Anda di halaman 1dari 5

RESIMEN SISWA SECAPA TNI ANGKATAN DARAT

BATALYON SISWA -1

ESSAY

MENERAPKAN NORMA ETIKA


DENGAN MENGIMPLEMENTASIKAN KE DALAM KODE ETIK
BUDHI BHAKTI WIRA UTAMA

NAMA CAPA : JOHARUDIN


NO CAPA : 342
TON/KOMPI/YON : IV / C
MATA KULIAH : DOKTRIN MILITER
MATERI : KODE ETIK PERWIRA
PERTEMUAN KE :2
NAMA GUMIL : KAPTEN INF AHMAD SOPIAN
1

MENERAPKAN NORMA ETIKA


DENGAN MENGIMPLEMENTASIKAN KE DALAM KODE ETIK
BUDHI BHAKTI WIRA UTAMA

PENDAHULUAN

Seperti kita ketahui makna kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau


memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan
organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukannya dalam
kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau
praktisi. Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang
efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma,
pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas. Dan memang, apabila kita berpikir
tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill,
Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-sifat
seperti itu melekat pada diri mereka dan telah mereka manfaatkan untuk mencapai
tujuan yang mereka inginkan.

Demikian juga pada organisasi TNI proses kepemimpinan sudah berlangsung


sejalan dengan perkembangan organisasi, akan tetapi kepemimpinan senantiasa selalu
menjadi topik kajian yang hangat, hal itu mencerminkan bahwa kualitas dan efektifitas
kepemimpinan dari waktu ke waktu dituntut untuk selalu ditingkatkan agar tidak terjadi
penurunan. Perwira sebagai unsur pimpinan pada organisasi TNI AD merupakan kunci
keberhasilan dalam melaksanakan suatu tugas kemiliteran, hal ini disebabkan karena
keputusan yang diambil oleh seorang Perwiralah menentukan berhasil atau tidaknya
tugas yangharus dilaksanakan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan era globalisasi teknologi saat ini dapat
berpengaruh terhadap berbagai macam perubahan kultur kehidupan, baik kultur sosial,
budaya, ekonomi maupun etika kehidupan di lingkungan masyarakat kita. Dalam upaya
menghadapi perubahan tersebut maka sebagai seorang Perwira TNI diharapkan dapat
mengendalikan diri agar dapat bersikap dan berperilaku yang baik sesuai norma
kehidupan di lingkungan mayarakat maupun dalam kedinasan.

Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat sebagai salah satu Lembaga Pendidikan
Pusat yang berkedudukan langsung di bawah Kasad bertugas mendidik para Bintara
Angkatan Darat terpilih untuk menjadi seorang Perwira.Dengan diberikannya
pengetahuan Kode Etik Perwira pada Prodi Pendidikan Pembentukan Perwira TNI AD
Program Diploma-3 (Ahli Madya) diharapkan Calon Perwira TNI AD yang nantinya akan
menjadi seorang Perwira, memiliki watak dan karakter kepribadian yang senantiasa
dapat menjadi contoh dan tauladan bagi lingkungannya di manapun berada serta siap
melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya dengan berpedoman pada kode
kehormatan Perwira yaitu “Budhi Bakti Wira Utama“ guna mendukung tercapainya
tugas pokok TNI AD.
2

PEMBAHASAN

Suatu kebanggaan bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia bukan hasil dari


