Anda di halaman 1dari 26

1

RANCANGAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
HUKUM DISIPLIN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang : a. bahwa Tentara Nasional Indonesia sebagai aparatur
negara bertugas menegakkan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa Tentara Nasional Indonesia sebagai komponen
utama sistem pertahanan negara berfungsi sebagai
penangkal dan penindak setiap bentuk ancaman militer
dan ancaman bersenjata baik dari dalam maupun dari
luar negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa serta pemulih kondisi keamanan
negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan;

c. bahwa dalam mengemban tugas dan fungsi Tentara
Nasional Indonesia memerlukan adanya disiplin yang
tinggi sebagai syarat mutlak dalam tata kehidupan militer
untuk menjaga kehormatan Tentara Nasional Indonesia
sehingga disiplin prajurit Tentara Nasional Indonesia
harus dibina dan ditingkatkan guna kepentingan
pertahanan negara;

d. bahwa Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia telah dilakukan pemisahan
berdasarkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia Nomor: VI/MPR/2000 tentang
Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia dan telah dilakukan
perubahan nama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
menjadi Tentara Nasional Indonesia berdasarkan Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang
Tentara Nasional Indonesia;

e. bahwa Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1997 tentang
Hukum Disiplin Prajurit Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
Tentara Nasional Indonesia sehingga perlu diganti;


2

f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e
perlu membentuk Undang-Undang tentang Hukum
Disiplin Prajurit Tentara Nasional Indonesia;


Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 30 ayat (3) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;

Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN:


Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT
TENTARA NASIONAL INDONESIA.


BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Prajurit Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disebut Prajurit TNI
adalah warga negara Indonesia yang memenuhi persyaratan untuk
melakukan tugas khusus sebagaimana ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan dan diangkat oleh pejabat yang berwenang, untuk
mengabdikan diri dalam usaha pembelaan negara, diorganisir, dilatih,
disiapkan, dibina, dilengkapi, dan dipersenjatai, rela berkorban jiwa raga,
dan tunduk kepada hukum untuk melakukan tugas bertempur.
2. Disiplin Prajurit TNI adalah kesadaran, kepatuhan, dan ketaatan untuk
mematuhi peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan
yang berlaku bagi Tentara Nasional Indonesia dalam melaksanakan tugas
dan kewajibannya.
3. Hukum Disiplin Prajurit TNI adalah peraturan dan norma untuk
mengatur, membina, dan menegakkan disiplin.
4. Hukuman Disiplin Prajurit TNI adalah hukuman yang dijatuhkan oleh
atasan yang berhak menghukum kepada bawahan yang berada di bawah
wewenang komandonya karena melakukan pelanggaran hukum disiplin
Prajurit TNI.
5. Pelanggaran Hukum Disiplin Prajurit TNI adalah segala perbuatan
dan/atau tindakan yang dilakukan oleh Prajurit TNI baik sengaja
maupun karena kelalaiannya melanggar hukum dan/atau peraturan
Disiplin Prajurit TNI dan/atau melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan sendi kehidupan Prajurit TNI.
6. Tersangka adalah Prajurit TNI yang karena perbuatannya atau
keadaannya berdasarkan bukti permulaan yang cukup patut diduga
sebagai pelaku pelanggaran hukum disiplin Prajurit TNI.
7. Pemohon adalah tersangka yang mengajukan permohonan keberatan atas
hukuman disiplin Prajurit TNI yang dijatuhkan kepadanya.


3

8. Terhukum adalah tersangka yang dijatuhi hukuman disiplin Prajurit TNI
dan keputusannya telah berkekuatan hukum tetap.
9. Atasan Langsung adalah atasan yang mempunyai wewenang komando
langsung terhadap bawahan yang bersangkutan.
10. Atasan yang Berhak Menghukum yang selanjutnya disebut Ankum
adalah atasan yang diberi wewenang menjatuhkan hukuman disiplin
kepada bawahan yang berada di bawah wewenang komandonya.
11. Ankum Atasan adalah atasan langsung dari Ankum yang menjatuhkan
hukuman disiplin Prajurit TNI.
12. Ankum dari Ankum Atasan adalah atasan langsung dari Ankum Atasan
yang menjatuhkan hukuman disiplin Prajurit TNI.
13. Dewan Kehormatan Prajurit TNI yang selanjutnya disebut dengan Dewan
Kehormatan adalah lembaga yang bertugas mengawasi penyelenggaraan
penegakan hukum disiplin prajurit TNI.
14. Panglima Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disebut Panglima
adalah perwira tinggi Prajurit TNI yang memimpin Tentara Nasional
Indonesia.
15. Pemeriksa adalah pejabat yang diberi wewenang untuk melakukan
pemeriksaan terhadap pelanggaran hukum disiplin Prajurit TNI.
16. Pemeriksaan adalah tindakan pemeriksa untuk mencari dan
mengumpulkan bukti untuk membuat terang tentang terjadinya
pelanggaran hukum disiplin Prajurit TNI.
17. Hari adalah hari kerja.

Pasal 2
Penyelenggaraan Hukum Disiplin Prajurit TNI dilaksanakan berdasarkan asas:
a. keadilan;
b. legalitas;
c. pembinaan;
d. persamaan dihadapan hukum;
e. praduga tak bersalah;
f. hierarki;
g. kesatuan komando;
h. kepentingan militer;
i. tanggung jawab;
j. efektif dan efisien; dan
k. manfaat.

Pasal 3
Hakikat Hukum Disiplin Prajurit TNI merupakan pembenahan dan penertiban
secara internal yang berkaitan dengan tindakan pelanggaran disiplin Prajurit
TNI, selain dari pelanggaran hukum yang diselesaikan di peradilan militer dan
peradilan umum.

BAB II
TUJUAN DAN FUNGSI

Pasal 4
Penyelenggaraan Hukum Disiplin Prajurit TNI bertujuan untuk mewujudkan:
a. sistem Hukum Disiplin Prajurit TNI yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Hukum Disiplin Prajurit TNI yang dapat memenuhi kebutuhan dalam
pembinaan organisasi, pembinaan personel, pembinaan dan peningkatan
disiplin Prajurit TNI, serta penegakan hukum disiplin Prajurit TNI; dan

4

c. sistem penjatuhan Hukum Disiplin Prajurit TNI yang memperhatikan
keadilan dan kemanfaatan.

