Anda di halaman 1dari 15

SANKSI HUKUM PELANGGARAN SUMPAH PRAJURIT

Widya Kurniawati 1311700111, Salma Nisrina Nur Hanifah 13117000482

Risma Safitri Fadhli 13117000463, Samriananda Septiyani13117000474

Fakultas Hukum

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Jalan Semolowaru Nomor 45, Surabaya 60118, Indonesia

0315926014

Latar Belakang

Anggota Militer merupakan kesatuan yang tugas utamanya adalah menjaga dan
mempertahankan keutuhan Negara Republik Indonesia. Di Indonesia, Anggota Militer ialah
Tentara Nasional Indonesia yang disingkat dengan sebutan TNI. Tentara Nasional Indonesia terdiri
dari Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan Angkatan Laut. Berkaitan dengan tugas utama seorang
Tentara tentu saja melewati proses panjang bagi anggota militer untuk dapat bergabung di kesatuan
Tentara Nasional Indonesia, disamping menjaga dan mempertahankan keutuhan NKRI, seorang
anggota militer juga harus siap ditugaskan dan ditempatkan dimanapun meskipun jauh dengan
keluarga karena sebelum ia masuk di kesatuan Tentara Nasional Indonesia, seorang anggota militer
mengetahui apa resiko dan konsekuensi yang diterimanya apabila ia bergabung dengan Tentara
Nasional Indonesia.

Tentara Nasional Indonesia atau yang biasa disebut dengan prajurit TNI adalah Warga
Negara Indonesia yang memenuhi persyaratan sebagaimana diatur didalam Undang Undang dan
diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk mengabdi, diangkat, dan ditempatkan di Kesatuan
untuk terjun ke masyarakat dan mengaplikasikan pengabdiannya dengan sumpah prajurit.
Anggota militer mengabdikan dirinya juga pada negara dengan senantiasa menjunjung nilai-nilai
pancasila dan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, sebagaimana diatur
dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM), dan peraturan Undang Undang
lain yang mengatur mengenai militer yang harus dituruti oleh anggota TNI. Anggota TNI juga harus
disiplin dalam menjalankan tugasnya.

1 Mahasiswa Untag Surabaya semester 5, dapat dihubungi pada widya.kurniawati06@gmail.com


2 Mahasiswa Untag Surabaya semester 5, dapat dihubungi pada salmanisrinanh96@gmail.com
3 Mahasiswa Untag Surabaya semester 5, dapat dihubungi pada rismasafitri18@gmail.com
4 Mahasiswa Untag Surabaya semester 5, dapat dihubungi pada nandaseptiyani01@gmail.com
Menerapkan kehidupan yang disiplin bagi anggota militer atau prajurit TNI merupakan
keharusan yang harus selalu dilakukan dalam kehidupannya, baik saat ia sedang bertugas maupun
tidak. Disiplin bagi anggota militer sudah merupakan suatu pola hidup yang harus dijalani, karena
prajurit TNI sudah diajarkan disiplin sejak awal mereka menempuh pendidikan sebagai prajurit,
hukum disiplin militer merupakan peraturan dan norma yang mengatur, membina, menegakkan
disiplin, dan tata kehidupan yang berlaku bagi anggota militer. Anggota militer dituntut harus
disiplin sejak dia berada di pendidikan prajurit, dimana seorang calon anggota prajurit TNI harus
mematuhi peraturan-peraturan yang ada.

Anggota Militer yang sudah terbiasa disiplin sejak ia menempuh pendidikan sebagai prajurit
TNI, ia tidak akan mudah untuk melanggar sumpah prajurit yang telah diucapkan ketika selesai
dari pendidikan prajurit, karena prajurit TNI yang menerapkan dan mematuhi disiplin militer kecil
kemungkinan untuk melanggar sumpah prajurit tersebut yang merupakan pedoman selama
mengabdi kepada negara, masyarakat, dan kesatuannya. Tidak sedikit kasus di Indonesia, yang
melibatkan anggota militer dalam tindak pidana ataupun pelanggaran sumpah prajurit tersebut.
Salah satunya adalah mengenai kasus pada tahun 2016 di Surabaya, Pangdam V/Brawijaya Mayjen
TNI I Made Sukadana memecat dua prajurit karena terbukti melakukan tindak pidana, dua prajurit
ini jelas melanggar sumpah prajurit dan sapta marga, Pangdam mengatakan bahwa siapa yang
melakukan harus bertanggung jawab dan menerima konsekuensinya maka dua prajurit tersebut
harus menerima sanksi yaitu dipecat dengan tidak hormat dari kesatuan. Pada tahun 2019 terjadi
lagi pelanggaran yang dilakukan oleh Dandim Kendari pencabutan jabatan Dandim Kendari ini
disebabkan karena unggahan istri Kolonel Hendi yang mengunggah konten negative terkait
penusukan terhadap Wiranto, perilaku istri Kolonel Hendi ini dianggap melanggar sapta marga dan
sumpah prajurit TNI hingga Kolonel Hendi harus dicopot jabatannya dari TNI dan menjalankan
hukum disiplin militer selama 14 hari. Kasus mengenai bentrok antara TNI dan Polri juga dianggap
sebagai pelanggaran sumpah prajurit serta sapta marga TNI. Kasus-kasus tersebut membuktikan
bahwa adanya pelanggaran sumpah prajurit TNI dikarenakan masih kurangnya kesadaran dari
anggota militer untuk bersikap disiplin dan mematuhi sumpah prajurit serta sapta marga TNI.