pemberian atau hadiah bangsa lain, melainkan merupakan hasil perjuangan dengan
segala pengorbanan oleh seluruh rakyat dan bangsa Indonesia dengan cara
merebutnya dari tangan penjajah. Tugas militer yang begitu berat dan kompleks dan
untuk mewujudkan keberhasilan tugasnya, TNI dituntut berpegang teguh pada jati diri
yang telah dimilikinya. Jati diri tersebut merupakan kode etik (pedoman hidup) atau
akhlak bagi TNI. Pedoman sikap serta perilaku bagi setiap anggota TNI yang harus
dijunjung tinggi dan dilaksanakan bagi setiap prajurit TNI baik dalam kegiatan pribadi
maupun organisasi. Jadi untuk menghadapi tantangan globalisasi arus reformasi dan
tugas-tugasnya yang semakin berat, maka selain meningkatkan profesionalitas dengan
kode etik yang dimilikinya, setiap prajurit TNI harus dibekali dengan iman dan taqwa
dengan nilai-nilai moral yang baik serta akhlak yang mulia. Akan tetapi pada umumnya
masyarakat menganggap militer yang di lengkapi dengan akal dan senjata cenderung
bertindak represif dan opresif dalam memaksakan kehendaknya kepada golongan lain,
sehingga perlu ditaburkan dari kehidupan politik. Isu lain yang masih terkait adalah
watak brutal dan beberapa aspek kehidupan militer. Banyak laporan yang
mengungkapkan cara-cara dimana unit-unit militer “melatih” calon tentaranya dengan
tujuan untuk menjadikannya instrumen yang patuh.

Meskipun salah satu fungsi dari penggemblengan awal ini adalah untuk
menjadikan mereka mampu melakukan agresi yang terkontrol dalam pertempuran,
terdapat banyak bukti akan terus berlangsungnya brutalitas dari kehidupan militer pada
umumnya. Organisasi militer biasanya sangat otoriter personil yang berpangkat lebih
rendah mempunyai resiko mendapatkan perlakuan sewenang-wenang oleh atau
mendapat sanksi dan perwira yang lebih tinggi pangkatnya dengan berpedoman BUDHI
BHAKTI WIRA UTAMA. TNI haruslah mempunyai sikap teguh dan tanggung jawab
kepada perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang mana
sikap teguh dan tanggung jawab keberadaan TNI sebagai bayangkara Negara, yang
sekaligus menjadikan dirinya sebagai benteng atau perisai Negara dan masyarakat
bangsa Indonesia. Hal ini bisa terwujud manakala TNI mampu menjunjung tinggi
kepercayaan yang dilimpahkan rakyat dan bangsa Indonesia untuk menampilkan diri
sebagai pengaman dan pengayom rakyat dan bangsa Indonesia yang diandalkan
terhadap setiap bentuk propaganda, agitasi, infiltrasi, intrik, intervensi dan provokasi
yang merugikan kepentingan rakyat dan bangsanya. Di samping itu, TNI harus memiliki
semangat yang tinggi yaitu kesiapan diri untuk ikhlas berkorban, tidak mengenal
menyerah, tahan menderita dan senantiasa mengutamakan kepentingan rakyat bangsa
dan negaranya disamping kewaspadaan dan disiplin yang ketat, serta adanya
kemauan,

Jendral besar Soedirman merupakan salah satu tokoh yang memiliki militansi
yang tinggi, yaitu semangat tinggi, penuh gairah dan tangguh dalam berjuang tanpa
mengenal menyerah sekaligus beliau juga seorang yang agamis. Dalam hal religiositas,
pengaruh jendral besar Soedirman dapat dilihat dalam dua hal; Pertama, pengaruhnya
secara institusional yaitu pengaruh pemikiran dan prinsip keberagamaannya dalam
3

rumusan etika keprajuritan (sumpah prajurit, sapta marga, delapan wajib TNI, sebelas
asas kepemimpinan TNI) dan pembentukan institusi pembinaan mental di lingkungan
TNI. Kedua, pengaruhnya secara personal. Artinya sikap keberagaman jendral besar
Soedirman menjadi suri tauladan bagi seluruh anggota TNI khususnya dan masyarakat
pada umumnya dengan kode etik sebagai berikut ;

1. Budhi, artinya Perwira TNI berbuat luhur, bersendikan :

a. Ketuhanan Yang Maha Esa.

b. Membela kebenaran dan keadilan.

c. Memiliki sifat-sifat kesederhanaan.