Pasal 5
Penyelenggaraan Hukum Disiplin Prajurit TNI berfungsi sebagai sarana untuk:
a. menciptakan kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi Prajurit TNI
serta mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan dan kesewenang-
wenangan atasan;
b. menegakkan tata kehidupan bagi setiap Prajurit TNI dalam menunaikan
tugas dan kewajibannya wajib bersikap dan berperilaku disiplin baik di
daerah penugasan maupun di luar daerah penugasan; dan
c. membangun dan meningkatkan sumber daya manusia yang tangguh untuk
mendukung tugas dan fungsi Tentara Nasional Indonesia yang berdasarkan
Sapta Marga, Sumpah Prajurit, Aturan Kedinasan, dan Kehormatan
Organisasi Tentara Nasional Indonesia.


BAB III
RUANG LINGKUP HUKUM DISIPLIN PRAJURIT TNI

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 6
(1) Setiap Prajurit TNI dalam menunaikan tugas dan kewajibannya bersikap
dan berprilaku disiplin dengan mematuhi Hukum Disiplin Prajurit TNI.
(2) Hukum Disiplin Prajurit TNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. kewajiban Prajurit TNI; dan
b. larangan Prajurit TNI.

Bagian Kedua
Kewajiban Prajurit TNI

Pasal 7
(1) Kewajiban Prajurit TNI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)
huruf a merupakan perbuatan prajurit TNI untuk mematuhi dengan
kesadaran, kepatuhan, dan ketaatan terhadap norma dan etika yang
berlaku di masyarakat yang dituangkan dalam peraturan perundang-
undangan.

(2) Kewajiban Prajurit TNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. umum;
b. dalam melaksanakan tugas;
c. pelaksanaan tugas di luar tempat kedudukan pasukan atau
kesatuannya;
d. kehidupan di luar kedinasan dan pergaulan sehari-hari; dan
e. menggunakan peralatan perlengkapan, sarana, dan prasarana milik
dinas.

Pasal 8
(1) Kewajiban umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a,
meliputi:
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. menghormati setiap agama;
c. menegakkan norma, etika, dan kehormatan Prajurit TNI;

5

d. menghindari perbuatan dan ucapan yang dapat mencemarkan Tentara
Nasional Indonesia;
e. memberikan penghormatan kepada Bendera Merah Putih, Presiden,
Wakil Presiden, Panji-Panji Tentara Nasional Indonesia dan Pimpinan
Lembaga Negara Kesatuan Republik Indonesia serta lambang-lambang
negara lainnya;
f. melaksanakan penghormatan Tentara Nasional Indonesia;
g. melaksanakan baris-berbaris Tentara Nasional Indonesia;
h. menaati dan melaksanakan aturan dinas dalam Tentara Nasional
Indonesia;
i. melaksanakan aturan tata upacara Tentara Nasional Indonesia; dan
j. menaati dan menggunakan pakaian seragam Tentara Nasional
Indonesia.
(2) Ketentuan mengenai Penghormatan Tentara Nasional Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, Baris-Berbaris Tentara
Nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf g, Tata
Upacara Tentara Nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf i,
dan Pakaian Seragam Tentara Nasional Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf j diatur dalam Peraturan Panglima Tentara Nasional
Indonesia.

Pasal 9
Kewajiban dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf b, meliputi:
a. memahami maksud dan pentingnya tugas serta kewajiban yang akan atau
sedang dilaksanakan;
b. bertanggung jawab atas pelaksanaan serta keberhasilan tugas dan
kewajiban;
c. melaksanakan tugas dan kewajibannya secara efektif dan efisien;
d. melaporkan hasil yang dicapai dari pelaksanaan tugas dan kewajiban;
e. melaksanakan perintah secara efektif dan efisien berdasarkan kesadaran
bahwa perintah itu untuk kepentingan dinas; dan
f. dalam hal tidak ada perintah, wajib berinisiatif untuk melakukan kegiatan
yang berkaitan dengan tugas dan kewajibannya serta bertanggung jawab
sesuai dengan kepentingan dinas.

Pasal 10
Kewajiban dalam pelaksanaan tugas di luar tempat kedudukan pasukan atau
kesatuannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c, meliputi:
a. melaporkan secara resmi kepada atasan yang memberikan perintah tentang
keberangkatan dan tugas yang harus dilaksanakannya di luar tempat
kedudukan pasukan atau kesatuannya;
b. memperhatikan semua arahan dan petunjuk yang diberikan oleh atasan
yang memberikan perintah; dan
c. melaporkan secara resmi tentang hasil dari pelaksanaan tugas dimaksud.

Pasal 11
Kewajiban dalam kehidupan di luar kedinasan dan pergaulan sehari-hari
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf d, meliputi:
a. bersikap ramah tamah dalam suasana kekeluargaan;
b. menjunjung tinggi norma, etika, kesopanan, dan menjaga kehormatan
prajurit; dan
c. menghormati dan memperhatikan adat istiadat, etika dan sopan santun
yang berlaku, kecuali pelaksanaan adat istiadat, etika dan sopan santun
bertentangan dengan kepentingan kedinasan.

6


Pasal 12
Kewajiban menggunakan peralatan perlengkapan, sarana, dan prasarana milik
dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf e, meliputi:
a. menjaga keamanan dan keselamatan peralatan, perlengkapan, sarana, dan
prasarana;
b. memelihara, merawat, dan menjaga kerapian dan kebersihan peralatan,
perlengkapan, sarana, dan prasarana; dan
c. menggunakan peralatan, perlengkapan, sarana, dan prasarana sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 13
Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban Prajurit TNI sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12 diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Presiden.

Bagian Ketiga
Larangan Prajurit TNI

Pasal 14
(1) Larangan prajurit TNI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf
b merupakan perbuatan yang bukan tindak pidana tetapi bertentangan
dengan perintah kedinasan dan peraturan kedinasan.
(2) Larangan prajurit TNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. memaki dan/atau menyia-nyiakan nama Tuhan Yang Maha Esa
dan/atau mengeluarkan perkataan yang kotor dan keji baik di dalam
maupun di luar kedinasan;
b. hidup boros dan/atau mempunyai hutang dimana-mana dan/atau
menghamburkan uang untuk berjudi yang dapat merugikan citra
Prajurit TNI;
c. berbuat sewenang-wenang yang berakibat mengganggu keamanan dan
ketentraman orang lain serta ketertiban umum;
d. mendatangi tempat pelacuran, kecuali untuk melaksanakan tugas
kedinasan;
e. melakukan pelacuran;
f. berpenampilan, berpakaian tidak rapi dan tidak memenuhi standar
kebersihan dan kesehatan;
g. menempati tempat tinggal yang tidak layak huni dan tidak memenuhi
standar kebersihan;
h. minum minuman berakohol dan sejenisnya serta mabuk-mabukan;
i. mencampuri perkara keperdataan orang lain, kecuali ditentukan lain
oleh peraturan perundang-undangan; dan
j. mendatangi tempat terlarang atau tempat hiburan yang tidak patut atau
tidak pantas.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan prajurit TNI sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Presiden.

