Anda di halaman 1dari 83

ANALISIS KINERJA PANSER ANOA APC-3 6X6 DAN TARANTULA

DALAM MENDUKUNG TUGAS POKOK KOMPI KAVALERI

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum. Tentara Nasional Indonesia (TNI) terdiri dari 3 (tiga) Angkatan


Bersenjata yaitu TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut dan TNI Angkatan Udara. TNI
dipimpin oleh seorang Panglima TNI yang merupakan bagian dari 3 (tiga) Angkatan
tersebut yang diangkat secara bergantian, sedangkan masing-masing Angkatan memiliki
Kepala Staf Angkatan sebagai perwakilan dari masing-masing Angkatan.
Untuk saat ini Tentara Nasional Indonesia memasuki peringkat ke-18 kekuatan
militer dunia versi Global Firepower yang menggunakan 45 variabel perhitungan. Urutan
10 besar kekuatan militer dunia, menurut lembaga Global Firepower, ditempati Amerika
Serikat, Rusia, China, India, Inggris, Turki, Korea Selatan, Perancis, Jepang dan Israel.
Pembangunan kekuatan pada khususnya TNI AD utamanya diarahkan agar dapat
melaksanakan tugas pokok yang sinergis melalui Integrated Armed Forces, berangkat
dari pemikiran demikian mendasari lahirnya kebijakan kekuatan pokok minimum
(Minimum Essential Forces). Pada prinsipnya kebijakan kekuatan pokok minimum
tersebut dapat menunjang pembangunan kekuatan ke dalam kemampuan TNI AD,
sedangkan dalam prakteknya kebijakan kekuatan pokok minimum berfokus pada upaya
modernisasi alutsista, melakukan restrukturisasi berdasarkan kebijakan right sizing
dengan menggunakan dua parameter yang saling berkaitan yaitu postur dari TNI AD dan
Evaluasi Kemantapan serta Kesiapan Oprasional (EKKO).
Pembangunan kekuatan TNI AD memiliki konsep terhadap pertahanan berbasis
kemampuan (based defence capabilities). Kekuatan satuan pembangunan TNI AD
diutamakan agar dapat melaksanakan tugas pokok yaitu menegakkan kedaulatan negara,
menjaga keutuhan wilayah darat dan menyelamatkan segenap Bangsa Indonesia.
Sasaran tingkat kemampuan yang dapat menjamin kepentingan pertahanan aspek darat.
Modernisasi Alutsista yang diharapkan secara bertahap dilaksanakan penggantian
dan pengadaan Alutsista baru sesuai dengan perkembangan teknologi. Pembentukan
satuan-satuan baru di setiap wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia khususnya
kesatuan yang mempunyai daya tempur, daya gerak, daya kejut aspek darat,
membutuhkan dukungan alutsista. Contohnya satuan-satuan yang memiliki aspek khusus
terhadap kendaraan tempur (Ranpur) baik Tank, Panser, maupun pasukan berkuda.

1
2

Menilai kondisi Alutsista dan non Alutsista yang saat ini dimiliki oleh TNI AD,
ditinjau dari dua aspek yaitu aspek jumlah (kuantitas) dan kemampuan (kualitas). Agar
dalam pemenuhan kebutuhan materiil sampai dengan tahun 2029 diharapkan kepada
kemampuan dukungan anggaran negara yang sangat terbatas untuk membeli Alutsista
atau materiil baru yang sesuai dengan kemajuan teknologi, oleh karena itu untuk
membangun Alutsista jajaran TNI AD dilaksanakan melalui dua pendekatan, yaitu
rematerialisasi terhadap Alutsista yang ada saat ini dan pengadaan baru untuk kebutuhan
yang sangat mendesak.
Kesatuan yang ada di TNI AD di mana salah satu korp yang memiliki aspek
kemampuan tertinggi dalam alutsista bagian darat adalah korp Kavaleri yang mengawaki
berbagai kendaraan tempur terutama kendaraan tempur bagian darat. Banyaknya
alutsista atau kendaraan tempur yang telah dimiliki Indonesia dari dulu hingga sekarang,
akan tetapi seiring dengan berkembangnya zaman, alutsista perlu diperbaharui dan
dikembangkan agar dapat mengimbangi perkembangan dunia modern.
Kompi Kavaleri 2 JRTR telah melakukan modernisasi alutsista, antara lain dengan
mendatangkan alutsista baru berupa Panser Tarantula. Panser tersebut dirasa memiliki
spesifikasi lebih legkap dibandingkan dengan jenis-jenis panser sebelumnya, akan tetapi
pada kenyataanya kemampuan panser tersebut tidak lebih baik dalam daya gerak, daya
tempur, daya kejut maupun dalam pengoperasionalan sebagai kendaraan tempur
walaupun digolongkan dalam kendaraan panser jenis baru.
Untuk Kompi Kavaleri 2 JRTR sudah memiliki berbagai alutsista kendaraan tempur
sebelum kedatangan panser Tarantula yaitu Panser Anoa APC-3 6x6 yang digunakan
dalam Operasi Indonesia di Lebanon. Di Kompi Kavaleri 2 JRTR sekarang terdapat 2
jenis panser yang memiliki perbedaan dalam beberapa hal antara lain kemampuan, jenis
mesin, pengoperasian dan tingkat kenyamanan personel yang mengawaki, serta adanya
kejadian panser Tarantula terguling di Ambon pada bulan Agustus 2018 yang diakibatkan
masalah hidrolik. Hal ini mempengaruhi kinerja penggunaan kendaraan tempur dalam
menunjang tugas pokok satuan. Hal ini membuat ketertarikan sendiri bagi penulis untuk
melakukan penelitian tentang “Analisis Kinerja Panser Anoa APC-3 6x6 dan Panser
Tarantula Dalam Mendukung Tugas Pokok Kompi Kavaleri”.

2. Maksud dan Tujuan.


a. Maksud. Penelitian untuk memberikan gambaran kepada pimpinan
tentang Kinerja Panser Anoa APC-3 6x6 dan Panser Tarantula dalam mendukung
tugas pokok Kompi Kavaleri, yang terdiri dari:
3

1) Memberikan gambaran tentang bagaimana kinerja Panser Anoa


APC-3 6x6 dan Panser Tarantula.
2) Agar seluruh pihak mengetahui perbandingan kinerja Panser Anoa
APC-3 6x6 dan Panser Tarantula.
b. Tujuan. Agar dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pimpinan Karya
Tulis Ilmiah tentang judul Analisis Kinerja Panser Anoa APC-3 6x6 dan Panser
Tarantula Dalam Mendukung Tugas Pokok Kompi Kavaleri, yang terdir dari:
1) Untuk mengetahui perbedaan kemampuan Panser Tarantula dan
Panser Anoa APC-3 6x6 di Kompi Kavaleri.
2) Untuk mengetahui perbedaan ukuran Panser Tarantula dan Panser
Anoa APC-3 6x6 di Kompi Kavaleri
3) Untuk mengetahui perbedaan mesin Panser Tarantula dan Panser
Anoa APC-3 6x6 di Kompi Kavaleri.
4) Untuk mengetahui perbedaan transmisi Panser Tarantula dan Panser
Anoa APC-3 6x6 di Kompi Kavaleri
5) Untuk mengetahui perbedaan kondisi kendaraan Panser Tarantula
dan Panser Anoa APC-3 6x6 di Kompi Kavaleri.
6) Untuk mengetahui perbedaan sistem rem Panser Tarantula dan
Panser Anoa APC-3 6x6 di Kompi Kavaleri.
7) Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan Panser Anoa APC-3
6x6 dan Panser Tarantula dalam tingkat kenyamanan pengoperasionalan
personel dalam mendukung tugas pokok Kompi Kavaleri.
8) Untuk mengetahui sebab Panser Tarantula jarang dioperasionalkan
oleh personel Kompi.

3. Rumusan Masalah, Ruang Lingkup, dan Tata Urut. Untuk rumusan masalah,
ruang lingkup dan tata urut yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
a. Rumusan Masalah. Berdasarkan permasalahan di atas ditetapkan
rumusan masalah sebagai berikut :
1) Bagaimana analisis kinerja Panser Tarantula dan kinerja Panser
Anoa Tarantula di Kompi Kavaleri?
2) Mengapa Panser Tarantula jarang dioperasionalkan oleh personel
Kompi Kavaleri?
b. Ruang Lingkup. Dalam hal ini peneliti membatasi ruang lingkup dan
fokus masalah yang diteliti sebagai berikut :
4

1) Objek Penelitian. Objek penelitian adalah spesifikasi-spesifikasi


dari subyek penelitian yang menjadi sasaran penelitian yaitu spesifikasi dari
kendaraan tempur diaktikan dengan enam indikator yang telah ditentukan.
2) Subyek Penelitian. Subyek penelitian adalah Panser Tarantula dan
Panser Anoa APC-3 6x6 yang terdapat di Kompi Kavaleri 2/JRTR.

c. Tata Urut. Penyusunan laporan hasil penelitian ini memiliki sistematika


penulisan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Pada bab I meliputi umum, maksud dan tujuan, rumusan masalah
ruang lingkup dan tata urut, metode dan pendekatan dan pengertian-
pengertian.
Bab II Tinjauan Pustaka
Pada bab II peneliti mengemukakan tentang spesifikasi-spesifikasi
singkat mengenai kendaraan tempur yang akan dibahas atau menjadi obyek
penelitian.
Bab III Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Pada Bab III memberikan keterangan tentang hasil dari penelitian
yang telah dilaksanakan serta pembahasan mengenai bahan penelitian dan
cara untuk memperoleh hasil dari penelitian tersebut.
Bab IV Penutup
Pada bab IV dijelaskan tentang hasil akhir yang diperoleh dalam
penelitian yang dilaksanakan dan saran.

4. Metode dan Pendekatan. Adapun metode dan pendekatan yang digunakan


dalam penulisan penelitian terdiri dari:
a. Metode Penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
metode kuantitatif. Dalam suatu penelitian, metode penelitian diartikan sebagai
cara ilmiah mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,
2009:3). Pengumpulan data dengan cara observasi/pengamatan dan kuesioner
tertutup. Untuk pengambilan sample purposive sebanyak 46, dari populasi 125
anggota Kompi Kavaleri 2/JTR Yogjakarta.

b. Pendekatan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah


dengan perbandingan dua mean (rata-rata). Perbandingan dua mean adalah uji
5

statistik yang membandingkan mean dari 2 kelompok data. Perbandingan 2


kelompok data ini dicari apabila peneliti ingin mencari perbedaan parameter antar 2
buah populasi data.
Untuk metode perbedaan dua mean menggunakan pendekatan distribusi z
(uji z) ataupun distribusi t (uji t). Uji z digunakan apabila standart deviasi populasi
diketahui dan jumlah sampelnya besar. Apabila kedua syarat tersebut tidak
terpenuhi maka pendekatan yang dilaksanakan adalah pendekatan dengan
distribusi t student (uji t). Uji validitas kuesioner yaitu untuk menguji butir-butir
pernyataan yang digunakan mengambil data. Uji releabilitas yaitu untuk menguji
seluruh butir pernyataan dari masing-masing variabel dapat digunakan untuk
mengambil data kapan saja. Uji Normalitas yaitu untuk mengetahui bahwa data
yang diperoleh berdistribusi normal.

5. Pengertian-pengertian. Beberapa pengertian yang berhubungan dengan


pembahasan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
a. Panser Anoa APC-3 (Armored Personel Carrier). Panser Anoa APC-3
(Armored Personel Carrier) adalah sebuah kendaraan militer lapis baja buatan PT
Pindad, Indonesia. Kendaraan ini dipergunakan untuk mengangkut personel atau
dikenal dengan nama Panser atau pengangkut personel lapis baja. Nama Anoa
sendiri diambil dari nama hewan Anoa yaitu hewan sejenis kerbau yang
merupakan hewan asli Sulawesi.
b. Panser Tarantula. Panser Tarantula adalah panser 6x6 Tarantula kanon
90 mm merupakan kendaraan tempur buatan Doosan DST Korea Selatan berbobot
18 ton yang dilengkapi meriam Cockerill Mk III 90 mm canon buatan CMI Defence
Belgia serta senjata mesin 7,62mm/12,7mm untuk fungsi serbuan, kombinasi
senjata tersebut dapat digunakan untuk melawan Tank dan operasi melawan
gerilyawan
c. One Sample T Test merupakan teknik analisis untuk membandingkan satu
variabel bebas. Teknik ini digunakan untuk menguji apakah nilai tertentu berbeda
secara signifikan atau tidak dengan rata-rata sebuah sample. 1
d. Paired Sample T-Test adalah metode analisis uji beda (komparasi) yang
bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata antara 2 sample
yang saling berpasangan. Perbedaan antara Independent dan Paired Sample T-
Test terdapat pada data yang akan dianalisis.2
1
https://teorionline.wordpress.com/category/tutorial-statistik/one-sample-t-test/
2
https://teorionline.wordpress.com/2011/02/24/paired-sample-t-test-uji-beda-dua-sampel-berpasangan/
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

6. Teori Kinerja. Kinerja kendaraan tempur dapat dilihat dari beberapa faktor
yang pada hal ini umumnya berkaitan dengan spesifikasi dan kelebihan maupun
kekurangan dari kendaraan tempur tersebut. Hal-hal ini dapat sangat berpengaruh bagi
pengemudi ataupun yang mengendarai kendaraan tempur tersebut dikarenakan akan
berpengaruh terhadap moril, tingkat kenyamanan, tingkat kemudahan dan tingkat
mobilitas dari kendaraan tempur tersebut dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok
dari satuan yang dinaungi oleh kendaraan tempur tersebut.
Faktor yang dapat berpengaruh terhadap kinerja kendaraan tempur dalam
mendukung pelaksanaan tugas pokok, dapat dipengaruhi oleh banyak hal seperti sistem
pembakaran, sistem pelumasan, hidrolik, kondisi dari kendaraan tempur baik bagian
dalam maupun bagian luar kendaraan tempur, sistem bahan bakar, mesin, sistem rem,
faktor pendukung yang mampu menjadi kelebihan tersendiri dari kendaraan tempur
tersebut seperti lampu, AC atau pendingin, blower, serta sistem tambahan lain. Kinerja
kendaraan tempur sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas operasi yang dapat
mendukung tugas pokok dari satuan karena pada masa milenium seperti saat ini alutsista
sangat berpengaruh terhadap hasil dari operasi yang sedang dilaksanakan.
Oleh karena itu Negara Indonesia saat ini sedang memodernisasi dan
merehabilitasi alutsista TNI AD agar dapat bersaing dalam dunia Internasional dan tidak
ketinggalan teknologi dengan tetap memantau perkembangan di dunia Internasional. Hal
ini dapat dibuktikan dengan perubahan berbagai sistem kendaraan tempur yang telah
diretrofit baik di Indonesia maupun dari luar negeri, contoh penggunaan listrik dan hidrolik
pada sistem kubah, dan penggunaan digital dalam berbagai sistem yang ada pada
kendaraan tempur. Sistem yang ada pada Tarantula yaitu dapat mengatur tekanan udara
yang ada pada ban hingga dapat menyesuaikan dengan medan yang dilalui seperti
medan berpasir, lumpur dan medan pantai. Dan masih banyak lagi yang dimiliki oleh TNI
AD yang telah diperbaharui dan diretrofit sehingga memliki kemampuan yang lebih dari
generasi sebelumnya.

