Anda di halaman 1dari 28

RAHASIA

Lampiran III Kep Danpusdikum


KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT Nomor Kep / / VII / 2017
PUSAT PENDIDIKAN HUKUM Tanggal Juli 2017

KEANKUMAN DAN KEPAPERAAN

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum

Disiplin secara umum pada tingkat tertentu pada dasarnya memiliki sikap
ketergantungan pada kekuasaan orang lain atau peraturan perundang-undangan,
sehingga diperlukan alat kekuasaan untuk memaksakan ketaatan berupa piranti
pengendalian sosial dalam tata kehidupan yang berwujud Undang-undang. Disiplin Pajurit
mutlak harus ditegakkan demi tumbuh dan berkembangnya TNI dalam mengemban tugas
yang telah dipercayakan oleh bangsa dan negara kepadanya.

Perwira dalam upaya penegakkan Disiplin Prajurit, memegang peranan penting


dalam kepemimpinan TNI, karena baik buruknya TNI ditentukan oleh kualitas para
Perwiranya, sehingga kepribadian Perwira harus dapat diwujudkan sebagai figur Prajurit
yang layak disebut “Pemimpin” oleh karena itu setiap Perwira dituntut tanggung jawab
lebih dari Bintara dan Tamtama dan diharapkan mempunyai kemampuan yang lebih
besar.

Oleh karena itu Perwira diberi kepercayan untuk membina disiplin Prajurit,
khususnya yang berkedudukan sebagai Atasan Yang Berhak Menghukum (ANKUM)
dengan kewenangan menjatuhkan hukuman disiplin terhadap Prajurit yang berada
dibawah wewenang komandonya.

Keberadaan Papera dalam proses penyelesaian perkara pidana di lingkungan TNI


sangatlah penting, dimana salah satu fungsinya adalah membuat dan menandatangani
Skeppera yang diajukan oleh Oditur Militer. Tanpa adanya Skeppera dari Papera, maka
proses persidangan di Pengadilan Militer tidak dapat dilakukan.

RAHASIA
2

Yang sering menjadi permasalahan adalah dalam menentukan siapakah yang


harus menjadi Papera terhadap seorang Prajurit yang melakukan suatu tindak pidana dan
perbedaan pendapat antara Papera dan Oditur Militer. Dimana Papera menghendaki agar
perkaranya diselesaikan menurut hukum disiplin, sedangkan Oditur Militer menghendaki
agar perkaranya diselesaikan di Pengadilan Militer.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Penyusunan naskah bahan ajaran ini dimaksudkan untuk


dapat digunakan sebagai pedoman bagi Gumil dalam menyampaikan materi
pelajaran Keangkuman dan Kepaperan guna memperlancar kegiatan proses
belajar mengajar.

b. Tujuan. Agar para Perwira siswa dan Taruna Akmil memahami


Keangkuman dan Kepaperaan guna mendukung pelaksanaan tugas.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Pendahuluan
b. Pengertian Ankum dan Papera
c. Kewenangan Ankum
d. Kewenangan Papera
e. Mekanisme Penerapan Hukuman
f. Evaluasi
g. Penutup

4. Pengertian-pengertian

a. Kepala Staf Angkatan Darat yang selanjutnya disebut Kasad adalah


Perwira Tinggi yang berkedudukan langsung di bawah TNI bertugas memimpin TNI
Angkatan Darat dalam pembinaan kekuatan dan kesiapan operasional Angkatan
Darat.
3
b. Prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat yang selanjutnya
disebut Prajurit adalah warga Negara yang memenuhi persyaratan yang
ditentukan dalam pertauran perundang-undangan dan diangkat oleh pejabat yang
berwenang untuk mengabdikan diri dalam dinas keprajuritan dilingkungan
Angkatan Darat.

c. Prajurit Siswa adalah warga Negara yang sedang menjalani pendidikan


pertama untuk menjadi prajurit.

d. Atasan adalah setiap prajurit yang karena pangkat dan/ atau jabatanya
berkedudukan lebih tinggi dari pangkat atau jabatan prajurit lain.

e. Bawahan adalah setiap prajurit yang karena pangkat dan/ atau jabatanya
berkedudukan lebih rendah dari pada pangkat dan/ atau jabatan prajurit lain.

f. Atasan langsung adalah atasan yang mempunyai wewenang komando


langsung terhadap bawahan yang bersangkutan.

5. Referensi.

a. Ankum di lingkungan TNI AD, Perkasad No. 14/ VII/ 2007 tanggal 25 Juli 2007
b. Penunjukan Papera di lingkungan TNI AD, Perkasad No. 15/ Vii/ 2007 tanggal
25 Juli 2007
c. Perkasad No. Perkasad/428/V/2016 tanggal 23 Mei 2016 tentang Ankum dan
Papera di lingkungan TNI AD

BAB II
PENGERTIAN ANKUM DAN PAPERA

6. Umum.
Setiap Perwira dituntut tanggung jawab lebih dari Bintara dan Tamtama
dalam kehidupan Prajurit, sehingga seorang Perwira diharapkan mempunyai kemampuan
yang lebih besar dan oleh karena itu diberi kepercayaan untuk membina disiplin
khususnya yang berkedudukan sebagai Atasan Yang Berhak Menghukum (ANKUM).
4
Dalam fungsinya sebagai Ankum, setiap Perwira harus berani mengambil tindakan
terhadap setiap pelanggaran yang dilakukan oleh bawahannya dan harus bertindak adil,
tegas dan pasti serta bijaksana dalam upaya menegakkan dan membina disiplin Prajurit.

7. Pengertian Ankum

a. Ankum adalah atasan langsung yang mempunyai wewenang untuk


menjatuhkan hukuman disiplin kepada Prajurit yang berada dibawah wewenang
komandonya menurut ketentuan pertauran perundang-undangan yang berlaku.
b. Ankum atasan adalah langsung dari Ankum yang menjatuhkan hukuman
disiplin.
c. Ankum dari Ankum Atasan adalah Atasan langsung dari Ankum Atasan
yang telah memutuskan pengajuan keberatan pertama
d. Aknum Yang Berwenag Penuh adalah Ankum yan mempunyai wewenang
untuk menjatuhkan semua jenis hukuman disiplin berupa teguran, penahanan
ringan atau penahan berat kepada setiap Prajurit yang berada di bawah
wewenang komandonya.
e. Ankum Yang Berwenang Terbatas adalah Ankum yang mempunyai
wewenang untuk menjatuhkan semua jenis hukuman disiplin berupa teguran,
penahanan ringan atau penahan berat kepada setiap prajurit yang berada di
bawah wewenang komandonya, kecuali penahanan berat terhadap perwira,
f. Ankum Yang Berwenang Sangat Terbatas adalah Ankum yang mempunyai
wewenang untuk menjatuhkan hukuman disiplin berupa teguran dan penahanan
ringan kepada setiap Bintara dan Tamtama yang berada dibawah komandonya

8. Ankum Di Lingkungan Angkatan Darat.


a. Ankum dilingkungan Angkatan Darat meliputi :
1) Kepala Staf Angktan Darat adalah Ankum tertinggi di lingkungan
Angkatan Darat.
2) Ankum berwenang penuh dijabat oleh serendak-rendahnya
Komandan Batalyon atau yang setingkat.
3) Ankum Berwenang Terbatas dijabat oleh Dandenma Brigade , Ka
Korum, Danki BS atau Danki yang setingkat, yang berkedudukan terpisah
dan jauh dari markas kesatuan induknya
5
4) Ankum Berwenag Sangat terbatas dijabat oleh dabton atau setingkat
yang berkedudukan terpisah, terpencil dan jauh dari markas kesatuan
induknya
5) Jenis hukuman disiplin prajurit terdiri atas : teguran, penahanan
ringan paling lama 14 (empat belas) hari, penahanan berat paling lama
21(dua puluh satu) hari.
b. Ankum Di Lingkungan Mabesad terdiri dari :
1). Kasad bertindak selaku Ankum terhadap :
a) Dan Kodiklat TNI AD, Pangkostrad
b) Irjenad dan para Asisten Kasad
c) Para Pangdam, Danjen Kopasus dan para Pangdivif.
d) Gubernur Akmil, Kepala Staf Kostrad, Wadan Kodiklat TNI AD,
Dan Seskoad, para dan Pussen dan Secapaad, Dan/Dir/Ka/Ke
Balakpus Angkatan Darat.
e) Para perwira tinggi di jajaran Kodiklat TNI AD, para Kepala staf
Divisi Infanteri Kostrad, Wakil Danjen Kopasus, Wadan Sesekoad,
Wagub Akmil, para Kepala Staf Kodam, para Wadan Pussen yang
berpangkat perwira Tinggi, Kepala RSPAD Gatot Subroto.
f) Para perwira tinggi selain tersebut di atas dan para perwira
menengah yang memegang jabatan perwira tinggi yang bertugas
dilingkungan Mabesad
2). Wakasad bertindak selaku Ankum terhadap :
a) Wadan Secapaad, Wadan/wakil/sedit Balakpus Angkatan
Darat, Koordinator Staf Ahli Pribadi disingkat Koospri Kasad, Ketua/
Wakil Ketua Puskopad dan waka RSPAD Gatot Subroto
b) Para perwira menengah yang berpangkat Kolonel dan Letkol
yang menduduki jabatan kolonel yang bertugas di Itjenad, termasuk
Perwira Menengah non job yang berpangkat Kolonel
c) Ketua/ Wakil Ketua Pusat Koperasi disingkat Ketua/ Wakil
Ketua Puskop Mabesad

