IMPLEMENTASI PANCASILA
DOSEN PENGAMPU:
Patria Rahmawaty, S.Psi., M.MPd., Psikolog
DISUSUN OLEH :
Novan Firmansyah (912017039)
Taufiqul Hafidz (912017044)
Azwarrauf (912017065)
Daniel Orlando (912017011)
2019
KATA PENGANTAR
A. Latar Belakang
1
Pada hakikatnya, Pancasila juga terbuka pada pemikiran ideologi lainnya.
Kecuali terhadap ideologi Komunisme yang nyata-nyata bertentangan dengan
Pancasila harus tetap dilarang dan tidak boleh hidup di bumi Indonesia. Artinya
Pancasila menjadi ajimat yang ampuh bagi rejim dalam mengambil segala bentuk
keputusan, rakyat diharuskan tunduk pada legitimasi yang digunakan dengan
melalui pengatasnamaan Pancasila, inilah di kemudian waktu menjadi
permasalahan yang rumit.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Mahasiswa menjadi lebih mengetahui implementasi pancasila pada
berbagai bidang.
2. Mahasiswa dapat mengamalkan butir-butir pancasila.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1) Nilai Dasar
Nilai dasar adalah nilai yang ada dalam ideologi Pancasila yang
merupakan representasi dari nilai atau norma dalam masyarakat, bangsa,
dan negara Indonesia. Nilai dasar merupakan
nilai yang tidak bisa berubah-ubah sepanjang bangsa Indonesia
berpedoman pada nilai tersebut. Contoh nilai dasar adalah sila-sila
Pancasila yang ada dalam alinea IV, UUD 1945 yang ditetapkan pada
tanggal 18 Agustus 1945.
2) Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah nilai yang merupakan pendukung utama dari
nilai dasar (Pancasila). Nilai ini dapat mengikuti setiap perkembangan
zaman, baik dalam negeri maupun dari luar negeri. Nilai ini ini dapat
berupa TAP MPR, UU, PP dan peraturan perundangan yang ada untuk
menjadi tatanan dalam pelaksanaan ideologi Pancasila sebagai pegangan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai dapat berubah sesuai
perkembangan zaman.
3) Nilai Praktis
Nilai ini adalah nilai yang harus ada dalam bentuk praktik
penyelenggaraan negara. Sifat ini adalah abstrak. Artinya berupa
semangat para penyelenggara negara dari pusat hingga ke tingkat yang
terbawah dalam struktur sistem pemerintahan negara Indonesia.
3
Semangat yang dimaksud adalah semangat para penyelenggara negara
untuk membangun sila-sila dalam Pancasila. Berikut adalah makna-makna
yang terkandung dalam butir-butir pancasila,antara lain:
4
Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
Berani membela kebenaran dan keadilan.
Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa
lain.
3. Persatuan Indonesia
5
Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah.
Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil keputusan musyawarah.
Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.
Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan
kesatuan demi kepentingan bersama.
Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.
6
Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata
dan berkeadilan sosial.
c). Penyampaian aspirasi rakyat dan segenap perilaku partai politik harus
menjamin tegaknya keselarasan dan kerukunan serta budi luhur.
Penyampaian aspirasi rakyat melalui partai politik harus sesuai dengan
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Segala aspirasi hendaknya
mengarah pada harmoni atau keselarasan, menghindari polarisasi kawan
dan lawan serta mengembangkan semangat inklusivistik dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Penyampaian pendapat bersendi
pada akhlak mulia, budi luhur dan beradab. Pernyataan dan ungkapan
7
yang berisi hujatan, caci-maki, tidak senonoh dan mendiskriditkan
orang lain agar dihindari. Aspirasi harus mengarah pada perkuatan
persatuan dan kesatuan bangsa. Dihindari konflik yang mengarah
perpecahan (disintegrasi), separatisme dan sikap radikalistik.
