Anda di halaman 1dari 28

KONFIDENSIAL

UPAYA MENINGKATKAN KEIMANAN DAN KETAKWAAN


PADA PRAJURIT DISATUANTEMPUR GUNA
MEWUJUDKAN DISIPLIN SATUAN

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Era globalisasi dewasa ini telah mempengaruhi seluruh lapisan


masyarakat, sehingga pengaruh positif maupun negatif yang berawal dari
dalam maupun dari luar negeri tidak bisa ditutup-tutupi lagi. Sehingga
akibat dari globalisasi tersebut secara langsung maupun tidak langsung
membawa situasi didalam negeri mengalami perubahan yang poluler disebut
dengan era globalisasi.

b. Ketika reformasi digulirkan nampaklah kerapuhan tatanan kehidupan


orde baru yang permulaannya sangat menarik karena dikemas dengan tekad
dan semangat memberlakukan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekwen. Akan tetapi kenyataannya lain, dimana reformasi yang
diharapkan sebagai gerakan moral untuk membaharui tatanan hidup nyaris
berubah menjadi tindakan amoral dan anarkis walaupun bukan tujuan dari
reformasi tetapi memberi peluang untuk para provokator bersandiwara,
sehingga aksi damai berubah menjadi kerusuhan dibarengi tindakan brutal dan
biadab.

c. Kondisi bangsa yang makin terpuruk ini sudah sepatutnya disadari oleh
para unsur pimpinan atau para Dansat, Pembina agama di satuan untuk
mengoptimalisasikan dalam rangka meletakkan kerangka landasan mental,
spiritual, moral dan etika dalam membenahi keimanan dan ketakwaan pada

KONFIDENSIAL
2

prajurit agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara iklas
dan dengan disiplin yang tinggi.

d. Dalam kehidupan suatu satuan banyak hal yang harus diperhatikan


dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan dari satuan atas. Hal ini
karena sifat kemiliteran yang diterapkan harus benar-benar dijalankan identik
dengan disiplin. Disiplin di segala bidang, diantara disiplin waktu,
disiplin tindakan dan perlakuan yang harus sesuai dengan aturan yang berlaku

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Penulisan ini dimaksudkan untuk memberikan suatu


gambaran tentang bagaimana upaya untuk meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kepada prajurit di satuan tempur guna mewujudkan disiplin satuan.

b. Tujuan. Penulisan Karmil ini dimaksudkan untuk memberikan


sumbangan pemikiran kepada Komando atas atau unsur pimpinan di Batalyon
Infanteri dalam upaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan pada prajurit
guna mewujudkan disiplin satuan, untuk dijadikan pertimbangan dalam
menentukan kebijaksanaan lebih lanjut.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Ruang lingkup. Dalam pembahasan tulisan ini dibatasi pada upaya


meningkatkan keimanan dan ketakwaan pada prajurit Infanteri yang berada di
satuan tempur.

b. Tata urut. Pembahasan tulisan ini disusun dengan tata urut sebagai
berikut:

1) Pendahuluan.
2) Latar belakang pemikiran.
3) Kondisi keimanan dan ketakwaan prajurit saat ini.
3

4) Faktor-faktor yang berpengaruh.


5) Kondisi keimanan dan ketakwaan prajurit yang diharapkan.
6) Upaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan prajurit di satuan
tempur.
7) Penutup.

4. Metode pendekatan. Tulisan ini menggunakan metode pendekatan


deskriptif analisis yaitu dengan pengamatan di lapangan dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari di satuan serta referensi masalah keimanan dan ketakwaan yang berkaitan
dengan pelaksanaan tugas bagi prajurit Infateri.

5. Pengertian-pengertian.

a. Keimanan. Adalah suatu kepercayaan, keyakinan atau pengakuan


diri terhadap Sang Pencipta atau Tuhan Yang Maha Esa melalui proses
pengkajian yang mendasar dan mendalam.

b. Ketakwaan. Adalah merupakan wujud dari keimanan yang berupa


kepatuhan untuk melaksanakan norma-norma sesuai dengan syariat agama.

c. Satuan tempur. Adalah suatu satuan dilingkungan jajaran TNI AD


yang mempunyai tugas pokok bertempur di garis depan yang dilengkapi
dengan unsur-unsur administrasi secara organik sehingga dapat beroperasi
secara berdiri sendiri dan dapat diperkuat dengan suatu kecabangan lain agar
dapat mampu melaksanakan tugas secara berhasil dan berdaya guna.

d. Disiplin. Adalah sikap dasar yang harus dimiliki oleh seseorang yang
dilaksanakan dengan tulus iklas terhadap segala aturan-aturan norma yang
berlaku.
4

BAB II
LATAR BELAKANG PEMIKIRAN

6 Umum.

a. Sebagaimana kita ketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan arus


ilmu pengetahuan dan tehnologi demikian cepatnya, sehingga hampir-hampir
dirasakan tidak terimbangan oleh pertumbuhan dan perkembangan bidang
lainnya yang tidak kalah pentingnya bagi kehidupan umat manusia sendiri.
Disamping itu dinamika hidup dan kehidupan makin lama makin luas
jangkauannya, yang menyebabkan terjadinya pergeseran norma-norma dan
nilai-nilai hidup serta kehidupan.