7. Panser Anoa APC-3 6x6. Anoa APC-3 (Armored Personel Carrier) adalah
kendaraan militer lapis baja buatan PT Pindad, Indonesia. Kendaraan ini dipergunakan

6
7

untuk mengangkut personel atau dikenal dengan nama Panser atau pengangkut personel
lapis baja. Nama Anoa sendiri diambil dari nama hewan Anoa yaitu hewan sejenis kerbau
yang merupakan hewan asli Sulawesi.
Anoa APC-3 berbeda dengan pendahulunya (APC-1 dan APC-2) yang
dikembangkan dari truk komersial. Anoa menggunakan badan berdesain monocoque
berlapis baja. Sistem suspensi batang torsi, baru dikembangkan untuk Panser tersebut.
Mesin dan transmisi menggunakan produk Renault dari Perancis. Pengemudi duduk di
sebelah kanan dan komandan duduk disebelah kiri dari kendaraan. Bentuk dan
persenjataan Anoa amatlah mirip dengan kendaraan angkut personel buatan Prancis,
VAB. Perlindungan yang diberikan oleh lapisan baja dan rangka Anoa memiliki tingkat
STANAG 3 level 3, yang berarti bisa menahan peluru kinetis hingga 7.62 mm Armor
Piercing standar NATO dari jarak 30 meter dengan kecepatan 930 m/s serta bisa
menahan ledakan ranjau hingga massa 8 kg di bagian roda gardan dan di tengah-tengah
badan.

Gambar. 1 Panser Anoa APC-3 6x6 tampak samping

a. Kemampuan Panser Anoa APC-3 6x6


1) Daya Jelajah.
a) Konsumsi bahan bakar dijalan raya 1 liter/2 km.
b) Jarak tempuh fuel tank ( 200 liter ) dijalan raya 400Km.
c) Daya tempuh 600 Km.
2) Kecepatan.
a) Kecepatan maks. dijalan raya : 90 Km / jam.
b) Kecepatan maks. dimedan berat : 50 Km / jam.
c) Kecepatan min terus menerus : 7 Km / jam.
d) Kecepatan maks. di air : 5 Km / jam.
8

3) Melintas. Kemampuan melintas


a) Tanjakan : 60 %
b) Kemiringan : 30 %
c) Rintangan tegak : 0,410 meter.
d) Radius putar
(1) Antar dinding : 8,5 meter.
(2) Antar trotoar : 9,5 meter.
e) Lintas parit : 0,75 meter.

4) Dalam keadaan ban kempes / tertembak mampu menempuh jarak


80 Km, karena roda memakai runflate tyre 1400 R 20.
5) Jarak tempuh full tank ( 200 liter ) : 400 km.
6) Daya tempuh : 600 Km.
7) Masuk keluar air : 20 %.
8) winch mampu menarik beban : 6 ton

b. Ukuran Panser Anoa APC-3 6x6


1) Panjang : 6100
2) Lebar ( Diameter ban ) : 2035
3) Lebar sisi luar : 2470
4) Tinggi ( Hull top ) : 2170
5) Tinggi ( Turret ) : 2880
6) Bebas dasar : 410
7) Jarak tapak ban : 2035
8) Jarak roda depan & tengah : 1510
9) Jarak roda belakang & tengah : 1510
10)Jarak roda depan ke sisi depan : 1610
11)Jarak roda belakang ke sisi belakang : 1470
12) Sudut datag : 45°
13) Sudut pergi : 45°

c. Mesin Panser Anoa APC-3 6x6


9

1) Model : Renault Turbo Charged,


Watercooler dan Intercooled
2) Type : Diesel engine
3) Jumlah silinder : 6 Cylinder in-line
4) Alternator : 100 A – 24 Volt
5) Daya maksimum : 320 Hp pada 2300 rpm
6) Torsi maksimum : 1200 Nm pada 1200 ÷ 1700 rpm
7) Perbandingan daya spesifik : 22,85 HP/Ton

d. Transmisi Panser Anoa APC-3 6x6

1) Model : ZF 6HP502
2) Type : Automatic
3) Pengaturan : Otomatis
4) Jumlah percepatan : 6 maju, 1 mundur
5) Perbandingan gigi : 1st / 2nd: 5,60 / 3,43
3rd / 4th: 2,01 / 1,43
5th / 6th: 1,00 / 0,83
6) Mundur : 4,80

e. Kondisi kendaraan. Kondisi ruang dalam kendaraan tempur masih


tergolong sempit disesuaikan dengan tugas masing-masing personel dan
dibandingkan dengan fungsi kendaraan tempur ANOA APC sebagai angkut
personel yang memiliki kapasitas 10 orang disesuaikan dengan masing-masing
tugas untuk mendukung tugas pokok.

f. Sistem rem. Sistem rem pada Panser 6x6 menggunakan air over hidrolic
brake sistem, yaitu gabungan dari sistem pneumatic dan hydrolic.

Dalam hal ini ada beberapa yang dapat penulis jelaskan mengenai Panser Anoa
APC-3 6x6 salah satunya adalah kelebihan dan kekurangan yang akan ditunjukkan dalam
Tabel 1.
Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan Panser Anoa APC-3 6x6

Panser Anoa APC-3 6x6


No
Kelebihan Kekurangan
10

1 Lincah karena memiliki desain Dalam jenis kendaraan tempur


yang pas dan kemampuan Panser ini masih belum bisa
roda 6x6 yang memiliki mengarung di air
keunggulan diberbagai medan
2 Suspensi empuk dikarenakan Dalam pelaksanaan tugas operasi
menggunakan suspensi masih kurang sesuai dengan
independen batang torsi kondisi alam yang ada di
indonesia terutama daerah rawa
dan gunung
3 Daya angkut personel banyak Dalam pelaksanaan tugas untuk
dibuktikan sebagai fungsinya penggunaan senjata masih belum
sebagai kendaraan angkut ada dudukan untuk senapan 12,7
personel mm dan 7,62 mm
4 Menggunakan 2 senapan Perawatan dan pemeliharaan
mesin kaliber 7,62 mm dan yang sangat sulit dikarenakan
12,7 mm ditambah AGL-40 sistemnya yang berbasis elektrik
sebagai pelontar granat

8. Panser Tarantula. Merupakan kendaraan tempur buatan Doosan DST Korea


Selatan berbobot 18 ton yang dilengkapi meriam Cockerill Mk III 90 mm canon buatan
CMI Defence Belgia serta senjata mesin 7,62mm/12,7mm untuk fungsi serbuan,
kombinasi senjata tersebut dapat digunakan untuk melawan Tank dan operasi melawan
gerilyawan. Kendaraan ini dengan kru berjumlah 3 orang (pengemudi, penembak dan
komandan), dan dapat memenuhi persyaratan medan di Indonesia. Kecepatan di darat
mencapai 100 km/jam, sedangkan di air dapat melaju dengan kecepatan 8 km/jam.

Gambar. 2 Ukuran Panser Tarantula


11

a. Kemampuan Panser Tarantula


1) Kecepatan max : 100 km/Jam
2) Max Jarak Jelajah : 800 km
3) Kemampuan mengarung : 8 Km/Jam
4) personel : 3 Orang
5) Daya Tanjak : 60 % ( 30,96 derajat )
6) Jarak sumbu roda : 1510 mm
7) Kemiringan : 30 %
8) Rintngan tegak lurus : 0.55 m
9) Rintangan Parit : 1.5 m
10) Sudut Datang : 45°
11) Sudut Pergi : 40°
12) Sudut putar : 7.9°

b. Ukuran Panser Tarantula


1) Berat : 18.000 kg
2) Panjang : 6800 mm
3) Lebar : 2700 mm
4) Tinggi : 3000 mm
5) Jarak Sumbu Roda : 1,520+2,080 mm (ref.)
6) Bebas dasar : 400 mm

c. Mesin Panser Tarantula


1) Model : DOOSAN’s DL08 Turbo
charger & Intercooler
2) Type : Diesel engine
3) Jumlah silinder : 6 Cylinder Segaris
4) Combustion chamber type : Direct injection type
5) Total piston displacemen : 7,640 cc
6) Compression ratio : 17 : 1
7) Berat Mesin : 750 kg
8) FO :1–5–3–6–2–4
9) Engine control type : Electric control type (ECU)
10) Daya maksimum : 400 PS @ 2100 rpm
11) Torsi maksimum : 160 kgm @1400 rpm
12

12) Kapasitas : 2.100 RPM.


13) Konsumsi bahan bakar : 2 Tengki 340 liter /@170 Litr
14) Tenaga maksimum : 400 PS @ 2100 rpm
15) Torsi maksimum : 160 kg.m @ 1400rpm
16) Oli Pelumasan : SAE 10 W 40
17) Kapasitas oli : 17 liter
18) Sistim pendingin : Pendingin air
19) Emission : Euro - 3

d. Transmisi Panser Tarantula


1) Buatan : ZF
2) Type : HP600 Series
3) Pengaturan : Otomatis
4) Jenis Input : Torque converter dengan kopling lock-up
5) Jumlah percepatan : 6 Maju ,1 Mundur
6) Perbandingan Gigi : 1~7 tingkat (Mundur) 5.60/3.43/2.01/
1.42/1.0/0.83/0.59 (4.84)
7). Input Torque : 1600 Nm
8) Max. Perm. Input Speed : 2650 rpm
9) PTO Max output : 625 Nm
10) Rem Bantuan : Menggunakan Retarder

e. Kondisi Kendaraan. Kondisi yang ada dalam ruang kendaraan tempur yang
digunakan untuk kapasitas 3 orang, dari ruang yang ada masih banyak berbagai
kendala dikarenakan ruang dalam kendaraan tempur masih diperkirakan kurang
luas untuk moblitas antar masing-masing tugas yang disesuaikan dengan tata letak
yang kurang efektif.

f. Sistem Pengereman. Rem tangan menggunakan cakram dibebaskan


dengan jangkauan tekanan 100 sampai dengan 130 bar dari kendaraan sistem
hidrolik. Jika terjadi tekanan rendah di bawah 100 bar, akumulator hidrolik terisi
hingga 130 bar dengan mesin menyala. Bila mesin mati, rem cakram bisa
dilepaskan sekitar 5 kali menggunakan tekanan yang tersimpan dalam akumulator.
Bila terjadi kerusakan pada sistem kelistrikan dari kendaraan tidak bekerja, maka
melepaskan rem cakram menggunakan tombol manual pada katup solenoid.
13

Panser Tarantula memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan yang dapat


dijelaskan oleh penulis adalah salah satunya kelebihan dan kekurangan yang akan
ditunjukkan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Kelebihan dan Kekurangan Panser Tarantula

Panser Tarantula
No
Kelebihan Kekurangan
1 Memiliki kemampuan amphibi Bentuk desain yang lebih besar
atau mengarung di air untuk kapasitas 3 orang
dengan kecepatan maksimal membuat keseimbangan yang
8 km/jam dimiliki Tarantula kurang.
2 Termasuk dalam golongan Chasis armour yang tebal dan
heavy Panser karena besar pada Tarantula membuat
memiliki berat total 18 ton manuver dari kendaran ini
berkurang
3 Memiliki lapisan body armour Sering terjadi kendala di sistem
setebal 6 mm sehingga tidak remnya yang menggunakan
tembus oleh peluru berkaliber cakram
12,7 mm
4 Senjata yang digunakan Sering mengalami kendala pada
Tarantula mempunyai daya sistem hidrolik
tolak balik yang rendah,
sehingga guncangan pada
kendaraan saat proyektil
dilepaskan sangat kecil.
5 Kapasitas BBM yang Perawatan dan pemeliharaan
mencapai 340 liter dapat yang sangat sulit dikarenakan
membuat Panser ini melaju sistemnya yang berbasis elektrik/
sampai 800 km elektronik.
14

9. Tugas Pokok Kompi Kavaleri 2/JRTR. Kompi Kavaleri 2/JRTR merupakan


satuan militer dari kecabangan kavaleri organik Kodam IV/Diponegoro yang mempunyai
tugas pokok melaksanakan pertempuran darat yang bersifat mobil dan berkendaraan
tempur panser guna mendukung tugas pokok Kodam IV/Diponegoro yang dititik beratkan
pada operasi pengintaian serta pelaksanaan pengamanan obyek vital dan pengamanan
VIP/VVIP diseluruh wilayah Kodam IV/Diponegoro.

10. Kerangka Pikir. Uma sekaran (Sugiyono, 2010:91) mengemukakan bahwa


“Kerangka berpikir merupakan konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting”. Kerangka berpikir
penelitian akan menjadi pedoman bagi peneliti dalam mengembangkan penelitian atau
melaksanakan penelitiannya. Dalam penelitian ini, kerangka peneliti berawal dari
modernisasi alutsista dijajaran TNI AD atau pembaharuan alutsista-alutsista baru yang
dimiliki satuan-satuan di jajaran TNI AD khususnya satuan-satuan yang memiliki
spesifikasi kendaraan tempur.
Dalam pembaharuan alutsista tersebut pasti terdapat beberapa perbedaan pada
spesifikasi alutsista hingga pembaharuan alutsista dilakukan guna untuk meningkatkan
kemampuan satuan dalam melaksanakan tugas operasi militer seperti kurangnya daya
tempur, daya tempuh kendaraan, daya tampung bahan bakar, penguasaan medan bagi
kendaraan yang akan berpengaruh terhadap daya gerak kendaraan tersebut, pengaruh
tenaga mesin terhadap laju kendaraan dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan
kemampuan dan spesifikasi dari alutsista pasti akan memberikan dampak yang cukup
signifikan terhadap satuan-satuan yang melakukan pembaharuan alutsista terhadap
kinerja satuan dalam melaksanakan berbagai tugas operasi militer satuan tersebut.
Berdasarkan fakta yang ada, banyak kendaraan-kendaraan tempur model lama
yang tergantikan oleh kendaraan-kendaraan model terbaru yang dinilai lebih dibandingkan
kendaraan tempur generasi sebelumnya. Tetapi, masih banyak juga satuan-satuan yang
masih menggunakan dan mempertahankan kendaraan-kendaraan tempur model lama
yang masih dinilai mempunyai kelebihan khusus dalam pelaksanaan tugas operasi yang
dilaksanakan di satuan tersebut dibanding dengan menggunakan kendaraan-kendaraan
tempur model terbaru yang telah dimiliki oleh beberapa satuan-satuan besar di jajaran
TNI AD.
Berdasarkan uraian di atas, diduga bahwa ada faktor-faktor spesifikasi dari alusista
terutama kendaraan tempur model lama dengan model baru yang berpengaruh kepada
15

berbagai kemampuan yang dimiliki oleh kendaraan tersebut, salah satunya adalah
kendaraan tempur yaitu Panser Anoa APC-3 dan Panser Tarantula. Dari kedua
kendaraan tersebut akan dilihat apakah ada perbedaan yang signifikan antara kedua
kendaraan tersebut dengan spesifikasinya adalah kemampuan Panser, ukuran Panser,
mesin, transmisi, kondisi ruang dalam kendaraan tempur dan sistem rem. Spesifikasi
tersebut akan dibandingkan dengan menggunakan metode perbandingan dua mean dan
akan dilihat mana dari kendaraan tersebut yang cocok dipakai dalam mendukung tugas
pokok TNI AD. Untuk lebih jelasnya dapat ditunjukkan dalam Gambar 3.

MODERNISASI
ALUTSISTA

KINERJA

PANSER ANOA PANSER


APC-3 6x6 TARANTULA

INDIKATOR

PERBANDINGAN
DUA MEAN

HASIL YANG
TERBAIK

Gambar 3. Pola pikir penelitian

11. Hipotesis. Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu anggapan yang mungkin
benar, dan sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan ataupun untuk dasar
penelitian lebih lanjut. Hipotesis statistik ialah suatu pernyataan tentang bentuk fungsi
suatu variabel atau tentang nilai sebenarnya suatu parameter. Berdasarkan pengertian ini,
hipotesa yang saya ambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
16

Ho : tidak ada perbedaan kinerja yang signifikan antara Panser Anoa APC-3 6x6
dan Panser Tarantula di Kompi Kavaleri 2 /JRTR.
H1 : adanya perbedaan kinerja yang signifikan antara Panser Anoa APC-3 6x6 dan
Panser Tarantula Di Kompi Kavaleri 2 /JRTR.

BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

12. Lokasi dan Metode Penelitian. Lokasi dan metode penelitian yang dilaksanakan
adalah sebagai berikut:
a. Lokasi Penelitian. Pelaksanaan penelitian dilakukan di kompi
Kavaleri 2 /JRTR.
b. Metode Penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah
pendekatan kuantitatif. Dalam suatu penelitian, metode penelitian diartikan sebagai
cara ilmiah mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,
2009:3). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif. Penelitian ini dikatakan kuantitatif karena hasil penelitian ini banyak
menggunakan angka-angka.
Dalam penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
pebandingan dua mean. Perbandingan dua mean adalah uji statistik yang
membandingkan mean 2 kelompok data. Perbandingan 2 kelompok data ini dicari
apabila peneliti ingin mencari perbedaan parameter antar 2 buah populasi data.
Umumnya untuk metode perbedaan dua mean ini biasa menggunakan pendekatan
distribusi z (uji z) ataupun distribusi t (uji t). Uji z digunakan apabila standart deviasi
populasi diketahui dan jumlah sampelnya besar. Apabila kedua syarat tersebut
tidak terpenuhi maka pendekatan yang dilaksanakan adalah pendekatan dengan
distribusi t atau uji t. Sebelum melaksanakan pengujian, peneliti harus lebih
memahami tentang 2 kelompok populasi yang akan diuji, apakah itu kelompok
yang independen atau de-independent.
17

13. Populasi dan Sampel.


a. Populasi. Populasi penelitian menurut Sugiyono (2009: 117), adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 108), populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
prajurit/anggota baik perwira, bintara maupun tamtama dari Kompi Kavaleri 2
/JRTR.

16
Tabel. 3 Deskripsi Populasi Kompi Kavaleri 2/JRTR

No Pangkat Jumlah
1 Bintara 25
2 Tamtama 95
Jumlah 120

b. Sampel. Dalam statistik dan metodologi penelitian kuantitatif, sampel


data adalah sekumpulan data yang dikumpulkan dan dipilih dari populasi statistik
dengan prosedur yang ditetapkan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sampling purposive. Menurut
Sugiono (2009 : 85) sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
perbandingan tertentu. Dalam penilitian ini penulis membahas tentang kendaraan
tempur khususnya Panser Anoa APC-3 dan Panser Anoa Tarantula. Maka sampel
sumber datanya adalah orang yang ahli atau mengerti tentang kendaraan tempur
khususnya Panser Anoa APC-3 6x6 dan Panser Tarantula di Kompi Kavaleri 2
/JRTR sebanyak 46 anggota yang ditunjukkan dalam Tabel 4.

Tabel. 4 Deskripsi sampel penelitian di Kompi Kavaleri 2/JRTR

No Pangkat Jumlah
1 Bintara 6
2 Tamtama 40
Jumlah 46
18

14. Instrumen Penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur


nilai variabel penelitian dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat maka
setiap instrumen harus mempunyai skala. Skala pengukuran yang digunakan dalam
penelitian ini adalah skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan presepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono,
2014:92). Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh
peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala likert, maka
variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator
tersebut dijadikan sebagai titik tolak dalam menyusun tiap-tiap butir instrumen yang dapat
berupa pernyataan atau pertanyaan.
Pernyataan terdiri dari 4 kategori jawaban untuk menentukan nilai dari kuesioner
yang diberikan kepada responden, maka tiap-tiap butir pernyataan/pertanyaan
mempunyai beberapa kemungkinan jawaban yang digolongkan dalam tingkat jawaban
sebagai berikut:
a. Jawaban sangat setuju (SS) memiliki nilai 4
b. Jawaban setuju (S) memiliki nilai 3
c. Jawaban tidak setuju (TS) memiliki nilai 2
d. Jawaban sangat tidak setuju (STS) memiliki nilai 1

Jawaban setiap butir instrumen yang menggunakan skala likert, mempunyai


gradasi penilaian dari sangat positif yang bernilai 4 sampai sangat negatif yang bernilai 1.
Skala tersebut digunakan sebagai dasar dalam mengkuantitatifkan data-data kualitatif
yang diperoleh sehingga dapat dilakukan analisis lebih lanjut. Kuesioner ini akan dibuat
berdasarkan variabel dan indikator masalah yang akan ditunjukkan dalam Tabel 5.

Tabel. 5 Tabel Variabel dan Indikator Masalah

No Variabel Definisi Indikator No Item/Butir


19

1. Kinerja Kinerja ranpur dapat dilihat


ranpur dari beberapa faktor yang
pada hal ini umumnya
berkaitan dengan spesifikasi
dan kelebihan mau- pun
kekurangan dari ranpur ter-
sebut. Hal-hal ini dapat sangat
berpengaruh bagi si
pengemudi ataupun yang
mengendarai ranpur tersebut
dikarenakan akan berpengaruh
terhadap moril, tingkat
kenyamanan, tingkat
kemudahan dan tingkat
mobilitas dari ranpur tersebut
dalam mendukung
pelaksanaan tugas pokok dari
satuan kendaraan tempur
tersebut.

2. Panser Anoa APC-3 (Angkut Personel 1. Kemampuan 1,2,5,15,16,19


Anoa APC- Sedang/Medium Personnel 2. Ukuran 3,4,6,18
3 6x6 Carrier) adalah sebuah kenda-
3. Mesin 7,10,14,22
raan militer lapis baja buatan
PT Pindad, Indonesia. Kenda-
4. Transmisi 8,11,23
raan ini dipergunakan untuk
mengangkut personel atau
dikenal dengan nama Panser 5. Kondisi kendaraan 9,12,16
pengangkut personel lapis
baja. Nama ANOA sendiri
diambil dari nama hewan Anoa
yaitu hewan sejenis kerbau 6. Sistem rem 13,20,21,24
yang merupakan hewan asli
Sulawesi.

3. Panser Panser 6x6 Tarantula Kanon 1. Kemampuan 25,26,34,33,37,39


Tarantula 90 mm merupakan kendaraan 2. Ukuran 27,28,38,40
tempur buatan Doosan DST 3. Mesin 29,35,36,41,46
4. Transmisi 30,40,42,45
Korea Selatan berbobot 18 ton
5. Kondisi
yang dilengkapi meriam 31,36,43,47
kendaraan
Cockerill Mk III 90 mm kanon
buatan CMI Defence Belgia
serta senjata mesin 6. Sistem rem 32,44,48
7,62mm/12,7mm untuk fungsi
serbuan
20

15. Teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang dilaksanakan


dalam penelitian adalah sebagai berikut:
a. Kuesioner. Teknik yang dipakai penulis untuk memperoleh data pada
metode kuantitatif adalah kuesioner untuk mendapatkan data mengenai
penggunaan atau karakteristik yang menonjol dari masing-masing kendaraan yang
dapat berpengaruh terhadap daya gerak kendaraan tersebut guna mendukung
tugas operasi militer di satuan tersebut.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara menggunakan
atau mengajukan beberapa pertanyaan maupun pernyataan dalam bentuk tertulis
yang diberikan kepada responden untuk dijawab. Dari hasil kuesioner yang
dibagikan dan telah dijawab oleh responden diperoleh data primer yang akan
digunakan dalam melakukan penelitian.
Kuesioner merupakan cara pengambilan data yang efisien, yang dapat
berupa pernyataan maupun pertanyaan tertutup ataupun terbuka dan dapat
diberikan kepada responden secara langsung, dikirim lewat pos maupun melalui
internet. Kuesioner yang penulis pilih adalah kuesioner tertutup dimana kuesioner
disusun dengan menyediakan jawaban yang sudah lengkap sehingga responden
tinggal memberi tanda terhadap jawaban yang dipilih.

b. Studi pustaka. Studi kepustakaan adalah kegiatan untuk menghimpun


informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang menjadi obyek penelitian.
Informasi tersebut dapat diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, tesis, disertasi,
ensiklopedia, internet, dan sumber-sumber lain.
Peneliti akan melakukan studi kepustakaan, baik sebelum maupun selama
dia melakukan penelitian. Studi kepustakaan memuat uraian sitematis tentang
kajian literatur dan hasil penelitian sebelumnya yang ada hubungannya dengan
penelitian yang akan dilakukan dan diusahakan menunjukkan kondisi mutakhir dari
bidang ilmu tersebut (the state of the art). Studi kepustakaan yang dilakukan
sebelum melakukan penelitian bertujuan untuk:     
1) Menemukan suatu masalah untuk diteliti.
2) Mencari informasi yang relevan dengan masalah yang akan diteliti.
3) Mengkaji beberapa teori dasar yang relevan dengan masalah yang
akan diteliti. 
21

4) Mencari landasan teori yang merupakan pedoman bagi pendekatan


pemecahan masalah dan pemikiran untuk perumusan hipotesis yang akan
diuji dalam penelitian. 
5) Memperdalam pengetahuan peneliti tentang masalah dan bidang
yang akan diteliti. Mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada
kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.
6) Menelaah basil penelitian sebelumnya diarahkan pada sebagian atau
seluruh dari unsur-unsur penelitian yaitu tujuan penelitian, metode, analisis,
hasil utama dan kesimpulan. Mendapat informasi tentang aspek-aspek
mana dari suatu masalah yang sudah pernah diteliti untuk menghindari agar
tidak meneliti hal yang sama.

16. Teknik Analisis Data. Dalam teknik analisis data yang dilaksanakan dalam
penelitian adalah sebagai berikut:
a. Uji Validitas. Uji validitas mengetahui kelayakan butir-butir dalam
suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Menilai masing-
masing butir pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Menilai masing-
masing butir pertanyaan dapat dilihat dari nilai correcte item-total correlation.
(Bhuono 2005:67). Suatu butir pertanyaan dikatakan valid jika nilai r-hitung yang
merupakan nilai dari corrected item-total correlation dari r-tabel yang diperoleh
melalui DF (Degree of Freedom), (Bhuono 2005:72). Untuk menguji valid tidaknya
pertanyaan dapat dilakukan melalui program computer Excel Statistc Analysis And
SPSS.

b. Uji Reliabilitas. Uji Reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan


konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-
konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam
suatu bentuk kuesioner. Alat ukur yang akan digunakan adalah cronbachalpa
melalui program komputer Excel Statistic Analysis & SPSS. Reliabilitas suatu
konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai cronbachalpa 0,60 (Bhuono
2005:72).

c. Uji normalitas. Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah


data berdistribusi normal atau tidak. Dan memiliki distribusi data secara normal
atau mendekati normal untuk menguji normalitas data dapat dilakukan dengan dua
22

cara, yang pertama dengan melihat grafik normal probability plot dasar
pengambilan keputusan dari tampilan grafik normal probability plot yang mengacu
pada:

1) Jika data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, berarti menunjukkan pola distribusi yang normal sehingga
model regresi dapat memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data (titik) menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal berarti tidak menunjukkan pola distribusi
normal sehingga model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Pengujian normalitas yang lain yang lebih baik dilakukan adalah dengan
menggunakan analisis statistik. Pengujian ini digunakan untuk menguji
normalitas residual suatu model regresi adalah dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirov Dalam uji Kolmogorov-Smirov, suatu data dikatakan
normal apabila nilai Asympotic Significant lebih dari 0,05 Dasar pengambilan
keputusan dalam uji K-S adalah:

a) Apabila probabilitas nilai 2 uji K-S tidak signifikan < 0,05


secara statistik maka Ho ditolak, yang berarti data terdistribusi tidak
normal.
b) Apabila probabilitas nilai 2 uji K-S signifikan > 0,05 secara
statistik Ho diterima, yang berarti data terdistribusi normal (Yangs
Analisa 2011:43).

d. Analisis statistik Deskriptif. Analisis statistic deskriptif adalah statistik


yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Termaksud dalam statistik deskriptif adalah penyajian data melalui tabel, grafik,
diagram lingkaran, piktogram, perhitungan modus, median, mean (pengukuran
tendensi sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data melalui
perhitungan rata-rata dan standar deviasi ( Melinda, 2015: 40).
23

e. Uji T (one sample t test). Hipotesa statistik merupakan suatu


pertanyaan probabilitas dari satu atau lebih parameter populasi yang mungkin
benar atau mungkin salah. Benar atau salahnya satu hipotesis tersebut tidak dapat
diketahui dengan pasti dan tentu saja, dalam situasi demikian tidak mungkin
dilakukan. Untuk menguji hipotesis yang diajukan bermakna atau tidak maka
digunakan uji t. Uji t statistik digunakan untuk menguji apakah ada perbedaan
variabel x1 dengan variabel x2. Hipotesis nol dan hipotesis alternatif yang akan
diuji pada uji t stistik adalah:
1) Ho : µ1=µ2; tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata
variabel 1 dengan variabel 2; dan
2) H1 : µ1≠µ2; terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata
variabel x1 dengan variabel x2.

Hipotesis diterima atau ditolak dengan cara membandingkan nilai t hitung


dengan nilai t tabel. Nilai t hitung dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

Dimana:
t = test hipotesa
= rata-rata sampel

n = jumlah data
= rata-rata populasi

= standart deviasi

Nilai t tabel diperoleh dengan mengetahui tingkat signifikasi (), serta


derajat bebas sebesar n-1. Sedangkan penolakan hipotesa atau signifikan pada
taraf 5% (taraf kepercayaan 95%). Untuk mempermudah perhitungan pengujian
hipotesis di atas digunakan program komputer SPSS.

