BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum
Disiplin secara umum pada tingkat tertentu pada dasarnya memiliki sikap
ketergantungan pada kekuasaan orang lain atau peraturan perundang-undangan,
sehingga diperlukan alat kekuasaan untuk memaksakan ketaatan berupa piranti
pengendalian sosial dalam tata kehidupan yang berwujud Undang-undang. Disiplin Pajurit
mutlak harus ditegakkan demi tumbuh dan berkembangnya TNI dalam mengemban tugas
yang telah dipercayakan oleh bangsa dan negara kepadanya.
Oleh karena itu Perwira diberi kepercayan untuk membina disiplin Prajurit,
khususnya yang berkedudukan sebagai Atasan Yang Berhak Menghukum (ANKUM)
dengan kewenangan menjatuhkan hukuman disiplin terhadap Prajurit yang berada
dibawah wewenang komandonya.
RAHASIA
2
a. Pendahuluan
b. Pengertian Ankum dan Papera
c. Kewenangan Ankum
d. Kewenangan Papera
e. Mekanisme Penerapan Hukuman
f. Evaluasi
g. Penutup
4. Pengertian-pengertian
d. Atasan adalah setiap prajurit yang karena pangkat dan/ atau jabatanya
berkedudukan lebih tinggi dari pangkat atau jabatan prajurit lain.
e. Bawahan adalah setiap prajurit yang karena pangkat dan/ atau jabatanya
berkedudukan lebih rendah dari pada pangkat dan/ atau jabatan prajurit lain.
5. Referensi.
a. Ankum di lingkungan TNI AD, Perkasad No. 14/ VII/ 2007 tanggal 25 Juli 2007
b. Penunjukan Papera di lingkungan TNI AD, Perkasad No. 15/ Vii/ 2007 tanggal
25 Juli 2007
c. Perkasad No. Perkasad/428/V/2016 tanggal 23 Mei 2016 tentang Ankum dan
Papera di lingkungan TNI AD
BAB II
PENGERTIAN ANKUM DAN PAPERA
6. Umum.
Setiap Perwira dituntut tanggung jawab lebih dari Bintara dan Tamtama
dalam kehidupan Prajurit, sehingga seorang Perwira diharapkan mempunyai kemampuan
yang lebih besar dan oleh karena itu diberi kepercayaan untuk membina disiplin
khususnya yang berkedudukan sebagai Atasan Yang Berhak Menghukum (ANKUM).
4
Dalam fungsinya sebagai Ankum, setiap Perwira harus berani mengambil tindakan
terhadap setiap pelanggaran yang dilakukan oleh bawahannya dan harus bertindak adil,
tegas dan pasti serta bijaksana dalam upaya menegakkan dan membina disiplin Prajurit.
7. Pengertian Ankum
9. Pendelegasian Wewenang.
15. Evaluasi.
a. Jelaskan pengertian tentang Ankum !
b. Jelaskan tentang Pendelegasian Kewenangan Ankum !
c. Jelaskan Pengertian Papera !
12
c. Siapakah yang bertindak sebagai Papera jika seseorang pelajar melakukan
suatu tindak pidana ?
BAB III
KEWENANGAN ANKUM
Catatan :
Ankum berwenang terbatas dan sangat terbatas dengan sendirinya tidak
berfungsi, apabila tidak terpisah, terpencil, dan jauh dari Markas Kesatuan
Induknya, kecuali Danki BS.
19. Evaluasi.
14
a. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis Kewenangan Ankum !
b. Sebutkan jenis-jenis hukuman disiplin berdasarkan UU No. 26/1997 !
c. Sebutkan wewenang Ankum dan Ankum Atasan !