b. Sebagai warga negara penganut paham Pancasila, dituntut adanya


kesadaran bahwa pembangunan bangsa bukan sekedar kewajiban kita sebagai
umat beragama, yang bertanggung jawab kepada negara dan bangsa tapi juga
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kita pertanggung jawabkan pengakuan
Takwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan kode etik Sapta Marga,
dengan pengamalan yang penuh dedikasi serta menerapkannya dalam segala
aspek dan aktifitas kehidupan. Benar-benar menyadari keharusan-keharusan
sebagai mahluk Allah dan sebagai prajurit warga negara yang baik dan
memiliki disiplin yang teguh, yang mana merupakan berkat dan rahmat dari
Allah SWT.

7. Dasar pemikiran. Seluruh alam semesta diciptakan oleh dan atas


kehendak yang bebas dari Allah SWT, menurut kodrat dan irodatnya. Manusia
diciptakan oleh Allah dengan bekal sarana hidup dan kehidupannya, baik yang bersifat
fisik maupun non fisik yakni kesadaran, akal pikiran dan perasaan sebagai alat untuk
menanggulangi kebutuhan hidupnya yang berupa materi dan spiritual / kerohanian.
5

Sejalan dengan sifat-sifat kemanusiannya, perkembangan nurani sesorang pada


hakekatnya adalah selaras dengan usaha-usaha untuk mempertahanakan kelestarian
hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan naluriahnya itu manusia tidak
terlepas dari hubungannya dengan dunia luar yakni lingkungannya, hubungan antar
individu dengan lingkungan inilah yang selalu menimbulkan masalah-masalah hidup
dan kehidupannya.

8. Permasalahan.

a. Penurunan disiplin prajurit. Disiplin adalah sikap mental dan batin


untuk melaksanakan secara tulus dan iklas segala peraturan terutama yang
berkaitan dengan tugas pokok dan tanggung jawab, baik di daerah basis
maupun di daerah pertempuran. Dari pengamatan terlihat bahwa peraturan-
peraturan yang sering dilanggar antara lain:

1) Peraturan lalu lintas yang sering dilanggar oleh anggota seperti


tidak memakai helm, tidak membawa surat-surat kelengkapan
kendaraan bermotor dan lain-lain.

2) Perkelahian antar TNI dan kesatuan lain, TNI dengan


masyarakat, sehingga menimbulkan citra yang buruk dimata
masyarakat.

3) Seringnya terjadi kasus-kasus yang memalukan bagi satuannya,


seperti kasus susila, disersi baik pada saat di satuan maupun di daerah
operasi.

b. Rendahnya pengamalan agama. Dengan perkembangan ilmu


pengetahuan dan tehnologi, serta kehidupan dunia yang serba ada dan mudah
di jangkau membawa dampak dalam kehidupan manusia termasuk didalamnya
kehidupan prajurit yang berupa perubahan pola pikir, sikap dan perilaku dalam
6

memandang kehidupan dunia. Sehingga untuk memperoleh kebahagiaan


hidup dapat ditempuh dengan cara-cara yang dilarang dalam norma-norma
atau syariat agama, dan menjauhkan diri dari agama yang dianutnya. Dari
hasil pengamatan kehidupan prajurit banyak prajurit yang menganggap mudah
bahkan menyepelekan tentang pengamalan agama dalam kehidupan sehari-
hari antara lain:

a. Apabila sudah tiba panggilan shalat, maka tidak segera


untuk melaksanakannya bahkan cenderung menghindar, baik pada saat
di home base atau basis maupun pada saat latihan, yang cenderung
untuk membuat banyak alasan karena sedang latihan, bajunya/
seragamnya kotor dan beribu alas an untuk membenarkan sikap dan
tindakan yang diambil. Padahal itu adalah merupakan perintah Allah/
Tuhannya yang wajib untuk dikerjakan. Dalam surat Al Anfal Ayat 20
Allah berfirman.

“ Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasulnya dan
janganlah kamu berpaling dari padanya, sedang kamu mendangar
(perintah-perintahnya) ”.

b. Sapta Marga adalah pengejawantahan dari Pancasila,


mengandung nilai-nilai yang menentukan, bukan saja cara berfikir, akan
tetapi juga terhadap pandangan hidup, sikap hidup dan perilaku hidup.

Nilai suatu pandangan atau falsafah hidup berjalan dari pribadi menuju
masyarakat luas.
7

c. Keberadaan manusia di dunia ini adalah mempunyai tugas


mengabdi kepada Allah SWT.

Allah berfirman

“ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
supaya meyembahku “ (QS. Adz. Dzariyat : 56).

