Anda di halaman 1dari 11

RESIMEN SISWA SECAPA TNI ANGKATAN DARAT

BATALYON SISWA - 2

KERJA MANDIRI
DINAS STAF

DISUSUN OLEH :
NAMA : SINDIKAT 1
NO CAPA : 962 S.D 968
KELAS : KELAS 47-48
MATERI : DINAS STAF

Bandung, 5 Mei 2023

RESIMEN SISWA SECAPA TNI ANGKATAN DARAT


BATALYON SISWA – 2

DINAS STAF
PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PERSONEL DALAM RANGKA
MENDUKUNG TUGAS SATUAN
A. PENDAHULUAN

Dalam suatu organisasi TNI AD terdapat unsur-unsur pokok yaitu unsur pimpinan,
unsur pembantu pimpinan (Staf) dan unsur pelaksana. Staf mempunyai tugas untuk
menyediakan keterangan yang dibutuhkan pimpinan sebagai bahan dalam mengambil
keputusan. Kegagalan Staf dalam membantu seorang pimpinan bisa berakibat pada
kegagalan pimpinan dalam mengambil keputusan.Suatu Staf terbentuk karena adanya
tujuan untuk mendukung segala kegiatan yang berada di satuan, dan tujuan itu yang
mengakibatkan harus dilakukannya kegiatan-kegiatan/usaha-usaha dan tugas-tugas oleh
tenaga manusia atau alat-alat dengan menggunakan benda, uang dan bangunan
(fasilitas). Maka semua kegiatan yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan tersebut
perlu terorganisir dengan baik, itulah yang melatar belakangi terbentuknya Staf. Dengan
terbentuknya Staf akan membantu tugas seorang Komandan. Oleh karena itu peran dan
fungsi sangat berperan penting bagi kemajuan satuan. Di dalam melaksanakan fungsi
personel menyelenggarakan segala usaha kegiatan dari pekerjaan dibidang personel
termasuk didalamnya pekerjaan bidang personel. termask didalamnya peningkatan dan
pemeriksaan mobilnya.
Berhasil atau tidaknya suatu operasi militer dipengaruhi oleh kualitas bantuan
Logistik yang tersedia dan yang dapat diperoleh tepat pada waktunya. Dalam banyak hal
faktor ini menentukan tentang bagaimana suatu operasi harus dilaksanakan dalam perang
modern sekarang ini., dimana mobilitas pasukan sangat tinggi maka persoalan Logistik
menjadi komplek, sehingga memerlukan perencanaan yang teliti dan pelaksanaan yang
tepat pada waktunya lengkap dan benar serta disetujui Komandan.

Komandan dan Pa Staf harus yakin bahwa dukungan Logistik yang sedang berjalan
dan yang direncanakan harus mendapat perhatian penuh dan berlanjut. Untuk melakukan
tugas bidang Administrasi khususnya masalah Logistik dengan baik perlu disediakan
personil yang mengerti tentang pengetahuan dalam bidang Logistik sehingga mampu dan
dapat melaksanakan tugas-tugas dengan baik.
Pembinaan personel dan tenaga manusia TNI sebagai bagian integral dari sistem
pembinaan TNI, mencerminkan pula tata fungsional dari pembinaan personel perorangan
yang terdiri atas Prajurit dan Pegawai Negeri Sipil serta pembinaan tenaga manusia balk
dari segi perencanaan pengorganisasian, pelaksanaan maupun pengendalian terhadap
aspekaspek subyek, obyek dan metode. Dalam hal ini tidak termasuk para mantan prajurit
dan yang tergabung dalam keluarga besar TNI.
Agar tugas pokok TNI dapat dilaksanakan dengan balk secara berhasil dan berdaya
guna, di mana personel merupakan unsur utama yang menentukan maka perlu adanya
petunjuk yang rnemuat tentang pokok-pokok kebijaksanaan Pimpinan TNI untuk dijadikan
pedoman bagi pembinaan personel dan tenaga manusia di jajaran TNI yang meliputi
Pembinaan Prajurit TNI dan Pembinaan Pegawai Negeri Sipil TNI.