c. Ankum Di lingkungan Kodilkat TNI AD terdiri dari :


a. Dan Kodiklat TNI AD bertindak selaku Ankum terhadap :
1) Inspektur Kodiklat TNI AD
6
2) Perwira menengah berpangkat Kolonel dan Letkol yang
menduduki jabatan Kolonel yang bertugas di Makodiklat TNI AD,
kecuali Kolonel yang menduduki jabatan Perwira Tinggi.
3) Wadan Pussenkav, Wadan Pussenarmed, Wadan
Pussenarhanud, Dan Puslatpur, Dan Pussimpur, Kalemjiantek, Ketua
Puskopad A Kodiklat TNI AD, Para Komandan Pusat pendidikan
Kodiklat TNI AD, Para Komandan Pusat Pendidikan di bawah
Pussen.
4) Wair, Wadan Puslatpur , Wadan Pussimpur, Waka Lemjiantek,
Wakil Ketua Puskopad A Kodiklat TNI AD, Para Wakil Komandan
Pusat Pendidikan Kodiklat TNI AD, kecuali para Wakil Komandan
Pusat Pendidikan di bawah Pussen.
5) Dan/ Wadan denma Kodiklat TNI AD, Ka/ Waka Dopusalins,
Kaajen, Kainfolahta, Kakes, Dandenjasa, Kapdi Banpri.
b. Para Dir Kodiklat TNI AD bertindak selaku Ankum terhadap personel
berpangkat Letkol ke bawah yang berada dibawah komandonya, kecuali
Letkol yang menduduki jabatan Kolonel.
c. Sekretaris Kodiklat TNI AD bertindak selaku Ankum terhadap :
1) Personel berpangkat Letkol ke bawah yang berada dibawah
komandonya, kecuali Letkol yang menduduki jabatan Kolonel.
2) Personel berpangkat Letkol dan Mayor yang bertugas di
Makodiklat TNI AD,kecuali yang bertugas dibawah Dir, Puskopad A dan
Denma Kodiklat TNI AD.
3) Seluruh personel Makodiklat yang tidak/belum menduduki
sebuah jabatan (luar formasi).
d. Kapuskopad A Kodiklat TNI AD bertindak selaku Ankum terhadap
seluruh personel yang berada di bawah komandonya, kecuali Wakil Ketua
Puskopad A Kodiklat TNI AD.
e. Dandenma Kodiklat TNI AD bertindak selaku Ankum terhadap
Perwira Pertama, Bintara dan tamtama yang bertugas di Makodiklat TNI AD,
kecuali yang bertugas dibawah Dir, Sekretariat dan Puskopad A kodiklat TNI
AD.
d. Ankum Di Lingkungan Ditkumad
a) Dirkumad bertindak selaku Ankum terhadap :
7
1) Para Perwira Menengah dan Perwira Pertama yang
menduduki jabatan Mayor yang bertugas di bawah wewenang
Komandonya, kecuali Wadirkumad.
2) Ketua STHM dan Pamen yang menduduki jabatan Kolonel di
Lingkungan STHM Ditkumad.

b) Sekretaris Ditkumad bertindak selaku Ankum terhadap Perwira


Pertama, Bintara dan Tamtama yang bertugas di Maditkumad.
c) Ketua STHM bertindak selaku Ankum terhadap Perwira, Bintara dan
Tamtama yang bertugas di lingkungan STHM, kecuali Pamen yang
menduduki jabatan Kolonel.
d) Dansatsis STHM bertindak selaku Ankum terhadap Perwira
Mahasiswa (Pamasis) STHM.

9. Pendelegasian Wewenang.

a. Pada dasarnya wewenang Ankum tidak dapat didelegasikan kepada


pejabat lain di bawahnya, kecuali apabila Ankum berhalangan, wewenang tersebut dapat
di delegasikan kepada pejabat lain yang ditunjuk berdasarkan Surat Perintah dari Ankum
yang bersangkutan atau Ankum Atasan secara hirarki.

b. Yang dimaksud Ankum berhalangan sebagaimana tersebut di atas adalah


Ankum tidak dapat menjalankan wewenangnya sebagai Ankum, karena sedang
menjalankan tugas kedinasan, sakit atau sebab lain minimal 14 (empat belas) hari.

10. Pengertian Papera

a. Papera adalah Perwira yang oleh atau atas dasar Undang-undang


mempunyai wewenang untuk menentukan suatu perkara pidana yang dilakukan
oleh prajurit TNI dan atau yang dipersamakan dengan TNI, yang berada di bawah
wewenang komandonya diserahkan kepada atau diselesaikan di luar Pengadilan
dalam lingkungan Peradilan Militer dan Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan
Umum.
b. Papera Atasan adalah Atasan langsung dari Papera yang menyerahkan
perkara/ menentukan perkara diselesaikan secara hukum disiplin/ menutup perkara
demi kepentingan hukum.
c. Penyerahan Perkara adalah tindakan Papera untuk menyerahkan perkara
pidana kepada pengadilan dalam lingkungan Peradilan Militer atau pengadilan
8
dalam lingkungan Peradilan Umum yang berwenang, dengan menuntut supaya
diperiksa dan diadili dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-
undang.
d. Penutupan Perkara adalah tindakan Papera untuk tidak menyerahakan
perkara pidana kepada pengadilan dalam lingkungan Peradilan Militer atau
pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum berdasarkan pertimbangan demi
kepentingan hukum atau kepentingan militer dan/ kepentingan umum.

11. Papera di tingkat Mabes TNI.


a. Panglima bertindak selaku papera terhadap :
1) Para Kepala staf Angkatan
2) Kepala Staf Umum TNI disingkat Kasum TNI.
3) Inspektur Jenderal dan Perbendaharaan TNI disingkat Irjen TNI.
4) Para Wakil Kepala Staf Angkatan.
5) Para Perwira Tinggi disingkat Pati dan Para Perwira Menengah
disingkat Pamen pemegang jabatan Pati yang bertugas di lingkungan
Mabes TNI.
6) Para Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional
disingkat Pangkosek Hanudnas, para Wakil Badan Pelaksana Pusat
disingkat Waka Balakpus TNI yang tidak menduduki jabatan Pati,
Komandan/Wakil Komandan Detasemen Markas disingkat Dan/Wadan
Denma Mabes TNI, Koordinator Staf Pribadi disingkat Koorspri Panglima
TNI dan Kepala/Wakil Kepala Sekretariat Umum disingkat KA/Wakasetum
Mabes TNI.

b. Kasum TNI bertindak selaku Papera terhadap:


