Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
WENRIZAL ARZA
NIM. H1B119047
1
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL…………………………………………………………………1
KATA PENGANTAR………………………………………………………….....2
DAFTAR ISI…………………..……………………………………………….….3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………….…................4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………….………5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Jawaban rumusan masalah 1………………………………………….6
2.2 Jawaban rumusan masalah 2………………………………………….12
2.3 Jawaban rumusan masalah 3 …………………………………………14
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan Saran………………………………………………………16
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….17
2
KATA PENGANTAR
Jambi, 16 Desember
2020
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Permasalahan
Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa itu Dwi fungsi ABRI?
2. Kenapa Dwi fungsi ABRI di tiadakan?
3. Apakah dengan tidak adanya DWI FUNGSI ABRI, TNI menjadi Bukan
Aktor Kekuatan Politik di Indonesia?
5
BAB II
PEMBAHASAN
2. Kemampuan tersebut dapat mengarah kepada dua jurusan. Di satu pihak hal
tersebut merupakan potensi nyata ABRI untuk membantu masyarakat
6
menegakkan asas-asas serta tata cara kehidupan bermasyarakat dan
bernegara, termasuk juga rencana-rencana serta proyek-proyek
pembangunan. Di lain pihak hal itu menyebabkan ABRI dapat berfungsi
sebagai penyalur aspirasi-aspirasi dan pendapat-pendapat rakyat.
4. Sifat ABRI yang modern serta penguasaan ilmu dan teknologi serta perlatan
yang maju, memberikan kemampuan kepada ABRI untuk juga mempelopori
usaha-usaha modernisasi.
2. Kesadaran nasional yang tinggi yang dimiliki oleh setiap prajurit ABRI
merupakan suatu penangkal yang efektif terhadap pengaruh social yang
bersifat negatif dari budaya serta nilai-nilai asing yang kini membanjiri
masyarakat Indonesia.
7
nyata dan berpijak pada kenyataan situasi serta kondisi yang dihadapi,
dengan mengutamakan nilai kemanfaatan bagi kepentingan nasional.
Kemudian rakyat akan dapat secara tepat waktu menentukan prioritas-
prioritas permasalahan dan sasaran-sasaran yang diutamakan.
Pengaturan Dwifungsi ABRI dalam undang-undang sendiri baru dimulai pada era
Orde Baru, undang-undang yang mengatur Dwifungsi ABRI ialah Ketetapan
MPRS Nomor XXIV/MPRS/1966, yang kemudian disusul oleh UU No. 15 Tahun
1969 tentang Pemilihan Umum dan UU No. 16 Tahun 1969, Ketetapan MPR No.
IV/MPR/1978, Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Pertahaan Keamanan Negara, dan UU no. 2 Tahun 1988
tentang Prajurit ABRI.
Adapun penjelasan lebih lanjut tentang beberapa pasal tersebut adalah sebagai
berikut :
UU No. 16 Tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan
DPRD yang antara lain mengatakan :
“Mengingat Dwifungsi ABRI sebagai alat negara dan kekuatan social harus
kompak bersatu dan merupakan kesatuan untuk dapat menjadi pengawal
Pancasila dan UUG 1945 yang kuat dan sentosa.”
8
“Angkatan Bersenjata Republik Indonesia sebagai kekuatan pertahanan
keamanan dan kekuatan sosial yang tumbuh dari rakyat bersama rakyat
menegakkan kemerdekaan bangsa dan negara.”
(2) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini
angkatan bersenjata diarahkan agar secara aktif mampu meningkatkan dan
memperkukuh ketahanan nasional dengan ikut serta dalam pengambilan
keputusan mengenai maslaah kenegaraan dan pemerintahan, mengembangkan
9
demokrasi Pancasila dan kehidupan konstitusional berdasarkan Undang-Undang
Dasar 1945 dalam sefala usaha dan kegiatan pembangunan nasional.”
Secara umum dapat kita jelaskan bahwa kedudukan militer pada masa orde baru
ini sangatlah banyak dalam bidang pemerintahan, tidak hanya dari tingkat
tertinggi namun juga sampai ke tingkat yang paling rendah pun masih dipimpin
oleh orang-orang yang berasaldari ABRI. Hal ini terjadi karena adanya
10
kepercayaan dari setiap kalangan bahwa ABRI mampu melaksanakan tugas
kenegaraan dan juga sudah pasti mampu melaksanakan tugas mengabdi
kepada masyarakat.
Hubungan antara ABRI dan kemunculan beberapa partai politik sepanjang era
Orde Baru:
1) Munculnya partai golkar kelahiran Golkar tidak lepas dari peran dan
dukungan militer, yang pada saat itu merupakan bentuk reaksi terhadap
meningkatnya kampanye PKI. Embrio Golkar awalnya muncul dengan
pembentukan Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar)
2) Munculnya Partai Persatuan Pembangunan lahirlah PPP pada tanggal 5
Januari 1973 yang ditandatangani oleh NU, Parmusi, PSII, dan Perti.
Ketersediaan partai-partai tersebut tidak lepas dari tekanan pemerintah
dan militer.
3) Munculnya Partai Demokrasi Indonesia (PDI) PDI juga merupakan partai
yang terbentuk pada praktik fusi oleh pemerintah. PDI terfusi atas partai-
partai yang cenderung bersifat nasionalis seperti PNI, Murba, IPKI, serta
Parkindo dan Partai Katolik (yang menolak dikategorikan dalam kategori
material-spiritual). Ketiga partai yang terbentuk ini kemudian
mengindikasikan keberhasilan penyederhanaan partai pada Orde Baru
(dengan bantuan ABRI atau militer), karena sejak saat itu hingga tahun
1998/1999 hanya PPP, PDI dan Golkar yang mengikuti pemilihan umum.
