Anda di halaman 1dari 51

PERAN PEMBINAAN TERITORIAL DALAM

MEWUJUDKAN RAK JUANG YANG TANGGUH DALAM


RANGKA PERTAHANAN NEGARA

1.

Pendahuluan

a.

Proses perkembangan bangsa Indonesia yang ditandai dengan era reformasi yang

dilakukan

seperti makanan cepat saji tanpa adanya perencanaan yang melalui proses

pengkajian secara akademik dan tidak konseptual, tetapi hanya dilandasi oleh keinginan
untuk merubah suatu keadaan kepada era yang lebih baik di mana perubahan tersebut
hanya dilandasi oleh suatu keinginan yang bersifat emosional saja tanpa berpikiran bahwa
suatu perubahan akan membutuhkan waktu dan pengorbanan yang tinggi dari segenap
anak bangsa, dan ditengah-tengan tuntutan dari beberapa pihak yang mengingginkan
perubahan secara mendasar tentang tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara ada
salah satu tuntutan yang bersifat krusial yaitu dihilangkannya komando wilayah padahal
komando wilayah merupakan wujud dari sistim pertahanan negara yang paling kuat yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia, namun demikian kita sadar bahwa kita pernah melakukan
kesalahan di dalam menerapkan tugas Koter di masa lalu tetapi hal tersebut, sudah mulai
diperbaiki tentang tugas dan tanggung jawab Kowil di dalam paradigma baru TNI.
b.

Menyikapi hal tersebut maka pimpinan TNI dalam hal ini Pimpinan TNI-AD sudah

mengambil langkah-langkah pembenahan di dalam merancang tentang tugas dan tanggung


jawab Kowil di dalam melaksankan tugasnya di lapangan, sehingga diharapkan tugas pokok
Kowil dalam hal ini pembinaan geografi, pembinaan demografi dan pembinaan kondisi
sosial dapat betul-betul dilaksanakan dengan baik melalui metode Bhakti TNI dan
pendekatan kerakyatan guna menciptakan sistim ketahanan wilayah yang tangguh dan
barisan terdepan di dalam melaksanakan kegiatan ini ada pada tingkatan Kodam, Kodim,
dan Koramil yang merupakan ujung tombak dari pembinaan kewilayahan dalam mendukung
ketahanan
c.

negara

wilayah.

Dalam mendukung kegiatan kewilayahan ini maka aparat teritorial harus dapat

bekerja sama dengan seluruh komponen yang ada di masyarakat dan dengan aparat
pemerintah daerah setempat sehingga tujuan dan sasaran di dalam rangka pembinaan
ketahanan wilayah yang mantap dalam wadah NKRI.
2.

Maksud dan Tujuan.

a.

Maksud. Maksud penulisan karangan militer ini adalah untuk memberikan masukan

atau gambaran kepada komando atas tentang pelaksanaan pembinaan teritorial tingkat

Kowil yang dihadapkan kepada kondisi yang akan datang untuk mewujudkan pertahanan
negara.
b.

Tujuan.

Adapun tujuan penulisan karangan militer ini adalah untuk bahan

pertimbangan satuan komando atas dalam rangka menentukan kebijaksanaan tentang


pembinaan
3.

teritorial

di

masa

Ruang Lingkup dan Tata Urut.

yang

akan

datang

yang

semakin

komplek.

Penulisan karangan militer ini dibatasi pada peran

Binter dalam mewujudkan RAK juang yang tangguh dalam rangka pertahanan negara yang
disusun dengan tata urut sebagai berikut :

a)

Pendahuluan.

b)

Latar Belakang Pemikiran.

c)

Kondisi pembinaan Teritorial Saat ini.

d)

Faktor-faktor yang mempengaruhi.

e)

Kondisi Pembinaan Teritorial Yang Diharapkan.

f)

Upaya Yang Dilakukan.

g)

Penutup.

4.

Metoda dan Pendekatan. Penulisan karangan militer ini dengan metoda pendekatan

berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama menjadi prajurit TNI-AD dan pernah
bertugas di Kowil serta referensi yang lainnya.

5.

Pengertian.

a.

Pembinaan teritorial adalah segala pekerjaan dan kegiatan yang berhubungan dengan

perencanaan, penyusunan dan pengembangan , pengarahan serta pengendalilan potensi


wilayah dengan segenap aspeknya dalam rangka menjadikan wilayah sebagai ruang alat
dan kondisi juang guna kepentingan Hankamneg.
b.

Rak juang adalah wilayah di mana rakyat telah menjadi kekuatan yang dapat

diandalkan

serta

memiliki

kekuatan

alamiah

tertentu

yang

menjadi

jaminan

berlangsungnya perjuangan dalam kerangka Sishamkamrata.


c.

Alat juang adalah masyarakat telah memiliki kesadaran bela negara yang tinggi telah

disusun, dilatih, dilengkapi dan disiagakan sesuai pengelompokan bidang dan perannya
masing-masing.

d.
dan

6.

Kondisi juang adalah kesadaran sikap dan tekad masyarakat untuk membela negara
bangsa

yang

disertai

kesanggupan

berkorban

sebagaimana

besarnya.

Dasar Pemikiran
Umum.

Eksistensi maupun peran TNI Angkatan Darat sebagai pembina teritorial

dalam rangka mewujudkan ruang, alat dan kondisi juang bukan hal yang baru dalam tata
kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Sebagai pembina teritorial TNI Angkatan Darat
bersama-sama unsur dari TNI dan pemerintah sebenarnya memikul tugas dan tanggung
jawab yang sama untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi kelangsungan kegiatan
pembangunan

nasional.

Dalam

rangka

mewujudkan

keseimbangan

antara

tujuan

pembinaan teritorial (Binter) bagi kepentingan pertahanan keamanan negara (Hankamneg)


dengan kepentingan pembinaan kesejahteraan TNI Angkatan Darat selalu berupaya secara
terus menerus meningkatkan kemampuan Binter baik dari segi struktural maupun dari segi
operasioanl agar tetap memiliki kemampuan efektif untuk dapat menjawab tantangan dan
menyongsong era globalisasi masa depan yang lebih efektif dan kemampuan sumber daya
manusia yang profesional perlu diwujudkan dengan tetap mempertahankan nilai-nilai
kebersamaan di dalam perbedaan menuju masyarakat yang adil dan makmur dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD Tahun 1945.
7.
a.

Pokok - Pokok Pemikiran.


Berdasarkan Doktrin Pertahanan Keamanan Nasional yaitu Sistim Pertahanan

Keamanan Rakyat Semesta ( Sishankamrata ) dengan unsur-unsur terdiri dari TNI sebagai
kekuatan inti dan kekuatan kewilayahan sebagai kekuatan pendukung maka kekuatan
wilayah maupun rakyat didayagunakan untuk menanggulangi ancaman musuh baik
ancaman yang datang dari luar negeri berupa subversi dan infiltrasi sedangkan ancaman
dari
b.

dalam

negeri

berupa

separatis

pemberontakan-pemberontakan

).

Fakta sejarah bahwa keberadaan TNI yang selalu berdampingan dan bersama-sama

dengan rakyat di mulai dari perang kemerdekaan, mempertahankan dan mengisi


kemerdekaan dalam era yang semakin maju bangsa Indonesia tak akan runtuh apabila
kemanunggalan TNI dan rakyat tetap dipertahankan dan hal ini merupakan kekuatan yang
Maha dasyat.

c.

Kowil sebagai pembina teritorial di wilayahnya dapat menjadi pusat perhatian dalam

peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal ini dikarenakan Apter merupakan ujung
tombak bagi TNI Angkatan Darat dalam mewujudkan ruang, alat dan kondisi juang bagi
kepentingan Hankam dan kesinambungan pembangunan masa depan. Hal ini dilaksanakan
tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan di daerah/wilayahnnya dengan berbagai upaya yang
dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung bersama aparatur daerah dan
masyarakat setempat.
9.

Permasalahan.

a.

Perkembangan situasi yang terjadi di negara kita pada saat ini di mana telah terjadi

gejolak krisis ekonomi dan krisis moral mengakibatkan dampak yang sangat komplek
terhadap kehidupan masyarakat.

Keadaan seperti ini, apabila tidak cepat ditangani

secara cepat, maka akan berkembang secara meluas yang akan mengakibatkan
terganggunya stabilitas keamanan. Oleh karena itu, dibutuhkan peran Binter dalam
mewujudkan RAK juang yang tangguh dalam rangka pertahanan negara, sehingga dampak
dari krisis ekonomi dapat ditekan seminimal mungkin serta terjaminnya stabilitas wilayah
di daerahnya.
b.

Dihadapkan dengan kemampuan aparat teritorial yang ada dalam melaksanakan

pembinaan teritorial masih terdapat beberapa kendala yang harus diatasi antara lain :
kurangnya kerja sama dan koordinasi antara aparat teritorial dan aparat pemerintah.

10. Kondisi Pembinaan Teritorial Saat Ini


Pembinaan

territorial

pada

hakekatnya

adalah

pembinaan

wilayah

yang

penggunaannya untuk kepentingan pertahanan keamanan, termasuk operasi operasi


militer lainnya. Usaha usaha dan kegiatannnya diarahkan kepada penyusunan kekuatan
yang terdapat dalam wilayah untuk kepentingan Hankam. Seluruh aparat teritorial sebagai
pembina wilayah mempunyai tugas pokok menyusun unsur geografi, demografi dan unsur
kondisi sosial menjadi kekuatan yang dapat digunakan sebagai ruang, alat dan kondisi
juang yang mampu menghadapi setiap macam ancaman dari manapun datangnya.
11. Subyek Pembinaan
a.

Aparat Teritorial
1)

Secara Kuantitas Personel. Personel Koter pada umumnya belum sesuai dengan

TOP/DSPP yang berlaku, hal ini disebabkan pengisian personel teritorial, baik dari

Satpur maupun Satbanpur yang dilaksanakan selama ini belum dapat memenuhi
kebutuhan TOP/DSSP di samping adanya penyusutan personel akibat pensiun dan
pindah
2)

satuan

lain.

Secara Kualitas. Dihadapkan pada luas dan kompleknya tugas di bidang

pembinaan teritorial kualitas aparat teritorial yang ada pada umumnya belum
dapat memadai, kualitas aparat teritorial tersebut, juga dikarenakan ada beberapa
faktor diantaranya sebagai berikut :
a)

Pendiddikan Umum yang dimiliki sebagian besar aparat teritorial pada

umumnya adalah lulusan SD dan SMP, selain pendidikan umum bekal teriorial yang
dimiliki aparat teritorial masih terbatas untuk golongan Perwira dan Bintara
sedangkan untuk Tamtama belum memiliki bekal pendididkan teritorial, padahal
ada
b)

jabatan

Babinsa

yang

dijabat

oleh

Tamtama.

Terdapat kecenderungan personel Koter pindahan dari Saptur dan Satpantur

pada umumnya anggota-anggota yang sudah tua dan kurang profesional.


c)

Kurang berusaha untuk berpenampilan yang baik. karena kurang melakukan

kegiatan fisik berupa kebugaran jasmani dan cara berpakaian.


b.

Material dan Pangkalan.


Jumlah sarana dan prasarana Kowil yang pada umumnya baru dapat terpenuhi 60%

TOP/ DSPP dengan kondisi rata rata di bawah 60% bila dibandingkan dengan tuntutan
tugas yang dihadapi serta luasnya daerah tanggung jawab, yang paling dirasakan adalah
sarana transportasi, komunikasi dan akomodasi sehingga mengakibatkan pengendalian dan
pembinaan aparat teritorial sangat sulit.
c.

Piranti Lunak
Berbagai macam piranti lunak yang dibutuhkan Koter guna menunjang pelaksanaan

tugas Binter pada umumnya sudah cuckup tersedia, tetapi dihadapkan dengan
perkembangan
d.

situasi

dan

kondisi

perlu

ditambah

dan

penyesuaian.

Struktur Organisasi Koter


Yang telah disyahkan oleh Kasad tentang organisasi dan tugas Koter, ditinjau dari segi

pokoknya telah memadai tetapi bila ditinjau dari perkembangan globalisasi masih ada

sebagian

e.

Koter

yang

perlu

pembenahan

dan

penyesuaian.

