peraturan, dan tiba-tiba jadi bersikap bengis seperti Attila
pemimpin bangsa Hun. George washington berkata, “Untuk orang membuat
patuh secara semestinya bukanlah pekerjaan sehari, sebulan atau setahun.” Apa
yang tidak dikatakan adalah begitu disiplin dibiarkan membusuk, akan sepuluh
kali lipat sulitnya bagi pemimpin lama untuk membinanya kembali. Itulah
sebabnya, para pemimpin yang gagal menjaga disiplin dengan standar yang
tinggi kerap dibebastugaskan dari komando. Dan untuk itu, diperlukan seorang
pemimpin baru untuk mengubah keadaan satuan.
Oleh karenanya, sistim pengawasan terhadap disiplin prajurit harus
dilaksanakan secara berkesinambungan dan terus-menerus oleh seluruh
pemimpin di lingkungan TNI-AD dan oleh para prajurit itu sendiri. Pengawasan
informal yang dilandasi oleh kehormatan diri masing-masing akan jauh lebih
mengakar dibandingkan dengan pengawasan yang dilakukan oleh komandannya
atau badan yang berwenang seperti inspektorat jenderal. Untuk mencapai hal
tersebut, perlu upaya yang sistematis dengan menerapkan reward and
punishment yang seadil-adilnya. 

BAB V
PENUTUP

16. Kesimpulan.
a. prajurit TNI AD belum sepenuhnya memahami tentang Hukum dan aturan
– aturan yang berlaku dalam pelaksanaan tugas. Hal ini dapat dibuktikan dengan
masih adanya prajurit yang melanggar tata tertib, disiplin, hukum dan HAM,
kurangnya pemahaman hukum dan HAM dalam tugas, sehingga berpengaruh
terhadap penegakkan hukum di satuan.
b. Masalah kepemimpinan menjadi fokus utama dalam peningkatan disiplin
dan profesionalisme prajurit TNI-AD. Dengan berbagai sebab, sejarah dunia
mencatat, selama ribuan tahun berjuta-juta prajurit telah dikorbankan oleh
kekurangan yang fundamental dalam kekuatan, taktik, persenjataan, organisasi
dan strategi yang buruk, serta pengkhianatan dan cuaca yang ganas. Namun,
satu faktor kuat yang menyebabkan penampilan buruk itu adalah kepemimpinan
yang buruk dan pengaruh destruktifnya atas kekompakkan kelompok.
c. beberapa penyebab yang menjadi dasar pelanggaran adalah mentalitas
prajurit, tingkat kesejahteraan dan sistem pengwasan yang kesemuanya
harusnya dapat diantisipasi oleh dansat dalam mencegah terjadinya pelanggaran
disiplin dan penegakan hukum di satuan. kepemimpinan Dansat dalam hal
menciptakan mentalitas prajurit yang kuat dan solid, memikirkan kesejahteraan
anggota dan sistem pengawasan akan dapat mencegah ataupun meminimalisir
permasalahan yang muncul di satuan.

17. Saran.
a. Tingkatkan pengetahuan yang dituntut oleh setiap prajurit dalam hal
pemahaman hukum dan disiplin hendaknya berada pada tingkatan memahami
bahkan kalau perlu sampai pada tingkat menguasai. Dan untuk mendukung
pencapaian tujuan tersebut maka metode pengajaran yang diberikan dilembaga-
lembaga pendidikan hendaknya lebih berfariasi misalnya dengan cara diskusi,
study kasus, pelanggaran hukum dan disiplin serta penanganannya dengan
simulasi-simulasi.
b. Sistem Werving (Penerimaan) bagi calon prajurit seyogyanya lebih
selektif, obyektif dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pihak Komando atas
yang berwenang hendaknya lebih tegas dalam memberikan sanksi atau tindakan
terhadap oknum pejabat yang melakukan penyimpangan / pelanggaran terhadap
aturan yang berlaku dalam werning.
c. Distribusi dan peraturan hukum dan disiplin hendaknya sampai pada
tingkatan kesatuan, yang paling bawah. Dan oleh karenanya, fungsi
pengecekan dan pengecekan ulang perlu terus dilakukan agar tercipta
kesamaan pemahaman terhadap peraturan hukum dan disiplin yang
didistribusikan tersebut.

18. Demikian Kajian tentang peran Komandan Satuan dalam mencegah terjadinya
pelanggaran hukum disiplin dan tata tertib

Anda mungkin juga menyukai