Anda di halaman 1dari 22

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS APARAT KOMANDO KEWILAYAHAN

DALAM MENGHADAPI PERKEMBANGAN KOMUNIKASI SOSIAL


PADA ERA REFORMASI

BAB – 1
PENDAHULUAN

1. Umum

a. Perkembangan keadaan secara nasional saat ini menunjukan dinamika


perkembangan secara bervariatif yang kondusif walaupun di beberapa daerah ada
potensi hambatan bagi kehidupan bangsa, dimana dinamika masyarakat dengan
segala aspek sosialnya berkembang sesuai dengan perkembangan perubahan global,
tuntutan daerah seperti demokrasi, hak asasi manusia, kebebasan dan keterbukaan
selalu mewarnai setiap gejolak yang terjadi.

b. Kodim sebagai komando kewilayahan dalam melaksanakan tugasnya di tuntut


mampu menyikapi setiap permasalahan di daerah. Untuk menyikapi masalah yang
terjadi sangat diperlukan data-data wilayah yang aktual sebagai info dasar sebagai
bahan analisa dalam menentukan keputusan. Selain itu dinamika sosial yang terus
berubah sejalan dengan perjalanan waktu harus mampu di monitor untuk di cegah bila
mengarah pada perubahan negatif. Upaya ini sebagai sikap pro aktif yang harus di
terapkan oleh kodim dalam rangka pembinaan teritorial sebagai bagian dari sistim
pertahan negara. Untuk mendapatkan aparat teritorial yang berkualitas tentunya perlu
suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan apter yang Dalam hal ini babinsa agar
mengerti tugas dan tanggung jawabnya dihadapkan dengan perkembangan
masyarakat pada era reformasi kini, serta menghindarkan perilaku yang tidak terpuji
dan merugikan masyarakat sehingga pada gilirannya akan menurunkan wibawa TNI di
mata masyarakat.

c. Kemampuan pembinaan teritorial yang harus dimiliki oleh para Babinsa dalam
menyikapi perkembangan masa kini dan yang akan datang maka perlu dibekali dan
dilatihkan pengetahuan tentang intelijen diantaranya kemapuan temu cepat lapor
cepat merupakan hal sangat mendasar yang harus di miliki oleh setiap prajurit sebagai
aparat teritorial khususnya ujung tombak koramil adalah bintara pembinaan desa
sesuai kemampuan territorial yang di tekankan pada setiap bintara Pembina desa di
dalamnya termasuk kemapuan intelejen secara umum sudah di tanamkan pada setiap
prajurit namun bagi seorang bintara pembina desa harus lebih mendalam lebih peka
dan tajam di banding prajurit di luar satuan komando kewilayahan koramil sebagai
ujung tombak satuan territorial di tuntut mampu mengkondisikan setiap sasaran tugas.
Oleh sebab itu tidakah berlebihan bila kemampuan temu cepat lapor cepat di koramil
perlu dilengkapi kemampuan lanjutan termasuk kemampuan penyelidikan yang harus
ditindak lanjuti dengan kemampuan analisa dengan alasan diatas perlu kiranya
dilengkapi dan dikaji terus dan dikembangkan dalam rangka mengantisipasi setiap
masalah yang berkembang diwilayah.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang


peranan aparat komando kewilayahan dalam hal ini Babinsa dalam menghadapi
perkembangan kehidupan masyarakat dalam komunikasi sosial pada era reformasi
yang dititik beratkan kepada kemampuan temu cepat dan lapor cepat serta upaya
perlu dilaksanakan.

b. Tujuan. Sebagai masukan kepada komando atas untuk dapatnya dijadikan


pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan tentang peran dan tugas Bintara
Pembina Desa dimasa yang akan datang

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Ruang lingkup ini dibatasi kepada upaya
meningkatkan kualitas aparat komando kewilayahan dalam menghadapi
perkembangan komunikasi sosial pada era reformasi yang disusun dengan tata urut
sebagai berikut :

a. Pendahuluan.
b. Kondisi kualitas babinsa saat ini.
c. faktor-faktor yang mempengaruhi.
d. Kondisi kualitas babinsa yang diharapkan.
e. Upaya meningkatkan kualitas Babinsa.
f. Kesimpulan dan saran
g. Penutup.

4. Metode dan Pendekatan. Tulisan ini dibuat dengan berdasarkan metode dan
pendekatan pengalaman selama melaksanakan tugas di lapangan.

5. Pengertian.

a. Binter Adalah pembinaan segenap potensi wilayah yakni potensi geografi,


demografi dan kondisi sosial untuk kemudian dikembangkan secara terarah dan
berkelanjut sehingga menjadi suatu ruang alat dan kondisi juang yang tangguh atau
kekuatan wilayah yang terintegrasi untuk menanggulangi hakekat ancaman,
gangguan, hambatan dan tantangan dalam rangka pertahan keamanan Negara.

b. Kemanunggalan TNI – Rakyat. Adalah suatu proses manunggalnya TNI –


rakyat baik secara lahir maupun batin dalam rangka mewujudkan ketahanan nasional
untuk mencaai suatu tujuan nasional secara bertahap dan berlanjut.
c. Operasi territorial. Adalah segala usaha kegiatan dan tindakan berdasarkan
suatu rencana untuk mencapai suatu tujuan secara khusus dalam hubungan ruang dan
waktu yang ditetapkan atas dasar perintah atasan dalam rangka penyusunan potensi
pertahanan untuk mengembalikan serta memelihara kewibawaan pemerintah.

d. Sikap territorial. Adalah suatu wujud serta pengalaman dan penghayatan


sumpah prajurit dan sapta marga dalam bentuk keseluruhan tingkah laku tindak
tanduk dan cara seseorang dalam hubungannya dengan sesamanya baik saling asih
asuh dengan tidak saling bermusuhan dalam rangka mengkonkritkan kemanunggalan
TNI-Rakyat.

e. Komando kewilayahan. Adalah suatu organisasi aparat territorial mulai dari


kodam, korem, kodim sampai koramil merupakan sebutan baru menggantikan istilah
komando territorial naming tugas dan fungsinya tetap sama.
BAB – II

LATAR BELAKANG PEMIKIRAN.