Aparat Pemerintah
Masalah menonjol dilihat dari

aspek internasional adalah kurangnya kepedulian

aparat pemerintah terhadap pembinaan keamanan lingkungan terutama pada tingkat


perencanaan karena sarana keamanan dalam penatan wilayah hampir tidak pernah
didengar dan diperhatikan oleh pemerintah sehingga Rencana Umum Tata Ruang tidak
pernah

bertemu

dengan

rencana

pembangunan

pemerintah.

12. Obyek pembinaan


a.

Geografi

1) Potensi geografi yang harus dapat diproses dan dibina sedemikian rupa, sehingga setiap
jengkal tanah dapat merupakan hambatan bagi musuh dan sebaliknya harus
memberikan kemudahan bagi kekuatan sendiri, tetapi kenyataan tidak pernah
sejalan antara Koter dan pemerintah sehingga pembangunan yang ada hanya
untuk kepentingan pemerintah.
2) Sumber daya alam merupakan kekayaan alam yang ada di bumi maupun di atasnya belum
dapat digunakan bagi kepentingan Hankamneg pada saat yang tepat karena lebih
banyak berorientasi pada kesejahteraan.
b.

Demografi
Jumlah dan kualitas penduduk merupan sumber daya manusia yang diperlukan bagi

penyelengaraan Hankamneg tapi dengan masih adanya penduduk yang belum tersebar
merata dan tingkat angkatan kerja cukup tinggi sehingga tingkat pengangguran pun cukup
tinggi, ini karena adanya Rencana Umum Tata Ruang yang belum sejalan.
c.

Kondisi Sosial

1)

Idiologi
a) Kloter

ikut

aktif

dalam

penyelenggaraan

penataran

P-4

b)

Masih adanya sejumlah pelaku G-30 S/PKI, radikal kanan dan radikal kiri lainnya

yang belum terdata pasti.

2)

Politik
a)

Koter ikut aktif dalam memelihara stabilitas politik di wilayahnya tapi masih

adanya kasus SARA sebagai isu politik yang dihubungkan menjadi kasus unjuk rasa.
b)

Koter ikut memasyarakatkan kehidupan politik dalam memantapakan kehidupan

berbangsa bernegara.

3)

Ekonomi
a)

Peranan Koter dalam kegiatan ekonomi terutama dalam memasyarakatkan

koperasi di
b)

wilayahnya

masih

belum terbina

dengan

sebagai

mestinya.

Berkurangnya lahan produktif untuk kepentingan pembangunan industri dan

pemukiman.
4)

Sosial Budaya
a)

Koter aktif membina kerukunan umat beragama namun masih

adanya

kerawanan yang sewaktu-waktu muncul kepermukaan akibat adanya fanatisme


agama
b)

yang

sempit.

Koter ikut aktif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang

dilaksanakan dengan kegiatan sosial di bidang kesehatan seperti kegiatan


Manunggal KB dan kesehatan.
5)

Hankam
Situasi keamanan wilayah Koter biasanya dalam kondisi mantap dan terkendali

tapi masih belum mampu melaksanakan pembinaan masyarakat guna mengurangi


kegiatan unjuk rasa dan kriminal yang berkembang.

13.

Kondisi Pembinaan Teritorial yang Diharapkan


Tantangan masa depan akan lebih dominan pada teknologi yang canggih sehingga

akan lebih dominan pada kebutuhan sumber daya alam sebagai bahan utama pendukung
teknologi serta kebutuhan akan kualiatas sumber daya manusia ( SDM ) sebagai kunci dan
tercapainya aspek teknologi tersebut. Selain dari itu, dengan berakhirnya era perang
dingin yang berganti pada persaingan global, maka aspek persaingan/pertentangan militer
akan dikobarkan melalui persaingan tersebut. Sehingga aspek sumber daya manusia akan
sangat dominan dan berperan dalam menghadapi tantangan masa depan.
14.

Bidang Geografi
Pembinaan bidang geografi diarahakan untuk memanfaatkan dan mengembangkan

geografi kepentingan Hankam maupun kesejahteraan untuk itu guna menghadapi


tantangan masa depan semakin menipisnya sumber kekayaan alam dunia maka setiap
wilayah harus mengantisipasi hal tersebut dengan cara :
a)

Memantapkan dan menyiapakan potensi geografi yang statis agar menjadi kekuatan

untuk kepentingan Hankamneg.


b)

Sebagai lingkungan, potensi geografi harus dapat diproses dan dimanfaatkan demi

kepentingan hankam.
c)

Sebagai sumber daya kekayaan alam baik yang ada di bumi maupun di atasnya harus

dapat diusahakan agar berdaya guna dan berhasil guna bagi kepentingan Hankamneg pada
saat saat diperlukan.
15.

Bidang Demografi
Potensi

demografi

berupa

jumlah

dan

kualitas

penduduk,

penyebarannya

merupakan sumber daya yang harus mampu mengimbangi tantangan masa depan
yang semakin kompleks dihadapkan dengan perkembangan lingkungan strategis baik
di tingkat internasional maupun regional sehingga kualitas penduduk harus
ditingkatkan sehingga :
a)

Potensi masyarakat yang ada diharapaka mampu untuk menjadi kekuatan yang

secara nyata dan mampu berperan sebagai Sishankamrata.


b)

Potensi masyarakat yang ada juga harus mempunyai kualitas untuk

mengimbangi pesatnya kemajuan teknologi.

16.

Bidang

Kondisi

Sosial

Kondisi sosial ini diharapkan mampu untuk mewujudkan kondisi juang masyarakat yang
tangguh dalam memelihara stabilitas lingkungan yang mantap dan dinamis, sehingga
diharapakan

seluruh

aspek

kehidupan

masyarakat

dapat

terpenuhi

a.

yaitu

Idiologi
Mantapnya bidang idiologi akan sangat membantu pada penciptaan kesejahteraan

nasional sebagai salah satu persyaratan umum dalam membangun bangsa dan negara.
e.

Politik
Situasi politik masa depan yang semakin tidak menentu dengan melihat

perkembangan

situasi

sekarang

yang

ada.

c.

Ekonomi
Masa depan yang penuh dengan tantangan yang terus menerus menimpa bangsa dan

negara, hal tersebut, harus diantisipasi dengan mengkonduksipkan kehidupan masyarakat.


d.

Sosial

Budaya

Era globalisasi dibarengi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju
membuat masyarakat menjadi semakin mengerti di setiap sudut kehidupan sehingga
diharapkan masyarkat kita tidak akan terbius dengan hal hal yang tidak sesuai dengan
sifat

dan

adat

ketimuran.

e.

Hankam
Dengan adanya tantangan dan ancaman yang mungkin timbul tersebut, maka

diharapkan seluruh potensi Hankam dapat mencegah serangan baik yang datang dari luar
negeri

maupun

dari

dalam

negeri

melalui

konsep

BAB
FAKTOR

17.

Faktor

FAKTOR

Faktor

Sishankamrata.

YANG

yang

IV

MEMPENGARUHI

Mempengaruhi

Dilihat dari aspek subyek pembinaan teritorial dan obyek pembinaaan teritorial dalam
rangka menciptakan pembinaan territorial wilayah terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi dari dalam yaitu personel, material dan piranti lunak. Sedangkan yang
mempemgaruhi dari luar

yaitu bidang geografi, demografi dan kondisi sosial.

18.

Faktor

Intern

Dengan adanya berbagai keterbatasan yang ada, baik menyangkut masalah personel dan
material ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas maupun masalah piranti lunak, membuat
kemampuan Kowil, saat ini, masih jauh di bawah kemampuan yang diharapkan.
Kemantapan Koter untuk dapat melaksanakan pembinaan teritorial secara berdaya guna
dan berhasil guna, harus ditinjau dari segi kemantapan organisasi, personel, sebagai obyek
Binter, material dan fasilitas kerja dan piranti lunak sebagai sarana dan prasarana
pendukung terlaksananya tugas Binter, kelemahan pada salah satu segi akan menghambat
pencapaian

sasaran

secara

keseluruhan.

a.

Kekuatan

1)

Personel

Keadaan personel yang ada terutama pada pelaksanaan Binter di lapangan ( Kodam, Kodim
dan Koramil ) ditinjau dari segi masa dinas cukup lama dan mempunyai pengalaman di
satuan

lama,

hal

ini

dapat

dimanfaatkan

2)

untuk

melaksanakan

tugas

Binter.
Material

Adanya dukungan kendaraan bermotor kepada pelaksanaan Binter di lapangan ( Kodim,


Koramil )
1)

walaupun

untuk

Babinsa belum secara keseluruhan mendapatkannya.


Piranti

Lunak

Agar para aparat teritorial bisa melaksanakan pembinaan teritorial dengan baik, di
samping harus memiliki pengetahuan tentang keadaan lingkungan daerah tanggung
jawabnya, perlu dibekali dengan petunjuk petunjuk praktis tentang pelaksanaan
pembinaan teritorial. Karena obyek pembinaan teritorial khususnya aspek demografi dan
kondisi sosial bersifat dinamis, dalam arti selalu berubah sesuai perkembangan yang ada,
sehubungan dengan hal tersebut, maka petujuk petunjuk tentang pembinaan teritorial
pun harus disesuaikan denagn perubahan yang ada. Piranti lunak yang ada masih bersifat

umum, sedangkan piranti lunak yang disesuaikan dengan perkembangan daerah relative
tidak

ada.

19.

Faktor

Ekstern

Faktor dari luar yang dirasakan dapat berpengaruh terhadap pembinaan teritorial Kowil
adalah menyangkut kondisi geografi, demografi dan kondisi soial. Dari faktor faktor
tersebut, diperoleh dari beberapa peluang dan kendala yang dominan yang dapat
mempengaruhi

pembinaan

teritorial.

a.

Peluang

1)

Geografi

Wilayah Kowil pada umumnya cukup luas dan merupakan daerah yang terdiri dari daerah
pantai dan daerah pedalaman / pegunungan dengan kondisi tanah yang cukup subur untuk
pertanian

dan

mempunyai

kekayaan

2)

alam.
Demografi

Jumlah penduduk yang besar dengan jumlah angkatan kerja cukup banyak merupakan
sumber
3)

daya

manusia

yang

Kondisi

dimanfaatkan.
Sosial

a)

Idiologi

Pancasila pada umumnya sudah terima sebagai satu satunya azas dalam kehidupan
bermasyarakat

berbangsa

dan

b)

bernegara.
Politik

Pembangunan politik sudah sampai keseluruh lapisan masyarakat sehingga kesadaran


berpolitik
c)

sudah

baik.
Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi masyarakat makin meningkat ini, didasari dengan upaya pemerintah
di bidang ekonomi terus ditingkatkan yaitu dengan kebijaksanaan kebijaksanaan
pemerintah untuk mempermudah meningkatkan pertumbuhan industri di segala bidang.

d)

Sosial

Budaya

Perhatian sosial dan budaya gotong royong di masyarakat akan mempererat ke Bhineka
Tunggal

Ika.

e)

Hankam

Kesadaran masyarakat tentang keamanan bukan tanggung jawab TNI saja melainkan
tanggung

jawab

TNI

dan

masyarakat

cukup

tinggi.

b.

Kendala

1)

Geografi

Wilayah Kodim pada umumnya cukup luas dan merupakan daerah yang terdiri dari daerah
pantai dan daerah pedalaman pegunungan. Untuk daerah pantai umumnya belum
ditunjang jaringan jalan yang kurang memadai, jalan yang tersedia sangat terbatas yang
tidak memungkinkan untuk menghubungkan antar daerah melalui jalan darat tetapi harus
dengan sarana angkutan lain. Dengan kondisi geografi seperti tersebut di atas, maka Kowil
pada umumnya mengalami hambatan dalam melaksanakan pembinaan teritorial secara
optimal di daerah yang kondisi sarana dan prasaran perhubungan daerah masih sangat
terbatas. Keadaan daerah seperti itu, dirasakan cukup menyulitkan pengawasan dan
pengendalian terhadap pelaksanaan pembinaan teritorial oleh Koramil yaitu Babinsa,
sehingga sulit mengadakan evaluasi terhadap hasil kegiatan pembinaan teritorial yang
telah

dicapai.

