Anda di halaman 1dari 6

TNI PADA MASA REFORMASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Nilai-Nilai Juang Pahlawan Bangsa

Disusun oleh :

Sinta Dwi Nidia 7111161005

Adeliana Dewi P 7111161006

Rahmah Sulaimah 7111161007

Dasa Wiratyasaktiti 7111161009

Tarry Tharifah 7111161020

Arsyad Febrian 7111161187

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2019
TNI PADA MASA REFORMASI

Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam sejarah Republik Indonesia


memainkan peranan sangat penting sejak awal berdirinya negara ini. Perjalanan
panjang TNI pernah melakukan fungsi sebagai tentara pejuang bersama rakyat
melawan agresi militer yang mengancam kemerdekaan bangsa.

Pada era Orde Lama TNI mulai mengalami pelebaran fungsi dengan
diterapkan Dwi Fungsi ABRI yang dipelopori oleh Jendral A.H. Nasution membawa
TNI sebagai kekuatan negara yang menjalankan dua fungsi yaitu;

a. Sebagai alat pertahanan Negara


b. Menjalankan fungsi sosial-politik.

Pada era Orde Baru, TNI mendominasi pemerintahan Soeharto dengan di


masukkannya TNI sebagai golongan fungsional. Perubahan fungsi yang digelorakan
oleh para demonstran penuntut reformasi berhasil melengserkan Presiden Soeharto
dan juga menuntut dihapuskannya Dwi Fungsi ABRI. Reformasi nasional membawa
TNI untuk melakukan reformasi diri, dengan melalui berbagai upaya yang dilakukan
TNI akhirnya disepakati hasil untuk menjadi tentara profesional yang lepas dari arena
politik, sesuai dengan paradigma baru TNI. Dilanjutkan dengan rumusan berbagai
implementasi yang ingin dijalankan secara menyeluruh, komprehensif dan holistik
dalam rangka pertahanan negara dan pembangunan bangsa pada era reformasi ini.

Mei tahun 1998, merupakan masa kelam bagi bangsa Indonesia dimana telah
tejadi tonggak perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara TNI dan Polri dikala
itu disebut ABRI sebagai tulang punggung keamanan dan pertahanan Negara.
Kerusuhan yang terjadi di wilayah Ibu kota Jakarta dan di beberapa kota besar
mengharuskan ABRI terjun untuk mengamankan secara refresif sehingga suka tidak
suka terjadi gesekan yang menyebabkan terjadi korban dikedua belah pihak baik
masyarakat maupun ABRI.
Reformasi yang diusung sebagian besar Mahasiswa menghasilkan jatuhnya
Presiden di kala itu H.M Soeharto. Jatuhnya Bapak Soeharto tidak serta merta
merubah tatanan kehidupan berbangsa, namun setidaknya telah mengalami perubahan
kepemimpinan nasional. Setelah jatuhnya Soeharto, gerakan demokratis dan sipil
tumbuh mengganti peran militer dalam keterlibatan politik di Indonesia.

Perubahan tersebut juga telah merubah kebijakan ABRI dimana pada tahun
2000, Kepolisian Negara Republik Indonesia secara resmi kembali berdiri sendiri dan
merupakan sebuah entitas yang terpisah dari militer. Nama resmi militer Indonesia
juga berubah dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) menjadi kembali
Tentara Nasional Indonesia (TNI). Tidak hanya berhenti disitu TNI mulai
mereformasi dirinya dengan perubahan-perubahan yang sangat pesat diantaranya
perubahan doktrin ABRI Cadek menjadi Tri Dek, perubahan dwi fungsi ABRI, dll.

Pada tahun 2009 dikeluarkan Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2009


tentang pengambilalihan aktivitas bisnis TNI. Semua bisnis TNI akan dikelola oleh
sebuah badan khusus yang akan didirikan yang merupakan amanat dari Undang
Undang No.34/2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Sejak terjadinya krisis kepercayaan kepemimpinan 1998, TNI salah satu


institusi yang dianggap sebagai penghambat jalannya demokrasi. Segala yang berbau
kegiatan yang berkolerasi dengan Tentara dipandang nyinyir dan memiliki kecurigaan
akan bangkitnya TNI ke kancah politik praktis. Seiring dengan perjalanan waktu TNI
telah mereformasi dirinya dan menjalankan kaidah-kaidah yang menjiwai TNI seperti
Sumpah Prajurit, 8 Wajib TNI, Sapta Marga telah membukakan mata masyarakat
Indonesia.

TNI saat ini, sangatlah berbeda dimana TNI sangat terbuka dari berbagai
aspek termasuk masalah yang terjadi dalam internal TNI dan sudah menerima kritik
dari berbagai pihak yang artinya TNI membuka diri dari kritik-kritik yang
membangun. Saat ini TNI fokus pada sektor Operasi Militer untuk Perang dan
Operasi Militer Selain Perang yang semuanya ini merupakan panggilan Undang-
undang. TNI sangat aktif dalam perdamaian dunia dalam tugas-tugas Luar Negeri
dan juga keterlibatan TNI dalam membantu Polri, tugas membantu aparat
Pemda/masyarakat apabila terjadi bencana alam dan lain sebagainya.

Pada awal Reformasi, TNI (ABRI pada waktu itu) adalah salah satu "musuh
bersama" rakyat yang menghendaki bergantinya kekuasaan Presiden Soeharto yang
ditopang oleh ABRI dengan doktrin Dwi Fungsi ABRI nya. Maka salah satu agenda
Reformasi adalah "menghancurkan" pilar kekuatan Orde Baru yaitu dengan mencabut
doktrin Dwi Fungsi ABRI, serta mereformasi ABRI guna mengembalikan ABRI
kembali pada jati dirinya yakni sebagai Tentara Pejuang, Tentara Rakyat dan Tentara
Naisonal.