BAB IV
KEWENANGAN PAPERA
20. Umum.
22. Oditur dan Papera sependapat tentang Proses Penyelesaian suatu Perkara.
Dalam hal Papera sependapat dengan Surat Pendapat Hukum dari Kepala Hukum
Oditur Militer terhadap penyeleaian perkara, maka dalam waktu paling lambat 30 hari
Papera harus menandatangani dan mengirim kembali Surat Keputusan Penyerahan
Perkara, Surat Keputusan Penutupan Perkara atau Surat Keputusan Penyelesaian
Perkara menurut saluran Hukum disiplin kepada Kepala Pengadilan Militer/Kepala
Pengadilan Militer Tinggi melalui kepala Oditurat Militer/Kepala Oditurat Militer Tinggi.
23. Oditur dan Papera tidak sependapat tentang Proses Penyelesaian suatu
Perkara.
Dalam hal Papera tidak sependapat dengan Oditur ia wajib memberikan jawaban
tertulis dari Papera yang berisi pertimbangan terhadap pendapatnya akan menjadi dasar
pengajuan perbedaan pendapatnya dengan Oditur ke Pengadilan Militer Utama untuk
diputuskannya.
Papera wajib mengirimkan permohonan Oditur tersebut dan berkas perkara yang
disertai dengan pendapatnya kepada Pengadilan Militer Utama dan sesudah mendengar
pendapat Oditurat Jenderal di persidangan Pengadilan Militer Utama dengan putusannya
hakim menyatakan perkara tersebut diajukan atau tidak diajukan ke pengadilan dalam
lingkungan Peradilan Militer atau pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum.
24. Evaluasi.
a. Jelaskan 6 macam kewenangan yang dimiliki oleh seorang Papera dalam
hal terjadinya suatu tindak pidana !
b. Jelaskan dalam hal apakah Papera dapat melakukan penutupan perkara !
c. Salah satu kewenangan dari Papera adalah dapat melakukan penahanan
terhadap seseorang yang diduga melakukan suatu Tindak Pidana. Jelaskan
bagaimana proses Penahanan yang dilakukan oleh Papera !
BAB V
MEKANISME PENERAPAN HUKUMAN
25. Umum
Kegiatan kewenangan Papera dan Ankum dalam mekanisme penerapan
hukuman diatur mulai dari tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan
pengakhiran, dalam rangka menjamin kelancaran dan tercapainya kepastian hukum
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1) Tahap Perencanaan.
17
3) Tahap Pelaksanaan.
(1) Mendasari Berita Acara Pendapat dan Saran Pendapat Hukum dari Oditur Militer
serta pendapat hukum dari Staf hukum terkait selanjutnya Papera menandatangani
Keputusan Penyerahan Perkara (Keppera).
(3) Untuk Pamen ke atas, Papera menyerahkan perkara kepada Pengadilan Militer
Tinggi melalui Oditur Militer Tinggi.
(4) Untuk Pamen ke bawah, Papera menyerahkan perkara kepada Pengadilan Militer
melalui Oditur Militer.
b. Penutupan Perkara.
a) Tahap Perencanaan.
b) Tahap Persiapan.
c) Tahap Pelaksanaan.
(2) Papera dapat memerintahkan penyidik dalam hal ini Ankum untuk melakukan
penyidikan terhadap anggotanya yang diduga melakukan tindak pidana. Selanjutnya Ankum
segera melimpahkan perkara ke POMAD untuk dilakukan penyidikan.
(3) Mempelajari dan menganalisa Berita Acara Pendapat Hukum (Bapat) dari
Otmil/Otmilti, khususnya alasan Otmil/Otmilti tentang penutupan terhadap perkara terkait.
.(4) Meminta saran dari Staf dan Staf Hukum terkait atas Bapat Otmil/Otmilti, khususnya
alasan Otmil/Otmilti.
a) Tahap Perencanaan.
b) Tahap Persiapan.
(4) Mempelajari permohonan menjadi penasehat hukum bagi pengacara yang berasal
dari luar lingkungan Angkatan Darat.
c) Tahap Pelaksanaan.
(2) Papera dapat memerintahkan penyidik dalam hal ini Ankum untuk
melakukan penyidikan terhadap anggotanya yang diduga melakukan tindak pidana.
Selanjutnya Ankum segera melimpahkan perkara ke POMAD untuk dilakukan
penyidikan.
