BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum.
1) Suatu ketaatan yang dilandasi oleh kesadaran lahir dan batin atas
pengabdiannya pada nusa dan bangsa serta merupakan perwujudan
pengendalian diri untuk tidak melanggar perintah kedinasan dan tata
kehidupan Militer.
3) Ciri khas militer TNI dalam melakukan tugasnya adalah disiplin oleh
karena itu disiplin harus menyatu dalam diri setiap militer dan diwujudkan
pada setiap tindakan yang nyata.
RAHASIA
2
Satuan memegang peran sentral dalam pembinaan satuan termasuk diantaranya
adalah pembinaan personel dan penegakkan disiplin satuan.
3. Ruang Lingkup. Hanjar ini menjelaskan tentang Hukum Disiplin Militer yang
disusun dengan tata urut sebagai berikut :
a. Pendahuluan
b. Pengertian disiplin militer dan pelanggaran disiplin militer
c. Atasan dan bawahan
d. Ankum dan kewenangan Ankum
e. Penyelesaian pelanggaran Hukum Disiplin Militer
f. Pengajuan keberatan
g. Evaluasi
h. Penutup
4. Referensi.
a. UU RI. No. 25 Tahun 2014 tentang Hukum Disiplin Militer;
b. Peraturan Panglima TNI Nomor 44 Tahun 2015 tentang Peraturan Disiplin
Militer;
c. Peraturan Panglima TNI Nomor 45 Tahun 2015 tentang Atasan yang Berhak
Menghukum;
d. Peraturan Panglima TNI Nomor 46 Tahun 2015 tentang Dewan
Pertimbangan dan Pengawasan Disiplin Militer;
e. Keputusan Kasad Nomor Kep/75/II/2016 tanggal 1 Pebruari 2016 tentang
Sanksi administrasi bagi militer di lingkungan TNI AD yang melakukan
pelanggaran.
3
BAB II
PENGERTIAN DISIPLIN MILITER DAN PELANGGARAN DISIPLIN MILITER
5. Umum.
Untuk menegakkan tata kehidupan TNI, setiap militer dalam menunaikan tugas dan
kewajibannya wajib bersikap dan berperilaku disiplin. Disiplin tersebut diwujudkan dengan
mematuhi semua peraturan dan norma yang berlaku bagi militer dan melaksanakan
semua perintah kedinasan atau yang bersangkutan kedinasan dengan tertib dan
sempurna, kesungguhan, keihklasan hati dan gembira berdasarkan ketaatan serta rasa
tanggung jawab kepada pimpinan dan kewajiban.
6. Pengertian Disiplin.
Dalam Kamus Hukum (H. Van Der Tas) kata "discipline atau tuct" diterjemahkan
sebagai "taat tertib, kepatuhan, patuh dan taat".
Dalam Kamus Modern Bahasa Indonesia (St. Moh. Zain) kata disiplin diberi arti
"ketaatan yang keras kepada peraturan, memegang disiplin, menjalankan peraturan
dengan keras takluk kepada disiplin, taat dengan membabi buta kepada peraturan atau
orang di atas.
Kata disiplin berasal dari latin "disciplina" yang berarti latihan atau pendidikan
kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat".
Tak dapat disangkal bahwa eksistensi disiplin diperlukan di dalam kehidupan
manusia baik dalam kehidupan selaku pribadi atau individu dan kehidupan berkelompok.
Salah satu unsur disiplin seperti disebutkan tadi adalah berkenaan dengan ketaatan atau
kepatuhan. Akan kita lihat bahwa suatu ketaatan atau kepatuhan kepada suatu ketentuan
atau aturan yang telah ditetapkan ataupun kepada kelaziman-kelaziman yang berlaku
mempunyai fungsi untuk menyelamatkan manusia itu sendiri. Disiplin pada hakikatnya
adalah "suatu ketaatan yang sungguh-sungguh yang didukung oleh kesadaran
menunaikan tugas kewajiban serta berperilaku sebagai mestinya menurut aturan-aturan
atau tata kelakuan yang seharusnya berlaku di dalam suatu lingkungan tertentu".
