Anda di halaman 1dari 4

NAMA : TIARA SELLA

NIM : 044453027

TUGAS 3 ISIP4110

1. Analisis Masalah Penyekapan dan Pembunuhan oleh Oknum Anggota TNI

Masalah penyekapan dan pembunuhan yang dilakukan oleh oknum anggota TNI dapat
dianalisis menggunakan teori perilaku. Salah satu teori yang relevan adalah teori perilaku
devian.

Teori Perilaku Devian

Teori perilaku devian menjelaskan mengapa individu melakukan tindakan yang melanggar
norma-norma sosial. Dalam kasus ini, oknum anggota TNI melakukan tindakan penyekapan
dan pembunuhan, yang jelas melanggar hukum dan norma-norma sosial.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku devian oknum anggota TNI dalam kasus
ini adalah:

1. Faktor Individu: Oknum anggota TNI yang melakukan tindakan tersebut mungkin memiliki
karakteristik pribadi yang mempengaruhi perilakunya. Misalnya, mereka mungkin memiliki
masalah psikologis atau gangguan kepribadian yang mempengaruhi kemampuan mereka
untuk mengendalikan emosi dan bertindak dengan rasional.
2. Faktor Sosial: Lingkungan sosial di mana oknum anggota TNI berada juga dapat
mempengaruhi perilaku mereka. Misalnya, budaya korupsi atau kekerasan yang ada di
lingkungan mereka dapat mempengaruhi norma dan nilai yang mereka anut.
3. Faktor Organisasi: Struktur organisasi TNI dan budaya yang ada di dalamnya juga dapat
mempengaruhi perilaku oknum anggota TNI. Misalnya, jika terdapat budaya yang
membenarkan atau memfasilitasi tindakan kekerasan atau penyalahgunaan kekuasaan, oknum
anggota TNI mungkin merasa bahwa tindakan mereka tidak akan mendapatkan konsekuensi
yang serius.
Implikasi dan Solusi

Kasus ini menunjukkan adanya masalah serius dalam organisasi TNI yang perlu ditangani.
Beberapa implikasi dan solusi yang dapat diambil adalah:

1. Penegakan Hukum: Oknum anggota TNI yang terlibat dalam tindakan penyekapan dan
pembunuhan harus diadili sesuai dengan hukum yang berlaku. Ini akan menunjukkan bahwa
tidak ada toleransi terhadap tindakan melanggar hukum, bahkan jika dilakukan oleh anggota
TNI.
2. Reformasi Organisasi: Organisasi TNI perlu melakukan reformasi untuk mengatasi masalah
perilaku devian. Ini dapat melibatkan perubahan dalam budaya organisasi, peningkatan
pengawasan internal, dan peningkatan pelatihan etika dan profesionalisme.
3. Pendidikan dan Pelatihan: Pendidikan dan pelatihan yang lebih baik tentang hak asasi
manusia, etika, dan tanggung jawab sosial harus diberikan kepada anggota TNI. Ini akan
membantu mengubah norma dan nilai yang ada di dalam organisasi.
4. Keterlibatan Masyarakat: Masyarakat juga perlu terlibat dalam mengatasi masalah ini.
Masyarakat harus melaporkan tindakan melanggar hukum yang dilakukan oleh oknum
anggota TNI dan mendukung penegakan hukum yang adil.
Dengan mengambil langkah-langkah ini, diharapkan masalah perilaku devian oleh oknum
anggota TNI dapat dikurangi dan organisasi TNI dapat menjadi lebih profesional dan
bertanggung jawab.

2. Sanksi Lain untuk Kejahatan Oknum Aparat Pertahanan Negara

Selain melalui persidangan atau hukum, ada beberapa sanksi lain yang dapat diterapkan pada
kejahatan yang dilakukan oleh oknum aparat pertahanan negara seperti TNI dan POLRI.
Sanksi-sanksi ini berkaitan dengan konsep kontrol sosial yang bertujuan untuk mencegah dan
mengendalikan perilaku yang melanggar hukum. Beberapa sanksi yang dapat diterapkan
adalah sebagai berikut:

1. Sanksi Administratif: Oknum aparat pertahanan negara yang melakukan kejahatan dapat
dikenai sanksi administratif seperti pemecatan, penurunan pangkat, atau penundaan kenaikan
pangkat. Sanksi administratif ini bertujuan untuk memberikan efek jera dan menghilangkan
kepercayaan publik terhadap oknum tersebut.
2. Sanksi Disiplin: Oknum aparat pertahanan negara yang melakukan kejahatan juga dapat
dikenai sanksi disiplin seperti teguran, penundaan kenaikan gaji, atau penurunan tunjangan.
Sanksi disiplin ini bertujuan untuk menjaga disiplin dan integritas dalam tubuh aparat
pertahanan negara.
3. Pengawasan Internal: Penting untuk meningkatkan pengawasan internal terhadap oknum
aparat pertahanan negara. Dengan meningkatkan pengawasan, pelanggaran hukum dapat
terdeteksi lebih cepat dan tindakan disiplin dapat segera diambil. Pengawasan internal juga
dapat mencegah terjadinya kejahatan dengan memberikan pengawasan yang ketat terhadap
tindakan aparat pertahanan negara.
4. Pendidikan dan Pelatihan: Oknum aparat pertahanan negara perlu mendapatkan pendidikan
dan pelatihan yang baik mengenai etika, integritas, dan tanggung jawab mereka sebagai
aparat negara. Dengan meningkatkan pendidikan dan pelatihan, diharapkan oknum aparat
pertahanan negara dapat lebih memahami pentingnya menjaga integritas dan bertindak sesuai
dengan hukum.
5. Transparansi dan Akuntabilitas: Penting untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
dalam tubuh aparat pertahanan negara. Dengan adanya transparansi dan akuntabilitas yang
baik, oknum aparat pertahanan negara akan lebih berhati-hati dalam bertindak dan
masyarakat dapat memantau tindakan mereka.
Sanksi-sanksi ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kejahatan oleh oknum aparat
pertahanan negara, serta memberikan efek jera dan memulihkan kepercayaan publik. Kontrol
sosial yang efektif sangat penting dalam menjaga integritas dan kredibilitas aparat pertahanan
negara.

