Anda di halaman 1dari 6

PEMERINTAH KOTA BANDUNG

DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS CIBADUYUT KIDUL
Jl.Sewu No. 2 Bandung 40235
Email:cibaduyutkidulpuskesmas@gmail.com

LAPORAN KEGIATAN
JUDUL KEGIATAN :
Pemicuan Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS) RW 07 Cibaduyut

I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tinggi, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis. Salah satu permasalahan pembangunan kesehatan di Indonesia
adalah masalah kesehatan lingkungan.
Permasalahan kesehatan lingkungan yang mendominasi adalah
masalah sanitasi. Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah
sosial budaya dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar di
sembarang tempat, khususnya ke badan air yang juga digunakan untuk
mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya.
Pemerintah terus berusaha untuk mengatasi masalah sanitasi,
terutama akses penduduk terhadap jamban sehat. Pada tahun 2008
Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan Kepmenkes RI nomor
852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) yang kemudian diperkuat dengan Permenkes RI nomor
3 tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan yang
digunakan untuk merubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui
pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Sanitasi total adalah
kondisi ketika suatu komunitas tidak buang air besar sembarangan (BABS)
atau Open Defecation Free (ODF.
Pemerintah kota Bandung melalui dinas kesehatan memberi apresiasi
terhadap capaian ODF pada masing-masing kelurahan melalui pemberian
piagam pelangi, dengan kriteria :
1) Warna Merah : ODF 0-35 %
2) Warna Kuning : ODF 30-70 %
3) Warna Hijau : ODF 71-99 %
4) Warna Gold : ODF 100 %
Berikut adalah capaian hasil ODF di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Cibaduyut Kidul Kecamatan Bojongloa Kidul tahun 2020, Kelurahan
Cibaduyut 26,58%, Cibaduyut Kidul 63,17% yang artinya semua kelurahan
di wilayah kerja UPT Puskesmas Cibaduyut Kidul Kecamatan Bojongloa
Kidul belum ODF 100% dan masih mendapat piagam pelangi warna merah
untuk kelurahan Cibaduyut dan piagam kuning untuk kelurahan
Cibaduyut Kidul.
Berdasarkan dari capaian hasil ODF tersebut maka UPT Puskesmas
Cibaduyut Kidul menyelenggarakan kegiatan pemicuan stop buang air
besar sembarangan, agar masyarakat dapat terpicu untuk merubah
perilaku agar tidak buang air besar sembarangan lagi.
b. Maksud dan Tujuan
Untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter
secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
c. Sasaran/Peserta yang hadir
Peserta yang hadir sebanyak 30 orang yang yang terdiri dari ketua
RW, RT, Tokoh masyarakat dan masyarakat.
d. Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal : Rabu, 27 Juli 2022
Waktu : 08.30-Selesai
Tempat : Lapangan RT 02 (Posyandu) RW 07 Cibaduyut
e. Pembiayaan/ Sumber Dana
Pembiayaan kegiatan pertemuan pemicuan Stop Buang Air
Sembarangan (Stop BABS) bersumber dari dana APBD Tahun Anggaran
2022.
II. ISI ( KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN )
Dalam situasi pandemi COVID-19 dan penerapan adaptasi kebiasan
baru untuk mencegah COVID-19 meluas, kegiatan pemicuan 5 pilar STBM
masih boleh tetap berlangsung, dengan mengedepankan langkah-langkah
pencegahan. Keluarga dalam hal ini masyarakat memiliki kontribusi besar
dalam memutus mata rantai penularan COVID-19. Oleh karenanya sangat
diperlukan protokol kesehatan pencegahan dan pengendalian COVID-19
pada kegiatan pemicuan 5 pilar STBM, adalah sebagai berikut:
1. Protokol Kesehatan pada Pra Pemicuan
a. Harus selalu memperhatikan informasi terkini serta himbauan dan
instruksi Pemerintah Pusat dan Daerah terkait COVID-19 di
