Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT


(STBM)

A. Pendahuluan

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai


STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku hygiene dan sanitasi
melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
Sanitasi Total adalah kondisi ketika suatu komunitas :
• Tidak Buang Air Besar (BAB) sembarangan
• Mencuci tangan pakai sabun
• Mengelola air minum dan makanan yang aman
• Mengelola sampah dengan benar
• Mengelola Limbah Cair rumah tangga dengan aman

B. Latar Belakang

Buruknya kondisi sanitasi merupakan salah satu penyebab kematian


anak dibawah 3 tahun yaitu sebesar 19% atau sekitar 100.000 anak meninggal
karena diare setiap tahunnya dan kerugian ekonomi diperkirakan sebesar
2,3% dari produk Domestik Bruto (Studi World Bank, 2007).
Berdasarkan Studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006,
perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah :
• Setelah buang air besar 12%
• Setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%
• Sebelum makan 14%
• Sebelum memberi makan bayi 7%
• Sebelum menyiapkan makanan 6%
Sementara studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air minum rumah
tangga menunjukkan 99,20% merebus air untuk mendapatkan air minum,
tetapi 47,50% dari air tersebut masih mengandung E.Coli. Kondisi tersebut
berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian diare di Indonesia. Kondisi
seperti ini dapat dikendalikan melalui intervensi terpadu melalui pendekatan
sanitasi total. Hal ini dibuktikan melalui hasil studi WHO tahun 2007 yaitu
kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan akses masyarakat
terhadap sanitasi dasar, 45% dengan perilaku mencuci tangan pakai sabun,
dan 39% perilaku pengelolaan air minum yang aman di rumah tangga.
1
Sedangkan dengan mengintegrasikan ketiga perilaku tersebut, kejadian diare
menurun sebesar 94%.

C. Tujuan
1. Umum
Meningkatnya jumlah desa/kelurahan di Kecamatan Mendahara Ulu yang
bebas dari buang air besar sembarangan.
2. Khusus
Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap perubahan perilaku hiegine
sanitasi lingkungan terutama dalam hal buang air besar pada tempatnya.

D. Kegiatan
1. Bina suasana
Perkenalkan diri dari seorang fasilitator adalah merupakan upaya
pembukan pintu masuk untuk berkomunikasi dengan masyarakat . fase
perkenalan merupakan fase sensitif ,karena pada fase ini masyarakat
sudah tertarik, sudah percaya akan kedatangan seorang fasilitator, maka
mereka akan terhipnotis untuk selalu berperan aktif dalam setiap tahap
proses pemicuan .untuk menghidupkan suasana awal,maaka perlu
dikembangkan adanya proses ‘’ice breaking’’ lebih dalam,yaitu melalui
permainan (geme) atau bentuk –bentuk roll playing lainya.
2. Pemetaan perilaku PHBS
a. Pemicuan melaui analisis partisipasi dimulai dengan
menggambarkan peta wilayah RT/RW didukung masyarakat
sendiri.kemudian peserta di minta menggambar sungai,mesjid,
sekolah,dll yang merupakan sarana umum tersebut.
b. Selanjutnya peseta diminta menggambarkan peta lokasi rumah
masing-masing, sekaligus tanyakan kepada mereka kemana saat
ini mereka buang air besar.beri kode simbol atau gambar rumah
dengan warna kuning yang BAB sembarang ,dan warna hijau untuuk
rumah yang BAB di jamban.
3. Transek walk
Pemicuan nyata lapangan dilakukan dengan cara menelusuri wilayah
dalam suatu RT/RW untuk mengetahui lokasi-lokasi dimana warga
setempat buang air besar sembarang. semua peserta yang hadir dalam
proses pemicuan diajak untuk jalan bersama melihat kondisi tersebut.bila
peserta transek melewati suatu lokasi BABS kepada mereka dilarang untuk
menutup hidung,sehingga peserta merasakan betapa bau yang timbul
akibat tinja berada diruangan terbuka sembarangan. ingat,dilarang
menutup hidung saat transek walk dan tetap berhenti ditempat
sekejap untuk diskusi. ajak peserta mendiskusikan keadan tersebut, baik