Analisis mengenai masalah oknum anggota TNI yang menyekap dan membunuh seorang
pemuda asal Aceh dengan teori perilaku

Dalam kasus ini, teori perilaku dapat memberikan pemahaman tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku oknum anggota TNI tersebut. Beberapa teori yang relevan antara
lain:

1. Teori Sosial - Menekankan bahwa perilaku individu dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya.
Dalam konteks ini, faktor-faktor seperti norma kelompok, tekanan sosial, dan pengaruh rekan
sejawat dapat mempengaruhi perilaku oknum anggota TNI tersebut.
2. Teori Kontrol Sosial - Menyatakan bahwa individu cenderung berperilaku sesuai dengan
norma dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Namun, jika kontrol sosial yang efektif
tidak ada, individu dapat melakukan perilaku menyimpang. Dalam kasus ini, keberadaan
kontrol sosial yang lemah atau tidak efektif dalam institusi TNI mungkin menjadi faktor yang
memungkinkan terjadinya kejahatan oleh oknum anggota TNI.
3. Teori Kepribadian - Mengemukakan bahwa faktor-faktor kepribadian individu, seperti sikap,
nilai, dan motivasi, dapat mempengaruhi perilaku. Dalam kasus ini, faktor-faktor kepribadian
oknum anggota TNI tersebut mungkin berperan dalam perilaku menyekap dan membunuh
yang dilakukannya.
Sanksi lain yang patut diterapkan pada kejahatan oleh oknum aparat pertahanan negara

Selain melalui persidangan/hukum, ada beberapa sanksi lain yang patut diterapkan pada
kejahatan yang dilakukan oleh oknum aparat pertahanan negara seperti TNI dan POLRI.
Sanksi-sanksi ini terkait dengan konsep control sosial, yang bertujuan untuk mencegah dan
mengendalikan perilaku menyimpang. Beberapa sanksi yang dapat diterapkan antara lain:

1. Sanksi Administratif - Institusi tempat oknum tersebut bekerja dapat memberlakukan sanksi
administratif, seperti penundaan kenaikan pangkat, pemindahan tugas, atau pemecatan. Hal
ini bertujuan untuk memberikan efek jera dan mengirimkan sinyal bahwa perilaku tersebut
tidak dapat diterima.
2. Sanksi Profesional - Oknum anggota TNI atau POLRI dapat dikenai sanksi profesional,
seperti pencabutan lisensi atau izin praktik. Hal ini akan menghentikan atau membatasi
kemampuan mereka untuk bekerja dalam bidang tersebut.
3. Sanksi Sosial - Masyarakat juga dapat memberikan sanksi sosial kepada oknum tersebut,
seperti boikot atau penolakan untuk berinteraksi dengan mereka. Sanksi sosial ini dapat
memberikan tekanan dan mempengaruhi reputasi serta hubungan sosial oknum tersebut.
Dampak perilaku menyimpang oknum TNI terhadap institusi tempat mereka bekerja

Perilaku menyimpang atau kejahatan yang dilakukan oleh oknum TNI dapat memiliki
dampak yang merusak pada institusi tempat mereka bekerja. Beberapa dampak yang mungkin
terjadi antara lain:

1. Kehilangan Kepercayaan - Kejahatan yang dilakukan oleh oknum TNI dapat menyebabkan
masyarakat kehilangan kepercayaan pada institusi TNI secara keseluruhan. Hal ini dapat
merusak reputasi dan otoritas institusi tersebut.
2. Ketidakstabilan Internal - Kejahatan yang dilakukan oleh oknum TNI dapat menciptakan
ketidakstabilan internal dalam institusi. Hal ini dapat mengganggu kerja sama dan
kepercayaan antara anggota institusi, serta mempengaruhi efektivitas operasional mereka.
3. Kehilangan Legitimasi - Kejahatan yang dilakukan oleh oknum TNI dapat menyebabkan
institusi kehilangan legitimasi di mata masyarakat. Hal ini dapat mengancam eksistensi dan
dukungan publik terhadap institusi tersebut.
Oleh karena itu, penting bagi institusi TNI untuk mengambil tindakan tegas terhadap

Anda mungkin juga menyukai