d). Pengambilan keputusan harus sejalan dengan konsep, prinsip dan nilai
yang terkandung dalam Pancasila. Dalam proses pengambilan
keputusan bersama tidak boleh bertentangan dengan prinsip Pancasila :
Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Keputusan bersama mengikat dan
mengandung sanksi; penyimpangan karena penyalahgunaan kekuasaan
dan wewenang harus dihindari.
f). Segenap perilaku partai politik selalu bersendi pada keputusan bersama
yang mengikat dan mengandung sanksi terhadap penyimpangan
penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang.
h). Program partai politik harus mengarah pada kokohnya Pancasila sebagai
dasar negara, utuh dan kuatnya Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang berpemerintahan presidensial dan bersemboyan Bhinneka Tunggal
Ika.
8
Pancasila bersifat universal, yang menjadi persoalan pokok adalah
bagaimana nilai-nilai Pancasila yang universal itu dijabarkan dalam bentuk
norma-norma yang jelas dikaitkan dengan tingkah laku masyarakat dalam
melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara. Berdasarkan pada
hakikat sifat kodrat manusia bahwa setiap manusia adalah sebagai individu
dan sekaligus makhluk sosial, konsekuensinya kita harus
mengimplementasikan Pancasila dalam setiap aspek penyelenggaraan
negara dan setiap sikap dan tingkah laku masyarakat dalam melaksanakan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena itu bagi bangsa Indonesia
mengimplementasi-kan Pancasila adalah suatu keharusan baik moral
maupun yuridis.
Dalam hubungan ini kita diingatkan oleh kata-kata yang bijak dari
Prof.Drs.Notonagoro, S.H yang berbunyi :
Ditinjau dari segi filsafat hukum, maka hukum digunakan untuk mencapai
keserasian, kedamaian, dan keadilan. Dengan menegaskan bahwa Pancasila
adalah sendi keserasian hukum, maka harus terbukti bahwa keserasian tersebut
memang terdapat dalam tiap-tiap silanya.
Sila pertama mengungkapkan hubungan yang serasi antara Maha Pencipta dan
ciptaan-Nya. Manusia yang mengakui dan yakin akan kebenaran Pancasila akan
berikhtiar memantapkan dan tidak mengganggu hubungan yang serasi antara
Maha Pencipta dan ciptaan-Nya. Karena itu wajarlah jika hukum tidak hanya
menjadi pedoman hidup antar manusia, tetapi juga pedoman bagi berlangsungnya
keserasian antara kehidupan manusia dengan lingkungannya.
9
b). Keserasian dalam sila Kemanusian yang Adil dan Beradab
Sila kedua menunjuk pada hubungan serasi antar manusia perseorangan, antar
kelompok ataupun antara perseorangan dengan kelompok. Hubungan serasi
tersebut harus mampu mewujudkan penghargaan terhadap harkat dan martabat
manusia secara adil dan beradab.
Kemanusiaan yang adil dan beradab harus dijadikan sendi keserasian hukum,
termasuk hukum tata negara, hukum administrasi negara, hukum pidana dan
hukum perdata serta aturan hukum yang tidak tertulis.
Sila ketiga Persatuan Indonesia maksudnya ialah persatuan suku, ras dan
golongan yang menjelma menjadi satu bangsa, sehingga tidak dibenarkan satu
sama lain saling meniadakan, tetapi harus membangun keserasian
hubungan sinergis sehingga dapat terwujud satu kesatuan bangsa dalam
kehidupan nasional. Kehidupan nasional dimaksud merupakan kehidupan
kebangsaan yang tidak sempit atau chauvenistic, melainkan benar-benar
merupakan perwujudan bhinneka tunggal ika dan membuka diri dalam pergaulan
dengan bangsa-bangsa lain.