Ketentuan penerimaan atau penolakan hipotesa Ho adalah sebagai berikut:


1) t hit < - t tabel atau t hit > t tabel. Ho ditolak, H1 diterima artinya
terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok variabel 1 dengan
variabel 2; dan
2) t tabel ≤ t hit ≤ t tabel. Ho diterima, H1 ditolak artinya tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelompok variabel 1 dengan variabel 2
24

f. Uji Dua Mean (paired sample T test). Uji statistik yang membandingkan
mean dua kelompok data. Perbandingan dua kelompok data ini dicari apabila
peneliti ingin mencari perbedaan parameter antar dua buah populasi data.
Umumnya untuk metode perbedaan dua mean ini biasa menggunakan
pendekatan distribusi z (uji z) ataupun distribusi t (uji t). Uji z digunakan
apabila standar deviasi populasi diketahui dan jumlah sampelnya besar.
Apabila kedua syarat tersebut tidak terpenuhi maka pendekatan yang
dilaksanakan adalah pendekatan dengan distribusi t atau uji t. Nilai dapat
diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :
= rata-rata sampel 1

= rata-rata sampel 2

= simpangan baku sampel 1

= simpangan baku sampel 2

= varian sampel 1

= varian sampel 2

= korelasi antara 2 sampel

17. Hasil Penelitian. Setelah peneliti melaksanakan penelitian terhadap prajurit


kompi Kavaleri 2/JRTR diperoleh data dan fakta sebagai berikut:
a. Tingkat Usia Responden. Responden yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Prajurit Kompi Kavaleri 2 /JRTR. Mereka berumur 19 tahun
sampai dengan 40 tahun. Responden tersebut dikelompokkan ke dalam 5 kategori,
sehingga setiap kelompok mempunyai rentang umur 5 tahun. Responden
berdasarkan umur dapat dikelompokkan dalam kategori umur 19 – 25 tahun,
26 – 30 tahun, 31 – 35 tahun, 36 – 40 tahun, dan diatas 40 tahun. Berikut adalah
deskriptif responden berdasarkan usia dijelaskan pada Tabel 6.
25

Tabel 6. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia


No. Usia Frekuensi Persentase (%)
1 19 – 25 Tahun 11 25
2 26 – 30 Tahun 16 36
3 31 – 35 Tahun 8 18
4 36 – 40 Tahun 6 14
5 Diatas 40 Tahun 3 7
Jumlah 46 100,0

Gambar 4. Grafik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan Tabel 6 dan Gambar 4 yang menunjukkan grafik responden


berdasarkan usia tersebut dapat dilihat bahwa dari 46 Prajurit Kompi Kavaleri 2
/JRTR yang diambil sebagai sampel paling banyak berusia 26-30 tahun yaitu
mencapai 16 orang atau sekitar 36%, kemudian disusul oleh responden yang
berusia 19-25 tahun sebanyak 11 orang atau sekitar 25%, responden yang berusia
di 31-35 tahun sebanyak 8 orang atau sekitar 18%, responden yang berusia lebih
dari 36-40 tahun sebanyak 6 orang atau sekitar 14%, dan paling sedikit adalah
responden yang berusia diatas 40 tahun hanya 3 orang atau sekitar 7%. Maka
dalam penelitian ini bisa dipastikan bahwa hasil dari kuisioner berdasarkan
pendapat dari prajurit-prajurit yang memiliki umur paling banyak yaitu 26-30 tahun
dan telah berpengalaman berdasarkan pengalaman selama masa dinas mereka di
satuan Kavaleri.
26

b. Pangkat Responden. Responden yang digunakan dalam penelitian ini


adalah Prajurit Kompi Kavaleri 2 /JRTR dengan perincian yang ditunjukkan dalam
Tabel 7.
Tabel 7. Deskripsi Responden Berdasarkan Pangkat
No. Pangkat Frekuensi Persentase (%)
1 Bintara 6 13
2 Tamtama 40 87
Jumlah 46 100,0

Gambar 5. Grafik Responden Berdasarkan Pangkat

Berdasarkan Tabel 7 dan Gambar 5 yang menunjukkan grafik responden


berdasarkan pangkat tersebut dapat dilihat bahwa dari 46 orang responden yang
sebagian besar berpangkat tamtama yaitu sebanyak 40 orang atau sekitar 87%,
sedangkan yang berpangkat bintara sebanyak 6 orang atau sekitar 13%. Maka
dalam penelitian ini akan sesuai dengan pelaksanaan sebenarnya bahwa prajurit
yang berpangkat tamtama akan lebih banyak dari pada bintara dan perwira, dan
juga prajurit yang berpangkat tamtama memiliki peran yang penting karena
bersentuhan langsung dengan kendaraan tempur yang ada di satuan.
c. Masa Kerja Responden. Prajurit Kompi Kavaleri 2 /JRTR mempunyai
masa kerja paling senior ada yang lebih dari 15 tahun dan paling yunior adalah 0
tahun. Responden tersebut dikelompokkan ke dalam 4 kategori, sehingga setiap
kelompok mempunyai rentang masa kerja 5 tahun. Responden berdasarkan masa
kerja dapat dikelompokkan dengan masa kerja 0-5 tahun, 6-10 tahun, 11-15 tahun,
27

dan masa kerja lebih dari 15 tahun. Berikut adalah deskriptif responden
berdasarkan masa kerja yang ditunjukkan dalam Tabel 8.

Tabel 8. Deskripsi Responden Berdasarkan Masa Kerja


No. Masa Kerja Frekuensi Persentase (%)
1 0 - 5Tahun 17 37
2 6 - 10 Tahun 23 50
3 11 - 15 Tahun 5 11
4 > 15 Tahun 1 2
Jumlah 46 100,0

Gambar 6. Grafik Responden Berdasarkan Masa Kerja

Berdasarkan Tabel 8 dan Gambar 6 yang menunjukkan grafik responden


berdasarkan masa kerja tersebut dapat dilihat bahwa dari 46 Personel kompi
Kavaleri 2 /JRTR yang diambil sebagai sampel paling banyak mempunyai masa
kerja 6-10 tahun yaitu mencapai 23 orang atau sekitar 50%, kemudian disusul oleh
responden yang mempunyai masa kerja 0-5 tahun sebanyak 17 orang atau sekitar
37%, responden yang mempunyai masa kerja 11-15 tahun sebanyak 5 orang atau
sekitar 11%, dan paling sedikit adalah responden yang mempunyai masa kerja lebih
dari 15 tahun sebanyak 1 orang atau sekitar 2%. Maka dalam penelitian ini
keterkaitannya dengan banyaknya pengalaman yang telah dimiliki oleh prajurit di
Kompi Kavaleri 2 /JRTR terutama dalam hal kendaraan tempur.
28

18. Uji Instrumen Penelitian. Berdasarkan hasil data yang diperoleh oleh
peneliti maka dilakukan pengolahan data dan beberapa pengujian sebagai berikut:

a. Uji Validitas. Uji validitas instrumen diukur menggunakan corrected


item total correlation. Pada penelitian ini terkumpul responden sebanyak 46 orang
sehingga diperoleh n = 46, maka r kritis satu sisi untuk n = 46 dan α = 5% adalah
r(n – 2; 0,05) jadi rtabel(46 – 2; 0,05) = 0,291. Apabila hasilnya r hitung lebih besar
dari nilai kritisnya yaitu sebesar 0,291; maka instrumen tersebut dapat dikatakan
valid.
Tabel 9. Hasil Uji Validitas Variabel Anoa APC-3 6x6
Variabel Item R Rkritis Keterangan
Anoa APC-3 (X1) A01 0,394 0,291 Valid
A02 0,436 0,291 Valid
A03 0,363 0,291 Valid
A04 0,551 0,291 Valid
A05 0,566 0,291 Valid
A06 0.452 0,291 Valid
A07 0,574 0,291 Valid
A08 0,199 0,291 Tidak Valid
A09 0,523 0,291 Valid
A10 0,489 0,291 Valid
A11 0,705 0,291 Valid
A12 0,532 0,291 Valid
A13 0,671 0,291 Valid
A14 0,679 0,291 Valid
A15 0,566 0,291 Valid
A16 0,402 0,291 Valid
A17 0,486 0,291 Valid
A18 0,398 0,291 Valid
A19 0,520 0,291 Valid
A20 0,553 0,291 Valid
A21 0,614 0,291 Valid
A22 0,676 0,291 Valid
A23 0,446 0,291 Valid
A24 0,641 0,291 Valid

Berdasarkan hasil uji validitas variabel penelitian yang ditunjukkan dalam


Tabel 9 menunjukkan bahwa tidak seluruh item mempunyai nilai lebih besar dari r
tabel (0,291). Oleh karena itu seluruh item dalam penelitian ini dinyatakan tidak
valid akan dibuang dan hanya data valid yang akan digunakan untuk analisis
penelitian berikutnya.
Tabel 10. Hasil Uji Validitas Variabel Anoa APC-3 6x6
Variabel Item r hitung r tabel Keterangan
29

Anoa APC-3 (X1) A01 0,394 0,291 Valid


A02 0,436 0,291 Valid
A03 0,363 0,291 Valid
A04 0,551 0,291 Valid
A05 0,566 0,291 Valid
A06 0.452 0,291 Valid
A07 0,574 0,291 Valid
A09 0,523 0,291 Valid
A10 0,489 0,291 Valid
A11 0,705 0,291 Valid
A12 0,532 0,291 Valid
A13 0,671 0,291 Valid
A14 0,679 0,291 Valid
A15 0,566 0,291 Valid
A16 0,402 0,291 Valid
A17 0,486 0,291 Valid
A18 0,398 0,291 Valid
A19 0,520 0,291 Valid
A20 0,553 0,291 Valid
A21 0,614 0,291 Valid
A22 0,676 0,291 Valid
A23 0,446 0,291 Valid
A24 0,641 0,291 Valid
Berdasarkan hasil uji validitas variabel penelitian yang ditunjukkan dalam
Tabel 10 menunjukkan bahwa seluruh item mempunyai nilai lebih besar dari r tabel
(0,291). Oleh karena itu seluruh item dalam penelitian ini dinyatakan valid, data
yang valid yang akan digunakan untuk penelitian analisis berikutnya.
Tabel 11. Hasil Uji Validitas Variabel Tarantula
Variabel Item R Rkritis Keterangan
Tarantula (X2) T01 0,117 0,291 Tidak Valid
T02 0,367 0,291 Valid
T03 0,442 0,291 Valid
T04 0,340 0,291 Valid
T05 0,220 0,291 Tidak Valid
T06 0,390 0,291 Valid
T07 0,130 0,291 Tidak Valid
T08 0,521 0,291 Valid
T09 0,513 0,291 Valid
T10 0,302 0,291 Valid
T11 0,455 0,291 Valid
T12 0,310 0,291 Valid
T13 0,366 0,291 Valid
T14 0,452 0,291 Valid
T15 0,801 0,291 Valid
T16 0,534 0,291 Valid
T17 0,693 0,291 Valid
T18 0,551 0,291 Valid
T19 0,210 0,291 Tidak Valid
T20 0,331 0,291 Valid
T21 0,677 0,291 Valid
T22 0,610 0,291 Valid
T23 0,581 0,291 Valid
T24 0,756 0,291 Valid
30

Berdasarkan hasil uji validitas variabel penelitian yang ditunjukkan dalam


Tabel 11 menunjukkan bahwa tidak seluruh item mempunyai nilai lebih besar dari r
tabel (0,291). Oleh karena itu seluruh item dalam penelitian ini dinyatakan tidak
valid akan dibuang dan dihanya data yang valid yang akan digunakan untuk
penelitian analisis berikutnya:
Tabel 12. Hasil Uji Validitas Variabel Tarantula

Variabel Item R Rkritis Keterangan

Tarantula (X2) T02 0,367 0,291 Valid


T03 0,442 0,291 Valid
T04 0,340 0,291 Valid
T06 0,390 0,291 Valid
T08 0,521 0,291 Valid
T09 0,513 0,291 Valid
T10 0,302 0,291 Valid
T11 0,455 0,291 Valid
T12 0,310 0,291 Valid
T13 0,366 0,291 Valid
T14 0,452 0,291 Valid
T15 0,801 0,291 Valid
T16 0,534 0,291 Valid
T17 0,693 0,291 Valid
T18 0,551 0,291 Valid
T20 0,331 0,291 Valid
T21 0,677 0,291 Valid
T22 0,610 0,291 Valid
T23 0,581 0,291 Valid
T24 0,756 0,291 Valid

Berdasarkan hasil uji validitas variabel penelitian yang ditunjukkan dalam


Tabel 12 menunjukkan bahwa seluruh item mempunyai nilai lebih besar dari r tabel
(0,291). Oleh karena itu seluruh item dalam penelitian ini dinyatakan valid, data
yang valid yang akan digunakan untuk penelitian analisis berikutnya.

b. Uji Reliabilitas Variabel Penelitian. Untuk Menurut Sugiono (2015:184)


untuk mengintepretasikan koefisien reliabilitas digunakan kategori sebagai berikut:
Tabel 13. Intepretasi Koefisien Korelasi (r)
No Interval koefisien Kriteria
1 0,00 – 0,199 Sangat Lemah
2 0,20 – 0,399 Lemah
3 0,40 – 0,599 Sedang
4 0,60 – 0,799 Kuat
5 0,80 – 1,000 Sangat Kuat
31

Hasil uji reliabilitas item pertanyaan pada kuesioner dapat ditunjukkan dalam Tabel
14 sebagai berikut :
Tabel 14. Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Alpha cronbach Keterangan


Anoa APC-3 0,908 Sangat Reliabel
Tarantula 0,886 Sangat Reliabel

Berdasarkan Tabel 14 di atas diperoleh hasil alpha cronbach variabel


seluruh variabel mempunyai alpha cronbach yang terletak antara 0,80 – 1,00. Hal
ini menunjukkan bahwa variabel penelitian dapat dinyatakan sangat reliabel
(handal) sehingga dapat direkomendasikan untuk dipergunakan bagi penelitian lain
yang akan datang.

c. Uji Normalitas. Uji normalitas digunakan untuk menguji yang digunakan


normal atau tidak. (Santoso 2010) uji normalitas adalah melaksanakan tes atau uji
apakah data sebaran datanya normal. Uji normalitas dapat menggunakan Teknik
kolmogorov smirnov, dengan Teknik ini suatu data dapat dikatakan normal ketika
memiliki nilai signifikan atau nilai alpha sebesar 0,05(P>α 0,05). Hasil uji normalitas
yang ditunjukkan dalam Tabel 15.

Tabel 15. Hasil Uji Normalitas


One-Sampel Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 46
Normal Parameters a,b
Mean .0000000
Std.
4.57074363
Deviation
Most Extreme Absolute .152
Differences Positive .152
Negative -.068
Test Statistic .152
Asymp. Sig. (2-tailed) .0,056c
Keterangan:
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
32

c. Lilliefors Significance Correction.

Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa distribusi data normal, hal itu


dikarenakan nilai dari signifikan (p) 0,056 dan nilai tersebut lebih besar dari 0,05.

d. Deskripsi Data Penelitian. Dari data penelitian yang ada, maka


diperoleh data deskripsi mengenai skala perbandingan keunggulan kendaraan
tempur berdasarkan indikator-indikator yang terdapat pada Tabel 16.

Tabel. 16. Rata-rata Total Anoa dan Tarantula


Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Anoa APC-3 6x6 46 55 92 69.80 6.476
Tarantula 46 42 76 59.04 5.601

Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa nilai dari rata-rata Anoa yang


diperoleh dari total keseluruhan data adalah 69,80, sedangkan nilai rata-rata
Tarantula yang diambil dengan data yang sama adalah 59,04. Pada Tabel 12
terlihat perbedaan antara rata-rata Anoa dan Tarantula, dimana nilai rata-rata Anoa
lebih besar daripada nilai rata rata Tarantula. Hal ini menunjukan bahwa dalam hal
keseluruhan dari seluruh indikator Anoa jauh lebih unggul.
Dengan adanya perbedaan rata-rata Anoa yang lebih tinggi dari pada rata-
rata Tarantula. Maka perlu diadakan uji T sampel tunggal (one sampel T test)
untuk melihat signifikansi perbedaan antara rata-rata Anoa dan Tarantula. Hal
tersebut disajikan dalam Tabel 17.

Tabel. 17. Uji T rata-rata Anoa dan Tarantula


One-Sampel Test
Test Value = 59.04
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Difference
t df tailed) Difference Lower Upper
33

KP total 42.397 45 .000 69.808 66.49 73.12

Pada Tabel 17 diketahui bahwa nilai signifikan yaitu 0,000 (P<0,05) hal ini
menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata Anoa dan
rata-rata Tarantula (69,808). Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
Anoa lebih unggul.

e. Analisis Data. Berikut ini akan ditunjukkan analisis data perindikator


untuk perbandingan antara Panser Anoa APC-3 6x6 dengan Panser Tarantula
yaitu kemampuan kendaraan, ukuran kendaraan, mesin kendaraan, transmisi
kendaraan, kondisi kendaraan, sistem rem yang terdapat pada kendaraan tersebut
sebagai berikut:
1) Kemampuan. Data deskripsi kemampuan kendaraan tempur
dapat ditunjukkan dalam Tabel 18.

Tabel 18. Data deskripsi indikator kemampuan


Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Anoa APC-3 6x6 46 14 24 18.02 2.124
Tarantula 46 12 20 14.93 1.340

Berdasarkan Tabel 18 diketahui bahwa ada perbedaan rata-rata


kemampuan Anoa lebih besar dari rata-rata kemampuan Tarantula. Hal ini
menunjukan bahwa kemampuan Panser Anoa APC-3 6x6 lebih unggul dari
Panser Tarantula (rata-rata Anoa = 18,02 > rata-rata Tarantula = 14,93).
Perbedaan antara rata-rata kemampuan Anoa dan rata-rata
kemampuan Tarantula di uji dengan menggunakan uji sampel tunggal (one
sampel T test) yang akan ditunjukkan dalam Tabel 19.