Berarti keberadaan manusia dalam segala aspek kehidupannya adalah


berupa pengabdian kepadanya. Allah berfirman

“ Hai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan


orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa “ (QS. Al. Baqoroh :
21).
8

BAB III

KONDISI KEIMANAN DAN KETAKWAAN PRAJURIT SAAT INI

9. Umum. Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan
modal dasar yang harus dimiliki bagi setiap prajurit terlebih lagi bagi prajurit di satuan
tempur, karena tugas prajurit tempur sangat-sangat mendekati kepada hal-hal yang
bersifat membawa maut atau selalu berhadapan dengan maut, sehingga untuk
menumbuhkan ketegaran dalam melaksanakan tugas tersebut maka keimanan dan
ketakwaan prajurit tempur harus mantap. Dengan mantapnya keimanan dan
ketakwaan prajurit tempur tersebut diharapkan tidak ada sedikitpun perbuatan yang
menyimpang dari ajaran agama masing-masing, namun kenyataannya masih ada
perbuatan-perbuatan yang seharusnya tidak terjadi tetapi masih saja terjadi.

10. Pelanggaran disiplin. Dengan adanaya pelanggaran disiplin yang terjadi di


Batalyon-batalyon tempur maka menunjukkan bahwa keimanan dan ketakwaan
Kepada Tuhan Yang Maha Esa masih belum kuat. Pelanggaran disiplin yang banyak
terjadi sekarang ini adalah sebagai berikut:

a. Keluar setelah apel malam.

b. Mendatangi tempat-tempat terlarang.

c. Terlambat kembali dari cuti.

d. Terlambat apel.

e. THTI (Tidak Hadir Tanpa Izin).

f. Narkoba.

g. Pembunuhan.
9

h. Perkelahian.

i. Lalu lintas.

j. Terlibat pemerasan dan backing.

k. Penganiayaan.

l. Penipuan.

m. Pengancaman.

n. Penadahan.

o. Pengrusakan.

p. Pungli / Suap.

q. Penyalahgunaan wewenang.

r. Melawan atasan.

Sebagai prajurit apabila telah memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat tidak
mungkin akan melanggar ketentuan-ketentuan yang ada, karena pada prinsipnya
dengan melanggar ketentuan berarti telah berbuat dosa dan hal semacam itu tidak
dibenarkan oleh agama apapun.

11. Pelanggaran susila. Pelanggaran yang paling menonjol adalah masalah


asusila yaitu sebagian besar prajurit khususnya Bintara dan Tamtama pada saat akan
mengajukan kawin calon isterinya sudah tidak perawan lagi bahkan ada yang sudah
hamil, ini menunjukkan bahwa keimanan dan ketakwaan Kepada Tuhan Yang Maha
Esa belum seperti yang diharapkan.

12. Pelanggaran disersi. Pelanggaran Disersi yang terjadi banyak disebabkan


oleh akumulasi permasalahan yang dialami oleh prajurit diantaranya:

a. Adanya masalah pribadi yang tidak melaporkan kepada Komandannya


sehingga tidak dapat memecahkan masalahnya.
10

b. Adanya perasaan tertekan didalam kehiudpan sehari-hari, karena pada


saat akan masuk TNI dahulu hanya membayangkan kegagahan prajurit TNI
atau ada motif-motif lain.

c. Adanya tindakan-tindakan lain yang tidak dapat menahan diri sehingga


mengambil jalan pintas dengan jalan disersi. Hal ini bahwa semua tindakan
terjadi karena prajurit yang bersangkutan tidak memiliki keimanan dan
ketakwaan yang kuat. Menurut Imanuel Khant: Apabila seseorang sungguh-
sungguh beriman ia tidak akan sakit syaraf. Dalam artian tidak akan
bertindak macam-macam, orang beriman akan memilih melakukan yang baik
dan menghindari yang jahat apapun alasannya. Dari berbagai fakta dan
tuntutan serta hujatan yang ditujukan kepada TNI patut disadari bahwa tingkat
keimanan sebagai prajurit masih terbilang rendah.

13. Kehidupan yang jauh dari norma agama. Dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan tehnologi serta arus modernisasi dan globalisasi menjadikan dunia
semakin transparan dan sempit. Begitu juga dengan pemenuhan kebutuhan yang
semakin mudah dijangkau dalam pemenuhan kehidupan, sebagai akibat pula adanya
arus modernisasi terutama telekomunikasi dan informasi yang semuanya dapat
mempengaruhi dan merubah pola pikir dan pandangan hidup. Hal ini juga
memberikan dampak pada pola pikir dan sikap hidup prajurit yang tinggal di Asrama
sebagai bagian dari kehidupan sosial bermasyarakat. Sebagian besar prajurit
berpandangan bahwa kenikmatan dunia merupakan kebahagian yang dapat
menggantikan kepengatan pikiran atau dapat menghilangkan segala permaslahannya
baik maslah pribadi, dinas maupun masalah-masalah dalam keluarga. Mereka
melampiaskan segala permasalahannya dengan hura-hura, minum minuman keras,
menghabiskan waktu didepan televisi atau dengan karaoke tanpa memperhatikan
waktu untuk melaksanakan perintah atau kewajiban beribadah kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
11

Kegiatan-kegiatan shalat berjamaah jarang didatangi, begitu juga dengan kegiatan


keagamaan atau pengajian-pengajian. Hal ini yang dapat meyebabkan hati
seseorang atau manusia mati/gelap. Kalau hati nurani sudah mati atau tidak ada
itu berarti cahaya ilahi tidak ada, maka manusia itu akan berjalan di kegelapan
malam. Usahanya, Sikap dan tindakannya merugikan dan menyakiti orang lain.
Bahkan perbuatan menurut Al Quran bisa lebih jahat dari binatang.
12

BAB IV

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

14. Umum. Dalam era reformasi sekarang ini keterbukaan sangat bebas
sehingga siapapun yang tidak kuat Iman dan Takwanya sangat mudah terpengaruh
terhadap hal-hal yang kelihatannya sangat menarik, namun demikian dengan adanya
kegiatan-kegiatan di satuan diharapkan dapat menangkal pengaruh negatif dari luar.