Pokok-pokok permasalahan

Pembinaan personel merupakan kegiatan yang terus menerus dalam perencanaan,


pengorganisasian, pengerahan, pengendalian dan penilaian tentang penggunaan unsur
manusia sehingga dicapai daya guna dan tepat guna dalam melaksanakan tugas pokok.

a. Bagaimana Langkah – Langkah Capa dalam Pemeliharaan disiplin dan tata tertib
terhadap terjadinya pelanggaran disiplin di Satuan?

b. Jelaskan bagaimana upaya peningkatan kesejahteraan dan moril personel di


Satuan?

B. PEMBAHASAN MATERI

1. Bagaimana Langkah – Langkah Capa dalam Pemeliharaan disiplin dan tata tertib
terhadap terjadinya pelanggaran disiplin di Satuan.
Tindakan disiplin dilakukan oleh atasan yang melihat langsung prajurit yang melanggar atau berdasarkan
laporan, sedangkan hukuman disiplin dilaksanakan oleh Atasan Yang Berhak
Menghukum (Ankum) melalui Sidang Hukuman Disiplin atau dilimpahkan ke Pengadilan
Militer. Adapun sanksi yang diberikan mulai dari tindakan fisik berupa lari, korve, masuk
sel batalyon, sel Polisi Militer dan Rumah Tahanan Militer sampai tindakan administrasi
seperti penundaan kenaikan pangkat, dibebaskan dari jabatan, ditunda dikbangum,
skorsing dan pemberhentian tidak dengan hormat (PTDH). Kecenderungan perilaku
pelanggaran disiplin prajurit dipengaruhi oleh 2 (dua) macam factor, yaitu faktor internal
dan eksternal.

1) Faktor Internal yaitu faktor dari dalam individu prajurit meliputi kondisi fisik dan
psikologis :

a. Tipe Kepribadian. MENEKAN PELANGGARAN PRAJURIT MELALUI


KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF DAN PENERAPAN REWARD -
PUNISHMENT Oleh: Letkol Laut (KH) R. Deni Nugraha Ramdani, S.H., M.H.,
M.Tr. Hanla (Kasi Hukum Humaniter Subdiskumlater Diskumal) 2 Salah satu
faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku pelanggaran disiplin prajurit
adalah kepribadian individu. Tipe kepribadian sebagai faktor penyebab terjadinya
kecenderungan pelanggaran disiplin oleh prajurit.

b. Keimanan dan Ketaqwaan. Masalah keimanan dan ketaqwaan merupakan


aspek esensial yang berpengaruh terhadap sikap, perilaku dan tindakan prajurit
dalam kehidupannya sehari-hari.

c. Pemahaman terhadap hukum. Dalam beberapa kasus pelanggaran disiplin,


insubordinasi, dan tindak kejahatan yang dilakukan prajurit ditemukan bahwa
pemahaman terhadap hukum masih kurang. Mereka (Prajurit TNI) masih
beranggapan sebagai warga negara kelas satu yang mempunyai keistimewaan
hukum sehingga menganggap remeh supremasi hukum yang diwakili lembaga-
lembaga, kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Ada kecenderungan seorang
prajurit hanya takut/taat terhadap komandannya sehingga polisi dan aparat
penegak hukum lainnya dapat diancam untuk tidak mengungkap kasus
pelanggaran yang dilakukannya.
d. Moril. Kondisi moril prajurit sangat berpengaruh terhadap tingkat pelanggaran
yang dilakukan prajurit di satuan. Menurut Copeland (1980), kualitas moril
mencakup disiplin, pengendalian diri, kehormatan diri, loyalitas, kepercayaan
terhadap diri sendiri dan pengertian yang mendalam akan kebanggaan diri dan
corps. Berbagai penelitian telah dilakukan dan menunjukkan adanya korelasi
tinggi rendahnya moril prajurit dengan tinggi rendahnya pelanggaran disiplin.
Moril prajurit yang rendah dapat dilihat dari beberapa indikasi, yaitu:

1) Terjadinya banyak kasus atau masalah hambatan dan gangguan kejiwaan


yang secara ilmiah disebut neuropsychiatris.