Tabel 19. Rata-rata Anoa dan rata-rata Tarantula


One-Sampel Test
Test Value = 14.93
34

95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Difference
t df tailed) Difference Lower Upper
kemampuan 39.193 45 .000 18.027 17.10 18.95

Berdasarkan hasil uji t yang ditunjukkan dalam Tabel 19 diketahui


nilai signifikansinya 0,000, hasil ini menjelaskan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara rata-rata kemampuan Panser Anoa APC-3 6x6 dan
rata-rata kemampuan Panser Tarantula dengan perbedaan mean=18,027.
Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan Panser Anoa APC-3
6x6 lebih unggul dari pada kemampuan Panser Tarantula. Panser Anoa
memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mengarungi medan yang basah
maupun kering, karena memiliki body yang lebih pendek sehingga mudah
bermanuver.
Perbedaan kecenderungan terhadap kemampuan yang dimiliki
masing-masing kendaraan tempur memiliki kategori nilai yang tinggi maupun
rendah tersebut merupakan perbedaan reaksi yang terjadi pada pengguna
kendaraan tempur tersebut. Meskipun kedua kendaraan memiliki fungsi dan
peran yang sama, tetapi pemilik kelompok kemampuan yang lebih tinggi
akan lebih unggul dan mempermudah dalam segala bentuk operasi yang
akan dihadapi oleh satuan Kompi Kavaleri 2/JRTR.

2) Ukuran. Data deskripsi tentang pengaruh ukuran terhadap


kinerja kendaraan tempur dapat ditunjukkan dalam Tabel 20.

Tabel 20. Data deskripsi indikator ukuran


Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Anoa APC-3 6x6 46 9 16 12.22 1.315
Tarantula 46 10 16 11.93 1.162
35

Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa ada perbedaan rata-rata


pengaruh ukuran Anoa lebih besar dari rata-rata pengaruh ukuran Tarantula.
Hal ini menunjukan bahwa pengaruh ukuran Panser Anoa APC-3 6x6 lebih
unggul dari pada pengaruh ukuran Panser Tarantula (rata-rata Anoa = 12,22
> rata-rata Tarantula = 11,93).

Perbedaan antara rata-rata pengaruh ukuran Anoa dan rata-rata


pengaruh ukuran Tarantula di uji dengan menggunakan uji sampel tunggal
(one sampel T test) yang akan ditunjukkan dalam Tabel 21.

Tabel 21. Rata-rata Anoa dan rata-rata Tarantula


One-Sampel Test
Test Value = 11.93
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Difference
t df tailed) Difference Lower Upper
ukuran 38.563 45 .000 12.222 11.58 12.86

Berdasarkan hasil uji t yang ditunjukkan dalam Tabel 21 diketahui


nilai signifikansinya 0,000, hasil ini menjelaskan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara rata-rata pengaruh ukuran Panser Anoa APC-3 6x6
dan rata-rata pengaruh ukuran Panser Tarantula dengan perbedaan mean =
12,222. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh ukuran Panser
Anoa APC-3 6x6 lebih unggul dari pada pengaruh ukuran Panser Tarantula.
Perbedaan terhadap ukuran yang dimiliki kedua panser tersebut
ternyata responden lebih memilih yang ukurannya lebih kecil atau lebih
pendek. Dimana panser Anoa APC-3 6x6 memiliki tinggi 2,170 m dan
panser Tarantula 3 m perbedaan ini akan berpengaruh terhadap reaksi yang
terjadi pada pengguna kendaraan tempur tersebut. Meskipun kedua
kendaraan memiliki fungsi dan peran yang sama, tetapi pengaruh ukuran
yang lebih rendah akan lebih unggul dan mempermudah dalam segala
bentuk operasi yang akan dihadapi oleh satuan Kompi Kavaleri 2/JRTR.
36

3) Mesin. Data deskripsi tentang pengaruh jenis mesin terhadap


kinerja kendaraan tempur dapat ditunjukkan dalam Tabel 22.

Tabel 22. Data deskripsi indikator mesin


Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Anoa APC-3 6x6 46 10 16 12.15 1.282
Tarantula 46 8 15 11.70 1.412

Berdasarkan Tabel 22 diketahui bahwa ada perbedaan rata-rata


pengaruh jenis mesin Anoa lebih besar dari rata-rata pengaruh jenis mesin
Tarantula. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh jenis mesin Panser Anoa
APC-3 6x6 lebih unggul dari pada pengaruh jenis mesin Panser Tarantula
(rata-rata Anoa = 12,15 > rata-rata Tarantula = 11,70)
Perbedaan antara rata-rata pengaruh jenis mesin Anoa dan rata-rata
pengaruh jenis mesin Tarantula di uji dengan menggunakan uji sampel
tunggal (one sampel T test) yang akan disajikan pada Tabel 23.

Tabel 23. Rata-rata Anoa dan rata-rata Tarantula


One-Sampel Test
Test Value = 11.70
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Difference
t df tailed) Difference Lower Upper
mesin 34.020 45 .000 12.148 11.43 12.87

Berdasarkan hasil uji T pada Tabel 23 diketahui nilai signifikansinya


0,000, hasil ini menjelaskan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
37

antara rata-rata pengaruh jenis mesin Panser Anoa APC-3 6x6 dan rata-rata
pengaruh jenis mesin Panser Tarantula dengan perbedaan mean=12,148.
Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh jenis mesin Panser Anoa
APC-3 6x6 lebih unggul dari pada pengaruh jenis mesin Panser Tarantula.
Mesin Panser Anoa APC-3 6x6 yang memiliki model gabungan
antara watercooler dan intercooler untuk mencegah mesin mengalami
kelebihan panas, sedangkan Model mesin dari Panser Tarantula adalah
gabungan antara turbocharger dan intercooler. Sedangkan jumlah silinder
pada Mesin Panser Anoa maupun Panser Tarantula sama yaitu 6 Cylinder
in-line. Perbedaan jenis mesin yang dimiliki masing-masing kendaraan
tempur bagi pengguna kendaraan tersebut dirasa lebih unggul Panser Anoa
dalam penggunaannya.

4) Transmisi. Data deskripsi tentang pengaruh Transmisi terhadap


kinerja kendaraan tempur dapat ditunjukkan dalam Tabel 24.

Tabel 24. Data deskripsi indikator Transmisi


Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Anoa APC-3 6x6 46 4 8 6.02 .745
Tarantula 46 6 16 11.89 1.479

Berdasarkan Tabel 24 diketahui bahwa ada perbedaan rata-rata


pengaruh Transmisi Tarantula lebih besar dari rata-rata pengaruh Transmisi
Anoa. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh Transmisi Panser Tarantula
lebih unggul dari pada pengaruh Transmisi Panser Anoa APC-3 6x6 (rata-
rata Anoa = 6,02 < rata-rata Tarantula = 11,89).
Perbedaan antara rata-rata pengaruh Transmisi Anoa dan rata-rata
pengaruh Transmisi Tarantula di uji dengan menggunakan uji sampel
tunggal (one sampel T test) yang akan ditunjukkan dalam Tabel 25.

Tabel 25. Rata-rata Anoa dan rata-rata Tarantula


One-Sampel Test
38

Test Value = 11.89


95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Difference
t df tailed) Difference Lower Upper
transmisi 20.560 45 .000 6.023 5.43 6.61

Berdasarkan hasil uji t pada Tabel 25 diketahui nilai signifikansinya


0,000, hasil ini menjelaskan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara rata-rata pengaruh Tranmisi Panser Anoa APC-3 6x6 dan rata-rata
pengaruh Tranmisi Panser Tarantula dengan perbedaan mean = 6,023.
Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh Transmisi Panser
Tarantula lebih unggul dari pada pengaruh Transmisi Panser Anoa APC-3
6x6.
Sistem transmisi yang dimiliki Panser Anoa APC-3 6x6 adalah sistem
kopling knock-up yang mudah diperbaiki dengan alkap yang ada pada
satuan di Indonesia. Sedangkan Input transmisi kendaraan Panser
Tarantula berjenis Torque converter dengan Kopling Lock-up, yang sulit
diperbaiki dengan alkap yang ada pada satuan di Indonesia. Meskipun
demikian dalam penggunaan para anggota Kompi Kavaleri 2/JRTR lebih
memilih system transmisi pada panser Tarantula.

5) Kondisi kendaraan. Data deskripsi tentang pengaruh kondisi


kendaraan terhadap kinerja kendaraan tempur dapat ditunjukkan dalam
Tabel 26.

Tabel 26. Data deskripsi indikator kondisi kendaraan


Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Anoa APC-3 6x6 46 7 12 9.39 1.064
Tarantula 46 4 8 5.63 .878
39

Berdasarkan Tabel 26 diketahui bahwa ada perbedaan rata-rata


pengaruh kondisi kendaraan Anoa lebih besar dari rata-rata pengaruh
kondisi kendaraan Tarantula. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh kondisi
kendaraan Panser Anoa APC-3 6x6 lebih unggul dari pada pengaruh kondisi
kendaraan Panser Tarantula (rata-rata Anoa = 9,39 < rata-rata Tarantula =
5,63).
Perbedaan antara rata-rata pengaruh kondisi kendaraan Anoa dan
rata-rata pengaruh kondisi kendaraan Tarantula di uji dengan menggunakan
uji sampel tunggal (one sampel T test) yang akan ditunjukkan dalam Tabel
27.

Tabel 27. Rata-rata Anoa dan rata-rata Tarantula


One-Sampel Test
Test Value = 5.63
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Difference
t df tailed) Difference Lower Upper
Kondisi ranpur 40.561 45 .000 9.392 8.93 9.86

Berdasarkan hasil uji T pada Tabel 27 diketahui nilai signifikansinya


0,000, hasil ini menjelaskan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara rata-rata pengaruh kondisi kendaraan Panser Anoa APC-3 6x6 dan
rata-rata pengaruh kondisi kendaraan Panser Tarantula dengan perbedaan
mean = 9,392. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh kondisi
kendaraan Panser Anoa APC-3 6x6 lebih unggul dari pada pengaruh kondisi
kendaraan Panser Tarantula.
Perawatan panser Anoa APC-3 6x6 cukup mudah karena alat
perlengkapan untuk perbaikan dimiliki oleh satuan Kikavser 2/JRTR. Untuk
perawatan panser Tarantula cukup sulit dikarenakan sistem elektrik dan
hidrolik kendaraan tempur yang cukup rumit. Dari kedua alasan tersebut
anggota kompi Kavaleri 2/JRTR lebih mengunggulkan Panser Anoa APC-3
6x6 dalam hal kondisi Panser..
40

6) Sistem Pengereman. Data diskripsi tentang pengaruh Sistem


Rem terhadap kinerja kendaraan tempur dapat ditunjukkan dalam Tabel 28.

Tabel 28. Data deskripsi indikator sistem rem


Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Anoa APC-3 6x6 46 6 16 11.96 1.382
Tarantula 46 5 12 8.74 1.219

Berdasarkan Tabel 28 diketahui bahwa ada perbedaan rata-rata


pengaruh sistem rem Anoa lebih besar dari rata-rata pengaruh sistem rem
Tarantula. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh sistem rem Panser Anoa
APC-3 6x6 lebih unggul dari pada pengaruh sistem rem Panser Tarantula
(rata-rata Anoa = 11,96 < rata-rata Tarantula = 8,74)
Perbedaan antara rata-rata pengaruh sistem rem Anoa dan rata-rata
pengaruh sistem rem Tarantula di uji dengan menggunakan uji sampel
tunggal (one sampel T test) yang akan ditunjukkan dalam Tabel 29.

Tabel 29. Rata-rata Anoa dan rata-rata Tarantula


One-Sampel Test
Test Value = 8.74
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Difference
t df tailed) Difference Lower Upper
Sistem rem 36.045 45 .000 11.956 11.29 12.62

Berdasarkan hasil uji t yang ditunjukkan dalam Tabel 29 diketahui


nilai signifikansinya 0,000, hasil ini menjelaskan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara rata-rata pengaruh sistem rem Panser Anoa APC-3
6x6 dan rata-rata pengaruh sistem rem Panser Tarantula dengan perbedaan
41

mean=11,956. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh sistem


rem Panser Anoa APC-3 6x6 lebih unggul dari pada pengaruh sistem rem
Panser Tarantula.
Sistem rem pada Panser Anoa APC-33 menggunakan sistem batang
dan menggunakan sistem gas dengan 1 tabung gas sebagai wadah.
Sedangkan Sistem rem yang ada pada Panser Tarantula yang
menggunakan cakram dengan menggunakan sistem gas dengan 2 tabung

Paired Sampels Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 Anoa APC-3 6x6 & Tarantula 46 .708 .000
gas sebagai wadah. Hal ini sitem pengereman pada panser Anoa APC-3
6x6 memiliki system pengereman yang lebih baik karena lebih efektif.

7) Paired Sampel T Test. Berdasarkan data yang telah ada maka


akan dilaksankan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui signifikansi dari
data yang telah diperoleh, dihitung dan ditetapkan lagi oleh uji sampel
tunggal (one sampel t test). karena data yang ada pada pembahasan ini
adalah data berpasangan maka akan diperjelas oleh uji paired sampel t test
dan akan ditunjukkan dalam Tabel 30.
Tabel 30. Corelasi sampel t Anoa APC-3 6x6 dan Tarantula

Berdasarkan yang ditunjukkan dalam Tabel 30 dijelaskan bahwa dari


46 sampel yang telah dilaksanakan penelitian memiliki korelasi 0,708 yang
berarti memiliki pengaruh yang cukup terhadap variabel yang ada dan
memiliki 0,000 signifikansi yang menjelaskan bahwa signifikansi data yang
terdapat pada penelitian ini adalah benar atau signifikan. Selain uji
normalitas, uji ini juga mendukung kebenaran dari pengolahan data yang
dilaksanakan penulis. Data tersebut akan ditunjukkan dalam Tabel 31.

Tabel 31. Paired Sampel T test Anoa APC-3 6x6 dan Tarantula
42

Berdasarkan yang ditunjukkan dalam Tabel 31 dijelaskan bahwa


seluruh data yang berhasil dikumpulkan dan berhasil diuji oleh penulis
terdapat perbedaan yang signifkan antara Panser Anoa APC-3 6x6 dan
Panser Tarantula. Hal ini dinyatakan apabila probabilitas atau sig. (2-tailed)
<0,05. Pada tabel di atas dijelaskan bahwa nilai probabilitas atau sig. (2-
tailed) adalah 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka dalam penelitian ini terdapat
perbedaan yang signifikan antara Panser Anoa APC-3 6x6 dan Panser
Tarantula yang sangat berpengaruh terhadap kinerja kendaraan maupun
kenyamanan pengemudi untuk melaksanakan tugas operasi disatuan Kikav
2/JRTR.