Disiplin pada hakikatnya merupakan suatu ketaatan yang dilandasi oleh kesadaran lahir
dan batin pengabdiam pada nusa dan bangsa serta merupakan perwujudan diri untuk tidak
melanggar peraturan, perintah, dan tata kehidupan sebagai prajurit. Dalam kehidupan militer,
disiplin ialah suatu pola hidup yang dilakukan dengan penuh keyakinan, patuh dan taat kepada
perintah atasan sebagaimana yang dimaksud dalam sumpah prajurit.

Disiplin dalam kehidupan anggota militer tidak hanya dilakukan oleh prajurit saja, tetapi
disiplin juga harus ditegakkan oleh seluruh anggota militer muali dari prajurit, mauppun para
perwira yang memegang kesatuan itu juga harus menerapkan prinsip-prinsip disiplin dalam
kesatuannya dengan menjadikan sumpah anggota militer sebagai dasar. Meskipun dalam kesatuan
tersebut telah memegang teguh prinsip-prinsip disiplin bagi anggota militer, tetapi anggota Tentara
Nasional Indonesia (TNI) dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya pasti tidak luput dari
segala permasalahan, salah satunya yaitu melanggar sumpah prajurit yang harusnya dipegang
teguh untuk menegakkan disiplin militer. Anggota militer yang melanggar sumpah prajurit ini
bukan termasuk suatu kejahatan karena tidak menyangkut kepentingan umum yang luas, tapi
anggota militer yang melanggar sumpah prajurit ini pasti bertentangan dengan kepentingan militer
atau kepentingan masyarakat yang ada dalam lingkungan militer itu sendiri. Contoh melanggar
sumpah prajurit itu ialah, anggota militer yang tidak taat pada perintah atasan atau tidak mematuhi
perintah-perintah atasannya dalam kesatuan yang berkaitan dengan kepentingan-kepentingan
militer.

Rumusan Masalah

Penulisan yang mengambil judul “Sanksi Hukum Pelanggaran Sumpah Prajurit” memiliki
rumusan masalah:

1. Mengapa anggota militer harus berpedoman pada sumpah prajurit saat menjalankan
tugasnya?
2. Bagaimana sanksi/hukuman untuk anggota militer yang melanggar sumpah prajurit?

Pembahasan

a. Hak dan Kewajiban Anggota Militer


Setiap anggota militer atau TNI memiliki hak dan kewajiban yang telah diatur dalam Undang-
undang nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, mengenai kewajiban anggota
militer atau TNI diatur dalam Pasal 37 yang menegaskan bahwa TNI dalam hal ini prajurit wajib
menjunjung tinggi kepercayaan yang diberikan oleh bangsa dan negara sebagaimana tercantum
dalam sumpah prajurit yang menunjukkan bahwa Prajurit berusaha membela negara.
Dalam hal keamanan negara, prajurit wajib memegang teguh rahasia tentara meskipun
prajurit tersebut diberhentikan dengan hormat atau tidak hormat. Prajurit juga wajib berpedoman
pada kode etik prajurit, jika perwira maka wajib berpedoman pada kode etik perwira. Jika berbicara
kewajiban, maka berhubungan dengan larangan. TNI ini diwajibkan untuk netral, maksudnya
adalah TNI dilarang ikut campur dan memasuki dunia partai politik, tidak hanya mengenai partai
politik tapi juga dilarang untuk mengikuti kegiatan bisnis.
Tidak hanya itu saja, berdasarkan Pasal 39 Undang-undang nomor 34 tahun 2004 tentang
Tentara Nasional Indonesia, prajurit wajib mengenakan pakaian seragam lengkap dengan
atributnya berdasarkan tuntutan tugas. Berbicara mengenai kewajiban dan larangan, pasti ada hak
yang akan didapatkan oleh TNI, sebagaimana diatur dalam Pasal 49 sampai Pasal 52 Undang-
undang Nomor 34 Tahun 2004 yaitu seorang prajurit berhak mendapatkan penghasilan yang layak
serta dibiayai seluruhnya anggaran pertahanan negara, apabila masih dalam prajurit siswa maka ia
memperoleh kebutuhan dasar prajurit yaitu perlengkapan perseorangan hingga segaram dinas.
Anggota TNI yang telah diterima sebagai prajurit TNI juga berkewajiban untuk mematuhi
dan mentaati kode etik yang ada dalam jabatannya tersebut dengan penuh disiplin, maka prajurit
TNI yang menempuh pendidikan akan diajarkan disiplin sejak ia masuk dalam pendidikan
keprajuritan, karena disiplin merupakan hal yang harus ditanamkan baik-baik dalam diri seorang
prajurit TNI. Disiplin yang diajarkan kepada prajurit TNI ini contohnya seperti disiplin pada waktu,
seorang prajurit dalam masa pendidikannya harus mematuhi dan mengikuti jadwal yang telah
ditentukan, prajurit TNI dituntut untuk disiplin terhadap waktu dan menghargai waktu sehingga
ia melakukan segala hal dalam masa pendidikannya telah diatur oleh pihak yang berwenang dari
tidur sampai bangun. Prajurit TNI yang telah diajarkan disiplin dan ditanamkan disiplin pada
dirinya akan mengetahui mana hal yang baik dan yang buruk, apabila ia telah masuk dalam
pendidikan keprajuritan ia juga harus menerima segala konsekuensi yang ada, termasuk mentaati
dan mematuhi sumpah prajurit, dan sapta marga serta memegang teguh sumpah prajurit sebagai
pedoman dimana ia menjalankan tugasnya sebagai prajurit TNI.
Prajurit siswa juga berhak atas tunjangan keluarga, asrama, rawatan kesehatan, pembinaan
dan pelayanan mental dan keagamaan, bantuan hukum, asuransi kesehatan dan jiwa, tunjangan
hari tua dan asuransi penugasan militer. Tidak hanya prajuritnya saja yang mendapat tunjangan,
tetapi keluarga prajurit juga mendapat rawatan kesehatan, pembinaan mental dan keagamaan, serta
bantuan hukum. Apabila seorang prajurit berprestasi dan berjasa bagi negara, maka prajurit dan
prajurit siswa berhak mendapatkan tanda jasa kenegaraan.

