BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum
RAHASIA
b. Profesionalisme seorang prajurit mempunyai nilai kontribusi yang besar
terhadap peningkatan profesionalisme prajurit secara keseluruhan. Kondisi ini
diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja untuk mencapai keberhasilan
dalam melaksanakan tugas. Salah satu faktor yang berperan dalam
mendukung keberhasilan adalah etos kerja yang disertai semangat juang
yang tinggi, karena semangat juang mempunyai peranan penting dengan
disertai rasa keikhlasan dalam berkarya. Nilai – nilai ini awalnya tumbuh dan
berkembang seiring dengan proses perjuangan para founding fathers dari
bangsa penjajah, sehingga saat ini pada dasarnya sudah terakomodasi
dalam diri tiap – tiap prajurit yaitu meliputi nilai – nilai kejuangan prajurit,
antara lain rela berkorban, semangat pantang menyerah dan lain – lain.
Pemahaman dan pengamalan nilai – nilai kejuangan yang dicerminkan oleh
pola pikir, pola sikap dan pola tindak prajurit dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya maupun kehidupan sehari – hari. Kondisi saat ini
menunjukkan kurang optimalnya implemantasi nilai – nilai juangan tersebut
dalam diri prajurit, sehingga banyak berimplikasi terhadap tingkat
profesionalisme prajurit yang bertugas di kesatuan.
3) Bab III Implementasi Nilai – nilai Kejuangan Saat Ini. Dalam Bab
ini menjelasakan tentang kondisi saat ini dan permasalah yang
dihadapi serta implikasinya.
5. PENGERTIAN
Adapun pengertian – pengertian didalam naskah sebagai berikut :
2
Ikin Sodikin,. Pembudayaan Nilai – nilai Pancasila Guna Meningkatkan Stabilitas Nasional dalam Mengatasi Krisi Nasional, 2006
3
Daryanto. Kamus Bahasa Indonesia, Surabaya, 1997 Hal.73
4
Winarno, Pradigma baru Pendidikan Kewarganegaraan, ed.2 Bumi Aksara, Jakarta. 2009 Hal.23
5
Julius Kurnia, Pengaruh Globalisasi terhadap Nasionalisme. Ttp://juliuskurnia.wordpress.com.Jkt 2008 Hal 1 s/d 3
6
Keputusan Pang TNI no. Kep/2/1/2007 tentang Doktrin TNI, Hal. 18
7
Bujukdas tetang Pembinaan Prajurit ABRI, Tahun 1991 Hal. 234
BAB II
LANDASAN PEMIKIRAN
8
UU RI Nomor 3 Th 2002, hal 4
merupakan tentara yang anggotanya berasal dari warga negara
Indonesia. TNI sebagai Tentara
Pejuang yaitu yang berjuang menegakkan NKRI dan tidak mengenal
menyerah dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya. TNI
sebagai Tentara Nasional bertugas demi kepentingan negara diatas
kepentingan daerah, suku, ras, dan golongan agama. TNI sebagai
Tentara Profesional adalah tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi
secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis, dan dijamin
kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara yang
menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil, Hak azazi manusia (HAM),
ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah
diratifikasi.9 Bila dilihat dari sejarah kelahirannya TNI yang telah lahir dan
tumbuh seiring masa perang kemerdekaan, yang didalamnya telah
melekat jati diri pada para pejuang pada waktu itu telah menyatu dengan
semangat perjuangan bangsa. Dengan disertai nilai – nilai kejuangan
yang kuat yang secara instrinsik sudah ada sejak masa itu hingga skrang,
maka prajurit TNI dengan jati diri tersebut dapat memperkokoh peran
sertanya dalam upaya pertahanan negara.
c. Doktrin TNI Dharma Eka Karma. Doktrin TNI merupakan pedoman
tertinggi dalam penyelenggaraan penggunaan dan pembinaan kekuatan
TNI sebagai komponen kekuatan pertahanan negara. Nilai – nilai juang
yang muncul sebagai jati diri TNI adalah TNI sebagai Tentara Rakyat,
Tentara Pejuang, Tentara Nasional, dan Tentara Profesional. Tentara
Nasional Indonesia percaya pada kekuatan sendiri dan semangat tidak
mengenal menyerah, kerelaan berkorban demi negara dan bangsa,
memegang teguh komitmen untuk mempertahankan Pancasila dan UUD
1945 sebagai ideologi dan dasar negara serta TNI yang profesional dan
10
proposional dalam melaksanakan tugas. Dalam doktrin Tri Dharma Eka
Karma ini telah tercakup di dalamnya yaitu nilai – nilai kejuangan yang
melandasi semangat kejuangan prajurit TNI dalam mengabdikan dirinya
sebagai komponen utama pertahanan negara. Sebagai doktrin yang
menyatukan pola pembinaan dan pola penggunaan kekuatan, dengan
semangat kejuangan didalamnya maka doktrin ini pula telah menyatukan
kekuatan dalam pelaksanaannya. Dengan demikian implementasi nilai –
9
Presiden Republik Indonesia, UU RI Nomor 34 Tahun 2004 Tentang TNI,Fokusmedia, Jakarta,2004, Pasal2.