1) Tahap perencanaan.
2) Tahap persiapan.
3) Tahap pelaksanaan
a) Papera dapat memerintahkan penyidik dalam hal ini Ankum untuk melakukan
penyidikan terhadap anggotanya yang diduga melakukan tindak pidana. Setelah
menerima perintah dari Papera maka Ankum segera melimpahkan perkara ke POMAD
untuk dilakukan penyidikan.
c) Menerbitkan Surat Perintah Penasehat Hukum atau Surat Ijin bagi pengacara di
luar lingkungan TNI AD.
d) Mengembalikan kepada Ankum untuk diselesaikan secara disiplin, dengan:
20
(1) Mendasari Berita Acara Pendapat dan Saran Pendapat Hukum dari Oditur
Militer serta pendapat hukum dari Staf Hukum terkait, selanjutnya Papera
menandatangani Keputusan untuk diselesaikan secara hukum disiplin.
27. Kegiatan Kewenangan Ankum. Kegiatan Kewenangan Ankum dalam proses penyelesaian
perkara pelanggaran hukum disiplin mencakup: pemeriksaan pendahuluan, pemeriksaan sidang disiplin,
pelaksanaan hukuman disiplin dan prosedur penyelesaian keberatan atas hukuman disiplin.
3.3.1.1.4 d) Merencanakan tindakan pengamanan terhadap pelanggar, saksi dan barang bukti.
3.3.1.3.1.1 (1) Terjadi pelanggaran disiplin keprajuritan yang berat, yaitu pelanggaran
terhadap ketaatan dan pelanggaran yang memungkinkan timbulnya keributan yang
mengganggu ketentraman militer atau dalam masyarakat.
3.3.1.3.2 b) Pemeriksaan pendahuluan oleh pejabat Pam/Intel terhadap pelanggar dan saksi-
saksi dibuat dalam bentuk Berita Acara pemeriksaan (BAP).
3.3.1.3.4 d) Pemeriksa membuat Resume atau Pendapat Pemeriksa yang memuat kualifikasi
pelanggaran dan pasal peraturan Hukum Disiplin yang dilanggar.
3.3.1.3.5.3 (3) Keadaan mengenai tempat dan waktu pada saat perbuatan dilakukan.
3.3.1.3.6 (f) Pemeriksa melaporkan kepada Ankum, mengenai hasil pemeriksaan pendahuluan.
3.3.1.4.1 a) Setelah menerima dan mempelajari laporan hasil pemeriksaan pendahuluan, Ankum
memutuskan kualifikasi pelanggaran sebagai pelanggaran disiplin atau tindak pidana.
3.3.1.4.3 c) Terhadap tindak pidana, Ankum menyerahkan tersangka dan barang bukti kepada Polisi
Militer/Oditur Militer/Oditur Militer Tinggi untuk dilakukan penyidikan.
3.3.2.1 1) Tahap Perencanaan. Ankum setelah menerima berkas perkara disiplin dari
pemeriksa mengenai adanya pelanggaran disiplin atau Ankum setelah menerima pengembalian berkas
perkara tindak pidana yang sedemikian ringan sifatnya dari Papera dan/atau Oditur Militer maka Ankum
memanggil Perwira Staf guna merencanakan waktu, tempat, dan para pejabat untuk melaksanakan
persidangan serta menentukan anggota yang akan ditunjuk untuk menghadiri persidangan disiplin.
3.3.2.2.1 (a) Ankum memerintahkan pejabat personalia dan pejabat Urdal untuk mempersiapkan
ruangan dan perlengkapan sidang.
3.3.2.2.2 (b) Pejabat personalia menyiapkan Keputusan Hukuman Disiplin dan ruangan sidang.
3.3.2.2.3 (c) Pejabat personalia menghadap Ankum di ruangan Ankum guna melaporkan kesiapan
pelaksanaan sidang.
3.3.2.3.2.1 (1) Menanyakan identitas Terperiksa tentang nama lengkap, tempat dan tanggal lahir,
alamat tempat tinggal dan kondisi kesehatannya.
