Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

DARI TKR,TRI,KE TNI

Disusun oleh :

 MUHAMMAD RIZKY ZIKRULLAH


 M.RAFINDRA ABRORI
 L.DINDO MARAJO GENDI
 LOUIS VANRO TOBING
 M.AQRAM

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 11 KOTA JAMBI


TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
sebagai salah satu tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia ini di sekolah SMA
N 11 Kota Jambi. Makalah ini dibuat secara berkelompok berdasarkan
sumber dari buku paket sejarah Indonesia kelas XI maupun di berbagai
sumber lainnya.

Hal ini dapat kita lihat berdasarkan isi dari makalah ini antara lain
tentang sejarah TKR DAN TRI menjadi TNI.Kami selaku penulis menyadari
bahwa makalah ini masih belum begitu sempurna. Oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati kami menunggu kritik dan saran yang membangun
dari rekan guru serta pembaca makalah ini demi kesempurnaan makalah
selanjutnya.

Jambi, 2 November 2021

PENYUSUN
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………

Daftar Isi ……………………………………………………………..

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………..

1.3 Tujuan ………………………………………………………….

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kerajaan Singhasari …………………………………………..


2.2 Kerajaan Majapahit ………………………………………......
2.3 Kerajaan Buleleng dan Dinasti Warmadewa di Bali ………

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan ...……………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………


BAB 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


ejarah ketentaraan Indonesia terus mengalami perubahan pada masa awal kemerdekaan. TKR
dengan sebutan keamanan rakyat, dinilai hanya merupakan kesatuan yang menjaga keamanan
rakyat yang belum menunjukkan sebagai suatu kesatuan angkatan bersenjata yang mampu
melawan musuh dengan perang bersenjata. Jenderal Sudirman ingin meninjau susunan dan tata
kerja TKR. Kemudian atas prakarsa Markas Tertinggi TKR, pemerintah mengeluarkan
Penetapan Pemerintah No.2/SD 1946 tanggal 1 Januari 1946. Isi dari Penetapan Pemerintah itu
adalah mengubah nama Tentara Keamanan Rakyat menjadi Tentara Keselamatan Rakyat.
Kementerian Keamanan Rakyat diubah menjadi Kementerian Pertahanan. Belum genap satu
bulan, sebutan Tentara Keselamatan Rakyat diganti dengan TRI (Tentara Republik Indonesia).
Hal ini berdasarkan pada Maklumat Pemerintah tertanggal 26 Januari 1946. Di dalam maklumat
itu ditegaskan bahwa TRI merupakan tentara rakyat, tentara kebangsaan, atau tentara nasional.
Namun dalam maklumat itu tidak menyinggung tentang kedudukan badan-badan perjuangan atau
kelaskaran di luar TKR.

Didalam lingkungan markas tertinggi,TRI kemudian disempurnakan dengan dibentuknya TRI


Angkatan Laut yang kemudian dikenal dengan ALRI (Angkatan laut Republik Indonesia) dan
TRI Angkatan Udara yang dikenal dengan AURI (Angkatan Udara republik Indonesia).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka peneliti dapat merumuskan masalah dalam
penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana latar belakang TNI Sebagai Kekuatan Sosial Politik.
2. Bagaimanakah Keberadaan TNI Sebagai Kekuatan Sosial Politik di Masa Orde Baru
3. Bagaimana pengaruh TNI sebagai kekuatan sosial politik dalam kaitannya dengan mewujudkan
stabilitas keamanan.