2)

Demografi

Penyebaran penduduk yang terpencar di wilayah wilayah yang relatif luas dengan
keadaan medan/alam yang sulit dan kepadatan yang tidak merata merupakan
permasalahan yang berpengaruh terhadap pembinaan teriotorial. Dibandingkan dengan
daerah daerah pesisir atau pantai dengan masyarakat yang relative lebih maju
pelaksanaan pembinaan teritorial di desa desa pedalaman/terpencil dengan tingkat
pendidikan masyarakat relatif rendah, sulit diharapkan dapat mencapai hasil seperti yang
diharapkan.
3)
a)

Kondisi

Sosial
Ideologi

Pancasila sudah diterima sebagai salah satunya azas dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara baik diperkotaan, daerah pantai, pedalaman maupun
pegunungan walaupun tingkat pengamalan dan kehidupan sehari hari belum seperti yang
diharapkan.
Yang menjadi faktor penghambat bagi upaya memasyarakatkan Pancasila adanya fanatisme
agama

yang

sempit

di

kalangan

masyarakat

b)

tertentu.
Politik

Kesadaran berpolitik di kalangan masyarakat sudah ada walaupun tingkatnya berbeda


beda

tergantung

dari

pendidikan

c)

yang

dimiliki.
Ekonomi

Tingkat kehidupan ekonomi masyarakat cukup bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan setempat, masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan umumnya
mempunyai mata pencaharian sebagai pegawai dan pedagang, masyarakat di daerah
pantai sebagai nelayan dan di daerah pedalaman sebagi petani. Potensi kekayaan laut dan
lahan pertanian yang subur tersebut, dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
seperti yang diharapkan, karena belum diolah secara optimal. Pengolahan kekayaan laut
oleh nelayan dan lahan pertanian yang subur tersebut, dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat seperti yang diharapkan karena belum diolah secara optimal. Pengolahan
kekayaan laut oleh nelayan dan lahan pertanian oleh para petani dilaksanakan secara
tradisional baik pola atau teknis maupun sarana yang digunakan. Masyarakat nelayan dan
petani di daerah, pada umumnya belum memilki pandangan yang jauh ke depan, dalam
pemenuhan kebutuhan hidup sehari hari. Pola hidup demikian, membuat mereka kurang
memiliki kualitas dan etos kerja sehinggga produksinya relative rendah. Keadaan seperti
ini, membuat potensi kekayaan laut yang melimpah dan lahan pertanian yang subur dapat
meningkatkan
d)

taraf

hidup
Sosial

masyarakat.
Budaya

Masalah sosial budaya yang menjadi kendala bagi pelaksanaan pembinaan teritorial di
daerah
1)

lain

Masalah sengketa tanah baik antar perorang dan antar kelompok masyarakat sering

menjadi sumber timbulnya perselisihan / pertentangan yang berkepanjangan bahkan tidak


jarang menimbulkan perkelahian massal penduduk desa yang berbatasan yang dapat
menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit. Selain itu masalah tanah dapat menimbulkan

hambatan
2)

bagi

pembangunan

daerah.

Keterikatan masyarakat terhadap adat istiadat yang berlaku menimbulkan fanatisme

ke daerahan yang sempit dikalangan masyarakat sehingga menghambat upaya pembinaan


persatuan

dan

kesatuan

bangsa.

e)

Hankam

Permasalahan yang timbul di bidang Hankam pada umumnya berupa gangguaan Kamtibmas
antara lain : masalah perkelahian massal dengan latar belakang kecil dan remeh namun
apabila tidak ditangani secara cepat dan tuntas dimanfaatkan oleh golongan tertentu
menimbulkan kasus SARA, selain itu, masalah gangguan keamanan masih sering terjadi dan
belum

dapat

ditanggulangi

BAB

secara

tuntas.

UPAYA

VI

YANG

DILAKUKAN.

20.

Umum.

Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya tentang kondisi pembinaan teritorial


tingkat Kowil, saat ini dihadapkan kepada prediksi tantangan yang dihadapi masa depan
dalam mewujudkan ketahanan negara, maka untuk dapat mencapi suatu kondisi
pembinaan teritorial yang diharapkan, diperlukan suatu upaya pembinaan teritorial demi
wujudnya sasaran-sasaran pembinaan teritorial melalui upaya yang terus-menerus
terhadap
21.
a.

bidang

goegrafi,

bidang

demografi

Subyek

dan

bidang

kondisi

sosial.

Pembinaan.

Aparat territorial dalam hal ini pejabat Kowil di daerah melaksannakan pembinaan

terus-menerus dan terukur terhadap obyek pembinaan yang dilakukan secara terpadu
dengan aparat pemerintah dan melibatkan tokoh-tokoh agama, masyarakat serta adat.
b.

Kowil dalam melaksanakan pembinaan teritorial bekerjasama dengan aparat

pemerintah daerah setempat yang disesuaikan dengan program pembangunan daerah


setempat.

22.

Obyek

Pembinaan.

Dalam hal ini yang menjadi obyek pembinaan teritorial adalah bidang geografi, bidang
demografi dan bidang kondisi sosial agar menjadi kekuatan wilayah dan RAK juang yang
tangguh.

Adapun

sasaran

a.

yang

ingin

dicapai

Bidang

adalah

Geografi.

Diupayakan agar dapat terbentuknya suatu daerah pangkal perlawanan yang mampu
menghadapi ancaman dalam rangka perang berlarut-larut yang dari dalam negeri maupun
dari

b.

luar

negeri.

Bidang

Demografi.

Diupayakan agar dapat terbentuknya suatu kekuatan rakyat yang sudah terlatih dan
terorganisir

secara

c.

nyata,

yang

mampu

Bidang

melaksanakan

perlawanan

Kondisi

bersenjata.
Sosial.

Diupayakan agar dapat terwujudnya suatu kondisi sosial yang stabil dan dinamis sebagai
persyaratan suksesnya pembangunan nasional bagi upaya penyelenggaraan Hankam. Di
samping itu, hal yang penting adalah terwujudnya kekuatan sosial yang efektif di bidang
IPOLEKSOSBUD

23.

HANKAM

sebagai

Metoda

dan

a.
1).

sarana

Bhakti
Karya

terhadap

lawan.

Teknik.
TNI.
Bhakti.

Dilakukan oleh seluruh satuan teritorial dan perorangan, baik di tingkat Koramil maupun
tingkat Kodim sebagai lanjutan dan rutin, dengan menitikberatkan kepada sasaran-sasaran

yang

menyentuh

dan

dirasakan

langsung

2).

manfaatnya

oleh

masyarakat

umum.

Operasi

Bhakti.

Dilakukan berdasarkan skala prioritas terhadap daerah yang sangat membutuhkan agar
terdapatnya sarana/prasarana baik merupakan fasilitas umum maupun fasilitas sosial.
3).

KKS

TNI.

Dilakukan dengan lebih mengutamakan pendekatan terhadap rakyat secara kekeluargaan


untuk

lebih

b.

mendorong

Pembinaan

tumbuhnya

pembangunan

Keamanan

di

daerah.

Binkam

).

Dilakukan melalui pendekatan keamanan untuk mewujudkan stabilitas keamanan yang


dinamis serta meningkatkan kepekaan dan rasa tanggungjawab masyarakat dalam
menanggulangi

gangguan

keamanan

yang

mungkin

timbul

di

daerahnya.

Binkam dilakukan secara terpadu dengan aparat keamanan dengan melibatkan instansi
terkait

dan

tokoh-tokoh

24.

agama,

masyarakat

Sarana

a.

dan

adat

dan

di

daerahnya.

Prasarana.

Piranti

Lunak.

Diupayakan terdapatnya petunjuk-petunjuk yang mengakomodir semua permasalahan


Binter mulai dari petunjuk dasar sampai dengan petunjuk pelaksanaanya termasuk protapprotap

pelaksanaan

baik

b.

dengan

pengadaan

baru

Piranti

yang

belum

ada.

Keras.

Diperlukan pengadaan dan penambahan piranti keras yang diperlukan mendukung


pelaksanaan

Binter.

25.

Pelaksanaan.
a.

1).

Pembinaan
Klasifikasi

Geografi.
Daerah.

Aparat teritorial dalam hal ini, Dandim sampai dengan Babinsa mengadakan klasifikasi
daerah dengan dihadapkan kepada kemungkinan ancaman yang dihadapi di masa depan.

Adapun langkah tindakan dalam klasifikasi daerah yaitu dengan menentukan


a).

Sasaran-sasaran

b).

Jalan-jalan

c).

Sumber-sumber

d).
2).

Pangkal-pangkal

Kompartementasi

Vital
pendekat.
pokok
pertahan
Daerah.

Aparat teritorial dan aparat pemerintah beserta masyarakat mengusahakan peningkatan


pemenuhan kebutuhan daerahnyya agar mampu menyediakan kebutuhan logistiknya dalam
rangka

mengahadapi

3).

perang

berlarut.

Persiapan

Daerah.

Atas dasar Klasifikasi dan Kompartementasi daerah, maka selanjutnya aparat teritorial dan
aparat pemerintah mempersiapkan daerah untuk sewaktu-waktu dapat didayagunakan
sebagai

sarana

b.

perlawanan.

Pembianan

Demografi.

Dalam hal ini diarahkan untuk lebih meningkatkan kualitas masyarakat dengan
mewujudkan keserasian antar jumlah penduduk dan lingkungannya sehingga dapat
menjadikan kekuatan rakyat yang terlatih dan terorganisir dalam kelompok perlawanan
bersenjata dan kelompok perlawanan tak bersenjata. Adapun langkah dan tindakan dalam
pembinaan
1).

demografi

yang

harus

dilakukan

yaitu

meliputi

Penilaian terhadap penduduk untuk mendapat gambaran secara umum tentang

keadaan

daerahnya.

2).

Analisa penduduk dihadapkan kepada ancaman dan tantangan masa depan.

3).

Dilakukan pendidikan pendahuluan sebagai langkah penyiapan rakyat terlatih.

4).

Pengorganisasi.

Kekuatan berdasarkan komponen yang diarahkan menjadi kekuatan

Hankam

c.

Pembinaan

Kondisi

Sosial.

Dilakuakn upaya penjagaan kondisi yang stabil dan dinamis demi terwujudnya kekuatan

sosial yang efektif berupa kekuatan setiap aspek ideologi, ekonomi, sosial budaya dan
Hankam yang dapat menjadi sarana juang lawan. Adapun langkah yang tindakan yang
dilakukan
1).

dalam

Penilaian

upaya
terus-menerus

peningkatan
terhadap

pembinaan
kondisi

sosial

kondisi

sosial.

yang

berlaku.

2).

Pencapaian kondisi sosial yang diarahkan kepada kondisi stabil dan dinamis.

3).

Penggunaan kondisi sosial untuk pencapaian kekuatan yang siap dihadapkan

tantangan

yang

26.
a.

dihadapi.

Tata

Kegiatan.

Pembinaan teritorial yang dilaksanakan oleh Dandim, Danramil dan Babinsa yang di

mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai pengendalian harus dikoordinasikan


dengan Pemda dan instansi terkait di tingkat kabupaten dan lembaga lembaga lain
maupun
b.

masyarakat.

Eselon Pembina tingkat koordinasi mempertanggungjawabkan pencapaian sasaran

yang telah ditentukan serta menjaga keserasian dan keterpaduan antar instansi yang
terkait.
c.

Pelaksanaan pembinaan teritorial harus dilaksankan terus-menerus baik sebelum,

selama
d.

maupun

sesudah

adanya

tantangan

yang

dihadapi.

Pembinaan teritorial dapat dilakukan baik dalam bentuk kegiatan maupun dalam

bentuk operasi dengan menerapkan cara-cara efektif dan efisien berupa sosialisasi,
edukasi dan komunikasi serta keteladanan dan pelaksanaan metoda Binter sebagai berikut.
1).

Sosialisasi.

Diperlukan sebagai sosialisasi Binter terhadap seluruh masyarakat agar masyarakat


kesadaran dan keamanan dalam keikutsertaan dalam menyiapkan wilayah untuk
kepentingan

Hankam.

2).

Edukasi.

Diperlukan penyiapan kekuatan rakyat melalui pendidikan pendahuluan untuk selanjutnya


diorganisir
3).

secara

nyata

dan

baik.
Komunikasi.

Diperlukan adanya komunikasi yang baik antar subyek dan obyek agar terjalin saling
pengertian dan kerja sama dalam penyiapan wilayah untuk menjadi kekuatan wilayah yang
diperlukan.
4).

Ketauladanan.

