1.
Pendahuluan
a.
Proses perkembangan bangsa Indonesia yang ditandai dengan era reformasi yang
dilakukan
seperti makanan cepat saji tanpa adanya perencanaan yang melalui proses
pengkajian secara akademik dan tidak konseptual, tetapi hanya dilandasi oleh keinginan
untuk merubah suatu keadaan kepada era yang lebih baik di mana perubahan tersebut
hanya dilandasi oleh suatu keinginan yang bersifat emosional saja tanpa berpikiran bahwa
suatu perubahan akan membutuhkan waktu dan pengorbanan yang tinggi dari segenap
anak bangsa, dan ditengah-tengan tuntutan dari beberapa pihak yang mengingginkan
perubahan secara mendasar tentang tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara ada
salah satu tuntutan yang bersifat krusial yaitu dihilangkannya komando wilayah padahal
komando wilayah merupakan wujud dari sistim pertahanan negara yang paling kuat yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia, namun demikian kita sadar bahwa kita pernah melakukan
kesalahan di dalam menerapkan tugas Koter di masa lalu tetapi hal tersebut, sudah mulai
diperbaiki tentang tugas dan tanggung jawab Kowil di dalam paradigma baru TNI.
b.
Menyikapi hal tersebut maka pimpinan TNI dalam hal ini Pimpinan TNI-AD sudah
negara
wilayah.
Dalam mendukung kegiatan kewilayahan ini maka aparat teritorial harus dapat
bekerja sama dengan seluruh komponen yang ada di masyarakat dan dengan aparat
pemerintah daerah setempat sehingga tujuan dan sasaran di dalam rangka pembinaan
ketahanan wilayah yang mantap dalam wadah NKRI.
2.
a.
Maksud. Maksud penulisan karangan militer ini adalah untuk memberikan masukan
atau gambaran kepada komando atas tentang pelaksanaan pembinaan teritorial tingkat
Kowil yang dihadapkan kepada kondisi yang akan datang untuk mewujudkan pertahanan
negara.
b.
Tujuan.
teritorial
di
masa
yang
akan
datang
yang
semakin
komplek.
Binter dalam mewujudkan RAK juang yang tangguh dalam rangka pertahanan negara yang
disusun dengan tata urut sebagai berikut :
a)
Pendahuluan.
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Penutup.
4.
Metoda dan Pendekatan. Penulisan karangan militer ini dengan metoda pendekatan
berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama menjadi prajurit TNI-AD dan pernah
bertugas di Kowil serta referensi yang lainnya.
5.
Pengertian.
a.
Pembinaan teritorial adalah segala pekerjaan dan kegiatan yang berhubungan dengan
Rak juang adalah wilayah di mana rakyat telah menjadi kekuatan yang dapat
diandalkan
serta
memiliki
kekuatan
alamiah
tertentu
yang
menjadi
jaminan
Alat juang adalah masyarakat telah memiliki kesadaran bela negara yang tinggi telah
disusun, dilatih, dilengkapi dan disiagakan sesuai pengelompokan bidang dan perannya
masing-masing.
d.
dan
6.
Kondisi juang adalah kesadaran sikap dan tekad masyarakat untuk membela negara
bangsa
yang
disertai
kesanggupan
berkorban
sebagaimana
besarnya.
Dasar Pemikiran
Umum.
dalam rangka mewujudkan ruang, alat dan kondisi juang bukan hal yang baru dalam tata
kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Sebagai pembina teritorial TNI Angkatan Darat
bersama-sama unsur dari TNI dan pemerintah sebenarnya memikul tugas dan tanggung
jawab yang sama untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi kelangsungan kegiatan
pembangunan
nasional.
Dalam
rangka
mewujudkan
keseimbangan
antara
tujuan
Keamanan Rakyat Semesta ( Sishankamrata ) dengan unsur-unsur terdiri dari TNI sebagai
kekuatan inti dan kekuatan kewilayahan sebagai kekuatan pendukung maka kekuatan
wilayah maupun rakyat didayagunakan untuk menanggulangi ancaman musuh baik
ancaman yang datang dari luar negeri berupa subversi dan infiltrasi sedangkan ancaman
dari
b.
dalam
negeri
berupa
separatis
pemberontakan-pemberontakan
).
Fakta sejarah bahwa keberadaan TNI yang selalu berdampingan dan bersama-sama
c.
Kowil sebagai pembina teritorial di wilayahnya dapat menjadi pusat perhatian dalam
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal ini dikarenakan Apter merupakan ujung
tombak bagi TNI Angkatan Darat dalam mewujudkan ruang, alat dan kondisi juang bagi
kepentingan Hankam dan kesinambungan pembangunan masa depan. Hal ini dilaksanakan
tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan di daerah/wilayahnnya dengan berbagai upaya yang
dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung bersama aparatur daerah dan
masyarakat setempat.
9.
Permasalahan.
a.
Perkembangan situasi yang terjadi di negara kita pada saat ini di mana telah terjadi
gejolak krisis ekonomi dan krisis moral mengakibatkan dampak yang sangat komplek
terhadap kehidupan masyarakat.
secara cepat, maka akan berkembang secara meluas yang akan mengakibatkan
terganggunya stabilitas keamanan. Oleh karena itu, dibutuhkan peran Binter dalam
mewujudkan RAK juang yang tangguh dalam rangka pertahanan negara, sehingga dampak
dari krisis ekonomi dapat ditekan seminimal mungkin serta terjaminnya stabilitas wilayah
di daerahnya.
b.
pembinaan teritorial masih terdapat beberapa kendala yang harus diatasi antara lain :
kurangnya kerja sama dan koordinasi antara aparat teritorial dan aparat pemerintah.
territorial
pada
hakekatnya
adalah
pembinaan
wilayah
yang
Aparat Teritorial
1)
Secara Kuantitas Personel. Personel Koter pada umumnya belum sesuai dengan
TOP/DSPP yang berlaku, hal ini disebabkan pengisian personel teritorial, baik dari
Satpur maupun Satbanpur yang dilaksanakan selama ini belum dapat memenuhi
kebutuhan TOP/DSSP di samping adanya penyusutan personel akibat pensiun dan
pindah
2)
satuan
lain.
pembinaan teritorial kualitas aparat teritorial yang ada pada umumnya belum
dapat memadai, kualitas aparat teritorial tersebut, juga dikarenakan ada beberapa
faktor diantaranya sebagai berikut :
a)
umumnya adalah lulusan SD dan SMP, selain pendidikan umum bekal teriorial yang
dimiliki aparat teritorial masih terbatas untuk golongan Perwira dan Bintara
sedangkan untuk Tamtama belum memiliki bekal pendididkan teritorial, padahal
ada
b)
jabatan
Babinsa
yang
dijabat
oleh
Tamtama.
TOP/ DSPP dengan kondisi rata rata di bawah 60% bila dibandingkan dengan tuntutan
tugas yang dihadapi serta luasnya daerah tanggung jawab, yang paling dirasakan adalah
sarana transportasi, komunikasi dan akomodasi sehingga mengakibatkan pengendalian dan
pembinaan aparat teritorial sangat sulit.
c.
Piranti Lunak
Berbagai macam piranti lunak yang dibutuhkan Koter guna menunjang pelaksanaan
tugas Binter pada umumnya sudah cuckup tersedia, tetapi dihadapkan dengan
perkembangan
d.
situasi
dan
kondisi
perlu
ditambah
dan
penyesuaian.
pokoknya telah memadai tetapi bila ditinjau dari perkembangan globalisasi masih ada
sebagian
e.
Koter
yang
perlu
pembenahan
dan
penyesuaian.
Aparat Pemerintah
Masalah menonjol dilihat dari
bertemu
dengan
rencana
pembangunan
pemerintah.
Geografi
1) Potensi geografi yang harus dapat diproses dan dibina sedemikian rupa, sehingga setiap
jengkal tanah dapat merupakan hambatan bagi musuh dan sebaliknya harus
memberikan kemudahan bagi kekuatan sendiri, tetapi kenyataan tidak pernah
sejalan antara Koter dan pemerintah sehingga pembangunan yang ada hanya
untuk kepentingan pemerintah.
2) Sumber daya alam merupakan kekayaan alam yang ada di bumi maupun di atasnya belum
dapat digunakan bagi kepentingan Hankamneg pada saat yang tepat karena lebih
banyak berorientasi pada kesejahteraan.
b.