Bagian Keempat
Sanksi Disiplin Prajurit TNI

Pasal 15
Tingkat pelanggaran disiplin Prajurit TNI terdiri atas:
a. ringan;
b. sedang; dan

7

c. berat.

Pasal 16
Pelanggaran disiplin Prajurit TNI tingkat ringan merupakan pelanggaran yang
dilakukan oleh Prajurit TNI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9,
Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 14 yang menimbulkan dampak negatif
pada kesatuannya.

Pasal 17
Pelanggaran disiplin Prajurit TNI tingkat sedang merupakan pelanggaran yang
dilakukan oleh Prajurit TNI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9,
Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 14 yang menimbulkan dampak negatif
pada institusi TNI.

Pasal 18
Pelanggaran disiplin Prajurit TNI tingkat berat merupakan pelanggaran yang
dilakukan oleh Prajurit TNI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9,
Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 14 yang menimbulkan dampak negatif
pada pemerintah dan negara.

Pasal 19
(1) Sanksi dalam Hukum Disiplin Prajurit TNI terdiri atas sanksi disiplin:
a. ringan;
b. sedang; dan
c. berat.
(2) Sanksi disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. teguran lisan; dan
b. teguran tertulis.
(3) Sanksi disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdiri atas:
a. penundaan kenaikan pangkat;
b. rawatan kedinasan bagi Prajurit TNI diberhentikan sementara dari
jabatan; dan
c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun.
(4) Sanksi disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri
atas:
a. pemberhentian sementara dari jabatan;
b. perpanjangan Pemberhentian sementara dari jabatan; dan
c. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri.

Pasal 20
Ketentuan lebih lanjut mengenai penjatuhan sanksi pelanggaran disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, Pasal 17, dan Pasal 19 diatur dalam
Peraturan Presiden.

Pasal 21
(1) Prajurit TNI yang dijatuhi hukuman disiplin lebih dari 3 (tiga) kali
pelanggaran disiplin tingkat berat dalam pangkat yang sama dan menurut
pertimbangan pejabat yang berwenang, tidak patut dipertahankan untuk
tetap berada dalam dinas militer, diberhentikan tidak dengan hormat.
(2) Pemberhentian tidak dengan hormat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai hukum administrasi Prajurit TNI.


8

BAB IV
HUBUNGAN ATASAN DAN BAWAHAN

Bagian Kesatu
Atasan

Pasal 22
(1) Atasan terdiri atas:
a. pangkatnya berkedudukan lebih tinggi; dan
b. jabatannya berkedudukan lebih tinggi.
(2) Atasan pangkatnya berkedudukan lebih tinggi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, merupakan:
a. setiap Prajurit TNI yang pangkatnya lebih tinggi dari pada pangkat
prajurit lainya;
b. dalam hal pangkatnya sama maka kedudukanya ditinjau dari lamanya
menyandang pangkat;
c. dalam hal pangkatnya sama, lamanya menyandang pangkat sama,
kedudukannya ditinjau dari lamanya memangku jabatan setingkat;
d. dalam hal pangkatnya sama, lamanya menyandang pangkat sama,
lamanya memangku jabatan setingkat sama, maka kedudukannya
ditinjau dari lamanya menjadi Prajurit TNI; dan
e. dalam hal pangkatnya sama, lamanya menyandang pangkat sama,
lamanya memangku jabatan setingkat sama, lamanya menjadi prajurit
sama, kedudukannya ditinjau dari usianya.
(3) Atasan yang karena jabatannya berkedudukan lebih tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan atasan yang memangku
jabatan sesuai dengan tingkat jabatan berdasarkan struktur organisasi
atau berdasarkan penunjukan lebih tinggi dari pada jabatan lainya.

Pasal 23
Atasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, wajib:
a. memelihara moril, membangkitkan motivasi, inisiatif, dan keberanian,
bawahannya dengan memberi keteladanan berdasarkan kesadaran bahwa
keberhasilan pelaksanaan tugas merupakan kebanggaan kesatuan dan
Prajurit TNI;
b. memimpin bawahan dengan adil dan bijaksana;
c. memberikan perhatian terhadap kesejahteraan bawahan, berusaha
meningkatkan kemampuan dan pengetahuan bawahan;
d. memberikan contoh dan tauladan baik dalam sikap, ucapan, maupun
perbuatan di dalam dan di luar kedinasan;
e. menjalankan wewenang yang dipercayakan kepadanya dengan seksama,
adil, obyektif, dan tidak menyalahgunakan wewenang yang dimilikinya; dan
f. memberikan petunjuk dan arahan kepada bawahan, mengatur pembagian
tugas kedinasan secara efektif dan efisien, serta mengawasi
pelaksanaannya.

Pasal 24
Dalam memberikan perintah kepada bawahannya, atasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22, wajib:
a. berdasarkan kepentingan dinas, baik perintah yang diberikan secara lisan
maupun tertulis;
b. singkat, lengkap, dan jelas;
c. memperhatikan keadaan, kesiapan, dan kemampuan bawahan untuk
melaksanakan perintah; dan
d. bertanggung jawab atas isi dari perintah yang diberikan.

9

Bagian Kedua
Bawahan

Pasal 25
Bawahan merupakan Prajurit TNI yang karena pangkat dan/atau jabatannya
berkedudukan lebih rendah daripada pangkat dan/atau jabatan Prajurit TNI
lainnya.

Pasal 26
Bawahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, wajib:
a. patuh dan taat kepada atasan, serta menjunjung tinggi semua perintah
dinas dan arahan yang diberikan atasan, berdasarkan kesadaran bahwa,
setiap perintah dan arahan tersebut untuk kepentingan kedinasan;
b. bersikap hormat kepada atasan baik di dalam maupun di luar kedinasan,
berdasarkan kesadaran untuk menegakan kehormatan Prajurit TNI; dan
c. memegang teguh dan menjaga sikap, perkataan, dan perbuatan pada
waktu berhadapan dengan atasan, baik di dalam maupun di luar
kedinasan.

Pasal 27
Dalam melaksanakan perintah, bawahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25, wajib:
a. memahami maksud dan isi perintah yang diberikan, apabila belum jelas
wajib bertanya kepada atasan yang memberikan perintah;
b. mengulangi isi perintah atau menyampaikan pemahaman tentang maksud
perintah tersebut kepada atasan yang memberi perintah;
c. menyampaikan laporan kepada atasan yang memberi perintah atas
pelaksanaan dan hasil yang dicapai dari perintah; dan
d. bertanggung jawab kepada atasan yang memberikan perintah atas
pelaksanaan perintah.