Dalam hukum, sila ketiga ini diwujudkan dengan adanya prinsip faham unifikasi,
terutama dalam Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara, Hukum Benda
(zakenrecht) dan Hukum Pidana yang terjalin dalam suatu sistem hukum
Nasional. Namun juga mengakui adanya prinsip faham pluralisme, khususnya
dalam hukum keluarga dan hukum waris.
d). Keserasian dalam sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebikaksanaan
dalam Permusyawaratan / Perwakilan
10
Apabila terjadi ketidakserasian antara kepentingan penguasa dan kepentingan
warganegara yang pada dasarnya adalah ketidakserasian hubungan antara
kekuasaan dan kepatuhan, maka harus diselesaikan dengan musyawarah untuk
mencapai mufakat.
e). Keserasian dalam sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sila kelima Pancasila terarah pada tujuan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia secara serasi rohaniah dan jasmaniah serta merata dan
berkesinambungan.
Dalam hukum harta kekayaan atau hukum ekonomi harus diutamakan keserasian
rohaniah dan jasmaniah serta keselarasan antara kebebasan dan ketertiban demi
terwujudnya keadilan sosial.
11
tugas bantuan TNI kepada POLRI, Komponen Kekuatan Kamnas lainnya sesuai
kebutuhan, Anti Terorisme, Intelijen Negara, Penanggulangan Bencana Alam, dan
lain sebagainya.
12
c. Bidang Sosial-Ekonomi
13
Demokrasi ekonomi dalam sistem ekonomi nasional Indonesia menganut
prinsip produksi harus dikerjakan oleh semua dan untuk semua, di bawah
pimpinan dan pemilikan anggota-anggota masyarakat, bahwa kemakmuran
masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang per orang, sebab itu
perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan,
yang mengarah pada pembangunan negara kesejahteraan (Welfare State), dengan
peran negara yang dominan. Usaha bersama atas dasar asas kekeluargaan akan
efektif dengan bimbingan negara.
14
maupun Pemerintah (3) Swasta kecil maupun besar, dan (4) Usaha perorangan,
yang semuanya tunduk pada peraturan perundang-undangan.
15
terwujudnya keadilan sosial, misalnya dengan menyelenggarakan jaminan sosial,
maupun bentuk-bentuk lain yang saling menguntungkan.
b) Eratnya hubungan keterkaitan antara peran pasar dan peran pemerintah serta
tanggung jawab negara, diaktualisasikan dengan : (a) Tetap menjaga pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi dengan meningkatkan pemerataan hasil pertumbuhan.
(b) Perbedaan penghasilan perorangan tetap dimungkinkan, selama perbedaan
tersebut mampu memberikan kemanfaatan bagi yang kurang beruntung, sebagai
16
beban tanggung jawab sosial. (c) Peran pemerintah atau negara tidak bertentangan
dengan hukum ekonomi, namun mampu secara baik mengatur terselenggaranya
kesejahteraan yang berkeadilan sosial. (d) Setiap pelaku ekonomi baik perorangan
maupun lembaga ekonomi memiliki peluang yang sama untuk memperoleh akses
terhadap kelangkaan sumber daya yang tersedia, di samping berkewajiban
menanggung beban sosial yang seimbang dengan manfaat yang diperoleh. (e)
Berpihak kepada yang kurang beruntung, tidak harus berarti merugikan bisnis
masyarakat mapan, tetapi mengacu pada pemberdayaan potensi SDM secara
optimal.