Demografi
Jumlah dan kualitas penduduk merupan sumber daya manusia yang diperlukan bagi
penyelengaraan Hankamneg tapi dengan masih adanya penduduk yang belum tersebar
merata dan tingkat angkatan kerja cukup tinggi sehingga tingkat pengangguran pun cukup
tinggi, ini karena adanya Rencana Umum Tata Ruang yang belum sejalan.
c.
Kondisi Sosial
1)
Idiologi
a) Kloter
ikut
aktif
dalam
penyelenggaraan
penataran
P-4
b)
Masih adanya sejumlah pelaku G-30 S/PKI, radikal kanan dan radikal kiri lainnya
2)
Politik
a)
Koter ikut aktif dalam memelihara stabilitas politik di wilayahnya tapi masih
adanya kasus SARA sebagai isu politik yang dihubungkan menjadi kasus unjuk rasa.
b)
berbangsa bernegara.
3)
Ekonomi
a)
koperasi di
b)
wilayahnya
masih
belum terbina
dengan
sebagai
mestinya.
pemukiman.
4)
Sosial Budaya
a)
adanya
yang
sempit.
Hankam
Situasi keamanan wilayah Koter biasanya dalam kondisi mantap dan terkendali
13.
akan lebih dominan pada kebutuhan sumber daya alam sebagai bahan utama pendukung
teknologi serta kebutuhan akan kualiatas sumber daya manusia ( SDM ) sebagai kunci dan
tercapainya aspek teknologi tersebut. Selain dari itu, dengan berakhirnya era perang
dingin yang berganti pada persaingan global, maka aspek persaingan/pertentangan militer
akan dikobarkan melalui persaingan tersebut. Sehingga aspek sumber daya manusia akan
sangat dominan dan berperan dalam menghadapi tantangan masa depan.
14.
Bidang Geografi
Pembinaan bidang geografi diarahakan untuk memanfaatkan dan mengembangkan
Memantapkan dan menyiapakan potensi geografi yang statis agar menjadi kekuatan
Sebagai lingkungan, potensi geografi harus dapat diproses dan dimanfaatkan demi
kepentingan hankam.
c)
Sebagai sumber daya kekayaan alam baik yang ada di bumi maupun di atasnya harus
dapat diusahakan agar berdaya guna dan berhasil guna bagi kepentingan Hankamneg pada
saat saat diperlukan.
15.
Bidang Demografi
Potensi
demografi
berupa
jumlah
dan
kualitas
penduduk,
penyebarannya
merupakan sumber daya yang harus mampu mengimbangi tantangan masa depan
yang semakin kompleks dihadapkan dengan perkembangan lingkungan strategis baik
di tingkat internasional maupun regional sehingga kualitas penduduk harus
ditingkatkan sehingga :
a)
Potensi masyarakat yang ada diharapaka mampu untuk menjadi kekuatan yang
16.
Bidang
Kondisi
Sosial
Kondisi sosial ini diharapkan mampu untuk mewujudkan kondisi juang masyarakat yang
tangguh dalam memelihara stabilitas lingkungan yang mantap dan dinamis, sehingga
diharapakan
seluruh
aspek
kehidupan
masyarakat
dapat
terpenuhi
a.
yaitu
Idiologi
Mantapnya bidang idiologi akan sangat membantu pada penciptaan kesejahteraan
nasional sebagai salah satu persyaratan umum dalam membangun bangsa dan negara.
e.
Politik
Situasi politik masa depan yang semakin tidak menentu dengan melihat
perkembangan
situasi
sekarang
yang
ada.
c.
Ekonomi
Masa depan yang penuh dengan tantangan yang terus menerus menimpa bangsa dan
Sosial
Budaya
Era globalisasi dibarengi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju
membuat masyarakat menjadi semakin mengerti di setiap sudut kehidupan sehingga
diharapkan masyarkat kita tidak akan terbius dengan hal hal yang tidak sesuai dengan
sifat
dan
adat
ketimuran.
e.
Hankam
Dengan adanya tantangan dan ancaman yang mungkin timbul tersebut, maka
diharapkan seluruh potensi Hankam dapat mencegah serangan baik yang datang dari luar
negeri
maupun
dari
dalam
negeri
melalui
konsep
BAB
FAKTOR
17.
Faktor
FAKTOR
Faktor
Sishankamrata.
YANG
yang
IV
MEMPENGARUHI
Mempengaruhi
Dilihat dari aspek subyek pembinaan teritorial dan obyek pembinaaan teritorial dalam
rangka menciptakan pembinaan territorial wilayah terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi dari dalam yaitu personel, material dan piranti lunak. Sedangkan yang
mempemgaruhi dari luar
18.
Faktor
Intern
Dengan adanya berbagai keterbatasan yang ada, baik menyangkut masalah personel dan
material ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas maupun masalah piranti lunak, membuat
kemampuan Kowil, saat ini, masih jauh di bawah kemampuan yang diharapkan.
Kemantapan Koter untuk dapat melaksanakan pembinaan teritorial secara berdaya guna
dan berhasil guna, harus ditinjau dari segi kemantapan organisasi, personel, sebagai obyek
Binter, material dan fasilitas kerja dan piranti lunak sebagai sarana dan prasarana
pendukung terlaksananya tugas Binter, kelemahan pada salah satu segi akan menghambat
pencapaian
sasaran
secara
keseluruhan.
a.
Kekuatan
1)
Personel
Keadaan personel yang ada terutama pada pelaksanaan Binter di lapangan ( Kodam, Kodim
dan Koramil ) ditinjau dari segi masa dinas cukup lama dan mempunyai pengalaman di
satuan
lama,
hal
ini
dapat
dimanfaatkan
2)
untuk
melaksanakan
tugas
Binter.
Material
walaupun
untuk
Lunak
Agar para aparat teritorial bisa melaksanakan pembinaan teritorial dengan baik, di
samping harus memiliki pengetahuan tentang keadaan lingkungan daerah tanggung
jawabnya, perlu dibekali dengan petunjuk petunjuk praktis tentang pelaksanaan
pembinaan teritorial. Karena obyek pembinaan teritorial khususnya aspek demografi dan
kondisi sosial bersifat dinamis, dalam arti selalu berubah sesuai perkembangan yang ada,
sehubungan dengan hal tersebut, maka petujuk petunjuk tentang pembinaan teritorial
pun harus disesuaikan denagn perubahan yang ada. Piranti lunak yang ada masih bersifat
umum, sedangkan piranti lunak yang disesuaikan dengan perkembangan daerah relative
tidak
ada.
19.
Faktor
Ekstern
Faktor dari luar yang dirasakan dapat berpengaruh terhadap pembinaan teritorial Kowil
adalah menyangkut kondisi geografi, demografi dan kondisi soial. Dari faktor faktor
tersebut, diperoleh dari beberapa peluang dan kendala yang dominan yang dapat
mempengaruhi
pembinaan
teritorial.
a.
Peluang
1)
Geografi
Wilayah Kowil pada umumnya cukup luas dan merupakan daerah yang terdiri dari daerah
pantai dan daerah pedalaman / pegunungan dengan kondisi tanah yang cukup subur untuk
pertanian
dan
mempunyai
kekayaan
2)
alam.
Demografi
Jumlah penduduk yang besar dengan jumlah angkatan kerja cukup banyak merupakan
sumber
3)
daya
manusia
yang
Kondisi
dimanfaatkan.
Sosial
a)
Idiologi
Pancasila pada umumnya sudah terima sebagai satu satunya azas dalam kehidupan
bermasyarakat
berbangsa
dan
b)
bernegara.
Politik
sudah
baik.
Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi masyarakat makin meningkat ini, didasari dengan upaya pemerintah
di bidang ekonomi terus ditingkatkan yaitu dengan kebijaksanaan kebijaksanaan
pemerintah untuk mempermudah meningkatkan pertumbuhan industri di segala bidang.
d)
Sosial
Budaya
Perhatian sosial dan budaya gotong royong di masyarakat akan mempererat ke Bhineka
Tunggal
Ika.
e)
Hankam
Kesadaran masyarakat tentang keamanan bukan tanggung jawab TNI saja melainkan
tanggung
jawab
TNI
dan
masyarakat
cukup
tinggi.
b.