10
Panglima TNI,Doktrin TNI,Mabes TNI,Jakarta,2002,Hal 14-16
nilai kejuangan dikalangan prajurit TNI dapat berjalan secara optimal
dalam
12
Aktualisasi Nilai – Nilai Kejuangan Bangsa dalam rangka pembangunan Nasional./Bandung8Sept 1995.
BAB III
11. Umum. Setelah melalui proses perjalanan dan perjuangan panjang yang
diakhiri dengan proklamsi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, nilai
– nilai kejuangan prajurit TNI terus tumbuh dan berkembang. Nilai – nilai
kejuangan merupakan bagian dari kristalisasi nilai kebangsaan akan selalu
hadir sebagai penyegar tekad dan semangat perjuangan. Dalam perjuangan
sejarah bangsa Indonesia tersebut, Tentara Nasional Indonesia yang dikala
itu belum terorganisir dengan baik namun telah dapat memberikan andil yang
sangat besar bagi pembentukan negara dan bangsa. Salah satu modal dasar
bagi keberhasilan perjuangan TNI dalam menjalankan tugasnya pada jaman
revolusi kemerdekaan adalah terletak pada peran nilai – nilai kejuangan. Nilai
– nilai kejuangan seperti rela berkorban, tidak mengenal menyerah, tahan
menderita, percaya pada kekuatan sendiri, rasa senasib seperjuangan. Oleh
karena itu sebagai suatu tatanan nilai yang dimiliki TNI, diyakini
kebenarannya dan dianggap baik serta masih relevan untuk
diimplementasikan dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas TNI
Angkatan Udara. Nilai – nilai kejuangan prajurit TNI adalah norma yang
mengatur kehidupan prajurit TNI umumnya. Persoalan yang perlu dikaji
adalah sebagaimana implementasi nilai – nilai tersebut dapat diwujudkan
dalam kehidupan prajurit TNI Angkatan Udara sehingga menjadi prajurit yang
profesional dalam rangka melaksanakan tugas – tugas kedepan.
12. Kondisi Nilai – Nilai Kejuangan Saat Ini. Kondisi nilai – nilai kejuangan
dapat dimaknai sebagai kesadaran berbangsa yang tumbuh secara alamiah
dalam diri seorang prajurit karena kebersamaan sosial yang tumbuh dari
kebudayaan, sejarah, dan aspirasi perjuangan. Demikian pula keberadaan
Sapta Marga yang sudah tercemin secara alamiah dan berperan sebagai
dasar dari nilai – nilai kejuangan. Adapun kondisi implementasi nilai – nilai
kejuangan prajurit saat ini dicerminkan oleh kondisi sebagai berikut.
a. Bidang Sumber Daya Manusia. Sumber daya manusia memegang
peranan yang sangat penting dalam rangka pelaksanaan tugas – tugas
TNI, dengan demikian perlu upaya yang maksimal untuk meningkatkan
dan memberdayakan kemampuan prajurit TNI. Faktor utama yang
mendorong terjadinya perubahan tersebut adalah nilai – nilai
kejuangan yang mempengaruhi pengabdian prajurit TNI diantaranya
adalah sebagai berikut :
1) Semangat Rela Berkorban. Makna sikap rela berkorban prajurit
TNI AU digambarkan dengan adanya sikap dan prinsip yang
kuat terhadap komitmen dan tanggung jawab dalam
mengemban tugas dan amanat. Tinggi rendahnya tingkat
pengabdian yang dihubungkan dengan kerelaan berkorban
prajurit sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan prajurit
yang berpandangan profit oriented, yaitu pola hidup yang
mengutamakan materi, mendahulukan hak dari pada kewajiban
dan memandang bahwa setiap penugasan dan tanggung jawab
senantiasa diukur dari kaca mata untung rugi atau imbalan jasa
yang akan didapat. Bilamana tugas atau jabatan yang diemban
tidak bernilai materi, maka cenderung tidak akan serius dalam
melaksanakan tugas. Kerja dinilai apabila ada imbalan jasa dan
mendatangkan keuntungan finansial semata. Sebagai pejuang,
prajurit TNI harus senantiasa siap ikhlas berkorban, yang
diwujudkan dalam perilaku yang tidak mengenal menyerah,
putus asa dan tahan dalam setiap penugasan yang tidak sesuai
dengan harapan. Berkaitan kerelaan berkorban sebagaimana
amanat panglima besar Jenderal Sudirman pada hari
kemerdekaan RI yang ke empat dan siarkan langsung melalui