2) Terjadinya banyak pelanggaran disiplin, insubordinasi, tindak pidana, desersi,


asusila, ditemukannya anggota yang 3 menderita penyakit kelamin dan adanya
keinginan anggota untuk pindah satuan.

2) Faktor Eksternal, merupakan faktor lingkungan di luar individu prajurit , yaitu :

a. Peran kepemimpinan. Peran pemimpin dalam organisasi/satuan sangat


penting karena kulitas kepemimpinan menentukan kualitas kehidupan sebuah
komunitas termasuk sebuah Kesatuan. Kepemimpinan seorang komandan
satuan memberikan andil yang besar bagi penegakan disiplin di satuan sehingga
mampu meminimalisir terjadinya pelanggaran anggota. Pemimpin yang baik
merupakan segala-galanya bagi prajurit yang baik. Seorang komandan atau
pemimpin yang tidak konsekuen atas apa yang diucapkannya dan tidak
bertanggungjawab akan membuat anak buah kehilangan tempat berpegang dan
mengalami konflik, sehingga akan berpengaruh terhadap terjadinya
penyimpangan dan pelanggaran oleh prajurit.

b. Situasi lingkungan kerja dan pangkalan. Lingkungan kerja yang dinamis


dan pangkalan yang teratur dan bersih berpengaruh terhadap sikap seseorang.
Situasi kerja yang monoton dan pangkalan yang sepi dan tidak teratur akan
sangat menjemukan sehingga mendorong prajurit memasuki situasi yang
menekan (stress) dan berpengaruh terhadap moril prajurit.
c. Beban Tugas. Setiap individu mempunyai kemampuan dan batas
kemampuan baik secara fisik maupun mental psikologis. Beban tugas yang
melebihi kemampuan fisik dan mental seseorang dapat memicu timbulnya tingkat
stress yang apabila tidak mendapat perhatian dan penanganan akan menimbulkan
terjadinya pelanggaran. Kasus desersi prajurit di satuan, salah satunya
disebabkan adanya beban tugas yang di luar kemampuan fisik dan mental
psykologis prajurit yang bersangkutan.

d. Persoalan rumah tangga dan beban ekonomi. Terjadinya kasus kekerasan


dalam rumah tangga (KDRT), terindikasinya prajurit yang “ngobyek” , menjadi
backing perjudian, menjadi bodyguard, terlibat dalam pencurian, perampokan dan
tindakan kriminal lainnya selain pengaruh dari sikap mental individu prajurit faktor
lainnya adalah persoalan rumah tangga dan beban tuntutan ekonomi/biaya hidup.

Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat pelanggaran


anggota TNI adalah sebagai berikut: 1. KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF
Kepemimpinan yang efektif mendorong penurunan tingkat pelanggaran di Satuan.
Dalam kepemimpinan terdapat empat unsur yaitu unsur manusia yang memimpin,
unsur manusia yang dipimpin, unsur sarana untuk memimpin dan unsur tujuan
kepemimpinan . Dalam prespektif militer, tujuan kepemimpinan adalah dalam
rangka mewujudkan satuan yang memiliki daya tempur yang efektif, yaitu satuan
yang diorganisasi, diperlengkapi dan dilatih agar mampu melaksanakan tugas
dengan waktu yang relatif singkat dan dengan sarana, tenaga, biaya dan alat
perlengkapan serta pengorbanan yang sedikit-dikitnya. Atas dasar tujuan dan
peran penting dari pemimpin itu, Plato (pemikir Yunani) mengidentifikasikan
bahwa menjadi seorang pemimpin haruslah memiliki kriteria etis, yaitu: a. Seorang
pemimpin harus mengandalkan daya nalar dalam menjalankan tugas
kepemimpinannya. b. Seorang pemimpin harus berpijak pada norma-norma moral
khususnya keadilan dan kebenaran serta kepedulian yang tinggi terhadap anggota
yang dipimpinnya. Bahasa psikologisnya adalah pemimpin yang punya empati
besar terhadap orang-orang yang dipimpinnya. Seperti diketahui salah satu
kebutuhan manusia adalah perhatian, pengakuan atau penghargaan. Timbulnya
motivasi pada seseorang untuk berbuat , erat hubungannya dengan kebutuhan
psikis orang tersebut. Oleh karenanya agar berhasil menjalankan
kepemimpinannya secara efektif seorang pemimpin di satuan harus mengerti betul
dinamika kondisi psikologis, tipe kepribadian, motif dan norma-norma yang ada
pada anak buah. 5 Pemimpin harus dapat berperan sebagai hakim yang adil,
peran ini sangat sulit dilakukan karena ada kecenderungan dalam diri siapapun
untuk berpihak pada kelompok tertentu yang cocok. Dalam rangka mewujudkan
tindakan yang obyektif dan adil, pemimpin harus bertindak berdasarkan fakta yang
ada dan tidak pilih kasih yang pada akhirnya akan membawa dampak negatif
dalam perkembangan satuan. Agar putusan seorang pemimpin dapat obyektif,
ada empat pedoman yang dapat digunakan dalam menilai kegiatan yang
dilakukan anak buah adalah: a. Benar menurut agama, bahwa perbuatan yang
dilakukan dihadapkan pada aturan yang berlaku dalam agama yang dianut oleh
anggota yang bersangkutan. b. Benar menurut negara, aturan perundang-
undangan yang berlaku secara umum bagi setiap warga negara, KUHP, Undang-
Undang, dan lain-lain. c. Benar menurut umum, adalah aturan-aturan, norma-
norma, nilai-nilai yang berlaku pada masyarakat umum. d. Benar menurut nilai-
nilai, norma-norma kaidah dan aturan yang berlaku dalam organisasi TNI
(KUHPM, KUHDM, Protap-protap dan lain-lain).