Kendala
1)
Geografi
Wilayah Kodim pada umumnya cukup luas dan merupakan daerah yang terdiri dari daerah
pantai dan daerah pedalaman pegunungan. Untuk daerah pantai umumnya belum
ditunjang jaringan jalan yang kurang memadai, jalan yang tersedia sangat terbatas yang
tidak memungkinkan untuk menghubungkan antar daerah melalui jalan darat tetapi harus
dengan sarana angkutan lain. Dengan kondisi geografi seperti tersebut di atas, maka Kowil
pada umumnya mengalami hambatan dalam melaksanakan pembinaan teritorial secara
optimal di daerah yang kondisi sarana dan prasaran perhubungan daerah masih sangat
terbatas. Keadaan daerah seperti itu, dirasakan cukup menyulitkan pengawasan dan
pengendalian terhadap pelaksanaan pembinaan teritorial oleh Koramil yaitu Babinsa,
sehingga sulit mengadakan evaluasi terhadap hasil kegiatan pembinaan teritorial yang
telah
dicapai.
2)
Demografi
Penyebaran penduduk yang terpencar di wilayah wilayah yang relatif luas dengan
keadaan medan/alam yang sulit dan kepadatan yang tidak merata merupakan
permasalahan yang berpengaruh terhadap pembinaan teriotorial. Dibandingkan dengan
daerah daerah pesisir atau pantai dengan masyarakat yang relative lebih maju
pelaksanaan pembinaan teritorial di desa desa pedalaman/terpencil dengan tingkat
pendidikan masyarakat relatif rendah, sulit diharapkan dapat mencapai hasil seperti yang
diharapkan.
3)
a)
Kondisi
Sosial
Ideologi
Pancasila sudah diterima sebagai salah satunya azas dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara baik diperkotaan, daerah pantai, pedalaman maupun
pegunungan walaupun tingkat pengamalan dan kehidupan sehari hari belum seperti yang
diharapkan.
Yang menjadi faktor penghambat bagi upaya memasyarakatkan Pancasila adanya fanatisme
agama
yang
sempit
di
kalangan
masyarakat
b)
tertentu.
Politik
tergantung
dari
pendidikan
c)
yang
dimiliki.
Ekonomi
Tingkat kehidupan ekonomi masyarakat cukup bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan setempat, masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan umumnya
mempunyai mata pencaharian sebagai pegawai dan pedagang, masyarakat di daerah
pantai sebagai nelayan dan di daerah pedalaman sebagi petani. Potensi kekayaan laut dan
lahan pertanian yang subur tersebut, dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
seperti yang diharapkan, karena belum diolah secara optimal. Pengolahan kekayaan laut
oleh nelayan dan lahan pertanian yang subur tersebut, dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat seperti yang diharapkan karena belum diolah secara optimal. Pengolahan
kekayaan laut oleh nelayan dan lahan pertanian oleh para petani dilaksanakan secara
tradisional baik pola atau teknis maupun sarana yang digunakan. Masyarakat nelayan dan
petani di daerah, pada umumnya belum memilki pandangan yang jauh ke depan, dalam
pemenuhan kebutuhan hidup sehari hari. Pola hidup demikian, membuat mereka kurang
memiliki kualitas dan etos kerja sehinggga produksinya relative rendah. Keadaan seperti
ini, membuat potensi kekayaan laut yang melimpah dan lahan pertanian yang subur dapat
meningkatkan
d)
taraf
hidup
Sosial
masyarakat.
Budaya
Masalah sosial budaya yang menjadi kendala bagi pelaksanaan pembinaan teritorial di
daerah
1)
lain
Masalah sengketa tanah baik antar perorang dan antar kelompok masyarakat sering
hambatan
2)
bagi
pembangunan
daerah.
dan
kesatuan
bangsa.
e)
Hankam
Permasalahan yang timbul di bidang Hankam pada umumnya berupa gangguaan Kamtibmas
antara lain : masalah perkelahian massal dengan latar belakang kecil dan remeh namun
apabila tidak ditangani secara cepat dan tuntas dimanfaatkan oleh golongan tertentu
menimbulkan kasus SARA, selain itu, masalah gangguan keamanan masih sering terjadi dan
belum
dapat
ditanggulangi
BAB
secara
tuntas.
UPAYA
VI
YANG
DILAKUKAN.
20.
Umum.
bidang
goegrafi,
bidang
demografi
Subyek
dan
bidang
kondisi
sosial.
Pembinaan.
Aparat territorial dalam hal ini pejabat Kowil di daerah melaksannakan pembinaan
terus-menerus dan terukur terhadap obyek pembinaan yang dilakukan secara terpadu
dengan aparat pemerintah dan melibatkan tokoh-tokoh agama, masyarakat serta adat.
b.
22.
Obyek
Pembinaan.
Dalam hal ini yang menjadi obyek pembinaan teritorial adalah bidang geografi, bidang
demografi dan bidang kondisi sosial agar menjadi kekuatan wilayah dan RAK juang yang
tangguh.
Adapun
sasaran
a.
yang
ingin
dicapai
Bidang
adalah
Geografi.
Diupayakan agar dapat terbentuknya suatu daerah pangkal perlawanan yang mampu
menghadapi ancaman dalam rangka perang berlarut-larut yang dari dalam negeri maupun
dari
b.
luar
negeri.
Bidang
Demografi.
Diupayakan agar dapat terbentuknya suatu kekuatan rakyat yang sudah terlatih dan
terorganisir
secara
c.
nyata,
yang
mampu
Bidang
melaksanakan
perlawanan
Kondisi
bersenjata.
Sosial.
Diupayakan agar dapat terwujudnya suatu kondisi sosial yang stabil dan dinamis sebagai
persyaratan suksesnya pembangunan nasional bagi upaya penyelenggaraan Hankam. Di
samping itu, hal yang penting adalah terwujudnya kekuatan sosial yang efektif di bidang
IPOLEKSOSBUD
23.
HANKAM
sebagai
Metoda
dan
a.
1).
sarana
Bhakti
Karya
terhadap
lawan.
Teknik.
TNI.
Bhakti.
Dilakukan oleh seluruh satuan teritorial dan perorangan, baik di tingkat Koramil maupun
tingkat Kodim sebagai lanjutan dan rutin, dengan menitikberatkan kepada sasaran-sasaran
yang
menyentuh
dan
dirasakan
langsung
2).
manfaatnya
oleh
masyarakat
umum.
Operasi
Bhakti.
Dilakukan berdasarkan skala prioritas terhadap daerah yang sangat membutuhkan agar
terdapatnya sarana/prasarana baik merupakan fasilitas umum maupun fasilitas sosial.
3).
KKS
TNI.
lebih
b.
mendorong
Pembinaan
tumbuhnya
pembangunan
Keamanan
di
daerah.
Binkam
).
gangguan
keamanan
yang
mungkin
timbul
di
daerahnya.
Binkam dilakukan secara terpadu dengan aparat keamanan dengan melibatkan instansi
terkait
dan
tokoh-tokoh
24.
agama,
masyarakat
Sarana
a.
dan
adat
dan
di
daerahnya.
Prasarana.
Piranti
Lunak.
pelaksanaan
baik
b.
dengan
pengadaan
baru
Piranti
yang
belum
ada.
Keras.
Binter.
25.
Pelaksanaan.
a.
1).
Pembinaan
Klasifikasi
Geografi.
Daerah.
Aparat teritorial dalam hal ini, Dandim sampai dengan Babinsa mengadakan klasifikasi
daerah dengan dihadapkan kepada kemungkinan ancaman yang dihadapi di masa depan.
Sasaran-sasaran
b).
Jalan-jalan
c).
Sumber-sumber
d).
2).
Pangkal-pangkal
Kompartementasi
Vital
pendekat.
pokok
pertahan
Daerah.
mengahadapi
3).
perang
berlarut.
Persiapan
Daerah.
Atas dasar Klasifikasi dan Kompartementasi daerah, maka selanjutnya aparat teritorial dan
aparat pemerintah mempersiapkan daerah untuk sewaktu-waktu dapat didayagunakan
sebagai
sarana
b.
perlawanan.
Pembianan
Demografi.
Dalam hal ini diarahkan untuk lebih meningkatkan kualitas masyarakat dengan
mewujudkan keserasian antar jumlah penduduk dan lingkungannya sehingga dapat
menjadikan kekuatan rakyat yang terlatih dan terorganisir dalam kelompok perlawanan
bersenjata dan kelompok perlawanan tak bersenjata. Adapun langkah dan tindakan dalam
pembinaan
1).
demografi
yang
harus
dilakukan
yaitu
meliputi
keadaan
daerahnya.
2).
3).
4).
