OLEH : KELOMPOK 7
YATI FAQBIL AL
WAHYUDI
SULKIPLI
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.
pg. 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
BAB III....................................................................................................................................................7
PENUTUP...............................................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................7
3.2 Saran............................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................8
pg. 3
BAB I
PENDAHULUAN
Lalu militer yang terlalu ikut campur dalam politik juga tidak bisa dijauhkan dari
pengaruh Soeharto yang merpukan orang militer dan juga presiden Indonesia saat itu. Hampir
semua kebijakan pemerintah pun mempunyai unsur militer, pemberontakan Mei ’98 pun
ditengarai ada unsur militer yang membantu. Banyak sekali hal yang kita bisa bahas, semoga
bisa menjadi pencerahan bagi kita semua. Amin.
c. Apa aplikasi dari penerapan doktrin dwifungsi ABRI di masa orde baru?
pg. 4
BAB II
PEMBAHASAN
Kita tahu bahwa di zaman meraih kemerdekaan, militer berperan kuat dalam merebut
kemerdekaan dan menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Entah itu
militer dari pemerintah yang bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR) lalu berubah menjadi
Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Setelah itu berganti lagi menjadi Tentara Keselamatan
Rakyat (TKR) dan Tentara Republik Indonesia (TRI) yang pada akhirnya pada 3 Juni 1947,
pemerintah mengesahkan Tentara Nasional Indonesia sebagai satu-satunya wadah
perjuangan bersenjata.
ABRI berawal dari lahirnya Badan Keamanan Rakyat (BKR) tanggal 22 Agustus 1945.
Definisi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) sendiri merupakan bagian dari
militer yang semula dibentuk untuk menjaga keamanan negara dan untuk melindungi negara
dari berbagai ancaman internal maupun eksternal. Gagasan awal Soeharto
mengimplementasikan kebijakan dwifungsi ABRI berasal dari A.H. Nasution yang dikatakan
bahwa dwifungsi ABRI merupakan konsep dari “jalan tengah”.
Ulf Sundhaussen (1986: 219) mengemukakan dalam buku Politik Militer Indonesia 1945-
1967: Menuju Dwifungsi ABRI mengenai konsep jalan tengah bahwa:
“Konsep ini, sebagaimana yang telah direncanakan Soekarno, kabinet dan pimpinan
Angkatan Perang akan memberikan kesempatan yang luas kepada perwira-perwira tentara
atas dasar perorangan tetapi sebagai eksponen tentara, untuk berpartisipasi secara aktif
dalam bidang non-militer dan dalam menentukan kebijakan nasional pada tingkat yang
paling tinggi, termasuk dalam bidang seperti keuangan negara, ekonomi dan sebagainya”.
pg. 5
Militer berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan
tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara. Militer berfungsi sebagai
penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata dari luar dan
dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa.
Doktrin ini nantinya,dijadikan alat legitimasi militer tidak hanya untuk berperan dalam
pertahanan dan keamanan. Setelah tahun 1965, TNI menjadi suatu kekuatan politik yang
mendominasi di Indonesia. Mereka menjatuhkan kepeminmpinan Soekarno, serta melarang
Partai Komunis Indonesia (PKI) ,dan membentuk militer ke dalam pemerintahan.
Selain itu, militer juga ikut masuk dalam perusahaan-perusahaan milik negara yang
menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Fungsi militer dalam politik ini dijadikan
sebagai kekuatan dan alat penopang kekuasaan Soeharto. Pada masa pemerintahan inilah
yang menjadi sejarah dari puncak keterlibatan militer dalam bidang politik.
Posisi ABRI yang menjadi mayoritas di parlemen pun mau tidak mau ikut mempengaruhi
dari setiap kebijakan yang dihasilkan. Secara tidak langsung, Soeharto dapat mengendalikan
lembaga legislatif melalui anggota-anggota ABRI yang duduk di parlemen. Sehingga
kebijakan-kebijakan yang bisa mengancam stabilitas pemerintahannya pun bisa di
minimalisir dengan adanya peran militer di dalamnya. Dengan masuknya ABRI dalam
parlemen, maka semakin memperkokoh kedudukan dan posisi militer, serta pengaruh militer
dalam bidang sosial politik di Indonesia
pg. 6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada makalah ini kami dapat menyimpulkan bahwa ABRI diberi peran dalam politik
dan sosial untuk membuat kebijakan dalam negeri dan juga untuk menyanggah posisi
Soeharto sebagai pemimpin negara, lalu pada akhir rezim Orde Baru sebagai pengambil
kebijakan dalam negeri membawa perubahan yang penting juga dalam awal pembangunan
Indonesia di masa akhir orde baru. Sebab, suara dalam parlemen yang kebanyakan anggota
ABRI sudah mulai gerah akan kepemimpinan Presiden Soeharto. Situasi ini membuat fungsi
ABRI semakin terlihat dalam membantu kepentingan rakyat masa itu.
3.2 Saran
Bahwa menurut kelompok kami, sudah ada undang-undang yang mengatur tentang
tugas masing-masing dari institusi di Indonesia. Sehingga institusi-institusi ini tidak saling
intervensi atau tidak saling tumpang tindih dalam tanggungjawab terhadap lembaga yang
lainnya. Lembaga-lembaga di Indonesia sudah memiliki pembagian tugas masing-masing.
Terutama difokuskan militer sudah berada dalam posnya sendiri yaitu menjaga keamanan
Indonesia dan kedaulatan NKRI. Tinggal bagaimana pemerintah yang sekarang menjaga hal
tersebut sehingga tidak terjadi lagi satu lembaga mencampuri lembaga yang lainnya.
pg. 7
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Marpaung, Rusdi. dkk, 2005. Menuju TNI Profesional: “Tidak Berbisnis dan Tidak
Berpolitik”. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI
Mustopo, M. Habib. 2010. Sejarah (SMA Kelas XII). Jakarta: Penerbit Yudhistira
Website:
http://www.scribd.com/doc/31981386/Dwifungsi-ABRI-Sebagai-Bentuk-Praktek-Politik-
Praktis-Militer-di-Indonesia (diakses: 22 Mei 2013 – 01:38 AM)
pg. 8