Realisasinya harus terlihat (menjelma) dalam perbuatan atau tingkah laku yang nyata
yaitu perbuatan tingkah laku yang sesuai dengan aturan-aturan atau tata kelakuan yang
semestinya.
4
a. Militer adalah anggota kekuatan angkatan perang suatu negara yang diatur
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Disiplin Militer adalah kesadaran, kepatuhan, dan ketaatan untuk
melaksanakan peraturan perundang-undangan, peraturan kedinasan, dan tata
kehidupan yang berlaku bagi Militer.
c. Hukum Disiplin Militer adalah peraturan dan norma untuk mengatur,
membina, menegakkan disiplin, dan tata kehidupan yang berlaku bagi militer.
d. Hukuman Disiplin Militer adalah hukuman yang dijatuhkan oleh atasan yang
berhak menghukum kepada bawahan yang berada di bawah wewenang
komandonya karena melakukan pelanggaran Hukum Disiplin Militer.
e. Pelanggaran Hukum Disiplin Militer adalah segala perbuatan dan/atau
tindakan yang dilakukan oleh Militer yang melanggar hukum dan/atau peraturan
Disiplin Militer dan/atau melakukan perbuatan yang bertentangan dengan sendi-
sendi kehidupan Militer yang berdasarkan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit.
f. Tersangka adalah Militer yang karena perbuatannya berdasarkan bukti
permulaan yang cukup patut diduga sebagai pelaku Pelanggaran Hukum Disiplin
Militer.
g. Pemohon adalah Tersangka yang mengajukan permohonan keberatan atas
hukuman disiplin militer yang dijatuhkan kepadanya.
h. Terhukum adalah Tersangka yang telah dijatuhi Hukuman Disiplin Militer
dan keputusannya telah berkekuatan hukum tetap.
i. Atasan adalah militer yang karena pangkat dan/atau jabatannya
berkedudukan lebih tinggi daripada militer lainnya.
j. Bawahan adalah militer yang karena pangkat dan/atau jabatannya
berkedudukan lebih rendah daripada militer lainnya.
k. Atasan Langsung adalah atasan yang mempunyai wewenang komando
langsung terhadap bawahan yang bersangkutan.
l. Atasan yang Berhak Menghukum yang selanjutnya disebut Ankum adalah
Atasan yang diberi wewenang menjatuhkan Hukuman Disiplin Militer kepada
Bawahan yang berada di bawah wewenang komandonya.
5
m. Ankum Atasan adalah Atasan Langsung dari Ankum yang menjatuhkan
Hukuman Disiplin Militer.
n. Ankum dari Ankum Atasan adalah Atasan Langsung dari Ankum Atasan
yang menjatuhkan Hukuman Disiplin Militer.
o. Perwira Penyerah Perkara yang selanjutnya disebut Papera adalah perwira
yang oleh atau atas dasar undang-undang mempunyai wewenang untuk
menentukan suatu perkara pidana yang dilakukan oleh prajurit Tentara Nasional
Indonesia yang berada di bawah wewenang komandonya diserahkan kepada atau
diselesaikan di luar pengadilan dalam lingkungan peradilan Militer atau pengadilan
dalam lingkungan peradilan umum.
p. Dewan Pertimbangan dan Pengawasan Disiplin Militer yang selanjutnya
disingkat DPPDM adalah dewan yang bersifat ad hoc di lingkungan internal
Tentara Nasional Indonesia yang bertugas memberikan pertimbangan,
rekomendasi, dan pengawasan atas pelaksanaan penegakan Hukum Disiplin
Militer.
q. Panglima Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disebut Panglima
adalah perwira tinggi Militer yang memimpin Tentara Nasional Indonesia.