15. Faktor ekternal.

a. Peluang.

1) Kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh negara-negara Barat


dapat memicu semangat untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
Yang Maha Esa.

2) Khotbah jum’at/agama yang kita sebarkan melalui media televisi


dan kita dengarkan lewat radio, serta kolok-kolom illahi yang kita baca
pada surat-surat kabar maka dapat mempengaruhi dan menambah
keimanan dan ketakwaan kita kepada Tuhan Yan Maha Esa.

3) Kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilaksanakan diluar satuan,


misalnya pengajian keliling atau peringatan gari-hari besar agama yang
tingkat Garnisun atau korem yang kita ikuti dapat mempertebal
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
13

4) Sikap keterbukaan masyarakat sangat membantu system kontrol


terhadap perilaku prajurit diluar dinas.

5) Nilai-nilai kearifan tradisi, budi pekerti dan kaidah-kaidah agama


semakin kuat di anut oleh sebagian besar masyarakat.

b. Kendala.

1) Perkembangan Iptek khususnya modernisasi dibidang


telekomunikasi dan informasi serta transfortasi sehingga dunia semakin
transparan dan sempit, menyebabkan terjadinya pembauran dalam
persentuhan yang berpengaruh terhadap nilai-nilai moral dan etika
menimbulkan distorsi yang bermuara pada dekadensi mental dan
menurunnya ketahanan Iman dan ketakwaan. Ketergantungan pada
iptek melebihi ketergantungan pada Tuhan.

2) Kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh negara-negara Barat


akan berpengaruh negatif kepada prajurit di satuan tempur bagi yang
iman dan Takwanya tidak kuat, yaitu akan sangat mudah mengikuti
budaya-budaya barat yang sebetulnya apabila ditinjau dari segi agama
sudah menyimpang dari segi agama.

3) Krisis ekonomi dan moneter saat ini menjadi problema yang


sangat serius dan sensitive sementara tuntutan kebutuhan yang serba
komplek dan gaji yang tidak mampu memenuhi tuntutan kebutuhan
hidup.

4) Adanya pertikaian yang bersifat SARA yang terjadi di negara kita


akan mempengaruhi moril prjurit di satuan tempur yang Iman dan
Takwanya kurang kuat.
14

5) Kegiatan agama diluar satuan dapat dimanfaatkan untuk tujuan


yang negatif atau yang menyimpang dari tujuan yang sebenarnya.

6) Adanya provokator yang sengaja mempengaruhi prajurit agar


berbuat indisipliner diluar aturan yang ada atau bertentangan dengan
Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan 8 Wajib TNI.

16. Faktor dari dalam.

a. Kekuatan.

1) Adanya perintah harian KASAD yang yang pertama tentang


penekanan pelaksanaan ajaran agama masing-masing secara benar, hal
ini menjadi pemicu untuk meningkatkan Iman dan Takwa bagi setiap
prajurit terlebih-lebih prajurit yang ada di satuan tempur.

2) Kegiatan agama yang telah diprogramkan oleh satuan oleh


satuan pada setiap malam Jum’at/kamis malam hal ini akan memberikan
dukungan yang positif untuk tetap memelihara Iman dan Takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.

3) Pembinaan mental yang dijadwalkan seminggu sekali dalam


satuan akan selalu mengingatkan prajurit agar selalu hidup di jalan yang
sesuai dengan aturan atau norma dan syariat yang berlaku.

4) Kepemimpinan Komandan atau suri tauladan dari seorang


Komandan ( Dansat, Danki, Danton) dalam menjalankan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT akan menjadikan inspirasi bagi prajurit
dalam ketentuan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya masing-
masing.
15

b. Kelemahan.

1) Adanya pelanggaran susila yang dilakukan oleh oknum prajurit di


satuan tempur khususnya Bintara dan Tamtama pada saat mengajukan
nikah calon isterinya sudah tidak perawan lagi atau sudah hamil.

2) Kurangnya kegiatan pembinaan mental kerohanian atau


keagamaan baik yang dikarenakan keterbatasan tenaga pembina
maupun program Bintal yang kurang terencana di satuan-satuan
tempur.

3) Tindakan-tindakan negatif yang tidak termonitor oleh Komandan


satuan.