6. Umum.

a. Pada era reformasi sekarang ini, maka pertumbuhan di segala aspek kehidupan
telah mewarnai bangsa kita hal ini terjadi di kalangan pemerintah maupun
dilingkungan militer dan semua ini merupakan wujud dari pemerintah untuk memenuhi
tuntutan rakyatnya.

b. Disisi lain adanya kelompk atau pihak yang mendiskreditkan pemerintah


terutama TNI sebagai alat pemersatu bangsa kondisi demikian sengaja diciptakan agar
persatuan dan kesatuan yang telah tercipta selama ini menjadi retak dengan
menghembuskan isu-isu atau permasalahan yang menyangkut kelemahan atau
kesalahan yang dibuat TNI.

7. Dasar Pemikiran.

a. Dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin canggih


dan pengaruh budaya asing yang masuk ke Negara kita serta adanya reformasi dalam
kehidupan sosial dalam masyarakat dimana terjadi perubahan dalam tata kehidupan
masyarakat baik dalam perkembangan lingkungan pemerintah maupun dalam
lingkungan kehidupan TNI dan semua ini merupakan tuntutan rakyat. Sebagai warga
Negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 tidak menghendaki
adanya suatu perselisihan dengan masyarakat sehingga persatuan dan kesatuan yang
telah dibangun selama ini tetap terjaga dan untuk mencapai hal tersebut maka
diperlukan suatu upaya agar dapat menyelesaikan kondisi negatif yang sedang
berkembang dengan batasan norma dan hokum yang berlaku di Negara kita.

b. Dengan adanya perkembangan kehidupan sosial masyarakat yang semakin


maju dan kritis serta adannya perkembangan teknologi yang semakin canggih maupun
pengaruh budaya asing yang masuk Negara kita hal ini menjadi tantangan bagi aparat
territorial dengan kepekaan yang tajam dapt melihat perubahan yang terjadi sehingga
perlu adanya peningkatan kualitas Babinsa sebagai aparat kewilayahan untuk selalu
berlatih melalui pelatihan dan pendidikan dalam satuan sehingga akan menjadi suatu
upaya dalam menjawab tantangan tersebut.

c. Atas pemikiran tersebut di atas dan dihadapkan kepada perkembangan situasi


dan kondisi masyarakat saat ini dan kondisi aparat territorial saat ini maka perlu
adanya suatu upaya didalam meningkatkan sumberdaya manusia terutama aparat
kewilayahan untuk terus banyak berlatih dan mengembangkan dirinya didalam
pelaksanaan tugas kewilayahan, hal ini dikarenakan masyarakat kita semakin kritis
didalam menilai suatu permasalahan sehingga perlu adanya ketanggapan segera dan
penanganan yang tepat didalam mengambil langkah dan tindakan.
BAB – III

KONDISI APARAT KOWIL SAAT INI

8. Umum. Dalam Pelaksanaan tugas dilapangan sebagai aparat kewilayahan


dituntut untuk selalu aktif mengetahui setiap perkembangan yang terjadi dimasyarakat, untuk
itu setiap Babinsa harus mempunyai dan menguasai ilmu intelijen yang salah satunya adalah
kegiatan temu cepat dan lapor cepat merupakan kegiatan langkah awal yang tepat dengan
kata lain strategi adapun yang dilaksanakan tanpa didukung oleh kegiatan pengumpulan
keterangan dengan teknik yang handal dan akurat kiranya sulit mencapai sasaran. Mengacu
pengertian diatas dapat kita ambil bahwa kegiatan tersebut sangat mendukung keberhasilan
dalam mendeteksi setiap kejadian yang terjadi dihadapkan pada era reformasi saat ini.
Sehingga kualitas Babinsa dapat dilihat bagaimana dan sejauh mana sikap dan perilaku di
lapangan, dalam melaksankan fungsinya sebagai ujunga tombak paling depan dengan
metode pendekatan kepada masyarakat yang baik-baik saja.

9. Sikap Dasar yang Harus di Miliki Aparat Kowil.

Berdasarkan pengalaman tentang peran Aparat kewilayahan dalam hal ini Babinsa
dalam melaksankan tugasnya dilapangan sebagai ujung tombak aparat territorial yang
langsung berhubungan dengan masyarakat. Namun dalam pelaksanaannya banyak dikotori
dan dicemari oleh segelintir oknum prajurit yang tidak terpuji. Terjadinya penyimpangan
tersebut akibat kurang memahami dan menghayati Sumpah Prajurit Sapta Marga dan 8 Wajib
TNI. Dalam hal ini santiaji tidak hanya dihafal tetapi harus benar-benar dihayati dan
diamalkan dalam bentuk sikap dan tingkah laku sehari-hari sehingga diharapkan dapat
menampilkan sikap prajurit yang baik dapat jadi panutan di tengah masyarakat. Adapun
perilaku sejumlah oknum Babinsa yang telah melupakan pedoman hidup dan kedudukannya
sebagai pelopor masyarakat antara lain :

a. Akibat kurangnya motivasi sehingga mudah terbawa arus pergeseran nilai


kearah materialistis yang sewaktu-waktu dapat menyesatkan dan merugikan karirnya
terutama bagi aparat kewilayahan/Babinsa yang memegang wilayah cukup baik dalam
arti untuk mendapatkan materi mudah di dapat.

b. Materi yang semula hanya sebagai alat, kemudian dikejar tanpa mengenal batas
peraturan bahkan dengan segala macam cara melanggar rambu yang sudah ada.

c. Hal-hal diatas meyebabkan :

1). Peyelesaian dan tindakan yang meyimpang dari ketentuan kedinasan


yang bertujuan untuk mengejar materi dalam merubah status sosialnya
ditengah masyarakat.
2). Kurangnya motivasi juang yang tinggi dalam melaksankan tugasnya.
Sehingga tugas satuan tidak dapat dilaksanakan dengan maksimal karena
kepentingan dinas dinomor duakan setelah kepentingan pribadinya. Kemudian
masih sering terjadinya tindakan yang merusak TNI pada umumnya antara lain
adanya oknum Babinsa melakukan tindakan tidak terpuji yakni becking,
menakuti rakyat danlain sebagainya.