r. Tata Tertib Militer adalah ketentuan tertulis atau tidak tertulis yang harus
dipatuhi oleh Militer dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam dinas maupun di luar
dinas.
s. Pemeriksa adalah pejabat yang diberi wewenang untuk melakukan
pemeriksaan terhadap pelanggaran Hukum Disiplin Militer.
t. Pemeriksaan adalah tindakan Pemeriksa untuk mencari dan mengumpulkan
alat bukti untuk membuat terang tentang terjadinya Pelanggaran Hukum Disiplin
Militer.
u. Pelanggaran Disiplin Militer adalah segala perbuatan dan/ atau tindakan
yang dilakukan oleh militer baik sengaja maupun tidak disengaja melanggar hukum
dan/ atau peraturan disiplin militer dan/ atau melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan sendi-sendi kehiudupan militer yang berdasarkan Sapta
Marga dan Sumpah Prajurit atau melanggar aturan kedinasan, merugikan
organisasi TNI dan kehormatan militer.
Militer yang dijatuhi Hukuman Disiplin Militer lebih dari 3 (tiga) kali dalam pangkat
yang sama, dan menurut pertimbangan pejabat yang berwenang tidak patut
dipertahankan untuk tetap berada dalam dinas militer, diberhentikan tidak dengan hormat.
7
Pemberhentian tidak dengan hormat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB III
ATASAN DAN BAWAHAN
9. Umum
10. Atasan
Atasan terdiri :
a. Militer yang pangkatnya lebih tinggi; dan
b. Militer yang jabatannya lebih tinggi.
Militer yang pangkatnya lebih tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
meliputi:
a. setiap Militer yang pangkatnya lebih tinggi daripada pangkat Militer lainnya;
b. dalam hal pangkatnya sama, kedudukannya ditinjau dari lamanya
menyandang pangkat;
c. dalam hal pangkatnya sama dan lamanya menyandang pangkat sama maka
kedudukannya ditinjau
dari lamanya memangku jabatan setingkat;
8
d. dalam hal pangkatnya sama, lamanya menyandang pangkat sama, dan
lamanya memangku jabatan setingkat sama, maka kedudukannya ditinjau dari
lamanya menjadi Militer; atau
e. dalam hal pangkatnya sama, lamanya menyandang pangkat sama, lamanya
memangku jabatan setingkat sama, dan lamanya menjadi Militer sama, maka
kedudukannya ditinjau dari usianya.
Militer yang jabatannya lebih tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan atasan yang:
a. memangku jabatan sesuai dengan tingkat jabatan berdasarkan struktur
organisasi; atau
b. memangku jabatan sesuai dengan tingkat jabatan berdasarkan penunjukan
lebih tinggi daripada jabatan lainnya.
11. Bawahan
Bawahan merupakan Militer yang karena pangkat dan/atau jabatannya
berkedudukan lebih rendah daripada pangkat dan/atau jabatan Militer lainnya.
Bawahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, wajib:
a. patuh dan taat kepada Atasan, serta menjunjung tinggi semua perintah
dinas dan arahan yang diberikan Atasan, berdasarkan kesadaran bahwa setiap
perintah dan arahan tersebut untuk kepentingan kedinasan;
b. bersikap hormat kepada Atasan, baik di dalam maupun di luar kedinasan,
berdasarkan kesadaran untuk menegakkan kehormatan militer; dan
c. memegang teguh dan menjaga sikap, perkataan, dan perbuatan pada waktu
berhadapan dengan Atasan, baik di dalam maupun di luar kedinasan.
BAB IV
ANKUM DAN KEWENANGANNYA
12. Umum
Atasan yang Berhak Menghukum yang selanjutnya disebut Ankum adalah Atasan
yang diberi wewenang menjatuhkan Hukuman Disiplin Militer kepada Bawahan yang
berada di bawah wewenang komandonya. Ankum berdasarkan kewenangannya terdiri
atas Ankum berwenang penuh, Ankum berwenang terbatas, dan Ankum berwenang
10
sangat terbatas. Masing-masing Ankum berdasarkan kewenangannya memiliki
kewenangan yang berbeda sesuai dengan tingkatannya.