c) Peran pemerintah dan negara : (a) Menyediakan pelayanan dan sarana bagi
kemanfaatan publik, seperti energi, air minum, transportasi umum, pertambangan
dan industri strategis. Pembiayaan melalui APBN, ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan. (b) Menjaga APBN agar tetap seimbang, sehingga dapat
menciptakan kondisi perekonomian yang sehat bagi investasi dan usaha. (c)
Menyelenggarakan pemerataan pendapatan nasional secara adil, menjaga
kestabilan ekonomi makro dan fasilitas pengembangan ekonomi mikro. Karena
peran pemerintah dalam menata kehidupan perekonomian nasional begitu besar,
maka sangat diperlukan terwujudnya pemerintahan yang bersih dan berwibawa,
bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
d) Tiga pelaku ekonomi nasional, BUMN, usaha swasta dan koperasi, didorong
dan dipacu sama kuat secara proporsional, sehingga mempunyai peluang yang
sama dalam meningkatkan kemampuan secara vertikal maupun horizontal, dengan
fokus masing-masing, antara lain : (a) BUMN, pada penciptaan barang dan jasa
bagi kepentingan publik, sarana umum, industri strategis, dan hal-hal yang
menyangkut hajat hidup orang banyak. (b) Usaha swasta nasional, pada kegiatan
perdagangan dan industri umum yang belum di tangani BUMN, kegiatan investasi
yang padat modal serta teknologi tinggi, termasuk kegiatan ekspor maupun impor,
juga penanganan bisnis skala global. (c) Badan-badan koperasi, pada kegiatan
yang menyangkut kepentingan bersama, sebagai penyangga ekonomi berkeadilan,
menyerap sebanyak mungkin SDM yang terus ditingkatkan mutunya, bergerak
dari usaha mikro, menengah secara kooperatif, dan berpeluang meningkat pada
17
usaha besar sampai raksasa, melalui tabungan yang dibangun bersama. Ketiga
badan usaha tersebut, dengan semangat menyukseskan negara kesejahteraan perlu
terus meningkatkan potensi entrepreneurship masing-masing, terus meningkatkan
pencarian pemupukan modal investasi demi masa depan yang lebih gemilang.
d. Bidang Sosial-Budaya
Implementasi konsep, prinsip dan nilai Pancasila dalam bidang sosial budaya
diantaranya adalah sebagai berikut :
1). Bangsa yang berbudaya Pancasila adalah bangsa yang berpegang pada
prinsip religiositas, pengakuan bahwa manusia merupakan salah satu makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, maka manusia
hendaknya mampu menempatkan diri secara tepat dalam hubungan dengan
Tuhannya. Pertama ia harus yakin akan adanya Tuhan sebagai kekuatan gaib,
yang menjadikan alam semesta termasuk manusia, yang mengatur dan
mengelolanya sehingga terjadi keteraturan, ketertiban dan keharmonian dalam
alam semesta. Kedua, sebagai akibat dari keyakinannya itu, maka manusia wajib
beriman dan bertakwa kepada-Nya, yakni mematuhi segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya.
18
memberikan penilaian dan selanjutnya menentukan pilihan terhadap hal-hal yang
akan dilaksanakan atau dihindarinya, yang harus dipertanggung jawabkan.
4). Dalam menunjang hidup manusia, Tuhan menciptakan makhluk lain seperti
makhluk jamadi, makhluk nabati, dan makhluk hewani baik di darat, laut maupun
udara, untuk dapat dimanfaatkan oleh manusia dengan penuh kearifan. Segala
makhluk tersebut perlu didudukkan sesuai dengan peruntukannya, sesuai dengan
fungsinya, peran dan kedudukannya dalam menciptakan harmoni, dan kelestarian
ciptaan-Nya. Setiap makhluk mengemban amanah dari Tuhan untuk diamalkan
dengan sepatutnya.
5). Di samping kemampuan dasar tersebut di atas, manusia juga dikaruniai oleh
Tuhan dengan nafsu, akal dan kalbu yang merupakan pendorong dalam
menentukan pilihan dan tindakan. Tanpa nafsu, akal dan kalbu tersebut maka
manusia sekedar sebagai makhluk nabati, yang tidak memiliki semangat untuk
maju, mencari perbaikan dan kesempurnaan dalam hidupnya. Dalam
memanifestasikan nafsu tersebut maka perlu dipandu oleh akal dan budi luhur,
sehingga pilihan tindakan akan menjadi arif dan bijaksana. Di sini letak martabat
seorang manusia dalam menentukan pilihannya; dapat saja yang berkuasa dalam
menentukan pilihan ini adalah hawa nafsu, sehingga pilihan tindakannya menjadi
bermutu rendah; dapat pula pilihan ini didasarkan oleh pertimbangan akal sehat
dan dilandasi oleh budi luhur dan bimbingan keyakinan agama, sehingga pilihan
tindakannya menjadi berbudaya dan beradab.