Pengorganisasi.
Hankam
c.
Pembinaan
Kondisi
Sosial.
Dilakuakn upaya penjagaan kondisi yang stabil dan dinamis demi terwujudnya kekuatan
sosial yang efektif berupa kekuatan setiap aspek ideologi, ekonomi, sosial budaya dan
Hankam yang dapat menjadi sarana juang lawan. Adapun langkah yang tindakan yang
dilakukan
1).
dalam
Penilaian
upaya
terus-menerus
peningkatan
terhadap
pembinaan
kondisi
sosial
kondisi
sosial.
yang
berlaku.
2).
Pencapaian kondisi sosial yang diarahkan kepada kondisi stabil dan dinamis.
3).
tantangan
yang
26.
a.
dihadapi.
Tata
Kegiatan.
Pembinaan teritorial yang dilaksanakan oleh Dandim, Danramil dan Babinsa yang di
masyarakat.
yang telah ditentukan serta menjaga keserasian dan keterpaduan antar instansi yang
terkait.
c.
selama
d.
maupun
sesudah
adanya
tantangan
yang
dihadapi.
Pembinaan teritorial dapat dilakukan baik dalam bentuk kegiatan maupun dalam
bentuk operasi dengan menerapkan cara-cara efektif dan efisien berupa sosialisasi,
edukasi dan komunikasi serta keteladanan dan pelaksanaan metoda Binter sebagai berikut.
1).
Sosialisasi.
Hankam.
2).
Edukasi.
secara
nyata
dan
baik.
Komunikasi.
Diperlukan adanya komunikasi yang baik antar subyek dan obyek agar terjalin saling
pengertian dan kerja sama dalam penyiapan wilayah untuk menjadi kekuatan wilayah yang
diperlukan.
4).
Ketauladanan.
Diperlukan adanya sikap dan tingkah laku dari subyek yang dapat di tauladani melalui
contoh-contoh
yang
nyata
tentang
tata
BAB
laksana
kegiatan
Binter
di
daerah.
VII
PENUTUP
27.
Kesimpulan
Dari uraian tentang upaya peningkatan pembinaan teritorial tingkat guna mewujudkan
ketahanan negara dalam rangka menghadapi tantangan yang akan datang, maka dapat
disimpulkan
a.
hal
hal
sebagai
berikut
Merupakan suatu fakta sejarah bahwa keberadaan TNI yang selalu berdampingan dan
bersama sama dengan rakyat di mulai dari perang kemerdekaan, mempertahankan dan
mengisi kemerdekaan dalam era yang semakin maju. Bangsa Indonesia tak akan runtuh
apabila kemanunggalan TNI dan Rakyat tetap dipertahankan. Dalam menghadapi era
globalisasi masa depan terdapat berbagai tantangan bagi aparat teritorial maupun aparat
pemerintah, sehingga diperlukan suatu kerja sama dan koordinasi yang baik mulai tahap
perencanaan
b.
sampai
dengan
pelaksanaan
di
lapangan.
pembinaan teritorial masih terdapat beberapa kendala yang harus di atasi antara lain
kurangnya kerja sama dan koordinasi antar aparat territorial dan aparat pemerintah.
c.
Pelaksanaan tugas Koter yang profesional akan mampu memberikan motivasi dan
mencari
peluang
yang
ada
beberapa
1)
metoda
untuk
peningkatan
Pembinaan
antar
lain
Geografi.
Merubah geografi statis menjadi dinamis guna kepentingan kesejahteraan rakyat dan
kepentingan
Hankam.
2)
Pembinaan
Demografi.
datang
dari
Pembinaan
luar
maupun
Kondisi
dalam
negeri.
Sosial.
Dalam rangka mewujudkan suatu kekuatan berupa Ipoleksosbud yang dapat dijadikan
sarana juang bagi sistem senjata sosial dan suksesnya pembangunan nasional.
28.
Saran
Dari apa yang telah diuraikan di atas terdapat beberapa kekurangan yang perlu untuk
dilaksanakan tugas Kowil dapat berjalan dengan lancar. Adapun saran saran tersebut
adalah
a.
sebagai
berikut
Dalam pembinaan teritorial perlu adanya peningkatan kerja sama dan koordinasi yang
baik antar aparat teritorial dengan aparat pemerintah serta lembaga pemerintah di dalam
perencanaan
b.
dan
pelaksanaan
tugas.
tugas Kowil perlu peningkatan kemampuan yang bersifat formal maupun non-formal untuk
menghadapi tantangan yang akan datang.
PERAN
KOWIL
DALAM
PENYIAPAN
KOMPONEN
Pendahuluan.
a.
No. VII/2000 tentang Peran TNI dan UU No. 3/2002 tentang Pertahanan negara dan UU No.
34/2004 tentang TNI telah memberikan kejelasan dan payung hukum yang kuat bagi
landasan tugas pokok TNI, yang mana peran yang diemban memiliki tanggung jawab yang
luas dan komplek. Oleh karenanya, TNI akan selalu menjaga dan memelihara kredibilitas
dan eksistensinya agar tetap survive, tangguh dan kuat.
b.
Jati diri TNI sebagai Tentara Rakyat sangat melekat pada dada setiap
prajurit di mana kemanunggalan TNI dengan rakyat merupakan roh maupun jiwanya TNI.
Oleh karena itu, dalam gelar satuan TNI AD diwujudkan organisasi yang bertugas membina
kemanunggalan TNI dengan Rakyat melalui Satuan Komando kewilayahan (Satkowil) untuk
menyiapkan ruang alat dan kondisi juang yang tangguh untuk kepentingan pertahanan
negara matra darat. Penataan tersebut ditempatkan hampir seluruh penjuru tanah air melalui
di tingkat pemerintah pusat sampai ke tingkat pemerintah desa yang dikenal mulai Kodam,
Kodim, Koramil dan Babinsa.
c.
TNI AD memiliki tanggung jawab sangat besar dan luas dalam menjaga
kedaulatan negara dan keutuhan wilayah serta kehormatan Bangsa dan Negara melalui
Sishanta. Exsistensi TNI AD pada masa globalisasi di era reformasi saat ini sangat
ditentukan pada seberapa besar dapat memberikan kontribusinya kepada bangsa dan
negara.
d.
Menyikapi hal tersebut, maka pimpinan TNI dalam hal ini Pimpinan TNI AD
tersebut TNI-AD dengan cara Pembinaan Teritorial dimana TNI-AD menempatkan diri pada
posisi membantu pemerintah. Pembinaan Potensi Maritim yang dilaksanakan TNI-AL guna
menyiapkan kekuatan matra laut dan Pembinaan Potensi Dirgantara yang dilaksanakan TNIAU dalam menyiapkan kekuatan matra udara merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kegiatan pembinaan teritorial karena pada dasarnya semua kegiatan tersebut dalam upaya
menyiapkan pertahanan. Pembinaan teritorial bagi komponen bangsa lainnya pada
dasarnya sama dengan pembinaan teritorial bagi TNI, hanya saja komponen bangsa lainnya
didalam melaksanakan Pembinaan Teritorial disesuaikan dengan fungsinya masing-masing
atau profesi masing-masing yang dikaitkan dengan kepentingan pertahanan.Yang menjadi
permasalahan sampai dengan saat ini, disamping pemahaman tentang Binter bagi
komponen bangsa lainnya atau pemerintah belum benar-benar dipahami, apalagi belum ada
undang-undang atau peraturan-peraturan yang mengharuskan setiap departemen atau
pemerintah daerah melakukan secara konkrit pembangunan di bidang masing-masing yang
sudah dikaitkan dengan kepentingan pertahanan. Hal inilah yang menjadi permasalahan kita
bersama untuk dipecahkan agar hakekat pembinaan teritorial bagi TNI maupun bagi
komponen bangsa yang lain betul-betul dapat diwujudkan dalam pembangunan.
Pelaksanaan Pembinaan Teritorial yang berhubungan dengan perundang-undangan yang
ada.
Sesuai Undang-undang Dasar 1945 pasal 30 ayat (2) tentang pertahanan dan
keamanan negara yang berbunyi : Usaha pertahanan keamanan negara dilaksanakan
melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan Polri, sebagai
kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung. Untuk menghadapi setiap
bentuk ancaman terhadap keselamatan bangsa dan negara, maka penyelenggaraannya
disusun dalam sistem pertahanan negara yang didasarkan pada kesadaran akan hak,
kewajiban dan tanggung jawab setiap warga negara, melalui perlawanan rakyat secara
kesemestaan, yang bersifat kerakyatan, kesemestaan dan kewilayahan sebagai berikut :
a.
sesuai kemampuan dan keahliannya ikut bertanggung jawab melaksanakan bela negara
dalam rangka keutuhan NKRI.
b.
diri guna menanggulangi setiap bentuk ancaman, baik yang berasal dari dalam dan luar
negeri.
c.