b. Memahami Apa itu Sumpah Prajurit


TNI adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari rakyat Indonesia, lahir dalam bagian
perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia berkembang serta dibesarkan Bersama-sama rakyat
Indonesia dalam usaha mempertahankan dan mengisi kemerdekaan dengan sedemikian rupa TNI
sebagai pengemban fungsi kekuatan, keamanan , pertahanan dan kekuatan sosial politik.
Sumpah prajurit adalah sumpah atau pernyataan yang diungkapkan oleh prajurit TNI dalam
membentuk kepribadian prajurit dan dapat diucapkan pada saat upacara pelantikan prajurit siswa
menjadi prajurit. Sumpah ini berupa kesanggupan untuk menaati segala aturan dan menjauhi diri
dari segala larangan yang diikrarkan di hadapan atasan yang berwenang menurut agama atau
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sumpah prajurit memiliki makna yang mendalam
mengenai tanggung jawab yang besar di pundak prajurit untuk selalu bersedia berkorban jiwa dan
raganya demi kepentingan bangsa dan negaranya.
Sumpah prajurit ini terdiri dari 8 (delapan poin) yang harus senantiasa dipegang teguh oleh
anggota militer sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia. Isi dari sumpah prajurit tersebut adalah
sebagai berikut:
Demi Allah, saya bersumpah/berjanji:
1. Bersikap ramah tamah terhadap rakyat
2. Bersikap sopan santun terhadap rakyat
3. Menjunjung tinggi kehormatan wanita
4. Menjaga kehormatan diri di muka umum
5. Senantiasa menjadi contoh dalam sikap dan kesederhanaannya
6. Tidak sekali-kali merugikan rakyat
7. Tidak sekali-kali menakuti dan menyakiti hati rakyat
8. Menjadi contoh dan memelopori usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat
sekelilingnya.
Penjelasannya sebagai berikut:

1. Bersikap ramah tamah terhadap rakyat

Salah satu dari karakteristik bangsa yang telah dikenal oleh seluruh dunia adalah
sikap yang ramah tamah, saling bertegur sapa. Sikap ini menjadikan para prajurit dengan
mudah untuk berinteraksi dan berhubungan dengan lingkungannya secara harmonis dan ia
sadar bahwa dirinya sebagai warga negara yang biasa, dengan demikian sikap
keramahtamaan menjadi hal yang efektif dalam menumbuhkan loyalitas, solidaritas dan
kepercayaan rakyat terhadap TNI dalam mewujudkan hidup yang merdeka.

2. Bersikap sopan santun terhadap rakyat

Dalam hal sopan santun didalam sebua pergaulan merupakan salah satu faktot
terciptanya manusia yang beradab dan dapat membangun interaksi sosial, dengan
diterapkannya sopan serta santun maka kita akan tumbuh sebagai pribadi yang saling
menghormati dan saling menghargai serta berpikiran terbuka terhadap orang lain. Dengan
hal ini sopan santun adalah media yang tepat bagi TNI merebut hati rakyat Indonesia yang
akan berakibat juga dukungan serta kesetiaan dari rakyat Indonesia.

3. Menjunjung tinggi kehormatan wanita

Memberikan rasa hormat terhadap wanita adalah nilai dasar dan prinsip bagi
seorang manusia. Sebab wanita adalah gambaran dari seorang ibu yang bersifat sebagai
pelindung, pengayom dan sumber dari segala kasih sayang. Menghormati wanita akan
menimbulkan rasa kesadaran prajurit akan jati dirinya sekaligus meneladani sebagai
karakter seorang ibu.

4. Menjaga kehormatan diri dimuka umum

Menjaga kehormatan diri adalah kewajiban yang mendasar bagi setiap pribadi
manusia. Kehormatan dan harga diri serta kewibawaan menggambarkan akhlak yang
terpuji dalam berbagai bentuk aspek kehidupan serta menjauhkan diri dari akhlak yang
tercela selayaknya seseorang hidup sebagai orang yang dihormati dan terhormat.
Kepribadian yang terhormat dan berwibawa menjadikan seorang prajurit sebagai tauladan
dan panutan dalam masyarakat.

