BAB – 1
PENDAHULUAN
1. Umum
c. Kemampuan pembinaan teritorial yang harus dimiliki oleh para Babinsa dalam
menyikapi perkembangan masa kini dan yang akan datang maka perlu dibekali dan
dilatihkan pengetahuan tentang intelijen diantaranya kemapuan temu cepat lapor
cepat merupakan hal sangat mendasar yang harus di miliki oleh setiap prajurit sebagai
aparat teritorial khususnya ujung tombak koramil adalah bintara pembinaan desa
sesuai kemampuan territorial yang di tekankan pada setiap bintara Pembina desa di
dalamnya termasuk kemapuan intelejen secara umum sudah di tanamkan pada setiap
prajurit namun bagi seorang bintara pembina desa harus lebih mendalam lebih peka
dan tajam di banding prajurit di luar satuan komando kewilayahan koramil sebagai
ujung tombak satuan territorial di tuntut mampu mengkondisikan setiap sasaran tugas.
Oleh sebab itu tidakah berlebihan bila kemampuan temu cepat lapor cepat di koramil
perlu dilengkapi kemampuan lanjutan termasuk kemampuan penyelidikan yang harus
ditindak lanjuti dengan kemampuan analisa dengan alasan diatas perlu kiranya
dilengkapi dan dikaji terus dan dikembangkan dalam rangka mengantisipasi setiap
masalah yang berkembang diwilayah.
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Ruang lingkup ini dibatasi kepada upaya
meningkatkan kualitas aparat komando kewilayahan dalam menghadapi
perkembangan komunikasi sosial pada era reformasi yang disusun dengan tata urut
sebagai berikut :
a. Pendahuluan.
b. Kondisi kualitas babinsa saat ini.
c. faktor-faktor yang mempengaruhi.
d. Kondisi kualitas babinsa yang diharapkan.
e. Upaya meningkatkan kualitas Babinsa.
f. Kesimpulan dan saran
g. Penutup.
4. Metode dan Pendekatan. Tulisan ini dibuat dengan berdasarkan metode dan
pendekatan pengalaman selama melaksanakan tugas di lapangan.
5. Pengertian.
6. Umum.
a. Pada era reformasi sekarang ini, maka pertumbuhan di segala aspek kehidupan
telah mewarnai bangsa kita hal ini terjadi di kalangan pemerintah maupun
dilingkungan militer dan semua ini merupakan wujud dari pemerintah untuk memenuhi
tuntutan rakyatnya.
7. Dasar Pemikiran.
Berdasarkan pengalaman tentang peran Aparat kewilayahan dalam hal ini Babinsa
dalam melaksankan tugasnya dilapangan sebagai ujung tombak aparat territorial yang
langsung berhubungan dengan masyarakat. Namun dalam pelaksanaannya banyak dikotori
dan dicemari oleh segelintir oknum prajurit yang tidak terpuji. Terjadinya penyimpangan
tersebut akibat kurang memahami dan menghayati Sumpah Prajurit Sapta Marga dan 8 Wajib
TNI. Dalam hal ini santiaji tidak hanya dihafal tetapi harus benar-benar dihayati dan
diamalkan dalam bentuk sikap dan tingkah laku sehari-hari sehingga diharapkan dapat
menampilkan sikap prajurit yang baik dapat jadi panutan di tengah masyarakat. Adapun
perilaku sejumlah oknum Babinsa yang telah melupakan pedoman hidup dan kedudukannya
sebagai pelopor masyarakat antara lain :
b. Materi yang semula hanya sebagai alat, kemudian dikejar tanpa mengenal batas
peraturan bahkan dengan segala macam cara melanggar rambu yang sudah ada.
10. Kemampuan Aparat Kowil. Bintara Pembina desa sebagai bagian dari aparat
kewilayahan didalam pelaksanaan tugas sudah ada pedoman yaitu lima kemapuan territorial
yang harus melekat sehingga pola pikirnya sejalan dengan pembinaan yang harus mengacu
pada kemampuan tersebut. Tingakat pemahaman yang kurang dan kurangnya pengawasan
dari unsure pimpinan menyebabkan kurang optimalnya kemampuan tersebut.