Diperlukan adanya sikap dan tingkah laku dari subyek yang dapat di tauladani melalui

contoh-contoh

yang

nyata

tentang

tata

BAB

laksana

kegiatan

Binter

di

daerah.

VII

PENUTUP

27.

Kesimpulan

Dari uraian tentang upaya peningkatan pembinaan teritorial tingkat guna mewujudkan
ketahanan negara dalam rangka menghadapi tantangan yang akan datang, maka dapat
disimpulkan
a.

hal

hal

sebagai

berikut

Merupakan suatu fakta sejarah bahwa keberadaan TNI yang selalu berdampingan dan

bersama sama dengan rakyat di mulai dari perang kemerdekaan, mempertahankan dan
mengisi kemerdekaan dalam era yang semakin maju. Bangsa Indonesia tak akan runtuh
apabila kemanunggalan TNI dan Rakyat tetap dipertahankan. Dalam menghadapi era
globalisasi masa depan terdapat berbagai tantangan bagi aparat teritorial maupun aparat
pemerintah, sehingga diperlukan suatu kerja sama dan koordinasi yang baik mulai tahap
perencanaan
b.

sampai

dengan

pelaksanaan

di

lapangan.

Dihadapkan dengan kemampuan aparat teritorial yang ada dalam melaksanakan

pembinaan teritorial masih terdapat beberapa kendala yang harus di atasi antara lain
kurangnya kerja sama dan koordinasi antar aparat territorial dan aparat pemerintah.
c.

Pelaksanaan tugas Koter yang profesional akan mampu memberikan motivasi dan

mencari

peluang

yang

ada

beberapa

1)

metoda

untuk

peningkatan

Pembinaan

antar

lain

Geografi.

Merubah geografi statis menjadi dinamis guna kepentingan kesejahteraan rakyat dan
kepentingan

Hankam.

2)

Pembinaan

Demografi.

Dengan meningkatkan kualitas masyarakat sesuai lingkungan yang mendukung agar


memudahkan pergerakan kekuatan rakyat dalam mengisi ancaman dan gangguan, baik
yang
3)

datang

dari
Pembinaan

luar

maupun
Kondisi

dalam

negeri.
Sosial.

Dalam rangka mewujudkan suatu kekuatan berupa Ipoleksosbud yang dapat dijadikan
sarana juang bagi sistem senjata sosial dan suksesnya pembangunan nasional.

28.

Saran

Dari apa yang telah diuraikan di atas terdapat beberapa kekurangan yang perlu untuk
dilaksanakan tugas Kowil dapat berjalan dengan lancar. Adapun saran saran tersebut
adalah
a.

sebagai

berikut

Dalam pembinaan teritorial perlu adanya peningkatan kerja sama dan koordinasi yang

baik antar aparat teritorial dengan aparat pemerintah serta lembaga pemerintah di dalam
perencanaan
b.

dan

pelaksanaan

tugas.

Perlu adanya perbaikan kualitas personel aparat teritorial di dalam melaksanakan

tugas Kowil perlu peningkatan kemampuan yang bersifat formal maupun non-formal untuk
menghadapi tantangan yang akan datang.

PERAN

KOWIL

DALAM

PENYIAPAN

KOMPONEN

CADANGAN DAN PENDUKUNG SEBAGAI KEKUATAN


UTAMA ALAT PERTAHAHANAN NEGARA

Pendahuluan.
a.

TNI sebagai pertahanan negara sebagaimana termaktub dalam Tap MPR

No. VII/2000 tentang Peran TNI dan UU No. 3/2002 tentang Pertahanan negara dan UU No.
34/2004 tentang TNI telah memberikan kejelasan dan payung hukum yang kuat bagi
landasan tugas pokok TNI, yang mana peran yang diemban memiliki tanggung jawab yang
luas dan komplek. Oleh karenanya, TNI akan selalu menjaga dan memelihara kredibilitas
dan eksistensinya agar tetap survive, tangguh dan kuat.
b.

Jati diri TNI sebagai Tentara Rakyat sangat melekat pada dada setiap

prajurit di mana kemanunggalan TNI dengan rakyat merupakan roh maupun jiwanya TNI.
Oleh karena itu, dalam gelar satuan TNI AD diwujudkan organisasi yang bertugas membina
kemanunggalan TNI dengan Rakyat melalui Satuan Komando kewilayahan (Satkowil) untuk
menyiapkan ruang alat dan kondisi juang yang tangguh untuk kepentingan pertahanan
negara matra darat. Penataan tersebut ditempatkan hampir seluruh penjuru tanah air melalui
di tingkat pemerintah pusat sampai ke tingkat pemerintah desa yang dikenal mulai Kodam,
Kodim, Koramil dan Babinsa.

c.

TNI AD memiliki tanggung jawab sangat besar dan luas dalam menjaga

kedaulatan negara dan keutuhan wilayah serta kehormatan Bangsa dan Negara melalui
Sishanta. Exsistensi TNI AD pada masa globalisasi di era reformasi saat ini sangat
ditentukan pada seberapa besar dapat memberikan kontribusinya kepada bangsa dan
negara.
d.

Menyikapi hal tersebut, maka pimpinan TNI dalam hal ini Pimpinan TNI AD

sudah mengambil langkah-langkah pembenahan di dalam merancang tentang tugas dan


tanggungjawab di dalam melaksanakan tugasnya di lapangan sehingga diharapkan tugas
pokok Koter dalam hal ini pembinaan geografi, pembinaan demografi dan pembinaan
kondisi sosial dapat betul-betul dilaksanakan dengan baik melalui metode bhakti TNI dan
pendekatan kerakyatan guna menciptakan sistem ketahanan wilayah yang tangguh dan
barisan terdepan di dalam melaksanakan kegiatan ini ada pada tingkatan Kodim dan
Koramil yang merupakan ujung tombak dari pembinaan kewilayahan dalam mendukung
ketahanan negara.
Landasan Hukum.
Pembinaan Teritorial merupakan salah satu istilah teknis dalam ilmu kemiliteran dan
merupakan cara untuk tercapainya pelaksanaan tugas pokok. Pembinaan Teritorial bagi TNIAD adalah upaya, pekerjaan dan tindakan, baik secara berdiri sendiri maupun bersama
dengan aparat terkait dan komponen bangsa lainnya untuk membantu pemerintah dalam
menyiapkan kekuatan pertahanan aspek darat, laut dan udara yang meliputi wilayah
pertahanan dan kekuatan pendukungnya serta terwujudnya kemanunggalan TNI - Rakyat,
yang dlaksanakan sesuai kewenanangan dan peraturan perundang-undangan dalam rangka
tercapainya tugas pokok TNI. Apabila dikaitkan dengan Undang-Undang No 34 Tahun 2004
tentang TNI pada pasal 7 ayat (2) point b angka 8 disebutkan bahwa tugas TNI adalah
memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai
dengan Sistem Pertahanan Rakyat Semesta.
Tugas memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini,
adalah salah satu tugas Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Untuk melaksanakan tugas

tersebut TNI-AD dengan cara Pembinaan Teritorial dimana TNI-AD menempatkan diri pada
posisi membantu pemerintah. Pembinaan Potensi Maritim yang dilaksanakan TNI-AL guna
menyiapkan kekuatan matra laut dan Pembinaan Potensi Dirgantara yang dilaksanakan TNIAU dalam menyiapkan kekuatan matra udara merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kegiatan pembinaan teritorial karena pada dasarnya semua kegiatan tersebut dalam upaya
menyiapkan pertahanan. Pembinaan teritorial bagi komponen bangsa lainnya pada
dasarnya sama dengan pembinaan teritorial bagi TNI, hanya saja komponen bangsa lainnya
didalam melaksanakan Pembinaan Teritorial disesuaikan dengan fungsinya masing-masing
atau profesi masing-masing yang dikaitkan dengan kepentingan pertahanan.Yang menjadi
permasalahan sampai dengan saat ini, disamping pemahaman tentang Binter bagi
komponen bangsa lainnya atau pemerintah belum benar-benar dipahami, apalagi belum ada
undang-undang atau peraturan-peraturan yang mengharuskan setiap departemen atau
pemerintah daerah melakukan secara konkrit pembangunan di bidang masing-masing yang
sudah dikaitkan dengan kepentingan pertahanan. Hal inilah yang menjadi permasalahan kita
bersama untuk dipecahkan agar hakekat pembinaan teritorial bagi TNI maupun bagi
komponen bangsa yang lain betul-betul dapat diwujudkan dalam pembangunan.
Pelaksanaan Pembinaan Teritorial yang berhubungan dengan perundang-undangan yang
ada.
Sesuai Undang-undang Dasar 1945 pasal 30 ayat (2) tentang pertahanan dan
keamanan negara yang berbunyi : Usaha pertahanan keamanan negara dilaksanakan
melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan Polri, sebagai
kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung. Untuk menghadapi setiap
bentuk ancaman terhadap keselamatan bangsa dan negara, maka penyelenggaraannya
disusun dalam sistem pertahanan negara yang didasarkan pada kesadaran akan hak,
kewajiban dan tanggung jawab setiap warga negara, melalui perlawanan rakyat secara
kesemestaan, yang bersifat kerakyatan, kesemestaan dan kewilayahan sebagai berikut :
a.

Kerakyatan, yaitu keikutsertaan seluruh rakyat sebagai warga negara

sesuai kemampuan dan keahliannya ikut bertanggung jawab melaksanakan bela negara
dalam rangka keutuhan NKRI.

b.

Kesemestaan, yaitu seluruh daya bangsa dan negara mampu memobilisasikan

diri guna menanggulangi setiap bentuk ancaman, baik yang berasal dari dalam dan luar
negeri.

c.

Kewilay

ahan, yaitu seluruh wilayah negara Indonesia merupakan tumpuan perlawanan dan segenap
lingkungan di dayagunakan untuk mendukung setiap bentuk perlawanan secara berlanjut.
Hal ini berarti apabila disalah satu wilayah sedang terjadi pertempuran, maka wilayah
lainnya dapat digunakan sebagai wlayah dalam rangka mendukung kebutuhan pertempuran.
Undang-undang RI No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, dalam pasal 2
disebutkan bahwa : Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat
semesta yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban
warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri. Hal ini berarti pertahanan negara
bertujuan untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI serta
keselamatan

segenap

bangsa

dari

segala

bentuk

ancaman.

Dengan demikan, semua usaha penyelenggaraan pertahanan negara harus mengacu pada
tujuan tersebut. Oleh karena itu, pertahanan negara berfungsi untuk mewujudkan dan
mempertahankan seluruh wilayah NKRI sebagai salah satu kesatuan pertahanan.
Pertahanan negara diselenggarakan oleh pemerintah dan dipersiapkan secara dini dengan
sistem pertahanan negara melalui usaha membangun dan membina kemampuan dan daya
tangkal negara dan bangsa serta menanggulangi setiap ancaman. Dalam melaksanakan
sistem pertahanan negara melibatkan seluruh komponen pertahanan negara yang terdiri
atas komponen utama, komponen cadangan dan komponen pendukung agar pelaksanaan
penyelenggaraan pertahanan negara sesuai dengan aturan hukum internasional yang
berkaitan dengan prinsip pembedaan perlakuan terhadap kombatan dan nonkombatan.

