Anda di halaman 1dari 7

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH

LAPORAN PENUGASAN (LAPGAS)

MP : STRATEGI PENGAMANAN OBYEK VITAL


DOSEN : BRIGJEN POL Drs. AHMAD LUMUMBA & TIM

SISTEM MANAJEMEN PENGAMANAN OBJEK VITAL

A. PENDAHULUAN
Dimensi ancaman dan gangguan keamanan dari waktu ke waktu kian
berkembang dengan beragam resiko dan dampaknya. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta meningkatnya kompeksitas persoalan
masyarakat (Social exclution) telah melahirkan beragam bentuk ancaman dan
gangguan keamanan tehadap berbagai objek vital nasional (Obvitnas), seperti
Bandara, Pelabuhan, Tempat pengolahan, penyimpanan dan distribusi BBM,
sistem suplai air, dan lain lain. Ancaman dan gangguan terhadap Obvitnas pada
akhirnya secara langsung maupun tidak langsung berdampak terhadap sistem
perekonomian nasional, dan pada tingkatan tertentu juga berdampak terhadap
stabilitas politik, sistem penyelenggaraan negara serta keamanan nasional.
Dalam pasal 5 UU No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia dinyatakan bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan
alat negara yang berperan dalam memelihara ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman dan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam
negeri. Berdasarkan UU No 2/2002 tersebut Polri memiliki tugas dan
kewenangan menjaga keamanan dalam negeri, termasuk menjaga keamanan
Objek objek vital Nasional yang memiliki peran strategis bagi terselenggaranya
pembangunan nasional. Berdasarkan Kepres No. 63/2004, ciri ciri Obvitnas
adalah sebagai berikut :
2

1. Ancaman dan gangguan terhadapnya mengakibatkan bencana terhadap


kemanusiaan dan pembangunan
2. Ancaman dan gangguan terhadapnya mengakibatkan kekacauan
transportasi dan komunikasi secara nasional
3. Ancaman dan gangguan terhadapnya mengakibatkan terganggunya
penyelenggaraan pemerintahan negara.
Berdasarkan sifat sifat ancaman dan dampak keamanan yang
disebutkan dalam Keppres diatas, maka sektor sektor yang dapat dikategorikan
sebagai Obvitnas adalah telekomunikasi, Transportasi (darat laut dan udara),
jasa keuangan dan Perbankan, ketenaga listrikan, minyak dan gas (oil dan
gas), pasokan air bersih, unit unit layanan gawat darurat/emergency services
(seperti rumah sakit, Kepolisian dan pemadam kebakaran), dan kantor kantor
kegiatan pemerintahan
B. PEMBAHASAN
Keberadaan Objek vital tidak semata mata hanya membantu stabilitas
perekonomian masyarakat sekitar saja, akan tetapi memberikan suatu potensi
ancaman gangguan Kamtibmas yang cukup besar pula. Seperti telah penulis
singgung di atas bahwa angka kriminalitas yang terjadi pada objek vital ini
cukup tinggi. Hal ini tentunya memberikan suatu ketidak nyamanan bagi warga
masyarakat sekitar yang tentunya senantiasa mengharapkan kodisi Kamtibmas
selalu terpelihara dengan kondusif. Tingginya angka kriminalitas yang terjadi ini
tentunya menjadi pekerjaan bagi Polri yang perlu segera dicarikan solusinya
dengan tepat, peningkatan dan penguatan pola pengamanan di lingkungan
keberadaan Objek objek vital ini diharapkan dapat menekan serta mengeliminir
berbagai potensi gangguan yang mungkin timbul, terlebih untuk menciptakan
kenyamanan bagi masyarakat sekitar. Namun demikian pengamanan yang
dilakukan rasanya belum terlaksana secara optimal, hal ini dapat
diidentifikasikan dari fakta fakta yang penulis dapatkan selama melakukan
pengamatan di wilayah hukum Polres X sebagai berikut :
Mekanisme Pengamanan Objek Vital
1. Pengamanan patroli Pada Objek objek Vital dilaksanakan oleh Polsek
setempat
3