11
tulang punggung yang menyangga keberadaan Golkar sebagai “partai
politik” yang berkuasa pada waktu itu,
c) ABRI melalui berbagai yayasan yang dibentuk diperkenankan mempunyai
dan menjalankan berbagai bidang usaha dan lain sebagainya.
d) Kecenderungan ABRI untuk bertidak represif dan tidak
demokratis/otoriter. Hal ini dapat terjadi karena kebiasaan masyarakat
yang terbiasa taat dan patuh kepada ABRI. Sehingga masyarakat enggan
untuk mencari inisiatif dan alternatif karena semua inisiatif dan alternatif
harus melalui persetujuan ABRI. Kalaupun masyarakat telah
mengungkapkan inisiatifnya, tak jarang inisiatif tersebut ditolak oleh ABRI
yang menjabat sebagai petinggi di wilayahnya tersebut,
e) Menjadi alat penguasa, yakni dengan adanya dwifungsi ABRI ini, maka
ABRI dengan bebas bergerak untuk menjabat di pemerintahan. Sehingga
untuk mencapai tingkat penguasa tidak mustahil untuk dilakukan oleh
seorang ABRI, sehingga dengan mudah ABRI mengatur masyarakat, dan
f) Tidak berjalannya fungsi kontrol oleh parlemen. Dampak dari kondisi ini
adalah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan, misalnya dalam bentuk
korupsi. Hal tersebut dapat terjadi karena ABRI juga yang bertindak
sebagai parlemen sehigga ia tidak ingin repot-repot melakukan kontrol
terhadap bawahannya
Citra buruk ABRI selama Orde Baru, yang terbentuk dari kecenderungan
tentara menempatkan diri sebagai mesin politik untuk menegakkan
kekuasaan korup rezim Soeharto. Pimpinan ABRI pada masa itu cenderung
menganggap bahwa citra diri tentara yang buruk itu hanya berkembang di
kalangan mahasiswa dan kelas menengah perkotaan.
12
petani pastilah akan diteror oleh koramil dan babinsa di wilayah tersebut.
Begitu juga dengan kaum miskin kota serta elemen-elemen rakyat lainnya.
13
Baru yang berlumuran darah tampaknya cukup menjadi contoh
tentang pentingnya militer keluar dari gelanggang politik.
2.3 Apakah dengan tidak adanya DWI FUNGSI ABRI, TNI menjadi Bukan
Aktor Kekuatan Politik di Indonesia
Setelah penghapusan Dwi Fungsi dan larangan berpolitik praktis tidak serta
merta membuat kekuatan politik militer melemah. Militer tidak akan campur
tangan dalam panggung politik jika rezim sipil yang berkuasa mempunyai
legitimasi yang kuat dan pertikaian antar kelompok kepentingan dari pihak sipil
tidak mengganggu kestabilan dan jalannya pemerintahan. Militer akan
melakukan intervensi jika ketidakpastian politik begitu tinggi, para politisi lemah
atau melakukan politicking demi kepentingan sesaat atas nama golongannya
masing-masing yang menimbulkan ketidakstabilan politik. Memang sudah
seharusnya di dalam negara demokrasi seperti Indonesia ini, militer secara
profesional dan proporsional dikembalikan kepada peran dan fungsinya yang
mengemban tugas pokok sebagai alat pertahanan negara. Sudah sepatutnya
TNI lebih konsentrasi untuk membenahi diri dan menyiapkan kembali segala
14
yang diperlukan untuk mempertahankan negara ini dari segala ancaman dari
luar, dan tidak lagi mengharapkan untuk berkecimpung di dunia politik praktis
yang merupakan wilayah sipil. Rakyat perlu mendukung terbentuknya Doktrin
TNI baru yang menjamin TNI dapat berperang membela setiap jengkal wilayah
teritorial Republik Indonesia, yang ditetapkan sebagai wilayah Nusantara oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat RI, sampai titik darah penghabisan,
menggunakan peralatan modern dengan tingkat kemandirian tinggi.
15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterlibatan ABRI dalam bidang
sosial politik di Indonesia sudah dimulai sejak pemerintahan Demokrasi
Terpimpin di bawah Presiden Soekarno. Secara politis tindakan Soekarno
memasukkan kalangan militer dalam struktur pemerintahannya cukup beralasan,
yaitu kegagalan politisi sipil dalam merumuskan ideology negara yang tidak ada
kesepakatan antar partai dalam siding konstituante. Kegagalan ini dianggap
membahayakan stabilitas politik nasional dan mengancam keutuhan negara.
Karena itu Presiden Soekarno merekrut kalangan militer untuk mengimbangi
politisi sipil dalam pemerintahannya.
Di samping itu, pihak kalangan militer sendiri menganggap bahwa mereka punya
akar historis untuk dapat masuk dalam tatanan sosial politik, yaitu jasa-jasa
mereka dalam perjuangan bangsa. Peran-peran historisnya dikristalkan,
diindoktrinasi dan disebarluaskan ke khalayak ramai melalui media massa
sebagai suatu usaha untuk mencari legitimasi dari masyarakat dengan semboyan
kerakyatan.
16
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/uda_well/551b2594a33311ec21b65d56/
dwifungsi-abri
https://brainly.co.id/tugas/2187866
17