22
3.3.2.3.2.2 (2) Memerintahkan pemeriksa membacakan risalah hasil pemeriksaan yang telah dibuat.
3.3.2.3.2.3 (3) Menanyakan kepada Terperiksa, apakah pelanggar sudah mengerti dan memahami isi
dari risalah hasil pemeriksaan yang dibacakan pemeriksa.
3.3.2.3.3 (c) Ankum melakukan pemeriksaan terhadap saksi dan barang bukti berdasarkan BAP dan
Risalah Pemeriksaan yang dibuat oleh pemeriksa.
3.3.2.3.4 (d) Ankum menanyakan tanggapan Terperiksa atas keterangan para saksi dan barang bukti.
3.3.2.3.5 (e) Apabila Ankum berpendapat pemeriksaan terhadap Terperiksa saksi-saksi maupun
barang bukti telah cukup, selanjutnya Ankum memberikan kesempatan kepada pendamping
untuk menyampaikan nota pembelaan secara tertulis atau lisan.
3.3.2.3.6 (f) Ankum memberikan kesempatan kepada Terperiksa untuk menyampaikan hal-hal yang
ingin disampaikan sehubungan dengan perkaranya.
3.3.2.3.7 (g) Ankum dapat menunda sidang, untuk memberikan kesempatan dalam menyusun
keputusan hukuman disiplin.
3.3.2.3.9 (i) Ankum dalam menentukan jenis dan berat ringannya hukuman yang akan dijatuhkan
sesuai dengan penilaiannya dalam rangka mencapai sasaran pembinaan. Jenis Hukuman
Disiplin Militer terdiri atas :
3.3.2.3.9.2 (2) Penahanan disiplin ringan paling lama 14 (empat belas) hari dan apabila dalam
keadaan khusus dapat diperberat dengan tambahan waktu penahanan paling lama 7
(tujuh) hari.
3.3.2.3.9.3 (3) Penahanan disiplin berat paling lama 21 (dua puluh satu) hari dan apabila dalam
keadaan khusus dapat diperberat dengan tambahan waktu penahanan paling lama 7
(tujuh) hari.
3.3.2.3.9.4 (4) Penjatuhan Hukuman Disiplin Militer sebagaimana dimaksud diatas diikuti dengan
sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3.3.2.3.10 (j) Penjatuhan hukuman disiplin dituangkan dalam Keputusan, sebagai berikut :
3.3.2.3.10.2 (2) Setelah keputusan selesai dibacakan dan ditandatangani oleh Ankum, selanjutnya
Ankum menyampaikan keputusan tersebut kepada Terhukum untuk ditandatangani.
3.3.2.3.10.3 (3) Ankum memberitahukan hak-hak Terhukum untuk menerima putusan atau tidak
menerima putusan dan tenggang waktu pengajuan keberatan kepada Ankum yang lebih
tinggi dalam tenggang waktu 4 (empat) hari setelah hukuman dijatuhkan.
3.3.3.2.1 (a) Pejabat Pam/Intel dan pejabat urdal untuk mempersiapkan tempat menjalani
pelaksanaan hukuman, dalam hal hukuman berupa penahanan.
3.3.3.2.2 (b) Pejabat personel mempersiapkan surat perintah pelaksanaan menjalani hukuman
disiplin.
3.3.3.3.2.1 (1) Hari penjatuhan hukuman disiplin berlaku sebagai hari pertama dari waktu
hukuman yang ditentukan, kecuali jika pelaksanaan hukuman pada hari itu ditunda.
3.3.3.3.2.2 (2) Hukuman disiplin berakhir pada apel pagi hari berikutnya dari hari terakhir
menjalani hukuman.
3.3.3.3.3 (c) Tempat menjalani hukuman disiplin. Ankum menentukan/menunjuk tempat dimana
hukuman disiplin akan dilaksanakan :
3.3.3.3.3.1 (1) Hukuman disiplin militer berupa penahanan bagi perwira dilaksanakan di
ruang tahanan untuk perwira.
