TOPIK:
DEMOCRATIC POLICING TERHADAP
KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT
JUDUL:
OPTIMALISASI PROFESIONALISME SATBRIMOB POLDA PAPUA BARAT GUNA
MENDUKUNG PENINGKATAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT
DALAM RANGKA TERWUJUDNYA KEAMANAN DALAM NEGERI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam konteks keamanan, kompleksitas ancaman dalam dinamika
perkembangan dunia di era global dewasa ini telah memperluas cara pandang
kompleksitas ancaman dalam melihat konsepsi keamanan. Konsepsi keamanan
saat ini bergeser dari ancaman keamanan yang bersifat militer ke ancaman
keamanan terhadap keamanan manusia (human security) seperti bencana alam,
kerusakan lingkungan, dan lainnya 1. Dalam konteks democratic policing,
paradigma konsepsi keamanan ini menjadi landasan filosofis bagi kepolisian yang
tidak saja menjalankan fungsi penegakkan hukum, tetapi juga menyangkut
dimensi hak ekonomi, sosial dan budaya (ekosob). Oleh karena itu fungsi polisionil
dalam democratic policing melekat 24 jam dalam diri masyarakat yang tidak bisa
diintervensi oleh siapapun termasuk negara. Dengan demikian fungsi pemolisian
di masyarakat bukan sekedar menurunnya angka kejahatan tetapi juga
menyangkut kesejahteraan masyarakat 2.
Secara garis besar, keamanan dalam negeri mencakup keamanan individu,
keamanan masyarakat, dan keamanan negara 3. Rasa aman dalam masyarakat
bukan semata-mata berkaitan dengan rendahnya tingkat kejahatan, akan tetapi
1
Barry Buzan, “New patterns of global security in The Twenty-First Century” Internasional Affairs (Royal
Institute of Internasional Affairs, 1944-), Vol. 67, No. 3 (Jul.,1991), 431-451
2
Mercedes S. Hinton, Tim Newburn (eds), Policing Developing Democracies, (London: Routledge, 2009).
3
Hermawan Sulistyo, et.al., Keamanan Negara, Keamanan Nasional, dan Civil Society, (Jakarta: Pensil
324, 2012), h63
1
2
juga berkaitan dengan derajat keteraturan sosial (social order) dan kepatuhan
hukum warga masyarakat (law abiding citizen). Rasa aman bagi masyarakat
mencakup empat unsur, yaitu: pertama, rasa bebas dari gangguan badani
maupun rohani (security), kedua, rasa terjaminnya keselamatan terhadap dirinya,
miliknya, dan hak-hak serta kehormatannya (safety), ketiga, rasa terjaminnya
kepastian hukum (surety), dan keempat, rasa damai bebas dari kekawatiran
(peace)4.
Polri yang paripurna (excellence) merupakan tuntutan masyarakat yang terus
berkembang sejalan dengan tingkat gangguan kamtibmas yang juga semakin
beragam dan meningkat. Dalam rangka menuju Polri yang paripurna, maka salah
satu tantangan utama Polri ke depan adalah mampu secara terus-menerus
beradaptasi dengan perkembangan sosial, budaya, ekonomi, dan politik
masyarakat. Seiring dengan perkembangan lingkungan strategis yang sedemikian
cepat, telah menggugah kesadaran seluruh komponen bangsa untuk melakukan
pembenahan dan pembaharuan atas berbagai ketimpangan, kinerja, dan hal-
halyang dianggap tidak profesional serta proporsional. Polri pun tidak terlepas dari
wacana besar perubahan ini. Hal ini dikarenakan Polri merupakan cerminan dari
tuntutan dan harapan masyarakat akan adanya rasa aman, keamanan, ketertiban,
dan ketentraman masyaraka sebagaimana diatur dalam UU Nomor 2 Tahun 2002.
Brigade Mobil Polri merupakan pasukan Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang sejak lahirnya diberikan tugas khusus diantaranya memelihara
keamanan dan ketertiban di dalam negeri. Kapolri Jemderal Polisi Tito Karnavian
dalam sambutannya sebagai Inspektur Upacara pada HUT Brimob ke – 72 tahun
2017 mengingatkan bahwa jajaran Korbrimob mampu memberikan peran dan
kontribusi yang positif dalam rangka meraih kepercayaan publik terhadap Polri
melalui peningkatan profesionalime dan modernisasi, dimana profesionalisme
merupakan salah satu aspek prinsip democratic policing. Tantangan ke depan
yang akan dihadapi masih memerlukan kontribusi Brimob mulai dari konlik sosial,
banyaknya kekerasan yang terjadi, kekerasan kriminal bersenjata, serta ancaman
teror yang mengganggu stabilitas kamtibmas.