4) Krisis ketauladanan, masyarakat Indonesia adalah masyarakat


yang bersifat paternatistik artinya individu-individu masyarakat atau
prajurit senantiasa membutuhkan teladan, mencari contoh atau panutan
sebagai kerangka referensi untuk mengambil sikap atau perbuatan
sehari-hari, ironisnya di dalam komunitas prajurit, kepedulian dan
ketauladanan atau menjalankan ibadah kepada Allah SWT oleh sebagian
besar unsur pimpinan masih kurang, sehingga membuka peluang
kepada prajurit untuk berbuat menyimpang dari norma-norma
keprajuritan dan agama.

5) Managerial pelaksanaan pembinaan mental keagamaan di tingkat


Kotama, korem, Satuan belum tertangani sebagaimana mestinya,
sehingga strategi pembinaan mental keagamaan belum dapat terlaksana
secara konsisten.

6) Profesioanlisme Pa Binlat masih perlu ditingkatkan. Antusias


dan respon prjurit yang sering tidak memenuhi harapan, mencerminkan
melemahnya daya respon Pa Bintal agama terhadap perkembangan
keadaan, sehingga melemah pula kemampuannya untuk melakukan
16

aktualisasi terhadap implementasi nilai-nilai yang terkandung di dalam


norma-norma keprajuritan sebagai materi pembinaan.

7) Bintal fungsi Komando belum berjalan secara optimal. Aspek


mental spiritual/kerohanian dalam Binsat belum diberikan secara
profesional.

BAB V
KONDISI KEIMANAN DAN KETAKWAAN
PRAJURIT YANG DIHARAPKAN

17. Umum. Dengan melihat kenyataan yang ada maka sudah barang tentu
bahwa kondisi keimanan dan ketakwaan prajurit mengalami penurunan atau
dekadensi iman yang selanjutnya akan mengalami kemerosotan nilai-nilai moral dan
melemahnya mental yang berakibat pada menurunnya disiplin prajurit di satuan
tempur. Sehingga sangat kita harapkan bahwa prajurit-prajurit yang ada di satuan
tempur memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang tidak perlu.

18. Menjalankan ajaran agama masing-masing. Setiap prajurit diharapkan


dapat menjalankan Perintah dari pimpinan TNI AD. Dan juga sudah menjadi
kewajiban bagi setiap prajurit untuk menjalankan dengan penuh kesadaran yang
timbul dari lubuk hati yang paling dalam diri masing-masing prajurit. Menjalankan
ajaran agama masing-masing prajurit harus dijadikan sebagai suatu kebutuhan hidup
sehingga dapat membentuk prajurit yang mempunyai pola pikir, sikap, watak dan
tindakan sebagai prajurit yang mempunyai kepribadian. Kepribadian menurut para
ahli ilmu jiwa adalah sekumpulan dari berbagai sifat tertentu yang membedakan
17

seseorang dari pada orang lain. Adapun sebagai contoh pribadi seorang muslim
diantaranya:

a. Beriman dan bertakwa kepada Allah secara total. Dalam surat Al imron
menyebutkan:

“Wahai orang-orang yang beriman ! Bertakwalah kamu kepada Allah dengan


sebenar-benarnya takwa kpadaNya dan janganlah sekali-kali kamu mati
melainkan dalam keadaan beragama islam.

b. Berislam secara total (Kaffah keseluruhan). Dikandung maksud


adalah bahwa seseorang yang sudah mengetahui agama islam harus
melaksanakan apa yang menjadi kewajiban / perintah agama dan menjauhi
segala apa yang dilarangnya. Jangan setengah - setengah dalam
melaksanakan ajaran agama islam dan jangan dicampur adukan antara yang
hak dan yang bathil.

c. Selalu memelihara dan berada dalam shibgahnya allah atau beriman


kepada Allah tanpa kemunafikan.

d. Teguh pendirian (istiqomah): tidak “plin-plan”.

e. Mandiri, percaya diri dan berani.

“ Sesungguhnya allah tidak akan mengubah sesuatu nikmat yang telah


dianugerahkan Nya kepada sesuatu kaum sampai kaum itu mengubah apa-apa
yang ada jati diri sendiri.

f. Hidupnya selalu selaras, serasi dan seimbang yakni:


18

1) Selaras hubungannya dengan allah SWT, (Hablum minallah),


dengan sesama manusia (Hablum minannas), dengan lingkungannya
(mahluk lain, Flora dan Fauna) dan dengan dirinya sendiri.

2) Serasi dalam kehidupan individual dan kehidupan sosialnya


(dalam hidup bermasyarakat).

3) Seimbang dalam urusan dunia dan akhiratnya, juga antara “fikir”


dan “dzikir”.

g. Mampu mengendalikan diri.

“ Bukanlah orang yang gagah itu yang bertinjau, berbanting, melainkan orang
yang mampu mengendalikan dirinya di kala marah”

Demikian pula halnya dengan pribadi-pribadi dari agama lain mempunyai corak
dan ciri tersendiri yang pada dasarnya akan membawa/mengarahkan kepada pribadi-
pribadi kearah yang baik.