19
menentukan keputusan bersama, dan selalu mematuhinya. Keputusan bersama ini
dapat berupa kesepakatan yang bersifat informal, sosial maupun kultural oleh
masyarakat, dapat pula bersifat formal maupun yuridis, seperti peraturan
perundang-undangan yang dikeluarkan oleh negara. Masyarakat yang demokratis
adalah masyarakat yang anggotanya menjunjung tinggi kesepakatan bersama dan
menjunjung tinggi peraturan hukum. Hal ini berarti bahwa penegak hukum dan
warga masyarakat sama-sama mematuhi hukum sesuai dengan peran dan
kedudukan masing-masing.
7). Bangsa yang berbudaya Pancasila menghargai harkat dan martabat manusia.
Dengan kata lain hak asasi manusia dijunjung tinggi. Manusia didudukkan dan
ditempatkan sesuai dengan harkat dan martabatnya. Hak-hak sipil dan politik
warga masyarakat dihormati, demikian pula hak-hak ekonomi, sosial dan budaya.
Dalam masyarakat yang demokratis yang menjunjung tinggi hak asasi warganya
maka akan tercipta keadilan, kesetaraan gender, kebenaran dan keutamaan
hidup, nilai yang sangat didambakan. Dengan demikian akan tercipta masyarakat
yang berbudaya dan beradab.
20
Pancasila memenuhi syarat sebagai dasar negara bagi Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang harus dipertahankan dengan alasan sebagai berikut:
21
BAB III
HASIL WAWANCARA
1.Data Mahasiswa
Nama : Krisna
Kelas : 1TL 1
Materi : Implementasi pancasila dalam bidang hankan
Hasil Wawancara:
2. Data Mahasiswa
Nama : Anna
Kelas : 2 DK
Materi : Implementasi pancasila dalam bidang sosial budaya
Hasil Wawancara:
Menurut Anna sosial budaya ialah kebudayaan setempat yang telah ada
sejak dulu dan telah menjadi sebuah kebiasaan. Contoh penerapan pancasila
dalam bidang sosial budaya yaitu sikap toleransi antara suku dan golongan serta
saling menghargai satu sama lain. Pemerintah juga ikut ambil bagian dalam
melaksanakan pancasila dalam bidang sosial budaya yaitu dengan dibentuknya
BPJS yang mana lembaga ini dibentuk untuk menjamin kesejahteraan sosial serta
membantu meringankan beban masyarakat. Pelanggaran sosial budaya dapat
berupa seperti tidak taat peraturan saat membuat sim, banyak pengendara yang
memilih jalan pintas untuk mendapatkan SIM yaitu dengan menyogok oknum
polisi dan membayar kepada oknum lain
22
23
BAB IV
PENUTUP
a) Kesimpulan
1. Nilai paling mendasar dalam Pancasila yaitu nilai dasar, nilai instrumental
dan nilai praktis.
2. Implementasi pancasila merupakan usaha untuk mewujudkan setiap nilai-
nilai yang terkandung dalam pancasila dengan cara mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari hari serta menjadikan pancasila sebagai pedoman
atau landasan dalam bertindak dan berperilaku.
3. Dalam kehidupan sehari hari, implementasi nilai pancasila dapat
diwujudkan dalam berbagai bidang, misalnya bidang politik, sosial
budaya, ekonomi dan bidang keamanan.
4. Salah satu contoh pengimplementasian nilai Pancasila yaitu beriman, dan
bertakwa yaitu secara sadar patuh melaksanakan perintah Tuhan. Setiap
umat harus mempelajari agama dan mengamalkannya.
b) Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat
di pertanggung jawabkan.Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap
penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah
yang telah di jelaskan.
24
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Moerdiono dkk, Citra Negara Persatuan Indonesia, BP-7 Pusat, Jakrta 1996.
Pamoe Rahadjo dan Islah Gusmian, Bung karno dan Pancasila, Galang Press
2002.
25