5. Senantiasa menjadi contoh dalam sikap dan kesederhananya

Dalam hal ini kesederhanaan dimaknai dengan rasa cukup dan menerima atas apa
yang telah diberikan Tuhan, sehingga dapat menjauhkan diri dari sifat dan sikap yang
merasa selalu kekurangan dan tidak puas. Sikap ini akan menghindarkan prajurit dari
perilaku yang hedonis dan pragmatis.

6. Tidak sekali -kali merugikan rakyat

Bahwa seorang prajurit tidak boleh merugikan rakyat atas perilaku yang telah ia
perbuat sebagaimana bertujuan sebagai pengayom dan menjalankan tugas sesuai dengan
sumpah dan kode etik, tidak diperbolehkan sekali -kali nya demi kepentingan pribadi atau
golongannya prajurit melakukan pelanggaran sumpah dan kode etik untuk merugikan
rakyat.

7. Tidak sekali-kali menakuti dan menyakiti hati rakyat

Bahwa seorang prajurit dilarang untuk menakuti dan menyakiti hati rakyat, baik itu
dalam aspek materi yang dimana ini adalah harta benda maupun materi yang antara lain
rasa aman dan tentram serta harga diri yang menyebabkan rakat bersikap apriori dan
antipati terhadap keberadaan TNI, dengan demikian menimbulkan hambatan dalam
keberhasilan pelaksanaan tugas pokok nya

8. Menjadi contoh dan mempelopori usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat


sekelilingnya

Bahwa dalam hal sikap ini merupakan bentuk dari kepekaan dan rasa solidaritas
yang tanggap terhadap keadaan lingkungan disekitarnya. Penderitaan rakyat, kesulitan
rakyat adalah juga penderitaan dan kesulitannya yang ia akan selalu cintai dan menyayangi
serta memberikan bantuan kepada rakyat nya selayaknya mereka adalah keluarga sedarah,
sikap ini akan mendorong kemanunggalan sejati antara TNI dan rakyat.

Lafal dari Sumpah Prajurit sebelum menjalankan tugas dan fungsinya sebagai Tentara
Nasional Indonesia seperti yang ada dalam Pasal 35 Undang Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang
Tentara Nasional Indonesia, adalah sebagai berikut: Demi Allah saya bersumpah/berjanji: bahwa
saya akan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; bahwa saya akan tunduk kepada
hukum dan memegang teguh disiplin keprajuritan; bahwa saya akann taat kepada atasan dengan
tidak membantah perintah atau putusan; bahwa saya akan menjalankan segala kewajiban dengan
penuh rasa tanggung jawab kepada tentara dan Negara Republik Indonesia; bahwa saya akan
memegang segala rahasia tentara sekeras-kerasnya.
Dapat dipahami bahwa prajurit Tentara Nasional Indonesia yang memegang teguh sumpah
prajurit ini akan mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan negaranya apabila ia telah masuk dalam
kesatuan prajurit TNI. Menjaga rahasia tentara termasuk dalam sumpah prajurit TNI, sehingga
prajurit TNI wajib menjaga rahasia yang ada di lingkungan militer, baik itu rahasia kesatuan
maupun pribadi nya apabila berkaitan dengan militer. Prajurit TNI sejatinya juga harus bersahabat
dengan rakyat, dan tidak menakuti rakyat karena ada pada sumpah prajurit bahwasanya prajurit
TNI harus bersikap ramah serta bersikap sopan kepada rakyat.
Sumpah prajurit TNI mewajibkan anggota militer untuk menjaga kehormatan dirinya dimuka
umum, sehingga anggota militer tidak dapat berbuat semena-mena didepan umum layaknya di
depan rakyat, ia harus berwibawa meskipun tidak sedang dalam tugasnya karena itu sudah diatur
dalam sumpah prajurit TNI. Anggota militer yang menjaga kehormatan umum didepan masyarakat
ini dikarenakan ia membawa nama Tentara Nasional Indonesia dipundaknya, tetapi tidak hanya
menjaga kehormatannya dimuka umum saja, prajurit TNI juga harus menunjukan kesederhanaanya
di depan rakyat dan senantiasa menjadi contoh untuk rakyat sehingga prajurit TNI harus menjaga
sikap dimanapun ia berada.
c. Hubungan Anggota Militer dengan Sumpah Prajurit
Hubungan anggota militer dengan sumpah prajurit dapat dilihat melalui sikap kerja para
anggota militer, sikap kerja tersebut merupakan penilaian yang sifatnya evaluatif terhadap anggota
militer. Penilaian yang bersifat evaluatif di dalamnya berisikan perasaan senang atau tidak
senangnya dari anggota militer terhadap segala obyek pekerjaannya, aspek-aspek ataupun
peristiwa yang terjadi di lingkungan kerjanya.5 Istilah sikap dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah sebuah perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian
atau keyakinan dari seseorang tersebut. Sedangkan istilah kerja menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia dapat di definisikan sebagai segala aktivitas atau kegiatan yang
dilakukan yaitu melakukan aktivitas atau kegiatan tersebut karena adanya dorongan
untuk mewujudkan sesuatu sehingga tumbuh adanya rasa tanggung jawab yang benar
untuk menghasilkan karya atau produk yang berkualitas dan dilakukan dengan
kesengajaan dan direncanakan.
Acuan kerja sangat identik dengan ketentuan yang diberlakukan oleh suatu institusi
atau lembaga kerja, sebagaimana yang telah tertuang dalam sumpah sebelum dilakukan
pengangkatan kerja. Peraturan-peraturan tersebut dibuat tidak hanya bertujuan untuk
menunjang keuntungan bagi institusi atau lembaga kerja tersebut melainkan juga
membentuk sikap kerja yang positif dalam diri pekerja atau anggota yang berada di
lembaga kerja tersebut.
Anggota TNI yang sudah di angkat dan di tempatkan di kesatuan, baik di Saptur, Banpur,
Banmin dan Teritorial akan diterjunkan ke masyarakat sekitar untuk mengaplikasikan
pengabdiannya dalam menjalankan pendidikan TNI dengan berbekal Sumpah Prajurit, Sapta
Marga dan 8 Wajib TNI. Dalam menjalankan tugasnya TNI memiliki berbagai acuan kerja yang
sangat rinci yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab dalam menjaga kehormatan diri
pribadi, keluarga, lingkungan, korp dan negara. Dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya
anggota TNI memiliki harus memiliki sikap kerja, sikap kerja tersebut yaitu bagaimana pandangan
atau penilaian senang atau tidak senang anggota TNI terhadap obyek kerja, individu kerja atau
peristiwa di lingkungan kerja. Artinya yaitu sikap kerja anggota TNI mengacu pada Sapta Marga,
Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI hingga Tri Sila TNI yang tidak hanya berhubungan dalam
lingkup Markas Komando (Mako) saja tapi juga mencakup sikap kerja ketika para anggota TNI
berada di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam
Delapan Wajib TNI dan juga Kehormatan Militer dalam Tri Sila TNI.
Bagi anggota TNI selain sikap kerja, dalam menjalankan tugasnya mereka juga harus disiplin
karena disiplin merupakan landasan yang paling utama dalam berkehidupan di prajurit.

Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, Perilaku Organisasi (Organizational Behavior), Jakarta:
5

Salemba Empat, 2008, h. 93.


Kedisiplinan prajurit berpengaruh tinggi terhadap suatu keberhasilan dari tugas yang dibebankan
pada anggota TNI. Maka, kedisiplinan sangatlah perlu untuk ditegakkan dan ditingkatkan agar
tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran disiplin oleh anggota TNI. Hakikatnya dalam kedisiplinan
seorang yang telah menjadi anggota TNI menunjukkan suatu sikap dan gambaran dari mental
seorang prajurit sejati. Yang dimaksud disiplin prajurit TNI adalah setiap prajurit TNI wajib dan
harus mentaati dan mematuhi sungguh-sungguh yang didukung oleh kesadaran setiap pribadi
yang bertumpu pada Sapta Marga dan Sumpah Prajurit untuk menunaikan hak dan kewajibannya
dalam menjalankan tugas dan fungsi prajurit TNI serta untuk bersikap dan berperilaku sesuai
dengan aturan-aturan dan norma-norma yang berlaku dalam tata kehidupan prajurit TNI.6
Karena disiplin merupakan dasar utama dalam membuat suatu kebijakan dan pengambilan
sebuah keputusan, jika terjadi keterlambatan dalam mengambil sebuah keputusan hal tersebut akan
membuat rangkaian suatu kegiatan yang ada dibelakangnya juga terhambat dan terlambat untuk
dikerjakan. Selain itu jika terjadi ketidakdisiplinan oleh prajurit TNI ataupun anggota TNI, maka
hal tersebut akan mengakibatkan suatu kecelakaan yang bisa menghilangkan nyawa manusia,
menghancurkan alutsista dan yang paling penting TNI, negara dan rakyat Indonesia akan
mengalami yang namanya kerugian besar. Perlakuan ketidakdisiplinan pada anggota TNI akan
merusak segala tatanan atau aturan dan sistem yang disusun dengan baik yang telah disepakati
ataupun yang sedang dijalankan atau yang sedang berjalan.
Persoalan disiplin bukan merupakan permainan monopoli oleh suatu golongan atau instansi,
melainkan persoalan disiplin itu muncul dalam masing-masing setiap individu manusia. Terdapat
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan seseorang, termasuk anggota TNI. Yang
pertama adalah faktor intern dan yang kedua adalah faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang
muncul atau berasal dari dalam diri setiap masing-masing individu manusia, hal tersebut salah
satunya mencakup suatu kepribadian seorang individu. Sebagai anggota TNI harus mempunyai
kepribadian yang tangguh dan kuat untuk memenuhi segala tanggungjawab sebagai anggota TNI
dan melakukan semua tugas yang telah diberikan oleh atasan. Dengan pribadi yang tangguh, maka
anggota TNI akan bisa menerima tugas apapun yang telah diberikan atasan dan menjalankan tugas
tersebut dengan bersungguh-sungguh dan keteguhan dari hatinya demi nama baik kesatuan dan
demi harga diri sebagai anggota TNI atau bahkan prajurit TNI.
Anggota TNI atau prajurit TNI yang melanggar sumpah prajurit karena melakukan perbuatan
yang melawan atasan, hal itu jelas melanggar Asas Kesatuan Komando. Asas Kesatuan Komando
yaitu bahwa dalam kehidupan militer dengan struktur organisasinya, seorang komandan memiliki
kedudukan sentral dan bertanggung jawab terhadap kesatuan dan anak buahnya. Sehingga

