BAB 1
PENDAHULUAN
1. Umum.
a. TNI/TNI AD merupakan bagian dari aparatur negara wajib tunduk dan taat
kepada tata tertib, disiplin, hukum dan HAM. Namun apabila melihat kedalam
tubuh TNI AD timbul pertanyaan, sampai sejauh mana para Komandan satuan
dan para prajurit TNI AD memahami hal tersebut. Sebenarnya kita dapat
menjawab secara jujur bahwa prajurit TNI AD belum sepenuhnya memahami
tentang Hukum dan aturan – aturan yang berlaku dalam pelaksanaan tugas. Hal
ini dapat dibuktikan dengan masih adanya prajurit yang melanggar tata tertib,
disiplin, hukum dan HAM, kurangnya pemahaman hukum dan HAM dalam tugas,
sehingga berpengaruh terhadap penegakkan hukum di satuan.
b. Berbagai permasalahan di satuan yang perlu dipecahkan berkaitan
dengan pembinaan satuan, antara lain adalah terkait pembinaan personel dalam
rangka meningkatkan disiplin prajurit dan mencegah terjadinya pelanggaran
hukum disiplin dan tata tertib. Hal ini sangat penting dilakukan, mengingat dalam
organisasi TNI, disiplin menjadi nafas dan syarat mutlak untuk mampu
melaksanakan tugas pokoknya dengan baik. TNI AD sebagai bagian dari TNI
merupakan komponen utama kekuatan pertahanan negara di darat, dalam
pelaksanaan tugas pokoknya sangat ditentukan oleh sejauh mana efektivitas
pelaksanaan pembinaan satuan TNI AD
c. Mengalir dari kondisi tersebut di atas, maka apabila tolok ukur
keberhasilan dalam melaksanakan pembinaan satuan khususnya disiplin prajurit
khususnya di tingkat satuan adalah terlaksananya setiap tugas dengan berhasil,
serta terwujudnya setiap tindakan dan tingkah laku prajurit yang sesuai dengan
norma-norma kehidupan prajurit, diperlukan upaya-upaya konkrit, terencana,
terorganisir dan konsisten dari unsur pimpinan mulai dari pimpinan di tingkat
satuan sampai dengan pimpinan di tingkat penentu kebijakan.
2. Maksud dan Tujuan.
a. Maksud tulisan ini adalah untuk memberikan gambaran dan analisis
tentang Peran Dansat Dalam Mencegah Terjadinya Pelanggaran Hukum Disiplin
Dan Tata Tertib
b. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan kepada Pimpinan TNI AD
dalam menentukan kebijaksanaan terkait dengan Peran Dansat Dalam
Mencegah Terjadinya Pelanggaran Hukum Disiplin Dan Tata Tertib
5. Pengertian.
a. Disiplin Prajurit1. Adalah ketaatan dan kepatuhan yang sungguh-
sungguh setiap prajurit TNI yang didukung oleh kesadaran yang bersendikan
Sapta marga dan Sumpah Prajurit untuk menunaikan tugas dan kewajiban serta
bersikap dan berperilaku sesuai dengan aturan-aturan atau tata kehidupan
parjurit TNI
b. Pembinaan2. Adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang
berhubungan dengan perencanaan, penyusunan, pembangunan,
pengembangan, pengerahan, penggunaan serta pengendalian segala sesuatu
secara berdaya guna dan berhasil guna.
c. Hukum. Penyesuaian segala tingkah laku terhadap norma-norma yang
merupakan serangkaian peraturan yang mengatur sikap dan tindakan manusia
dalam hidup bermasyarakat yang dapat memberikan jaminan terhadap manusia
dari sasaran penyalah gunaan kekuasaan atau kekerasan.
BAB II
LATAR BELAKANG
7. Landasan Pemikiran.
a. Landasan Idill. Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional
pada hakekatnya merupakan cerminan nilai-nilai dasar kehidupan nasional
secara harmonis, serasi, selaras dan seimbang, berdasarkan semangat
persatuan dan kesatuan3. Pancasila sebagai dasar negara memiliki kekuatan
yang mengikat secara hukum pada seluruh tatanan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, sedangkan sebagai ideologi nasional Pancasila
1
Peraturan Disiplin Prajurit TNI, halaman 1.
2
Bujuklak Tentang Binsat TNI AD, halaman 136.