Kewilay
ahan, yaitu seluruh wilayah negara Indonesia merupakan tumpuan perlawanan dan segenap
lingkungan di dayagunakan untuk mendukung setiap bentuk perlawanan secara berlanjut.
Hal ini berarti apabila disalah satu wilayah sedang terjadi pertempuran, maka wilayah
lainnya dapat digunakan sebagai wlayah dalam rangka mendukung kebutuhan pertempuran.
Undang-undang RI No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, dalam pasal 2
disebutkan bahwa : Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat
semesta yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban
warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri. Hal ini berarti pertahanan negara
bertujuan untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI serta
keselamatan
segenap
bangsa
dari
segala
bentuk
ancaman.
Dengan demikan, semua usaha penyelenggaraan pertahanan negara harus mengacu pada
tujuan tersebut. Oleh karena itu, pertahanan negara berfungsi untuk mewujudkan dan
mempertahankan seluruh wilayah NKRI sebagai salah satu kesatuan pertahanan.
Pertahanan negara diselenggarakan oleh pemerintah dan dipersiapkan secara dini dengan
sistem pertahanan negara melalui usaha membangun dan membina kemampuan dan daya
tangkal negara dan bangsa serta menanggulangi setiap ancaman. Dalam melaksanakan
sistem pertahanan negara melibatkan seluruh komponen pertahanan negara yang terdiri
atas komponen utama, komponen cadangan dan komponen pendukung agar pelaksanaan
penyelenggaraan pertahanan negara sesuai dengan aturan hukum internasional yang
berkaitan dengan prinsip pembedaan perlakuan terhadap kombatan dan nonkombatan.
dan fiskal nasional serta agama. Hal ini berkaitan erat dengan urusan pertahanan misalnya
mendirikan dan membentuk tata ruang daerah pangkal perlawanan senantiasa mengacu
kepada hakekat pertahanan negara yaitu Sishanta. Dengan demikian pemeliharaan
kawasan pertahanan tersebut seyogianya mendapat respon positif yang berhubungan
dengan kepentingan pertahanan negara. Contoh pembangunan jalan tol dan jalan-jalan
utama, diharapkan pada bagian-bagian tertentu dapat digunakan untuk pendaratan
pesawat-pesawat
udara
dalam
keadaan
darurat.
Upaya untuk melaksanakan pembinaan teritorial yang berhubungan dengan perundangundangan, adalah melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di seluruh wilayah
NKRI, sehingga mampu disiapkan sebelum, selama dan sesudah dengan melibatkan
instansi terkait dalam rangka kepentingan pertahanan negara.
a.
dan
seluruh
tumpah
darah
Indonesia
dan
untuk
mewujudkan
sudah sewajarnya dan menjadi kewajiban dari TNI untuk turut serta aktif membantu
pemerintah di daerah yang pelaksanaanya akan diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah masing-masing.
Demikian pula halnya dengan pemerintah atau pemerintah daerah,
seyogyanya tidak alergi atau merasa terganggu dengan peranan TNI tersebut, bahwa
keberadaan TNI AD yang dalam hal ini di daerah diwakili oleh satuan Kowil adalah
benar sebagai counterpart dalam bekerja dalam rangka mewujudkan tujuan negara,
bukannya mengambil alih atau mencampuri urusan dalam pemerintah daerah,
karena pada dasarnya tugas pokok Kowil adalah mewujudkan ketahanan wilayah,
sedangkan tugas pokok pemerintah daerah adalah mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.
Kedua tugas pokok tersebut kalau diibaratkan bagaikan dua sisi mata uang
yang tidak bisa dipisahkan, yaitu keduanya saling membutuhkan dan saling mengisi
untuk pada akhirnya uang tersebut mempunyai nilai. Impelementasi nyatanya adalah,
bahwa pembangunan di daerah dalam rangka kesejahteraan rakyat membutuhkan
prakondisi aman dan tenteram, demikian pula halnya kekuatan TNI mewujudkan
kondisi aman dan tenteram juga ditopang oleh tingkat ekonomi yang baik yang
berasal dari kesejahteraan masyarakat.
Dengan menyadari keterkaitan antara tugas TNI dan tugas pemerintah
daerah, maka peran Kowil dalam membantu tugas pemerintah di daerah menjadi
penting dan merupakan bagian integral dari tugas Kowil yang tidak dapat dipisahkan.
Peran Kowil tersebut agar dapat berdaya guna dan tepat sasaran, tentunya perlu
dikoordinasikan dan disinergikan dengan program kerja pemerintah daerah.
Menyadari tentang pentingnya koordinasi dan sinergitas seperti disampaikan di atas,
hal tersebut, dapat dijadikan entry point bagi aparat Kowil untuk berperan aktif
membantu pemerintah daerah, yang pelaksanaannya dapat melalui metode Binter
agar program yang diajukan oleh Kowil dapat terarah dan dipertanggungjawabkan
sesuai dengan aturan yang berlaku. Binter merupakan salah tugas pokok dari
komando
kewilayahan
yang
dilaksanakan
untuk
memberdayakan
potensi
wilayah menjadi kekuatan wilayah dalam bentuk ruang, alat dan kondisi juang
yang tangguh guna penyiapan pertahanan negara Penyelenggaraan Binter
diharapkan dapat mencapai hasil yang optimal agar mampu memberdayakan potensi
wilayah menjadi kekuatan yang dapat dijadikan modal untuk membantu Pemda
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembinaan Teritorial dilaksanakan secara
terus menerus dengan melibatkan instansi terkait terutama Pemerintah, Masyarakat
atau Lembaga Non Departemen serta TNI AD sebagal inti secara terpadu dengan
menggunakan metode Binter yang meliputi Bhakti TNI, Pembinaan Ketahanan
Wilayah dan Pembinaan Komunikasi Sosial.
Metode
Binter
yang
meliputi Bhakti
TNI,
Bintahwil
dan
Binkomsos yang
sering
ditemui
yang
berkaitan
dengan
pelaksanaan
Bhakti
TNI,
yaitu
pertama, secara kwalitas aparat Kowil belum terlatih dalam berkoordinasi dan membuat
perencanaan Bhakti TNI yang harus di sinkronkan dengan perencanaan pembangunan di
wilayah, yang mengakibatkan antara program TNI dengan program Pemda terkesan berjalan
sendiri-sendiri, dan kedua, secara kwantitas program Bhakti TNI yang dilaksanakan sangat
minim, hal ini terkait juga dengan kurangnya kesempatan yang diberikan oleh Pemda dan
minimmya koordinasi yang dilakukan aparat kewilayahan seperti Dandim/ Kasdim di tingkat
Kabupaten / Kotamadya dan Danramil/Babinsa di tingkat Kecamatan / desa.
b.
Dalam
pelaksanaan
pembinaan
ketahanan
wilayah
membantu
Binter
oleh
sebagian
kalangan
masyarakat. Dan
secara kwantitas adalah frekuensi komunikasi yang dilaksanakan oleh aparat Kowil
terhadap Pemda , tokoh masyarakat dan tokoh agama masih kurang yang berakibat
minimnya partisipasi Pemda dan masyarakat untuk melaksanakan program-program
yang dicanangkan oleh pihak TNI.
d.
pembangunan
daerah,
khususnya
dalam
peningkatan
kesejahteraan masyarakat tidak terlepas dari situasi yang kondusif, situasi ini bisa
terwujud bila masyarakat mempunyai ketangguhan, keuletan, dan ketahanan dari
pengaruh-pengaruh negatif. Di mana hal tersebut dapat dicapai dengan penerapan
metode Binter yang terencana, tepat dan terarah agar berhasil dan berdaya guna.
yang
lebih
mendalam
tentang
Binter
kepada
pemda,
akan
menjadikan lebih mudah bagi pihak Pemda untuk menerima dan mendukung
program-program Binter yang ditawarkan oleh pihak Kowil.