Radio Republik Indonesia yaitu : “Sangat hina derajatnya suatu
bangsa, apabila hendak menghentikan perjuangannya karena
takut akan banyak korban, justru dengan banyaknya korban
itulah cita – cita TNI semakin dekat kepada tujuannya, yaitu :
menjadi Tentara Kebangsaan Seluruh Negara Indonesia
Merdeka”.13 Namun kondisi kejuangan prajurit yang bertugas
dihubungkan dengan sikap rela berkorban terindikasikan
dengan contoh yaitu masih adanya prajurit TNI AU yang apabila
mendapatkan penugasan diluar jawa akan berusaha untuk
minta cepat – cepat dipindah dan kembali berdinas di kesatuan
yang berada dalam pulau jawa. Adanya kecenderungan
mengeluh bila ditugaskan pada tempat yang secara finansial
tidak menguntungkan atau sering dikenal dengan istilah “tempat
kering dan basah”, dan adanya prajurit TNI AU yang rajin atau
bersemangat dalam melaksanakan tugas/pekerjaan bilamana
ada tambahan/imbalan penghasilan. Adanya prajurit TNI yang
kurang bangga dan mengeluh apabila berdinas dilembaga
pendidikan sehingga hanya dijadikan sebagai batu loncat
semata, berupaya untuk pindah penugasan serta adanya
perasaan termarjinalkan dari komunitasnya.
2) Kondisi Kedisiplinan Prajurit. Disiplin merupakan suatu
bentuk ketaatan dan kepatuhan seorang prajurit terhadap suatu
aturan yang berlaku pada suatu kesatuan. Bentuk disiplin dapat
berbentuk disiplin pribadi yaitu ketaatan yang dilakukan atas
kesadaran pribadi karena kondisi lingkungan yang sifatnya
memaksa. Tingkat disiplin prajurit saat ini terutama yang berada
pada Strata Bintara dan Tamtama dipengaruhi oleh kondisi dan
interaksi oleh lingkungan kesatuan masing – masing. Banyak
hal yang mempengaruhi disiplin tersebut baik dari dalam seperti
pembinaan satuan, kesejahteraan maupun kepemimpinan
atasan. Pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh prajurit TNI
disamping disebebkan oleh pengaruh lingkungan juga
disebabkan oleh seberapa besar tingkat integritas yang dimiliki
oleh seorang prajurit, pelanggaran terjadi biasanya karena
pengaruh tingkat pemahaman terhadap norma dan hukum yang
mengatur kehidupan prajurit. Hal ini dapat terlihat dari
banyaknya pelanggaran yang dilakukan prajurit TNI selama
kurun waktu tahun 2009 seperti tata tertib lalu lintas prajurit TNI
dan PNS terjadi sebanyak 297 pelanggaran dari 34.730 personil
TNI AU (11,9%), pelanggaran asusila pada tahun 2009 naik
33,3% menjadi 20 kasus dari tahun sebelumnya, serta kasus –
kasus lainya seperti perkelahian antar satuan maupun terhadap
anggota masyarakat. Tingkat disiplin perorangan maupun
kesatuan sangat mempengaruhi implementasi nilai – nilai
kejuangan dikalangan prajurit TNI AU. Apabila disiplin prajurit
dapat berlangsung dengan baik serta tumbuh atas kesadaran
pribadi yang tinggi maka tugas – tugas akan dapat terlaksana
dengan baik. Adapun data – data pelanggaran disiplin murni
dan tidak murni selama tahun 2009 adalah sebagai berikut . 14
a) Disiplin murni. Adanya kecenderungan penurunan
disiplin ditandai dengan banyaknya pelanggaran yang
dilakukan prajurit TNI baik Perwira, Bintara maupun
Tamtama, baik bersifat pelanggaran murni maupun
menjurus pada tindakan kriminal yang dapat merugikan
pribadi maupun satuan. Adapun macam – macam
pelanggaran disiplin murni prajurit TNI AU adalah
sebagai berikut :
1) Pelanggaran Seragam Prajurit TNI : 11
Kasus
2) Pelanggaran PDD : 1 Kasus
3) Masuk Daerah Terlarang : 7 Kasus
4) Meninggalkan Kantor : 76
Kasus
5) Terlambat/Tidak Apel : 66
Kasus
6) Kartu Tanda Pengenal : 14
Kasus
7) Rambut Gondrong : 3 Orang
8) Tingkah Laku Tercela : 3 Orang
b) Disiplin tidak murni. Penurunan disiplin tidak murni
personel TNI terlihat pada saat ini sehingga dikawatirkan
kalau ada kejadian diluar maka nama kesatuan akan
terbawa kurang baik. Dengan