2. Jelaskan bagaimana upaya peningkatan kesejahteraan dan moril personel di


Satuan?

Sebagai bagian dari TNI, disamping mempunyai kewajiban untuk melaksanakan tugas
pokoknya juga bertanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan personel yang berada
dibawah komandonya. Kesejahteraan yang dimaksudkan disini kami fokuskan pada beberapa
hal, yaitu:

a. Gaji Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan ditemukan bahwa gaji yang diterima
oleh personel selalu diterima tepat waktu di awal bulan, kecuali jika pada awal bulan
tersebut merupakan tanggal merah atau hari libur nasional maka gaji akan diterima
pada hari berikutnya (hari kerja). Namun demikian, saat ini terdapat beberapa personel
yang tidak menerima gaji secara utuh dikarenakan ada beberapa potongan khususnya
yang berkaitan dengan pinjaman di Bank Republik Indonesia (BRI) atau pun lembaga
perbankan lainnya.
b. Pendidikan. Kesempatan untuk mengikuti pendidikan sangat terbuka bagi seluruh
personel baik pendidikan dalam negeri maupun pendidikan luar negeri. Hal tersebut
merupakan upaya pimpinan sendiri ataupun dari tingkat pusat secara hirarki. Selama
ini dalam setahun banyak pendidikan-pendidikan dan kursus yang telah dilaksanakan
secara berjenjang yang selalu disampaikan jika ada pemanggilan pelatihan, kursus
atau seminar khususnya dalam bidang hukum, personel, operasi yang dilaksanakan
baik di tingkat Mabes maupun kotama, sedangkan untuk yang diluar biasanya
bekerjasama dengan kementerian atau lembaga terkait, misalnya untuk anggota Pom
biasanya bekerjasama dengan BNN guna menyelenggarakan seminar narkoba.

c. Pelayanan Kesehatan Dalam rangka mencegah timbulnya wabah penyakit seperti


demam berdarah/malaria di Satuan, berkolaborasi melaksanakan
penyemprotan/fogging yang dilaksanakan secara berkala dan rutin per 3 bulan.
Sedangkan mengenai pelayanan kesehatan bagi personel. Peneliti mendapatkan data
bahwa untuk pemeriksaan kesehatan (rikkes) rutin bagi seluruh personel secara
terjadwal selalu dilaksanakan pertiga bulan sekali, dimana pelaksanaannya
dilaksanakan secara bergiliran persatker. Dalam hal lain apabila ada personel ataupun
keluarganya yang sakit dengan adanya dukungan BPJS (Badan Penyelenggara
Jaminan Sosisal) yang merupakan salah satu perusahaan asuransi yang sebelumnya
dikenal sebagai PT Askes.