Pasal 28
Dalam hal bawahan menerima lebih dari 1 (satu) perintah dinas dari atasan
yang berbeda dalam waktu pelaksanaan yang sama, wajib melaksanakan
perintah dinas dari atasan yang pangkat dan/atau jabatannya berkedudukan
lebih tinggi berdasarkan garis komandonya.

Pasal 29
(1) Bawahan yang keberatan atas perintah yang diterima, berhak mengajukan
keberatan secara lisan atau tertulis kepada atasan dari atasan yang
memberi perintah menurut mekanisme hirarkhis dalam jangka waktu 4
(empat) hari terhitung sejak hari berikutnya setelah perintah diterima.
(2) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda
kewajiban untuk melaksanakan perintah.

Paragraf 3
Laporan

Pasal 30
(1) Bawahan wajib melaporkan dengan segera kepada atasannnya tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan kedinasan baik secara lisan
atau tertulis.
(2) Atasan yang menerima laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dengan segera meneruskan kepada atasan yang lebih tinggi, didasarkan

10

pada kesadaran bahwa keterlambatan penyampaian laporan dapat
merugikan kepentingan kedinasan.


BAB V
ANKUM DAN KEWENANGANNYA

Pasal 31
(1) Ankum berdasarkan jenjangnya terdiri atas:
a. Ankum;
b. Ankum Atasan; dan
c. Ankum dari Ankum Atasan.
(2) Ankum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berwenang:
a. melakukan atau memerintahkan untuk melakukan Pemeriksaan
terhadap Prajurit TNI yang berada di bawah wewenang komandonya;
b. menjatuhkan hukuman disiplin terhadap Prajurit TNI yang berada di
bawah wewenang komandonya; dan
c. menunda pelaksanaan hukuman disiplin yang telah dijatuhkan.
(3) Ankum Atasan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b berwenang:
a. menunda pelaksanaan hukuman;
b. memeriksa dan memutus pengajuan keberatan; dan
c. mengawasi dan mengendalikan Ankum di bawahnya.
(4) Ankum dari Ankum Atasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
berwenang:
a. menunda pelaksanaan hukuman;
b. memeriksa dan memutus pengajuan keberatan tingkat akhir; dan
c. mengawasi dan mengendalikan Ankum di bawahnya.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan wewenang Ankum,
Ankum Atasan dan Ankum dari Ankum Atasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dalam Peraturan Presiden.


BAB VI
DEWAN KEHORMATAN PRAJURIT TNI

Pasal 32
(1) Dalam rangka memberikan saran dan pertimbangan mengenai
pengawasan penyelenggaran penegakan Hukum Disiplin Prajurit TNI,
dibentuk Dewan Kehormatan Prajurit TNI.
(2) Keanggotaan Dewan Kehormatan Prajurit TNI sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berasal dari TNI, purnawirawan, dan akademisi.

Pasal 33
Dewan Kehormatan Prajurit TNI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
berfungsi mengawasi penyelenggaraan penegakan Hukum Disiplin Prajurit TNI
yang sesuai dengan prinsip keadilan, demokrasi, dan hak asasi manusia.

Pasal 34
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, Dewan
Kehormatan Prajurit TNI bertugas:
a. menerima laporan dari masyarakat atas dugaan Pelanggaran Hukum
Disiplin Prajurit TNI;
b. menerima laporan dari setiap Prajurit TNI yang mengalami ketidakadilan
dalam penjatuhan hukuman Disiplin Prajurit TNI;
c. melakukan pemeriksaan substansi atas Laporan;

11

d. menindaklanjuti Laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan
Dewan Kehormatan Prajurit TNI; dan
e. melakukan penyelidikan dan/atau klarifikasi atas prakarsa sendiri.

Pasal 35
Dalam melaksanakan fungsi dan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
dan Pasal 34, Dewan Kehormatan Prajurit TNI berwenang:
a. meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari pelapor, terlapor,
atau pihak lain yang terkait mengenai laporan yang disampaikan kepada
Dewan Kehormatan Prajurit TNI;
b. memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain yang ada pada
pelapor ataupun terlapor untuk mendapatkan kebenaran suatu laporan;
c. meminta klarifikasi dan/atau salinan atau fotokopi dokumen yang
diperlukan dari instansi mana pun untuk pemeriksaan laporan dari instansi
terlapor;
d. melakukan pemanggilan terhadap pelapor, terlapor, dan pihak lain yang
terkait dengan laporan;
e. menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para
pihak;
f. membuat rekomendasi mengenai penyelesaian laporan, termasuk
rekomendasi untuk membayar ganti rugi dan/atau rehabilitasi kepada
pihak yang dirugikan; dan
g. mengumumkan hasil temuan, kesimpulan, dan rekomendasi kepada pihak
terkait.

Pasal 36
Ketentuan mengenai Dewan Kehormatan Prajurit TNI sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 diatur dalam Peraturan Presiden.


BAB VII
PENYELESAIAN PELANGGARAN HUKUM DISIPLIN PRAJURIT TNI

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 37
Prajurit TNI yang melakukan Pelanggaran Hukum Disiplin Prajurit TNI
dikenakan tindakan disiplin dan/atau dijatuhi hukuman disiplin Prajurit TNI.

Bagian Kedua
Tindakan Disiplin

Pasal 38
(1) Setiap atasan berwenang mengambil tindakan disiplin terhadap setiap
bawahan yang melakukan Pelanggaran Hukum Disiplin Prajurit TNI.
(2) Tindakan disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan seketika
oleh setiap atasan kepada bawahan berupa tindakan fisik dan/atau
teguran lisan yang bersifat mendidik dan mencegah terulangnya
Pelanggaran Hukum Disiplin Prajurit TNI.
(3) Tindakan disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menghapus
kewenangan Ankum untuk menjatuhkan hukuman disiplin Prajurit TNI.

Bagian Ketiga
Hukuman Disiplin Prajurit TNI

12


Pasal 39
Penyelesaian Pelanggaran Hukum Disiplin Prajurit TNI dilaksanakan melalui
kegiatan:
a. pemeriksaan;
b. penjatuhan Hukuman Disiplin Prajurit TNI;
c. pelaksanaan Hukuman Disiplin Prajurit TNI; dan
d. pencatatan dalam buku hukuman.

Pasal 40
Prajurit TNI yang melakukan lebih dari 1 (satu) Pelanggaran Hukum Disiplin
Prajurit TNI pada saat bersamaan hanya dapat dijatuhi 1 (satu) jenis
Hukuman Disiplin Prajurit TNI.