Ankum tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d adalah Panglima.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Ankum, wewenang Ankum, jenjang Ankum, dan
tata cara pelaksanaan wewenang Ankum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, Pasal
21, Pasal 22, dan Pasal 23 diatur dengan Peraturan Panglima.
BAB V
PENYELESAIAN PELANGGARAN HUKUM DISIPLIN MILITER
14. Umum
Untuk menegakkan tata kehidupan TNI, setiap prajurit dalam menunaikan tugas
dan kewajibannya wajib bersikap dan berperilaku disiplin yang diwujudkan dengan
mematuhi dan melaksanakan semua perintah kedinasan dengan tertib dan sempurna.
Setiap pelanggaran terhadap ketentuan disiplin prajurit adalah merupakan
pengingkaran terhadap norma-norma yang berlaku dalam kehidupan prajurit, oleh karena
itu setiap prajurit yang melakukan pelanggaran disiplin prajurit harus diberi sanksi yang
berupa tindakan disiplin dan/ atau hukuman disiplin. Militer yang melakukan Pelanggaran
Hukum Disiplin Militer dikenai:
a. tindakan Disiplin Militer; dan/atau
b. Hukuman Disiplin Militer.
12
Tindakan Disiplin Militer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan seketika
oleh setiap Atasan kepada bawahan berupa tindakan fisik dan/atau teguran lisan yang
bersifat mendidik dan mencegah terulangnya Pelanggaran Hukum Disiplin Militer.
Militer yang melakukan lebih dari 1 (satu) Pelanggaran Hukum Disiplin Militer pada
saat bersamaan hanya dapat dijatuhi 1 (satu) jenis Hukuman Disiplin Militer.
Kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, setelah 6 (enam) bulan
terhitung sejak Ankum menerima:
a. laporan Pelanggaran Hukum Disiplin Militer;
b. berkas perkara Pemeriksaan; atau
c. keputusan penyelesaian menurut Hukum Disiplin Militer dari Papera.
13
Apabila Ankum lalai atau tidak melaksanakan penjatuhan Hukuman Disiplin Militer,
Ankum Atasan memberikan peringatan tertulis. Peringatan tertulis oleh Ankum Atasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan paling lama 3 (tiga) bulan sejak
dinyatakan kedaluwarsa.
17. Pemeriksaan
Militer yang disangka melakukan Pelanggaran Hukum Disiplin Militer berhak
didampingi perwira sebagai penasihat pada setiap tingkat Pemeriksaan. Pemeriksaan
Pelanggaran Hukum Disiplin Militer dilakukan oleh Pemeriksa.
Pemeriksa terdiri atas:
a. Ankum;
b. perwira atau bintara yang mendapat perintah dari Ankum; atau
c. pejabat lain yang berwenang.
Sidang Disiplin Militer dilaksanakan sesuai dengan tata cara sidang Disiplin Militer.
Ankum menjatuhkan Hukuman Disiplin Militer berdasarkan keyakinan telah terjadi
Pelanggaran Hukum Disiplin Militer yang dilakukan oleh Tersangka, dengan didukung
paling sedikit 1 (satu) alat bukti yang sah. Pada waktu menentukan jenis dan lamanya
Hukuman Disiplin Militer, Ankum wajib mengusahakan terwujudnya keadilan dan
pembinaan dengan memperhatikan keadaan pada waktu Pelanggaran Hukum Disiplin
Militer dilakukan, kepribadian, dan tingkah laku Tersangka sehari-hari.
Dalam hal Hukuman Disiplin Militer terhadap perbuatan yang melanggar peraturan
perundang-undangan pidana yang sedemikian ringan sifatnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 huruf b dijatuhkan, keputusan penyelesaian menurut Hukum Disiplin Militer
merupakan wewenang Papera setelah menerima pendapat dan saran hukum dari oditur.