19. Melaksanakan kegiatan agama yang diprogramkan oleh satuan. Kita


ketahui bersama bahwa di setiap satuan rata-rata telah ada program satuan yang
secara rutin dilaksanakan dalam rangka memelihara dan meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu:

a. Bagi yang beragama islam setiap shalat dzuhur dilaksanakan secara


bersama-sama di masjid Batalyon atau Kompi yang terpisah di mushola.

b. Setiap minggu sekali ada pembinaan mental (Bintal fungsi komando).

c. Setiap hari kamis (malam Jum’at) dilaksanakan kegiatan Yasinan/


keagamaan.
19

d. Dilaksanakan pengajian, kebaktian setiap hari Kamis sore di asrama atau


tempat-tempat ibadah yang berada di sekitar lingkungan asrama.
Diharapkan yang bersangkutan dapat mengikuti seluruh program tersebut
dengan penuh kesadaran dan bertanggung jawab.

20. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama secara benar.


Menghayati dan mengamalkan ajaran agama dengan benar sesuai dengan syariat
agama sangat diharapkan bagi setiap prajurit agar jangan sampai terpengaruh oleh
kehidupan yang menyesatkan, sehingga dapat menjerumuskan kepada pribadi prajurit
atau keluarganya kearah yang menyesatkan. Beberapa pokok ajaran agama yang
perlu dihayati oleh penganutnya:

a. Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa selaku kausa prima yaitu
bahwa tuhan yang Maha Esa merupakan sumber dari segala sumber serta
yang menentukan segala sesuatu yang berlangsung diatas dunia ini. Ayat-
ayat suci semua agama secara jelas mengatakan mengenai pokok iman ini,
bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah Al Khalik atau pencipta langit dan bumi
serta segala isinya, maka Kuasa dan Maha Kasih yang senantiasa bersedia
menolong manusia.

b. Kepercayaan akan kebenaran Firman Tuhan. Firman Tuhan yang


terdapat didalam kitab suci masing-masing agama harus dapat di terima dan
diyakini kebenarannya sebagai sumber moral alam kehidupan manusia.
Semua agama menyatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa memerintahkan
umatnya untuk saling mengasihi serta saling tolong menolong, saling hormat-
menghormati diantara sesamanya.

Sedangkan dalam pengamalan ajaran agama apabila setiap prajurit dapat


melaksanakannya dengan baik dan benar maka akan dapat mewujudkan tingkat
keimanan dan ketakwaannya. Dengan iman yang mantap setiap prajurit yang ber-
Sapta Marga akan dapat menghadapi dan mengatasi segala macam tantangan jaman.
20

Iman memberikan keteguhan hati, kesabaran dan ketabahan, tidak emosional dan
mampu mengendalikan diri dihadapkan pada berbagai macam bentuk hambatan dan
tantangan bahkan ancaman sekalipun. Iman membuat seseorang berpikir positif,
kritik dan bersikap arif dan takut dengan Tuhan dimanapun berada. Iman
memberikan kejernihan dan kesucian hati untuk menghindarkan diri dari segala
kejahatan dan perbuatan tercela, karena dengan iman dapat menjauhkan godaan dari
syaitan atau iblis dan tidak tergoda dengan rayuan serta tipu dayanya. Hanya
dengan Iman setiap insan prajurit sanggup memandang masa depan dengan penuh
optimal. Iman mendekatkan manusia kepada Tuhannya dan menggantungkan
segala kehidupannya. Hanya imanlah yang dapat mengalahkan dunia ini,
sedangkan sosok prajurit di satuan tempur yang diharapkan ialah prajurit TNI yang
tingkat keimanan dan ketakwaannya tinggi, yang konsisten terhadap tekadnya untuk
melaksnakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen yang dalam
kehidupannya selalu membela kebenaran, kejujuran dan keadilan, prajurit yang selalu
sadar akan dirinya sebagai hamba/abdi Allah Yang maha Esa dan Pengasih yang
melaksanakan tugas panggilan pengabdian dengan penuh kegairahan dan semangat
serta disiplin yang tinggi di setiap medan demi kejayaan bangsa dan negara.
21

BAB VI
UPAYA MENINGKATKAN KEIMANAN
DAN KETAKWAAN PRAJURIT

21. Umum. Kondisi pembinaan satuan dalam hal ini pembinaan personel dan
lebih khusus lagi pembinaan mental keagamaan atau kerohanian yang ada saat ini
pada umumnya belum memenuhi harapan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Dari kondisi tersebut sebagai Komandan satuan dan dibantu dengan unsur-unsur
pimpinan yang ada di satuan tentunya bertanggung jawab penuh terhadap baik dan
buruknya pembinaan mental keagamaan Tuhan Yang Maha Esa dalam rangka
mewujudkan disiplin prajurit di satuan. Untuk mewujudkan disiplin parjurit di
satuan dengan melalui upaya peningkatan kimanan dan ketakwaan prajurit.
Komandan satuan dan unsur-unsur pimpinan yang ada di satuan selaku pembina
satuan perlu melakukan langkah-langkah kongrit dan konstruktif secara efektif dan
efisien sesuai dari tujuan pembinaan mental keagamaan.
22

22. Tujuan. Memberikan alternatif pemecahan permasalahan pembinaan


mental keagamaan di satuan dengan upaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan
prajurit guna mewujudkan disiplin satuan.