11. Umum. Dihadapkan dengan struktur organisasi, tugas dan wilayah serta
perkembangan kehidupan sosial masyarakat yang tidak menentu. Maka pelaksanaan Binter
yang diharapkan adalah seorang Babinsa harus mempunya kepekaan yang tinggi terhadap
setiap permasalahan yang dihadapi. Pembentukan hankam dan kemampuan meramalkan
kemungkinan yang terjadi. Pembentukan jarring dan temu cepat lapor cepat serta
melaksankan lapor cepat terlebuh dahulu harus didasari dengan sikap dasar yang harus
dimiliki oleh seorang Babinsa.
b. Sebagai warga Negara biasa, setiap aparat Pembina desa harus sadar hak dan
kewajiban ikut serta membela Negara dan Bangsa. Tidak menunjukan sikap yang
menyendiri, menjaga kehormatan dimuka umum dan mematuhi segala kaidah-kaidah
yang berlaku dimasyarakat dan juga peraturan-peraturan militer yang membungkus
dirinya sebagai alat pertahanan Negara sehingga dengan keberadaan babinsa
masyarakat merasa aman dan terlindung dari setiap perubahan yang terjadi di
masyarakat.
d. Sebagai Warga Masyarakat, aparat Pembina desa atau Bintara Pembina desa
berasal dari rakyat sehingga merupakan warga Negara biasa, namun prajurit
mendapatkan fasilitas maupun kesempatan yang tidak sama dengan warga
masyarakat biasa. Keadaan yang demikian patut disukuri dan bukan untuk dipamerkan
dimuka masyarakat binaannya. Dengan penampilan sederhana akan lebih dipercaya
dan di hormati oleh masyarakat binaanya
13. Kemampuan Bintara Pembina Desa.
15. Faktor Internal. Pengaruh lingkungan dari dalam terhadap pemehaman tugas
Bintara Pembina Desa berasal dari prajurit sendiri di satuan yang meliputi :
2). Pribadi seorang prajurit, kepribadian prajurit pada umumnya relative baik
mengingat setiap prajurit sudah lulus seleksi untuk dapat diterima menjadi
prajurit TNI. Namun untuk memiliki kepribadian prajurit yang sesuai dengan
harapan rakyat tidak mudah yaitu tingkat kepribadian prajurit dimana bertugas
terutama seorang Babinsa yang langsung ditengah masyarakat. Kepribadian
yang kurang dewasa dapat mengurangi kemampuan Babinsa untuk dapat
bertindak atau bertingkah laku yang baik dan benar. Segala tindakan dan
perbuatan yang telah dilakukan oleh seorang Babinsa dianggapnya sudah benar
dan sudah bisa menimbulkan suatu perbuatan yang tidak dapat menyimpang.
Contoh, seorang Babinsa malah manjadi backing suatukegiatan yang tidak patut
ditempat atau wilayah yang mejadi tanggung jawabnya.keluargamasyarakat,
teman, atasan, bawahan dan lain-lain. Keadaan lingkungan ini dapat
berpengaruh positif maupun negative baik sikap dan tingkah laku Babinsa.
Lingkungan yang kurang baik dengan cepat dapat memperbesar dorongan
terhadap babinsa untuk melakukan tindakan-tindakan atau perbuatan yang
tercela dan tindakan pelanggaran disiplin militer.
5). Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Merupan salah satu landasan hidup serta pedoman dalam
menjalankan pekerjaan atau tugas dengan rasa tulus dan keiklasan. Kurangnya
ketakwaan terhadap agama yang dianutnya seringkali perbuatan tersebut
menyimpang dari peraturan agama.
b. Lingkungan satuan.
16. Faktor Eksternal. Perkembangan sosial masyarakat sat ini semakin kompleks.
16. Umum. Dengan mengetahui tingkat kemampuan dan pemahaman tugas Bintara
Pembina desa maka faktor-faktor yang dapat mempengaruhi serta tantangan yang dihadapi
dapat dianalisa guna untuk mendapatkan jalan pemecahan yang berupa upaya-upaya untuk
mengatasi kendala serta untuk memanfaatkan peluang yang ada dalam upaya meningkatkan
kemampuan Bintara Pembina desa yang nantinya dapat menjadi andalan bagi tugas-tugas
TNI-AD sebagai mata telinga dan ujung tombak dari gelar postur kekuatan TNI-AD di dalam
menghadapi era reformasi ini.