1) Para Pamen yang berpangkat Kolonel yang bertugas di Staf Mabes
TNI.
2) Ketua/Wakil Ketua Pusat Koperasi disingkat Ke/Wake Puskop Mabes
TNI.
c. Inspektur Jenderal TNI bertindak sebagai Papera terhadap para Pamen ke
bawah yang bertugas di Inspektorat Jenderal TNI.
9
d. Asisten Perencanaan Umum disingkat Asrenum Panglima TNI bertindak
selaku Papera terhadap Pamen ke bawah yang bertugas di Asrenum TNI.
e. Koordinator Staf Ahli disingkat Koorsahli Panglima TNI bertindak selaku
Papera terhadap para Pamen ke bawah yang bertugas di Staf Ahli disingkat Sahli
Panglima TNI.
f. Para Asisten Kasum TNI bertindak selaku Papera terhadap Para Pamen
berpangkat Letkol ke bawah yang bertugas di dalam susunan organisasi yang
dipimpinnya.
g. Perwira Staf Khusus Polisi Militer disingkat Passuspom TNI bertindak selaku
Papera terhadap para Pamen ke bawah yang bertugas di Staf Suspom TNI.
h. Dan Satuan Komunikasi dan elektronika disingkat Dansatkomlek TNI
bertindak selaku Papera terhadap :
1) Para Pamen ke bawah yang bertugas di Masatkomlek TNI kecuali
Wadan Satkomlek.
2) Para Pamen ke bawah yang bertugas di detasemen Komunikasi dan
elektronika disingkat Denkomlek dan Sub Denkomlek.
i. Kepala Pusat Pengendalian Operasi disingkat Kasubdalops TNI bertindak
selaku Papera terhadap para Pamen ke bawah yang bertugas di Pusdalops TNI.
j. Kasetum Mabes TNI bertindak selaku Papera terhadap para Pamen yang
berpangkat Letkol ke bawah yang bertugas di Setum Mabes TNI, kecuali Waka
setum Mabes TNI.
k. Koordinator Staf Pribadi disingkat Koorspri Panglima TNI, kecuali Perwira
Penghubung Protokol, disingkat Pabungkol.
l. Dandenma Mabes TNI bertindak selaku papera terhadap Para Pamen ke
bawah yang bertugas di puskop Mabes kecuali Wake Puskop.
m. Kohanudnas bertindak selaku Papera :
1) Panglima Kohanudnas disingkat Pangkohanudnas terhadap para
Pamen ke bawah yang bertugas lingkungan Kohanudnas dalam susunan
organisasi yang dipimpinnya, kecuali Pamen ke bawah yang bertugas di
Kosekhanudnas.
2) Pangkosekhanudnas terhadap para Pamen ke bawah yang bertugas
di Makosekhanudnas dalam susunan organisasi yang dipimpinnya.
n. Di Komando Garnisun Tetap, disingkat Kogartap yang bertindak selaku
Papera adalah para Kas Garnisun tetap terhadap Para Pamen ke bawah yang
bertugas dalam susunan organisasi yang dipimpinnya.
10
12. Papera di Tingkat Mabesad.

a. Papera dilingkungan Angkatan Darat.


1). Kasad adalah Papera tertinggi di lingkungan Angkatan Darat.
2). Kasad selaku Papera tertinggi di lingkungan Angkatan Darat dapat
menunjukan Komandan/ Kepala kesatuan bawahan masing-masing paling
rendah setingkat dengan Komandan Komando Resort Militer untuk bertindak
selaku Papera.
3). Untuk kepentingan Kepaperaan, pejabat yang setara dengan
Komandan Komando Resort Militer adalah pejabat sebagai berikut :
Danrindam, Danpusdik, Dandenma Mabesad, Ketua BP TWP,
Danpuslatpur, Danpussimpur, Kalemjiantek Kodiklat TNI AD, Danmen,
Danbrig, Dan Grup Kopassus, dan Dan Sat 81/ Gultor.
4). Kasad melakukan pengawasan dan pengendalian Kepaperaan di
lingkungan Angkatan Darat.
5). Kasad dalam melaksanakan wewenang nya selaku Papera tertinggi
di lingkungan Angkatan Darat, dibantu oleh Direktur Hukum Angkatan Darat.
6). Kasad dapat membekukan sementara wewenang Papera bawahan
dan secara langsung memegang wewenang tersebut.

b. Papera di lingkungan Mabesad


1). Kasad bertindak selaku Papera bagi seluruh Pati di lingkungan
Angkatan Darat termasuk Kolonel yang menduduki jabatan Pati, kecuali
Wakasad.
2). Wakasad bertindak selaku Papera terhadap :
(a) Wadan/ Wadir/ Sesdit Balakpus TNI AD
(b) Perwira Menengah berpangkat Kolonel dan Letkol yang
menduduki jabatan Kolonel di lingkungan Mabesad.
(c) Wadan Denma Mabesad, Wakil Ketua Inkopad, Ketua/ Wakil
Ketua Pusdopad Denma Mabesad, Ketua/ Wakil ketua BP TWP.
3). Dan Denma Mabesad bertindak selaku Papera terhadap Perwira
Menengah berpangkat Letkol ke bawah yang bertugas di lingkungan
Mabesad, kecuali Wadan Denma.
4). Ketua Inkopad bertindak selaku Papera terhadap Perwira Menengah
ke bawah yang bertugas di Inkopad, kecuali Wakil Ketua Inkopad.
5). Ketua BP TWP bertindak selaku Papera terhadap Perwira menengah
ke bawah yang bertugas di BP TWP, kecuali Wakil Ketua BP TWP.
11

13. Papera di Tingkat Kodiklat TNI AD.

a. Dankodiklat bertindak selaku Papera terhadap :


1) Kolonel kebawah yang bertugas di Makodiklat TNI AD, kecuali
Kolonel yang menduduki jabatan Pati di Makodiklat TNI AD.
2) Perwira menengah yang menjabat Wadan Pussen, Ka/
Wakalemjiantek Kodiklat TNI AD, Dan/ Wadan Pusdik, Dan/ Wadan
Puslatpur, Dan/ Wadan Pussimpur di jajaran Kodiklat TNI AD.

b. Komandan Pusat Kesenjataan Kodiklat TNI AD bertindak selaku Papera


terhadap kolonel ke bawah yang bertugas di jajaran Pusat Kesenjataan Kodiklat
TNI AD, kecuali Wadan Pussen.
c. Komandan Pusdik kodiklat TNI AD bertindak selaku Papera terhadap :
1) Letkol ke bawah yang bertugas di Mapusdik masing-masing, kecuali
Wadan Pusdik.
2) Prajurit siswa yang sedang mengikuti pendidikan .

14. Papera di Daerah Operasi.


a. Papera bagi personel di bawah Perintah berada pada satuan penerima
Bawah Perintah.
b. Pangkoops bertindak selaku Papera terhadap prajurit golongan pangkat
Pamen ke bawah yang bertugas :
1) Secara organik berada di bawah wewenang komandonya.
2) Bawah Kendali Operasi disingkat BKO
3) Bawah Perintah disingkat BP.
c. Apabila Koops telah dibubarkan, yang bertindak selaku Papera adalah :
a. Pangkoops apabila Skeppera sudah diterbitkan.
b. Papera satuan asal dalam hal Skeppera belum diterbitkan.

15. Evaluasi.
a. Jelaskan pengertian tentang Ankum !
b. Jelaskan tentang Pendelegasian Kewenangan Ankum !
c. Jelaskan Pengertian Papera !
12
c. Siapakah yang bertindak sebagai Papera jika seseorang pelajar melakukan
suatu tindak pidana ?

BAB III
KEWENANGAN ANKUM

16. Umum. Atasan Yang Berhak Menghukum (ANKUM) di lingkungan TNI AD


adalah setiap Perwira pemegang komando yang mempunyai kelengkapan perangkat
administrasi, baik di pusat maupun di daerah, serendah-rendahnya satuan setingkat
Kompi yang berdiri sendiri, yang terdiri dari :

a. Ankum berwenang penuh;


Mempunyai wewenang untuk menjatuhkan semua jenis hukuman disiplin
kepada setiap prajurit yang berada di bawah wewenang komandonya.
b. Ankum berwenang terbatas;
Mempunyai wewenang untuk menjatuhkan semua jenis hukuman disiplin
kepada setiap prajurit yang berada di bawah wewenang komandonya, kecuali
penahanan berat terhadap perwira.
c. Ankum berwenang sangat terbatas;
Mempunyai wewenang untuk menjatuhkan hukuman disiplin teguran dan
penahanan ringan kepada setiap Bintara dan Tamtama yang berada di bawah
wewenang komandonya.
Jenis-jenis hukuman disiplin prajurit berdasarkan pasal 8 Undang-undang
Nomor 26 Tahun 1997 adalah :
a. Teguran;
b. Penahanan ringan paling lama 14 (empat belas) hari;
c. Penahanan berat paling lama 21 (dua puluh satu) hari.