2. Polres tidak ada pola pengamanan khusus untuk Objek objek Vital apalagi
yang jaraknya cukup jauh dari Polres
3. Patroli dilaksanakan ke Objek objek Vital tertentu jadi tidak semua Objek
vital yang ada di wilayah Hukum Polres setempat tersentuh oleh Patroli Sat
Obvit
C. ANALISA
1. Aplikasi penerapan Sistem Manajemen Swakarsa dalam
Pengamanan Obvitnas
a. Memberkan perlindungan, pengayoman dan pelayanan
masyarakat terutama yang berhubungan dengan pengamanan objek vital
yang meliputi kawasan tertentu, sehingga masyarakat terbebas dari
segala bentuk gangguan keamanan.
b. Memberikan bimbingan kepada masyarakt melalui upaya preemtif
dan preventif di lingkungan Pam waster dan pariwisata serta VVIP dan
VIP sehingga meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.
c. Menegakkan hukum secara professional serta menjunjung tinggi
supremasi hokum dan Ham dalam pengamanan kawasan objek vital
d. Memberikan bantuan di bidang operasional dan pembinaan
terhadap penanggung jawab keamanan objek vital nasional.
e. Melakukan secara professional sumber daya alam dan manusia
untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dalam rangka
meningkatkan upaya konsolidasi serta soliditas.
2. Mekanisme dan Hambatan Pengamanan Objek Vital serta objek
lainnya
a. Sistem pengamanan Objek Vital yang dilaksanakan oleh jajaran
Polsek setempat cenderung kurang maksimal, hal ini diindikasikan dari
jumlah personil yang ada di Polsek tidak sebanding dengan jumlah
kawasan Objek objek Vital yang ada, berdasarkan hasil pengamatan
sistem pengamanan yang dilakukan oleh Polsek setempat hanya bersifat
“menunggu laporan” hal ini tentunya tidak dapat diandalkan untuk
mengantisipasi terjadinya suatu tindak kriminalitas pada Objek objek
Vital yang ada, karena personil Polsek hanya menunggu laporan saja.
4

1) Faktor yang mempengaruhinya adalah dikarenakan


pelaksanaan pengamanan Objek Vital yang ada bukan
merupakan prioritas utama, rata rata para personil di tingkat
Polsek memiliki tugas tugas pokok lain (Merangkap) yang juga
memerlukan perhatian yang intensif.
2) Kondisi yang diharapkan adalah pelaksanaan kegiatan
patroli pada Objek objek Vital hendaknya ditugaskan kepada
personil yang tidak memiliki tugas lain sehingga tidak ada
penugasan rangkap. Dengan begitu pelaksanaan pengamanan
tidak lagi berdasarkan sistem menunggu laporan tetapi secara
intensif dapat dilakukan secara berkesinambungan.
b. Tidak adanya pola pengamanan khusus yang ditetapkan akan
menghambat pelaksanaan kegiatan pengamanan dan patroli, kegiatan
yang dilakukan akan cenderung tidak tepat guna dan tidak tepat sasaran
serta tidak fokus. Hal ini dapat mengakibatkan potensi tindakan
kriminalitas Pada Objek objek Vital tidak dapat terkontrol. Lebih jauh lagi
dengan tidak adanya suatu pola yang ditetapkan tentunya membuat para
personil tidak mempunyai pedoman dalam menentukan cara bertindak di
lapangan.
1) Faktor yang mempengaruhi tidak adanya pola pengamanan
khusus pada Objek Vital adalah karena adanya anggapan bahwa
kegiatan patroli yang dilakukan oleh Sat Obvit sudah merupakan
tugas pokok yang sudah dipahami anggota, sehingga kepala
satuan merasa sudah tidak perlu lagi untuk menetapkan suatu
pola pengamanan khusus. Hal ini tentunya tidak dapat dibenarkan
secara mutlak melihat kondisi dan modus kejahatan yang dewasa
ini berkembang tidak dapat diprediksi.
2) Kondisi yang diharapkan adalah Polres menetapkan suatu
pola pengamanan khusus yang diterapkan dalam mengamankan
Objek objek Vital yang ada di wilayah hukum Polres setempat
sehingga setiap kegiatan yang dilakukan anggota di lapangan
dapat lebih fokus, terarah dan tepat guna.
5