6 Defi Mei Lina, Hubungan Antara Kepribadian Hardiness dengan Kedisiplinan pada Anggota TNI, Januari
2018, h 1
komandan TNI memiliki hak untuk menghukum anak buahnya (prajurit TNI yang tidak mematuhi
perintah dari atasan. Perintah atasan ini juga memiliki batasannya, yaitu ada kepentingan militer
dan masih dalam lingkungan militer. Taat kepada perintah atasan termasuk dalam salah satu tujuan
prajurit TNI sehingga taat kepada perintah atasan ialah salah satu hal penting yang ada dalam
sumpah prajurit dan harus dipegang teguh oleh prajurit TNI.
Bagi anggota Tentara Nasional Indonesia, sumpah prajurit merupakan pedoman prajurit TNI
untuk menjalankan tugasnya dan mengabdi kepada negara, maka dari itu sumpah prajurit juga bisa
digunakan sebagai kode etik Tentara Nasional Indonesia. Selain sumpah prajurit, juga dikenal sapta
marga untuk prajurit Tentara Nasional Indonesia. Anggota TNI yang telah mengabdikan dirinya
kepada negara dituntut untuk mentaati Sapta Marga Prajurit, dan Sumpah Prajurit. Mentaati
sumpah prajurit ini termasuk perwujudan sikap prajurit TNI dalam ideologi berbangsa dan
bernegara harus konsisten dilakukan oleh setiap prajurit TNI agar bisa bertindak profesional dalam
menjalankan tugasnya.
Bermodalkan sapta marga dan sumpah prajurit itu, kalangan militer bisa didorong untuk
mewujudkan diri menjadi tentara profesional yang menjunjung supremasi kekuasaan sipil dan
selalu siap melaksanakan putusan politik yang dibuat politisi sipil yang mempunyai legitimasi
politik. Oleh karenanya profesionalisme TNI harus dilandasi oleh jati diri prajurit TNI yang
berwawasan luas dan dapat memandang ke depan, memiliki kompetensi di bidangnya, memiliki
jiwa bermoral dan etika profesi keprajuritan sesuai dengan Doktrin Sapta Marga dan Sumpah
Prajurit yang selama ini ditanamkan dalam pikiran masing-masing prajurit TNI.7
Untuk membangun keprofesionalisan TNI tak cukup hanya berpegang teguh pada Doktrin
Prajurit saja yang harus mentaati Sapta Marga dan Sumpah prajurit, tapi juga memerlukan
pemenuhan kesejahteraan prajurit yang perlu diupayakan guna menciptakan kekuatan militer
modern yang kuat dan bisa bertindak professional, tetapi prajurit TNI tetap harus berpegang teguh
pada sumpah prajurit sebagai salah satu bentuk mentaati kode etik dan mewujudkan Tentara
Nasional Indonesia yang disiplin juga berprofesionalitas, sehingga tujuan dan fungsi pokok dari
Tentara Nasional Indonesia ini untuk menjaga keutuhan dan mempertahankan Negara Kesatuan
Reoublik Indonesia dapat tercapai. Betapa pentingnya sumpah prajurit TNI untuk benar-benar
dipahami dan ditanamkan dalam diri prajurit TNI sejak ia berada dalam pendidikan Tentara
Nasional Indonesia.
d. Hukuman bagi Anggota Militer yang Melanggar Sumpah Prajurit

Suatu syarat yang mutlak didalam kehidupan militer untuk menepati peraturan TNI dan serta
perintah kedinasan dari setiap atasan demi menegakkan kehidupan dalam militer yang penuh

7 Ismantoro Dwi Yuwono, Memahami Berbagai Etike Profesi dan Pekerjaan, Media Pressindo, 2018, h
106-107
kesadaran tinggi. Jika hal-hal tersebut dilanggar menunjukan militer yang tidak berperilaku baik
dan tidak bertanggung jawab didalam menegakkan sabta marga dan sumpah prajurit dan jika
dipertahankan hanya akan mengguncang sendi-sendi kehidupan disiplin dan ketertiban di
lingkungan TNI.8 Dalam adanya penyebab terjadinya pelanggaran sumpah prajurit dapat
didasarkan pada kecenderungan perilaku pelanggaran disiplin prajurit yang dapat dikatakan
terpengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal:

- Faktor Internal adalah faktor yang timbul dalam diri prajurit itu sendiri yang meliputi berbagai
kondisi seperti fisik dan psikologis

- Faktor Eksternal adalah faktor yang berkaitan dengan lingkungan pendukung diluar individu
prajurit.