Pasal 41
(1) Penjatuhan Hukuman Disiplin Prajurit TNI gugur karena:
a. tersangka meninggal dunia; dan
b. diberhentikan dari dinas kemiliteran.
(2) Dalam hal penjatuhan Hukuman Disiplin Prajurit TNI gugur sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Ankum Atasan mengeluarkan keputusan
penutupan perkara disiplin demi hukum.

Pasal 42
Apabila Ankum lalai atau tidak melaksanakan penjatuhan hukuman disiplin
Prajurit TNI, Ankum Atasan memberikan peringatan baik lisan maupun
tertulis.

Paragraf 1
Pemeriksaan

Pasal 43
(1) Pemeriksaan Pelanggaran Hukum Disiplin Prajurit TNI dilakukan oleh
Pemeriksa.
(2) Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Ankum;
b. perwira atau bintara yang mendapat perintah dari Ankum; atau
c. pejabat lain yang berwenang.

Pasal 44
(1) Sebelum mengambil keputusan terhadap Pelanggaran Hukum Disiplin
Prajurit TNI, Pemeriksa wajib terlebih dahulu melakukan Pemeriksaan
terhadap bawahan yang berada di bawah wewenang komandonya yang di
duga melakukan Pelanggaran Hukum Disiplin Prajurit TNI tingkat sedang,
berat, dan pemberhentian dengan tidak hormat.
(2) Pemeriksaan Pelanggaran Hukum Disiplin Prajurit TNI sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan segera, setelah Pemeriksa
mengetahui atau menerima laporan adanya Pelanggaran Hukum Disiplin
Prajurit TNI.
(3) Pemeriksaan Pelanggaran Hukum Disiplin Prajurit TNI sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk memperoleh fakta kejadian yang
sebenarnya, sehingga dapat diambil keputusan secara tepat, obyektif, dan
adil.




13

Pasal 45
(1) Pemeriksa memanggil secara resmi Prajurit TNI yang disangka melakukan
pelanggaran hukum disiplin Prajurit TNI dan saksi untuk dilakukan
Pemeriksaan.
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemeriksa berwenang
meminta keterangan para saksi, tersangka, dan mengumpulkan barang
bukti.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemanggilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Presiden.

Pasal 46
(1) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 dilakukan secara
langsung.
(2) Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam
berita acara pemeriksaan.
(3) Berita acara pemeriksaan dan berita acara penyitaan barang bukti
disatukan dalam berkas perkara.

Paragraf 2
Penjatuhan Hukuman Disiplin Prajurit TNI

Pasal 47
(1) Ankum setelah menerima dan mempelajari berkas perkara Pelanggaran
Hukum Disiplin Prajurit TNI, wajib:
a. menyidangkan jika terdapat cukup bukti; atau
b. tidak menyidangkan jika tidak terdapat cukup bukti.
(2) Keputusan Ankum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah
mendengar pertimbangan staf dan/atau atasan langsung tersangka dan
dapat mendengar keterangan tersangka.
(3) Dalam hal Ankum memutuskan perkara Pelanggaran Hukum Disiplin
Prajurit TNI disidangkan, Ankum menentukan hari sidang.
(4) Dalam hal Ankum memutuskan untuk tidak disidangkan, Ankum
mengeluarkan keputusan tidak menjatuhkan Hukuman Disiplin Prajurit
TNI disertai rehabilitasi dengan mengembalikan nama baik, harkat, dan
martabatnya seperti semula.

Pasal 48
(1) Penjatuhan Hukuman Disiplin Prajurit TNI dilaksanakan dalam sidang
disiplin.
(2) Sidang disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan tata cara sidang disiplin.
(3) Ketentuan mengenai tata cara sidang disiplin sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Presiden.

Pasal 49
(1) Ankum dalam menjatuhkan Hukuman Disiplin Prajurit TNI berdasarkan
keyakinan telah terjadi Pelanggaran Hukum Disiplin Prajurit TNI yang
dilakukan oleh tersangka, dengan didukung paling sedikit 1 (satu) alat
bukti yang sah.
(2) Pada waktu menentukan jenis dan lamanya hukuman disiplin, Ankum
wajib mengusahakan terwujudnya keadilan dan pembinaan dengan
memperhatikan keadaan pada waktu Pelanggaran Hukum Disiplin Prajurit
TNI dilakukan, kepribadian, dan tingkah laku tersangka sehari-hari.
(3) Penjatuhan Hukuman Disiplin Prajurit TNI oleh Ankum dituangkan dalam
surat keputusan Hukuman Disiplin Prajurit TNI.

14

(4) Penjatuhan Hukuman Disiplin Prajurit TNI oleh Ankum tidak
menghapuskan tuntutan pidana atau gugatan perkara lainnya.
(5) Ankum sesudah menjatuhkan Hukuman Disiplin Prajurit TNI wajib
memberitahukan kepada tersangka tentang haknya untuk mengajukan
keberatan.

Pasal 50
Alat bukti yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) meliputi;
a. barang bukti;
b. surat;
c. informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik;
d. keterangan saksi;
e. keterangan ahli; dan
f. keterangan tersangka.

Pasal 51
Surat keputusan Hukuman Disiplin Prajurit TNI sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 49 ayat (3) harus memuat:
a. identitas Prajurit TNI yang dijatuhi Hukuman Disiplin Prajurit TNI meliputi
nama lengkap, pangkat, nomor registrasi prajurit, jabatan, kesatuan,
tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama, dan alamat tempat tinggal;
b. fakta Pelanggaran Hukum Disiplin Prajurit TNI yang telah dilakukan;
c. hal yang memberatkan dan meringankan;
d. pasal yang dilanggar dari peraturan perundang-undangan dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku;
e. pasal yang menjadi dasar kewenangan ankum; dan
f. diktum putusan yang memuat:
1. alasan penjatuhan Hukuman Disiplin Prajurit TNI;
2. jenis Pelanggaran Hukum Disiplin Prajurit TNI; dan
3. jenis Hukuman Disiplin Prajurit TNI yang dijatuhkan.

Paragraf 3
Pelaksanaan Hukuman Disiplin Prajurit TNI

Pasal 52
(1) Hukuman Disiplin Prajurit TNI dilaksanakan segera setelah dijatuhkan
oleh Ankum.
(2) Pelaksanaan Hukuman Disiplin Prajurit TNI sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditunda jika Terhukum mengajukan permohonan keberatan.
(3) Waktu hukuman berakhir pada waktu apel pagi hari berikutnya dari hari
terakhir hukuman yang harus dijalani.

