Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH HASIL WAWANCARA

IMPLEMENTASI PANCASILA

DOSEN PENGAMPU:
Patria Rahmawaty, S.Psi., M.MPd., Psikolog

DISUSUN OLEH :
 Novan Firmansyah (912017039)
 Taufiqul Hafidz (912017044)
 Azwarrauf (912017065)
 Daniel Orlando (912017011)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN ALAT BERAT

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN

2019
KATA PENGANTAR

syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa,


karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, makalah yang berjudul
“MAKALAH HASIL WAWANCARA IMPLEMENTASI PANCASILA”dapat
kami selesaikan tepat waktu. Penyusunan makalah ini diharapkan dapat
memberikan informasi tentang macam-macam bentuk implementasi pancasila
dalam berbagai bidang.

Dalam pembuatan makalah ini, kami mengucapkan banyak terima kasih


kepada semua pihak yang telah membantu dan memudahkan dibuatnya makalah
ini. Terkhusus kepada para narasumber yang sudah mau meluangkan waktunya
untuk kami wawancara. Selain itu, ucapan terima kasih juga kami tujukan kepada
kedua orang tua dan teman-teman kami yang telah memberikan doa, dorongan,
serta bantuan kepada kami sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.

Demikian, makalah ini kami hadirkan dengan segala kelebihan dan


kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
makalah ini, sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan pengetahuan bagi pembaca.

Balikpapan, 30 Desember 2019


Daftar Pustaka

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
A. Nilai-Nilai Pokok Dalam Pancasila .................................................................... 3
B. Implementasi Pancasila di Berbagai Bidang ...................................................... 7
a. Bidang Politik dan Hukum .................................................................................. 7
b. Bidang Ketahanan dan Keamanan Nasional ..................................................... 11
c. Bidang Sosial-Ekonomi .................................................................................... 13
d. Bidang Sosial-Budaya ....................................................................................... 18
BAB III HASIL WAWANCARA .................................................................................. 22
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 24
a) Kesimpulan ........................................................................................................... 24
b) Saran ..................................................................................................................... 24
BAB V DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 25
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu


bangsa Indonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila
terhadap bangsa dan negara Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan
sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku,
agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit
jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan.

Sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan


landasan berbangsa dan bernegara yang implementasinya mewajibkan semua
manusia Indonesia harus ber-ketuhanan. Karena keberadaan Tuhan melingkupi
semua wujud dan sifat dari alam semesta ini, diharapkan manusia Indonesia dapat
menyelaraskan diri dengan dirinya sendiri, dirinya dengan manusia-manusia lain
di sekitarnya, dirinya dengan alam, dan dirinya dengan Tuhan. Keselarasan ini
menjadi tanda dari mausia yang telah meningkat kesadarannya dari kesadaran
rendah menjadi kesadaran manusia yang manusiawi.

Pancasila, dalam konteks masyarakat bangsa yang plural dan dengan


wilayah yang luas, harus dijabarkan untuk menjadi ideologi kebangsaan yang
menjadi kerangka berpikir (the main of idea), kerangka bertindak (the main of
action), dan dasar hukum (basic law) bagi segenap elemen bangsa. Namun, dalam
kerangka pluralitas dan multikulturalisme tidak dinafikan dan dihalangi hidupnya
ideologi kelompok yang sifatnya lebih terbatas selama tidak bertentangan dengan
nilai-nilai Pancasila. Sebagai contoh, ideologi kelompok keagamaan (ormas),
partai politik, dan etnonasionalisme kesukuan tetap dibiarkan hidup sebagai
khasanah kekayaan bangsa dalam payung ideologi besar Pancasila. Hal ini,
dimaksudkan untuk menghindari pemaksaan dan monopoli ideologi serta
penafsiran tunggal.

1
Pada hakikatnya, Pancasila juga terbuka pada pemikiran ideologi lainnya.
Kecuali terhadap ideologi Komunisme yang nyata-nyata bertentangan dengan
Pancasila harus tetap dilarang dan tidak boleh hidup di bumi Indonesia. Artinya
Pancasila menjadi ajimat yang ampuh bagi rejim dalam mengambil segala bentuk
keputusan, rakyat diharuskan tunduk pada legitimasi yang digunakan dengan
melalui pengatasnamaan Pancasila, inilah di kemudian waktu menjadi
permasalahan yang rumit.

Implementasi nilai-nilai Pancasila sangat diperlukan dalam kehidupan


berbangsa dan bernegara. Pelaksanaan nilai Pancasila lebih penting ketimbang
pembahasan-pembahasan secara teori.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan diangkat


adalah sebagai berikut :

1. Apa saja butir-butir yang terkandung dalam pancasila ?


2. Bagaimana implementasi pancasila dari masa ke masa?
3. Bagaimana implementasi pancasila pada bidang politik-hukum ?
4. Bagaimana implementasi pancasila pada bidang Ketahanan Negara ?
5. Bagaimana implementasi pancasila pada bidang sosial-ekonomi ?
6. Bagaimana implementasi pancasila pada bidang sosial-budaya ?
7. Bagaimana implementasi pancasila pada bidang demokrasi ?
8. Apa saja pedoman umum dalam implementasi pancasila ke dalam
kehidupan?
9. Bagaimana mempertahankan, memantapkan, memapankan, dan
mengokohkan Pancasila ?