wilayahnya.
b. Tim pemicuan dapat berkoordinasi dulu dengan tim satgas COVID-
19 daerah yg ada di kab/kota dan/atau di desa/kelurahan dalam
c. memetakan wilayah dan rumah mana saja yg akan dilibatkan pada
waktu pemicuan.
d. Koordinasi dengan aparat desa tentang rencana pelaksanaan
pemicuan dan pihak-pihak yang akan terlibat dalam pemicuan
e. Jumlah peserta atau masyarakat yang hadir dibatasi. maksimal
hanya 15 orang saja, maka kegiatan pemicuan ini di bagi menjadi
dua sesi.
f. Memastikan lokasi tempat pemicuan dalam kondisi bersih dengan
sirkulasi udara yang baik dan dapat diakses oleh semua peserta.
g. Tidak melibatkan lansia > 55 thn, anak anak, wanita hamil, dan
orang yang memiliki penyakit kronis atau penyakit komorbid
lainnya.
h. Kelompok yang terlibat harus memenuhi keterwakilan masyarakat,
termasuk laki laki, perempuan, warga paling miskin, penyandang
disabilitas, lansia dan kelompok marginal lainnya.
i. Memastikan microphone, pengeras suara/ toa yang tidak digunakan
secara bergantian.
j. Menggunakan media Whats App, video call, SMS, toa mesjid, radio
komunitas untuk menyebarkan undangan.
k. Disiapkan panduan/protokol dan juga jalur komunikasi dan
bantuan jika ada masyarakat yang tiba-tiba jatuh atau yang sakit
pada saat pemicuan.
2. Protokol umum pemicuan
a. Waktu pemicuan dibatasi waktu cukup 60 menit dan dipikirkan
untuk melakukan pemicuan (dengan sesi-sesi berbeda bagi tiap
kelompok masyarakat).
b. Fasilitator dan Co-fasilitator melakukan pembagian tugas yaitu 1
orang melakukan fasilitasi, dan 1 orang memastikan protokol
kesehatan tetap dijalankan
c. Tidak melakukan permainan yang menjadikan masyarakat
berdekatan/bersentuhan.
d. Proses pemetaan dilakukan berjarak, cukup dilakukan oleh dua
orang warga, dan selebihnya memberi masukan dengan tetap
menjaga jarak
e. Pada saat penelusuran lingkungan dilakukan dengan jumlah
peserta dibatasi dan rumah/lingkungan yang dikunjungi sudah
disurvei pada saat pra pemicuan.
f. Apabila tidak memungkin untuk dilakukan penelusuran
lingkungan, fasilitator bisa menyiapkan foto foto lingkungan pada
saat survey pra pemicuan
g. Proses diskusi kelompok terarah dilakukan dengan tetap menjaga
jarak
h. Tidak disarankan untuk makan dan minum selama proses
pemicuan
3. Langkah langkah Pelaksanaan Pemicuan
a. Kegiatan pemicuan dimulai dari perkenalan fasilitator STBM
(petugas puskesmas).
b. Fasilitator menyampaikan maksud dan tujuan dilakukan kegiatan
pemicuan, yaitu datang untuk belajar tentang kebiasaan
masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan.
c. Meminta kesediaan masyarakat yang hadir untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dengan jujur.
d. Menyampaikan maksud kedatangan kita kesini bukan untuk
memberikan bantuan dalam bentuk apapun (uang, semen,dll)
melainkan untuk belajar.
e. Bina suasana
Untuk menciptakan suasana akrab antara fasilitator dan
masyarakat, dilakukan pencairan suasana secara singkat dengan
harapan masyarakat akan lebih terbuka menceritakan apa yang
terjadi di lingkungan sekitar.
f. Identifikasi bahasa lokal (penyebutan BABS)
Menyepakati bersama tentang penggunaan kata BAB dan kotoran
manusia dengan bahasa setempat (misal “berak untuk BAB dan
“tai” untuk kotoran manusia). Kemudian mengajukan pertanyaan
di mana saja biasanya masyarakat berak? Jika ada yang menjawab
di WC/Jamban, minta peserta yang sudah berak di jamban untuk
mengangkat tangannya, kemudaian minta mereka untuk berdiri
atau duduk di tempat yang terpisah dari peserta lainnya, namun
masih cukup diingat saja.
g. Pemetaan
Meminta beberapa orang dari peserta untuk menggambar peta rw
dimulai dari membuat batas RW, jalan, lokasi pemicuan, lokasi