Pasal 53
(1) Terhukum yang sakit dan/atau dirawat sebelum melaksanakan Hukuman
Disiplin Prajurit TNI, pelaksanaan hukumannya ditunda sampai
dinyatakan sembuh.
(2) Pernyataan sakit dan pernyataan sembuh sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dinyatakan oleh dokter atau tenaga medis Prajurit TNI secara
tertulis.
(3) Selama Terhukum dirawat karena sakit di luar ruang tahanan tempat
menjalani hukuman, tidak dihitung sebagai waktu pelaksanaan hukuman
Disiplin Prajurit TNI.

Bagian Keempat
Pencatatan

15

Pasal 54
Hukuman Disiplin Prajurit TNI dicatat dalam buku hukuman dan buku data
personel yang bersangkutan.


BAB VIII
PENGAJUAN KEBERATAN

Bagian Kesatu
Permohonan Keberatan Pertama

Pasal 55
(1) Pemohon berhak mengajukan keberatan atas sebagian atau seluruh alasan
hukuman, jenis, dan/atau berat ringannya Hukuman Disiplin Prajurit TNI
yang dijatuhkan.
(2) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
secara patut, tertulis, dan hierarkis.
(3) Dalam pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pemohon dapat mengajukan perwira hukum atau perwira atasan kepada
Ankum untuk memberikan nasihat.

Pasal 56
Dalam hal Pemohon mengajukan keberatan, pelaksanaan Hukuman Disiplin
Prajurit TNI ditunda sampai ada keputusan dari Ankum Atasan atau Ankum
dari Ankum Atasan yang berkekuatan hukum tetap.

Pasal 57
(1) Keberatan diajukan kepada Ankum Atasan melalui atasan langsung paling
lama 4 (empat) hari sesudah hukuman dijatuhkan.
(2) Atasan langsung dan Ankum wajib menerima dan meneruskan pengajuan
keberatan atas keputusan Hukuman Disiplin Prajurit TNI yang dijatuhkan
kepada Ankum Atasan paling lama 7 (tujuh) hari
(3) Keberatan terhadap Hukuman Disiplin Prajurit TNI yang sudah diajukan
dapat ditarik kembali paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak diterima
Ankum dan apabila keberatan ditarik kembali terhukum segera menjalani
hukuman.

Pasal 58
(1) Ankum Atasan yang berwenang memutus permohonan keberatan, wajib
segera mengambil keputusan berupa menolak atau mengabulkan seluruh
atau sebagian keberatan yang diajukan, dalam bentuk keputusan paling
lama 21 (dua puluh satu) hari sejak permohonan keberatan diterima.
(2) Dalam hal keberatan ditolak seluruhnya, Ankum Atasan menguatkan
keputusan yang telah dibuat Ankum yang menjatuhkan Hukuman Disiplin
Prajurit TNI.
(3) Dalam hal keberatan diterima seluruhnya, Ankum Atasan membatalkan
keputusan yang telah dibuat oleh Ankum yang menjatuhkan Hukuman
Disiplin Prajurit TNI.
(4) Dalam hal keberatan ditolak atau diterima sebagian, Ankum Atasan
mengubah keputusan yang dibuat oleh Ankum yang menjatuhkan
Hukuman Disiplin Prajurit TNI.


Bagian Kedua
Permohonan Keberatan Kedua

16


Pasal 59
(1) Dalam hal tersangka menolak keputusan Ankum Atasan terhadap
permohonan keberatan yang diajukan, tersangka berhak mengajukan
permohonan keberatan sekali lagi kepada Ankum dari Ankum Atasan yang
telah memutus permohonan keberatan yang diajukan sebelumnya.
(2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
paling lama 4 (empat) hari terhitung sejak keputusan terhadap
permohonan keberatan yang diajukan sebelumnya diberitahukan kepada
Tersangka.


BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 60
Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama
1 (satu) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 61
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, ketentuan mengenai peraturan
penghormatan Tentara Nasional Indonesia, peraturan baris-berbaris Tentara
Nasional Indonesia, peraturan tata upacara Tentara Nasional Indonesia,
peraturan pakaian seragam Tentara Nasional Indonesia, tata cara
pemanggilan, dan tata cara sidang disiplin yang ada tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan Undang-Undang Ini.


BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 62
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 26
Tahun 1997 tentang Hukum Disiplin Prajurit Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 74,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3703) dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 63
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-
Undang ini dengan penepatanya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.



Disahkan di Jakarta
Pada tanggal.....
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO



17


Diundangkan di Jakarta
pada tanggal....

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDDIN





LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN...NOMOR....








































18

PENJELASAN
ATAS
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR TAHUN .
TENTANG
HUKUM DISIPLIN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA


I. UMUM
Tujuan nasional bangsa Indonesia adalah untuk melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara
Repubik Indonesia Tahun 1945.

Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan alat pertahanan negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang bertugas melaksanakan
kebijakan pertahanan negara untuk menegakkan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah, dan melindungi keselamatan
bangsa, menjalankan operasi militer untuk perang dan operasi militer
selain perang, serta ikut secara aktif dalam tugas pemeliharaan
perdamaian regional dan internasional.

TNI dibangun dan dikembangkan secara profesional sesuai kepentingan
politik negara, mengacu pada nilai dan prinsip demokrasi, supremasi
sipil, Hak Asasi Manusia (HAM), ketentuan hukum nasional, dan
ketentuan hukum internasional yang sudah diratifikasi, dengan
dukungan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang dikelola
secara transparan dan akuntabel.

TNI merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional,
sehingga perlu ditingkatkan profesionalismenya melalui pemantapan
disiplin, yang merupakan syarat mutlak dalam tata kehidupan TNI agar
terwujud prajurit yang profesional, efektif, efisien, dan modern, sehingga
mampu berperan lebih besar dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Mengacu kepada tugas pokok TNI yang termuat dalam Undang-Undang
Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, mengisyaratkan bahwa TNI
merupakan kekuatan pertahanan yang profesional, efektif, efisien, serta
modern. TNI senantiasa siapuntuk mengamankan dan memberikan
sumbangan dharma bakti yang diperlukan bagi kelancaran
pembangunan bangsa menuju pencapaian tujuan nasional bersama-
sama dengan komponen strategis bangsa lainnya. TNI dengan jati
dirinya sebagai tentara rakyat, tentara perjuangan, dan tentara
profesional dalam menghadapi berbagai tingkat keadaan, mulai dari
keadaan aman, rawan, gawat hingga darurat, harus menunjukan
kepeloporan dan keteladanan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara berdasarkan kaidah hukum yang berlaku.

Anggota TNI merupakan Warga Negara Indonesia yang berprofesi sebagai
prajurit yang dilatih, dididik, disiapkan, diorganisasi, dan dibina dengan
tugas untuk menjaga, mengawal, mengamankan serta menyelamatkan
NKRI dari berbagai bentuk ancaman, baik yang datang dari dalam negeri

19

atau luar negeri. Namun dari realita yang ada menggambarkan masih
adanya oknum TNI yang melakukan pelanggaran di lapangan, sehingga
mencederai Sapta Marga dan Sumpah Prajurit, 8 (delapan) wajib TNI dan
Kode Etik Keprajuritan.

Mengenai Disiplin Prajurit Tentara Nasional Indonesia selama ini diatur
dengan Undang-Undang, yaitu dalam Wetboek van Krijgstucht voor
Nederlands Indie (Staatsblad 1934 Nomor 168) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1947 tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Disiplin Militer, yang kemudian diganti dengan Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 1997 tentang Hukum Disiplin Prajurit
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, yang kemudian secara rinci
diatur dalam Peraturan Disiplin Prajurit TNI yang disahkan dengan
Keputusan Panglima TNI Nomor/KEP/22/VIII/2005 Tanggal 10 Agustus
2005. Disiplin Prajurit TNI adalah ketaatan dan kepatuhan yang
sungguh-sungguh bagi setiap prajurit TNI yang didukung oleh
kesadaran yang bersendikan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit untuk
menunaikan tugas dan kewajiban serta bersikap dan berperilaku sesuai
dengan aturan-aturan atau tata kehidupan prajurit TNI. Pelanggaran
disiplin prajurit adalah segala perbuatan dan/atau tindakan yang
dilakukan oleh prajurit TNI, baik sengaja maupun tidak sengaja
melanggar peraturan disiplin prajurit TNI dan/atau melakukan
perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan sendi-sendi kehidupan
prajurit yang berdasarkan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit atau
melanggar aturan kedinasan, merugikan organisasi TNI dan kehormatan
prajurit.

Hukum Disiplin Prajurit TNI sangat diperlukan mengingat merebaknya
kasus-kasus kekerasan yang melibatkan oknum TNI yang telah menarik
perhatian masyarakat pada saat ini.Kasus-kasus kekerasan tersebut
merupakan sebuah pelanggaran Hukum Disiplin Prajurit TNI yang telah
menciderai institusi kemiliteran Indonesia.Tindakan indisipliner yang
dilakukan oknum TNI ini mendorong untuk dilakukan penataan dan
membenahi Disiplin Prajurit TNI yang bertujuan untuk membuat payung
hukum dalam bentuk Undang-Undang untuk menertibkan kembali
perilaku Prajurit TNI dalam pembinaan disiplin dari sistem kemiliteran
di Indonesia.RUU tentang Hukum disiplin Prajurit Tentara Nasional
Indonesia merupakan pembenahan dan penertiban secara internal
terhadap tindak pelanggaran oknum Prajurit TNI dengan
memperhatikan pidana militer dan pidana umum.

Dalam rangka mencapai tugas tersebut setiap PrajuritTNI harus patuh
dan disiplin terhadap berbagai peraturan perundang-undangan.Terkait
dengan DisiplinPrajurit TNIperlu diatur dalam undang-undang tentang
Hukum Disiplin Prajurit Tentara Nasional Indonesia yang pasti, tegas,
dan jelas serta memenuhi syarat filosofis, sosiologis, dan yuridis sebagai
sarana pembinaan personel dan kesatuan.

Perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa Indonesia berubah
dengan cepat setelah terjadi reformasi nasional yang di dorong oleh
semangat bangsa Indonesia untuk menata kehidupan bermasyarakat
dan bernegara ke depan dengan lebih baik. Dengan berlakunya
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Repubik Indonesia Nomor:
VI/MPR/2000 tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia; Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2002 tentang Pertahanan Negara; dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun

20

2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, maka pengaturan mengenai
Hukum Disiplin Tentara Nasional Indonesia dalam Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 1997 tentang Hukum Disiplin Prajurit Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia sudah tidak sesuai dengan politik hukum
dan semangat reformasi bangsa Indonesia yang berkembang
danmenyebabkan perubahan. Perubahan tersebut diantaranya adanya
pemisahan Kepolisian Negara Republik Indonesia dari Angkatan
Bersenjata Repubik Indonesia berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 2
Tahun 1999 tentang Langkah-Langkah Kebijakan dalam Rangka
Pemisahan Kepolisian Negara Republik Indonesia dari Angkatan
Bersenjata Repubik Indonesia dan adanya penggantian nama Angkatan
Bersenjata Repubik Indonesia menjadi TNI, karena itu perlu diadakan
penggantian mengenai ketentuan yang mengatur tentang Hukum
Disiplin Prajurit TNI.

Dengan adanya penggantian terhadap pengaturan Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 1997tentang Hukum Disiplin Prajurit Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia, diharapkan dapat menjadi landasan
hukum dalam memberikan pembinaan dan menjamin hak dari Prajurit
TNI dan pimpinan dalam pembinaan disiplin dari sistem kemiliteran di
Indonesia.Undang-Undang tentang penggantian Hukum Disiplin Prajurit
TNI Indonesia merupakan undang-undang yang bersifat lex specialis dari
peraturan militer di Indonesia. Dalam Undang-Undang ini diatur
mengenai:
a. ketentuan umum;
b. asas;
c. hakikat Hukum Disiplin Prajurit TNI;
d. tujuan dan fungsi Hukum Disiplin Prajurit TNI;
e. ruang lingkup Hukum Disiplin Prajurit TNI;
f. sanksi Disiplin Prajurit TNI;
g. hubungan atasan dan bawahan;
h. ankum dan kewenangannya;
i. dewan kehormatan prajurit TNI;
j. penyelesaian pelanggaran Hukum Disiplin Prajurit TNI;
k. pengajuan keberatan;
l. ketentuan peralihan; dan
m. ketentuan penutup.


II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Huruf a
Yang dimaksud dengan asas keadilan adalah bahwa
penyelenggaraan Hukum Disiplin Prajurit TNI harus
mencerminkan keadilan secara proporsional dan merata bagi
setiap Prajurit TNI.
Huruf b
Yang dimaksud dengan asas legalitas adalah bahwa jenis
hukuman disiplin harus ditentukan dalam Undang-Undang
Hukum Disiplin Prajurit TNI.