Setelah menerima pendapat dan saran hukum dari oditur, Papera dalam waktu paling
lama 14 (empat belas) hari menerbitkan keputusan penyelesaian menurut Hukum Disiplin
Militer dan menyampaikan kepada Ankum yang berwenang. Berdasarkan keputusan
penyelesaian menurut Hukum Disiplin Militer oleh Papera, Ankum segera menjatuhkan
Hukuman Disiplin Militer yang dituangkan dalam keputusan Hukuman Disiplin Militer.
Dalam hal pelaksanaan penahanan ringan, Terhukum dapat menerima tamu dan
dapat dipekerjakan di lingkungan satuannya pada jam kerja. Dalam hal pelaksanaan
penahanan berat, Terhukum tidak dapat menerima tamu, tidak dapat dipekerjakan, dan
menjalani penahanan tersebut pada tempat tertutup. Ketentuan lebih lanjut mengenai
pelaksanaan penahanan ringan dan penahanan berat diatur dengan Peraturan Panglima
BAB VI
PENGAJUAN KEBERATAN
20. Umum
Dalam hal keberatan Pemohon berhak mengajukan keberatan atas sebagian atau
seluruh rumusan alasan hukuman, jenis, dan/atau berat ringannya Hukuman Disiplin
Militer yang dijatuhkan.
17
21. Permohonan Keberatan Pertama
Pemohon berhak mengajukan keberatan atas sebagian atau seluruh rumusan
alasan hukuman, jenis,dan/atau berat ringannya Hukuman Disiplin Militer yang dijatuhkan.
Pengajuan keberatan dilakukan secara patut, tertulis, dan hierarkis. Dalam pengajuan
keberatan, Pemohon dapat mengajukan perwira hukum atau perwira lainnya kepada
Ankum untuk memberikan nasihat. Dalam hal di kesatuan tidak ada perwira, dapat
ditunjuk Militer lainnya untuk memberikan nasihat yang berhubungan dengan pengajuan
keberatan.
Terhadap suatu pelanggaran pidana yang diancam hanya dengan pidana denda
dan telah dibayar maksimum dendanya, terhadap Tersangka tidak dapat dijatuhi
Hukuman Disiplin Militer. Selama Terhukum menjalani Hukuman Disiplin Militer berupa
penahanan tetap dihitung sebagai masa dinas.
19
Perwira atau Atasan yang mendapat bukti yang cukup untuk menyangka bahwa
Bawahan telah melakukan Pelanggaran Hukum Disiplin Militer yang dapat menimbulkan
keonaran dan mengganggu tata tertib di tempat kejadian, berwenang melakukan atau
memerintahkan penahanan sementara dan wajib segera melaporkan kepada Ankum yang
membawahkan langsung Tersangka. Penahanan paling lama 2 x 24 (dua kali dua puluh
empat) jam.
BAB VII
EVALUASI
2014 ? dan diatur di dalam pasal berapa di dalam UU RI Nomor 25 Tahun 2014 tentang
5. Apa yang dimaksud dengan Ankum ? dan sebutkan kewenangan dari Ankum
Atasan ?
9. Apakah tugas dari Dewan Pertimbangan Dan Pengawasan Disiplin Militer DPPDM)
? dan terdiri dari unsur apa sajakah DPPDM tersebut ?
10. Apakah seorang Ankum dapat menjatuhkan hukuman disiplin militer kepada
bawahannya yang sedang menjalani proses penyelesaian perkara pidananya ?
BAB VIII
PENUTUP
24. Penutup Demikian bahan ajaran tentang “Hukum Disiplin Militer ” sebagai
pedoman Gadik dan Perwira Siswa dalam proses belajar mengajar pada Pendidikan
lanjutan Perwira II di Pusdikkes Kodiklat TNI AD.