2. Bakti, artinya Perwira TNI berbakti untuk :

a. Mendukung cita-cita nasional.

b. Mencintai kemerdekaan dan kedaulatan Republik Indonesia.

c. Menjungjung tinggi kebudayaan Indonesia.

d. Setiap saat bersedia membela kepentingan nusa dan bangsa guna mencapai
kebahagiaan rakyat Indonesia.

3. Wira, artinya Perwira TNI adalah Kesatria :

a. Memegang teguh kesetiaan dan ketaatan.

b. Pemimpin (soko guru) dari bawahannya.

c. Berani bertanggung jawab atas tindakannya.

4. Utama, artinya Perwira TNI adalah :

a. Penegak persaudaraan dan perikemanusiaan.

b. Menjungjung tinggi nama dan kehormatan Korps Perwira TNI.

Munculnya lembaga pembinaan mental TNI tampaknya di awali dari prinsip jendral
besar Soedirman yang ingin menerapkan nilai-nilai kode etik dalam kehidupan TNI.
Dalam pembinaan rohani misalnya berusaha menanamkan dan, memelihara keyakinan
pada setiap anggota TNI agar sadar sebagai insan hamba, Tuhan bahwa sebagai
manusia ia selalu harus dapat menunjukkan pengabdian, secara baik dalam hubungan
manusia dengan Tuhan, maupun dalam hubungan manusia dengan manusia. Tujuan
lainnya yaitu berusaha untuk menumbuhkan kesadaran agar setiap anggota TNI
memiliki perilaku, sikap mental dan budi pekerti yang bersendikan pancasila sesuai
dengan ajaran agama Islam.

Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya seorang prajurit harus memiliki
jiwa kesatria. Sebagai kekuatan utama yang menurut undanundang No.3 Tahun 2002
tentang Pertahanan Negara disebut sebagai komponen utama dalam sistem
4

pertahanan negara. Pada dasarnya seorang prajurit TNI adalah manusia biasa yang
normal layaknya masyarakat indonesia lainnya. Yang membedakan prajurit TNI dan
masyarakat lainnya terletak pada masalah hak dan kewajiban yang harus dilakukannya.
TNI mempunyai tugas dan peran ganda yang menyebabkan mereka harus memiliki
keimanan dan ketahanan mental yang lebih kuat dan kokoh dibanding masyarakat
lainnya, sehingga mampu bertanggung jawab terhadap amanat yang diembannya
dengan jujur, baik dan benar.

KESIMPULAN.

Bahwa kode etik perwira Budhi yang berarti berbuat luhur bersendikan
Ketuhanan Yang Maha Esa, membela kebenaran dan keadilan. Bhakti yang berarti
mendukung cita cita nasional kemerdekaan dan kedaulatan Republik Indonesia,
menjunjung tinggi kebudayaan serta setiap saat bersedia membela kepentingan nusa
dan bangsa. Wira yang berarti Ksatria yang memegang teguh kesetian dan ketaatan,
berani bertanggung jawab atas tindakan dan menjadi pemimpin bagi bawahan dan
Utama yang berarti penegak persaudaaraan dan peri kemausiaan, menjunjung tinggi
nama dan kehormatan Korps Perwira

SARAN

Menjadi seorang Perwira, harus memiliki watak dan karakter kepribadian yang
senantiasa dapat menjadi contoh dan tauladan bagi lingkungannya di manapun berada
serta siap melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya dengan berpedoman pada
kode kehormatan Perwira yaitu “Budhi Bakti Wira Utama“ guna mendukung tercapainya
tugas pokok TNI AD.

REFERENSI.

1. Implementasi Kode Etik Perwira Dalam TNI Golongan Perwira, Kolonel CHK
Parluhutan Sagala, 2020, Jakarta

2. Artikel Makalah Kode Etik Perwira TNI, Blogspot, http://digilib.umiced.ac.id

Bandung, 3 November 2022


Penulis,

TTD

Joharudin
Wiradhika Madya No Capa 342

Anda mungkin juga menyukai