d. Perumahan/tempat tinggal Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilaksanakan,


diperoleh data bahwa tidak semua personel yang tinggal di komplek karena
terbatasnya sarana yang ada, rumah yang dibangun juga belum bisa memadai
semuanya, ada beberapa personel yang belum tertampung di mess maupun di rumah
dinas.

e. Kebutuhan dasar atau fisiologis seperti sandang, pangan, Kebutuhan rasa memiliki
seperti cinta, kasih, penerimaan, persahabatan dan kebutuhan sosial lainnya yang
berhubungan dengan proses sosial, kebutuhan rasa memiliki ini dipenuhi dengan
menyediakan lingkungan dan iklim kerja yang menyenangkan bagi anggota, yang
mendorong setiap individu untuk merasa sebagai bagian penting dari tim kerja.

f. Kebutuhan penghargaan diri yaitu respek dan pujian atas keberhasilan dan merasa diri
berharga, bagi anggota kebutuhan ini dipenuhi dengan mendapatkan penghargaan dan
pengakuan atas pengetahuan, ketrampilan dan usaha kerasnya. Kebutuhan ini
membuat individu menjadi puas bekerja sama dengan tim kerja. Bentuk kebutuhan ini
berupa penghargaan finansial, kenaikan gaji, kenaikan pangkat, kesempatan sekolah
dan lainlain.

g. Kebutuhan aktualisasi diri yaitu kebutuhan untuk terus berkembang dan mencapai
potensi penuh individu. Kebutuhan ini berfokus kepada pengembangan individu seperti
otonomi, kreatifitas, mengambil resiko dan memenuhi kebutuhan sendiri. Kebutuhan ini
dapat berupa keinginan mengembangan karier, kesempatan untuk menampilkan
produktifitas dan kualitas kerja yang tinggi, serta kesempatan untuk mengembangkan
dan mewujudkan kreatifitas. Beberapa pakar tentang motivasi menyatakan bahwa
penghargaan merupakan faktor penting dalam upaya peningkatan kinerja seseorang
disamping faktor yang lain. Penghargaan yang diperoleh seseorang anggota atas
prestasi kerjanya bukan saja berpengaruh pada individu prajurit yang menerimanya
tetapi juga berpengaruh pada kelompok, keluarga dan lingkungan sehingga rasa
kebanggaan akan timbul, percaya diri semakin kuat dan anggota merasa puas karena
prestasinya diakui sehingga pada gilirannya akan meningkatkan disiplin, dan etos kerja
serta berkurangnya pelanggaran anggota.

h. Penerapan Punishment. Peraturan merupakan pedoman bagi perilaku anggota TNI


untuk menciptakan dan mewujudkan lingkungan kerja yang kondusif. Segala
pelanggaran yang dilakukan prajurit baik sengaja maupun tidak disengaja terhadap
hukum dan atau peraturan disiplin prajurit dan atau melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan sendi-sendi kehidupan prajurit yang berdasarkan Sapta Marga
dan Sumpah Prajurit atau melanggar aturan kedinasan, merugikan organisasi dan
kehormatan prajurit, ketidak disiplinan prajurit akan berpengaruh terhadap etos kerja /
kinerja satuan. Untuk itu perlu diterapkan sanksi atau hukuman yang jelas, tegas dan
adil terhadap setiap pelanggaran prajurit.