Undang-undang RI No. 34 Tahun 2004 tentang TNI pasal 1 menjelaskan Sistem


pertahanan negara adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta yang melibatkan
seluruh warga negara, wilayah dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara
dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, berkesinambungan
dan berkelanjutan untuk menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan
wilayah NKRI dan melindungi keselamatan segenap bangsa dan negara. Hal ini dijabarkan
dalam tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan
wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan negara yang dilakukan dengan Operasi Militer untuk Perang (OMP)
dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
Keberadaan TNI yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia, pada hakekatnya
melaksanakan perannya dalam upaya pertahanan negara, serta sekaligus merupakan gelar
komando kewilayahan (Kowil) untuk menunjang tugas pokok TNI tersebut. Kemudian TNI
dibangun dan dikembangkan secara profesonal sesuai dengan kepentingan politk negara
yang mengacu pada nilai dan prinsip demokrasi, supremasi sipil, HAM, ketentuan hukum
nasional, dan ketentuan hukum internasional yang telah diratifikasi, dengan dukungan
anggaran belanja negara yang dikelola secara transparan dan akuntabel. Dengan demikian
TNI bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara dalam rangka mempertahankan
kedaulatan negara dan keutuhan NKRI. Berkaitan dengan tugas TNI dalam OMSP adalah
menyiapkan segala potensi yang ada diwilayah menjadi kekuatan, bersama-sama dengan
pemerintah dan masyarakat dalam rangka menyelenggarakan pelatihan militer, memobilisasi
dan membina kesadaran bela negara serta memberdayakan masyarakat sebagai kekuatan
pendukung seca ra dini untuk menghadapi ancaman. Hal ini dilakukan TNI membantu
Pemerintah daerah dalam pelaksanaan fungsi pemerintahan secara terpadu dan
komperehensif melalui penggelaran komando kewilayahan yang berada di wilayahnya.
Undang-undang RI No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam pasal
10 ayat (3) berbunyi : Urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter

dan fiskal nasional serta agama. Hal ini berkaitan erat dengan urusan pertahanan misalnya
mendirikan dan membentuk tata ruang daerah pangkal perlawanan senantiasa mengacu
kepada hakekat pertahanan negara yaitu Sishanta. Dengan demikian pemeliharaan
kawasan pertahanan tersebut seyogianya mendapat respon positif yang berhubungan
dengan kepentingan pertahanan negara. Contoh pembangunan jalan tol dan jalan-jalan
utama, diharapkan pada bagian-bagian tertentu dapat digunakan untuk pendaratan
pesawat-pesawat

udara

dalam

keadaan

darurat.

Upaya untuk melaksanakan pembinaan teritorial yang berhubungan dengan perundangundangan, adalah melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di seluruh wilayah
NKRI, sehingga mampu disiapkan sebelum, selama dan sesudah dengan melibatkan
instansi terkait dalam rangka kepentingan pertahanan negara.

Binter Sebagai Suatu Metode.

a.

Membantu Pemerintah Daerah.


Satu dasawarsa setelah reformasi yang bergulir pada tahun 1998 telah

menjadikan kehidupan berbangsa dan bernegara rakyat Indonesia lebih demokratis,


namun demikian tidak serta merta semua tuntutan reformasi terpenuhi. Hal inilah
yang kemudian menimbulkan krisis multidimensional yang mengakibatkan tugastugas pemerintahan di daerah tidak berjalan sebagaimana mestinya. Salah satu
dampak dari krisis multi dimensional adalah kerawanan yang identik dengan
kelemahan yang menyebabkan tugas pemerintah daerah mensejahterakan rakyat
menjadi tidak mudah. Di lain pihak komponen bangsa yang lain, dalam hal ini TNI AD
dengan peran Binternya juga menghadapi beberapa permasalahan di lapangan
dalam mensinergikan dan melaksanakan metode Binter dalam rangka membantu
pemerintah daerah.
Menyadari bahwa Binter adalah tugas terkandung yang harus dilaksanakan
oleh Kowil, dan Kowil adalah bagian integral dari Tripida, maka dengan segala
permalahan yang ada maka Kowil tetap harus menjalankan kewajibannya untuk

berperan aktif membantu tugas Pemda sebagai counterpartnya di daerah. Bertolak


dari pemikiran tersebut, maka muncul pertanyaan mendasar kenapa Kowil ikut
berperan dalam membantu tugas pemerintah di daerah ?, metode apakah yang
tepat untuk digunakan Kowil dalam membantu pemerintah daerah ?, apa
permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan metode Kowil dan bagaimana
solusinya ?
Pembahasan permasalahan di atas tidak terlepas dari adanya pergeseran
pemahaman masyarakat dalam peran serta TNI AD dalam penanganan berbagai
masalah di daerah, masyarakat juga menyadari bahwa peran serta TNI AD bukan
lagi hanya sekedar penegakan keamanan, tapi ada peran lain yang cukup singnifikan
dihadapkan kepada kondisi nyata yang terjadi di daerah yaitu peranannya membantu
tugas tugas pemerintah daerah menciptakan suatu kesejahteraan masyarakat.
Peran ini bukanlah suatu peran yang muluk-muluk tetapi suatu peran yang melekat
erat pada Komando Kewilayahan di samping peran mewujudkan ketahanan wilayah
darat.
Peran Binter dalam membantu tugas pemerintah daerah tidak terlepas dari
makna yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945, dimana secara tersurat
pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa negara melindungi segenap bangsa
Indonesia

dan

seluruh

tumpah

darah

Indonesia

dan

untuk

mewujudkan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari pernyataan di


atas melindungi dan mewujudkan kesejahteraan umum merupakan tugas dan
kewajiban negara, yang dalam hal ini karena begitu besar dan luasnya lingkup tugas
dan tanggung jawab negara, maka tugas tersebut didelegasikan menjadi tugas dan
tanggung jawab alat dan aparat negara, yang salah satunya diemban oleh TNI AD
sebagai alat pertahanan negara dan pemerintah atau pemerintah daerah sebagai
aparatur pemerintah yang mengelola dan menjalankan pemerintahan umum. Khusus
tentang peran TNI dalam membantu tugas pemerintah tidak terlepas dari tugas ke 9
yang tercantum dalam tugas OMSP yang diatur dalam UU RI No. 34 tahun 2004
tentang TNI, yakni membantu tugas pemerintahan di daerah. Sehingga memang

sudah sewajarnya dan menjadi kewajiban dari TNI untuk turut serta aktif membantu
pemerintah di daerah yang pelaksanaanya akan diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah masing-masing.
Demikian pula halnya dengan pemerintah atau pemerintah daerah,
seyogyanya tidak alergi atau merasa terganggu dengan peranan TNI tersebut, bahwa
keberadaan TNI AD yang dalam hal ini di daerah diwakili oleh satuan Kowil adalah
benar sebagai counterpart dalam bekerja dalam rangka mewujudkan tujuan negara,
bukannya mengambil alih atau mencampuri urusan dalam pemerintah daerah,
karena pada dasarnya tugas pokok Kowil adalah mewujudkan ketahanan wilayah,
sedangkan tugas pokok pemerintah daerah adalah mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.
Kedua tugas pokok tersebut kalau diibaratkan bagaikan dua sisi mata uang
yang tidak bisa dipisahkan, yaitu keduanya saling membutuhkan dan saling mengisi
untuk pada akhirnya uang tersebut mempunyai nilai. Impelementasi nyatanya adalah,
bahwa pembangunan di daerah dalam rangka kesejahteraan rakyat membutuhkan
prakondisi aman dan tenteram, demikian pula halnya kekuatan TNI mewujudkan
kondisi aman dan tenteram juga ditopang oleh tingkat ekonomi yang baik yang
berasal dari kesejahteraan masyarakat.
Dengan menyadari keterkaitan antara tugas TNI dan tugas pemerintah
daerah, maka peran Kowil dalam membantu tugas pemerintah di daerah menjadi
penting dan merupakan bagian integral dari tugas Kowil yang tidak dapat dipisahkan.
Peran Kowil tersebut agar dapat berdaya guna dan tepat sasaran, tentunya perlu
dikoordinasikan dan disinergikan dengan program kerja pemerintah daerah.
Menyadari tentang pentingnya koordinasi dan sinergitas seperti disampaikan di atas,
hal tersebut, dapat dijadikan entry point bagi aparat Kowil untuk berperan aktif
membantu pemerintah daerah, yang pelaksanaannya dapat melalui metode Binter
agar program yang diajukan oleh Kowil dapat terarah dan dipertanggungjawabkan
sesuai dengan aturan yang berlaku. Binter merupakan salah tugas pokok dari

komando

kewilayahan

yang

dilaksanakan

untuk

memberdayakan

potensi

wilayah menjadi kekuatan wilayah dalam bentuk ruang, alat dan kondisi juang
yang tangguh guna penyiapan pertahanan negara Penyelenggaraan Binter
diharapkan dapat mencapai hasil yang optimal agar mampu memberdayakan potensi
wilayah menjadi kekuatan yang dapat dijadikan modal untuk membantu Pemda
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembinaan Teritorial dilaksanakan secara
terus menerus dengan melibatkan instansi terkait terutama Pemerintah, Masyarakat
atau Lembaga Non Departemen serta TNI AD sebagal inti secara terpadu dengan
menggunakan metode Binter yang meliputi Bhakti TNI, Pembinaan Ketahanan
Wilayah dan Pembinaan Komunikasi Sosial.
Metode

Binter

yang

meliputi Bhakti

TNI,

Bintahwil

dan

Binkomsos yang

dilaksanakanoleh aparat Kowil dalam pelaksanaannya membantu pemerintah daerah masih


banyak menemui permasalahan ataupun kendala di lapangan, baik yang datang dari intern
aparat Kowil maupun dari ekstern.
Dalam kaitannya dengan intern aparat Kowil itu sendiri, bermuara pada kwalitas
dankwantitas penguasaan mereka terhadap metode Binter, yang pada akhirnya berakibat
pada tidak optimalnya pelaksanaan Binter.
Bhakti TNI merupakan salah satu metode yang dilakukan oleh aparat Kowil untuk
dapat membantu Pemda dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ada dua kendala
yang

sering

ditemui

yang

berkaitan

dengan

pelaksanaan

Bhakti

TNI,

yaitu

pertama, secara kwalitas aparat Kowil belum terlatih dalam berkoordinasi dan membuat
perencanaan Bhakti TNI yang harus di sinkronkan dengan perencanaan pembangunan di
wilayah, yang mengakibatkan antara program TNI dengan program Pemda terkesan berjalan
sendiri-sendiri, dan kedua, secara kwantitas program Bhakti TNI yang dilaksanakan sangat
minim, hal ini terkait juga dengan kurangnya kesempatan yang diberikan oleh Pemda dan
minimmya koordinasi yang dilakukan aparat kewilayahan seperti Dandim/ Kasdim di tingkat
Kabupaten / Kotamadya dan Danramil/Babinsa di tingkat Kecamatan / desa.
b.

Pembinaan Ketahanan Wilayah

Dalam

pelaksanaan

pembinaan

ketahanan

wilayah

membantu

tugaspemerintah daerah, aparat kowil juga masih sering menghadapi permasalahan


yang disebabkan oleh penguasaan aparat Kowil itu sendiri baik secara kwalitas
maupun kwantitas.
Secara kwalitas kemampuan aparat Kowil dalam berkomunikasi kepada
Pemda dan masyarakat untuk menciptakan ketahanan wilayah belum merata. Hal
tersebut mengakibatkan menurunnya ketahanan wilayah yang menimbulkan
kerawanan tersendiri dalam bentuk gangguan dan ancaman keamanan, yang pada
akhirnya akan menghambat pelaksanaan pembangunan diwilayah.
Secara kwantitas tingkat komunikasi antara Kowil dengan Pemda sangat
minim, terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan Bintahwil, yang pada
akhirnya menyebabkan rendahnya pemahamam Pemda dan masyarakat terhadap
arti pentingnya Ketahanan wilayah.
c.

Pembinaan Komunikasi Sosial


Permasalahan yang timbul di seputar kemampuan pembinaan komunikasi
sosial secara kwalitas adalah kemampuan komunikasi sosial aparat Kowil belum
merata dan terlatih betul yang mengakibatkan sulitnya tercipta pemahaman dan
penerimaan

Binter

oleh

sebagian

kalangan

masyarakat. Dan

secara kwantitas adalah frekuensi komunikasi yang dilaksanakan oleh aparat Kowil
terhadap Pemda , tokoh masyarakat dan tokoh agama masih kurang yang berakibat
minimnya partisipasi Pemda dan masyarakat untuk melaksanakan program-program
yang dicanangkan oleh pihak TNI.
d.

Solusi permasalahan Binter


Keberhasilan

pembangunan

daerah,

khususnya

dalam

peningkatan

kesejahteraan masyarakat tidak terlepas dari situasi yang kondusif, situasi ini bisa
terwujud bila masyarakat mempunyai ketangguhan, keuletan, dan ketahanan dari
pengaruh-pengaruh negatif. Di mana hal tersebut dapat dicapai dengan penerapan
metode Binter yang terencana, tepat dan terarah agar berhasil dan berdaya guna.