10. Kemampuan Aparat Kowil. Bintara Pembina desa sebagai bagian dari aparat
kewilayahan didalam pelaksanaan tugas sudah ada pedoman yaitu lima kemapuan territorial
yang harus melekat sehingga pola pikirnya sejalan dengan pembinaan yang harus mengacu
pada kemampuan tersebut. Tingakat pemahaman yang kurang dan kurangnya pengawasan
dari unsure pimpinan menyebabkan kurang optimalnya kemampuan tersebut.

a. Kemampuan mengikuti perkembangan situasi. Tingkat kepedulian Babinsa


dalam mengikuti perkembangan diwilayahnya yang rendah akan selalu ketinggalan.
Padahal perkembangan situasi akan selalu dinamis sebagai akibat dampak berbagai
kehidupan masyarakat dengan gerak maju pembangunan. Monitoring perkembangan
situasi diwilayahnya meliputi fisik dan non fisik sehingga setiap perubahan dalam
konteks geo demo dan konsoss dapat diikuti dengan baik.

b. Pengenalan lingkungan sosial. Lingkungan sosial bagi komando kewilayahan


mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam mendukung tugas satuan agar
Babinsa dapat diterima oleh lingkungannya, maka Babinsa mampu beradaptasi dengan
lingkungan sosial masyarakat sekitarnya yang meliputi tingkat pendidikan, adat istiadat
dan segala norma yang berlaku di masyarakat. Apabila Babinsa kurang dapat
menyesuaikan dengan masyarakat binaanya, maka akan dapat kesulitan, karena
hubungan emosional dan interaksi tidak terwujud.

c. Kemapuan pembentukan jaring. Dihadapkan dengan luas wilayah yang


menjadi tanggung jawab komando kewilayahan dihadapakan dengan jumlah dan
kemampuan Bintara Pembinan Desa yang ada, maka cara yang diitempuh untuk
memonitor perkembangan situasi dilapangan dengan cara pembentukan jaringan
tetapi kenyataan dilapangan hanya sebagaian kecil yang dapat melaksanakannya.
Memang hal ini tidak mudah, perlu waktu sarana dan interaksi yang baik serta sangat
tergantung kondisi wilayah dan tingkat kesejahteraanya. Namun semua ini merupakan
suatu potensi harus di bina dan dimanfaatkan dengan baik.

d. Kemampuan koordinasi. Koordinasi merupakan suatu kegiatan yang dapat


memberi keterangan tambahan dalam penyelesaian tugas. Kenyataan dilapangan tidak
semua aparat territorial dapat melaksanakan koordinasi dengan baik seperti dengan
aparat pemerintah daerah setempat seperi yang sering kita dengar, koordinasi mudah
diucapkan tetapi sulit untuk dilaksankan. Kedekatan emosional Babinsa dengan desa
binanya akan menimbulkan interaksi timbal balik yang bagus sehingga meminimlakan
keraguan, dan pada akhirya masalah tertumpu pada kemampuan Babinsa untuk
mengembangkan teknik dan metoda bergaul yang sesuai dengan kareteristik
wilayahnya.
BAB – V

KONDISI KUALITAS BABINSA YANG DIHARAPKAN

11. Umum. Dihadapkan dengan struktur organisasi, tugas dan wilayah serta
perkembangan kehidupan sosial masyarakat yang tidak menentu. Maka pelaksanaan Binter
yang diharapkan adalah seorang Babinsa harus mempunya kepekaan yang tinggi terhadap
setiap permasalahan yang dihadapi. Pembentukan hankam dan kemampuan meramalkan
kemungkinan yang terjadi. Pembentukan jarring dan temu cepat lapor cepat serta
melaksankan lapor cepat terlebuh dahulu harus didasari dengan sikap dasar yang harus
dimiliki oleh seorang Babinsa.

12. Sikap dasar yang harus dimiliki.

a. Sebagai aparat Negara. Didalam melaksanakan tugasnya sehari-hari harus


patuh dan taat serta menjunjung tinggi Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan 8 Wajib TNI
sebagai sebgai landasan di dalam menjalankan pengabdian bagi bangsa dan Negara
dimanapun bertugas dan berada sehingga seorang Bintara Pembina Desa harus selalu
mengabdi pada tugasnya,sehubungannya dengan tugasnya sebagi aparat kewilayahan
maka sepak terjang dan tingkah lakunya harus dapat menjadi contoh bagi masyarakat
sekitarnya sehingga tugas sebagai Pembina kewilayahan dapat diakui keberadaannya
oleh rakyat.

b. Sebagai warga Negara biasa, setiap aparat Pembina desa harus sadar hak dan
kewajiban ikut serta membela Negara dan Bangsa. Tidak menunjukan sikap yang
menyendiri, menjaga kehormatan dimuka umum dan mematuhi segala kaidah-kaidah
yang berlaku dimasyarakat dan juga peraturan-peraturan militer yang membungkus
dirinya sebagai alat pertahanan Negara sehingga dengan keberadaan babinsa
masyarakat merasa aman dan terlindung dari setiap perubahan yang terjadi di
masyarakat.

c. Sebagai pelopor perilakunya sederhana, rendah hati dan bijaksana, mengajak


dan memberi suri tauladan. Konstruktif dan bertindak tegas, sehingga dapat
menimbulkan kepercayaan dan keyakinan masyarakat. Ambeg Parama Artha sikap rela
berkorban tanpa mengharapkan pujian namun ketulusan dan rasa percaya yang dapat
diberikan masyarakat kepada babinsa.

d. Sebagai Warga Masyarakat, aparat Pembina desa atau Bintara Pembina desa
berasal dari rakyat sehingga merupakan warga Negara biasa, namun prajurit
mendapatkan fasilitas maupun kesempatan yang tidak sama dengan warga
masyarakat biasa. Keadaan yang demikian patut disukuri dan bukan untuk dipamerkan
dimuka masyarakat binaannya. Dengan penampilan sederhana akan lebih dipercaya
dan di hormati oleh masyarakat binaanya
13. Kemampuan Bintara Pembina Desa.

a. Kepekaan yang tinggi.perkembangan situasi Negara Indonesia terutama


diaceh,Irian, Jogyakarta, Ambon, dan Jakarta, semakin kompelks. Maka diharapkan
seorang Bintara Pembina Desa memiliki kepekaan yang tinggi apabila tidak segera
diatasi akan timbul keresahan sosial dan akan menjurus kepada ketegangan sosial.
Kepekaan yang harus dimiliki aktif mengikuti merasakan dan mengantisipasi
perubahan dan perkembangan secara benar tepat dalam meresapi dan mengantisipasi
suatu gejala perubahan dan perkembangan masyarakat.

b. Lingkungan. Lingkungan di dimana babinsa melaksankan kegiatan kewilayhan


diharuskan dapat Kemampuan mengenali masalah dan meramalkan. Dalam
kondisi lingkungan yang serba kompleks dan cepat berubah serta tidak pasti terdapat
kerawanan yang akan menggoyahkan stabilitas keamanan. Untuk itu perlu
pemantauan terus menerus perkembangan situasi agar setiap gejolak dan perubahan
dapat ditemukan sedini mungkin. Sehubungan dengan hal di atas maka setiap Babinsa
harus memiliki naluri intelejen yang meliputi kemapuan untuk mengenali dan
memahami secara dini pertanda dan keganjilan yang diduga dapat menimbulkan
kerawanan bagi dirinya atau lingkungan binaanya.

c. Kemampuan Koordinasi. Apabila ada permasalahan yang ada di wilayah


tanggung jawabnya seorang Babinsa harus segera melaksanakan koordinasi dengan
aparat terkait untuk menemukan gejala-gejala yang timbul agar tidak meluas dan
dapat mengambil langkah pencegahannya sehingga hal-hal yang dapat terjadi
dimasyarakat yang berkaitan dengan perkembangan teknologi di era reformasi ini
dapat terhindar dari dampak negative yang cepat sekali merambat di tengah-tengah
masyarakat.

d. Kemampuan mengembangkan diri merupakan syarat utama bagi Babinsa


didalam menjalankan tugas dilapangan agar dapat beradaptasi dan dapat bergaul
dengan seluruh lapisan masyarakat yang semakin pintar dan maju sehingga di dalam
setiap diskusi dan bertukar pikiran dengan masyarakat dapat terwadahi sehingga
pengakuan dari masyarakat bahwa babinsa itu tahu segalanya memang dapat
dibuktikan bukan hanya isapan jempol saja, untuk itu perlu para babinsa untuk terus
belajar dan berlatih pada setiap kesempatan yang ada baik secara formal maupun
informal dengan menggunakan sarana yang tersedia di wialayah maupun di satuan.
BAB – IV

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

14 Umum. Kelemahan-kelemahan Bintara Pembina Desa dalam melaksanakan


pembinaan teritorialnya tentunya tidak dilihat dari pelaku-pelakunya saja tetapi harus ditinjau
dari factor-faktor yang mempengaruhi yaitu pengaruh dari dalam maupun pengaruh dari luar.

15. Faktor Internal. Pengaruh lingkungan dari dalam terhadap pemehaman tugas
Bintara Pembina Desa berasal dari prajurit sendiri di satuan yang meliputi :

a. Kondisi pribadi perorangan prajurit.

1). Tingkat pemahaman seorang Bintara Pembina desa, tingkat pendidikan


umum dan militer yang dimiliki oleh seorang babainsa di satuan turut beperan
dalam membentuk sikap Babinsa, dengan demikian Prajurit yang kurang
memahami tugas memungkinkan dengan mudah melakukan tindakan atau
perbuatan baik secara sadar maupun tidak dapat merusak TNI.

2). Pribadi seorang prajurit, kepribadian prajurit pada umumnya relative baik
mengingat setiap prajurit sudah lulus seleksi untuk dapat diterima menjadi
prajurit TNI. Namun untuk memiliki kepribadian prajurit yang sesuai dengan
harapan rakyat tidak mudah yaitu tingkat kepribadian prajurit dimana bertugas
terutama seorang Babinsa yang langsung ditengah masyarakat. Kepribadian
yang kurang dewasa dapat mengurangi kemampuan Babinsa untuk dapat
bertindak atau bertingkah laku yang baik dan benar. Segala tindakan dan
perbuatan yang telah dilakukan oleh seorang Babinsa dianggapnya sudah benar
dan sudah bisa menimbulkan suatu perbuatan yang tidak dapat menyimpang.
Contoh, seorang Babinsa malah manjadi backing suatukegiatan yang tidak patut
ditempat atau wilayah yang mejadi tanggung jawabnya.keluargamasyarakat,
teman, atasan, bawahan dan lain-lain. Keadaan lingkungan ini dapat
berpengaruh positif maupun negative baik sikap dan tingkah laku Babinsa.
Lingkungan yang kurang baik dengan cepat dapat memperbesar dorongan
terhadap babinsa untuk melakukan tindakan-tindakan atau perbuatan yang
tercela dan tindakan pelanggaran disiplin militer.

3). Latar belakang kehidupan sebelum menjadi prajurit, keidupan seorang


prajurit sebelum menjadi prajurit salah satu factor yang dapat mempengaruhi
seorang prajurit sebelum menjadi seorang militer yang berasal dari pemuda
berandalan yang sering meresahkan masyarakat. Setelah menjadi militer dan
menduduki jabatan Babinsa yang langsung membina masyarakat, kadang-
kadang sikap dan tingkah lakunya kembali seperti sebelum menjadi militer.
4). Motivasi. Motivasi seorang Babinsa masih banyak yang bermacam-
macam mulai ingin membangun masyarakat yang baik, aman dan tentram,
tetapi pelaksanaanya masih adanya motivasi yang kurang baik, yaitu menjadi
Babinsa karena ingin dosegani masyarakat, ingin mencari kemudahan-
kemudahan dari masyarakat dan lain-lain. Motivasi seperti inilah yang dapat
menimbulkan seorang babinsa bersikap, bertingkah laku yang kurang terpuji
bahkan akan merusak nama satuan.

5). Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Merupan salah satu landasan hidup serta pedoman dalam
menjalankan pekerjaan atau tugas dengan rasa tulus dan keiklasan. Kurangnya
ketakwaan terhadap agama yang dianutnya seringkali perbuatan tersebut
menyimpang dari peraturan agama.

b. Lingkungan satuan.

1) Potensi Komandan satuan. Komandan satuan sebagai sebagai seorang


Pemimpin dan juga sebagai seorang Pembina mempunyai peranan yang sangat
penting dalam pembinaan satuannya, namun demikian pelaksanaannya
pembinaan satuannya sangat tergantung dari kepribadian dan corak
kepemimpinannnya.

2) Kesejahteraan moril Bintara Pembina Desa.


a) Penghasilan dan gaji yang diterima oleh seorang Bintara memang
sangat dirasakan kurang bila dibandingkan dengan taraf hidup di kota
sehingga hal demikian kurang memadai,apalagi dihadapkan dengan
kebutuhan ekonomi yang semakin hari-semakin naik khususunya di kota
besar, hal ini sering membuat para Babinsa untuk berfikir mencari
tambahan penghasilan yang terdapat diwilayah binaannya untuk
mencukupi penghasilan yang kurang dan ini mau tidak mau banyak
tugas yang harus di laksankannya sering kali terabaikan dengan kata lain
tugas pokok sebagai aparat kewilayahan menjadi nomor dua, sehingga
tugas kewialayahan tidak dapat dilaksanakan secara maksimal.

b) Akomodasi dan sarana di kesatuan. Kondisi satuan dan


pangkalan khususnya perumahan bagi para babinsa sangat terbatas
sehingga banyak para babinsa yang mengontrak rumah di luar rumah
dinas yang seharusnya tersedia, hal ini mengakibatkan sebagian personel
terpaksa mencari tambahan penghasilan sesuai dengan uraian di atas
sehingga dampak yang terjadi bagi pelaksanaan tugas kewilayahan tidak
dapat terlaksana dengan maksimal.
3) Kekuatan Personel. Jumlah personel aparat kewilayahan untuk tiap
satuan berbeda-beda tergantung dari luas wilayah Pembinaan Kodim dan
Wilayah pembinaan Korami sehingga tidak mengherankan ada satu kelurahan
bisa dipegang oleh satu sampai dua babinsa namun ada juga satu orang
babinsa memegan satu sampai tiga wilayah/kelurahan hal ini sangat tidak
efektif terutama babinsa yang memegang dua sampai tiga wilayah besar
kemungkinan untuk pembinaan dan pendataan wilayah kurang maksimal dan
hal-hal yang terjadi diwilayah akan kurang dapat dimonitor dengan baik.

16. Faktor Eksternal. Perkembangan sosial masyarakat sat ini semakin kompleks.

a. Perkembangan politik. Perkembangan politik telah berhasil meningkatkan


kesadaran politik masyarakat hal ini dapat dimanfaatkan oleh kelompok tertentu
sebagai peluang untuk melakukan maneuver politik apalagi pada saat ini sedang
digencarkannya kebebasan berpolitik.

b. Perkembangan ekonomi. Disaat ini perkembangan ekonomi telah dapat


meningkatkan taraf hidup masyarakat, namun demikian disisi lain terdapat jurang
perbedaab antara pendapatan ekonomi antar desa dan kota sehingga banyak
masyarakat desa yang melaksanakan urbanisasi kekota untuk memperbaiki taraf hidup
namun setelah sampai dikota mereka menjadi penganggura dan menciptakan suatu
krisis sosial yang berdampak pada timbulnya angka pengangguran dan tindakan
criminal lainnya yang membuat suatu wilayah mwnjadi rawan terhadap berbagai
masalah sosial.

c. Perkembangan sosial budaya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi telah mengubah peradaban manusia dari era terbelakan menjadi masyarakat
yang maju dan modern, namun demikian dampak ini dapat menerpa kehidupan
masyarakat baik yang positif maupun negative.

d. Perkembangan kondisi keamanan. Peningkatan ganguan keamanan bukan


saja dari segi kuantitas tapi juga dari segi kualitas, hal ini sebagai dampak dari
kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan tingkat pembangunan yang dilaksanakan
oleh pemerintah, sehingga hal ini dapat dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk
mencapai keinginan dan kepentingan politiknya.
BAB – VI

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BABINSA

16. Umum. Dengan mengetahui tingkat kemampuan dan pemahaman tugas Bintara
Pembina desa maka faktor-faktor yang dapat mempengaruhi serta tantangan yang dihadapi
dapat dianalisa guna untuk mendapatkan jalan pemecahan yang berupa upaya-upaya untuk
mengatasi kendala serta untuk memanfaatkan peluang yang ada dalam upaya meningkatkan
kemampuan Bintara Pembina desa yang nantinya dapat menjadi andalan bagi tugas-tugas
TNI-AD sebagai mata telinga dan ujung tombak dari gelar postur kekuatan TNI-AD di dalam
menghadapi era reformasi ini.

Adanya konsepsi pembinaan Babinsa oleh satuan dengan memanfaatkan saran dan prasarana
yang ada untuk membina serta melatihkan kemampuan Babinsa melalui pendidikan dalam
satuan, serta dengan mengoptimalkan kerjasama yang erat antara aparat kewilayahan
dengan aparat pemerintah daerah setempat, sehingga undapt mewujudkan kegiatan tersebut
perlu adanya upaya – upaya yang harus dilakukan secara maksimal dan terarah.

17. Tujuan. Tujuan dari upaya meningkatkan kualitas aparat komando kewilayahan
dalam menghadapi perkembangan komunikasi sosial pada era reformasi ini adalah :

a. Agar para Babinsa dapat melaksanakan tugasnya sebagai aparat kewilayah


dalam melaksanakan Binter dengan baik dan handal.
b. Agar para Babinsa mampu menghadapi perubahan situasi dan kondisi di era
reformasi ini dimana peran dan tugas TNI sebagai aparat pertahanan Negara.
c. Agar para Babinsa dapat selalu eksis didalam menjalankan kegiatannya sebagai
Pembina wilayah dan selalu ditumbuhkan bahwa masyarakat selalu memerlukan
kehadiran Babinsa sebagai Pembina kewilayahan.
d. Selalu ditumbuhkan bahwa tugas kewilayahan merupakan gelar postur
kekuatan TNI-AD didalam menjaga keutuhan dan integritas bangsa Indonesia.

18. Sasaran. Adapun sasaran yang akan dicapai dalam upaya ini adalah sebagai
berikut :

a. Terwujudnya kualitas Babinsa yang mahir dan handal di dalam melaksankan


tugas sebagai aparat Pembina desa.
b. Terlaksananya hubungan komunikasi yang baik antara babinsa dengan aparat
pemerintah daerah serta dengan masyarakat di dalam menciptakan kondisi
wilayah yang kondusif di era reformasi ini.
c. Tetap terjaganya hubungan secara harmonis kemanunggalan TNI dengan
rakyat sebagai kekuatan yang maha dasyat yang dimiliki bangsa Indonesia.
d. Tetap utuh dan terjaganya kedaulatan Negara Indonesia di era reformasi ini.

19. Subyek. Subyek dari upaya meningkatkan kualitas aparat komando kewilayahan
dalam menghadapi perkembangan komunikasi sosial pada era reformasi ini adalah :

a. DANREM sebagai Komandan Pembina kewilayahan yang membawahi Kodim.


b. DANDIM sebagai Komandan Pembina kewilayahan yang membawa Koramil
dimana segala rencana kegiatan Koramil direncanakan dari Kodim.
c. DANRAMIL merupakan penanggung jawab seluruh kegiatan Babinsa di dalam
melaksanakan kegiatanya di wilayah.

20. Obyek. Obyek dari pelaksanaan kegiatan dalam upaya meningkatkan kualitas
aparat komando kewilayahan dalam menghadapi perkembangan komunikasi sosial pada era
reformasi ini adalah Babinsa yang menitik beratkan pada kegiatan kewialayah yang meliputi :

a. Lingkungan pembinaan desa.


b. Hubungan antara Babinsa dengan masyarakat.
c. Hubungan Babinsa dengan aparat pemda.
d. Mengantisipasi perubahan wilayah pada era Reformasi.

21. Metode. Metode yang dipergunakan di dalam melaksanakan Upaya meningkatkan


kualitas aparat komando kewilayahan dalam menghadapi perkembangan komunikasi sosial
pada era reformasi ini adalah :

22. Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasarana yang dipergunakan didalam
melaksanakan Upaya meningkatkan kualitas aparat komando kewilayahan dalam menghadapi
perkembangan komunikasi sosial pada era reformasi ini adalah :

a. Buku-buku penunjang kegiatan Babinsa berupa BPUP territorial.


b. Latihan-latihan satuan yang dapat menunjang keterampilan dan kemahiran
Babinsa.

c. Sarana alat komunikasi yang harus dimiliki oleh babinsa agar dapat melaporkan
denga cepat dan menemukan sesuatu yang terjadi dengan cepat setiap
kejadian di wilayah.

d. Sarana transfortasi berupa sepeda motor untuk dipergunakan didalam


melaksanakan patroli dan monitor wilayah.
d. Kegiatan lapangan yang dipergunakan untuk pembinaan fisik bagi para Babinsa.

23. Upaya. Upaya yang harus dilaksanakan di dalam melaksanakan kegiatan


pembinaan wilayah dalam rangka Upaya meningkatkan kualitas aparat komando kewilayahan
dalam menghadapi perkembangan komunikasi sosial pada era reformasi ini adalah :

a. Sikap dasar yang harus dimiliki Apter. Dlam kehidupan prajurit penghayatan
dan pengamalan sumpah prajurit, sapta marga dan 8 wajib TNI merupakan sikap yang
harus dimiliki oleh setiap Bintara Pembina Desa. Oleh karena itu upaya pembinaan,
pemeliharaan dan peningkatan jiwa keprajuritan dilingkungan satuan sudah
merupakan suatu pola kegiatan yang berlangsung terus menerus guna mewujudkan
sikap ketaatan terhadap undang-undang maupun peraturan militer serta aturan
kedinasan lainnya yang merupakan pedoman didalam melaksanakan kegiatan sehari-
hari terutama yang berkaitan dengan warga masyarakat, kegiatan pembinaan ini dapat
dilaksanakan dalam bentuk :

1) Jam Komandan. Jam komandan merupakan media yang sangat baik


untuk melakukan komunikasi dengan para Babinsa atau bawahannya sehingga
sarana tatap muka dangan media ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan
Tanya jawab sekaligus untuk mengetahui kesulitan serta hambatan yang di
hadapi Babinsa didalam melaksanakan kegiatan kewialayah, dan kegiatan ini
dapat pula memberikan pembekalan kepada babinsa tentang pedoman hidup
keprajuritan serta sikap dan perilaku sebagai prajurit TNI dan tentang
pemberian pembekalan tentamg temu cepat dan lapor cepat yanmg berkaitan
dengan tugas pokok satuan Komando kewilayahan. Adapun maksud
diberikannya bimbingan :

a) Agar setiap Bintara Pembina desa mampu memahami dan


mengambil sikap dan tingkah laku dengan baik khususnya dalam
kehidupan sehari-hari sebagai aparat Pembina kewilayahan yang menjadi
tanggung jawabnya.

b) Agar setiap bintara Pembina desa memahami dan menghayati


sumpah prajurit, sapta marga dan 8 wajib TNI.
c) Agar setiap Bintara Pembina desa secara terus menerus mampu
memelihara dan meningkatkan kualitas sikap dan perilaku sebagai insane
prajurit sapta marga.

b. Ceramah. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan pembekalan


dan penyegaran kepada seluruh aparat kewilayahan/Babinsa guna
menumbuhkan sikap dan jiwa prajurit sapta marga, sumpah prajurit dan
memiliki pekerti 8 wajib TNI dan dapat diselingi kegiatan berupa diskusi antara
komandan satuan/danramil dengan para Babinsa mengenai pengetahuan lima
kemampuan territorial dan lebih ditekankan kepada kemampuan temu cepat
dan lapor cepat serta perkembangan yang terjadi diwilayahnya masing-masing,
kegiatan seperti ini sangat penting artinya bagi Babinsa sebagai aparat
kewilayahan karena akan menumbuhkan naluri intelijen yang sangat
mendukung di dalam pengumpulan keterangan serta mampu untuk
menganalisa setiap kemungkinan yang akan terjadi di wilayahnya masing-
masing. Kepedulian danketanggap segeraan terhadap situasi yang terjadi dan
berkambang dapat menciptakan sikap mental Babinsa yang kuat di dalam
mengambil suatu keputusan dan tindakan yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat.

b. Upaya meningkatkan kemampuan.

1) Di lembaga pendidikan. Di dalam lembaga pendidikan khususnya bagi


Bintara pemboina desa diberikan pelajaran tentang intelijen territorial dengan
pembentukanjaring intelter yang akan dapay mendukung pelaksanaan tugas
seperti penyelidikan dan pengamanan yang praktis sehingga bila sudah
mendapat penugasan di kewilayahan sebagai ujung tombak di dalam
melakukan pemantauan terhadap situasi dan kondisi yang ada diwilayah
tanggung jawabnya namun demikian bisa dihadapkan dengan kondisi bintara
Pembina desa yang ada. Luas tanggung jawab sarana untuk melaksanakan dan
meningkatkan pelaksanaan deteksi dini dan cegah dini yang meliputi
peningkatan kemampuan personil, materil dan kesadaran masyarakat. Sehingga
di dalam lembaga pendidikan harus betul-betul diterapkan materi binter terapan
yang dapat dipergunakan oleh Babinsa didalam melaksanakan tugasnya
dilapangan yang sesuai dengan perubahan situasidan kondisi dan disesuaikan
dengan doktrin yang telah berlaku dilingkungan TNI-AD sehingga sepak terjang
dan aktivitas aparat kewilayahan dapat dilaksanakan denagn baik, sedangkan
dinamika yang terjadi diulapangan para Babinsa harus dapat menyesuaikan
dengan lingkungan yang sedang terjadi di masyarakat di era reformasi ini.

b. Di dalam satuan.

1). Penempatan aparat Pembina desa minimal prajurit yang sudah


berpengalaman di territorial dan di satuan tempur serta berpendidikan
SLTA sederajat dan batasan umur antara 30 – 40 tahun hal ini agar masa
pakai dan kekuatan fisik babinsa masih dapat dipergunakan sehingga
Babinsa tersebut mampu melaksanakan tugas dilapangan dan dapat
mengikuti perkembangan situasi sehingga dapat mengambil langkah-
langkah dan tindakan yang cepat dan tepat, hal ini mutlak di laksankan
mengingat tugas dan tanggung jawab Babinsa didalam melaksanakan
kegiatan dilapangan dilaksanakan hamper 24 jam sehingga dibutuhkan
kemampuan fisik dan daya tanggap yang baik.

2). Pemberian latihan-latihan tentang kemampuan babinsa yang


tertuang didalam 5 kemampuan territorial harus dapat diberikan secara
bertingkat, bertahap dan berlanjut yang sifatnya akan merangsang tugas
dilapangan sehingga diharapkan dengan pemberian latihan yang
diberikan dapat mendekati situasi yang sebenarnya, dengan demikian
tidak ada lagi keragu-raguan lagi bagi babinsa didalam menerapkan ilmu
dan keterampilan tentang pembinaan territorial di lapangan sehingga
penerapan latihan yang diberikan dapat berupa :

1) Memberikan latihan dengan memperhatikan gejala-gejala


atau situasi yang sedang berkembang di masyarakat.

2) Memberikan latihan tehnik pengamatan dan penggambaran


terhadap sasaran yang menjadi obyek permasalahan yang timbul
di masyarakat.

3) Menumbuhkan budaya ingintahu dan wajib lapor serta


keberanian menyampaikan saran kepada pimpinan.

4) Melatihkan tentang tehnik pengumpulan data-data


territorial yang benar dan akurat.

c. Latihan tentang pembuatan laporan-laporan territorial dan laporan


temu cepat dan lapor cepat yang mengandung unsure-unsur
SIABIDIBAME, dengan diberikannya latihan-latihan tersebut diatas maka
diharapkan para babinsa memiliki kepekaan yang tinggi terhadap
perkembangan yang terjadi dan mampu menampung setiap laporan yang
benar, dalam pelatihan ini sebaiknya unsure pelatih dapat memanfaatkan
para pejabat staf di Kodim yang dapat melakukan tugas ini seperti pasi
intel, pasi operasi dan pasi ter sesuai dengan ilmu yang akan diberikan
kepada para Babinsa.

d. Upaya mengatasi komunikasi dan biaya.


1) Memberikan latihan penggunaan sarana komunikasi umum
aparat pemerintah setempat serta cara penggunaan sandi suara
dan panggilan.

2) memberikan saran alternative pengadaan saran transfortasi


yang menjadi sarana sangat vital bagi babinsa didalam
menjalankan kegiatannya diwilayah berupa pembelian kredit
motor kerekanan wilayah dengan harga yang dapat dijangkau
oleh Babinsa, hal ini dilakukan agar mengingat belum
terpenuhinya sarana pendukung yang disiapkan oleh satuan dalam
mendukung tugas aparata kewilayahan dilapangan.

3) Membuat pengajuan kepada komando atas tentang sarana


dan prasarana yang belum terpenuhi oleh Koramil terutama
Babinsa didalam melaksanakan tugasnya dilapangan.

e. Menyelenggarakan pembinaan intelijen territorial.


Tujuan dari pembinaan intelijen territorial adalah
menanamkan dan menumbuhkan pengetahuan tentang intelijen
territorial sehingga diharapkan setiap Babinsa dan aparat
territorial lainnya mempunyai pengetahuan dan kemampuan
intelijen sehingga mampu menganalisa situasi dan mengantisipasi
setiap keadaan yang terjadi di wilayah dihadapkan dengan
perkembangan jaman dan mampu mengambil langkah-langkah
penanganan dengan cepat dan tepat serta mampu pula
menemukan setiap akar permasalahan yang terjadi di masyarakat
untuk dapat diselesaikan secara musyawarah atau melalui
prosedur hukum yang berlaku dalam hal ini perlu adanya kerja
sama denga aparat kepolisian setempat, sehingga untuk dapat
menguasai pengetahuan intelijen territorial perlu adanya suatu
bimbingan pengajaran yang diberikan oleh oleh komando atas
dalam hal ini yang mempunyai pengetahuan intelijen dengan
melalui :

1) Penataran intelijen. Penataran ini dimaksudkan


untuk memberikan pengetahuan intelijen yang dirasakan
masih kurang seingga perlu adanya pembekalan
pengertahuan intelijen khususnya masalah sikap territorial
dan temu cepat lapor cepat diman materi yang dapat
diberiakn dapat berupa.

a) pengamanan tubuh satuan.

b) Pembentukan jarring intelijen territorial.


c) Funsi-fungsi intelijen.

d) Penghayatan kehidupan sosial.

e) pengetahuan geografi, demografi dan kondisi


sosial beserta permasalahannya.