B. Pokok Permasalahan
Dari uraian tersebut di atas, dapat diambil satu permasalahan yaitu:
“Bagaimana mengoptimalkan profesionalisme Satbrimob Polda Papua Barat guna
4
Hermawan Sulistyo, et.al., Keamanan Negara, Keamanan Nasional, dan Civil Society, h86
3
5
https://www.google.com/search?q=optimalisasi, 24 Mei 2018.
6
https://www.google.co.id/search?=profesionalisme, 24 Mei 2018.
BAB II
LANDASAN PEMIKIRAN
1
6
BAB III
7
Spencer, M. Lyle and Spencer, M. Signe ,1993, Competence at Work Modelas for Superrior
Performance, John Wily & Son, Inc, New York, USA
8
Terry, George R. 1993. Principles of Management. Saduran Drs. Sujai. Bandung: Penerbit
Grafika
7
KONDISI FAKTUAL
A. Faktor Internal
1. Kekuatan
a. Terlaksananya reformasi internal Polri sebagai bagian dari
program Promoter Kapolri nomor 1 (satu) menjadi landasan untuk
meningkatkan profesionalsime Satbrimob Polda Papua Barat.
b. Tingginya integritas pengabdian personel Brimob kepada Polri dan
Negara khususnya Satbrimob Polda Papua Barat;
c. Tumbuhnya jiwa kejuangan anggota Brimob Polri yang siap
mendukung dan melaksanakan tugas pokok serta fungsinya
terutama dalam peningkatan situasi kamtibmas;
d. Tersedianya sarana prasarana yang cukup untuk mendukung
peningkatan profesionalisme Satbrimob Polda Papua Barat;
e. Adanya program peningkatan kompetensi dan kualifikasi bagi
personel Satbrimob Polda Papua Barat yang mendukung
peningkatan profesionalisme.
2. Kelemahan
a. Masih terdapat personel Satbrimob Polda Papua Barat yang
resisten terhadap perubahan sehingga berdampak pada
lemahnya profesionalisme personel;
b. Rendahnya kesejahteraan anggota Brimob jika dibandingkan
dengan satuan lainnya mengakibatkan motivasi personel rendah
serta berpotensi adanya penyimpangan dan pelanggaran;
c. Minimnya infrastruktur yang dimiliki oleh Satbrimob Polda Papua
Barat berakibat pada rendahnya profesionalisme personel;
d. Masih banyak personel Satbrimob Polda Papua Barat yang belum
memiliki perumahan yang layak sehingga berakibat pada
menurunnya profesionalisme kerja;
13
B. Faktor Eksternal
1. Peluang
a. Adanya kesadaran berbagai kalangan masyarakat untuk
melaksanakan pengamanan mulai dari lingkungannya masing-
masing;
b. Tumbuhnya kepercayaan masyarakat terhadap Brimob Polri
dalam melaksanakan kegiatan penanggulangan terhadap
gangguan keamanan berintensitas tinggi;
c. Dukungan Pemerintah Daerah Papua Barat terhadap Satbrimob
Polda Papua Barat untuk meningkatkan profesionalisme;
d. Terjalinnya hubungan yang baik dengan TNI dalam pelaksanaan
tugas sehingga mampu mendukung peningkatan profesionalsime;
e. Adanya fungsi control sosial masyarakat terhadap Polri utamanya
Satbrimob Polda Papua Barat sebagai bentuk pengawasan.
2. Kendala
a. Maraknya berbagai kelompok bersenjata di wilayah hukum Polda
Papua Barat mengakibatkan separatisme yang tinggi sehingga
dapat mengancam kamtibmas;
b. Kentalnya budaya minum minuman keras bagi masyarakat di
wilayah hukum Polda Papua Barat kerap sebagai sumber
gangguan kamtibas;
c. Kondisi geografis wilayah hukum Polda Papua Barat yang sulit
dijangkau dan masih berupa hutan belantara;
d. Tingginya nilai kesukuan di Papua barat mengakibatkan kerap
terjadi konflik antar suku yang sering mamakan korban dan
mengganggu kamtibmas;
e. Papua merupakan wilayah endemic malaria, sehingga seingkali
personel terjangkit pernyakit malaria yang mengakibatkan
produktivitas kerja menurun akibatnya profesionalisme rendah.
14
BAB V
KONDISI IDEAL
2. Organizing (pengorganisasian)
a. Penempatan personel diharapkan sesuai kompetensinya dan tidak
ditemukan lagi kesalahan penempatan personel, hal ini harus
didukung oleh jumlah dan kualitas personel yang mumpuni;
b. Assesment yang telah dilaksanakan oleh Satbrimob Polda Papua
Barat telah dilaksanakan secara transparan dan akuntabel.
3. Actuating (pelaksanaan)
a. Pada saat penanganan huru-hara maupun pengamanan kegiatan
yang memiliki gangguan keamanan berintensitas tinggi, mediasi
yang dilaksanakan untuk meredam konflik diharapkan berjalan
sesuai dengan harapan;
b. Pendayagunaan Satuan Brimob dalam pelaksanaan tugas untuk
mendukung peningkatan kamtibmas didahului dengan adanya
latihan pratugas/pra-opsnal bagi anggota yang akan ditugaskan.
4. Controlling (pengendalian)
Pelaksanaan supervisi oleh unsur pimpinan guna memberikan
petunjuk teknis dan arahan yang bersifat direktif, korektif dan motivasi
terhadap personel dilaksanakan secara konsisten dan
berkesinambungan, sehingga mampu memberikan masukan dalam
pemecahan masalah
C. Kontribusi optimalnya profesionalisme personel Satbrimob Polda
Papua Barat
1. Kontribusi V1 terhadap V2:
a. Optimalnya profesionalisme personel Satbrimob Polda Papua
Barat akan berpengaruh posiitif terhadap upaya peningkatan
harkamtibmas;
b. Kondisi kamtibmas stabil, sehingga berbagai gangguan
keamanaan mampu diantisipasi dengan baik.
2. Kontribusi V1 terhadap V3:
a. Terwujudnya Keamanan dalam negeri karena didukung oleh
profesionalisme personel Brimob dalam pelaksanaan tugas;
b. Didukungnya satuan lain ketika membutuhkan bantuan satbrimob
secara optimal.
18
BAB VI
PEMECAHAN MASALAH
G. Action Plan
1. Jangka Pendek (0-6 Bulan)
a. Pemberdayaan Bagsumda dan Siwas untuk merubah mental
personel yang dapat menerima perubahan.
1) Program: penanaman nilai tribrata, kebhayangkaraan dan
catur prasetya
2) Indikator: mental personel berubah sehingga mau menerima
perubahan
3) Kegiatan:
a) Melaksanakan pembinaan rohani dan mental secara
konsiten melalui kegiatan NAC, ESQ, Spiritual building
dan lainnya bagi personel Satbrimob Polda Papua
Barat;
b) Meningkatkan pembinaan nilai-nilai etika profesi
kepolisian melalui kegiatan jam pimpinan;
c) Melaksanakan pengawasan terhadap implementasi
nilai tribrata, kebhayangkaraan dan catur prasetya
b. Peningkatan kesejahteraan anggota Brimob.
1) Program: peningkatan tunjangan jabatan
2) Indikator: meningkatnya kesejahteraan anggota Brimob
3) Kegiatan :
a) Merealisasikan penambahan honor bagi seluruh
personel Satbrimob;
b) Mengusulkan kenaikan tunjangan daerah bagi para
personel Satbrimob Polda Papua Barat;
c) Pemanfaatan program CSR untuk kesejahteraan
personel Satbrimob Polda Papua Barat;
21
BAB VII
PENUTUP
A. Simpulan
1. Sumber Daya Manusia (SDM) Satbrimob Polda Papua Barat dalam
mendukung peningkatan Kamtibmas berdasarkan fakta belum optimal
sehingga profesionalisme personel masih rendah, hal ini dapat dilihat
dari aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap personel pada
pelaksanaan tugas seperti: kurang memiliki pengetahuan dasar
psikologi massa, belum memiliki pengetahuan tentang hukum yang
cukup, kemampuan Beladiri kurang, kemampuan negosiasi lemah,
belum mampu membuat laporan yang akuntabel serta masih muncul
sikap personel yang mengabaikan HAM. Oleh karena itu perlu
perbaikan melalui: Binrohtal, pembinaan nilai etika Profesi, acara
keagamaan, implementasi democratic policing, dikjur, dikbang, diklat.
2. Penerapan fungsi manajemen Satbrimob Polda Papua Barat dalam
mendukung peningkatan Kamtibmas belum efektif dan efisien baik
pada aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan wasdal,
sehingga profesionalisme personel tidak dapat diraih. Hal ini dapat
dilihat dari: Penyusunan rencana kegiatan operasional belum sesua
prakiraan yang baik, penempatan kurang sesuai dengan kompetensi,
26