17. Wewenang Ankum dan Ankum Atasan.


a. Wewenang Ankum adalah :
1) Melakukan atau memerintahkan pejabat yang ditunjuk untuk
melaksanakan pemeriksaan terhadap bawahan yang diduga melakukan
pelanggaran disiplin murni.
13
2) Menyerahkan kepada penyidik POM atau Oditur untuk melaksanakan
penyidikkan terhadap bawahan yang diduga melakukan pelanggaran disiplin
tidak murni.
3) Menjatuhkan hukuman disiplin terhadap setiap bawahan yang
Melakukan pelanggaran disiplin.
4) Menunda pelaksanaan hukuman disiplin yang telah di jatuhkan.

b. Wewenang Ankum Atasan :


1) Menunda pelaksanaan hukuman disiplin baik yang dijatuhkan oleh
Ankum dibawahnya maupun yang dijatuhkan sendiri.
2) Memeriksa dan memutus pengajuan keberatan;
3) Mengawasi dan mengendalikan Ankum di bawahnya, agar
Kewenangannya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

18. Pejabat-pejabat Ankum.


a. Pejabat Ankum yang berwenang penuh.
Setiap perwira pemegang komando, baik di pusat maupun di daerah,
paling rendah pada satuan setingkat batayon..

b. Pejabat Ankum yang berwenang terbatas :


Setiap Komandan Kompi Berdiri Sendiri/Danki BS/Danki yang
setingkat, yang berkedudukan terpisah, terpencil, dan jauh dari Markas
Kesatuan Induknya.

c. Pejabat Ankum yang berwenang sangat terbatas :


Setiap Komandan Peleton/Danton atau yang setingkat, yang
berkedudukan terpisah, terpencil, dan jauh dari Markas Kesatuan Induknya.

Catatan :
Ankum berwenang terbatas dan sangat terbatas dengan sendirinya tidak
berfungsi, apabila tidak terpisah, terpencil, dan jauh dari Markas Kesatuan
Induknya, kecuali Danki BS.

19. Evaluasi.
14
a. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis Kewenangan Ankum !
b. Sebutkan jenis-jenis hukuman disiplin berdasarkan UU No. 26/1997 !
c. Sebutkan wewenang Ankum dan Ankum Atasan !

BAB IV
KEWENANGAN PAPERA

20. Umum.

Dalam melaksanakan tugasnya, Papera mempunyai beberapa kewenangan di


antaranya dapat menentukan apakah perkara tersebut diselesaikan menurut Hukum
Disiplin ataukah diselesaikan di Pengadilan Militer. Dalam prosesnya Papera tak langsung
membuat Skeppera melainkan dikirimkan dari Oditur Militer berupa Net Konsep Skeppera
namun dalam prakteknya sering terjadi perselisihan, dimana Oditur Militer menghendaki
agar perkaranya diselesaikan di Pengadilan Militer sedangkan papera menghendaki agar
Perkaranya diselesaikan menurut Hukum Disiplin.

21. Kewenangan Papera.

a. Perwira Penyerah Perkara mempunyai wewenang :


1) Memerintahkan penyidik untuk melakukan penyidikan.
2) Menerima laporan tentang palaksanaan penyidikan.

3) Memerintahkan dilakukan upaya paksa.


4) Memperpanjang penahanan dalam rangka Penyidikan.
5) Menerima atau meminta pendapat hukum dari Oditur tentang
penyelesaian suatu perkara.
6) Menyerahkan perkara kepada pengadilan yang berwenang untuk
memeriksa dan mengadili.
7) Menentukan perkara untuk diselesaikan menurut hukum disiplin
prajurit
8) Menutup perkara demi kepentingan hukum.

b. Kewenangan penutupan perkara demi kepentingan umum/militer hanya ada


pada Panglima TNI.
15
c. Panglima TNI selaku perwira penyerah perkara tertinggi melakukan
pengawasan dan pengendalian penggunaan wewenang penyerah perkara oleh
perwira penyerah perkara lainnya.

22. Oditur dan Papera sependapat tentang Proses Penyelesaian suatu Perkara.

Dalam hal Papera sependapat dengan Surat Pendapat Hukum dari Kepala Hukum
Oditur Militer terhadap penyeleaian perkara, maka dalam waktu paling lambat 30 hari
Papera harus menandatangani dan mengirim kembali Surat Keputusan Penyerahan
Perkara, Surat Keputusan Penutupan Perkara atau Surat Keputusan Penyelesaian
Perkara menurut saluran Hukum disiplin kepada Kepala Pengadilan Militer/Kepala
Pengadilan Militer Tinggi melalui kepala Oditurat Militer/Kepala Oditurat Militer Tinggi.

Apabila dalam waktu tenggang 30 hari Papera belum menandatangani dan


mengirimkan kembali Surat Keputusan Penyerahan Perkara, Surat Keputusan
Penyerahan Perkara menurut saluran hukum Disiplin kepada Kepala Pengadilan/Kepala
Pengadilan Militer Tinggi melalui Kepala Oditurat Militer/Kepala Oditurat Militer Tinggi,
maka kewenangan terhadap penyeleaian perkara tersebut beralih kepada Papera yang
lebih tinggi.

23. Oditur dan Papera tidak sependapat tentang Proses Penyelesaian suatu
Perkara.

Dalam hal Papera tidak sependapat dengan Oditur ia wajib memberikan jawaban
tertulis dari Papera yang berisi pertimbangan terhadap pendapatnya akan menjadi dasar
pengajuan perbedaan pendapatnya dengan Oditur ke Pengadilan Militer Utama untuk
diputuskannya.

Apabila Papera menentukan bahwa Perkara akan diselesaikan di luar Pengadilan


dalam lingkungan Peradilan Militer atau pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum,
sedangkan Oditur berpendapat bahwa untuk kepentingan peradilan perkara perlu
diajukan ke pengadilan dalam lingkungan peradilan umum dan apabila Oditur tetap pada
16
pendiriannya, Oditur mengajukan permohonan dengan disertai alasan-alasan kepada
Perwira Penyerah Perkara tersebut, supaya perbedaan pendapat diputuskan oleh
pengadilan Militer Utama dalam Sidang.

Papera wajib mengirimkan permohonan Oditur tersebut dan berkas perkara yang
disertai dengan pendapatnya kepada Pengadilan Militer Utama dan sesudah mendengar
pendapat Oditurat Jenderal di persidangan Pengadilan Militer Utama dengan putusannya
hakim menyatakan perkara tersebut diajukan atau tidak diajukan ke pengadilan dalam
lingkungan Peradilan Militer atau pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum.

Dalam perkara tertentu apabila kepentingan umum atau kepentingan militer


menghendakinya Panglima dapat mempertimbangkan suatu penutupan perkara demi
kepentingan Militer sebelum mengambil keputusan, panglima mendengar pendapat dari
Oditurat Jenderal dan apabila dipandang perlu juga dari pejabat lain.

24. Evaluasi.
a. Jelaskan 6 macam kewenangan yang dimiliki oleh seorang Papera dalam
hal terjadinya suatu tindak pidana !
b. Jelaskan dalam hal apakah Papera dapat melakukan penutupan perkara !
c. Salah satu kewenangan dari Papera adalah dapat melakukan penahanan
terhadap seseorang yang diduga melakukan suatu Tindak Pidana. Jelaskan
bagaimana proses Penahanan yang dilakukan oleh Papera !

BAB V
MEKANISME PENERAPAN HUKUMAN

25. Umum
Kegiatan kewenangan Papera dan Ankum dalam mekanisme penerapan
hukuman diatur mulai dari tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan
pengakhiran, dalam rangka menjamin kelancaran dan tercapainya kepastian hukum
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

26. Kegiatan Kewenangan Papera.

a. Penyerahan Perkara Pidana. Kegiatan penyerahan perkara pidana kepada pengadilan


yang berwenang diatur sebagai berikut:

1) Tahap Perencanaan.
17

a) Mempelajari laporan terjadinya pelanggaran.

b) Merencanakan pengeluaran perintah untuk melakukan penyidikan.

c) Merencanakan sarana pendukung yang diperlukan.