19. Pembahasan. Setelah peneliti melakukan pengolahan data dan menyajikan


data maka perlu adanya pembahasan sebagai berikut:
Paired Sampels Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the Sig.
Std. Std. Error Difference (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 Anoa APC - 10.76
4.68181 .69029 9.37 12.1511 15.5 45 .000
Tarantula 0

a. Dalam penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan antara kendaraan


tempur Panser Anoa APC-3 6x6 dan kendaraan tempur Panser Tarantula yang
terdapat di satuan Kikav 2/JRTR selanjutnya peneliti memilih Kompi Kavaleri 2/
JRTR sebagai sumber data dan informasi guna diteliti sesuai variabel dan indikator
yang telah ditentukan. Selanjutnya data yang telah dikumpulkan berupa kuisioner
43

yang telah peneliti buat kemudian diisi oleh responden dengan total 46 prajurit
Bintara dan Tamtama yang kemudian dijadikan tabel tabulasi menggunakan excel
dan akhirnya mencari keterkaitan dan pengaruh dari masing-masing variabel
maupun indikator menggunakan aplikasi SPSS for Windows 22.0.
Pada analisis deskriptif yang diambil sebagai sampel terhadap variabel
Kepemimpinan sebagian besar responden, yaitu sebanyak 6 orang atau sekitar
13% merasa mampu untuk menjelaskan dan mengetahui tentang karakteristik yang
dimiliki oleh masing-masing kendaraan tempur dan sebanyak 42 orang atau sekitar
87% merasa mampu memberikan keterangan dan informasi yang sangat akurat
dikarenakan memang sesuai dengan jabatan dan pengalaman yang telah dialami
dan dirasakan selama berdinas di satuan Kikav 2/JRTR.
Personel Kikav 2/JRTR, Yogyakarta merasa bahwa memang terdapat
perbedaan yang signifikan antara masing-masing kendaraan tempur yang
berpengaruh terhadap pelaksanaan operasi baik dalam pelaksanaan operasi
tempur maupun operasi non tempur yang merupakan kegiatan yang rutin
dilaksanakan oleh satuan Kikav 2/JRTR. Hal ini sangat berpengaruh pada saat
pelaksanaan tugas operasi terutama terhadap personel yang berada dalam
kendaraan baik pengemudi, tamtama penembak, komandan kendaraan, maupun
personel pendukung yang berada di kendaraan pada saat pelaksanaan operasi.

b. Kendaraan tempur yang notabene biasa digunakan oleh satuan Kavaleri


pasti memiliki kelebihan masing-masing yang akan menunjang personel Kavaleri
untuk melaksanakan tugas operasi baik operasi yang bersifat tempur maupun
operasi yang bersifat non tempur seperti operasi pengamanan dan operasi-operasi
pendukung yang dapat menunjang tugas pokok TNI-AD.
Pada setiap kelebihan dari kendaraan tempur tesebut pasti terdapat
kekurangan-kekurangan yang dapat menghambat pelaksanaan tugas dan
merugikan satuan. Kekurangan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang
ada pada kendaraan, baik dari spesifikasi body maupun spesifikasi bagian dalam
kendaraan tempur tersebut. kekurangan yang terdapat pada kendaraan tempur ini
dirangkum menjadi 6 indikator oleh penulis yaitu kemampuan kendaraan, pengaruh
ukuran kendaraan, pengaruh jenis mesin yang digunakan oleh kendaraan tempur
tersebut, pengaruh transmisi yang terdapat pada kendaraan tempur tersebut,
pengaruh kondisi kendaraan tempur baik kondisi kendaraan yang ada pada
kendaraan tempur maupun fasilitas yang terdapat pada kendaraan tempur
44

tersebut, yang terakhir adalah pengaruh sistem rem yang terdapat pada kendaraan
tempur tersebut.
Keenam indikator ini dipilih karena merupakan hal yang sering dikeluhkan
oleh personel Kavaleri yang merupakan subjek pengguna dari kendaraan tempur
tersebut. Hal ini menjadikan penulis untuk membandingkan kendaraan yang lebih
unggul dalam mendukung pelaksanaan tugas operasi baik operasi tempur maupun
non tempur.

c. Dari enam indikator yang telah ditentukan oleh penulis, dibuat beberapa
pernyataan yang berhubungan dengan indikator terhadap kinerja kendaraan
tempur. Pertanyaan tersebut dirangkum ke dalam sebuah kuesioner yang
disebarkan kepada personel Kikav 2/JRTR, terutama kepada personel yang
mengerti dan paham mengenai kendaraan tempur terutama Anoa APC-3 6x6 dan
kendaraan tempur Tarantula.
Setelah diperoleh data dari kuesioner tersebut dijabarkan ke dalam
Microsoft excel berupa angka dan diuji ke validitiasan datanya dengan melakukan
uji validitas terhadap kuesioner yang telah disebar. Dan hasilnya dari data Panser
Anoa APC-3 6x6 dan Panser Tarantula terdapat beberapa data yang tidak valid,
sehingga data yang tidak valid harus dihilangkan untuk pelaksanaan uji
selanjutnya. Setelah mendapat hasil validitas data, dilanjutkan dengan melakukan
uji realibilitas dan data yang didapat setelah melakukan uji realibilitas adalah kedua
data sangat reabel. Hal ini dibuktikan karena dari hasil uji realibilitas alpha
Cronbach yang didapat lebih dari 0,5. Sehingga data dinyatakan sangat reabel.
Setelah data dinyatakan valid dan reabel. Data diuji mengenai ke normalitasannya
menggunakan uji normalitas agar bisa dilanjutkan untuk pengujian selanjutnya, dan
hasil yang didapat adalah data semuanya normal. Hal ini dibuktikan karena hasil uji
normalitas didapat signifikansi 0,056 dimana data dapat dinyatakan normal apabila
lebih dari 0,05, sehingga data dinyatakan normal.
Setelah dinyatakan normal dengan syarat yang sudah ditetapkan untuk
menentukan perbedaan signifikan antara 2 variabel yang menjadi objek penelitian
ini dengan menggunakan uji t yang akan dilanjutkan dengan one sampel t test
untuk memperoleh variabel atau kendaraan mana yang lebih unggul dan
memberikan kenyamanan serta kemudahan dalam mendukung kinerja personel
satuan Kikav 2/JRTR. Dari uji T dan one sampel t test yang sudah dilakukan
menghasilkan data yang akan dijelaskan pada Tabel 32 sebagai berikut:
45

Tabel 32. Hasil perbandingan Anoa APC-3 6x6 dan Tarantula

No Indikator Anoa APC-3 6x6 Tarantula


1 Kemampuan 18,02 14,93
2 Ukuran 12,22 11,93
3 Mesin 12,15 11,70
4 Transmisi 6,02 11,89
5 Kondisi ranpur 9,39 5,63
6 Sistem rem 11,96 8,74

Berdasarkan Tabel 32 dijelaskan bahwa hasil dari uji t yang dilaksanakan


menghasilkan nilai bahwa Panser Anoa APC-3 6x6 lebih unggul dari pada Panser
Tarantula. Ini dapat dilihat pada Tabel 32 di atas bahwa nilai rata-rata dari 6
karakteristik yang dibandingkan hanya satu indikator yang kalah unggul dari
tarantula yaitu sistem transmisi. Sedangkan untuk ke 5 indikator yang lain
cenderung mengunggulkan Panser Anoa APC-3 6x6, sehingga dapat dipastikan
bahwa dalam percobaan ini kendaraan yang lebih cocok atau lebih unggul dalam
mendukung tugas operasi satuan Kikav 2/JRTR adalah Panser Anoa APC-3 6x6.
Panser Tarantula yang seharusnya memiliki spesifikasi yang lebih dari
panser Anoa APC-3 6x6 karena generasinya lebih muda tetapi jarang sekali
dioperasionalkan. Padahal apabila dilihat dari segi fasilitas dan sistem yang dimiliki
oleh kendaraan ini sangat modern, bahkan bisa dibilang panser Tarantula adalah
salah satu kendaraan tempur yang memiliki sistem yang paling modern
dibandingkan dengan panser lain yang ada di dunia.
BAB IV
PENUTUP

20. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan serta analisis data


yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah:

a. Analisis perbedaan kemampuan kendaraan tempur Panser Anoa APC-3 6x6


dalam memberikan kenyamanan bagi pengemudi maupun personel yang terdapat
di dalamnya atau sebagai unsur pengguna lebih unggul dibandingkan dengan
46

kendaraan tempur Panser Tarantula. Hal ini dibuktikan oleh uji t yang dilakukan
oleh penulis yang mendapatkan hasil rata-rata Panser Anoa APC-3 6x6 lebih tinggi
dari pada hasil rata rata Panser Tarantula (18,02>14,93). Pernyataan ini juga
didukung oleh signifikansi yang didapat pada one sample t test dimana syaratnya
adalah data harus < 0,05 (data yang diperoleh = 0,000). Hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa kemampuan Panser Anoa APC-3 6x6 lebih unggul dalam
mengarungi medan yang basah maupun kering, karena memiliki body yang lebih
pendek sehingga mudah bermanuver dari pada kemampuan Panser Tarantula.

b. Analisis perbedaan ukuran kendaraan tempur Panser Anoa APC-3 6x6


dalam memberikan kenyamanan bagi pengemudi maupun personel yang terdapat
di dalamnya atau sebagai unsur pengguna lebih unggul dibandingkan dengan
kendaraan tempur Panser Tarantula. Hal ini dibuktikan oleh uji t yang dilakukan
oleh penulis yang mendapatkan hasil rata-rata Panser Anoa APC-3 6x6 (12,22)
lebih tinggi dari pada hasil rata rata Panser Tarantula (11,93). Pernyataan ini juga
didukung oleh signifikan yang didapat pada one sample t test dimana syaratnya
adalah data harus <0,05 (data yang diperoleh = 0,000). Perbedaan terhadap
ukuran yang dimiliki kedua panser tersebut ternyata responden lebih memilih yang
ukurannya lebih kecil atau lebih pendek, dimana panser Anoa APC-3 6x6 memiliki
tinggi 2,170 m dan panser Tarantula 3 m. Perbedaan ini akan berpengaruh
terhadap reaksi manuver yang terjadi pada pengguna kendaraan tempur, walaupun
memiliki fungsi dan peran yang sama. Perbedaan ukuran panjang kendaraan
tempur berpengaruh terhadap manuver dimana yang lebih rendah akan lebih
unggul dan mempermudah dalam segala bentuk operasi yang akan dihadapi oleh
kendaraan tempur tersebut.
c. Analisis perbedaan mesin kendaraan tempur Panser Anoa APC-3 6x6
44
dalam memberikan kenyamanan bagi pengemudi maupun personel yang terdapat
di dalamnya atau sebagai unsur pengguna lebih unggul dibandingkan dengan
kendaraan tempur Panser Tarantula. Hal ini dibuktikan oleh uji t yang dilakukan
oleh penulis yang mendapatkan hasil rata-rata Panser Anoa APC-3 6x6 lebih tinggi
dari pada hasil rata rata Panser Tarantula (12,15>11,70). Pernyataan ini juga
didukung oleh signifikan yang didapat pada one sample (12,15) t test dimana
syaratnya adalah data harus <0,05 (data yang diperoleh = 0,000). Mesin Panser
Anoa APC-3 6x6 yaitu gabungan antara watercooler dan intercooler untuk
mendinginkan mesin yang berada dalam kabin kendaraan, sedangkan mesin
47

panser Tarantula yaitu ada turbocharger (udara keluar dari exhause manipol ke
turbocharger dan kembali ke intake manifold) dan intercooler untuk mendinginkan
mesin yang berada di depan. Pada panser Anoa untuk daya maksimum pada
2.300 RPM, torsi maksimum pada 1.700 RPM dan total piston displacemen
sebesar 7.640 cc, sedangkan pada panser Tarantula untuk daya maksimum pada
2.100 RPM, torsi maksimum pada 1.400 RPM dan total piston displacemen
sebesar 8.450 cc. Untuk jumlah silinder pada mesin panser Anoa maupun panser
Tarantula sama yaitu 6 Cylinder in-line. Dengan perbedaan jenis mesin tersebut
bagi pengguna kendaraan tersebut dirasa lebih unggul panser Anoa dalam
penggunaannya.

d. Analisis perbedaan transmisi kendaraan tempur Panser Tarantula dalam


memberikan kenyamanan bagi pengemudi maupun personel yang terdapat di
dalamnya atau sebagai unsur pengguna lebih unggul dibandingkan dengan
kendaraan tempur Panser Anoa APC-3 6x6. Hal ini dibuktikan oleh uji t yang
dilakukan oleh penulis yang mendapatkan hasil rata-rata Panser Tarantula (11,89)
lebih tinggi dari pada hasil rata rata Panser Anoa APC-3 6x6 (06,02). Pernyataan
ini juga didukung oleh signifikansi pada one sample t test dimana syaratnya adalah
data harus <0,05 (data yang diperoleh = 0,000). Sistem transmisi yang dimiliki
panser Anoa APC-3 6x6 adalah sistem kopling knock-up yang mudah diperbaiki
dengan alat peralatan yang ada di kompi, sedangkan transmisi panser Tarantula
berjenis Torque converter dengan kopling Lock-up yang bersifat otomatis tetapi
sulit diperbaiki dengan alat peralatan yang ada di kompi. Meskipun demikian dalam
penggunaan para anggota Kompi Kavaleri 2/JRTR lebih memilih sistem transmisi
pada panser Tarantula.

e. Analisis perbedaan kondisi kendaraan tempur Panser Anoa APC-3 6x6


dalam memberikan kenyamanan bagi pengemudi maupun personel yang terdapat
di dalamnya atau sebagai unsur pengguna lebih unggul dibandingkan dengan
kendaraan tempur Panser Tarantula. Hal ini dibuktikan oleh uji t yang dilakukan
oleh penulis yang mendapatkan hasil rata-rata Panser Anoa APC-3 6x6 (9,39) lebih
tinggi dari pada hasil rata rata Panser Tarantula (5,63). Pernyataan ini juga
didukung oleh signifikansi yang didapat pada one sample t test dimana syaratnya
adalah data harus <0,05 (data yang diperoleh = 0,000). Perawatan panser Anoa
48

APC-3 6x6 cukup mudah karena alat perlengkapan untuk perbaikan dimiliki oleh
satuan Kikavser 2/JRTR. Untuk perawatan panser Tarantula cukup sulit
dikarenakan sistem elektrik dan hidrolik kendaraan tempur yang cukup rumit. Dari
kedua alasan tersebut anggota kompi Kavaleri 2/JRTR lebih mengunggulkan
Panser Anoa APC-3 6x6 dalam hal kondisi Panser.

f. Analisis perbedaan sistem rem kendaraan tempur Panser Anoa APC-3 6x6
dalam memberikan kenyamanan bagi pengemudi maupun personel yang terdapat
di dalamnya atau sebagai unsur pengguna lebih unggul dibandingkan dengan
kendaraan tempur Panser Tarantula. Hal ini dibuktikan oleh uji t yang dilakukan
oleh penulis yang mendapatkan hasil rata-rata Panser Anoa APC-3 6x6 (11,96)
lebih tinggi dari pada hasil rata rata Panser Tarantula (8,74). Pernyataan ini juga
didukung oleh signifikansi yang didapat pada one sample t test dimana syaratnya
adalah data harus <0,05 (data yang diperoleh = 0,000). Sistem rem pada panser
Anoa APC-33 menggunakan sistem batang dan menggunakan sistem pneumatik
(angin) dan hidrolik (minyak rem) dengan 1 tabung gas sebagai wadah lebih baik
dan efektif dibandingkan sistem rem pada panser Tarantula yang menggunakan
cakram dengan menggunakan sistem pneumatik (angin) dengan 2 tabung gas
sebagai wadah.

g. Adanya perbedaan yang cukup menonjol antara Panser Anoa APC-3 6x6
dan Panser Tarantula dalam penggunaan bagi personel Kompi Kavaleri 2/JRTR.
Perbedaan ini dapat diterangkan dengan hasil yang didapat dari uji t dengan hasil
rata-rata untuk Panser Anoa APC-3 6x6 = 69,80 dan hasil rata-rata untuk Panser
Tarantula = 59,04. Dari rata-rata yang didapat dijelaskan bahwa dalam segi total
pengambilan data yang dilakukan oleh penulis dapat diterangkan bahwa Panser
Anoa APC-3 6x6 lebih memberikan kenyamanan bagi personel pada kemampuan,
ukuran panser, mesin, kondisi ranpur dan sistem rem dalam pelaksanaan tugas
operasi guna menunjang tugas pokok satuan dari pada Panser Tarantula. Data ini
didukung dengan pernyataan signifikansi yang didapat dari uji one sample t test
yaitu hasil signifikansi harus <0,05 (sig.2-tailed = 0,000).

h. Panser Tarantula jarang dioperasionalkan di satuan Kompi Kavaleri 2/JRTR


disebabkan oleh sumber daya manusia dari personel yang kurang menguasai
tentang sistem yang ada pada kendaraan tempur. Hal ini juga akibat trauma dari
49

kejadian panser Tarantula terguling di Ambon pada bulan Agustus 2018 saat
konvoi ranpur menuju tempat latihan. Kejadian tersebut akibat dari sistem hidrolik
kemudi yang tidak bekerja dengan sempurna sehingga kemudi terkunci.