Menyadari bahwa metode Binter penting dalam mendukung tugas pemerintah


daerah, maka diperlukan langkah yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang
timbul di seputar Binter, agar aparat Kowil dapat mengoptimalkan pelaksanaan
tugasnya membantu pemerintah daerah. Langkah yang dapat diambil meliputi :
1)

Kebijakan , yaitu perlu adanya regulasi setingkat UU dan PP yang

diusulkan kepada pemerintah dengan mencantumkan pelibatan Pemda secara


proporsional dalam pelaksanaan Bhakti TNI yang dapat dijadikan dasar acuan baik
bagi TNI dalam hal ini Aparat Kowil untuk membantu Pemda. Dengan adanya
kebijakan berupa PP tersebut, menjadikan metode Binter yang dilaksanakan oleh
Kowil mempunyai kekuatan hukum yang mengikat baik kepada Kowil itu sendiri,
maupun Pemda yang dijadikan pegangan dari mulai perencanaan, pelaksanaan
sampai dengan pengakhiran program-program kesejahteraan rakyat yang juga
disinergikan dengan program membangun ketahanan wilayah di daerah.
2)

Sosialisasi tentang metode Binter yang meliputi Bhakti TNI, Bintahwil

dan Binkomsos kepada pemerintah daerah dengan memberikan pemahaman dan


penjelasan tentang pentingnya ketiga metode Binter tersebut untuk membantu
Pemda dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya
pemahaman

yang

lebih

mendalam

tentang

Binter

kepada

pemda,

akan

menjadikan lebih mudah bagi pihak Pemda untuk menerima dan mendukung
program-program Binter yang ditawarkan oleh pihak Kowil.

3).

Latihan dan Pendidikan kepada aparat Kowil yang berhubungan

dengan peyelenggaraaan Bhakti TNI, Bintahwil dan Binkomsos. Materi latihan dititik
beratkan pada kemampuan menyelenggarakan administrasi dan koordinasi lintas
sektoral serta kemampuan berkomunikasi yang efektif. Latihan dan pendidikan ini
dirasa sangat penting sebagai modal dasar aparat Kowil dalam bertugas, karena dari
kemampuan orang perorang aparat Kowil inilah dapat merepresentasikan kinerja
Kowil dalam membantu tugas pemerintah daerah.
4)

Evaluasi dan Revisi Piranti Lunak

yang mengatur tentang

penyelenggaraan Binter, agar pelaksanaan Binter selalu up-date dengan situasi dan
kondisi terkini dengan pengoperaionalnya mencantumkan pelibatan Pemda secara
proporsional yang mengoptimalkan mekanisme hubungan kerja antara Pemda dan
Kowil yang terkoordinasi dan terintegrasi. Langkah ini menjadi penting, karena
perkembangan lingkungan strategis menyebabkan banyak sekali perubahan dan
dinamika kehidupan yang perlu diselaraskan satu sama lainnya, demikian pula
halnya dengan piranti lunak yang dimiliki oleh Kowil yang dijadikan dasar pegangan

mereka merencanakan dan melaksanakan Binter, tentunya juga harus selaras


dengan perkembangan dan tuntutan jaman.
Keempat langkah tersebut

membutuhkan peran serta dari komando atas dan

pelaksana di lapangan. Dalam hal kebijakan, tentunya yang lebih berperan adalah Kasad
sebagai pemegang kebijakan tertinggi di TNI AD, sedangkan sosialisasi dapat dilakukan
oleh pejabat Kowil dari mulai Pangdam sampai Dandim sesuai dengan tataran
kewenangannya. Pada bagian pendidikan dan latihan serta evaluasi dan revisi, domain
kewenangannya berada pada LKT dalam hal ini adalah Pusterad. Diharapkan dengan
menerapkan solusi tersebut di atas, maka permasalahan di sekitar Bhakti TNI dapat teratasi
dan pelaksanaan Binter akan lebih optimal di masa mendatang. Dari pembahasan di atas
dapat ditarik kesimpulan, bahwa Kowil memang mempunyai peran yang melekat untuk
membantu tugas-tugas pemerintah daerah melalui Binter yang merupakan tugas terkandung
dari TNI AD yang dilaksanakan melalui metode Binter. Permasalahan yang timbul dalam
pelaksanaan Binter membantu tugas Pemda mensejahterakan rakyat dapat di atasi melalui
kebijakan yang berkaitan dengan regulasi, sosialisasi Binter, pendidikan dan latihan serta
evaluasi dan revisi piranti lunak. Khusus yang berkaitan dengan regulasi dan revisi pinak
memerlukan pelibatan dari pemegang kewenangan yang lebih tinggi, dalam hal ini komando
atas untuk dapat merealisasikannya guna menunjang tugas Kowil membantu pemerintah
daerah lebih optimal dan berdaya guna.

Pemahaman Situasi Lingkungan Operasi Saat ini.


Seiring dengan gelagat perkembangan dunia pada era keterbukaan (transparansi)
dan globalisasi telah menyebabkan intensitas interaksi dan interdependensi hubungan antar
bangsa dan antar manusia berkembang sangat cepat dan multi-faset. Perkembangan dan
perubahan dunia yang sangat cepat itu, dipengaruhi juga oleh kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Perubahan dunia juga terjadi pada peta politik dunia yang tidak menentu, sulit
diprediksi dan ikut membawa pengaruh munculnya paradigma-paradigma baru dalam tata
kehidupan bernegara, maupun tata hubungan antar negara.
Apabila negara akan tetap eksis, maka negara harus mampu menyesuaikan diri
dengan paradigma global dan harus berada dalam arus utama (mainstream) perubahan
dunia dan kondisi persaingan (competitive) dalam membangun peradaban dunia yang lebih

maju dan lebih adil serta lebih damai. Pemahaman situasi seperti itu harus mampu dijawab
oleh TNI-AD, dengan melakukan kegiatan untuk tercapainya tugas pokok TNI-AD
sebagaimana dimanatkan Undang-Undang, dan Doktrin TNI Tri Dharma Eka Karma. TNI
Angkatan Darat mengimplementasikannya sesuai Doktrin Kartika Eka Paksi, dalam
menjawab pemahaman situasi lingkungan operasi saat ini melalui Pembinaan Teritorial
(Binter).

1.

Menyikapi gelagat situasi global.


Gelagat perkembangan globalisasi itu akan mengarah pada fenomena negara yang

maju dan menang (the winner), serta negara yang belum maju dan tertinggal (the
looser). Arah perkembangan ini akan menuju pada satu titik di mana suatu negara akan
mampu menguasai (mendominasi) seluruh sumber daya di bidang sumber daya manusia,
energi, lingkungan hidup, politik, militer, budaya, teknologi dan informasi. Dampak logis yang
kelak muncul, akan terdapat banyak negara yang tidak mampu membangun dan
mengembangkan sumber daya yang dimilikinya, karena kalah dalam kompetisi dan
tertinggal oleh arus utama perubahan dunia.
Beberapa pendapat mengulas bahwa ciri-ciri negara maju adalah demokratis,
pluralisme, kesetaraan gender, perdagangan bebas dan adil, penguasaan Iptek dan good
governance. Dengan kemampuan dan kekuatan sumber daya yang dimiliki setiap negara
maju akan terus mengembangkan dan memperkokoh elemen kekuatan di bidang informasi,
diplomasi, ketahanan ekonomi dan kekuatan militer. Pengaruh pengembangan empat
elemen kekuatan tersebut akan terkait dengan perlombaan pembangunan senjata militer
(Weapon

Mass

Destruction)

dan

pengembangan

senjata-senjata

militer

yang

bersifat ofensif yang merupakan realitas aktual yang tidak dapat dipungkiri oleh militer
maupun setiap negara yang berdaulat.
Disinilah faktor fisik yang signifikan bagi setiap negara untuk terus memperkokoh
sistem

keamanan

nasional,

yang

dapat

menunjukkan

kepada

dunia

tentang

kemampuan deterence-effectnya, di mana di satu sisi dapat menjadi ancaman bagi stabilitas

kawasan, namun di lain sisi dapat menjadi balance of power guna memelihara perdamaian
di kawasan. Sedangkan faktor non-fisik yang menjadi subyek dan obyek demokratisasi
menjadi terabaikan, yaitu keamanan manusia yang dibangun oleh kesadaran dan kesetaran
relasi antar manusia komunitas suatu sebagai individu, kelompok masyarakat, etnis dan
agama hingga ke strata antar-bangsa. Isu keadilan dan kesejahteraan yang menjadi sasaran
pembangunan sumber daya manusia yang banyak menimbulkan problematika mampu
menembus

ruang

dan

waktu(borderlees) dan

bermanuver

dengan

sebebas-

bebasnya.
Kecenderungan konflik-konflik di kawasan maupun internal negara menunjukkan
peningkatan signifikan yang umumnya bersumber dari ancaman non-state actor yang
diakibatkan oleh "gap" ketidakadilan dan kesejahteraan yang terjadi diantara bangsabangsa. Kesulitan untuk mencari keberimbangan dan terobosan usaha konstruktif untuk
mengejar ketertinggalan merupakan bagian penting dari ketegangan dunia yang harus
disikapi seksama oleh pihak militer sekalipun bukan merupakan domain tugas-tugas
kemiliteran.

2.

Menghadapi lingkungannya.
Setiap lingkungan operasi yang terjadi di belahan dunia manapun akan selalu

menghadapi 3 (tiga) elemen utama, yaitu realisme wilayah, obyek manusia dan lingkup
kondisi sosial yang aktual yang berlangsung dinamis. Dengan menilai ketiga elemen utama
tersebut, militer dapat mengartikulasikan rencana strategis dan rencana kekuatan pelibatan
militer yang diperlukan untuk menyelesaikan missi operasi militer apabila memang diminta
oleh negara-negara sahabat/tetangga atas persetujuan PBB. Terdapat dua isu yang mesti
diperhatikan terkait dengan lingkungan operasi di luar negara (eksternal) yaitu : isu
kedaulatan negara dan isu humanitarian intervention. Isu kedaulatan akan sangat
menentukan keputusan atas bentuk pelibatan militer yang diperlukan di lingkungan operasi
dan efektifitas kerjasama militer yang selama ini telah dibangun secara bilateral maupun
multilateral.

Sedangkan, isu humanitarian intervention akan sangat menentukan keputusan atas


bentuk diplomasi yang dapat didayagunakan secara terbuka, damai, dan berimbang serta
tidak dikaitkan dengan konsesi-konsesi di bidang politik, ekonomi, militer, sosial budaya dan
hukum. Di samping itu pendekatan isu kemanusiaan akan membentuk opini pro dan kontra
di dalam lingkungan operasi maupun di luar lingkungan operasi. Bilamana lingkungan
operasi terjadi di dalam negara (internal), maka isu yang dihadapi adalah isu perebutan
kekuasaan militer atas kekuasaan sipil dan isu kemampuan militer yang efektif dan
berdasarkan hukum dalam penanggulangan krisis. Solusi atas kedua isu tersebut sangat
ditentukan oleh efektifitas penyelenggaraan negara, praktek paradigma sipil-militer yang
dewasa,

3.

kebebasan

pers/jurnalistik

dan

kemampuan

ekonomi

negara.

Binter sebagai model Pendekatan.


Bagi TNI, amanah konstitusi dalam melaksanakan tugas memberdaya-kan wilayah

pertahanan dan kekuatan pendukungnya itu, merupakan bagian integral dalam membantu
pemerintah untuk menjawab pengaruh lingkungan operasi dengan menggunakan metode
Binter dalam bentuk kegiatannya. Ini dilakukan untuk memberi pemahaman kepada
masyarakat bahwa keterlibatan seluruh komponen kekuatan akan sangat menentukan
dalam menghalau dan menghadapi lingkungan operasi, yang tidak menutup kemungkinan
menjadi skenario dan strategi negara lain untuk memecah belah dan menghancurkan
bangsa

Indonesia

melalui

perannya

secara

tidak

langsung.

Karena TNI memandang bahwa pengertian Binter dalam perspektif kegiatan adalah upaya,
pekerjaan dan tindakan yang dilakukan TNI, baik secara berdiri sendiri maupun bersamasama dengan unsur-unsur di luar TNI untuk membantu pemerintah dalam menyiapkan
kekuatan pertahanan yang meliputi wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya, serta
terwujudnya Kemanunggalan TNI-Rakyat.

Jadi, dalam pengertian itu, Binter merupakan

kegiatan utama bagi TNI dalam memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan
pendukungnya, yang dilakukan secara terus menerus dalam kerangka Sistem Pertahanan
Keamanan Rakyat Semesta dan memantapkan Kemanunggalan TNI-Rakyat. Inilah yang
membedakan TNI dengan tentara di negara manapun. Kegiatan Binter oleh TNI

dilaksanakan secara koordinatif, terpadu, saling terkait dan lintas sektoral dan dilakukan oleh
komando kewilayahan, satuan non-kewilayahan dan prajurit TNI secara perorangan dengan
obyek geografi, demografi dan kondisi sosial kemasyarakatan. Ini harus dipahami, karena
tiga elemen utama di setiap lingkungan operasi yang terdiri dari wilayah, manusia dan
kondisi sosial dapat ditranformasikan menjadi geografi, demografi dan kondisi sosial dan
setiap elemen tersebut memiliki corak/unsur-unsurnya masing-masing yang sangat
ditentukan oleh set-back historis dan doktrin militer yang dianut serta konstruksi tujuan
nasional negara yang tercantum dalam konstitusi. Ketiga elemen utama tersebut merupakan
sarana yang digunakan oleh negara yang di dalamnya mengandung seluruh potensi dan
kekuatan nasional (elemen of national power) yang didayagunakan secara menyeluruh,
terpadu, efektif dan efisien.
Elemen geografi yang dikelola dengan berdayaguna dapat menjadi kekuatan
pertahanan dalam bentuk ruang manuver untuk aktifitas militer dalam melaksanakan tugastugas

pertahanan

di

darat.

Elemen

demografi

yang

terdiri

dari

unsur

manusia/penduduk/rakyat yang dikelola, dibina dan didayagunakan dapat menjadi kekuatan


pertahanan dalam bentuk alat perjuangan yang tangguh dan mampu memberikan dukungan
yang konstruktif bagi misi militer. Elemen kondisi sosial merupakan aspek kehidupan yang
melingkupi manusia/penduduk/rakyat yang dikelola, dibina dan didayagunakan untuk
dijadikan kondisi yang kondusif dan kondisi yang dapat mendukung operasi militer di darat.
Pengelolaan ketiga elemen (geografi, demografi, kondisi sosial) di kenal dengan istilah khas
TNI, yaitu BInter yang merupakan salah satu fungsi utama TNI Angkatan Darat. Isu strategis
yang senantiasa berkembang dari Binter adalah obyek yang dihadapi militer (geografi,
demografi dan kondisi sosial) merupakan obyek yang sama dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Dalam hal ini, yang senantiasa harus dibangun pemahaman bersama bahwa
tugas-tugas pembinaan teritorial merupakan bagian dari tugas pokok TNI Angkatan Darat
yang kewenangannya tetap berada pada pihak pemerintahan.
Dengan penegasan tersebut, militer tetap konsisten di dalam peran sebagai alat
negara di bidang pertahanan, sedangkan pemerintahan tetap bertanggung jawab atas
pembangunan dan pengembangan aspek geografi, demografi dan kondisi sosial agar

terwujud keamanan dan kesejahteraan rakyat secara utuh dan adil. Pembinaan Teritorial
inilah yang ditawarkan sebagai alternatif model pendekatan militer terhadap lingkungan
operasi yang selalu dibatasi oleh periodisasi waktu dan keberhasilan missi militer dalam ikut
serta secara aktif dan berkesinambungan memelihara stabilitas kawasan dan perdamaian
dunia yang abadi.
Menghadapi gambaran keadaan itu, dapat disimpulkan bahwa perkembangan global
akan membawa pengaruh negara-negara untuk menyesuaikan diri dan masuk dalam main
stream perubahan serta kompetisi. Masalah persoalan "gap" keadilan dan kesejahteraan
dapat dihadapi dengan pendekatan keamanan yang komprehensif (keamanan nasional
sekaligus keamanan manusia), sedangkan konflik-konflik di kawasan maupun di dalam
negara dapat didekati dengan alternatif model Binter yang meliputi tiga elemen yaitu,
geografi, demografi dan kondisi sosial. Hal tersebut dapat dilaksanakan oleh militer secara
profesional dan proposional.
Untuk itu, perlu pengkajian model Binter sebagai alternatif militer dalam menghadapi
lingkungan operasi guna menyukseskan misi militer dan merealisasikan FGD (Focus Group
Discussion) sebagai wadah di bawah PAMS yang diberi tugas untuk menilai manfaat dan
nilai-nilai strategis Binter.
Sistem Pertahanan Semesta ( SISHANTA ).
Sistem

Pertahahan

Semesta

(Sishanta)

diadopsi

dari

pengalaman

perang

kemerdekaan, dimana pada saat itu secara konsepsional seluruh rakyat dikerahkan untuk
melakukan

perlawanan

bersenjata.

Namun

pada

situasi

sekarang,

pemahanan

tersebut tidak relevan lagi karena tuntutan situasi kondisi di era dewasa ini sudah berbeda,
sehingga secara fundamental konsepsi Sishanta adalah membangun kesemestaan dalam
rangka pertahanan sedemikian rupa sehingga sinergi dalam suatu sistem sederhana tetapi
komperehensif, efektif dan efisien.
Mencermati perkembangan kawasan dan analisa kajian lingkungan strategis baik
global, regional dan nasional, maka ancaman yang paling mungkin terhadap integritas

nasional adalah gerakan separatis, Pemberontakan bersenjata, aksi teror, bencana alam, isu
pelanggaran HAM, demokratisasi yang berujung pada intervensi asing, pencurian sumber
daya alam, sektarianisme dan fanatisme golongan. Menghadapi ancaman potensial seperti
yang diuraikan di atas, perlu pengerahan secara total seluruh potensi bangsa. Semua
potensi bangsa harus dibangun dan didayagunakan secara efektif, oleh karena itu sistem
pertahanan rakyat semesta merupakan konsep yang masih relevan dalam kehidupan
bangsa kita untuk tetap digunakan sebagai wadah, isi dan tata laku pertahanan nasional di
masa kini dan di masa depan. Implementasinya bukan hanya tanggungjawab TNI Polri
melainkan kewajiban setiap warga negara dalam menghadapi ancaman nasional, hal ini
bukan berarti semua rakyat wajib memegang senjata untuk melawan musuh seperti pada
zaman revolusi dulu, tetapi segenap komponen bangsa dikerahkan untuk kepentingan
pertahanan sesuai dengan fungsi dan profesi masing-masing. Bangsa Indonesia tidak akan
melaksanakan aneksasi atau penyerangan terhadap negara lain, dan dalam ishanta ini
bangsa Indonesia akan berperang di wilayah sendiri. Untuk berperang di wilayah sendiri
perlu disiapkan ruang, alat dan kondisi juang yang tangguh yang dilaksanakan dengan
melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan oleh seluruh komponen bangsa sesuai
dengan fungsi dan tugasnya masng-masing. Bagi TNI pemberdayaan wilayah pertahanan
dilaksanakan dengan cara pembinaan teritorial. Adapun dalam implementasi, kita masih
mendapatkan hambatan/kendala :
a.

Konsepsi

Sishanta

masih

bergerak

pada

tataran

filosofis,

belum

implementatif.
b.

Keterbatasan anggota untuk melengkapi alutsista dan keterbatasan dana

khususnya minimnya gaji prajurit dan anggaran untuk latihan, pendidikan dan lainlain.
c.

Tingkat kedewasaan sebagaian politisi sipil yang belum matang antara lain

masih cenderung menarik-narik TNI/unsur TNI untuk ikut politik praktis.

d.

Masih lemahnya kesadaran bela negara dikalangan masyarakat terutama

kaum

muda,

e.

Bagi masyarakat luas wacana/ pembahasan masalah Hankamnas dipandang

padahal

kesadaran

tersebut

merupakan

fundamen

Sishanta.

seolah barang asing, sehingga masalah ini belum disentuh/diperhatkan, bahkan juga
oleh komunitas intelektual/akamedisi.
f.

Secara kuantitaf masih kurang pakar sipil yang mendalam masalah Hankam

oleh karena itu, perlu dibuka program studi kajian pertahanan di perguruan tnggi
nasional sehingga menghasilkan pakar dengan muatan nasional yang tebal bukan
mengusung teori-teori akademis dari luar negeri/barat.
g.

Belum tuntasnya Rencana Undang-undang Keamanan Nasional sebagai

pedoman bagi semua institusi yang ada maupun semua komponen bangsa yang ada
sehingga seolah-olah masalah keamanan nasional belum mendesak untuk
diundangkan. Bila kondisi ini berlanjut akan membahayakan stabilitas keamanan
secara nasional, karena saat ini seolah-olah masalah keamanan hanya dilaksanakan
oleh institusi tertentu saja.
Pada dasarnya hakekat pembinaan teritorial TNI adalah kegiatan penyiapan
wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan sistim
pertahanan semesta serta upaya untuk membangun, memelihara, meningkatkan dan
memantapkan kemanunggalan TNI Rakyat melalui kegiatan bantuan untuk
mengatasi kesulitan masyarakat dengan sasaran terwujudnya :
1)

Ruang Juang yang tangguh, berupa wilayah pertahanan yang siap

sebagai mandala perang atau mandala operasi dan mendukung bagi kepentingan
operasi satuan sendiri dalam memenangkan pertempuran.
2)

Alat Juang yang tangguh, berupa tersedianya komponen cadangan

dan pendukung yang sudah terorganisir secara nyata dengan segenap perangkatnya
yang

siap

pertempuran.

digunakan

sebagai

kekuatan

pengganda

untuk

memenangkan
3).

Kondisi Juang yang tangguh, berupa kondisi dinamis masyarakat dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang tercermin dalam sikap dan perilaku
yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945, bertanggung jawab dan rela berkorban dalam pengabdian kepada bangsa dan
negara.
4)

Kemanunggalan TNI Rakyat yang tangguh, berupa ikatan yang kokoh

kuat serta bersatu padunya TNI Rakyat baik secara fisik maupun non fisik.

Sedangkan pada pelaksanaan Binter itu sendiri posisi TNI adalah membantu
pemerintah dalam hal :

1.

Menyiapkan semua potensi nasional yang ada menjadi kekuatan pertahanan.

2.

Menyelenggarakan pelatihan dasar kemiliteran secara wajib bagi warga

negara sesuai dengan perundang-undangan.


3.

Memberdayakan

rakyat

sebagai

kekuatan

pendukung.

4.

Membantu tugas pemerintah untuk pemberian bantuan kemanusiaan,

menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, merehabilitasi infrastruktur dan


mengatasi masalah akibat pemogokan serta konflik komunal.
5.

Membangun,memelihara, meningkatkan dan memantapkan kemanunggalan

TNI Rakyat.

Binter TNI tersebut dilakukan baik secara satuan maupun perorangan, adapun
sasaran pembinaan
a.

kemampuannya sebagai berikut :

Tingkat Satuan
1.
dalam

Terwujudnya
menerapkan

kemampuan
sistem

Binter

perencanaan

Satkowil
dan

secara

pengendalian

terukur
Binter

(Sisrendal Binter)

dan penerapan Lima Kemampuan Teritorial tingkat

Satuan untuk Kowil,

yang meliputi

a) Kemampuan temu cepat dan lapor cepat.


b) Kemampuan manajemen Teritorial.
c) Kemampuan penguasaan wilayah.
d) Kemampuan pembinaan perlawanan rakyat.
e) Kemampuan komunikasi sosial.
2.

Terwujudnya

melaksanakan
3.

kemampuan

Satuan

non

Kowil

Binter

dalam
Terbatas.

Terwujudnya keterpaduan kegiatan Binter yang dilaksanakan

oleh Satkowil dan non Kowil dalam melaksanakan Binter Terbatas.


b.

Tingkat perorangan
1.

bidang
2.

Terwujudnya profesionalisme prajurit Teritorial sesuai

tugas dan jabatannya.

Terwujudnya

tingkat

kemampuan

Lima

Kemampuan

Teritorial

perorangan bagi prajurit Satkowil, yang meliputi :


a)
dengan

Kemampuan

mendapat-kan

informasi

dan

melaporkan

cepat.

b)

Kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat disekitarnya.

c)

Kemampuan mendata geografi, demografi dan Kondisi

sosial
d)
negara
e)

yang terkait dengan pertahanan negara.


Kemampuan

meningkatkan

kesadaran

masyarakat di sekitarnya.
Kemampuan penguasaan medan di sekitarnya.

bela

3.