2). Tahap Persiapan.

a) Menyiapkan surat perintah/keputusan perpanjangan penahanan atas permintaan penyidik.

b) Menyiapkan konsep Keputusan Penyerahan Perkara.

c) Menyiapkan penasehat hukum bagi tersangka.

d) Mempelajari permohonan menjadi penasehat hukum bagi pengacara yang


berasal dari luar lingkungan Angkatan Darat.

3) Tahap Pelaksanaan.

a) Papera dapat memerintahkan penyidik dalam hal ini Ankum untuk


melakukan penyidikan terhadap anggotanya yang diduga melakukan tindak pidana. Setelah
menerima perintah dari Papera maka Ankum segera melimpahkan perkara ke POMAD untuk
dilakukan penyidikan.

b) Mengeluarkan Surat Perintah/Keputusan perpanjangan penahanan atas


permintaan penyidik terhadap tersangka yang belum selesai proses pemeriksaan
penyidikannya.

c) Menerbitkan Surat Perintah Penasehat Hukum atau Surat Ijin bagi


pengacara di luar lingkungan TNI AD.

d) Melimpahkan ke Pengadilan Militer, sebagai berikut:

(1) Mendasari Berita Acara Pendapat dan Saran Pendapat Hukum dari Oditur Militer
serta pendapat hukum dari Staf hukum terkait selanjutnya Papera menandatangani
Keputusan Penyerahan Perkara (Keppera).

(2) Menyerahkan Keputusan Penyerahan Perkara, sebagai berikut:

(3) Untuk Pamen ke atas, Papera menyerahkan perkara kepada Pengadilan Militer
Tinggi melalui Oditur Militer Tinggi.

(4) Untuk Pamen ke bawah, Papera menyerahkan perkara kepada Pengadilan Militer
melalui Oditur Militer.

.4) Tahap Pengakhiran.

a) Mengawasi pelaksanaan tindak lanjut Keputusan Penyerahan Perkara.

b) Mengikuti pelaksanaan proses sidang pengadilan terhadap perkara terkait.

b. Penutupan Perkara.

1) Demi Kepentingan Hukum.

a) Tahap Perencanaan.

(1) Mempelajari laporan terjadinya pelanggaran.

(2) Merencanakan pengeluaran perintah untuk melakukan penyidikan.

(3) Merencanakan sarana pendukung yang diperlukan.


18

b) Tahap Persiapan.

(1) Menyiapkan Surat Perintah/Keputusan perpanjangan penahanan atas


permintaan penyidik.

(2) Menyiapkan penasehat hukum bagi tersangka.

(3) Mempelajari permohonan menjadi penasehat hukum bagi pengacara yang


berasal dari luar lingkungan Angkatan Darat.

(4) Menyiapkan konsep Keputusan Penutupan Perkara.

c) Tahap Pelaksanaan.

(1) Mengeluarkan Surat Perintah/Keputusan perpanjangan penahanan atas permintaan


penyidik terhadap tersangka yanag belum selesai proses pemeriksaan penyidikan.

(2) Papera dapat memerintahkan penyidik dalam hal ini Ankum untuk melakukan
penyidikan terhadap anggotanya yang diduga melakukan tindak pidana. Selanjutnya Ankum
segera melimpahkan perkara ke POMAD untuk dilakukan penyidikan.

(3) Mempelajari dan menganalisa Berita Acara Pendapat Hukum (Bapat) dari
Otmil/Otmilti, khususnya alasan Otmil/Otmilti tentang penutupan terhadap perkara terkait.

.(4) Meminta saran dari Staf dan Staf Hukum terkait atas Bapat Otmil/Otmilti, khususnya
alasan Otmil/Otmilti.

(5) Menerbitkan dengan menandatangani Keputusan Penutupan Perkara (demi


kepentingan hukum), Alasan penutupan perkara adalah:

(a) Perkaranya tidak cukup bukti.

(b) Perkaranya bukan merupakan tindak pidana.

(c) Perkaranya telah kedaluarsa.

(d) Tersangka/terdakwa meninggal dunia.

(e) Nebis in idem.

(f) Telah dibayarkannya maksimum denda yang ditentukan peraturan perundang -


undangan yang berlaku sepanjang ancaman pidananya berupa denda saja.

(g) Delik aduan yang pengaduannya sudah dicabut.

(6) Menyerahkan Keputusan Penutupan Perkara kepada Oditur Militer.

d) Tahap Pengakhiran. Mengawasi pelaksanaan Keputusan Penutupan Perkara.

2) Demi Kepentingan Umum/Militer.

a) Tahap Perencanaan.

(1) Mempelajari laporan terjadinya pelanggaran.

(2) Merencanakan pengeluaran perintah untuk melakukan penyidikan.

(3) Merencanakan sarana pendukung yang diperlukan.

b) Tahap Persiapan.

(1) Menyiapkan Surat Perintah/Keputusan Perpanjangan Penahanan atas permintaan


penyidik.
19
(2) Menyiapkan konsep Keputusan Penutupan Perkara.

(3) Menyiapkan penasehat hukum bagi tersangka.

(4) Mempelajari permohonan menjadi penasehat hukum bagi pengacara yang berasal
dari luar lingkungan Angkatan Darat.

c) Tahap Pelaksanaan.

(1) Mengeluarkan Surat Perintah/Keputusan perpanjangan penahanan


atas permintaan penyidik terhadap tersangka yanag belum selesai proses
pemeriksaan penyidikan.

(2) Papera dapat memerintahkan penyidik dalam hal ini Ankum untuk
melakukan penyidikan terhadap anggotanya yang diduga melakukan tindak pidana.
Selanjutnya Ankum segera melimpahkan perkara ke POMAD untuk dilakukan
penyidikan.

(3) Mempelajari dan menganalisa Berita Acara Pendapat Hukum


(Bapat) dari Otmil/Otmilti, khususnya alasan Otmil/Otmilti tentang penutupan terhadap
perkara terkait.

(4) Memberikan saran kepada Panglima TNI untuk menertbitkan


Keputusan Penutupan Perkara selaku Papera Tertinggi di lingkungan TNI.

d) Tahap pengakhiran. Menunggu terbitnya Keputusan Penutupan Perkara dari


Panglima TNI.

c. Penyelesaian Perkara secara Hukum Disiplin Militer.

1) Tahap perencanaan.

a) Mempelajari laporan terjadinya pelanggaran.

b) Merencanakan pengeluaran perintah untuk melakukan penyidikan.

c) Merencanakan sarana pendukung yang diperlukan.

2) Tahap persiapan.

a) Menyiapkan Surat Perintah/Keputusan Perpanjangan Penahanan atas permintaan


penyidik.

b) Menyiapkan penasehat hukum bagi tersangka.

c) Mempelajari permohonan menjadi penasehat hukum bagi pengacara yang berasal


dari luar lingkungan Angkatan Darat.

d) Menyiapkan Konsep Keputusan untuk diselesaikan secara Hukum Disiplin.

3) Tahap pelaksanaan

a) Papera dapat memerintahkan penyidik dalam hal ini Ankum untuk melakukan
penyidikan terhadap anggotanya yang diduga melakukan tindak pidana. Setelah
menerima perintah dari Papera maka Ankum segera melimpahkan perkara ke POMAD
untuk dilakukan penyidikan.

b) Mengeluarkan Surat Perintah/Keputusan Perpanjangan Penahanan atas


permintaan penyidik terhadap tersangka yang belum selesai proses pemeriksaan
penyidikan.

c) Menerbitkan Surat Perintah Penasehat Hukum atau Surat Ijin bagi pengacara di
luar lingkungan TNI AD.
d) Mengembalikan kepada Ankum untuk diselesaikan secara disiplin, dengan:
20

(1) Mendasari Berita Acara Pendapat dan Saran Pendapat Hukum dari Oditur
Militer serta pendapat hukum dari Staf Hukum terkait, selanjutnya Papera
menandatangani Keputusan untuk diselesaikan secara hukum disiplin.

(2) Menyerahkan Keputusan untuk diselesaikan melalui Hukum Disiplin kepada


Oditur untuk disampaikan kepada Ankum.

4) Tahap pengakhiran. Mengawasi pelaksanaan sidang penjatuhan Hukuman


Disiplin oleh Ankum sebagai tindak lanjut Keputusan penyelesaian menurut Hukum Disiplin.