21. Saran. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta kesimpulan di atas,
maka saran yang dapat disampaikan adalah :

a. Dengan melihat kelebihan dan kekurangan dari spesifikasi kendaraan


tempur tersebut, khususnya pada transmisi panser Anoa APC-3 6x6 maka
disarankan perlu diganti dengan transmisi yang setipe dengan panser Tarantula
yaitu kopling dengan berjenis Torque Converter Lock-Up. Maka perlu penelitian
lebih lanjut yang menghitung rasio transmisi dan bentuk dari transmisi agar putaran
mesin dengan gardan atau roda bisa selaras sehingga energi dari mesin bisa
tersalurkan ke roda. Dengan memperbaiki kekurangan diharapkan dapat diperbarui
guna menutupi kekurangan yang ada sehingga dapat mendukung pelaksanaan
tugas operasi secara maksimal.

b. Dengan adanya berbagai hal baru terutama modernisasi alutsista yang ada
pada TNI Angkatan Darat dan melihat kelebihan-kekurangan dari masing-masing
ranpur diharapkan untuk memperhatikan tentang sumber daya manusia yang
mempunyai keahlian. Hal ini berkaitan dengan kecanggihan alutsista yang dimiliki,
tanpa didukung sumber daya manusia yang memadai maka hanya akan menjadi
alutsista yang tidak dapat berfungsi secara optimal. Disarankan agar sering
diadakan pembekalan ketrampilan bagi personel yang bersifat teknik tentang
alutsista dengan harapan penguasaan personel tersebut menjadi mahir dalam
mengoperasikan, pemeliharaan dan perbaikan alutsista secara maksimal.

22. Penutup. Demikianlah karya tulis dibuat, dengan harapan semoga naskah
Karya Tulis Ilmiah bermanfaat bagi TNI, Pemerintah dan masyarakat.

Magelang, Juli 2021


Penulis,

Muhammad Irfan
Sermadatar No. AK. 2019.028
50

DAFTAR PUSTAKA

Analisa, Yangs. 2011: Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Prifitabilitas. Dan


Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan. Semarang: UNDIP.

Arikunto, Suharsimi. 2002: Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Rineke Cipta.

Bartlett, Roger. 1997: Introduction to Sports Biomechanics, Boundary Row, London, E &
FN Spon, an imprint of Chapman & Hall.

Bhuono. 2005: Strategi jitu memilih metode statistik penelitian dengan SPSS.
Jakarta: Andi Yogyakarta.

Buku petunjuk Teknik Panser Anoa 6x6 Pusat Pendidikan Peralatan Kodiklat TNI.

Buku Petunjuk Panser 6x6 Tarantula Canon Cse 90 mm Pusat Pendidikan Peralatan
Kodiklat TNI.
51

Carr, Gerry. 1997: Mechanics of Sport, A Practitioner’s Guide, Champaign, IL., Human
Kinetics.

Husein, Umar. 2000: Riset Pemasaran Dan Penilaian Konsumen. Jakarta: PT Gramedia.

Johnson, richard. 1997: Statistic Principles And Methods. University of winsconsin at


medison.

Soedojo, peter. 2004: Fisika Dasar. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Sugiyono. 2009: Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Alfabeta.

Santoso. 2015: Statistik Nonparametik. Jakarta : PT Alex Media.

49
52

LAMPIRAN 1
POLA PIKIR
51

POLA PIKIR

PANSER ANOA

KINERJA
KINERJ
A PANSER

PANSE TERBAIK
R

Umpan Balik
LAMPIRAN 2
KUISONER
53

Kepada Yth :
Anggota Kompi Kavaleri Panser 2/JRTR, Jogjakarta
Di
Tempat

Prajurit yang saya hormati,

Saya Muhammad Irfan, saat ini sedang melakukan penelitian mengenai


Perbandingan Kinerja Kendaraan Tempur Dalam Mendukung Tugas Pokok Kompi
Kavaleri Panser 2/JRTR.
Saya sangat mengharapkan bantuannya untuk mengisi kuesioner ini dengan
sejujur-jujurnya dan sesuai dengan keadaan yang ada. Kejujuran jawaban Anda akan
memberikan manfaat yang sangat berarti bagi penelitian ini, dan semoga hasilnya dapat
berguna untuk memberikan masukan dan pertimbangan bagi lembaga Kompi Kavaleri
Panser 2/JRTR dan khususnya bagi taruna dan prajurit TNI AD. Identitas serta jawaban
Anda dijamin kerahasiaannya, data ini semata-mata hanya akan digunakan untuk
kepentingan pengerjaan penelitian Karya Tulis Ilmiah (KTI).
Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Magelang, Maret 2021

Peneliti

Sermadatar Muhammad Irfan


Nomor Akademi 2019.028
54

Identitas Responden

1. Nama :

2. Pangkat : Bintara
Tamtama

3. Usia : 19th – 25th


26th – 30th
31th – 35th
36th – 40th
Diatas 40th

4. Pendidikan terakhir : SMA


S1
S2

5. Lama Bekerja : 0 – 5th


6th – 10th
11th – 15th
Diatas 15th

Isilah jawaban pada kolom yang sudah tersedia, dengan memberikan tanda silang (X)
pada empat alternatif jawaban sesuai dengan keadaan atau apa yang saudara rasakan.

Keempat alternatif jawaban tersebut adalah:


1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
2 = Tidak Setuju (TS)
3 = Setuju (S)
4 = Sangat Setuju (SS)
55

A. Variabel Anoa APC-3 6x6


No Pernyataan SS S TS STS
1 2 3 4 5 6
1 Kecepatan maksimal Panser Anoa APC-3
6x6 mampu mencapai kecepatan 90km/jam
2 Panser Anoa APC-3 6x6 mampu mengarung
di air sehingga memudahkan untuk melewati
medan basah
3 Jarak roda ban pada Panser Anoa APC-3
6x6 antara roda ban depan dengan ban
tengah yang mencapai 1 meter sehingga
memudahkan akurasi kendaraan
4 Tinggi dari kendaraan tempur Anoa APC-3
6x6 adalah 2,170 meter, dapat memberikan
keleluasaan terhadap Ranpur dalam
bermanuver disesuaikan dengan medan
5 Panser Anoa APC-3 6x6 memiliki 3 senjata
yaitu senapan 7,62mm, senapan 12,7mm,
dan AGL-40
6 Body Panser Anoa APC-3 6x6 mmpu
menahan peluru hingga 7,62mm dari jarak
hingga 100 meter
7 Jumlah silinder pada Mesin Panser Anoa
APC-3 6x6 adalah 6 Cylinder in-line

8 Jumlah percepatan Panser Anoa APC-3 6x6


adalah 6 maju, 1 mundur sehingga
memudahkan pergerakan dan perpindahan
gigi meskpun secara otomatis

9 Kondisi ruang dalam Panser Anoa APC-3


6x6 memiliki fasilitas AC yang sudah cukup
56

untuk mendinginkan personel didalamnya

1 2 3 4 5 6
10 Mesin Panser Anoa APC-3 6x6 yang
memiliki model gabungan antara watercooler
dan intercooler untuk mencegah mesin
mengalami kelebihan panas

11 Sistem transmisi yang dimiliki Panser Anoa


APC-3 6x6 sistem kopling knock-up
12 Keadaan ruang yang ada pada kendaraan
tempur Anoa APC-3 6x6 saat ini cukup jika
dihadapkan dengan 10 orang anggota yang
mengawaki didalamnya disesuaikan dengan
tugas masing-masing anggota dan dengan
perlengkapan yang dibawa sesuai dengan
tugas
13 Sistem rem Anoa APC-3 6x6 yang
menggunakan sistem gabungan antara
pneumatic dan hidrolic.
14 Daya maksimum kapasitas mesin Anoa
APC-3 6x6 adalah 2300 RPM.
15 Kemampuan torsi maksimum pada
kendaraan Anoa APC-3 6x6 adalah 1700
Rpm
16 Daya tempuh pada kendaraan tempur Anoa
APC-3 6x6 mencapai jarak maksimal 600
Km
17 Perawatan Panser Anoa APC-3 6x6 cukup
mudah karena sistem yang dimiliki
mencangkup alat perlengkapan satuan
Kikavser 2/JRTR
57

18 Panser Anoa APC-3 6x6 memiliki ketebalan


body armour setebal 6mm
19 Kemiringan sudut yang dapat dilalui oleh
Panser Anoa APC-3 6x6 adalah 13%

1 2 3 4 5 6
20 Sistem rem pada Panser Anoa APC-33
menggunakan sistem batang
21 Sistem pegas pada Panser Anoa APC-3
menggunakan sistem batang torsi
22 Total piston displacemen pada Panser Anoa
APC-3 adalah 7,640 cc
23 Sistem transmisi yang ada pada Panser
Anoa APC-3 6x6 mudah diperbaiki dengan
alkap yang ada pada satuan diIndonesia
24 Sistem rem pada Panser Anoa APC-3 6x6
menggunakan sistem gas dengan 1 tabung
gas sebagai wadah

B. Panser Tarantula

No Pernyataan SS S TS STS
1 2 3 4 5 6
25 Kecepatan maksimal Panser Tarantula yang
mampu mencapai kecepatan 100km/jam
26 Panser Tarantula yang mampu mengarung
di air dengan kecepatan maksimal 8km/jam
sehingga memudahkan penjelajahan daerah
perairan
27 Tinggi Panser Tarantula mencapai 3m
ditambah dengan turet dan kanon
disesuaikan dengan fungsi dan tugas masing
masing Ranpur
28 Panser Tarantula yang memiliki jarak sumbu
58

roda sekitar 1,520 mm sehingga dapat


mengimbangi berat body Ranpur
29 Model mesin dari kendaraan tempur Panser
Tarantula adalah gabungan antara
turbocharger dan intercooler

1 2 3 4 5 6
30 Input transmisi kendaraan Panser Tarantula
berjenis Torque converter dengan Kopling
Lock-up
31 Kondisi ruang dalam kendaraan tempur
Panser Tarantula yang luas akan tetapi
hanya digunakan oleh 3 personel
disesuaikan dengan tugas masing-masing
personel
32 Sistem rem yang ada pada Panser Tarantula
yang menggunakan cakram

33 Kapasitas daya maksimum kendaraan


tempur Panser Tarantula adalah 2100 RPM
34 Kemampuan torsi maksimum dari Panser
Tarantula adalah 1400rpm.
35 Daya tempuh maksimal dari kendaraan
tempur Panser Tarantula mencapai jarak
800KM
36 Perawatan Panser Tarantula cukup sulit
dikarenakan sistem elektrik kendaraan
tempur
37 Persenjataan yang ada ada Panser
Tarantula adalah senapan 12,7mm, senapan
7,62mm, dan kanon 90mm
38 Panser Tarantula memiliki ketebalan Body
Armour setebal 6mm
39 Kemiringan sudut yang dapat dilalui oleh
Panser Tarantula adalah 13% sehingga
memudahkan pergerakan ke daerah
pegunungan
59

40 Body Panser Tarantula mmpu menahan


pluru hingga 7,62mm dari jarak yang cukup
dekat
41 Jumlah silinder pada Mesin Panser Tarantula
6 Cylinder in-line

1 2 3 4 5 6
42 Jumlah percepatan Panser Tarantula 6x6
adalah 6 maju, 1 mundur untuk
memudahkan manuver Ranpur
43 Kondisi ruang dalam Panser Tarantula
memiliki fasilitas AC yang sudah cukup untuk
mendinginkan personel didalamnya
44 Sistem rem pada Panser Anoa APC-33
menggunakan sistem cakram
45 Sistem pegas pada Panser Tarantula
menggunakan sistem spiral
46 Total piston displacemen pada Panser Anoa
APC-3 adalah 8,450 cc
47 Sistem transmisi yang ada pada Panser
Tarantula Sulit diperbaiki dengan alkap yang
ada pada satuan diIndonesia
48 Sistem rem pada Panser Tarantula
menggunakan sistem gas dengan 2 tabung
gas sebagai wadah
60

LAMPIRAN 3
VALIDITAS VARIABEL
61

Hasil Uji Validitas Variabel Anoa APC-3 6x6

Item-Total Statistics

Squared Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Multiple Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Correlation Deleted

A01 69,61 40,955 ,394 . ,904


A02 69,74 39,575 ,436 . ,904
A03 69,83 40,591 ,363 . ,905
A04 69,54 39,720 ,551 . ,901
A05 69,70 39,194 ,566 . ,900
A06 69,63 40,149 ,452 . ,903
A07 69,65 40,721 ,574 . ,901
A08 69,80 41,939 ,199 . ,908
A09 69,54 40,609 ,523 . ,901
A10 69,61 40,421 ,489 . ,902
A11 69,67 39,336 ,705 . ,898
A12 69,57 40,296 ,532 . ,901
A13 69,61 40,421 ,671 . ,900
A14 69,76 39,430 ,679 . ,898
A15 69,72 39,674 ,566 . ,900
A16 69,76 40,408 ,402 . ,904
A17 69,67 40,180 ,486 . ,902
A18 69,74 40,819 ,398 . ,904
A19 69,89 39,210 ,520 . ,901
A20 69,80 39,450 ,553 . ,900
A21 69,78 39,596 ,614 . ,899
A22 69,78 38,841 ,676 . ,898
A23 69,78 40,263 ,446 . ,903
A24 69,80 39,672 ,641 . ,899
62

Item-Total Statistics

Squared Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Multiple Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Correlation Deleted

A01 66,67 39,380 ,414 . ,906


A02 66,80 37,983 ,456 . ,907
A03 66,89 39,343 ,332 . ,909
A04 66,61 38,332 ,542 . ,904
A05 66,76 37,697 ,576 . ,903
A06 66,70 38,750 ,445 . ,906
A07 66,72 39,185 ,592 . ,903
A09 66,61 39,043 ,546 . ,904
A10 66,67 38,936 ,495 . ,905
A11 66,74 37,886 ,708 . ,900
A12 66,63 38,905 ,521 . ,904
A13 66,67 38,980 ,669 . ,902
A14 66,83 38,058 ,668 . ,901
A15 66,78 38,307 ,554 . ,903
A16 66,83 38,947 ,403 . ,907
A17 66,74 38,686 ,494 . ,905
A18 66,80 39,272 ,414 . ,906
A19 66,96 37,687 ,533 . ,904
A20 66,87 38,116 ,537 . ,904
A21 66,85 38,132 ,619 . ,902
A22 66,85 37,376 ,683 . ,900
A23 66,85 38,932 ,427 . ,906
A24 66,87 38,294 ,630 . ,902
63

Hasil Uji Validitas Variabel Tarantula

Item-Total Statistics

Squared Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Multiple Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Correlation Deleted

