Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hati memainkan peranan penting dalam kontrol dari perdarahan, oleh karena itu

permasalahan hemostasis 75% didapatkan pada pasien dengan kelainan di hati dan

salurannya.12
Secara epidemiologi, didapatkan 8-33% tingkat mortalitas pada pasien dengan ikterus

obstruksi. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat mortalitas pada ikterus obstruksi

adalah komplikasi perdarahan, dimana perdarahan yang terjadi pada gastrointestinal

didapatkan pada 8% pasien dengan ikterus obstruksi. Disebutkan juga bahwa pasien ikterus

obstruksi angka mortalitasnya meningkat menjadi 60% jika ditemukan dengan beberapa

faktor penyulit seperti hematokrit yang menurun, bilirubin > 16 mg/dL dan adanya

penyebab obstruksi yang lain berupa keganasan.19,20


Ikterus obstruksi dapat terjadi pada semua usia, tetapi kasus paling sering dijumpai

pada usia dewasa berkisar 36-81 tahun. Berdasarkan jenis kelamin tidak didapatkan

perbedaan bermakna kasus ikterus obstruksi baik pada perempuan dan laki-laki. 19
Pada kasus ikterus obstruksi terjadi ketidakseimbangan produksi dari faktor koagulasi

yang disebabkan oleh karena absorbsi vitamin K yang rendah akibat obstruksi bile ke

saluran cerna. Vitamin K adalah merupakan essensial cofactor untuk enzim mikrosom yang

meng katalisa karboksilasi post translasional dari ikatan peptide residu asam glutamat yan

merupakan precursor inaktif dari faktor II, VII, IX, dan X. Hasil dari karboksilasi tersebut

merubah precursor menjadi faktor koagulasi aktif yang kemudian di sekresi oleh hati ke

aliran darah. 1

1
Vitamin K merupakan vitamin yang larut dalam lemak, dimana untuk absorbsinya di

saluran cerna membutuhkan garam empedu. Pada kasus obstruksi ikterus dimana terjadi

defisiensi dari vitamin K, menimbulkan manifestasi perdarahan akibat faktor koagulasi

yang menurun.1,3,13
Pada kasus ikterik obstruksi diberikan vitamin K dalam single dose 10 mg yang diberi

sub cutan atau parenteral. Maha F Saja dan kawan-kawan dalam penelitiannya pada tahun

2012 menyebutkan bahwa faal hemostasis di evaluasi setelah 72 jam pemberian vitamin K.

Pada penelitian ini disebutkan bahwa evaluasi serial terhadap pemberian vitamin K setiap

hari adalah ideal, dan belum ada penelitian sebelumnya yang menilai tentang berapa hari

ideal untuk evaluasi setelah pemberian vitamin K. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi

setelah hari ke tiga disebabkan hilangnya efek dari warfarin yang merupakan antagonis dari

vitamin K. Pada penelitian ini didapatkan perbaikan nilai PT dan APTT, akan tetapi faktor

koagulasi yang lain tidak dapat terkoreksi. 3


Vassilios Papadopoulos dan kawan-kawan juga melakukan penelitian dengan

melakukan pemberian Vitamin K 10 mg intravenous dalam 3 hari, dapat memperbaiki

pemanjangan dari Protrombin time. 1


Piya Ballani, et all MD dalam buku Current Diagnosis and Treatment: Critical Care,

Edisi ke tiga, menyebutkan bahwa pemberian vitamin K secara parenteral dapat

memperbaiki faal hemostasis (nilai PT dan APTT) dalam 24 jam pemberian. Juga dalam

buku Manual of Gastroenterology, edisi ketiga oleh Canan Avunduk, dijelaskan bahwa

pemberian vitamin K 10 mg subkutan dapat memperbaiki nilai PT dalam 24 jam setelah

pemberian. 9,16
John L Cameron dalam buku Current Surgical Therapy edisi ke delapan,

menyebutkan bahwa setelah pemberian vitamin K 10 mg single dose, seharusnya nilai PT

dan aPTT sudah normal kembali dalam 24-48 jam. 17

2
Sedangkan oleh Robert Wyllie dalam buku The Dygestive System, menyebutkan

bahwa pemberian vitamin K dapat memperbaiki koagulopathy dalam 12-24 jam setelah

pemberian.18
Penelitian ini dilakukan oleh karena beragamnya pendapat mengenai nilai optimal

fungsi hemostasis setelah pemberian vitamin K pada pasien dengan obstruksi jaundice,

sehingga diperlukan suatu penelitian yang prospektif sehingga diketahui kapan idealnya

pemberian vitamin K pada pasien ikterik obstruksi yang mengalami gangguan faal

hemostatik. Hal ini juga dapat membantu untuk perencanaan pengelolaan pasien

preoperatif.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, masalah penelitian ini dirumuskan dalam kalimat pertanyaan

sebagai berikut :
1. Apakah vitamin K bermanfaat untuk memperbaiki fungsi hemostasis pasien ikterik

obstruksi yang mengalami gangguan hemostasis.


2. Apakah efektifitas pemberian vitamin K 24 jam dengan vitamin K 72 jam sama

dalam memperbaiki fungsi hemostasis pasien ikterik obstruksi.

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui efektifitas pemberian vitamin K 24 jam dan pemberian vitamin K 72

jam dalam memperbaiki fungsi hemostasis pasien dengan ikterus obstruksi sehingga

dapat diperkirakan kapan pasien harus dirawat inap dan kapan direncanakan untuk

dilakukan tindakan pembedahan.


1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui efek samping pemberian vitamin K pada pasien ikterik

obstruksi yang mengalami gangguan hemostasis.


2. Untuk mengetahui akseptabilitas pemakaian vitamin K pada pasien ikterik

obstruksi yang mengalami gangguan hemostasis.


3
1.4. Hipotesis Penelitian
Ho : Tidak ada perbedaan bermakna efektifitas pemberian vitamin K 24 jam dan

pemberian vitamin K 72 jam dalam memperbaiki fungsi hemostasis pada pasien yang akan

dilakukan tindakan pembedahan.


HA : Ada perbedaan bermakna efektifitas pemberian vitamin K 24 jam dan pemberian

vitamin K 72 jam dalam memperbaiki fungsi hemostasis pada pasien yang akan dilakukan

tindakan pembedahan.

1.5. Manfaat Penelitian


1.5.1. Manfaat Klinis
1. Diharapkan dengan mengetahui waktu optimal pemberian vitamin K dapat membantu

untuk mempersiapkan pasien sebelum dilakukan tindakan operasi.


2. Memperbaiki kondisi pasien dengan optimal khususnya yang berhubungan dengan

gangguan faal hemostasis, sehingga meminimalisir perdarahan pada saat intra

operatif.
3. Dapat dijadikan acuan dalam mempersiapkan pasien preoperative sehingga dapat

mengurangi cost pasien akibat masa inap yang panjang.

1.5.2. Manfaat Praktis


Dapat dipakai sebagai standar metode dalam penanganan pasien ikterik obstruksi

yang akan dilakukan operasi.

Anda mungkin juga menyukai