27. Kegiatan Kewenangan Ankum. Kegiatan Kewenangan Ankum dalam proses penyelesaian
perkara pelanggaran hukum disiplin mencakup: pemeriksaan pendahuluan, pemeriksaan sidang disiplin,
pelaksanaan hukuman disiplin dan prosedur penyelesaian keberatan atas hukuman disiplin.

3.3.1 a. Pemeriksaan Pendahuluan.

3.3.1.1 1) Tahap Perencanaan. Setelah menerima laporan mengenai adanya suatu


pelanggaran, Ankum segera melakukan kegiatan sebagai berikut:

3.3.1.1.1 a) Mempelajari laporan pelanggaran.

3.3.1.1.2 b) Merencanakan waktu dan tempat dilakukannya pemeriksaan.

3.3.1.1.3 c) Merencanakan personel yang dilibatkan dalam pemeriksaan.

3.3.1.1.4 d) Merencanakan tindakan pengamanan terhadap pelanggar, saksi dan barang bukti.

3.3.1.1.5 e) Menentukan sasaran pemeriksaan.

3.3.1.1.6 f) Merencanakan sarana pendukung yang diperlukan.

3.3.1.2 2) Tahap Persiapan. Ankum memerintahkan pejabat Pam/Intel untuk membuat:

3.3.1.2.1 a) Surat panggilan kepada pelanggar.

3.3.1.2.2 b) Surat panggilan kepada saksi.

3.3.1.2.3 c) Surat perintah penahanan.

3.3.1.3 3) Tahap Pelaksanaan.

3.3.1.3.1 a) Untuk kepentingan pemeriksaan dapat dilakukan penahanan sementara disipliner


terhadap pelaku pelanggaran disiplin dengan syarat sebagai berikut:

3.3.1.3.1.1 (1) Terjadi pelanggaran disiplin keprajuritan yang berat, yaitu pelanggaran
terhadap ketaatan dan pelanggaran yang memungkinkan timbulnya keributan yang
mengganggu ketentraman militer atau dalam masyarakat.

3.3.1.3.1.2 (2) Unsur mendesak yang sangat perlu, yakni:

3.3.1.3.1.2.1 (a) Dikhawatirkan pelaku akan melarikan diri.

3.3.1.3.1.2.2 (b) Dikhawatirkan pelaku akan melanjutkan/mengulangi pelanggaran


yang dilakukan.

3.3.1.3.1.2.3 (c) Untuk memudahkan atau untuk tidak menyulitkan pemeriksaan.


21
3.3.1.3.1.3 (3) Lama waktu penahanan sementara disipliner tidak boleh melebihi lamanya
waktu hukuman yang diancamkan atau yang akan dijatuhkan kepada pelaku
pelanggaran.

3.3.1.3.2 b) Pemeriksaan pendahuluan oleh pejabat Pam/Intel terhadap pelanggar dan saksi-
saksi dibuat dalam bentuk Berita Acara pemeriksaan (BAP).

3.3.1.3.3 c) Pemeriksa melakukan tindakan pengamanan untuk mengamankan barang bukti


(apabila ada), melakukan penyitaan jika diperlukan untuk kepentingan pemeriksaan
dengan didasarkan atas surat perintah penyitaan.

3.3.1.3.4 d) Pemeriksa membuat Resume atau Pendapat Pemeriksa yang memuat kualifikasi
pelanggaran dan pasal peraturan Hukum Disiplin yang dilanggar.

3.3.1.3.5 e) Pemeriksaan diarahkan untuk dapat mengungkap :

3.3.1.3.5.1 (1) Latar belakang/motif dari perbuatan yang dilakukan.

3.3.1.3.5.2 (2) Kerugian kedinasan akibat perbuatan tersebut.

3.3.1.3.5.3 (3) Keadaan mengenai tempat dan waktu pada saat perbuatan dilakukan.

3.3.1.3.6 (f) Pemeriksa melaporkan kepada Ankum, mengenai hasil pemeriksaan pendahuluan.

3.3.1.4 4) Tahap Pengakhiran.

3.3.1.4.1 a) Setelah menerima dan mempelajari laporan hasil pemeriksaan pendahuluan, Ankum
memutuskan kualifikasi pelanggaran sebagai pelanggaran disiplin atau tindak pidana.

3.3.1.4.2 b) Terhadap pelanggaran disiplin, Ankum melakukan pemeriksaan lanjutan.

3.3.1.4.3 c) Terhadap tindak pidana, Ankum menyerahkan tersangka dan barang bukti kepada Polisi
Militer/Oditur Militer/Oditur Militer Tinggi untuk dilakukan penyidikan.

3.3.2b. Pemeriksaan Sidang Disiplin.

3.3.2.1 1) Tahap Perencanaan. Ankum setelah menerima berkas perkara disiplin dari
pemeriksa mengenai adanya pelanggaran disiplin atau Ankum setelah menerima pengembalian berkas
perkara tindak pidana yang sedemikian ringan sifatnya dari Papera dan/atau Oditur Militer maka Ankum
memanggil Perwira Staf guna merencanakan waktu, tempat, dan para pejabat untuk melaksanakan
persidangan serta menentukan anggota yang akan ditunjuk untuk menghadiri persidangan disiplin.

3.3.2.2 2) Tahap Persiapan.

3.3.2.2.1 (a) Ankum memerintahkan pejabat personalia dan pejabat Urdal untuk mempersiapkan
ruangan dan perlengkapan sidang.

3.3.2.2.2 (b) Pejabat personalia menyiapkan Keputusan Hukuman Disiplin dan ruangan sidang.

3.3.2.2.3 (c) Pejabat personalia menghadap Ankum di ruangan Ankum guna melaporkan kesiapan
pelaksanaan sidang.

3.3.2.3 3) Tahap Pelaksanaan.

3.3.2.3.1 (a) Ankum memimpin sidang disiplin.

3.3.2.3.2 (b) Ankum melakukan pemeriksaan terhadap Terperiksa.

3.3.2.3.2.1 (1) Menanyakan identitas Terperiksa tentang nama lengkap, tempat dan tanggal lahir,
alamat tempat tinggal dan kondisi kesehatannya.
22
3.3.2.3.2.2 (2) Memerintahkan pemeriksa membacakan risalah hasil pemeriksaan yang telah dibuat.

3.3.2.3.2.3 (3) Menanyakan kepada Terperiksa, apakah pelanggar sudah mengerti dan memahami isi
dari risalah hasil pemeriksaan yang dibacakan pemeriksa.

3.3.2.3.3 (c) Ankum melakukan pemeriksaan terhadap saksi dan barang bukti berdasarkan BAP dan
Risalah Pemeriksaan yang dibuat oleh pemeriksa.

3.3.2.3.4 (d) Ankum menanyakan tanggapan Terperiksa atas keterangan para saksi dan barang bukti.

3.3.2.3.5 (e) Apabila Ankum berpendapat pemeriksaan terhadap Terperiksa saksi-saksi maupun
barang bukti telah cukup, selanjutnya Ankum memberikan kesempatan kepada pendamping
untuk menyampaikan nota pembelaan secara tertulis atau lisan.

3.3.2.3.6 (f) Ankum memberikan kesempatan kepada Terperiksa untuk menyampaikan hal-hal yang
ingin disampaikan sehubungan dengan perkaranya.

3.3.2.3.7 (g) Ankum dapat menunda sidang, untuk memberikan kesempatan dalam menyusun
keputusan hukuman disiplin.

3.3.2.3.8 (h) Dalam memutuskan perkara/menjatuhkan hukuman disiplin, Ankum wajib


mempertimbangkan :

3.3.2.3.8.1 (1) Keadilan dan efek jera.

3.3.2.3.8.2 (2) Keadaan pada waktu pelanggaran dilakukan.

3.3.2.3.8.3 (3) Kepribadian Terperiksa.

3.3.2.3.8.4 (4) Tingkah laku sehari-hari Terperiksa.

3.3.2.3.8.5 (5) Tingkat kesalahan Terperiksa.


3.3.2.3.8.6 (6) Tingkat kerugian akibat pelanggaran kedinasan.

3.3.2.3.9 (i) Ankum dalam menentukan jenis dan berat ringannya hukuman yang akan dijatuhkan
sesuai dengan penilaiannya dalam rangka mencapai sasaran pembinaan. Jenis Hukuman
Disiplin Militer terdiri atas :

3.3.2.3.9.1 (1) Teguran.