VAR00001 68,2391 35,430 ,117 . ,872


VAR00002 68,2174 33,774 ,367 . ,865
VAR00003 68,1739 34,814 ,442 . ,863
VAR00004 68,1304 35,183 ,340 . ,865
VAR00005 68,0652 34,818 ,220 . ,869
VAR00006 68,1522 34,221 ,390 . ,864
VAR00007 68,1957 35,450 ,130 . ,871
VAR00008 68,2609 32,864 ,521 . ,859
VAR00009 68,2174 33,152 ,513 . ,860
VAR00010 68,1304 35,671 ,302 . ,866
VAR00011 68,2391 33,919 ,455 . ,862
VAR00012 68,3696 34,016 ,310 . ,867
VAR00013 68,1304 35,094 ,366 . ,865
VAR00014 68,1957 33,628 ,452 . ,862
VAR00015 68,2391 31,386 ,801 . ,850
VAR00016 68,2609 31,797 ,534 . ,859
VAR00017 68,1957 31,316 ,693 . ,853
VAR00018 68,1957 32,783 ,551 . ,859
VAR00019 68,0652 34,596 ,210 . ,871
VAR00020 68,4130 33,270 ,331 . ,868
VAR00021 68,1957 33,228 ,677 . ,857
VAR00022 68,2609 32,997 ,610 . ,857
VAR00023 68,3478 32,365 ,581 . ,857
VAR00024 68,1087 32,455 ,756 . ,854
64

Item-Total Statistics

Squared Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Multiple Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Correlation Deleted

T02 56,09 29,548 ,251 . ,889


T03 56,04 30,265 ,312 . ,885
T04 56,00 30,578 ,218 . ,887
T06 56,02 29,711 ,301 . ,886
T08 56,13 27,894 ,546 . ,879
T09 56,09 27,948 ,581 . ,878
T10 56,00 30,400 ,411 . ,884
T11 56,11 29,077 ,441 . ,882
T12 56,24 28,719 ,372 . ,885
T13 56,00 29,867 ,441 . ,883
T14 56,07 28,551 ,489 . ,881
T15 56,11 26,899 ,758 . ,871
T16 56,13 26,649 ,593 . ,877
T17 56,07 26,373 ,733 . ,871
T18 56,07 27,662 ,606 . ,877
T20 56,28 28,074 ,375 . ,887
T21 56,07 28,418 ,668 . ,876
T22 56,13 28,116 ,620 . ,877
T23 56,22 27,463 ,601 . ,877
T24 55,98 27,533 ,786 . ,872
65

LAMPIRAN 4
RELIABILITAS VARIABEL
66

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Anoa APC-3 6x6 sebelum data yang tidak valid
dibuang

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 46 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 46 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

,905 ,910 24

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

A01 3,13 ,453 46


A02 3,00 ,632 46
A03 2,91 ,551 46
A04 3,20 ,500 46
A05 3,04 ,556 46
A06 3,11 ,526 46
A07 3,09 ,354 46
A08 2,93 ,490 46
A09 3,20 ,401 46
A10 3,13 ,453 46
A11 3,07 ,442 46
A12 3,17 ,437 46
A13 3,13 ,341 46
A14 2,98 ,447 46
A15 3,02 ,494 46
A16 2,98 ,537 46
A17 3,07 ,490 46
A18 3,00 ,471 46
A19 2,85 ,595 46
A20 2,93 ,533 46
A21 2,96 ,469 46
A22 2,96 ,515 46
A23 2,96 ,515 46
A24 2,93 ,442 46
67

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Anoa APC-3 6x6 setelah data yang tidak valid
dibuang

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 46 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 46 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

,908 ,913 23

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

A01 3,13 ,453 46


A02 3,00 ,632 46
A03 2,91 ,551 46
A04 3,20 ,500 46
A05 3,04 ,556 46
A06 3,11 ,526 46
A07 3,09 ,354 46
A09 3,20 ,401 46
A10 3,13 ,453 46
A11 3,07 ,442 46
A12 3,17 ,437 46
A13 3,13 ,341 46
A14 2,98 ,447 46
A15 3,02 ,494 46
A16 2,98 ,537 46
A17 3,07 ,490 46
A18 3,00 ,471 46
A19 2,85 ,595 46
A20 2,93 ,533 46
A21 2,96 ,469 46
A22 2,96 ,515 46
A23 2,96 ,515 46
A24 2,93 ,442 46
68

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Tarantula sebelum


data yang tidak valid dibuang

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 46 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 46 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

,867 ,876 24

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

VAR00001 2,9348 ,53342 46


VAR00002 2,9565 ,55604 46
VAR00003 3,0000 ,29814 46
VAR00004 3,0435 ,29488 46
VAR00005 3,1087 ,52613 46
VAR00006 3,0217 ,44667 46
VAR00007 2,9783 ,49392 46
VAR00008 2,9130 ,55080 46
VAR00009 2,9565 ,51452 46
VAR00010 3,0435 ,20618 46
VAR00011 2,9348 ,44233 46
VAR00012 2,8043 ,58193 46
VAR00013 3,0435 ,29488 46
VAR00014 2,9783 ,49392 46
VAR00015 2,9348 ,53342 46
VAR00016 2,9130 ,69366 46
VAR00017 2,9783 ,61424 46
VAR00018 2,9783 ,53703 46
VAR00019 3,1087 ,60473 46
VAR00020 2,7609 ,70505 46
VAR00021 2,9783 ,39379 46
VAR00022 2,9130 ,46313 46
69

VAR00023 2,8261 ,56977 46


VAR00024 3,0652 ,44233 46
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Tarantula setelah data yang tidak valid dibuang

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 46 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 46 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

,886 ,890 20

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

T02 2,96 ,556 46


T03 3,00 ,298 46
T04 3,04 ,295 46
T06 3,02 ,447 46
T08 2,91 ,551 46
T09 2,96 ,515 46
T10 3,04 ,206 46
T11 2,93 ,442 46
T12 2,80 ,582 46
T13 3,04 ,295 46
T14 2,98 ,494 46
T15 2,93 ,533 46
T16 2,91 ,694 46
T17 2,98 ,614 46
T18 2,98 ,537 46
T20 2,76 ,705 46
T21 2,98 ,394 46
T22 2,91 ,463 46
T23 2,83 ,570 46
T24 3,07 ,442 46
70

LAMPIRAN 5
REKAPITULASI RESPONDEN
71
72

REKAPITULASI DATA VARIABEL KINERJA PANSER ANOA APC-3 6X6

No No Instrumen  
Responden
1 2 3 4 5 6 7 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 jumlah
1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 55
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 90
4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 2 3 3 3 3 3 71
5 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 2 3 3 3 3 3 71
6 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 79
7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 2 3 3 3 3 3 68
8 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 66
9 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 66
10 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 68
11 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 76
12 3 2 4 3 4 3 3 3 2 3 2 3 2 2 4 3 4 3 3 4 4 3 3 70
13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 92
14 4 4 2 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 76
15 3 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 79
16 4 4 2 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 70
17 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 71
18 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 72
19 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
20 3 2 2 3 2 4 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 61
21 3 2 2 3 2 1 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 58
22 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 67
23 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 76
24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69
25 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 68
26 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 61
27 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69
28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69
29 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 2 2 3 4 3 3 4 3 73
30 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69
73

31 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69
32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69
33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 70
34 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69
35 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 71
36 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 68
37 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 65
38 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 66
39 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 70
40 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 68
41 4 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 65
42 4 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 71
43 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69
44 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 67
45 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 64
46 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69
jumlah 144 138 134 147 140 143 142 147 144 141 146 144 137 139 137 141 138 131 135 136 136 136 135 3211

REKAPITULASI DATA VARIABEL KINERJA PANSER TARANTULA


74

No No Instrumen  
Responden
2 3 4 6 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 20 21 22 23 24 jumlah
75
1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

2 3 3 3 4 1 1 3 3 1 3 3 3 1 1 3 3 3 3 3 3 51

3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 76

4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 59

5 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 59

6 1 2 2 2 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 65

7 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 59

8 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 55

9 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 55

10 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 59

11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 60

12 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 52

13 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 71

14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 57

15 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 2 3 3 3 3 4 68

16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 56

17 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 57

18 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 53

19 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 61

20 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 2 3 3 3 3 54

21 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 2 3 3 3 3 54

22 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 55

23 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 72

24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

26 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 53

27 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

28 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 57

29 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 59

30 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

31 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60
76
34 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 59

35 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 67

36 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

37 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 58

38 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 59

39 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

40 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

41 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 55

42 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

43 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 42

44 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

45 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

46 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 59

jumlah 136 138 140 139 134 136 140 135 129 140 137 135 134 137 137 127 137 134 130 141 2716
LAMPIRAN 6
TABEL PENELITIAN TABEL R
78

  Tabel r          
  UJI SATU SISI   UJI SATU SISI
  0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005   0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005
df UJI DUA SISI df UJI DUA SISI
  0.50 0.20 0.10 0.05 0.02 0.01   0.50 0.20 0.10 0.05 0.02 0.01
1 0.707 0.951 0.988 0.997 1.000 1.000 51 0.095 0.179 0.228 0.271 0.319 0.351
2 0.500 0.800 0.900 0.950 0.980 0.990 52 0.094 0.177 0.226 0.268 0.316 0.348
3 0.404 0.687 0.805 0.878 0.934 0.959 53 0.093 0.175 0.224 0.266 0.313 0.345
4 0.347 0.608 0.729 0.811 0.882 0.917 54 0.092 0.174 0.222 0.263 0.310 0.341
5 0.309 0.551 0.669 0.754 0.833 0.875 55 0.091 0.172 0.220 0.261 0.307 0.339
6 0.281 0.507 0.621 0.707 0.789 0.834 56 0.090 0.171 0.218 0.259 0.305 0.336
7 0.260 0.472 0.582 0.666 0.750 0.798 57 0.090 0.169 0.216 0.256 0.302 0.333
8 0.242 0.443 0.549 0.632 0.715 0.765 58 0.089 0.168 0.214 0.254 0.300 0.330
9 0.228 0.419 0.521 0.602 0.685 0.735 59 0.088 0.166 0.213 0.252 0.297 0.327
10 0.216 0.398 0.497 0.576 0.658 0.708 60 0.087 0.165 0.211 0.250 0.295 0.325
11 0.206 0.380 0.476 0.553 0.634 0.684 61 0.087 0.164 0.209 0.248 0.293 0.322
12 0.197 0.365 0.458 0.532 0.612 0.661 62 0.086 0.162 0.207 0.246 0.290 0.320
13 0.189 0.351 0.441 0.514 0.592 0.641 63 0.085 0.161 0.206 0.244 0.288 0.317
14 0.182 0.338 0.426 0.497 0.574 0.623 64 0.084 0.160 0.204 0.242 0.286 0.315
15 0.176 0.327 0.412 0.482 0.558 0.606 65 0.084 0.159 0.203 0.240 0.284 0.313
16 0.170 0.317 0.400 0.468 0.543 0.590 66 0.083 0.157 0.201 0.239 0.282 0.310
17 0.165 0.308 0.389 0.456 0.529 0.575 67 0.083 0.156 0.200 0.237 0.280 0.308
18 0.160 0.299 0.378 0.444 0.516 0.561 68 0.082 0.155 0.198 0.235 0.278 0.306
19 0.156 0.291 0.369 0.433 0.503 0.549 69 0.081 0.154 0.197 0.234 0.276 0.304
20 0.152 0.284 0.360 0.423 0.492 0.537 70 0.081 0.153 0.195 0.232 0.274 0.302
21 0.148 0.277 0.352 0.413 0.482 0.526 71 0.080 0.152 0.194 0.230 0.272 0.300
22 0.145 0.271 0.344 0.404 0.472 0.515 72 0.080 0.151 0.193 0.229 0.270 0.298
23 0.141 0.265 0.337 0.396 0.462 0.505 73 0.079 0.150 0.191 0.227 0.268 0.296
24 0.138 0.260 0.330 0.388 0.453 0.496 74 0.079 0.149 0.190 0.226 0.266 0.294
25 0.136 0.255 0.323 0.381 0.445 0.487 75 0.078 0.148 0.189 0.224 0.265 0.292
26 0.133 0.250 0.317 0.374 0.437 0.479 76 0.078 0.147 0.188 0.223 0.263 0.290
27 0.130 0.245 0.311 0.367 0.430 0.471 77 0.077 0.146 0.186 0.221 0.261 0.288
28 0.128 0.241 0.306 0.361 0.423 0.463 78 0.077 0.145 0.185 0.220 0.260 0.286
29 0.126 0.237 0.301 0.355 0.416 0.456 79 0.076 0.144 0.184 0.219 0.258 0.285
30 0.124 0.233 0.296 0.349 0.409 0.449 80 0.076 0.143 0.183 0.217 0.257 0.283
31 0.122 0.229 0.291 0.344 0.403 0.442 81 0.075 0.142 0.182 0.216 0.255 0.281
32 0.120 0.225 0.287 0.339 0.397 0.436 82 0.075 0.141 0.181 0.215 0.253 0.280
33 0.118 0.222 0.283 0.334 0.392 0.430 83 0.074 0.140 0.180 0.213 0.252 0.278
34 0.116 0.219 0.279 0.329 0.386 0.424 84 0.074 0.140 0.179 0.212 0.251 0.276
35 0.114 0.216 0.275 0.325 0.381 0.418 85 0.073 0.139 0.178 0.211 0.249 0.275
36 0.113 0.213 0.271 0.320 0.376 0.413 86 0.073 0.138 0.176 0.210 0.248 0.273
37 0.111 0.210 0.267 0.316 0.371 0.408 87 0.072 0.137 0.175 0.208 0.246 0.272
38 0.110 0.207 0.264 0.312 0.367 0.403 88 0.072 0.136 0.174 0.207 0.245 0.270
39 0.108 0.204 0.260 0.308 0.362 0.398 89 0.072 0.136 0.174 0.206 0.244 0.269
40 0.107 0.202 0.257 0.304 0.358 0.393 90 0.071 0.135 0.173 0.205 0.242 0.267
41 0.106 0.199 0.254 0.301 0.354 0.389 91 0.071 0.134 0.172 0.204 0.241 0.266
42 0.104 0.197 0.251 0.297 0.350 0.384 92 0.070 0.133 0.171 0.203 0.240 0.264
43 0.103 0.195 0.248 0.294 0.346 0.380 93 0.070 0.133 0.170 0.202 0.238 0.263
44 0.102 0.192 0.246 0.291 0.342 0.376 94 0.070 0.132 0.169 0.201 0.237 0.262
45 0.101 0.190 0.243 0.288 0.338 0.372 95 0.069 0.131 0.168 0.200 0.236 0.260
46 0.100 0.188 0.240 0.285 0.335 0.368 96 0.069 0.131 0.167 0.199 0.235 0.259
47 0.099 0.186 0.238 0.282 0.331 0.365 97 0.069 0.130 0.166 0.198 0.234 0.258
48 0.098 0.184 0.235 0.279 0.328 0.361 98 0.068 0.129 0.165 0.197 0.232 0.256
49 0.097 0.182 0.233 0.276 0.325 0.358 99 0.068 0.129 0.165 0.196 0.231 0.255
50 0.096 0.181 0.231 0.273 0.322 0.354 100 0.068 0.128 0.164 0.195 0.230 0.254
Sumber : Database Microsoft Excel
79

LAMPIRAN 7
DOKUMENTASI
80

Gambar 7. Gerbang Kesatrian Kavaleri 2/JRTR Kodam IV/Diponegoro

Gambar 8. Pengumpulan Quisener di Batalyon Kavaleri 2/JRTR


81

Gambar 9. Pengamatan Peneliti di Batalyon Kavaleri 2/JRTR

Anda mungkin juga menyukai