3).
dengan peyelenggaraaan Bhakti TNI, Bintahwil dan Binkomsos. Materi latihan dititik
beratkan pada kemampuan menyelenggarakan administrasi dan koordinasi lintas
sektoral serta kemampuan berkomunikasi yang efektif. Latihan dan pendidikan ini
dirasa sangat penting sebagai modal dasar aparat Kowil dalam bertugas, karena dari
kemampuan orang perorang aparat Kowil inilah dapat merepresentasikan kinerja
Kowil dalam membantu tugas pemerintah daerah.
4)
penyelenggaraan Binter, agar pelaksanaan Binter selalu up-date dengan situasi dan
kondisi terkini dengan pengoperaionalnya mencantumkan pelibatan Pemda secara
proporsional yang mengoptimalkan mekanisme hubungan kerja antara Pemda dan
Kowil yang terkoordinasi dan terintegrasi. Langkah ini menjadi penting, karena
perkembangan lingkungan strategis menyebabkan banyak sekali perubahan dan
dinamika kehidupan yang perlu diselaraskan satu sama lainnya, demikian pula
halnya dengan piranti lunak yang dimiliki oleh Kowil yang dijadikan dasar pegangan
pelaksana di lapangan. Dalam hal kebijakan, tentunya yang lebih berperan adalah Kasad
sebagai pemegang kebijakan tertinggi di TNI AD, sedangkan sosialisasi dapat dilakukan
oleh pejabat Kowil dari mulai Pangdam sampai Dandim sesuai dengan tataran
kewenangannya. Pada bagian pendidikan dan latihan serta evaluasi dan revisi, domain
kewenangannya berada pada LKT dalam hal ini adalah Pusterad. Diharapkan dengan
menerapkan solusi tersebut di atas, maka permasalahan di sekitar Bhakti TNI dapat teratasi
dan pelaksanaan Binter akan lebih optimal di masa mendatang. Dari pembahasan di atas
dapat ditarik kesimpulan, bahwa Kowil memang mempunyai peran yang melekat untuk
membantu tugas-tugas pemerintah daerah melalui Binter yang merupakan tugas terkandung
dari TNI AD yang dilaksanakan melalui metode Binter. Permasalahan yang timbul dalam
pelaksanaan Binter membantu tugas Pemda mensejahterakan rakyat dapat di atasi melalui
kebijakan yang berkaitan dengan regulasi, sosialisasi Binter, pendidikan dan latihan serta
evaluasi dan revisi piranti lunak. Khusus yang berkaitan dengan regulasi dan revisi pinak
memerlukan pelibatan dari pemegang kewenangan yang lebih tinggi, dalam hal ini komando
atas untuk dapat merealisasikannya guna menunjang tugas Kowil membantu pemerintah
daerah lebih optimal dan berdaya guna.
maju dan lebih adil serta lebih damai. Pemahaman situasi seperti itu harus mampu dijawab
oleh TNI-AD, dengan melakukan kegiatan untuk tercapainya tugas pokok TNI-AD
sebagaimana dimanatkan Undang-Undang, dan Doktrin TNI Tri Dharma Eka Karma. TNI
Angkatan Darat mengimplementasikannya sesuai Doktrin Kartika Eka Paksi, dalam
menjawab pemahaman situasi lingkungan operasi saat ini melalui Pembinaan Teritorial
(Binter).
1.
maju dan menang (the winner), serta negara yang belum maju dan tertinggal (the
looser). Arah perkembangan ini akan menuju pada satu titik di mana suatu negara akan
mampu menguasai (mendominasi) seluruh sumber daya di bidang sumber daya manusia,
energi, lingkungan hidup, politik, militer, budaya, teknologi dan informasi. Dampak logis yang
kelak muncul, akan terdapat banyak negara yang tidak mampu membangun dan
mengembangkan sumber daya yang dimilikinya, karena kalah dalam kompetisi dan
tertinggal oleh arus utama perubahan dunia.
Beberapa pendapat mengulas bahwa ciri-ciri negara maju adalah demokratis,
pluralisme, kesetaraan gender, perdagangan bebas dan adil, penguasaan Iptek dan good
governance. Dengan kemampuan dan kekuatan sumber daya yang dimiliki setiap negara
maju akan terus mengembangkan dan memperkokoh elemen kekuatan di bidang informasi,
diplomasi, ketahanan ekonomi dan kekuatan militer. Pengaruh pengembangan empat
elemen kekuatan tersebut akan terkait dengan perlombaan pembangunan senjata militer
(Weapon
Mass
Destruction)
dan
pengembangan
senjata-senjata
militer
yang
bersifat ofensif yang merupakan realitas aktual yang tidak dapat dipungkiri oleh militer
maupun setiap negara yang berdaulat.
Disinilah faktor fisik yang signifikan bagi setiap negara untuk terus memperkokoh
sistem
keamanan
nasional,
yang
dapat
menunjukkan
kepada
dunia
tentang
kemampuan deterence-effectnya, di mana di satu sisi dapat menjadi ancaman bagi stabilitas
kawasan, namun di lain sisi dapat menjadi balance of power guna memelihara perdamaian
di kawasan. Sedangkan faktor non-fisik yang menjadi subyek dan obyek demokratisasi
menjadi terabaikan, yaitu keamanan manusia yang dibangun oleh kesadaran dan kesetaran
relasi antar manusia komunitas suatu sebagai individu, kelompok masyarakat, etnis dan
agama hingga ke strata antar-bangsa. Isu keadilan dan kesejahteraan yang menjadi sasaran
pembangunan sumber daya manusia yang banyak menimbulkan problematika mampu
menembus
ruang
dan
waktu(borderlees) dan
bermanuver
dengan
sebebas-
bebasnya.
Kecenderungan konflik-konflik di kawasan maupun internal negara menunjukkan
peningkatan signifikan yang umumnya bersumber dari ancaman non-state actor yang
diakibatkan oleh "gap" ketidakadilan dan kesejahteraan yang terjadi diantara bangsabangsa. Kesulitan untuk mencari keberimbangan dan terobosan usaha konstruktif untuk
mengejar ketertinggalan merupakan bagian penting dari ketegangan dunia yang harus
disikapi seksama oleh pihak militer sekalipun bukan merupakan domain tugas-tugas
kemiliteran.
2.
Menghadapi lingkungannya.
Setiap lingkungan operasi yang terjadi di belahan dunia manapun akan selalu
menghadapi 3 (tiga) elemen utama, yaitu realisme wilayah, obyek manusia dan lingkup
kondisi sosial yang aktual yang berlangsung dinamis. Dengan menilai ketiga elemen utama
tersebut, militer dapat mengartikulasikan rencana strategis dan rencana kekuatan pelibatan
militer yang diperlukan untuk menyelesaikan missi operasi militer apabila memang diminta
oleh negara-negara sahabat/tetangga atas persetujuan PBB. Terdapat dua isu yang mesti
diperhatikan terkait dengan lingkungan operasi di luar negara (eksternal) yaitu : isu
kedaulatan negara dan isu humanitarian intervention. Isu kedaulatan akan sangat
menentukan keputusan atas bentuk pelibatan militer yang diperlukan di lingkungan operasi
dan efektifitas kerjasama militer yang selama ini telah dibangun secara bilateral maupun
multilateral.
3.
kebebasan
pers/jurnalistik
dan
kemampuan
ekonomi
negara.
pertahanan dan kekuatan pendukungnya itu, merupakan bagian integral dalam membantu
pemerintah untuk menjawab pengaruh lingkungan operasi dengan menggunakan metode
Binter dalam bentuk kegiatannya. Ini dilakukan untuk memberi pemahaman kepada
masyarakat bahwa keterlibatan seluruh komponen kekuatan akan sangat menentukan
dalam menghalau dan menghadapi lingkungan operasi, yang tidak menutup kemungkinan
menjadi skenario dan strategi negara lain untuk memecah belah dan menghancurkan
bangsa
Indonesia
melalui
perannya
secara
tidak
langsung.