21

Huruf c
Yang dimaksud dengan asas pembinaan adalah bahwa
penyelenggaraan Hukum Disiplin Prajurit TNI sebagai wujud
pembinaan kepada Prajurit TNI dalam rangka menjaga dan
meningkatkan martabat dan kehormatan TNI.
Huruf d
Yang dimaksud dengan asas persamaan dihadapan hukum
adalah bahwa undang-undang tentang Hukum Disiplin
Prajurit TNI diberlakukan di semua tingkatan kepangkatan.
Huruf e
Yang dimaksud dengan asas praduga tak bersalah adalah
bahwa Undang-Undang tentang Hukum Disiplin Prajurit TNI
harus menentukan adanya Pemeriksaan pendahuluan
sebelum menjatuhkan sanksi dan diberikan waktu untuk
melakukan pembelaan.
Huruf f
Yang dimaksud dengan asas hierarki adalah bahwa
penyelenggaran Hukum Disiplin Prajurit TNI dan penjatuhan
Hukuman Disiplin Prajurit TNI dilakukan berdasarkan
penjenjangan dan tidak boleh bertentangan sesuai dengan
wewenang komandonya.
Huruf g
Yang dimaksud dengan asas kesatuan komando adalah
bahwa dalam struktur organisasi militer, seorang komandan
mempunyai kedudukan sentral dan bertanggung jawab penuh
terhadap kesatuan dan anak buahnya dan bertanggung jawab
dalam pembinaan dan penegakan Hukum Disiplin Prajurit
TNI.
Huruf h
Yang dimaksud dengan asas kepentingan militer adalah
bahwa penegakan Hukum Disiplin Prajurit TNI di dasarkan
pada kepentingan militer untuk penyelenggaraan pertahanan
negara.
Huruf i
Yang dimaksud dengan asas tanggung jawab adalah bahwa
dalam tata organisasi militer seorang komandan berfungis
sebagai seorang pemimpin, panutan dan pelatih sehingga
seorang komandan harus bertanggung jawap dalam
pembinaan dan penegakan Hukum Disiplin Prajurit TNI. Oleh
karena itu seorang komandan diberikan kewenangan untuk
memeriksa dan menjatuhkan hukuman disiplin kepada
anggota di bawah wewenang komandonya.
Huruf j
Yang dimaksud dengan asas efektif dan efisien adalah
bahwa penyelenggaraan Hukum Disiplin Prajurit TNI harus
sesuai dengan target atau tujuan dengan tepat waktu sesuai
dengan perencanaan yang ditetapkan.
Huruf k
Yang dimaksud dengan asas manfaat adalah bahwa
penyelenggaraan Hukum Disiplin Prajurit TNI harus
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada Prajurit
TNI.

Pasal 3
Cukup jelas.

22


Pasal 4
Cukup jelas.

Pasal 5
Cukup jelas.

Pasal 6
Cukup jelas.

Pasal 7
Cukup jelas.

Pasal 8
Cukup jelas.

Pasal 9
Cukup jelas.

Pasal 10
Cukup jelas.

Pasal 11
Cukup jelas.

Pasal 12
Cukup jelas.

Pasal 13
Cukup jelas.

Pasal 14
Cukup jelas.

Pasal 15
Cukup jelas.

Pasal 16
Cukup jelas.

Pasal 17
Cukup jelas.

Pasal 18
Cukup jelas.

Pasal 19
Cukup jelas.

Pasal 20
Cukup jelas.

Pasal 21
Cukup jelas.


23

Pasal 22
Cukup jelas.

Pasal 23
Cukup jelas.

Pasal 24
Cukup jelas.

Pasal 25
Cukup jelas.

Pasal 26
Cukup jelas.

Pasal 27
Cukup jelas.

Pasal 28
Cukup jelas.

Pasal 29
Cukup jelas.

Pasal 30
Cukup jelas.

Pasal 31
Cukup jelas.

Pasal 32
Cukup jelas.

Pasal 33
Cukup jelas.

Pasal 34
Cukup jelas.

Pasal 35
Cukup jelas.

Pasal 36
Cukup jelas.

Pasal 37
Cukup jelas.

Pasal 38
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan atasan adalah atasan yang diatur
dalam dalam Undang-Undang ini.
Ayat (2)
Cukup jelas.


24

Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 39
Cukup jelas.

Pasal 40
Cukup jelas.

Pasal 41
Cukup jelas.

Pasal 42
Cukup jelas.

Pasal 43
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan pejabat lain yang berwenang
adalah perwira yang bertugas untuk menegakkan Hukum
Disiplin Prajurit TNI.

Pasal 44
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan barang bukti adalah barang yang
dipergunakan untuk melakukan pelanggaran disiplin atau
barang yang dihasilkan dari pelangaran disiplin.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 45
Cukup jelas.

Pasal 46
Cukup jelas.

Pasal 47
Cukup jelas.

Pasal 48
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan sidang disiplin adalah sidang untuk
memberikan keputusan penjatuhan hukuman disiplin kepada
Prajurit TNI yang melakukan pelanggaran Hukum Disiplin
prajurit TNI.
Ayat (2)
Cukup jelas.

25

Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 49
Cukup jelas.

Pasal 50
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang termasuk dengan surat antara lain adalah tulisan,
artikel atau dokumen tertulis.
Huruf c
Yang dimaksud dengan informasi elektronik adalah semua
informasi yang berkaitan dengan dilakukannya pelanggaran
Hukum Disiplin Prajurit TNI dengan menggunakan sarana
elektronik antara lain: telepon, foto, fotokopi, rekaman suara,
VCD, internet, film, email, dan short message service (SMS).
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.

Pasal 51
Cukup jelas.

Pasal 52
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Penundaan pelaksanaan hukuman dilakukan sampai dengan
dikeluarkannya putusan yang berkekuatan hukum tetap.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 53
Cukup jelas.

Pasal 54
Yang dicatat dalam buku hukuman antara lain:
a. identitas terhukum yang meliputi nama, tempat tanggal lahir,
pangkat, nomor registrasi pusat, jabatan, kesatuan, agama dan
jenis kelamin;
b. nomor dan tanggal keputusan penjatuhan hukuman;
c. jenis hukuman yang dijatuhkan; dan
d. keputusan sebagai pengajuan keberatan.

Pasal 55
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.


26

Ayat (3)
Yang dimaksud dengan perwira hukum atau perwira atasan
adalah perwira sebagai atasan yang berhak menghukum
kesalahan bawahan dalam rangka pembinaan personel
sebagai fungsi komando.

Pasal 56
Cukup jelas.

Pasal 57
Cukup jelas.

Pasal 58
Cukup jelas.

Pasal 59
Cukup jelas.

Pasal 60
Cukup jelas.

Pasal 61
Cukup jelas.

Pasal 62
Cukup jelas.

Pasal 63
Cukup jelas.



TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Anda mungkin juga menyukai