23. Sasaran.

a. Mewujudkan kualitas sumberdaya manusia yang berdasarkan Pancasila,


Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan 8 Wajib TNI dalam rangka upaya
meningkatkan keimanan dan ketakwaan prajurit guna mewujudkan disiplin
satuan.

b. Mewujudkan kualitas sarana pendukung yang efektif dan efisien sesuai


kemampuan satuan dalam rangka mendukung pelaksanaan upaya
meningkatkan keimanan dan ketakwaan prajurit guna mewujudkan disiplin
satuan.

24. Subyek. Komandan Batalyon Infanteri dan unsur-unsur pimpinan yang ada
di satuan dalam rangka upaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan pada prajurit
guna mewujudkan disiplin satuan.

25. Obyek. Seluruh prajurit dan sarana prasarana pendukung di satuan


dengan upaya dan langkah secara terpadu dan simultan guna meningkatkan
keimanan dan ketakwaan prajurit dalam rangka mewujudkan disiplin satuan.

26. Metode.

a. Ceramah. Yaitu dengan memberikan pengarahan atau ceramah


agama bagi prajurit secara langsung agar mereka mampu menghayati dan
mengamalkan agama yang dianutnya dengan baik.

b. Aplikasi. Melaksanakan pembinaan mental keagamaan secara


langsung dengan bentuk aplikasi di lapangan, untuk mendapatkan hasil yang
optimal.
23

c. Inovasi. Melakukan kegiatan-kegiatan pembinaan personel


khususnya mental keagamaan dengan cara-cara ide baru dan berinisiatif dalam
tiap kegiatan dalam upaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan prajurit.

d. Sosialisasi. Mensosialisasikan seluruh rencana pembinaan mental


keagamaan khususnya dalam upaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa.

27. Sarana dan prasarana. Sarana prasarana yang digunakan meliputi:

a. Doktrin TNI AD “ Kartika Eka Paksi” yang mengatur pembinaan kekuatan


TNI AD.

b. Buku-buku pembinaan mental keagamaan dari DISBINLAD dan buku-


buku agama lainnya.

c. Fasilitas markas satuan serta alat peralatan yang mendukung kelancaran


kegiatan satuan dalam rangka upaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan
prajurit.

d. Bintal Korem dan Bintal kodam sebagai nara sumber dalam rangka
kegiatan ceramah, penataran, pelatihan dan lainnya.

e. Piranti lunak berupaya buku petunjuk pembinaan personel khususnya


penegakkan disiplin prajurit.

28. Upaya yang dilaksanakan. Upaya meningkatkan keimanan dan


ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa pada prajurit guna mewujudkan disiplin
satuan dapat ditempuh dengan cara-cara sebagai berikut:

a. Jam komandan. Pada kesempatan jam komandan dan penekanan


tentang peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang maha Esa
tetap selalu disampaikan agar prajurit selalu ingat dan merasa terus menerus
24

diperhatikan, sehingga prajurit akan merasa berdosa apabila berbuat di luar


kaidah-kaidah agama.

b. Pembinaan mental rohani. Pembinaan mental rohani disampaikan


oleh Perwira rohani sesuai jadwal yang dibuat oleh satuan satu minggu sekali
akan sangat efektif untuk memelihara dan meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ceramah yang disampaikan oleh
Pa Bintal dapat diaplikasikan dengan ajaran yang terkandung di dalam kitab
suci Al Quran maupun kitab suci agama lain, sehingga menyentuh hati sanubari
prajurit.

c. Adanya pengecekan personel. Agar kegiatan agama yang


telah diprogramkan oleh satuan dapat dijalankan dengan baik perlu diadakan
pengecekan personel untuk mengetahui siapa saja yang tidak mengikuti
program keagamaan tersebut, dengan cara ini lambat laun yang semula terasa
di tekan lama-kelamaan akan terbiasa dan akan berjalan dengan baik.

d. Penyediaan sarana ibadah. Penyediaan sarana ibadah harus


dilaksanakan semaksimal mungkin baik sarana ibadah agama Islam, Katolik,
Kristen Protestan maupun Hindu dan Budha sehingga memungkinkan prajurit
untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran agama masing-masing.
Dengan tersedianya sarana ibadah yang telah ada akan memberikan
keleluasaan bagi prajurit untuk beribadah secara benar tidak ada opini negatif
tentang mayoritas dan minoritas, semua agama diberi keleluasaan untuk
menjalankan ajaran agamanya masing-masing secara benar.

e. Keikut sertaan komandan satuan. Kegiatan agama baik yang


dilaksanakan sesuai dengan kaidah agama masing-masing maupun yang
diprogramkan oleh satuan maka Komandan satuan harus turut serta dalam
kegiatan tersebut, sehingga dalam kegiatan tersebut dapat melihat langsung
25

prajuritnya dalam beribadah. Selain itu juga dapat dipakai sebagai suri
tauladan bagi anggotanya.

f. Ceramah agama. Pada hari-hari besar agama baik hari besar


agama Islam, Katolik, Kristen Protestan, hindu dan Budha diadakan ceramah
agama tersebut dapat mempertebal keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa pada prajurit dapat menambah wawasan prajurit, sehingga
tidak mempunyai pikiran yang sempit.