3.3.2.3.9.2 (2) Penahanan disiplin ringan paling lama 14 (empat belas) hari dan apabila dalam
keadaan khusus dapat diperberat dengan tambahan waktu penahanan paling lama 7
(tujuh) hari.

3.3.2.3.9.3 (3) Penahanan disiplin berat paling lama 21 (dua puluh satu) hari dan apabila dalam
keadaan khusus dapat diperberat dengan tambahan waktu penahanan paling lama 7
(tujuh) hari.

3.3.2.3.9.4 (4) Penjatuhan Hukuman Disiplin Militer sebagaimana dimaksud diatas diikuti dengan
sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3.3.2.3.10 (j) Penjatuhan hukuman disiplin dituangkan dalam Keputusan, sebagai berikut :

3.3.2.3.10.1 (1) Ankum membacakan Keputusan Hukuman Disiplin (Kepkumplin).

3.3.2.3.10.2 (2) Setelah keputusan selesai dibacakan dan ditandatangani oleh Ankum, selanjutnya
Ankum menyampaikan keputusan tersebut kepada Terhukum untuk ditandatangani.

3.3.2.3.10.3 (3) Ankum memberitahukan hak-hak Terhukum untuk menerima putusan atau tidak
menerima putusan dan tenggang waktu pengajuan keberatan kepada Ankum yang lebih
tinggi dalam tenggang waktu 4 (empat) hari setelah hukuman dijatuhkan.

3.3.2.4 4) Tahap Pengakhiran. Pejabat personel menghimpun berkas perkara guna


penyelenggaraan kegiatan administrasi selanjutnya.
23

3.2.3c. Pelaksanaan Hukuman Disiplin.

3.3.3.1 1) Tahap Perencanaan. Hukuman disiplin dilaksanakan segera setelah dijatuhkan,


untuk itu Ankum merencanakan tentang :

3.3.3.1.1 (a) Waktu dan tempat pelaksanaan hukuman.

3.3.3.1.2 (b) Kelengkapan administrasi.

3.3.3.1.3 (c) Personel yang akan dilibatkan.

3.3.3.1.4 (d) Sarana pendukung.

3.3.3.2 2) Tahap Persiapan. Pada tahap persiapan Ankum memerintahkan :

3.3.3.2.1 (a) Pejabat Pam/Intel dan pejabat urdal untuk mempersiapkan tempat menjalani
pelaksanaan hukuman, dalam hal hukuman berupa penahanan.

3.3.3.2.2 (b) Pejabat personel mempersiapkan surat perintah pelaksanaan menjalani hukuman
disiplin.

3.3.3.3 3) Tahap Pelaksanaan.

3.3.3.3.1 (a) Ankum mengeluarkan surat perintah menjalani hukuman disiplin.

3.3.3.3.2 (b) Saat berlakunya hukuman disiplin sebagai berikut :

3.3.3.3.2.1 (1) Hari penjatuhan hukuman disiplin berlaku sebagai hari pertama dari waktu
hukuman yang ditentukan, kecuali jika pelaksanaan hukuman pada hari itu ditunda.

3.3.3.3.2.2 (2) Hukuman disiplin berakhir pada apel pagi hari berikutnya dari hari terakhir
menjalani hukuman.

3.3.3.3.3 (c) Tempat menjalani hukuman disiplin. Ankum menentukan/menunjuk tempat dimana
hukuman disiplin akan dilaksanakan :

3.3.3.3.3.1 (1) Hukuman disiplin militer berupa penahanan bagi perwira dilaksanakan di
ruang tahanan untuk perwira.

3.3.3.3.3.2 (2) Hukuman disiplin militer berupa penahanan bagi bintara dan tamtama
dilaksanakan di ruang tahanan untuk bintara dan tamtama.

3.3.3.3.4 (d) Ketentuan yang berlaku dalam pelaksanaan hukuman :

3.2.3.3.4.1 (1) Penahanan ringan. Dalam hal pelaksanaan penahanan ringan,


Terhukum dapat menerima tamu dan dapat dipekerjakan di lingkungan satuannya
pada jam kerja.

3.3.3.3.4.2 (2) Penahanan berat. Dalam hal pelaksanaan penahanan berat,


Terhukum tidak dapat menerima tamu, tidak dapat dipekerjakan, dan menjalani
penahanan tersebut pada tempat tertutup.

3.3.3.3.5 (e) Pengawasan pelaksanaan hukuman disiplin :

3.3.3.3.5.1 (1) Pengawasan pelaksanaan hukuman selama jam dinas dilakukan oleh
pejabat urdal.

3.3.3.3.5.2 (2) Pengawasan pelaksanaan hukuman di luar jam dinas dilakukan oleh
Perwira Piket/Jaga Kesatriaan.

3.3.3.3.6 (f) Hak terhukum disiplin sebagai berikut :


24
3.3.3.3.6.1 (1) Menerima tamu atas izin.

3.3.3.3.6.2 (2) Menerima makanan/minuman atas izin.

3.3.3.3.6.3 (3) Pemeliharaan jasmani, rohani dan kesehatan.

3.3.3.3.6.4 (4) Menghirup udara segar.

3.3.3.4 4) Tahap Pengakhiran. Menjelang waktu hukuman disiplin berakhir, Ankum


mengeluarkan Surat Perintah/Keputusan selesai menjalani hukuman.

3.3.4d. Prosedur Penyelesaian Keberatan.

3.3.4.1 1) Pengajuan Keberatan Pertama.

3.3.4.1.1 (a) Dalam hal Pemohon mengajukan keberatan, pelaksanaan Hukuman Disiplin Militer
ditunda sampai ada keputusan dari Ankum Atasan yang berkekuatan hukum tetap.

3.3.4.1.2 (b) Terhukum disiplin berhak mengajukan keberatan atas hukuman disiplin mengenai :

3.3.4.1.2.1 (1) Alasan hukuman.

3.3.4.1.2.2 (2) Jenis hukuman.

3.3.4.1.2.3 (3) Beratnya hukuman.

3.3.4.1.3 (c) Keberatan diajukan secara tertulis, sopan, pantas dan secara hierarki.

3.3.4.1.4 (d) Dalam pengajuan keberatan, Pemohon dapat mengajukan perwira hukum atau perwira
lainnya kepada Ankum untuk memberikan nasihat. Dalam hal di kesatuan tidak ada perwira,
dapat ditunjuk Militer lainnya untuk memberikan nasihat yang berhubungan dengan
pengajuan keberatan.

3.3.4.1.5 (e) Permohonan keberatan diajukan kepada Ankum Atasan melalui Ankum paling lama 4
(empat) hari sesudah Hukuman Disiplin Militer dijatuhkan.

3.3.4.1.6 (f) Ankum wajib menerima dan meneruskan pengajuan keberatan atas keputusan
Hukuman Disiplin Militer yang dijatuhkannya kepada Ankum Atasan paling lama 7 (tujuh)
hari dengan catatan-catatan :

3.3.4.1.6.1 (1) Hari/tanggal/pukul diberitahukannya hukuman.

3.3.4.1.6.2 (2) Hari/tanggal/pukul pengajuan keberatan.

3.3.4.1.6.3 (3) Pernyataan Ankum perlu/tidaknya untuk didengar keterangannya.

3.3.4.1.6.4 (4) Lampiran sebagai berikut :

3.3.4.1.6.4.1 (aa) Hasil pemeriksaan/risalah hasil pemeriksaan.

3.3.4.1.6.4.2 (bb) Salinan Kepkumplin.

3.3.4.1.7 (g) Permohonan keberatan terhadap Hukuman Disiplin Militer yang sudah diajukan dapat
ditarik kembali paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak diterima Ankum dan apabila
keberatan ditarik kembali Terhukum segera menjalani Hukuman Disiplin Militer.

3.3.4.1.8 (h) Penilaian dan keputusan Ankum Atasan, sebagai berikut :

3.3.4.1.8.1 (1) Ankum Atasan yang berwenang memutus permohonan keberatan, wajib
segera mengambil keputusan berupa menolak atau mengabulkan seluruh atau
sebagian keberatan yang diajukan, dalam bentuk keputusan paling lama 21 (dua puluh
satu) hari sejak permohonan keberatan diterima.
25

3.3.4.1.8.2 (2) Mempertimbangkan perlu/tidaknya penundaan pelaksanaan hukuman


disiplin. Bila diperlukan penundaan, dikeluarkan Surat Perintah/Keputusan penundaan
dari Ankum atau Ankum atasan.