kebun, sawah, kali, lapangan, rumah penduduk (nama KK dan
jumlah anggota keluarga ditulis di kertas) setelah semua rumah
peserta yang hadir masuk dalam peta, semua peserta mengambil
bubuk warna kuning, kemudian bubuk diletakan sesuai dengan
lokasi dimana mereka biasa BAB, jika sudah dijamban maka
bubuknya di letakan di lokasi rumah. Minta ke semua peserta
untuk mengamati peta tempat tinggal mereka dan apa yang terjadi
dengan tempat tinggal mereka yang dikepung oleh tinja dan
meminta mereka untuk bertepuk tangan.
h. Penelusuran Lokasi BAB Sembarangan (Transect Walk)
Mengajak warga untuk mengunjungi lokasi yang dijadikan tempat
pembuangan tinja, melakukan Analisa partisipatif ditempat
tersebut, dan menanyakan siapa yang telah membuang tinja
ketempat tersebut, lalu tanyakan pada masyarakat yang ikut
penelusuran,
 Bagaimana perasaannya?
 Berapa lama kegiatan tersebut berlangsung?
 Apakah seterusnya akan melakukan hal yang sama?
i. Alur kontaminasi
Mengajukan pertanyaan, mungkinkah tinja yang dikeluarkan di
sembarang tempat bisa masuk mulut dan jika mungkin lewat
mana dan apa saja. Menegaskan bahwa ternyata kita telah makan
tinja yang kita keluarkan sendiri dengan berbagai macam cara.
j. Kontaminasi air
1) Siapkan dua gelas air mineral yang masih disegel
2) Minta salah seorang peserta untuk meminum air tersebut
dengan terlebih dahulu menunjukan bahwa air masih tersegel
3) Minta satu helai rambut kepada salah seorang peserta
kemudian tempelkan rambut tersebut ke tinja, celupkan
rambut tersebut ke dalam air mineral yang tadi diminum oleh
peserta. Minta peserta yang minum air tadi untuk meminum
kembali air yang telah diberi tinja. Minta peserta yang lain
untuk meminumnya. Mengajukan pertanyaan kenapa tidak
berani minum dan ajukan pertanyaan lain yang menguatkan
bahwa air yang kita minum dari rumah, makanan yang kita
makan sama tercemarinya seperti air tadi, jika kita masih
berak di sembarang tempat.
k. Diskusi (menggunakan elemen pemicuan)
Hitung volume tinja mulai dari berapa jumlah KK dan jiwa di RW
tersebut, berapa kali biasanya kalau berak dalam sehari, berapa
banyak (kilogram) sekali berak. Lalu kalikan jumlah tinja yang
dikeluarkan per orang dengan jumlah jiwa yang masih berak di
sembarang tempat. Hitung jumlah tinja dalam seminggu, sebulan,
setahun. Konversikan jumlah tinja kalau dikarung beras, berapa
karung dan berapa tinggi jika ditumpuk seperti padi/beras.
Kemudian ajukan pertanyaan bagaimana perasaan mereka jika
melihat tinja sebanyak itu dan lari kemana saja tinja-tinja itu.
Untuk memicu rasa takut sakit masyarakat, dijelaskan dampak
dari adanya tinja yang berserakan di lingkungan sekitar tempat
tinggal jika kita tidak mempunyai jamban sehat. Untuk memicu
rasa jijik dengan perhitungan volume tinja. Sedangkan untuk
memicu rasa malu dari banyaknya tinja yang berserakan di
lingkungan tempat tinggal. Menanyakan kepada masyarakat buang
air besar disembarang tempat itu banyak mendatangkan manfaat
atau lebih banyak kerugiannya, apakah kita mau begini terus
tinggal dilingkungan yang tidak sehat.
l. Kontrak sosial
Menanyakan pada Peserta kapan dan siapa yang mau berubah,
bagaimana kita berubah? Menggali masyarakat untuk
berkomitmen terbebas dari BABS dengan membuat jamban sehat,
jika da yang mau berubah, berikan apresiasi dan meminta mereka
membuat kontrak sosial.

III. PENUTUP
a. Laporan ini dibuat sebagai bukti pertemuan kegiatan pemicuan Stop
Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS).
b. Lampiran
- Undangan
- Daftar Hadir
- Dokumentasi Kegiatan

KEPALA UPT PUSKESMAS Bandung, 27 Juli 2022


CIBADUYUT KIDUL Pembuat Laporan

Drg. IRA PUSPITANINGSIH ULFA HASANAH


NIP. 19700717 200212 2 005 NIP. 19720823 199403 2 003

Anda mungkin juga menyukai