g. meningkatkan kesadaran membaca dan memahami Al Quran/Firman


Allah melalui kelompok-kelompok pengajian dan diskusi.

h. Meningkatkan semangat beribadah dan kepedulian sosial dengan jalan


memberikan zakat kepada fakir miskin atau yang berhak menerimannya,
anjangsana atau kunjungan ke panti asuhan dengan memberikan santunan,
pakaian pantas pakai dan lain-lainnya.

i. Melaksanakan pembinaan secara kontinyu dan terencana baik bagi


prajurit maupun keluarganya sehingga dapat tercipta keharmonisan hidup dan
keluarga yang dapat mendukung dalam pelaksanaan tugas keprajuritan dan
kepedulian sehari-hari, baik di dalam jam dinas maupun diluar jam dinas.

j. Memantapkan pendidikan agama (TPA) bagi anak-anak keluraga


prajurit, sehingga tercipta pembinaan sejak dini bagi keluarga besar prajurit
yang akhirnya dapat tercipta keluarga yang bahagia dunia dan akhirat.

k. Adanya protap. Prosedur tetap yang telah ada di satuan yaitu:


menghentikan kegiatan pada jam 12.00 atau pada saat adzan shalat dhuhur
sangat menjunjung tinggi hak-hak manusia untuk menjalankan ibadah bagi
yang beragama islam. Kegiatan ini akan mendorong bagi peningkatan
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bagi prajurit yang
beragama selain islam loyal kepada kawannya yang beragama islam untuk
26

menjalankan ibadah sehingga akan tercipta toleransi pemeluk agama


dilingkungan prajurit.

l. Penjatuhan hukuman. Bagi prajurit yang terbukti melanggar


aturan baik berupa pelanggaran disiplin, pelanggaran susila maupun
pelanggaran pidana diberikan tindakan sesuai aturan yang berlaku tidak perlu
ditutup-tutupi lagi, sehingga dapat memberikan pengaruh kepada prajurit yang
lain. Selama ini masih banyak kasus yang ditutup-tutupi atau dilindungi
sehingga prajurit yang lain berfikir bahwa apabila melakukan tindakan yang
sama akan diberikan hukuman yang serupa. Komandan satuan tidak perlu
takut kalau prajuritnya diajukan ke polisi militer untuk di proses sesuai hukum,
untuk memberikan efek jika perlu ada yang diberikan hukuman yang paling
berat misalnya diakhiri ikatan dinasnya atau diajukan ke sidang pengadilan
militer.

BAB VII

PENUTUP

21. Kesimpulan. Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Adanya penurunan keimanan dan ketakwaan prajurit akibat dari


pengaruh kondisi dan lingkungan satuan, kepemimpinan, kesejahteraan,
rendahnya pengamalan agama serta pandangan hidup yang materialistik
sehingga ketidakmampuan prajurit untuk mengendalikan diri agar tetap berada
pada rambu-rambu normative pada saat berada pada puncak akumulasi
tekanan yang ada, dengan wujud pelanggaran-pelanggaran baik pelanggaran
disiplin murni maupun tidak murni.
27

b. Reformasi sebagai gerakan moral menuntut adanya kesadaran setiap


insan prajurit sebagai insan hamba tuhan Yang Maha Esa untuk mau dan
mampu membenahi dan membaharui dirinya sesuai dengan keimanannya.

c. Dengan keimanan dan ketakwaan yang mantap bagi setiap praurit TNI
AD di satuan tempur maka akan mampu menghadirkan jati diri prajurit TNI
yang berdisiplin tinggi, berdedikasi, sebagai kesatria pelindung dan
Bhayangakara negara dan bangsa, sebab dengan keimanan dan ketakwaan
yang mantap dan tangguh akan memberi kekuasaan dan semangat serta
kegairahan dan jiwa keberanian untuk rela berkorban dan menjauhi segala
bentuk pelanggaran.

d. Pelanggaran disiplin, disersi, asusila yang dilakukan prajurit di satuan


tempur saat ini karena kurangnya pengahayatan dan pengamalan ajaran
agama masing-masing prajurit secara benar.

22. Saran. Untuk mewujudkan disiplin prajurit di satuan melalui peningkatan


keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dapat disarankan sebagai
berikut:

a. Perlu dimantapkan pelaksanaan pembinaan mental keagamaan di setiap


satuan khususnya di satuan tempur secara terencana, bertingkat dan berlanjut.

b. Perlunya ditingkatkan kualitas para pembina rohani dan dipenuhinya


kakuatan personel pembina rohani di satuan-satuan khususnya satuan tempur.

23. Demikianlah tulisan ini disusun dengan harapan dapat menjadi masukan bagi
pimpinan dalam upaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan prajurit di satuan
tempur guna mewujudkan disiplin satuan dan dalam mengambil kebijaksanaan lebih
lanjut.

Bandung, 2 Agustus 2004


28

Penulis

SUPARMAN, S.Pd
NOSIS 486/A

KONFIDENSIAL

Anda mungkin juga menyukai