3) Kegiatan pengamanan dan patroli yang hanya


dilaksanakan ke Objek objek Vital tertentu saja, sehingga
mengindikasikan bahwa pelaksanaan tugas pengamanan ini
bersifat “pilih kasih” atau terkesan masih adanya diskriminasi
dalam melakukan pengamanan. Hal ini tentunya akan
menimbulkan kecemburuan sosial di masyarakat yang dapat
mempengaruhi citra Polri pada akhirnya.
(a) Faktor faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut
adalah dikarenakan para pemilik maupun pengelola Objek
Vital yang ada di wilayah hukum Polres setempat tidak
memberikan laporan atau tidak berkoordinasi yang baik
tentang keberadaannya kepada Sat Obvit sehingga fokus
pelaksanaan kegiatan pengamanan atau patroli yang
dilakukan hanya kepada data data yang ada saja.
(b) Kondisi yang diharapkan adalah pelaksanaan
kegiatan pengamanan dan patroli dalam mengamankan
Objek Vital dilaksanakan tidak hanya pada wilayah wilayah
tertentu saja, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
anggapan dari masyarakat bahwasanya Polri diskriminatif,
selain itu secara keseluruhan pengamanan yang dilakukan
hendaknya memberikan manfaat bagi masyarakat secara
keseluruhan sehingga tercipta kenyamanan di masyarakat.
3. Upaya Maksimal yang dilakukan dalam proses Pengamanan Objek
vital serta objek lainnya
a. Optimalisasi Mekanisme Pengamanan Perumahan.
1) Meningkatkan koordinasi
Koordinasi ini dimaksudkan agar personil yang berada di
Polsek sekitar Objek Vital senantiasa melakukan
komunikasi dengan Sat Obvit Polres setempat dalam hal
permintaan bantuan kekuatan untuk melaksanakan
kegiatan pengamanan atau patroli apabila personil di
Polsek sedang melaksanakan tugas lain, selain itu personil
6

Sabhara Polsek dapat pula berkoordinasi dengan Polmas


di lingkungan sekitar dengan begitu sistem pengamanan
dapat terlaksana secara terus menerus.
2) Membuat SOP pengamanan Objek Vital
Pembuatan SOP ini bertujuan untuk menyeragamkan
mekanisme pengamanan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan sebelumnya. Dengan adanya SOP yang
disertai dengan penerbitan Juklak dan Juknis para personil
akan dapat melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan
pengamanan dengan memanfaatkan kekuatan personil,
material logistik dan dukungan anggaran yang telah
dialokasikan secara optimal serta personil dapat segera
mengambil cara bertindak yang tepat, adanya SOP inipun
memudahkan setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat
terawasi secara maksimal.
3) Melakukan pendataan terhadap keberadaan Objek objek
Vital yang ada
Pendataan ini dimaksudkan sebagai sarana kontrol,
dengan begitu pelaksanaan patroli atau pengamanan dapat
lebih mencakup keseluruhan Objek objek Vital yang ada.
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Mekanisme pengamanan Objek objek Vital belum berjalan optimal, hal
ini dapat diindikasikan dari pengamanan dan patroli pada Objek objek
Vital dilaksanakan oleh Polsek setempat dimana sistem yang dilakukan
merupakan sistem menunggu laporan dimana hal ini tidak mencerminkan
suatu pola pencegahan, upaya yang dilakukan adalah dengan
meningkatkan koordinasi. Belum adanya pola pengamanan khusus untuk
Objek objek Vital dapat mengakibatkan personil tidak memahami cara
bertindak yang tepat terhadap permasalahan yang ditemui di lapangan,
upaya yang dilakukan adalah dengan membuat SOP sebagai panduan
bagi personil melaksanakan tugas. Kegiatan patroli dilaksanakan ke
7

Objek objek Vital tertentu saja yang daftarnya ada di Sat Sabhara, hal ini
memberikan kesan bahwa Polri hanya melakukan pengamanan secara
diskriminatif saja, tentunya ini akan menjadikan timbulnya kecemburuan
sosial di masyarakat, upaya yang dilakukan adalah dengan cara
melakukan pendataan dan koordinasi terhadap keberadaan objek objek
Vital yang ada.

Anda mungkin juga menyukai