1.3 Tujuan
Untuk mencapai suatu sasaran tertentu maka selalu berpegang pada tujuan, dimana tujuan itulah
yang merupakan gambaran dari masalah yang diteliti. Dalam hal ini yang menjadi tujuan
penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui apakah latar belakang TNI mempunyai peranan dibidang Kekuatan Sosial
Politik Di Masa Orde Baru.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah Peranan TNI Di Bidang Sosial Politik Di Masa Orde Baru
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh TNI sebagai kekuatan sosial politik dalam kaitannya
dengan mewujudkan stabilitas keamanan.
BAB II
Pembahasan
Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah perjuangan bangsa
Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda yang berambisi untuk menjajah
Indonesia kembali melalui kekerasan senjata. TNI merupakan perkembangan organisasi yang
berawal dari Badan Keamanan Rakyat (BKR). Selanjutnya pada tanggal 5 Oktober 1945 menjadi
Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan untuk memperbaiki susunan yang sesuai dengan dasar
militer international, dirubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Dalam perkembangan
selanjutnya usaha pemerintah untuk menyempurnakan tentara kebangsaan terus berjalan, seraya
bertempur dan berjuang untuk menegakkan kedaulatan dan kemerdekaan bangsa. Untuk
mempersatukan dua kekuatan bersenjata yaitu TRI sebagai tentara regular dan badan-badan
perjuangan rakyat, maka pada tanggal 3 Juni 1947 Presiden mengesyahkan dengan resmi
berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI). Keterlibatan ABRI dalam sosial-politik erat
kaitannya dengan konsep dwifungsi ABRI sebagai doktrinnya. Doktrin itu sejauh pemahaman
kita bukanlah sebuah doktrin yang mati yang ditetapkan untuk selama-lamanya, tetapi
merupakan doktrin yang hidup atau dinamis dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan
zaman. Dengan kata lain implementasi konsep ini tidak semestinya sama pada setiap kondisi
masyarakat. Dwifungsi ABRI yang digunakan secara luas sejak berdirinya Orde Baru. Istilah ini
sebelumnya tidak digunakan atau jarang terdengar, meskipun konsepnya sudah ada. Seperti
doktrin perjuangan TNI yang dihasilkan dalam seminar TNI Tri Ubaya Cakti yang dihasilkan
dalam seminar TNI-AD (April 1965) yang antara lain menegaskan bahwa “sebagai Golongan
Karya Angkatan Bersenjata... merupakan suatu kekuatan sosial politik dan kekuatan militer.
Konsep dwifungsi juga terkandung secara implisit pada gagasan Mayjen A.H. Nasution (Kepala
Staf AD) pada tahun 1958 dengan konsep “jalan tengah”, di mana peran tentara tidak terbatas
pada tugas profesional militer belaka, Rahman (1998:145). Setelah penyerahan kedaulatan,
pemimpin-pemimpin tentara telah menerima kedudukannya sebagai kekuatan militer yang
diletakkan sebagai kekuasaan militer yang di letakkan di bawah kekuasaan pemerintah sipil.
Meskipun tentara tidak memainkan peran formal dalam pemerintahan, para perwira tetap
memperhatikan perkembangan dalam bidang sosial-politik, terbukti banyak perwira secara
individual (bukan TNI sebagai institusi) melibatkan diri dalam kegiatan politik. Terlebih pada
masa sistem demokrasi terpimpin, peran ABRI dalam stuktur pemerintahan sipil meningkat
dengan cepat. Banyak perwira dikaryakan sebagai menteri, gubernur, bupati, direksi perusahaan
negara, duta besar dan masih banyak lagi. Demikian halnya pada masa awal Orde Baru, tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa ABRI menjadi kekuatan dominan dalam pemerintahan,
sehingga muncul kecenderungan anggapan dalam mayarakat untuk menyamakan dwifungssi
dengan dominasi militer. Pada awal Orde Baru yang terus berlanjut sampai sekarang, dwifungsi
dalam arti struktural terus dijalankan karena perwira-perwira ABRI terus memainkan peranan
penting dalam struktur pemerintahan secara langsung. Dimana militer menjadi kunci hampir di
semua jabatan pemerintahan, baik eksekutif, legislatif, dan lembaga-lembaga negara lainnya,
Rahman (1998 :146). Nampaknya ini sejalan dengan dengan upaya pemerintah mewujudkan
stabilitas sebagai prasyarat terlaksananya pembangunan. Pandangan mereka dan bukti sejarah
menunjukkan, bahwa hanya ABRI yang dapat menjamin stabilitas pembagunan ekonomi di
Indonesia. Sekiranya ABRI mundur dari partisipasi aktifnya dalam bidang pemerintahan, apakah
stabilitas politik mampu terjamin dan proses pembangunan ekonomi tidak terganggu. Selain itu,
apakah tanpa ABRI pemerintah mampu mengatasi peristiwa-peristiwa yang disebabkan oleh
SARA dan mampu menjamin integritas bangsa dan negara? ABRI dalam pelaksanaan kiprahnya
khususnya sebagai kekuatan sosial politik menduduki jabatan-jabatan penting, seperti Presiden
beberapa Lembaga Tinggi Negara dan menduduki beberapa pos Menteri, serta Gubenur untuk
beberapa dekade masih dikuasai ABRI. Lebih jauh ditandaskan bahwa ABRI dikatakan juga
sebagai kekuatan sosial politik merupakan penjelmaan panggilan tugas, tekad dan ketetapan hati
sebagai prajurit pejuang yang senantiasa manunggal dengan rakyat di dalam keperansertannya
menentukan tujuan, haluan dan politik negara yang mengemban fungsinya dengan menampilkan
diri sebagai pelopor, dinamisator, dan stabilisator negara, Rahman (1998:149) Dari pandangan
dan gambaran yang dipaparkan diatas peneliti merasa tertarik untuk melakukan pengkajian
tentang Peranan TNI Dibidang Kekuatan Sosial Politik Dalam Mewujudkan Stabilitas Keamanan
Di Masa Orde Baru.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://e-journal.uajy.ac.id/24013/2/
HK112076.pdf&ved=2ahUKEwjw18yukfn9AhUocmwGHWM6DlsQFnoECBIQAQ&usg=AOvVaw3Bp
3UfdbUJRr9q0HLa4jHC

Anda mungkin juga menyukai