3
Seskoad, Naskah Departemen tentang Pancasila dan UUD 1945, Hal. 4.
merupakan kristalisasi nilai-nilai yang diyakini sebagai landasan dari kebenaran,
serta kemanfaatannya bagi bangsa Indonesia. Nilai-nilai ini menimbulkan
semangat dan tekad bagi seluruh komponen kekuatan bangsa termasuk TNI AD
untuk mewujudkan sikap, perilaku dan usaha-usaha yang berorientasi kepada
keselamatan dan kedaulatan bangsa. Oleh sebab itu dalam mengoptimalisasikan
pembinaan disiplin prajurit tidak boleh terlepas dari nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila, agar prajurit mampu menghadapi tantangan tugas di masa
mendatang.
b. Landasan Konstitusional. UUD 1945 merupakan keputusan politik
nasional yang dituangkan dalam norma-norma konstitusional untuk menentukan
sistem dan bentuk negara serta pemerintahan yang bersifat demokratis.
Pembukaan UUD 1945 memuat maksud didirikannya NKRI, cita-cita, tujuan dan
dasar negara yang digunakan bangsa Indonesia. Sedangkan Pasal 30
mengatur tentang TNI dalam menjaga dan mengawal tercapainya cita-cita dan
tujuan serta kepentingan nasional Indonesia 4. Untuk mengimplementasikan hal
tersebut sebagai bagian dari TNI AD maka Batalyon Infanteri harus selalu siap
dan memiliki tingkat disiplin prajurit yang tinggi dan dapat diandalkan dalam
rangka menghadapi tantangan tugas di masa yang akan datang.
c. Landasan Konsepsional. Wawasan Nusantara merupakan cara pandang
bangsa Indonesia dalam memanfaatkan konstelasi geografis, sejarah dan
kondisi sosial budaya untuk mengejawantahkan segala dorongan dan
rangsangan didalam usaha pencapaian aspirasi bangsa dan kepentingan serta
tujuan nasional, sehingga Wawasan Nusantara sangat relevan untuk dijadikan
landasan pemikiran dalam rangka mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila guna
mewujudkan sistem hukum nasional dalam rangka menegakan kepastian hukum
di Indonesia.
d. Landasan Visional.. Ketahanan Nasional merupakan kondisi dinamis
yang merupakan integrasi dari seluruh aspek kehidupan nasional yang berisi
keuletan dan ketangguhan dalam mengembangkan sumber daya nasional
dengan tujuan tetap tegak utuh, dan berkembangnya Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Untuk itu, Ketahanan Nasional menggunakan dua pendekatan yaitu
pendekatan kesejahteraan dan pendekatan keamanan. Kesejahteraan dan
keamanan ibarat dua sisi mata uang yang dapat dibedakan tetapi tidak dapat
dipisahkan. Disatu sisi penyelenggaraan kesejahteraan memerlukan tingkat
keamanan tertentu, dan disisi lain penyelenggaraan keamanan memerlukan
4
Seskoad, Naskah Departemen tentang Pancasila dan UUD 1945.
tingkat kesejahteraan tertentu. Kesejahteraan yang hendak dicapai untuk
mewujudkan Ketahanan Nasional dapat digambarkan sebagai kemampuan
bangsa dan negara menegakan dan menghargai norma-norma hukum menjadi
sebesar-besarnya kemakmuran yang adil dan merata, rohaniah dan jasmaniah.
Sedangkan keamanan yang ingin dicapai untuk mewujudkan Ketahanan
Nasional adalah kemampuan bangsa dan negara menjaga norma-norma
hukum terhadap setiap upaya untuk membelokan hukum tersebut. Dengan
demikian, Peran Dansat Dalam Mencegah Terjadinya Pelanggaran Hukum
Disiplin Dan Tata Tertib harus pula dilandasi oleh semangat dalam mewujudkan
kesejahteraan dan keamanan bagi seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia
e. Landasan Operasional.
1) UU RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, Bab II Pasal 2 d.
Adalah aturan hukum yang memuat tentang landasan dalam pembinaan
personel TNI AD. Dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa
salah satu jati diri parjurit TNI adalah sebagai tentara Profesional 5, hal ini
dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembinaan di lapangan.
2) Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi, Bab I Pasal 1 c. Merupakan
penjabaran Doktrin TNI, menempati posisi tertinggi di lingkungan TNI AD
yang dijadikan sebagai landasan operasional oleh seluruh satuan jajaran
TNI AD dalam menerapkan suatu kebijakan pembinaan, sehingga
kegiatan dan sasaran pembinaan yang hendak dicapai dapat terpenuhi
sesuai dengan yang diharapkan.
