A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dalam penulisan ini, secara khusus penulis akan menggambarkan bagaimana peran
Brimob Kompi 1 Yon B Pelopor dalam meningkatkan sinegritas TNI-POLRI diwilayah
masohi Kabupaten Malteng.
Sinegritas TNI-POLRI sangatlah penting untuk terciptanya stabilitas Nasional,
karena TNI_POLRI merupakan pilar utama bagi kokohnya Indonesia.
Namun Terciptanya stabilitas keamanan nasional dimulai dari stabilnya keamanan
pada daerah daerah di berbagai pelosok tanah air. Salah atunya adalah pada
daerah kota masohi kab. Malteng Prov. Maluku.oleh karnanya dalam nasakah ini
penulis akan mencoba mengangkat judul “OPTIMALISASI PERAN BRIMOB KOMPI
1 BATALYON B PELOPOR DALAM MENINGKATKAN SINEGRITAS TNI-POLRI DI
WILAYAH MASOHI KABUPATEN MALTENG”.
2. RUMUSAN PERMASALAHAN
Pada umumnya anggota TNI (khusus nya TNI AD) belum terlepas dari perasaan
superioritas masa lalu sebagai saudara tua ketika Polri masih tergabung dalam
ABRI. Sebaliknya, di kalangan Polri tumbuh sikap overacting, euforia kewenangan,
arogansi, sebagai ekses pemisahannya dari ABRI serta diberlakukannya Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian yang memberikan kewenangan
amat luas dalam fungsi keamanan dalam negeri.
Lainnya, sikap kebanggaan korps yang berlebihan sehingga satu-sama lain merasa
lebih hebat. Sikap ini lebih meningkat lagi ketika diberlakukan pemakaian atribut
yang seharusnya jadi simbol keistimewaan korps militer, seperti pemakaian baret
dan pakaian loreng. Kini di lingkungan TNI, satuan administrasi sampai Babinsa pun
memakai baret. Polri tak mau kalah, berbagai warna baret diberlakukan di beberapa
unsurnya, bahkan terakhir telah diberlakukan pula pemakaian loreng Brimob yang
dulunya hanya dikenakan oleh satuan khusus Resimen Pelopor.
Berikutnya, masalah kecemburuan akibat jomplangnya kesejahteraan. Perlu
digarisbawahi bahwa perbedaan mencolok kesejahteraan ini bukan disebabkan
masalah gaji, melainkan karena kalangan Polri memiliki kesempatan lebih luas
mencari penghasilan tambahan seiring dimilikinya kewenangan yang amat lebar tadi.
Pada sisi lain, disiplin, penegakan hukum, serta keteladanan pimpinan pada kedua
institusi amat lemah
Pokok-Pokok Persoalan
a. Bagaimana mengoptimalkan Peran Brimob Dalam meningkatkan Sinegritas
TNI_POLRI di wilayah Masohi Kab. Malteng.
b. Bagaimana mekanisme pelaksanaan kegiatan yang menunjang terciptanya
situasi yang aman dan kondusif.
3. Ruang Lingkup
Dalam penulisan naskah perorangan ini, penulis membatasi dalam pembahasan
Optimalisasi pelaksanaan peran Brimob Kompi 1 Yon B Pelopor untuk
meninglkatkan sinegritas TNI-POLRI.
4. Pengertian
a. Optimalisasi
Berarti membuat menjadi optimal dan paling baik, Kamus Bahasa
Indonesia Kontemporer, edisi ketiga. Istilah optimalisasi berasal dari kata
optimal dan menurut Trisno Yuwono (1994;304) artinya adalah terbaik,
tertinggi atau paling baik atau mengusahakan atau bertindak secara
sungguh-sungguh untuk mendapatkan hasil yang terbaik dari yang sudah
dikerjakan.
b. Sinergitas
berasal dari kata sinergi (synergy),
teori SWOT
-. Weaknesses :
1. Masih kurangnya personil Densus 88 AT jika dibandingkan dengan luas
wilayah Negara Indonesia.
2. Tindakan dan cara bertindak dalam menghadapi terorisme belum
menyeluruh diketahui oleh personil Polri.
3. Personil Polri yang bertugas di lapangan masih menjadi sasaran terbuka
bagi aksi terorisme.
-. Opportunity :
1. Dukungan dan peran serta instansi lain dalam usaha pencegahan dan
penanggulangan terkait terorisme.
2. Demokratisasi dan pembangunan di Indonesia mulai menuju pada
perubahan ke arah tatanan kehidupan yang diinginkan masyarakat.
3. Terbukanya jalur informasi melalui internet dan penggunaan media
social dalam memberikan informasi terkait penyebaran paham-paham dan
ajaran terorisme.
4. Informasi dari perangkat pemerintah terkait data dan informasi penduduk
pendatang.
5. Dukungan masyarakat dalam usaha pencegahan dan penanggulangan
terorisme.
-. Threats :
1. Lemahnya penegakan hukum dan sistem keamanan kawasan,
dimanfaatkan oleh para penyelundup untuk penyelundupan senjata api
masuk ke Indonesia dengan sasaran daerah konflik dan basis
pertahanan teroris.
2. Krisis ekonomi yang berkepanjangan mengakibatkan rapuhnya sistem
ekonomi bangsa berakibat pada kemiskinan masyarakat yang tidak
tertolong dan pada gilirannya masyarakat memilih caranya sendiri yaitu
jalan radikal kekerasan teror tanpa menghiraukan jatuhnya korban yang
tidak berdosa.
3. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama informasi dan
komunikasi di satu sisi meningkatkan mencerdaskan masyarakat luas, di
sisi lain dapat memberikan dampak negatif terhadap masuknya informasi
tentang paham dan ajaran terorisme.
4. Masih terjadi berbagai konflik di beberapa daerah di wilayah Indonesia
yang masih berpotensi, seperti Poso, Papua dan beberapa daerah
lainnya. Kasus-kasus pembalakan liar, pencucian uang dan pengamanan
sumber daya alam dari praktek-praktek kegiatan ilegal ekonomi.
5. Lemahnya pengawasan terhadap narapidana kasus terorisme yang
masih tetap memberikan pengaruhnya kepada calon-calon pengikutnya
di dalam LP.