Dalam memenuhi tuntutan reformasi nasional yang digulirkan mulai 1998,


TNI sebagai bagian dari komponen bangsa telah mencanangkan Paradigma Baru dan
Reformasi Internalnya. Paradigma baru dan reformasi internal TNI adalah kemauan
introspektif dan prospektif TNI untuk menata diri dalam upaya menempatkan diri
secara tepat dan lebih fungsional bersama fungsifungsi yang lain dalam tatanan
kehidupan nasional.

Melalui reformasi internal, TNI telah berupaya meninggalkan faktor-faktor


yang di masa lalu dinilai disfungsi. Seperti tidak lagi berdwifungsi, tidak terlibat
dalam day to day politics, dan tidak lagi berbisnis. TNI telah meninggalkan fungsi
sosial politik (sospol) dan fokus pada fungsinya sebagai alat negara di bidang
pertahanan dan concern pada pembangunan profesionalismenya. Pertanyaannya,
apakah setelah kurang lebih 9 tahun melaksanakan reformasi internal, TNI sudah
benar-benar fungsional? Yang pasti reformasi TNI tidak dilaksanakan di ruang hampa
(in vacuum system).

Sementara dalam bidang reformasi internal, TNI sampai saat ini masih terus
melaksanakan reformasi internalnya sesuai dengan tuntutan reformasi nasional. TNI
tetap pada komitmennya menjaga agar reformasi internal dapat mencapai sasaran
yang diinginkan dalam mewujudkan Indonesia baru yang lebih baik dimasa yang
akan datang dalam bingkai tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bahkan, sejak tahun 1998 sebenarnya secara internal TNI telah melakukan berbagai
perubahan yang cukup signifikan, antara lain:

1. Merumuskan paradigma baru peran ABRI Abad XXI.


2. Merumuskan paradigma baru peran TNI yang lebih menjangkau ke masa
depan, sebagai aktualisasi atas paradigma baru peran ABRI Abad XXI.
3. Pemisahan Polri dari ABRI yang telah menjadi keputusan Pimpinan ABRI
mulai 1-4-1999 sebagai Transformasi Awal.
4. Penghapusan Kekaryaan ABRI melalui keputusan pensiun atau alih status.
(Kep: 03/)/II/1999).
5. Penghapusan Wansospolpus dan Wansospolda/Wansospolda Tk-I.
6. Penyusutan jumlah anggota F.TNI/Polri di DPR RI dan DPRD I dan II dalam
rangka penghapusan fungsi sosial politik.
7. TNI tidak lagi terlibat dalam Politik Praktis/day to day Politics.
8. Pemutusan hubungan organisatoris dengan Partai Golkar dan mengambil jarak
yang sama dengan semua parpol yang ada.
9. Komitmen dan konsistensi netralitas TNI dalam Pemilu.
10. Penataan hubungan TNI dengan KBT (Keluarga Besar TNI).
11. Revisi Doktrin TNI disesuaikan dengan Reformasi dan Peran ABRI Abad
XXI.
12. Perubahan Staf Sospol menjadi Staf Komsos.
13. Perubahan Kepala Staf Sosial Politik (Kassospol) menjadi Kepala Staf
Teritorial (Kaster).
14. Penghapusan Sospoldam, Babinkardam, Sospolrem dan Sospoldim.
15. Likuidasi Staf Syawan ABRI, Staf Kamtibmas ABRI dan Babinkar ABRI.
16. Penerapan akuntabilitas public terhadap Yayasan-yayasan milik TNI/Badan
Usaha Militer.
17. Likuidasi Organisasi Wakil Panglima TNI.
18. Penghapusan Bakorstanas dan Bakorstanasda.
19. Penegasan calon KDH dari TNI sudah harus pensiun sejak tahap
penyaringan;
20. Penghapusan Posko Kewaspadaan;
21. Pencabutan materi Sospol ABRI dari kurikulum pendidikan TNI.
22. Likuidasi Organisasi Kaster TNI.
23. Likuidasi Staf Komunikasi Sosial (Skomsos) TNI sesuai SKEP Panglima TNI
No.21/ VI/ 2005.
24. Berlakunya doktrinTNI Tri Dharma Eka Karma (Tridek) menggantikan Catur
Dharma Eka Karma (Cadek) sesuai Keputusan Panglima TNI nomor
Kep/2/I/2007 tanggal 12 Januari 2007.

Walaupun reformasi sudah berumur 20 tahun, militer masih saja mencampuri


urusan-urusan sipil. Militer masih hadir di ranah sipil dengan bentuk-bentuk yang
mampu diterima dengan baik oleh masyarakat. Mereka masuk dengan mencitrakan
dirinya melalui berbagai macam wacana, kegiatan, dan slogan-slogan bahwa mereka
akan bekerja bersama rakyat untuk mewujudkan tujuan negara.
Tanpa menafikkan kenyataan bahwa masih banyak kekurangan dan
kelemahan, TNI berupaya terus untuk memberikan pengabdian terbaik bagi negeri ini
sesuai amanah dan kehendak rakyat. TNI adalah Tentara Rakyat, yang akan
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai amanah dan kehendak rakyat
yang dituangkan dalam Undang-undang dan peraturan. Dalam era reformasi ini, TNI
tetap tegak, dan kuat dalam mengemban amanah rakyat. Pembenahan ke dalam
organisasi, baik peningkatan profesionalisme maupun penegakan hukum bagi yang
melanggar, terus dilakukan TNI.

Anda mungkin juga menyukai