2
dari aspek keindahan dan kebersihan liingkungan,dari aspek penyebaran
penyakit, dari aspek keselamatan,dll.tanyakan pada warga yang BABS,
bagaimana perasaan sekarang setelah orang lain menderita akibat bau
menyengat. Pemicuan dengan melalui transect walk ini menyentuh ego
seseorang, dengan timbulnya rasa jijik seseorang apalagi melihat tinja
yang berserakan ditanah terbuka.
4. Pemicuan melalui analisa kuantitatif tinja
a. Untuk lebih memberi gambaran tentang tingkat ‘besaran’ tinja yang
tersebar luas secara sembarang ,masyarakat diminta untuk
menghitung sendiri berapa kg/kwt/ton jumlah tinja yang
berhamburan. Tanyakan kepada mereka berapa jumlah anggota
keluarga ,kemudian kalikan dengan jumlah tinja yang dibuang
manuasia per orang per hari (yaitu sekitar 400/gram/orang/hari)
maka dapat dihitung berapa besar tinja yang bertaburan suatu
wilayah, dalam kurun waktu sehari, seminggu, sebulan, setahun
dan seterusnya.
b. Teruskan pertanyaan, kemana selama ini tinja tersebut pergi???
c. Tinja dikebun dimakan ayam, dan dimakan ayam.
d. Tinja dilahan kosong, mengering, menjadi debu, dihirup manuasia.
e. Tinja diselokan/empang, dimakan ikan dan akhirnya dimakan
masuk ke manusia.
f. Tinja masuk ke sungai mencemari air dan akhirnya masuk ke
manuasia juga.
5. Pemicuan melalui sentuhan aspek
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang erat kaitanya dengan
air dan sanitasi.untuk itu masyarakat diajak melihat bagai mana tinja
kotoran manusia dapat dimakan masuk ke mulut manusia itu sendiri dan
bahkan masyarakat untuk membuat alur kontaminasi ORAL FECAL
,kemudian kembangkan pertanyaan yang bersifat memicu perasaan takut
atau rasa lainnya,seperti;
a. Apakah ada anggota keluarga yang pernah sakit diare atau sakit lainya
yang berkaitan kesehatan lingkungan.
b. Apakah yang sakit punya jamban atau tidak.
c. Penderita dari warga miskin atau kaya
d. Bagai mana perasaan ibu/bapak ketika melihat anaknya sakit di RS.
e. Adakah anak atau anggota keluarga yang mati akibat penyakit.
f. Bagaimana perasaan mereka saat tahu anak atau anggota keluarga
mati.
g. Bagamana kondisi keuagan saat itu?

3
E. Cara melaksanakan kegiatan
1. Sosialisasi STBM dilaksanakan dengan mengadakan pertemuan
bersama tokoh-tokoh masyarakat sekitar.
2. Pelatihan STBM dilaksanakan dengan menghadirkan narasumber yang
terkait dengan kader-kader sebagai pesertanya.
3. Pemicu STBM di kelurahan dilaksanakan dengan memberikan praktek
lapangan cara membuat Jamban.

F. Sasaran
Sasaran STBM adalah masyarakat sekitar wilayah kerja Puskesmas Simpang
Tuan.

G. Jadwal pelaksanaan kegiatan


1. Tahun 2021 dilaksanakan pada bulan Juli di Desa Mencolok.
2. Tahun 2022 dilaksanakan pada bulan September di Kelurahan Simpang
Tuan.

H. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan

Dari kegiatan STBM yang telah dilaksanakan selama 2 tahun terakhir ini
ternyata masih ditemukan beberapa rumah yang belum mempunyai jamban
dan mereka masih buang air besar sembarangan. Setelah dilakukan
sosialisasi, pelatihan dan pemicu STBM akhirnya terjadi perubahan perilaku
masyarakat dan mereka tidak buang air besar sembarangan.

I. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan

Masyarakat khususnya di kelurahan gunung agung dan langkapura


baru sudah mengetahui pentingnya STBM. Dan kegiatan STBM ini telah
banyak merubah perilaku masyarakat sekitar untuk hidup lebih sehat.

Anda mungkin juga menyukai