Karena TNI memandang bahwa pengertian Binter dalam perspektif kegiatan adalah upaya,
pekerjaan dan tindakan yang dilakukan TNI, baik secara berdiri sendiri maupun bersamasama dengan unsur-unsur di luar TNI untuk membantu pemerintah dalam menyiapkan
kekuatan pertahanan yang meliputi wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya, serta
terwujudnya Kemanunggalan TNI-Rakyat.
kegiatan utama bagi TNI dalam memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan
pendukungnya, yang dilakukan secara terus menerus dalam kerangka Sistem Pertahanan
Keamanan Rakyat Semesta dan memantapkan Kemanunggalan TNI-Rakyat. Inilah yang
membedakan TNI dengan tentara di negara manapun. Kegiatan Binter oleh TNI
dilaksanakan secara koordinatif, terpadu, saling terkait dan lintas sektoral dan dilakukan oleh
komando kewilayahan, satuan non-kewilayahan dan prajurit TNI secara perorangan dengan
obyek geografi, demografi dan kondisi sosial kemasyarakatan. Ini harus dipahami, karena
tiga elemen utama di setiap lingkungan operasi yang terdiri dari wilayah, manusia dan
kondisi sosial dapat ditranformasikan menjadi geografi, demografi dan kondisi sosial dan
setiap elemen tersebut memiliki corak/unsur-unsurnya masing-masing yang sangat
ditentukan oleh set-back historis dan doktrin militer yang dianut serta konstruksi tujuan
nasional negara yang tercantum dalam konstitusi. Ketiga elemen utama tersebut merupakan
sarana yang digunakan oleh negara yang di dalamnya mengandung seluruh potensi dan
kekuatan nasional (elemen of national power) yang didayagunakan secara menyeluruh,
terpadu, efektif dan efisien.
Elemen geografi yang dikelola dengan berdayaguna dapat menjadi kekuatan
pertahanan dalam bentuk ruang manuver untuk aktifitas militer dalam melaksanakan tugastugas
pertahanan
di
darat.
Elemen
demografi
yang
terdiri
dari
unsur
terwujud keamanan dan kesejahteraan rakyat secara utuh dan adil. Pembinaan Teritorial
inilah yang ditawarkan sebagai alternatif model pendekatan militer terhadap lingkungan
operasi yang selalu dibatasi oleh periodisasi waktu dan keberhasilan missi militer dalam ikut
serta secara aktif dan berkesinambungan memelihara stabilitas kawasan dan perdamaian
dunia yang abadi.
Menghadapi gambaran keadaan itu, dapat disimpulkan bahwa perkembangan global
akan membawa pengaruh negara-negara untuk menyesuaikan diri dan masuk dalam main
stream perubahan serta kompetisi. Masalah persoalan "gap" keadilan dan kesejahteraan
dapat dihadapi dengan pendekatan keamanan yang komprehensif (keamanan nasional
sekaligus keamanan manusia), sedangkan konflik-konflik di kawasan maupun di dalam
negara dapat didekati dengan alternatif model Binter yang meliputi tiga elemen yaitu,
geografi, demografi dan kondisi sosial. Hal tersebut dapat dilaksanakan oleh militer secara
profesional dan proposional.
Untuk itu, perlu pengkajian model Binter sebagai alternatif militer dalam menghadapi
lingkungan operasi guna menyukseskan misi militer dan merealisasikan FGD (Focus Group
Discussion) sebagai wadah di bawah PAMS yang diberi tugas untuk menilai manfaat dan
nilai-nilai strategis Binter.
Sistem Pertahanan Semesta ( SISHANTA ).
Sistem
Pertahahan
Semesta
(Sishanta)
diadopsi
dari
pengalaman
perang
kemerdekaan, dimana pada saat itu secara konsepsional seluruh rakyat dikerahkan untuk
melakukan
perlawanan
bersenjata.
Namun
pada
situasi
sekarang,
pemahanan
tersebut tidak relevan lagi karena tuntutan situasi kondisi di era dewasa ini sudah berbeda,
sehingga secara fundamental konsepsi Sishanta adalah membangun kesemestaan dalam
rangka pertahanan sedemikian rupa sehingga sinergi dalam suatu sistem sederhana tetapi
komperehensif, efektif dan efisien.
Mencermati perkembangan kawasan dan analisa kajian lingkungan strategis baik
global, regional dan nasional, maka ancaman yang paling mungkin terhadap integritas
nasional adalah gerakan separatis, Pemberontakan bersenjata, aksi teror, bencana alam, isu
pelanggaran HAM, demokratisasi yang berujung pada intervensi asing, pencurian sumber
daya alam, sektarianisme dan fanatisme golongan. Menghadapi ancaman potensial seperti
yang diuraikan di atas, perlu pengerahan secara total seluruh potensi bangsa. Semua
potensi bangsa harus dibangun dan didayagunakan secara efektif, oleh karena itu sistem
pertahanan rakyat semesta merupakan konsep yang masih relevan dalam kehidupan
bangsa kita untuk tetap digunakan sebagai wadah, isi dan tata laku pertahanan nasional di
masa kini dan di masa depan. Implementasinya bukan hanya tanggungjawab TNI Polri
melainkan kewajiban setiap warga negara dalam menghadapi ancaman nasional, hal ini
bukan berarti semua rakyat wajib memegang senjata untuk melawan musuh seperti pada
zaman revolusi dulu, tetapi segenap komponen bangsa dikerahkan untuk kepentingan
pertahanan sesuai dengan fungsi dan profesi masing-masing. Bangsa Indonesia tidak akan
melaksanakan aneksasi atau penyerangan terhadap negara lain, dan dalam ishanta ini
bangsa Indonesia akan berperang di wilayah sendiri. Untuk berperang di wilayah sendiri
perlu disiapkan ruang, alat dan kondisi juang yang tangguh yang dilaksanakan dengan
melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan oleh seluruh komponen bangsa sesuai
dengan fungsi dan tugasnya masng-masing. Bagi TNI pemberdayaan wilayah pertahanan
dilaksanakan dengan cara pembinaan teritorial. Adapun dalam implementasi, kita masih
mendapatkan hambatan/kendala :
a.
Konsepsi
Sishanta
masih
bergerak
pada
tataran
filosofis,
belum
implementatif.
b.
khususnya minimnya gaji prajurit dan anggaran untuk latihan, pendidikan dan lainlain.
c.
Tingkat kedewasaan sebagaian politisi sipil yang belum matang antara lain
d.
kaum
muda,
e.
padahal
kesadaran
tersebut
merupakan
fundamen
Sishanta.
seolah barang asing, sehingga masalah ini belum disentuh/diperhatkan, bahkan juga
oleh komunitas intelektual/akamedisi.
f.
Secara kuantitaf masih kurang pakar sipil yang mendalam masalah Hankam
oleh karena itu, perlu dibuka program studi kajian pertahanan di perguruan tnggi
nasional sehingga menghasilkan pakar dengan muatan nasional yang tebal bukan
mengusung teori-teori akademis dari luar negeri/barat.
g.
pedoman bagi semua institusi yang ada maupun semua komponen bangsa yang ada
sehingga seolah-olah masalah keamanan nasional belum mendesak untuk
diundangkan. Bila kondisi ini berlanjut akan membahayakan stabilitas keamanan
secara nasional, karena saat ini seolah-olah masalah keamanan hanya dilaksanakan
oleh institusi tertentu saja.
Pada dasarnya hakekat pembinaan teritorial TNI adalah kegiatan penyiapan
wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan sistim
pertahanan semesta serta upaya untuk membangun, memelihara, meningkatkan dan
memantapkan kemanunggalan TNI Rakyat melalui kegiatan bantuan untuk
mengatasi kesulitan masyarakat dengan sasaran terwujudnya :
1)
sebagai mandala perang atau mandala operasi dan mendukung bagi kepentingan
operasi satuan sendiri dalam memenangkan pertempuran.
2)
dan pendukung yang sudah terorganisir secara nyata dengan segenap perangkatnya
yang
siap
pertempuran.
digunakan
sebagai
kekuatan
pengganda
untuk
memenangkan
3).
Kondisi Juang yang tangguh, berupa kondisi dinamis masyarakat dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang tercermin dalam sikap dan perilaku
yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945, bertanggung jawab dan rela berkorban dalam pengabdian kepada bangsa dan
negara.
4)
kuat serta bersatu padunya TNI Rakyat baik secara fisik maupun non fisik.
Sedangkan pada pelaksanaan Binter itu sendiri posisi TNI adalah membantu
pemerintah dalam hal :
1.
2.
Memberdayakan
rakyat
sebagai
kekuatan
pendukung.
4.
TNI Rakyat.
Binter TNI tersebut dilakukan baik secara satuan maupun perorangan, adapun
sasaran pembinaan
a.
Tingkat Satuan
1.
dalam
Terwujudnya
menerapkan
kemampuan
sistem
Binter
perencanaan
Satkowil
dan
secara
pengendalian
terukur
Binter
(Sisrendal Binter)
yang meliputi
Terwujudnya
melaksanakan
3.
kemampuan
Satuan
non
Kowil
Binter
dalam
Terbatas.