3.3.4.1.8.3 (3) Melakukan pemeriksaan terhadap terhukum yang mengajukan keberatan.

3.3.4.1.8.4 (4) Meminta dan mendengar langsung dari :

3.3.4.1.8.4.1 (aa) Para saksi.

3.3.4.1.8.4.2 (bb) Ankum yang menjatuhkan hukuman (apabila dikehendaki).

3.3.4.1.8.5 (5) Segera mengambil keputusan, berupa :

3.3.4.1.8.5.1 (aa) Menolak, atau

3.3.4.1.8.5.2 (bb) Mengabulkan seluruh atau sebagian keberatan yang diajukan oleh
Terhukum.

3.3.4.1.8.6 (6) Kemungkinan putusan :

3.3.4.1.8.6.1 (aa) Keberatan ditolak seluruhnya, artinya bahwa keputusan Ankum


Atasan menguatkan keputusan Ankum yang menjatuhkan hukuman.

3.3.4.1.8.6.2 (bb) Keberatan diterima seluruhnya, artinya bahwa keputusan Ankum


Atasan membatalkan keputusan Ankum yang menjatuhkan hukuman.

3.3.4.1.8.6.3 (cc) Keberatan ditolak atau diterima sebagian, artinya bahwa keputusan
Ankum Atasan mengubah keputusan yang dibuat oleh Ankum yang
menjatuhkan hukuman.

3.3.4.1.8.7 (7) Penolakan, pembatalan, perubahan hukuman dituangkan dalam Keputusan


oleh Ankum Atasan.

3.3.4.1.8.8 (8) Dalam hal Tersangka menolak keputusan Ankum Atasan terhadap
permohonan keberatan yang diajukan, Tersangka berhak mengajukan permohonan
keberatan sekali lagi kepada Ankum dari Ankum Atasan yang telah memutus
permohonan keberatan yang diajukan sebelumnya.

3.3.4.2 2) Pengajuan Keberatan Kedua.

3.3.4.2.1 (a) Dalam hal Pemohon mengajukan keberatan kedua, pelaksanaan Hukuman Disiplin
Militer ditunda sampai ada keputusan dari Ankum dari Ankum Atasan yang berkekuatan
hukum tetap.

3.3.4.2.2 (b) Permohonan keberatan diajukan paling lama 4 (empat) hari terhitung sejak
keputusan terhadap permohonan keberatan yang diajukan sebelumnya diberitahukan
kepada Tersangka.

3.3.4.2.3 (c) Pengajuan keberatan dilakukan secara patut, tertulis, dan hierarki.

3.3.4.2.4 (d) Dalam pengajuan keberatan Pemohon dapat mengajukan perwira hukum atau
perwira lainnya kepada Ankum untuk memberikan nasihat.

3.3.4.2.5 (e) Dalam hal di kesatuan tidak ada perwira, dapat ditunjuk Militer lainnya untuk
memberikan nasihat yang berhubungan dengan pengajuan keberatan.

3.3.4.2.6 (f) Ankum dari Ankum Atasan yang berwenang memutus permohonan keberatan
kedua, wajib segera mengambil keputusan berupa menolak atau mengabulkan seluruh
atau sebagian keberatan yang diajukan, dalam bentuk keputusan paling lama 21 (dua
puluh satu) hari sejak permohonan keberatan kedua diterima.
26
3.3.4.2.7 (g) Dalam hal Terhukum berpendapat belum memperoleh keadilan terhadap
Permohonan keberatan kedua, Terhukum dapat mengajukan pengaduan kepada Dewan
Pertimbangan dan Pengawasan Disiplin Militer (DPPDM).

3.3.4.2.8 (h) Keputusan Hukuman Disiplin Militer yang dijatuhkan oleh Panglima TNI merupakan
keputusan terakhir dan bersifat final.

3.3.5e. Ketentuan Lain.

3.3.5.1 1) Hak menjatuhkan hukuman disiplin gugur karena kadaluwarsa setelah 6 (enam) bulan
terhitung :

3.3.5.1.1 a) Sejak hari Ankum menerima laporan pelanggaran disiplin atau menerima berkas Berita
Acara Pemeriksaan.

3.3.5.1.2 b) Sejak hari Ankum menerima Keputusan Penyelesaian menurut Hukum Disiplin Prajurit
dari Papera.

3.3.5.1.3 c) Sejak hari Ankum menerima penyerahan berkas perkara dari hakim pada pengadilan di
lingkungan Peradilan Militer.

3.3.5.2 2) Terhadap pelaku tindak pidana tidak boleh dijatuhi hukuman disiplin bersamaan dengan
pidana yang akan atau sudah dijatuhkan oleh Pengadilan Militer.

3.3.5.3 3) Terhadap pelaku tindak pidana yang hanya diancam dengan pidana denda dan telah
membayar secara sukarela denda yang dijatuhkan kepadanya, maka terhadap pelaku tersebut tidak
boleh dijatuhi hukuman disiplin.

3.3.5.4 4) Penjatuhan hukuman disiplin oleh Ankum tidak menghapuskan tuntutan pidana atau gugatan
perkara-perkara lainnya.

3.3.5.5 5) Seseorang prajurit yang telah berulang-ulang melakukan pelanggaran hukum disiplin prajurit
dan/atau nyata-nyata tidak mempedulikan segala hukuman disiplin yang dijatuhkan sehingga
dipandang tidak patut lagi dipertahankan sebagai prajurit, maka prajurit tersebut dapat diusulkan
untuk diberhentikan tidak dengan hormat dari dinas keprajuritan. Yang dimaksud dengan berulang-
ulang adalah lebih dari 3 (tiga) kali pada pangkat yang sama. Khusus untuk perwira, usul
pemberhentian tidak dengan hormat didasarkan atas keputusan Dewan Kehormatan Perwira.

3.3.5.6 6) Penunjukan anggota yang menghadiri sidang disiplin didasarkan pada kepangkatan yang lebih
tinggi dan/atau sama dengan pangkat Terperiksa, dengan maksud agar kewibawaan Terperiksa
terhadap bawahannya tetap terlindungi.

3.3.5.7 7) Terhadap pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh anggota militer TNI AD yang melaksanakan
tugas dinas, sesuai surat perintah BP di Satuan/Instansi di Lingkungan TNI AD yang bukan
merupakan Satuan Tugas Operasi, maka Ankum yang berwenang adalah Ankum dari satuan asal.

28. Evaluasi
a.
b.
c.

BAB VI
EVALUASI AKHIR PELAJARAN
27
( Bukan Naskah Ujian )

29. Evaluasi Akhir.


a. Jelaskan pengertian tentang Ankum.
b. Jelaskan tentang Pendelegasian Kewenangan Ankum.
c. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis Kewenangan Ankum.
d. Sebutkan jenis-jenis hukuman disiplin berdasarkan UU No. 26/1997.
e. Sebutkan wewenang Ankum dan Ankum Atasan.
d. Jelaskan Pengertian Papera !
e. Siapakah yang bertindak sebagai Papera jika seseorang pelajar melakukan
suatu tindak pidana ?
f. Jelaskan 6 macam kewenangan yang dimiliki oleh seorang Papera dalam
hal terjadinya suatu tindak pidana !
g. Jelaskan dalam hal apakah Papera dapat melakukan penutupan perkara !
h. Salah satu kewenangan dari Papera adalah dapat melakukan penahanan
terhadap seseorang yang diduga melakukan suatu Tindak Pidana. Jelaskan
bagaimana proses Penahanan yang dilakukan oleh Papera !

RAHASIA
17

BAB VII
PENUTUP

30. Penutup. Demikian Naskah Departemen tentang “Keankuman dan


Kepaperaan” sebagai pedoman Gadik dan Siswa dalam proses belajar mengajar pada
Pendidikan Diksarcabkum di Pusdikkum Kodiklat TNI AD.
28
Komandan Pusat Pendidikan Hukum,

W. Indrajit, S.H., M.H.


Kolonel Chk NRP 1920007270367

RAHASIA

Anda mungkin juga menyukai