Penerapan hukuman bagi prajurit yang melanggar tidak saja untuk membuat jera tetapi
lebih dari pada itu harus dapat memotivasi pelanggar agar dapat merubah perilaku
buruk menjadi baik. Hukuman harus memenuhi tiga aspek yaitu adil, memberikan efek
jera dan mencegah orang lain berbuat pelanggaran yang sama. Banyak prajurit yang
mau menjalankan aturan bila diawasi dan dikontrol dengan ketat hal tersebut terjadi
karena adanya sikap manusia yang ingin bebas dan tidak mau diatur. Menurut teori X
dari Mc Gregor bahwa manusia rata-rata mempunyai sikap sebagai berikut:
1) Malas, tidak menyukai dan menghindari kerja.
2) Tidak jujur.
3) Tidak tertarik mencapai tujuan kerja.
4) Harus dipaksa atau diancam dengan hukum agar bekerja mencapai tujuan
organisasi. 5) Pasif dan maunya diperintah dan bukannya menerima tanggung jawab.
6) Tidak suka mengambil tanggung jawab.
7) Hanya dapat dimotivasi dengan insentif yang berkaitan dengan kebutuhan fisiologi
atau rasa aman.
8) Mempunyai kapasitas terbatas untuk pemecahan masalah secara kreatif.
9) Harus diamati dan dikontrol dengan baik untuk menjamin penampilan kerja. Setiap
pelanggaran sekecil apapun harus segera diambil tindakan dan tidak boleh ditunda-
tunda. Penundaan berarti akan memberikan peluang terjadinya pelanggaran. Sebuah
peristiwa kecil (pelanggaran) bila didiamkan akan memicu pelanggaran yang lebih
besar. Banyak orang yang tidak menyadari setiap kerusakan nilai-nilai dimulai dari hal-
hal kecil Hukuman yang diberikan oleh pimpinan terhadap anggota yang melanggar
tujuan akhirnya adalah menciptakan kondisi disiplin baik secara pribadi, kelompok
maupun satuan yaitu terwujudnya sikap prajurit yang berpikir tertib, bersikap tertib,
bertingkah laku tertib sesuai aturan yang benar. Kondisi disiplin tidak tumbuh dengan
sendirinya tetapi lahir dan dimulai dari disiplin pribadi, mengarah pada disiplin keluarga,
disiplin kelompok, disiplin golongan yang akhirnya menjadi disiplin satuan.
Ketidaktertiban berawal dari ketidakdisiplinan pribadi, 9 ketidaktertiban menggunakan
waktu kerja yang kemudian melahirkan penyimpangan administrasi, kehidupan dinas,
dengan tidak terasa menjurus pada ketidaktertiban dalam melaksanakan tugas
kedinasan. Aturan kedinasan sudah jelas, perangkat hukum telah memadai, maka
sekecil apapun pelanggaran harus diberikan sanksi, apabila sanksi dilaksanakan
dengan konsekuen dan konsisten, tentu mempunyai arti besar yang berdampak positif
bagi satuan.

C. PENUTUP

a. KESIMPULAN. Dengan demikian kepemimpinan, reward dan punishment


mempunyai peran penting dalam mengurangi tingkat pelanggaran prajurit di satuan.
Melalui penerapan kepemimpinan yang efektif dan pemberian reward dan punishment
yang tepat dan proporsional, tingkat pelanggaran prajurit di satuan dapat diminimalisir
dan Kesejahteraan personel sangatlah penting untuk meningkatkan kesejahteraan
Prajurit

b. SARAN. Profesionalisme aparat staf personel perlu lebih mendapat perhatian dari
komando atas. Dengan upaya pembinaan. Pembinaan bidang personel merupakan
sarana untuk meningkatkan kualitas serta kemampuan SDM personel staf personel,
melatih kemampuan personel dalam kegiatan bidang operasi dan perencanaannya
yang pada gilirannya dapat mendukung pelaksanaan tugas.

D REFERENSI

a. Naskah Sekolah materi Dinas Staf Nomor Kep/34/VII/2022 tanggal 1Juli 2022.
b. Keputusan Kasad Nomor Kep/944/XII/2020 tanggal 22 Desember 2020, tentang
Doktrin Staf TNI AD.
c. Peraturan Kasad Nomor /26/XII/2019 tanggal 26 Desember 2019 tentang Buku
Petunjuk Induk Organisasi dan tugas Markas Besar Angkatan Darat.
d. Peraturan Kasad Nomor Kep/1024/XII/2020 tanggal 21 Desember 2020 tentang
Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi.
e. Modul matakuliah organisasi dan staf materi dinas staf prodi diktukpa TNI AD
Program D-3 Nomor Kep/34/VIII/2022 tanggal 1 Agustus 2022

Bandung, 5 Mei 2023


Penulis,

Sindikat 1
Wiradhika Madya No Capa 962 s.d 968

Anda mungkin juga menyukai