C. Tujuan
1. Mahasiswa menjadi lebih mengetahui implementasi pancasila pada
berbagai bidang.
2. Mahasiswa dapat mengamalkan butir-butir pancasila.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Nilai-Nilai Pokok Dalam Pancasila

Makna dari implementasi yaitu penerapan. Implementasi nilai-nilai


pancasila dapat diartikan sebagai wujud penerapan dari setiap nilai-nilai yang
terkandung dalam setiap sila pancasila, baik dari nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan dan keadilan. Bentuk implementasi pancasila dalam
kehidupan sehari hari sangat banyak, bahkan bisa jadi setiap yang kita lakukan
merupakan implementasi dari nilai-nilai Pancasila. Jadi disini dapat
disimpulkan bahwa implementasi pancasila merupakan usaha untuk
mewujudkan setiap nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dengan cara
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari hari serta menjadikan pancasila
sebagai pedoman atau landasan dalam bertindak dan berperilaku.
Adapun nilai-nilai Pokok dalam Pancasila yaitu:

1) Nilai Dasar
Nilai dasar adalah nilai yang ada dalam ideologi Pancasila yang
merupakan representasi dari nilai atau norma dalam masyarakat, bangsa,
dan negara Indonesia. Nilai dasar merupakan
nilai yang tidak bisa berubah-ubah sepanjang bangsa Indonesia
berpedoman pada nilai tersebut. Contoh nilai dasar adalah sila-sila
Pancasila yang ada dalam alinea IV, UUD 1945 yang ditetapkan pada
tanggal 18 Agustus 1945.

2) Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah nilai yang merupakan pendukung utama dari
nilai dasar (Pancasila). Nilai ini dapat mengikuti setiap perkembangan
zaman, baik dalam negeri maupun dari luar negeri. Nilai ini ini dapat
berupa TAP MPR, UU, PP dan peraturan perundangan yang ada untuk
menjadi tatanan dalam pelaksanaan ideologi Pancasila sebagai pegangan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai dapat berubah sesuai
perkembangan zaman.

3) Nilai Praktis
Nilai ini adalah nilai yang harus ada dalam bentuk praktik
penyelenggaraan negara. Sifat ini adalah abstrak. Artinya berupa
semangat para penyelenggara negara dari pusat hingga ke tingkat yang
terbawah dalam struktur sistem pemerintahan negara Indonesia.

3
Semangat yang dimaksud adalah semangat para penyelenggara negara
untuk membangun sila-sila dalam Pancasila. Berikut adalah makna-makna
yang terkandung dalam butir-butir pancasila,antara lain:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

 Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaanya dan ketaqwaanya kepada


Tuhan Yang Maha Esa.
 Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
 Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama anatra pemeluk
agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
 Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa
 Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
 Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
 Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaanya masing masing
 Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang lain.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

 Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan


martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
 Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan,
jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.

4
 Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
 Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
 Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
 Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
 Berani membela kebenaran dan keadilan.
 Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
 Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa
lain.

3. Persatuan Indonesia

 Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan


keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
 Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
 Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
 Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
 Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
 Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
 Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan

 Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia


mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
 Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
 Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
 Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

5
 Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah.
 Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil keputusan musyawarah.
 Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
 Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.
 Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan
kesatuan demi kepentingan bersama.
 Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

 Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan


suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
 Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
 Menghormati hak orang lain.
 Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
 Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain
 Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan
gaya hidup mewah.
 Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
 Suka bekerja keras.
 Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.

6
 Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata
dan berkeadilan sosial.

A. Implementasi Pancasila di Berbagai Bidang


Bukan hanya sebagai panduan semata pancasila seharusnya dilaksanakan
di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,berikut ini merupakan contoh
penerapan pancasila dalam berbagai bidang,anatara lain:
a. Bidang Politik dan Hukum

Partai politik di Indonesia selain sebagai pilar demokrasi yang memiliki


peran sebagai sarana artikulasi, komunikasi dan sosialisasi aspirasi yang
berkembang dalam masyarakat, sebagai arena pendidikan politik rakyat dan
pembentuk kader bangsa serta sebagai sarana penyelesaian konflik,
kegiatannya harus selalu dalam kerangka acuan (frame of reference)
Pancasila dan UUD 1945. Dengan demikian partai politik di Indonesia harus
bertujuan sesuai dengan cita-cita dan tujuan nasional yang diamanatkan
Pembukaan UUD 1945. Pedoman yang perlu dijadikan pegangan dalam
kehidupan partai politik adalah :

a). Mengaktualisasikan kebersamaan dalam kemajemukan untuk


mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional.

b). Mengaktualisasikan budaya demokrasi kerakyatan yang dipimpin oleh


hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan di dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

c). Penyampaian aspirasi rakyat dan segenap perilaku partai politik harus
menjamin tegaknya keselarasan dan kerukunan serta budi luhur.
Penyampaian aspirasi rakyat melalui partai politik harus sesuai dengan
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Segala aspirasi hendaknya
mengarah pada harmoni atau keselarasan, menghindari polarisasi kawan
dan lawan serta mengembangkan semangat inklusivistik dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Penyampaian pendapat bersendi
pada akhlak mulia, budi luhur dan beradab. Pernyataan dan ungkapan

7
yang berisi hujatan, caci-maki, tidak senonoh dan mendiskriditkan
orang lain agar dihindari. Aspirasi harus mengarah pada perkuatan
persatuan dan kesatuan bangsa. Dihindari konflik yang mengarah
perpecahan (disintegrasi), separatisme dan sikap radikalistik.

d). Pengambilan keputusan harus sejalan dengan konsep, prinsip dan nilai
yang terkandung dalam Pancasila. Dalam proses pengambilan
keputusan bersama tidak boleh bertentangan dengan prinsip Pancasila :
Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Keputusan bersama mengikat dan
mengandung sanksi; penyimpangan karena penyalahgunaan kekuasaan
dan wewenang harus dihindari.

e). Mengaktualisasikan supremasi hukum dan hak asasi manusia berdasar


Pancasila.

f). Segenap perilaku partai politik selalu bersendi pada keputusan bersama
yang mengikat dan mengandung sanksi terhadap penyimpangan
penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang.

g). Pengawasan bermaksud memberikan koreksi dan peringatan agar


pelaksana bersikap jujur, adil, transparan dan untuk kepentingan rakyat.

h). Program partai politik harus mengarah pada kokohnya Pancasila sebagai
dasar negara, utuh dan kuatnya Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang berpemerintahan presidensial dan bersemboyan Bhinneka Tunggal
Ika.

Implementasi konsep, prinsip dan nilai Pancasila di bidang hukum


mengharuskan pembuat undang-undang untuk menggali nilai-nilai yang
hidup dalam masyarakat sesuai dengan inspirasi dan kesadaran hukum
masyarakat yang berkembang. Dalam hal telah disepakati bahwa nilai-nilai

8
Pancasila bersifat universal, yang menjadi persoalan pokok adalah
bagaimana nilai-nilai Pancasila yang universal itu dijabarkan dalam bentuk
norma-norma yang jelas dikaitkan dengan tingkah laku masyarakat dalam
melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara. Berdasarkan pada
hakikat sifat kodrat manusia bahwa setiap manusia adalah sebagai individu
dan sekaligus makhluk sosial, konsekuensinya kita harus
mengimplementasikan Pancasila dalam setiap aspek penyelenggaraan
negara dan setiap sikap dan tingkah laku masyarakat dalam melaksanakan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena itu bagi bangsa Indonesia
mengimplementasi-kan Pancasila adalah suatu keharusan baik moral
maupun yuridis.

Dalam hubungan ini kita diingatkan oleh kata-kata yang bijak dari
Prof.Drs.Notonagoro, S.H yang berbunyi :

“Apabila pelanggaran moral Pancasila itu terus-menerus dilakukan banyak


orang, akan merusakkan derajat hidup seluruhnya tidak hanya moral tetapi juga
kultural, religius, sosial ekonomi dan akan tidak terhindar keburukan akibatnya
bagi bangsa, rakyat dan negara”.

Ditinjau dari segi filsafat hukum, maka hukum digunakan untuk mencapai
keserasian, kedamaian, dan keadilan. Dengan menegaskan bahwa Pancasila
adalah sendi keserasian hukum, maka harus terbukti bahwa keserasian tersebut
memang terdapat dalam tiap-tiap silanya.

a). Keserasian dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama mengungkapkan hubungan yang serasi antara Maha Pencipta dan
ciptaan-Nya. Manusia yang mengakui dan yakin akan kebenaran Pancasila akan
berikhtiar memantapkan dan tidak mengganggu hubungan yang serasi antara
Maha Pencipta dan ciptaan-Nya. Karena itu wajarlah jika hukum tidak hanya
menjadi pedoman hidup antar manusia, tetapi juga pedoman bagi berlangsungnya
keserasian antara kehidupan manusia dengan lingkungannya.

9
b). Keserasian dalam sila Kemanusian yang Adil dan Beradab

Sila kedua menunjuk pada hubungan serasi antar manusia perseorangan, antar
kelompok ataupun antara perseorangan dengan kelompok. Hubungan serasi
tersebut harus mampu mewujudkan penghargaan terhadap harkat dan martabat
manusia secara adil dan beradab.

Kemanusiaan yang adil dan beradab harus dijadikan sendi keserasian hukum,
termasuk hukum tata negara, hukum administrasi negara, hukum pidana dan
hukum perdata serta aturan hukum yang tidak tertulis.

c). Keserasian dalam sila Persatuan Indonesia

Sila ketiga Persatuan Indonesia maksudnya ialah persatuan suku, ras dan
golongan yang menjelma menjadi satu bangsa, sehingga tidak dibenarkan satu
sama lain saling meniadakan, tetapi harus membangun keserasian
hubungan sinergis sehingga dapat terwujud satu kesatuan bangsa dalam
kehidupan nasional. Kehidupan nasional dimaksud merupakan kehidupan
kebangsaan yang tidak sempit atau chauvenistic, melainkan benar-benar
merupakan perwujudan bhinneka tunggal ika dan membuka diri dalam pergaulan
dengan bangsa-bangsa lain.

Dalam hukum, sila ketiga ini diwujudkan dengan adanya prinsip faham unifikasi,
terutama dalam Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara, Hukum Benda
(zakenrecht) dan Hukum Pidana yang terjalin dalam suatu sistem hukum
Nasional. Namun juga mengakui adanya prinsip faham pluralisme, khususnya
dalam hukum keluarga dan hukum waris.

d). Keserasian dalam sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebikaksanaan
dalam Permusyawaratan / Perwakilan

Sila keempat Pancasila mengamanatkan bahwa demi mempertahankan


kesebersamaan dalam perbedaan diperlukan upaya untuk mencapai konsensus
atau kesepakatan.

10
Apabila terjadi ketidakserasian antara kepentingan penguasa dan kepentingan
warganegara yang pada dasarnya adalah ketidakserasian hubungan antara
kekuasaan dan kepatuhan, maka harus diselesaikan dengan musyawarah untuk
mencapai mufakat.

e). Keserasian dalam sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sila kelima Pancasila terarah pada tujuan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia secara serasi rohaniah dan jasmaniah serta merata dan
berkesinambungan.

Dalam hukum harta kekayaan atau hukum ekonomi harus diutamakan keserasian
rohaniah dan jasmaniah serta keselarasan antara kebebasan dan ketertiban demi
terwujudnya keadilan sosial.

b. Bidang Ketahanan dan Keamanan Nasional

Implementasi konsep, prinsip dan nilai Pancasila dalam bidang keamanan


dan ketahanan nasional diantaranya sebagai berikut :

1). Sistem keamanan nasional (siskamnas) yang dikembangkan harus melibatkan


seluruh potensi bangsa. Setiap ancaman, baik militer maupun non-militer, harus
dihadapi oleh seluruh komponen bangsa secara proporsional sesuai dengan tugas,
fungsi, tanggung jawab dan kewenangan masing-masing. Siskamnas yang
demikian itu biasa disebut sebagai Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta
(Sishankamrata). Keterlibatan seluruh potensi bangsa sekaligus menggambarkan
suatu bentuk persatuan dan kesatuan bangsa sebagai aktualisasi prinsip dan nilai
yang terkandung dalam Pancasila. Sishankamrata pada hakikatnya juga sebagai
salah satu bentuk aktualisasi konsep inklusivitas gotong-royong atau kekeluargaan
dalam masyarakat bangsa Indonesia yang pluralistik, secara dinamik disesuaikan
dengan perkembangan teknologi pendukungnya.

2). Penyelenggaraan Sishankamrata yang melibatkan seluruh potensi bangsa


tersebut harus diatur dengan peraturan perundang-undangan tentang Kamnas,
yang meliputi antara lain tentang : POLRI, TNI, Mobilisasi dan Demobilisasi,

11
tugas bantuan TNI kepada POLRI, Komponen Kekuatan Kamnas lainnya sesuai
kebutuhan, Anti Terorisme, Intelijen Negara, Penanggulangan Bencana Alam, dan
lain sebagainya.

3). Sishankamrata yang melibatkan seluruh warga negara harus


diselenggarakan bersamaan dengan upaya pengembangan nation and character
building, yaitu menumbuh kembangkan jiwa kebangsaan pada setiap warga
negara sehingga timbul kesadaran akan hak dan kewajiban bela negara sebagai
suatu kehormatan dan kebanggaan.

4). Pengambilan keputusan nasional tertinggi merupakan fungsi, tanggung


jawab dan wewenang Presiden, dalam kondisi normal dan terutama dalam kondisi
kritis, akan lebih optimal apabila pengambilan keputusan tersebut dibantu oleh
suatu institusi yang melekat pada Presiden. Institusi ini dapat sebagai lembaga
Persidangan yang dipimpin atau diketuai Presiden dan dapat diberi nama Dewan
Keamanan Nasional (national security council). yang keanggotaannya terdiri dari
anggota inti para Menteri (ex-officio) dibantu oleh unsur birokrasi yang
dipandang perlu oleh Presiden. Dewan keamanan nasional (Wankamnas) agar
dapat berfungsi secara optimal, perlu difasilitasi oleh Kantor di bawah Presiden,
yang selalu siap dengan berbagai informasi terkini yang berkembang seputar
masalah Kamnas. Kantor ini dapat berupa Sekretariat Jenderal (Setjen) yang
dikepalai oleh seorang Sekretaris Jenderal (Sekjen), merupakan pejabat setingkat
Menteri, yang dapat sekaligus merangkap sebagai penasihat Presiden tentang
Kamnas. Sekjen Wankamnas mengkoodinir para pakar di bidang politik,
ekonomi, sosial budaya, militer dan kepolisian yang sepenuhnya ditunjuk oleh
Presiden, didukung oleh staf administrasi dan logistik.

12
c. Bidang Sosial-Ekonomi

1). Perwujudan kesejahteraan dan keadilan sosial.

Bangsa Indonesia bertekad mengimplementasikan Pancasila untuk


mewujudkan kesejahteraan umum dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Anak kalimat, memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan keadilan


sosial dalam Pembukaan UUD 1945, merupakan amanat bagi bangsa Indonesia
dalam membangun perekonomian nasional, guna memajukan kesejahteraan umum
dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa Indonesia harus cerdas untuk
mengolah sumber daya nasionalnya serta mengakses semua kemajuan dunia agar
mampu menciptakan kesejahteraan umum yang terus berkembang ke arah
kemajuan. Usaha menyejahterakan dan mencerdaskan bangsa haruslah dilandasi
lima faktor yakni : (1) Bebasnya bangsa Indonesia dari segala bentuk penjajahan,
termasuk penjajahan ekonomi. (2) Secara politik dan keamanan nasional, bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia harus dilindungi dari segala bentuk gangguan
dan ancaman. (3) Kecerdasan kehidupan bangsa, baik individu maupun
masyarakat harus terwujud. (4) Aktivitas bangsa untuk ikut serta menciptakan
perdamaian dan ketertiban dunia. (5) Mengimplementasikan konsep, prinsip dan
nilai Pancasila, sehingga keadilan sosial dapat terwujud secara sempurna.

2). Sistem Ekonomi Nasional.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah tujuan kebijakan


politik ekonomi nasional, yang secara populer disebut masyarakat adil dan
makmur. Kebijakan politik ekonomi nasional tersebut dijabarkan dalam Pasal 33
UUD 1945, ayat (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan, ayat (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara, ayat (3) Bumi air
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat; dan Pasal 34 menegaskan
: Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.

13
Demokrasi ekonomi dalam sistem ekonomi nasional Indonesia menganut
prinsip produksi harus dikerjakan oleh semua dan untuk semua, di bawah
pimpinan dan pemilikan anggota-anggota masyarakat, bahwa kemakmuran
masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang per orang, sebab itu
perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan,
yang mengarah pada pembangunan negara kesejahteraan (Welfare State), dengan
peran negara yang dominan. Usaha bersama atas dasar asas kekeluargaan akan
efektif dengan bimbingan negara.

Lima peran negara yang sangat penting dalam proses perekonomian


nasional, yakni : (1) Menguasai produksi yang penting bagi negara, (2) Menguasai
seluruh kekayaan alam nasional, (3) Memeliharan fakir miskin dan anak-anak
terlantar, (4) Menyelenggarakan sistem jaminan sosial, (5) Menyediakan fasilitas
dan pelayanan umum.

Semua kegiatan perekonomian nasional bermuara pada muara tunggal,


yakni kesejahteraan umum dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam pembangunan demokrasi ekonomi terdapat enam prinsip yakni : (1)
Kebersamaan, sebagai intinya; (2) Efisiensi yang berkeadilan; (3) Berkelanjutan;
(4) Berwawasan lingkungan; (5) Kemandirian; (6) Keseimbangan antara
kemajuan dan kesatuan nasional. Kemajuan yang dicapai oleh ekonomi bangsa
tidak boleh membahayakan kesatuan nasional. Sistem ekonomi nasional yang
bertujuan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan
menerapkan demokrasi ekonomi, menciptakan sebuah bangunan negara
kesejahteraan yang berkeadilan sosial yang dapat disebut sebagai the social justice
state.

3). Kelembagaan Ekonomi Nasional.

Pokok pikiran Bung Hatta yang kemudian menjadi kesepakatan nasional


menyatakan bahwa bangunan ekonomi nasional Indonesia terdiri dari berbagai
pelaku ekonomi yang diwujudkan dalam kelembagaan ekonomi dengan
kedudukan dan fungsi masing-masing yakni : (1) Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang dikelola Pemerintah, (2) Koperasi yang dibentuk oleh rakyat

14
maupun Pemerintah (3) Swasta kecil maupun besar, dan (4) Usaha perorangan,
yang semuanya tunduk pada peraturan perundang-undangan.

Dalam mengimplementasikan demokrasi ekonomi, Pemerintah wajib


menjadi motor perekonomian Indonesia. Dalam hal ini dapat dibentuk
kelembagaan ekonomi campuran antara BUMN dan swasta. Industri rakyat dipacu
pelaksanaan dan pertumbuhannya di samping terus memacu pekerjaan publik
yang dilaksanakan Pemerintah, seperti perlistrikan, gas, air minum, kereta api, pos
dan telekomunikasi, perbankan, pertambangan, serta pengelolaan kekayaan alam
lainnya. Usaha koperasi, usaha kecil dan menengah (UKM) didorong untuk
mengembangkan diri, misalnya dibantu dengan permodalan, keahlian dan
pengelolaan serta dikembangkan melalui sistem kemitraan. Pengawasan
pemerintah terhadap dunia usaha dilaksanakan melalui peraturan pembentukan
perusahaan, koordinasi, bimbingan produksi, peraturan ketenagakerjaan, serta jika
diperlukan pengendalian harga dan lain-lainnya, dengan tetap memperhatikan
efisiensi dalam perekonomian.

Khusus mengenai koperasi, sebagai soko-guru ekonomi nasional dan


menjadi gerakan nasional yang diperingati setiap tahun, memang dimaksudkan
untuk mengangkat perekonomian Indonesia yang masih terpuruk sampai saat ini.
Koperasi Indonesia berfungsi ganda, yakni sebagai kegiatan ekonomi, dan sebagai
kegiatan sosial kemasyarakatan. Perlu sikap baru yang lebih tegas, agar koperasi
bisa berfungsi efektif sebagai lembaga ekonomi masyarakat, dengan lebih menitik
beratkan bobot ekonominya, misalnya dengan lebih menanamkan jiwa
entrepreneurship atau kewira-usahaan. Pemerintah wajib mengembangkan
koperasi menjadi lembaga ekonomi nasional Indonesia yang oleh Prof. Mubyarto
disebut sebagai ekonomi kerakyatan.

Usaha besar maupun konglomerasi, baik yang dijalankan Pemerintah


melalui BUMN maupun usaha swasta korporasi harus memperhatikan
terwujudnya kesejahteraan rakyat, bukan untuk kelompoknya sendiri, bukan
hanya profit making dan private property, tetapi juga harus memperhatikan

15
terwujudnya keadilan sosial, misalnya dengan menyelenggarakan jaminan sosial,
maupun bentuk-bentuk lain yang saling menguntungkan.

Mengenai kegiatan pasar, harus dikaitkan dengan negara kesejahteraan


yang dibangun bangsa Indonesia. Pasar harus berfungsi sebagai pencipta ekonomi
kesejahteraan sosial. Indonesia dengan The Social Justice Sate-nya, seharusnya
mampu secara komprehensif dan seimbang menempatkan tiga pelaku ekonomi
nasional yakni BUMN, perusahaan swasta dan koperasi, untuk bersama-sama
mendukung program perekonomian nasional sesuai dengan aturan main yang
ditetapkan melalui peraturan perundang-undangan berdasarkan konsep, prinsip
dan nilai Pancasila.

4). Operasionalisasi kebijakan perekonomian nasional

a) Kebijakan perekonomian nasional mengacu pada efektivitas ekonomi pasar,


dengan tetap menjaga terwujudnya prinsip keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Pada dasarnya ekonomi kesejahteraan berkeadilan sosial adalah bentuk campuran
dari pola kegiatan pasar yang seimbang dengan peran tegas pemerintah dalam
mengatur perekonomian nasional. Pemerintah berperan untuk mengarahkan
perekonomian nasional termasuk peran pasar. Peran pasar dalam alokasi sumber
daya alam, produksi barang dan jasa, penyediaan SDM berkualitas, peluang
kesempatan kerja yang luas, daya saing yang cukup tinggi sampai ke tingkat
percaturan global, penjagaan keseimbangan supply dan demand dalam pasar yang
kompetitif, harus berjalan seiring dengan peran pemerintah dalam menata sarana
umum, meredistribusi kekayaan nasional, penyediaan kompensasi dan jaminan
sosial, penyelenggaraan pelayanan publik maupun segala usaha pemberantasan
kemiskinan. Oleh karenanya akan selalu terdapat hubungan keterkaitan yang erat
antara pasar dan pemerintah.

b) Eratnya hubungan keterkaitan antara peran pasar dan peran pemerintah serta
tanggung jawab negara, diaktualisasikan dengan : (a) Tetap menjaga pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi dengan meningkatkan pemerataan hasil pertumbuhan.
(b) Perbedaan penghasilan perorangan tetap dimungkinkan, selama perbedaan
tersebut mampu memberikan kemanfaatan bagi yang kurang beruntung, sebagai

16
beban tanggung jawab sosial. (c) Peran pemerintah atau negara tidak bertentangan
dengan hukum ekonomi, namun mampu secara baik mengatur terselenggaranya
kesejahteraan yang berkeadilan sosial. (d) Setiap pelaku ekonomi baik perorangan
maupun lembaga ekonomi memiliki peluang yang sama untuk memperoleh akses
terhadap kelangkaan sumber daya yang tersedia, di samping berkewajiban
menanggung beban sosial yang seimbang dengan manfaat yang diperoleh. (e)
Berpihak kepada yang kurang beruntung, tidak harus berarti merugikan bisnis
masyarakat mapan, tetapi mengacu pada pemberdayaan potensi SDM secara
optimal.

c) Peran pemerintah dan negara : (a) Menyediakan pelayanan dan sarana bagi
kemanfaatan publik, seperti energi, air minum, transportasi umum, pertambangan
dan industri strategis. Pembiayaan melalui APBN, ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan. (b) Menjaga APBN agar tetap seimbang, sehingga dapat
menciptakan kondisi perekonomian yang sehat bagi investasi dan usaha. (c)
Menyelenggarakan pemerataan pendapatan nasional secara adil, menjaga
kestabilan ekonomi makro dan fasilitas pengembangan ekonomi mikro. Karena
peran pemerintah dalam menata kehidupan perekonomian nasional begitu besar,
maka sangat diperlukan terwujudnya pemerintahan yang bersih dan berwibawa,
bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

d) Tiga pelaku ekonomi nasional, BUMN, usaha swasta dan koperasi, didorong
dan dipacu sama kuat secara proporsional, sehingga mempunyai peluang yang
sama dalam meningkatkan kemampuan secara vertikal maupun horizontal, dengan
fokus masing-masing, antara lain : (a) BUMN, pada penciptaan barang dan jasa
bagi kepentingan publik, sarana umum, industri strategis, dan hal-hal yang
menyangkut hajat hidup orang banyak. (b) Usaha swasta nasional, pada kegiatan
perdagangan dan industri umum yang belum di tangani BUMN, kegiatan investasi
yang padat modal serta teknologi tinggi, termasuk kegiatan ekspor maupun impor,
juga penanganan bisnis skala global. (c) Badan-badan koperasi, pada kegiatan
yang menyangkut kepentingan bersama, sebagai penyangga ekonomi berkeadilan,
menyerap sebanyak mungkin SDM yang terus ditingkatkan mutunya, bergerak
dari usaha mikro, menengah secara kooperatif, dan berpeluang meningkat pada

17
usaha besar sampai raksasa, melalui tabungan yang dibangun bersama. Ketiga
badan usaha tersebut, dengan semangat menyukseskan negara kesejahteraan perlu
terus meningkatkan potensi entrepreneurship masing-masing, terus meningkatkan
pencarian pemupukan modal investasi demi masa depan yang lebih gemilang.

e) Pengembangan ekonomi nasional memperhatikan lingkungan hidup dengan


memelihara kelestarian alam dan sumber daya alam yang dimiliki bangsa
Indonesia, termasuk menjaga kesehatan lingkungan kerja sehingga tercapai
kondisi usaha yang berkualitas dan kehidupan masyarakat yang sehat.

d. Bidang Sosial-Budaya

Implementasi konsep, prinsip dan nilai Pancasila dalam bidang sosial budaya
diantaranya adalah sebagai berikut :

1). Bangsa yang berbudaya Pancasila adalah bangsa yang berpegang pada
prinsip religiositas, pengakuan bahwa manusia merupakan salah satu makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, maka manusia
hendaknya mampu menempatkan diri secara tepat dalam hubungan dengan
Tuhannya. Pertama ia harus yakin akan adanya Tuhan sebagai kekuatan gaib,
yang menjadikan alam semesta termasuk manusia, yang mengatur dan
mengelolanya sehingga terjadi keteraturan, ketertiban dan keharmonian dalam
alam semesta. Kedua, sebagai akibat dari keyakinannya itu, maka manusia wajib
beriman dan bertakwa kepada-Nya, yakni mematuhi segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya.

2). Bangsa yang berbudaya Pancasila berpandangan bahwa manusia sebagai


ciptaan Tuhan dikaruniai berbagai kemampuan dasar, dengan kapasitas rasional
dan memiliki hati nurani, yang membedakan manusia dari makhluk lain ciptaan
Tuhan. Kemampuan dasar tersebut adalah cipta, rasa, karsa, karya dan budi luhur.
Di samping itu manusia juga dikarunia kebebasan untuk memanfaatkan potensi
tersebut. Dengan kemampuan ini manusia dapat memahami segala hal yang
berkembang di sekitar dunianya, mampu menangkap maknanya, mampu

18
memberikan penilaian dan selanjutnya menentukan pilihan terhadap hal-hal yang
akan dilaksanakan atau dihindarinya, yang harus dipertanggung jawabkan.

3). Bangsa yang berbudaya Pancasila menghendaki berlangsungnya segala


sesuatu dalam suasana yang selaras, serasi dan seimbang. Hal ini hanya mungkin
terjadi apabila setiap warga masyarakat menyadari akan hak dan kewajibannya,
menyadari akan peran, fungsi dan kedudukannya sesuai dengan amanah Tuhan
Yang Maha Esa.

4). Dalam menunjang hidup manusia, Tuhan menciptakan makhluk lain seperti
makhluk jamadi, makhluk nabati, dan makhluk hewani baik di darat, laut maupun
udara, untuk dapat dimanfaatkan oleh manusia dengan penuh kearifan. Segala
makhluk tersebut perlu didudukkan sesuai dengan peruntukannya, sesuai dengan
fungsinya, peran dan kedudukannya dalam menciptakan harmoni, dan kelestarian
ciptaan-Nya. Setiap makhluk mengemban amanah dari Tuhan untuk diamalkan
dengan sepatutnya.

5). Di samping kemampuan dasar tersebut di atas, manusia juga dikaruniai oleh
Tuhan dengan nafsu, akal dan kalbu yang merupakan pendorong dalam
menentukan pilihan dan tindakan. Tanpa nafsu, akal dan kalbu tersebut maka
manusia sekedar sebagai makhluk nabati, yang tidak memiliki semangat untuk
maju, mencari perbaikan dan kesempurnaan dalam hidupnya. Dalam
memanifestasikan nafsu tersebut maka perlu dipandu oleh akal dan budi luhur,
sehingga pilihan tindakan akan menjadi arif dan bijaksana. Di sini letak martabat
seorang manusia dalam menentukan pilihannya; dapat saja yang berkuasa dalam
menentukan pilihan ini adalah hawa nafsu, sehingga pilihan tindakannya menjadi
bermutu rendah; dapat pula pilihan ini didasarkan oleh pertimbangan akal sehat
dan dilandasi oleh budi luhur dan bimbingan keyakinan agama, sehingga pilihan
tindakannya menjadi berbudaya dan beradab.

6). Bangsa yang berbudaya Pancasila menciptakan masyarakat yang demokratis,


suatu masyarakat yang pluralistik, menghargai segala perbedaan yang dialami
manusia, menghargai perbedaan pendapat, sportif, yang pada akhirnya bermuara
pada suatu masyarakat yang selalu mengutamakan kesepakatan dalam

19
menentukan keputusan bersama, dan selalu mematuhinya. Keputusan bersama ini
dapat berupa kesepakatan yang bersifat informal, sosial maupun kultural oleh
masyarakat, dapat pula bersifat formal maupun yuridis, seperti peraturan
perundang-undangan yang dikeluarkan oleh negara. Masyarakat yang demokratis
adalah masyarakat yang anggotanya menjunjung tinggi kesepakatan bersama dan
menjunjung tinggi peraturan hukum. Hal ini berarti bahwa penegak hukum dan
warga masyarakat sama-sama mematuhi hukum sesuai dengan peran dan
kedudukan masing-masing.

7). Bangsa yang berbudaya Pancasila menghargai harkat dan martabat manusia.
Dengan kata lain hak asasi manusia dijunjung tinggi. Manusia didudukkan dan
ditempatkan sesuai dengan harkat dan martabatnya. Hak-hak sipil dan politik
warga masyarakat dihormati, demikian pula hak-hak ekonomi, sosial dan budaya.
Dalam masyarakat yang demokratis yang menjunjung tinggi hak asasi warganya
maka akan tercipta keadilan, kesetaraan gender, kebenaran dan keutamaan
hidup, nilai yang sangat didambakan. Dengan demikian akan tercipta masyarakat
yang berbudaya dan beradab.

8). Bangsa yang berbudaya Pancasila menuntut berlangsungnya disiplin,


transparansi, kejujuran dan tanggung jawab sosial dalam segala penyelenggaraan
kehidupan. Dengan nilai-nilai tersebut akan tercipta keteraturan, ketertiban,
ketentraman, kelugasan, saling percaya mempercayai, kebersamaan, anti
kekerasan dan kondisi lainnya yang memperkuat kesatuan dan persatuan
masyarakat sehingga terhindar dari berbagai penyimpangan termasuk korupsi,
kolusi dan nepotisme dalam berbagai penyelenggaraan kehidupan, termasuk
penyelenggaraan pemerintahan.

9). Bangsa yang berbudaya Pancasila mengutamakan kepentingan bangsa dan


negara, tanpa mengesampingkan kepentingan pribadi dan kelompok masyarakat.
Berbagai kepentingan ini perlu diatur begitu rupa sehingga tercipta ke-harmonian.

20
Pancasila memenuhi syarat sebagai dasar negara bagi Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang harus dipertahankan dengan alasan sebagai berikut:

1. Pancasila memiliki potensi menampung keadaan pluralistik yang dialami


oleh bangsa Indonesia, ditinjau dari keanekaragaman agama, suku bangsa,
adat budaya, ras, golongan dan sebagainya. Sila pertama Ketuhanan Yang
Maha Esa, menjamin kebebasan bagi warganegara untuk beribadah sesuai
dengan agama dan keyakinannya. Sementara itu Sila ketiga persatuan
Indonesia, mengikat keanekaragaman tersebut di atas dalam suatu kesatuan
bangsa dengan tetap menghormati sifat masing-masing seperti apa adanya.
2. Pancasila memberikan jaminan terealisasinya kehidupan yang pluralistik,
dengan menjunjung tinggi dan menghargai manusia sesuai dengan harkat
dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan secara berkeadilan, disesuaikan
dengan kemampuan dan hasil usahanya. Hal ini ditunjukkan oleh sila kedua
yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Pancasila memiliki potensi menjamin keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, yang terdiri atas
ribuan pulau. Sila ketiga Persatuan Indonesia memberikan jaminan
bersatunya bangsa Indonesia.
4. Pancasila memberikan jaminan berlangsungnya demokrasi dan hak
asasi manusia sesuai dengan budaya bangsa. Hal ini dijamin oleh sila
keempat Pancasila yakni Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
5. Pancasila menjamin terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera. Sila
kelima Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan acuan dalam
mencapai tujuan tersebut.

21
BAB III
HASIL WAWANCARA

1.Data Mahasiswa
Nama : Krisna
Kelas : 1TL 1
Materi : Implementasi pancasila dalam bidang hankan

Hasil Wawancara:

Menurut krisna hankam ialah mempertahankan kedaulatan indonesia


dan wilayah – wilayahnya, menurutnya pertahan di indonesia mulai membaik
dengan adanya penjagaan yang ketat di daerah perbatasan. Contoh hankam dalam
kehidupan sehari-hari ialah ronda malam, karena untuk mengurangi tindak
kejahatan yang terjadi dilingkungan tersebut.

2. Data Mahasiswa
Nama : Anna
Kelas : 2 DK
Materi : Implementasi pancasila dalam bidang sosial budaya

Hasil Wawancara:

Menurut Anna sosial budaya ialah kebudayaan setempat yang telah ada
sejak dulu dan telah menjadi sebuah kebiasaan. Contoh penerapan pancasila
dalam bidang sosial budaya yaitu sikap toleransi antara suku dan golongan serta
saling menghargai satu sama lain. Pemerintah juga ikut ambil bagian dalam
melaksanakan pancasila dalam bidang sosial budaya yaitu dengan dibentuknya
BPJS yang mana lembaga ini dibentuk untuk menjamin kesejahteraan sosial serta
membantu meringankan beban masyarakat. Pelanggaran sosial budaya dapat
berupa seperti tidak taat peraturan saat membuat sim, banyak pengendara yang
memilih jalan pintas untuk mendapatkan SIM yaitu dengan menyogok oknum
polisi dan membayar kepada oknum lain

22
23
BAB IV
PENUTUP

a) Kesimpulan
1. Nilai paling mendasar dalam Pancasila yaitu nilai dasar, nilai instrumental
dan nilai praktis.
2. Implementasi pancasila merupakan usaha untuk mewujudkan setiap nilai-
nilai yang terkandung dalam pancasila dengan cara mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari hari serta menjadikan pancasila sebagai pedoman
atau landasan dalam bertindak dan berperilaku.
3. Dalam kehidupan sehari hari, implementasi nilai pancasila dapat
diwujudkan dalam berbagai bidang, misalnya bidang politik, sosial
budaya, ekonomi dan bidang keamanan.
4. Salah satu contoh pengimplementasian nilai Pancasila yaitu beriman, dan
bertakwa yaitu secara sadar patuh melaksanakan perintah Tuhan. Setiap
umat harus mempelajari agama dan mengamalkannya.

b) Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat
di pertanggung jawabkan.Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap
penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah
yang telah di jelaskan.

24
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Hasil lokakarya nasional tentang Implementasi Pancasila dalam Mewujudkan


Kesejahteraan Masyarakat yang diselenggarakan oleh LPPKB bekerjasama
dengan Yayasan Sinar Wijaya Indonesia Cs, di Jakarta tanggal 9 Oktober 2004.

Katoppo Aristides, Delapanpuluh Tahun Bung karno. Pustaka Sinar Harapan.


Jakarta. 1994

Moerdiono dkk, Citra Negara Persatuan Indonesia, BP-7 Pusat, Jakrta 1996.

Moerdiono dkk, Disunting Oetojo Oesman, SH dan Alfian, Pancasila sebagai


Ideologi, BP-7 Pusat 1996,

Mubyarto, Prof. Ekonomi Pancasila, Pusat Studi Ekonomi Pancasila, Universitas


Gajah Mada, Yogyakarta. 2002.

Pamoe Rahadjo dan Islah Gusmian, Bung karno dan Pancasila, Galang Press
2002.

25

Anda mungkin juga menyukai