Tingkat perorangan
1.
bidang
2.
Terwujudnya
tingkat
kemampuan
Lima
Kemampuan
Teritorial
Kemampuan
mendapat-kan
informasi
dan
melaporkan
cepat.
b)
c)
sosial
d)
negara
e)
meningkatkan
kesadaran
masyarakat di sekitarnya.
Kemampuan penguasaan medan di sekitarnya.
bela
3.
dengan masyarakat.
Pada dasarnya pemahaman Binter bagi komponen bangsa lainnya dapat diartikan
sama dengan pemahaman Binter TNI, hanya bidang dan bentuk perwujudannya yang
berbeda. Bila ditinjau dari hakekat Binter, sebenarnya setiap institusi, Departemen dan
komponen bangsa lainnya dalam menjalankan peran dan tugasnya memiliki kesamaan
dengan Binter yaitu selalu berhubungan ruang, alat dan kondisi juang yang menguntungkan
bagi kesejahteraan bangsa. Sedangkan Binter adalah kegiatan untuk mewujudkan ruang
alat dan kondisi juang yang tangguh dalam rangka pertahanan negara. Suatu pemahaman
yang saling melengkapi bila setiap Institusi, Departemen dan komponen bangsa lainnya
memiliki pemahaman yang sinergi untuk mendukung pertahanan negara, antara lain
dipahami sebagai berikut : Pemahaman ruang juang bagi komponen bangsa lainnya dapat
diartikan suatu tempat/ wilayah yang dapat digunakan sewaktu-waktu untuk mendukung
pertahanan negara bila negara menghadapi ancaman atau peperangan. Penataan tempat/
wilayah sebagai ruang juang dapat dilaksanakan sejak dini, contoh : PU merancang
pembangunan jalan, seyogyanya rancangan tersebut disentuh dengan aspek Binter
sehingga bila terwujud maka pada kondisi darurat/ perang dapat difungsikan sebagai
landasan pesawat udara, contoh lain : Pembangunan gedung bertingkat, seyogyanya
mengandung aspek Binter dengan membangun tempat parkir basement secara bertingkat
ke bawah sehingga memberikan keuntungan disamping penghematan tempat juga dapat
juga dapat difungsikan sebagai bunker tempat perlindungan pengungsi bila pada kondisi
darurat.
Pemahaman alat juang bagi komponen bangsa lainnya dapat diartikan terwujudnya
suatu potensi kekuatan yang terorganisir dan dibina dengan baik serta mempunyai
kemampuan pertahanan negara, contoh : organisasi beladiri yang aktif melaksanakan
latihan, bila pada kondisi darurat perang, maka potensi kekuatan tersebut dapat
didayagunakan untuk membantu mempertahankan wilayah NKRI. Sedangkan pemahaman
tentang kondisi juang dapat diartikan suatu kondisi masyarakat yang memiliki rasa
kesadaran bela negara, cinta tanah air dan wawasan kebangsaan yang tinggi, sehingga
Melalui
kerjasama yang erat dengan aparat terkait dan komponen bangsa lainnya guna membantu
pemerintah dalam menyiapkan kekuatan pertahanan darat dengan mensinergikan dan
meningkatkan kemanunggalan TNI - Rakyat, "Dengan demikian Koramil sebagai aparat
Satkowil ( satuan komando kewilayahan), perlu diberdayakan dan dioptimalkan Apter di
tengah-tengah masyarakat harus dapat membawa perubahan ke arah yang lebih maju dan
sejahtera. Sistem yang diterapkan Apter juga harus menjadi mata dan telinga bagi aparat
teritoriral yang lebih tinggi sehingga ancaman teroris, infiltrasi dan bahaya laten lainnya
dapat dicegah.
Hal itu menuntut bahwa Apter harus semakin mempertajam sistem daya tangkal dan
cegah dini melalui early warning. Selain itu Apter Koramil pada khususnya harus dapat
menjadi tempat menyusun kekuatan perang sebelum terjadi perang, mempersiapkan
dukungan rakyat, sebagai logistik wilayah. Spektrum perang pada masa sekarang dan ke
depan semakin luas dan canggih. Di masa modern ini di mana manusia seantero dunia
sudah mengenal kemajuan Iptek, sehingga ketrampilan, kemampuan dan pola pikir mereka
tentunya maju pula. Kemajuan tersebut tidak menutup kemungkinan dimanfaatkan untuk
kepentingan kejahatan. Kejahatan perang pada era ini tidak hanya dilakukan secara
konfrontasi senjata saja tetapi juga banyak bentuknya. Diantaranya perang ekonomi/
perdagangan, perang opini, perang budaya, perang bidang kesehatan, perang teknologi,
perang moral, manipulasi dan masih banyak bentuk perang yang lainnya. Sehubungan
dengan situasi tersebut tentunya tugas yang diemban para Apter tidak ringan. Aparat
teritorial harus memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan yang baik sesuai dengan
kapasitasnya. Dalam hal ini aparat teritorial dituntut harus semakin kritis terhadap
berkembangnya ancaman dan hambatan yang timbul di lingkungan mayarakat. Hal itu
sangatlah penting karena hanya sebagian kecil masyarakat yang memilki wawasan dan
pengetahuan tentang ancaman baik secara sempit maupun secara luas.
Sistem tersebut tentunya juga harus diimbangi dengan aadanya alut dan alutsista
yang sangat memadai yang didukung oleh SDM yang benar- benar professional. Hal ini
sangatlah berkaitan dengan struktur organisasi Koramil ke depan sejalan dengan adanya
reformasi internal TNI justru harus perlu disiapkan dengan menempatkan personel yang
benar-benar berkualitas dan mempunyai keahlian serta pemikiran yang maju. Postur dan
figur organisasi Koter harus mengacu pada reformasi internal TNI pada era modern ini,
bilamana perlu untuk menciptakan kondisi yang solid dan integratif perlunya keterlibatkan
personel dari angkatan matra lainnya. Postur dan figur Koter juga harus menghindari
penafsiran adanya estimasi dan fakta adanya Gaptek dan kurang pengetahuan di tubuh
Koter pada umumnya. Hal tersebut bila kita sadari sangat penting dan merupakan
komponen yang dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan tugas masa mendatang. Telah
kita ketahui bersama bahwa bentuk ancaman pada kejahatan pada era sekarang ini
sangatlah berbeda dengan masa beberapa tahun silam yang tidak difasilitasi dengan alat
modern seperti satelit, komputerisasi dan peralatan teknologi muktahir lainnya, serta diawaki
personil yang berdedikasi tinggi.
a.
Kesimpulan
1.
yang menakutkan
melarang
Profesionalisme
perspektif peningkatan
pertahanan yang
TNI
yang
sumber
ada
daya
saat
guna
darat.
ini
perlu
diolah
mengoperasikan
dalam
strategi
Dalam masa transisi ini, sipil juga perlu membangun citra positif di
hadapan
militer
di
samping
belajar
banyak
memahami
strategi
ini
masih
harus
diterima
kebaikan minus
malum
atas
operasionalnya Huntington.
b.
Saran.
Melihat gambaran umum di atas, tentunya tugas yang diemban
Koter
hal
mempengaruhi
dan
tugas
Koter
hal-
dan
AD dari pada pribadi/individ dan dilandasi rasa soliditas yang tinggi demi kemajuan
organisasi pada khususnya, bangsa dan
Penutup.
Demikian essai ini dibuat oleh penulis, semoga dapat dijadikan bahan
masukan/pertimbangan bagi komando atas dalam merencanakan dan menentukan
kebijakan berikutnya bagi upaya pemberdayakan peran Kowil guna menyiapan
komponen cadangan dan pendukung sebagai sebagai kekuatan pengganda
komponen utama alat pertahanan negara matra darat di seluruh wilayah NKRI. Juga
dalam upaya mewujudkan terselenggaranya sistem pertahanan rakyat semesta yang
lebih tangguh, sehingga gangguan, tantangan dan hambatan, yang akan
mengganggu kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara Indonesia dapat
dicegah.
Semoga segala amaliyah kita mendapat ridho Allah SWT., dan dijadikan
sebagai amal ibadah serta dilipatgandakan pahala dari pada-Nya. Amiin.
Drs. Haeruddin
Letnan Kolonel Caj NRP. 34044
DAFTAR PUSTAKA