8. Landasan Teori.
a. Setelah Proklamasi kemerdekaan dan UUD 1945 diberlakukan maka
tindakan pertama di bidang hukum yang dilakukan Indonesia adalah
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1945. Dengan peraturan
ini dinyatakan terus berlakunya semua peraturan – peraturan yang ada
sementara belum diadakan penggantinya. Mengingat rumitnya persoalan yang
dihadapi Indonesia maka dapat dimengerti selama tahun 1945 pemerintah
Indonesia tidak mengeluarkan peraturan dibidang hukum militer. Hal ini
menimbulkan persoalan apakah Hukum Militer Hindia Belanda atau Hukum
Militer Jepang yang berlaku. Menurut teori seharusnya hukum militer Jepanglah
yang berlaku, tetapi dalam prakteknya kemudian bahwa pemerintah Indonesia
5
UU RI Nomor 34 Tahun 2004 Tentang TNI, Bab II Pasal 2d, Halaman 6.
lebih condong kepada hukum militer Hindia Belanda. 6 Maka hukum militer yang
dimiliki sekarang ini sebagian besar dari perundang – undangan warisan
pemerintahan Hindia Belanda yang dipengaruhi oleh hukum militer Eropa
Kontinental. Hukum militer di negara Belanda sendiri telah mengalami perubahan
yang besar disesuaikan dengan perkembangan profesi militer yang modern.
Namun perubahan hukum militer di Indonesia dalam menyikapi tuntutan
kehidupan militer yang maju dan profesional dapat dikatakan belum terlaksana
dengan baik.
BAB III
DATA/FAKTA DAN POKOK-POKOK PERSOALAN
BAB V
PENUTUP
16. Kesimpulan.
a. prajurit TNI AD belum sepenuhnya memahami tentang Hukum dan aturan
– aturan yang berlaku dalam pelaksanaan tugas. Hal ini dapat dibuktikan dengan
masih adanya prajurit yang melanggar tata tertib, disiplin, hukum dan HAM,
kurangnya pemahaman hukum dan HAM dalam tugas, sehingga berpengaruh
terhadap penegakkan hukum di satuan.
b. Masalah kepemimpinan menjadi fokus utama dalam peningkatan disiplin
dan profesionalisme prajurit TNI-AD. Dengan berbagai sebab, sejarah dunia
mencatat, selama ribuan tahun berjuta-juta prajurit telah dikorbankan oleh
kekurangan yang fundamental dalam kekuatan, taktik, persenjataan, organisasi
dan strategi yang buruk, serta pengkhianatan dan cuaca yang ganas. Namun,
satu faktor kuat yang menyebabkan penampilan buruk itu adalah kepemimpinan
yang buruk dan pengaruh destruktifnya atas kekompakkan kelompok.
c. beberapa penyebab yang menjadi dasar pelanggaran adalah mentalitas
prajurit, tingkat kesejahteraan dan sistem pengwasan yang kesemuanya
harusnya dapat diantisipasi oleh dansat dalam mencegah terjadinya pelanggaran
disiplin dan penegakan hukum di satuan. kepemimpinan Dansat dalam hal
menciptakan mentalitas prajurit yang kuat dan solid, memikirkan kesejahteraan
anggota dan sistem pengawasan akan dapat mencegah ataupun meminimalisir
permasalahan yang muncul di satuan.
17. Saran.
a. Tingkatkan pengetahuan yang dituntut oleh setiap prajurit dalam hal
pemahaman hukum dan disiplin hendaknya berada pada tingkatan memahami
bahkan kalau perlu sampai pada tingkat menguasai. Dan untuk mendukung
pencapaian tujuan tersebut maka metode pengajaran yang diberikan dilembaga-
lembaga pendidikan hendaknya lebih berfariasi misalnya dengan cara diskusi,
study kasus, pelanggaran hukum dan disiplin serta penanganannya dengan
simulasi-simulasi.
b. Sistem Werving (Penerimaan) bagi calon prajurit seyogyanya lebih
selektif, obyektif dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pihak Komando atas
yang berwenang hendaknya lebih tegas dalam memberikan sanksi atau tindakan
terhadap oknum pejabat yang melakukan penyimpangan / pelanggaran terhadap
aturan yang berlaku dalam werning.
c. Distribusi dan peraturan hukum dan disiplin hendaknya sampai pada
tingkatan kesatuan, yang paling bawah. Dan oleh karenanya, fungsi
pengecekan dan pengecekan ulang perlu terus dilakukan agar tercipta
kesamaan pemahaman terhadap peraturan hukum dan disiplin yang
didistribusikan tersebut.
18. Demikian Kajian tentang peran Komandan Satuan dalam mencegah terjadinya
pelanggaran hukum disiplin dan tata tertib