Hukuman bagi anggota militer yang melanggar sumpah prajurit adalah bentuk Pertanggung
jawaban pidana yang diketahui sebagai menerima segala bentuk dari pemidanaan yang telah
diberikan terhadap pelaku. Bentuk dari pemidanaan ini dapat berwujud dalam pidana pemecatan,
pencabutan hak tertentu bahkan penundaan ataupun penurunan pangkat. Yang mana tersebut
diatur dalam Pasal 6 hingga Pasal 31 Bab II Buku I KUHPM dan dalam Pasal 8 UU Hukum Prajurit
ABRI yang berlaku kepada seluruh anggota militer atau TNI yang berkenaan dengan norma-norma
ataupun sanksinya , diadakan penyatuan.

Bentuk dari pertanggung jawaban pidana bagi militer yang telah melakukan tindak pidana
atau melanggar sumpah prajurit dapat diselesaikan menurut dari hukum disiplin atau penjatuhan
sanksi pidana melalui peradilan militer. Penjatuhan hukuman disiplin militer adalah tindakan
Pendidikan kepada seorang anggota militer yang dijatuhi hukuman sebagaimana bertujuan untuk
tindakkan pembinaan militer sedangkan pidana militer adalah lebih kepada gabungan antara
Pendidikan militer dan penjeraan, selama terpidana tidak dipecat dari dinas keanggotaan militer.

Penyelesaian dalam hukum disiplin dilaksanakan dalam hal tindak pidana yang dilakukan
sedemikian ringan sifatnya yang bukan termasuk tindak pidana tetapi dengan alasan bertentangan
dengan perintah kedinasan atau perilaku yang tidak sesuai dengan tata kehidupan (disiplin)
prajurit dengan ini perkara tersebut diselesaikan diluar adanya pengadilan. Anggota militer yang
melanggar dan telah melakukan pelanggaran-pelanggaran diminta untuk mempertanggung
jawabkan perbuatan nya berupa hal hukuman disiplin yang terdapat dalam Pasal 8 Undang-undang
Hukum Disiplin Prajurit yang berupa penahanan ringan selama 14 hari, penahanan berat selama 21
hari ataupun hanya berupa teguran. Penjatuhan hukuman pidana dalam perbuatan pidana yang

8
Haryo Sulistiriyanto, “Pertanggungjawaban Pidana Anggota Militer TNI Yang Melakukan Tindak Pidana
Disersi”. Vol.XVI No.2 , April 2011, 85
dilakukan adalah penting sebagai alat atau jalan terakhir kepada pelaku pidana militer memiliki
tujuan sebagaimana untuk Pendidikan bagi militer dan memberikan efek jera terhadap pelaku
tindak pidana dalam hal tindak pidana tersebut memberikan dampak ketidak seimbangan terhadap
masyarakat.

Sementara, Pasal 9 mengatur tentang dua jenis hukuman disiplin militer yang bisa diberikan
jika seorang anggota melakukan pelanggaran. Hukuman bisa berupa teguran dan penahanan.
Penahanan disiplin ringan paling lama adalah 14 hari, sedangkan penahanan untuk kasus disiplin
berat bisa mencapai 21 hari. Jika pelanggaran dilakukan dalam kondisi khusus, misalnya keadaan
bahaya, operasi militer, atau dalam kondisi kesatuan yang disiapsiagakan, maka lama masa
penahanan bisa ditambah selama 7 hari. Secara lengkap, berikut bunyi Pasal 9 UU Nomor 25 Tahun
2014:

Jenis Hukuman Disiplin Militer terdiri atas:

a. teguran;

b. penahanan disiplin ringan paling lama 14 (empat belas) hari; atau

c. penahanan disiplin berat paling lama 21 (dua puluh satu) hari

Bagi prajurit yang mendapatkan hukuman disiplin militer selama 3 kali dalam pangkat yang
sama, bisa dikeluarkan dari militer dengan cara tidak hormat sebagaimana diatur undang-undang,
atas pertimbangan pejabat yang berwenang. Setiap pelanggaran Disiplin Militer yang dilakukan,
prajurit yang bersangkutan identitasnya akan dicatat dalam buku khusus. Identitas itu meliputi
nama, tempat tanggal lahir, pangkat, nomor registrasi pusat, jabatan, kesatuan, agama, dan jenis
kelamin. Tak hanya identitas, hal-hal lain terkait dengan pelanggaran yang dilakukan dan
penindakan yang diberikan. Adapun pelanggaran yang dimaksud terdiri dari dua hal dan diatur
dalam pasal sebelumnya, yakni Pasal 8 Pelanggaran itu meliputi perbuatan yang bertentangan
dengan perintah kedinasan, peraturan kedinasan, atau perbuatan yang tidak sesuai dengan Tata
Tertib Militer. Selain itu, perbuatan lain yang melanggar peraturan perundang-undangan pidana.
Dikarenakan sumpah prajurit menjadi pedoman kode etik profesi TNI ketika melaksanakan
tugasnya, maka TNI yang melanggar sumpah prajurit ini pasti dikenakan hukuman.