2) Latihan intelijen. Diadakan latihan intelijen yang diberikan


kepada seluruh Bintara Pembina desa dan aparat kewilayahan
lainnya bertujuan untuk melatih mengaplikasikan pengetahuan
intelijen dan territorial denga dihadapkan dengan persoalan yang
ada dilapangan, dan diharapkan dengan diadakannya latihan ini
para Babinsa mampu mengamalkan sikap dan perilaku yang dapat
menampilkan diri yang simpatik dan dicintai oleh masyarakat serta
dapat menyakinkan pihak lain, dengan menjalankan latihan ini
diharapkan para bintara Pembina desa mampu menampilkan
secara fisik kegiatan yang nyata di lapangan.

f. Upaya meningkatkan kesadaran masyarakat.

1) Memberiakan penjelasan tentang hakekat ancaman yang ada


dampaknya dengan cara kerja sama dengan aparat terkait.

2). Memeberikan kegiatan yang bersifat menumbuhkan kesadaran


bernegara dan bela Negara.

3). Melatih masyarakat untuk selalu peka terhadap kegiatan golongan


tertentu yang menyimpang untuk melapor.

g. Meningakatkan Pengawasan. Pengawasan yang dilakukan oleh


Danramil atau Pasi intel Kodim terhadap para Bintara Pembina Desa baik secara
langsung maupun tidak langsung adalah pelaksanaannya tetap berpedoman
pada azas kepemimpinan dengan memberikan contoh tauladan kepada para
Binatara Pembina Desadan keluargannya. Upaya-upaya untuk mewujudkan
pengawsan dengan cara :

a. Upaya Kedalam. Beberapa upaya yang dilalukan kedalam


sebetulnya tidak asing lagi bagi Danramil maupun perwira lain dikodim
upaya kedalam ini merupakan suatu kewajiban bagi seorang pimpinan
dalam satuan untuk memelihara dan meningkatkan disiplin dan tata
tertib di Koramil. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan adalah :
1). Pengarahan tentang pentingnya disiplin dan sanksi-sanksi
hukum dapat dijatuhkan pada saat apel atau jam komandan.

2). Senantiasa menigkatkan sikap Bintara Pembina Desa agar


dapat memahami dan melaksankan pedoman prajurit yaitu Sapta
Marga, Sumpah prajurit dan 8 wajib TNI.

3). Memperhatikan dan memberikan kesejahteraan sesuai


dangan haknya.

4). Menjatuhkan tindakan dan sanksi hukum bagi yang


melanggar atau tidak memenuhi peraturan yang berlaku.

b. Upaya Keluar. Pengawsan aparat Binatar Pembina Desa


sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti perumahan latar
belakang pendidikan. Pola hidup mapun pengasuh lingkungan oleh
karena itu Danramil harus melakukan pengawsan secara langsung untuk
mencegah terjadinya penyimpangan sikap dan tingakh laku yang tidak
sesuai upaya yang dapat dilakukan sebagai berikut :

1). Mengadakan kerjasam dengan aparat terkait diwilyah


tanggung jawabnya seperi kepala desa kecamatan dan polsek
dengan maksud dapat memberikan informasi dengan cepat.

2). Mengadakan kerjasama dengan instansi swasta yang ada


diwilayah seperti satpam perusahan, satpam perumahan dalam
rangka kerjasama dibidang pengamanan.
BAB – VII

PENUTUP

24. Kesimpulan

a. Kondisi binter yang dilakukan oleh Babinsa saat ini masih kurang ditandai
dengan adanya kemorosotan atau penurunan disiplin dan penyimpangan di dalam
melaksankan tugas, penyimpangan dilakukan oleh oknum-oknum babinsa yang belum
dapat memahami dan menghayati sumpah prajurit dan sapta marga serta 8 wajib TNI
yang menjadi pedoman hidup keprajuritan bagi setiap prajurit TNI.

b. Suatu satuan di dalam menghadapi tugas-tugas yang dibebankan kepadanya


agar dapat dilaksankan dengan baik dan berhasil maka aparat territorial dalam hal ini
Babinsa dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan juga dituntut memiliki
disiplin dan tingkah laku sesuai dengan jiwa sapta marga, sumpah prajurit dan 8 wajib
TNI.

c. Mekanisme kerja para Babinsa dilapangan belum maksimal yaitu belum dapat
menunjukan koordinasi yang cepat dan tepat, terutama dengan unsur dari pemerintah
daerah namun demikan dengan diterapkannya kegiatan berupa temu cepat dan lapor
cepat terhadap setiap permasalahan yang terjadi hingga kejadian-kejadian yang
berada di wilayah dan ditengah-tengah masyarakat dapat diatasi dengan cepat hal ini
sebagai perwujudan kepekaan terhadap perkembangan situasi yang menjadi tolak
ukur profesionalisme aparat territorial disetiap komando kewilayahan.

25. Saran

a. perlu adanya rumusan berupa panduan “Prosedur Tetap” yang memuat tugas
KONFIDENSIAL
dan tanggung jawab aparat territorial dalam hal ini Babinsa untuk dapat dijadikan
pedoman dalam pelaksaan tugas dilapa

b. Guna tercapainya kemampuan para aparat territorial terutama Babinsa yang


optimal maka seyogyanya perlu adanya anggaran yang lebih tinggi untuk dapat
dialokasikan kesetiap satuan kewilayahan guna melaksanakan kegiatan komunikasi
sosial dengan masyarakat yang terfokus kepada lima kemampuan territorial.

Bandung, Agustus 2004

Penulis

RUSTAM FAUZI
KAPTEN INF NOSIS 650

KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL

Anda mungkin juga menyukai