Adanya konsepsi pembinaan Babinsa oleh satuan dengan memanfaatkan saran dan prasarana
yang ada untuk membina serta melatihkan kemampuan Babinsa melalui pendidikan dalam
satuan, serta dengan mengoptimalkan kerjasama yang erat antara aparat kewilayahan
dengan aparat pemerintah daerah setempat, sehingga undapt mewujudkan kegiatan tersebut
perlu adanya upaya – upaya yang harus dilakukan secara maksimal dan terarah.
17. Tujuan. Tujuan dari upaya meningkatkan kualitas aparat komando kewilayahan
dalam menghadapi perkembangan komunikasi sosial pada era reformasi ini adalah :
18. Sasaran. Adapun sasaran yang akan dicapai dalam upaya ini adalah sebagai
berikut :
19. Subyek. Subyek dari upaya meningkatkan kualitas aparat komando kewilayahan
dalam menghadapi perkembangan komunikasi sosial pada era reformasi ini adalah :
20. Obyek. Obyek dari pelaksanaan kegiatan dalam upaya meningkatkan kualitas
aparat komando kewilayahan dalam menghadapi perkembangan komunikasi sosial pada era
reformasi ini adalah Babinsa yang menitik beratkan pada kegiatan kewialayah yang meliputi :
22. Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasarana yang dipergunakan didalam
melaksanakan Upaya meningkatkan kualitas aparat komando kewilayahan dalam menghadapi
perkembangan komunikasi sosial pada era reformasi ini adalah :
c. Sarana alat komunikasi yang harus dimiliki oleh babinsa agar dapat melaporkan
denga cepat dan menemukan sesuatu yang terjadi dengan cepat setiap
kejadian di wilayah.
a. Sikap dasar yang harus dimiliki Apter. Dlam kehidupan prajurit penghayatan
dan pengamalan sumpah prajurit, sapta marga dan 8 wajib TNI merupakan sikap yang
harus dimiliki oleh setiap Bintara Pembina Desa. Oleh karena itu upaya pembinaan,
pemeliharaan dan peningkatan jiwa keprajuritan dilingkungan satuan sudah
merupakan suatu pola kegiatan yang berlangsung terus menerus guna mewujudkan
sikap ketaatan terhadap undang-undang maupun peraturan militer serta aturan
kedinasan lainnya yang merupakan pedoman didalam melaksanakan kegiatan sehari-
hari terutama yang berkaitan dengan warga masyarakat, kegiatan pembinaan ini dapat
dilaksanakan dalam bentuk :
b. Di dalam satuan.
PENUTUP
24. Kesimpulan
a. Kondisi binter yang dilakukan oleh Babinsa saat ini masih kurang ditandai
dengan adanya kemorosotan atau penurunan disiplin dan penyimpangan di dalam
melaksankan tugas, penyimpangan dilakukan oleh oknum-oknum babinsa yang belum
dapat memahami dan menghayati sumpah prajurit dan sapta marga serta 8 wajib TNI
yang menjadi pedoman hidup keprajuritan bagi setiap prajurit TNI.
c. Mekanisme kerja para Babinsa dilapangan belum maksimal yaitu belum dapat
menunjukan koordinasi yang cepat dan tepat, terutama dengan unsur dari pemerintah
daerah namun demikan dengan diterapkannya kegiatan berupa temu cepat dan lapor
cepat terhadap setiap permasalahan yang terjadi hingga kejadian-kejadian yang
berada di wilayah dan ditengah-tengah masyarakat dapat diatasi dengan cepat hal ini
sebagai perwujudan kepekaan terhadap perkembangan situasi yang menjadi tolak
ukur profesionalisme aparat territorial disetiap komando kewilayahan.
25. Saran
a. perlu adanya rumusan berupa panduan “Prosedur Tetap” yang memuat tugas
KONFIDENSIAL
dan tanggung jawab aparat territorial dalam hal ini Babinsa untuk dapat dijadikan
pedoman dalam pelaksaan tugas dilapa
Penulis
RUSTAM FAUZI
KAPTEN INF NOSIS 650
KONFIDENSIAL
KONFIDENSIAL
KONFIDENSIAL