3.3.3.3.3.2 (2) Hukuman disiplin militer berupa penahanan bagi bintara dan tamtama
dilaksanakan di ruang tahanan untuk bintara dan tamtama.
3.3.3.3.5.1 (1) Pengawasan pelaksanaan hukuman selama jam dinas dilakukan oleh
pejabat urdal.
3.3.3.3.5.2 (2) Pengawasan pelaksanaan hukuman di luar jam dinas dilakukan oleh
Perwira Piket/Jaga Kesatriaan.
3.3.4.1.1 (a) Dalam hal Pemohon mengajukan keberatan, pelaksanaan Hukuman Disiplin Militer
ditunda sampai ada keputusan dari Ankum Atasan yang berkekuatan hukum tetap.
3.3.4.1.2 (b) Terhukum disiplin berhak mengajukan keberatan atas hukuman disiplin mengenai :
3.3.4.1.3 (c) Keberatan diajukan secara tertulis, sopan, pantas dan secara hierarki.
3.3.4.1.4 (d) Dalam pengajuan keberatan, Pemohon dapat mengajukan perwira hukum atau perwira
lainnya kepada Ankum untuk memberikan nasihat. Dalam hal di kesatuan tidak ada perwira,
dapat ditunjuk Militer lainnya untuk memberikan nasihat yang berhubungan dengan
pengajuan keberatan.
3.3.4.1.5 (e) Permohonan keberatan diajukan kepada Ankum Atasan melalui Ankum paling lama 4
(empat) hari sesudah Hukuman Disiplin Militer dijatuhkan.
3.3.4.1.6 (f) Ankum wajib menerima dan meneruskan pengajuan keberatan atas keputusan
Hukuman Disiplin Militer yang dijatuhkannya kepada Ankum Atasan paling lama 7 (tujuh)
hari dengan catatan-catatan :
3.3.4.1.7 (g) Permohonan keberatan terhadap Hukuman Disiplin Militer yang sudah diajukan dapat
ditarik kembali paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak diterima Ankum dan apabila
keberatan ditarik kembali Terhukum segera menjalani Hukuman Disiplin Militer.
3.3.4.1.8.1 (1) Ankum Atasan yang berwenang memutus permohonan keberatan, wajib
segera mengambil keputusan berupa menolak atau mengabulkan seluruh atau
sebagian keberatan yang diajukan, dalam bentuk keputusan paling lama 21 (dua puluh
satu) hari sejak permohonan keberatan diterima.
25
3.3.4.1.8.5.2 (bb) Mengabulkan seluruh atau sebagian keberatan yang diajukan oleh
Terhukum.
3.3.4.1.8.6.3 (cc) Keberatan ditolak atau diterima sebagian, artinya bahwa keputusan
Ankum Atasan mengubah keputusan yang dibuat oleh Ankum yang
menjatuhkan hukuman.
3.3.4.1.8.8 (8) Dalam hal Tersangka menolak keputusan Ankum Atasan terhadap
permohonan keberatan yang diajukan, Tersangka berhak mengajukan permohonan
keberatan sekali lagi kepada Ankum dari Ankum Atasan yang telah memutus
permohonan keberatan yang diajukan sebelumnya.
3.3.4.2.1 (a) Dalam hal Pemohon mengajukan keberatan kedua, pelaksanaan Hukuman Disiplin
Militer ditunda sampai ada keputusan dari Ankum dari Ankum Atasan yang berkekuatan
hukum tetap.
3.3.4.2.2 (b) Permohonan keberatan diajukan paling lama 4 (empat) hari terhitung sejak
keputusan terhadap permohonan keberatan yang diajukan sebelumnya diberitahukan
kepada Tersangka.
3.3.4.2.3 (c) Pengajuan keberatan dilakukan secara patut, tertulis, dan hierarki.