Anggota atau prajurit TNI yang melanggar sumpah jabatan dapat dilaporkan oleh masyarakat
(korban/kuasa hukumnya), anggota TNI dari semua angkatan (Angkatan Darat, Angkatan Laut,
dan Angkatan Udara), Instansi terkait, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan Media Massa.
Masyarakat dapat melaporkan prajurit TNI yang melanggar kode etik atau sumpah jabatan karena
salah satu tugas dari prajurit TNI ialah mengabdi kepada masyarakat dan bersikap sopan juga
sederhana didepan masyarakat, apabila prajurit TNI melakukan kesalahan kepada atau di
lingkungan masyarakat maka anggota masyarakat yang menjadi korban atas pelanggaran sumpah
prajurit dari prajurit tersebut dapat melaporkan atau mengadukan prajurit TNI yang melanggar
sumpah jabatan itu. Laporan tersebut disampaikan kepada Satuan Polisi Militer baik yang ada
dalam Mabes TNI maupun yang ada pada wilayah angkatannya masing-masing. Pemeriksaan awal
dilaksanakan oleh pengemban fungsi provost pada setiap angkatan dalam TNI.

Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Polisi militer itu akan diolah kembali apabila
hasil itu terdapat unsur tindak pidana, maka berkas perkara akan diserahkan kepad atasan yang
berhak menghukum (Ankum), Polisi Militer, dan Oditur Militer yang kemudiak dianjurkan oleh
Perwira Penyerah Perkara (Papera) untuk diserahkan kepada Oditurat Militer yang bertugas untuk
melakukan penuntutan pada pemeriksaan di pengadilan militer. Oditur militer disini sebagai
pembuat tuntutan layaknya Jaksa Penuntut Umum di pengadilan negeri. Apabila kasus tersebut
terdapat unsur pelanggaran kode etik, maka berkas perkara akan dilimpahkan kepada atasan yang
berhak menghukum (Ankum) yang selanjutnya akan di periksa di persidangan kode etik
prajurit/sidang disiplin, lalu jika terdapat unsur pelanggaran disiplin, maka berkas perkara akan
dilimpahkan kepada Atasan yang berhak menghukum (Ankum) yang selanjutnya akan diperiksa
dalam sidang disiplin.9

Berkaitan dengan pelanggaran sumpah prajurit atau kode etik prajurit TNI ialah termasuk
dalam sidang disiplin dikarenakan prajurit TNI yang tidak disiplin dan mematuhi atau tunduk
kepada sumpah prajurit tersebut. Disiplin merupakan hal yang paling utama dalam diri seorang
prajurit TNI, karena apabila seorang prajurit TNI itu menanamkan disiplin dalam dirinya maka ia
tidak akan melanggar sumpah prajurit yang merupakan landasan dari segala tindak dan sikap ia
menjalankan tugas sebagai prajurit TNI dalam lingkungan masyarakat maupun dalam
Kesatuannya, sehingga ia akan senantiasa mematuhi aturan dan perintah dari atasannya.

Prajurit TNI yang terbukti melanggar sumpah prajurit dan melanggar kode etik disiplin, maka
sanksinya dapat berupa:10

a) Teguran tertulis: teguran tertulis ini dapat berupa Surat Peringatan dari atasan di wilayah
kesatuannya masing-masing.
b) Penundaan kenaikan pangkat: prajurit TNI yang melakukan pelanggaran sumpah
prajurit dapat dikenakan hukuman yaitu menunda kenaikan pangkatnya apabila ia tidak
disiplin, sehingga ia akan dipersulit untuk naik jabatan di lingkungan TNI.

9
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia: pedoman anda
memahami dan menyelesaikan masalah hukum, Yayasan Obor Indonesia, 2009, h 90
10
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, op.cit
c) Mutasi yang bersifat demosi: yang dimaksudkan dengan mutasi yang bersifat demosi
ialah pemindahan satu jabatan ke jabatan lain yang tingkatnya lebih rendah, sehingga
apabila anggota TNI yang melanggar sumpah tersebut telah berada dalam jabatan yang
tinggi, ia bisa saja turun jabatan karena melanggar kode etik dan tidak displin.
d) Pembebasan dari jabatan: pembebasan dari jabatan ini bisa diartikan bahwa dia di skors
dari jabatan tersebut sehingga ia tidak diijinkan untuk masuk kerja atau dinas di
kesatuannya karena telah melanggar kode etik.
e) Pemecatan/Pemberhentian secara tidak hormat: yang paling fatal dalam pelanggaran
sumpah prajurit ini adalah dipecat atau diberhentikan dari jabatannya secara tidak hormat
sehingga anggota TNI yang melanggar sumpah tersebut bisa saja kehilangan
pekerjaannya diakibatkan ia tidak disiplin.
Daftar Pustaka

Defi Mei Lina, Januari 2018, Hubungan Antara Kepribadian Hardiness dengan Kedisiplinan pada
Anggota TNI.

Haryo Sulistiriyanto, 2011, “Pertanggungjawaban Pidana Anggota Militer TNI Yang Melakukan
Tindak Pidana Disersi”. Vol.XVI No.2.

Ismantoro Dwi Yuwono, 2018, Memahami Berbagai Etike Profesi dan Pekerjaan, Media Pressindo.

Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, 2008, Perilaku Organisasi (Organizational Behavior),
Jakarta: Salemba Empat.

Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, 2009, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia:
pedoman anda memahami dan menyelesaikan masalah hukum, Yayasan Obor Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai