Anda di halaman 1dari 8

“DWIFUNGSI ABRI”

OLEH : KELOMPOK 7

ZIKRA AINUN ISWANDI

YATI FAQBIL AL

TASYA SYAHRANI HADRISYA

WAHYUDI

SULKIPLI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah g berjudul DWI
FUNGSI ABRI tepat waktu.
Makalah DWI FUNGSI ABRI disusun guna memenuhi tugas guru pada bidang
studi sejarah di SMAN 1 TAPALANG. Selain itu, penulis juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang DWI FUNGSI
ABRI.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Guru selaku


guru mata pelajaran Sejarah Indonesia. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

pg. 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
BAB III....................................................................................................................................................7
PENUTUP...............................................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................7
3.2 Saran............................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................8

pg. 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dwifungsi ABRI merupakan suatu hal yang menarik untuk kita bahas dan kita kaji
secara nyata. Perkembangan militer di Indonesia bisa kita anggap fluktuatif dari mulai zaman
orde lama, baru sampai zaman reformasi. Dari awal militer masuk ke perkancahan dunia
politik dan memegang peranan, dapat diprediksi bahwa militer pada saat itu bisa untuk
memegang pengaruh besar dalam perumusan serta pengambilan kebijakan di Indonesia.

Pada awalnya militer di Indonesia dibentuk untuk mempertahankan kemerdekaan dan


kedaulatan, entah dari Belanda yang masih mau menguasai Indonesia atau gerakan-gerakan
pemberontak dari bawah seperti PKI atau Partai Komunis Indonesia. Dimulai pada tahun
1958, AH Nasution mencanangkan adanya dwifungsi ABRI yang menjelaskan bahwa militer
tidak hanya bergerak di bidang keamanan tetapi juga berfungsi dalam kehidupan sipil atau
pemerintahan. Pada saat PKI pula militer mulai masuk kedalam percaturan politik karena saat
itu militer sipil dibawah sudah tidak bisa lagi menahan pemberontakan PKI.

Lalu militer yang terlalu ikut campur dalam politik juga tidak bisa dijauhkan dari
pengaruh Soeharto yang merpukan orang militer dan juga presiden Indonesia saat itu. Hampir
semua kebijakan pemerintah pun mempunyai unsur militer, pemberontakan Mei ’98 pun
ditengarai ada unsur militer yang membantu. Banyak sekali hal yang kita bisa bahas, semoga
bisa menjadi pencerahan bagi kita semua. Amin.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa konsep awal dan definisi dari ABRI?

b. Apa yang dimaksud dengan doktrin dwifungsi ABRI?

c. Apa aplikasi dari penerapan doktrin dwifungsi ABRI di masa orde baru?

pg. 4
BAB II

PEMBAHASAN
Kita tahu bahwa di zaman meraih kemerdekaan, militer berperan kuat dalam merebut
kemerdekaan dan menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Entah itu
militer dari pemerintah yang bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR) lalu berubah menjadi
Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Setelah itu berganti lagi menjadi Tentara Keselamatan
Rakyat (TKR) dan Tentara Republik Indonesia (TRI) yang pada akhirnya pada 3 Juni 1947,
pemerintah mengesahkan Tentara Nasional Indonesia sebagai satu-satunya wadah
perjuangan bersenjata.

ABRI berawal dari lahirnya Badan Keamanan Rakyat (BKR) tanggal 22 Agustus 1945.
Definisi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) sendiri merupakan bagian dari
militer yang semula dibentuk untuk menjaga keamanan negara dan untuk melindungi negara
dari berbagai ancaman internal maupun eksternal. Gagasan awal Soeharto
mengimplementasikan kebijakan dwifungsi ABRI berasal dari A.H. Nasution yang dikatakan
bahwa dwifungsi ABRI merupakan konsep dari “jalan tengah”.

Ulf Sundhaussen (1986: 219) mengemukakan dalam buku Politik Militer Indonesia 1945-
1967: Menuju Dwifungsi ABRI mengenai konsep jalan tengah bahwa:

“Konsep ini, sebagaimana yang telah direncanakan Soekarno, kabinet dan pimpinan
Angkatan Perang akan memberikan kesempatan yang luas kepada perwira-perwira tentara
atas dasar perorangan tetapi sebagai eksponen tentara, untuk berpartisipasi secara aktif
dalam bidang non-militer dan dalam menentukan kebijakan nasional pada tingkat yang
paling tinggi, termasuk dalam bidang seperti keuangan negara, ekonomi dan sebagainya”.

Yang kemudian dikatakan bahwa perkembangan dwifungsi ABRI diawali dengan


banyaknya kekosongan dalam pemerintahan sipil pasca proklamasi kemerdekaan, sehingga
militer pada saat itu diusulkan untuk mengisi, yang selanjutnya militer bukan hanya berperan
sebagai alat mempertahankan dan menjaga keamanan, tetapi menjalankan perannya dalam
sosial – politik. Konsep dwifungsi ABRI sendiri memiliki latar belakang sejarah, yang
dimana saat itu berdiri organisasi ketentaraan di Republik Indonesia. Lalu setelah terpilihnya
Soeharto sebagai presiden Republik Indonesia, perlahan ABRI mulai menjalankan fungsinya
dalam dunia sosial – politik.

pg. 5
Militer berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan
tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara. Militer berfungsi sebagai
penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata dari luar dan
dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa.

Doktrin ini nantinya,dijadikan alat legitimasi militer tidak hanya untuk berperan dalam
pertahanan dan keamanan. Setelah tahun 1965, TNI menjadi suatu kekuatan politik yang
mendominasi di Indonesia. Mereka menjatuhkan kepeminmpinan Soekarno, serta melarang
Partai Komunis Indonesia (PKI) ,dan membentuk militer ke dalam pemerintahan.

Selain itu, militer juga ikut masuk dalam perusahaan-perusahaan milik negara yang
menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Fungsi militer dalam politik ini dijadikan
sebagai kekuatan dan alat penopang kekuasaan Soeharto. Pada masa pemerintahan inilah
yang menjadi sejarah dari puncak keterlibatan militer dalam bidang politik.

ABRI mempunyai beberapa peranan pada masa orde baru:

1. Peranan sebagai dinamisator dan stabilisator;


2. ABRI berperan dalam mengambil kebijakan tentang masalah kenegaraan dan
pemerintahan;
3. ABRI berperan dalam mengembangkan demokrasi di Indonesia;
4. ABRI juga berperan sebagai wakil rakyat;
5. Memiliki peranan dalam pemilihan umum (pemilu).

Posisi ABRI yang menjadi mayoritas di parlemen pun mau tidak mau ikut mempengaruhi
dari setiap kebijakan yang dihasilkan. Secara tidak langsung, Soeharto dapat mengendalikan
lembaga legislatif melalui anggota-anggota ABRI yang duduk di parlemen. Sehingga
kebijakan-kebijakan yang bisa mengancam stabilitas pemerintahannya pun bisa di
minimalisir dengan adanya peran militer di dalamnya. Dengan masuknya ABRI dalam
parlemen, maka semakin memperkokoh kedudukan dan posisi militer, serta pengaruh militer
dalam bidang sosial politik di Indonesia

pg. 6
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada makalah ini kami dapat menyimpulkan bahwa ABRI diberi peran dalam politik
dan sosial untuk membuat kebijakan dalam negeri dan juga untuk menyanggah posisi
Soeharto sebagai pemimpin negara, lalu pada akhir rezim Orde Baru sebagai pengambil
kebijakan dalam negeri membawa perubahan yang penting juga dalam awal pembangunan
Indonesia di masa akhir orde baru. Sebab, suara dalam parlemen yang kebanyakan anggota
ABRI sudah mulai gerah akan kepemimpinan Presiden Soeharto. Situasi ini membuat fungsi
ABRI semakin terlihat dalam membantu kepentingan rakyat masa itu.

3.2 Saran
Bahwa menurut kelompok kami, sudah ada undang-undang yang mengatur tentang
tugas masing-masing dari institusi di Indonesia. Sehingga institusi-institusi ini tidak saling
intervensi atau tidak saling tumpang tindih dalam tanggungjawab terhadap lembaga yang
lainnya. Lembaga-lembaga di Indonesia sudah memiliki pembagian tugas masing-masing.
Terutama difokuskan militer sudah berada dalam posnya sendiri yaitu menjaga keamanan
Indonesia dan kedaulatan NKRI. Tinggal bagaimana pemerintah yang sekarang menjaga hal
tersebut sehingga tidak terjadi lagi satu lembaga mencampuri lembaga yang lainnya.

pg. 7
DAFTAR PUSTAKA
Buku:

Marpaung, Rusdi. dkk, 2005. Menuju TNI Profesional: “Tidak Berbisnis dan Tidak
Berpolitik”. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI

Desch, Michael. 2002. Polisi vs Jenderal. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Mustopo, M. Habib. 2010. Sejarah (SMA Kelas XII). Jakarta: Penerbit Yudhistira

Website:

http://www.scribd.com/doc/31981386/Dwifungsi-ABRI-Sebagai-Bentuk-Praktek-Politik-
Praktis-Militer-di-Indonesia (diakses: 22 Mei 2013 – 01:38 AM)

http://sejarah.kompasiana.com/2012/12/21/dwi-fungsi-abri-518674.html (diakses 22 Mei


2013 – 01:40 AM)

pg. 8

Anda mungkin juga menyukai