3.3.4.2.4 (d) Dalam pengajuan keberatan Pemohon dapat mengajukan perwira hukum atau
perwira lainnya kepada Ankum untuk memberikan nasihat.
3.3.4.2.5 (e) Dalam hal di kesatuan tidak ada perwira, dapat ditunjuk Militer lainnya untuk
memberikan nasihat yang berhubungan dengan pengajuan keberatan.
3.3.4.2.6 (f) Ankum dari Ankum Atasan yang berwenang memutus permohonan keberatan
kedua, wajib segera mengambil keputusan berupa menolak atau mengabulkan seluruh
atau sebagian keberatan yang diajukan, dalam bentuk keputusan paling lama 21 (dua
puluh satu) hari sejak permohonan keberatan kedua diterima.
26
3.3.4.2.7 (g) Dalam hal Terhukum berpendapat belum memperoleh keadilan terhadap
Permohonan keberatan kedua, Terhukum dapat mengajukan pengaduan kepada Dewan
Pertimbangan dan Pengawasan Disiplin Militer (DPPDM).
3.3.4.2.8 (h) Keputusan Hukuman Disiplin Militer yang dijatuhkan oleh Panglima TNI merupakan
keputusan terakhir dan bersifat final.
3.3.5.1 1) Hak menjatuhkan hukuman disiplin gugur karena kadaluwarsa setelah 6 (enam) bulan
terhitung :
3.3.5.1.1 a) Sejak hari Ankum menerima laporan pelanggaran disiplin atau menerima berkas Berita
Acara Pemeriksaan.
3.3.5.1.2 b) Sejak hari Ankum menerima Keputusan Penyelesaian menurut Hukum Disiplin Prajurit
dari Papera.
3.3.5.1.3 c) Sejak hari Ankum menerima penyerahan berkas perkara dari hakim pada pengadilan di
lingkungan Peradilan Militer.
3.3.5.2 2) Terhadap pelaku tindak pidana tidak boleh dijatuhi hukuman disiplin bersamaan dengan
pidana yang akan atau sudah dijatuhkan oleh Pengadilan Militer.
3.3.5.3 3) Terhadap pelaku tindak pidana yang hanya diancam dengan pidana denda dan telah
membayar secara sukarela denda yang dijatuhkan kepadanya, maka terhadap pelaku tersebut tidak
boleh dijatuhi hukuman disiplin.
3.3.5.4 4) Penjatuhan hukuman disiplin oleh Ankum tidak menghapuskan tuntutan pidana atau gugatan
perkara-perkara lainnya.
3.3.5.5 5) Seseorang prajurit yang telah berulang-ulang melakukan pelanggaran hukum disiplin prajurit
dan/atau nyata-nyata tidak mempedulikan segala hukuman disiplin yang dijatuhkan sehingga
dipandang tidak patut lagi dipertahankan sebagai prajurit, maka prajurit tersebut dapat diusulkan
untuk diberhentikan tidak dengan hormat dari dinas keprajuritan. Yang dimaksud dengan berulang-
ulang adalah lebih dari 3 (tiga) kali pada pangkat yang sama. Khusus untuk perwira, usul
pemberhentian tidak dengan hormat didasarkan atas keputusan Dewan Kehormatan Perwira.
3.3.5.6 6) Penunjukan anggota yang menghadiri sidang disiplin didasarkan pada kepangkatan yang lebih
tinggi dan/atau sama dengan pangkat Terperiksa, dengan maksud agar kewibawaan Terperiksa
terhadap bawahannya tetap terlindungi.
3.3.5.7 7) Terhadap pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh anggota militer TNI AD yang melaksanakan
tugas dinas, sesuai surat perintah BP di Satuan/Instansi di Lingkungan TNI AD yang bukan
merupakan Satuan Tugas Operasi, maka Ankum yang berwenang adalah Ankum dari satuan asal.
28. Evaluasi
a.
b.
c.
BAB VI
EVALUASI AKHIR PELAJARAN
27
( Bukan Naskah Ujian )
RAHASIA
17
BAB VII
PENUTUP
RAHASIA