Terwujudnya sikap Teritorial setiap prajurit dalam berinteraksi

dengan masyarakat.
Pada dasarnya pemahaman Binter bagi komponen bangsa lainnya dapat diartikan
sama dengan pemahaman Binter TNI, hanya bidang dan bentuk perwujudannya yang
berbeda. Bila ditinjau dari hakekat Binter, sebenarnya setiap institusi, Departemen dan
komponen bangsa lainnya dalam menjalankan peran dan tugasnya memiliki kesamaan
dengan Binter yaitu selalu berhubungan ruang, alat dan kondisi juang yang menguntungkan
bagi kesejahteraan bangsa. Sedangkan Binter adalah kegiatan untuk mewujudkan ruang
alat dan kondisi juang yang tangguh dalam rangka pertahanan negara. Suatu pemahaman
yang saling melengkapi bila setiap Institusi, Departemen dan komponen bangsa lainnya
memiliki pemahaman yang sinergi untuk mendukung pertahanan negara, antara lain
dipahami sebagai berikut : Pemahaman ruang juang bagi komponen bangsa lainnya dapat
diartikan suatu tempat/ wilayah yang dapat digunakan sewaktu-waktu untuk mendukung
pertahanan negara bila negara menghadapi ancaman atau peperangan. Penataan tempat/
wilayah sebagai ruang juang dapat dilaksanakan sejak dini, contoh : PU merancang
pembangunan jalan, seyogyanya rancangan tersebut disentuh dengan aspek Binter
sehingga bila terwujud maka pada kondisi darurat/ perang dapat difungsikan sebagai
landasan pesawat udara, contoh lain : Pembangunan gedung bertingkat, seyogyanya
mengandung aspek Binter dengan membangun tempat parkir basement secara bertingkat
ke bawah sehingga memberikan keuntungan disamping penghematan tempat juga dapat
juga dapat difungsikan sebagai bunker tempat perlindungan pengungsi bila pada kondisi
darurat.
Pemahaman alat juang bagi komponen bangsa lainnya dapat diartikan terwujudnya
suatu potensi kekuatan yang terorganisir dan dibina dengan baik serta mempunyai
kemampuan pertahanan negara, contoh : organisasi beladiri yang aktif melaksanakan
latihan, bila pada kondisi darurat perang, maka potensi kekuatan tersebut dapat
didayagunakan untuk membantu mempertahankan wilayah NKRI. Sedangkan pemahaman
tentang kondisi juang dapat diartikan suatu kondisi masyarakat yang memiliki rasa
kesadaran bela negara, cinta tanah air dan wawasan kebangsaan yang tinggi, sehingga

masyarakat memiliki ketahanan nasional yang mampu menghadapi berbagai ancaman,


tantangan, gangguan dan hambatan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Contoh
wujud kondisi juang antara lain : rasa nasionalisme yang tinggi yang diimplementasikan
pada sikap etos kinerja yang tinggi, memiliki kepedulian terhadap sesama dan lingkungan
serta patuh terhadap hukum yang berlaku.
Bila komponen bangsa lainnya memiliki pemahaman yang sama tentang Binter TNI,
maka niscaya kita dapat mengatasi berbagai permasalahan bangsa yang saat ini tengah
berada pada era konsolidasi demoktrasi yang syarat dengan berbagai perubahan.
Disadari bersama, bahwa pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan mengarah
pada perubahan di segala bidang menuju tatanan yang lebih baik. namun setiap perubahan
selalu mengandung ekses pembangunan yang apabila tidak dilaksanakan pembinaan
secara cepat dan tepat memungkinkan tumbuh menjadi potensi ancaman. Sebagai contoh,
ekses dari penggusuran, penerapan kebijakan pemerintah Daerah dan lain sebagainya.
Terhadap permasalahan-permasalahan bangsa tersebut tidak hanya dapat dilaksanakan
melalui tindakan penegakan hukum saja, namun perlu kepedulian dari segenap bangsa
untuk melakukan pembinaan atau langkah preventif yang disebut Binter. Dengan demikian
jelas bahwa Binter bukan hanya milik TNI AD, atau TNI namun secara luas Binter adalah
milik segenap bangsa Indonesia yang dilaksanakan secara terpadu sebagai wujud dari
kesadaran bela negara, rasa cinta tanah air dan wawasan kebangsaan terhadap NKRI.
Demikian pembinaan teritorial menurut perspektif TNI dan perspektif komponen
bangsa lainnya, semoga dapat dijadikan masukan dan pertimbangan dalam mengantisipasi
perkembangan situasi saat ini khususnya dalam bidang pertahanan serta pertimbangan
komando kewilayahan yang harus tepat waktu dan tidak boleh ditunda-tunda.

Melalui

kerjasama yang erat dengan aparat terkait dan komponen bangsa lainnya guna membantu
pemerintah dalam menyiapkan kekuatan pertahanan darat dengan mensinergikan dan
meningkatkan kemanunggalan TNI - Rakyat, "Dengan demikian Koramil sebagai aparat
Satkowil ( satuan komando kewilayahan), perlu diberdayakan dan dioptimalkan Apter di
tengah-tengah masyarakat harus dapat membawa perubahan ke arah yang lebih maju dan
sejahtera. Sistem yang diterapkan Apter juga harus menjadi mata dan telinga bagi aparat

teritoriral yang lebih tinggi sehingga ancaman teroris, infiltrasi dan bahaya laten lainnya
dapat dicegah.
Hal itu menuntut bahwa Apter harus semakin mempertajam sistem daya tangkal dan
cegah dini melalui early warning. Selain itu Apter Koramil pada khususnya harus dapat
menjadi tempat menyusun kekuatan perang sebelum terjadi perang, mempersiapkan
dukungan rakyat, sebagai logistik wilayah. Spektrum perang pada masa sekarang dan ke
depan semakin luas dan canggih. Di masa modern ini di mana manusia seantero dunia
sudah mengenal kemajuan Iptek, sehingga ketrampilan, kemampuan dan pola pikir mereka
tentunya maju pula. Kemajuan tersebut tidak menutup kemungkinan dimanfaatkan untuk
kepentingan kejahatan. Kejahatan perang pada era ini tidak hanya dilakukan secara
konfrontasi senjata saja tetapi juga banyak bentuknya. Diantaranya perang ekonomi/
perdagangan, perang opini, perang budaya, perang bidang kesehatan, perang teknologi,
perang moral, manipulasi dan masih banyak bentuk perang yang lainnya. Sehubungan
dengan situasi tersebut tentunya tugas yang diemban para Apter tidak ringan. Aparat
teritorial harus memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan yang baik sesuai dengan
kapasitasnya. Dalam hal ini aparat teritorial dituntut harus semakin kritis terhadap
berkembangnya ancaman dan hambatan yang timbul di lingkungan mayarakat. Hal itu
sangatlah penting karena hanya sebagian kecil masyarakat yang memilki wawasan dan
pengetahuan tentang ancaman baik secara sempit maupun secara luas.
Sistem tersebut tentunya juga harus diimbangi dengan aadanya alut dan alutsista
yang sangat memadai yang didukung oleh SDM yang benar- benar professional. Hal ini
sangatlah berkaitan dengan struktur organisasi Koramil ke depan sejalan dengan adanya
reformasi internal TNI justru harus perlu disiapkan dengan menempatkan personel yang
benar-benar berkualitas dan mempunyai keahlian serta pemikiran yang maju. Postur dan
figur organisasi Koter harus mengacu pada reformasi internal TNI pada era modern ini,
bilamana perlu untuk menciptakan kondisi yang solid dan integratif perlunya keterlibatkan
personel dari angkatan matra lainnya. Postur dan figur Koter juga harus menghindari
penafsiran adanya estimasi dan fakta adanya Gaptek dan kurang pengetahuan di tubuh
Koter pada umumnya. Hal tersebut bila kita sadari sangat penting dan merupakan

komponen yang dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan tugas masa mendatang. Telah
kita ketahui bersama bahwa bentuk ancaman pada kejahatan pada era sekarang ini
sangatlah berbeda dengan masa beberapa tahun silam yang tidak difasilitasi dengan alat
modern seperti satelit, komputerisasi dan peralatan teknologi muktahir lainnya, serta diawaki
personil yang berdedikasi tinggi.

Kesimpulan dan Saran.

a.

Kesimpulan

1.

Dari uraian di atas nampak bahwa politik sudah menjadi soal

yang menakutkan
melarang

bagi TNI karena adanya berbagai macam aturan yang

keterlibatan militer dalam politik. Oleh karena itu ketakutan

sipil akan keterlibatan

militer dalam politik sangat tidak mendasar. Adanya

Binter di dalam tubuh TNI AD

merupakan konsekuensi dari adanya

persepsi ancaman terhadap NKRI. Binter merupakan strategi pertahanan


yang paling murah dan efektif bagi operasi matra
2.

Profesionalisme

perspektif peningkatan
pertahanan yang

TNI

yang

sumber

ada

daya

saat
guna

darat.
ini

perlu

diolah

mengoperasikan

dalam
strategi

dibentuk berdasarkan perpektif ancamannya. Peningkatan

sumber daya manusia khususnya bisa menjadi prasyarat terjalinnya dialog


yang lebih kondusif dengan komunitas sipil
3.

Dalam masa transisi ini, sipil juga perlu membangun citra positif di

hadapan

militer

di

pertahanan negara. Oleh

samping

belajar

banyak

memahami

strategi

karena itu,, dalam segala kelemahan masing-

masing, sipil dan militer dalam masa

transisi ini masih perlu duduk

bersama untuk merumuskan kebijakan pertahanan negara. Dalam masa


transisi

ini

masih

harus

diterima

kebaikan minus

malum

atas

profesionalisme militer. Namun yang terpenting adalah bahwa

semua pihak sepakat akan perlunya peningkatan profesionalisme militer dan


semua pihak

sepakat bahwa militer berada dalam tataran kebijakan

operasionalnya Huntington.
b.

Saran.
Melihat gambaran umum di atas, tentunya tugas yang diemban

Koter
hal

sebagai ujung tombak, akan


yang sangat

mempengaruhi

harus memperoleh perhatian


maupun satuan lainnya
pimpinan

dan

semakin sulit dan berat, sehingga


keberhasilan

tugas

Koter

yang lebih atau sama seperti satuan tempur

dijajaran TNI-AD. Koter harus dimotori oleh seorang

staf yang benar-benar selektif yang memilki kredibilitas

kapabilitas yang tingggi yang

hal-

dan

selalu mengedepankan kepentingan kemajuan TNI-

AD dari pada pribadi/individ dan dilandasi rasa soliditas yang tinggi demi kemajuan
organisasi pada khususnya, bangsa dan

negara pada umumnya.

Penutup.
Demikian essai ini dibuat oleh penulis, semoga dapat dijadikan bahan
masukan/pertimbangan bagi komando atas dalam merencanakan dan menentukan
kebijakan berikutnya bagi upaya pemberdayakan peran Kowil guna menyiapan
komponen cadangan dan pendukung sebagai sebagai kekuatan pengganda
komponen utama alat pertahanan negara matra darat di seluruh wilayah NKRI. Juga
dalam upaya mewujudkan terselenggaranya sistem pertahanan rakyat semesta yang
lebih tangguh, sehingga gangguan, tantangan dan hambatan, yang akan
mengganggu kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara Indonesia dapat
dicegah.
Semoga segala amaliyah kita mendapat ridho Allah SWT., dan dijadikan
sebagai amal ibadah serta dilipatgandakan pahala dari pada-Nya. Amiin.

Jakarta, Juni 2013


Penulis

Drs. Haeruddin
Letnan Kolonel Caj NRP. 34044

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor : 3 Tahun 2000 tentang Pertahanan Negara.


Undang-Undang RI Nomor : 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor : 34 Tahun 2004 tentang TNI.
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor : VII Tahun 2000 tentang TNI.
Mabes TNI AD, Dokrin TNI AD Kartika Eka Paksi , Mabesad.
Puster, Bujuk tentang Bakti TNI, Tahun 2004.
-------, Bujuk tentang Komunikasi Sosial, Tahun 2002.
Ryamyzard Ryachudu, Visi Misi dan Binter TNI AD
Seskoad, Bujuk Binter.
Jurnal Yudhagama, Volume 33 No. 1 Edisi Maret 2013.

Anda mungkin juga menyukai