Anda di halaman 1dari 6

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN

LAPORAN PENUGASAN (LAPGAS)

MP : PENEGAKKAN ETIKA PROFESI POLRI

DOSEN : KOMBES POL Drs. R. DEDI PERMADI DAN TIM

1. PENDAHULUAN

Sejarah panjang telah membentuk kepolisian Indonesia yang menjadi


polri pada saat ini. Tanpa mengurangi besarnya keberhasilan yang telah
dicapai polisi, telah terbukti mampu menjadi salah satu pilar penegak
keamanan yang mengantar pembangunan bangsa dan negara. Polisi terus
berjuang keras, karena belum mampu menjawab tuntutan pelayanan
masyarakat yang meningkat cepat sebagai hasil pembangunan, sedangkan
kemampuan polisi nyaris tidak berkembang, celaan, cemoohan, tudingan
bahwa polisi tidak profesional.

Tugas pokok kepolisian merupakan tugas-tugas yang harus dikerjakan


atau dijalankan oleh lembaga kepolisian, dengan demikian tugas lembaga
yang dijalankan oleh anggota kepolisian dapat dimaknai sebagai bentuk atau
jenis dari pekerjaan khusus, yakni khusus dalam bidang penegakan hukum,
bidang perlindungan, bidang pengayoman dan bidang pelayanan. Olek karena
itu pekerjaan kepolisian masuk dalam pada lingkup profesi, maka keahlian
atau kemahiran (intelektual) bagi pemegang profesi anggota kepolisian
menjadi syarat utama dalam menjalankan profesinya.

Kode etik profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia pada dasarnya


merupakan pedoman bagi pengemban fungsi kepolisian lainnya dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di lingkungannya, oleh karena itu kode etik profesi memiliki peranan
penting dalam mewujudkan polisi yang professional 1. Internalisasi dan
1
http://fatahilla.blogspot.com/2009/06/masalah-faktual-dalam-ranah-kode-etik.html diungguh
14 Mei 2018
penerapan Etika Kepolisian yang tidak mantap, merupakan faktor penyebab
kurang dalamnya pendalaman etika, sehingga polisi ditingkat pelaksanaan
sangat labil, mudah goyah dan terombang ambing dalam gelombang dan
gegap gempitanya perubahan dalam pembangunan.

2. PEMBAHASAN

A. Permasalahan dan kendala yang terjadi di dalam pelaksanaan


Kode Etik Profesi Polri yang telah dialami di kesatuan sebelumnya
Etika adalah nilai nilai dalam norma moral yang menjadi
pegangan bagi manusia secara individu maupun berkelompok dalam
berperilaku, kaidah etika berkait erat dengan kaidah kesopanan dan
kesusilaan. Moral adalah landasan dan dasar dalam menjalankan atau
melahiriahkan profesi sehingga didalam menjalankan profesi agar tetap
berada pada kerangka nilai nilai moral diperlukan aturan perilaku. Etika
profesi adalah suatu norma yang mengatur bagaimana seharusnya
atau seyogyanya pemegang profesi menjalankan dan bertanggung
jawab atas profesinya, agar tetap berada dalam penilaian baik sesuai
penilaian obyektif dan umum.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai amanat pasal 30 ayat
(5) UUD 45, dimana pasal 31 Undang-Undang nomor 2 tahun 2002
tersebut dengan tegas merumuskan bahwa setiap anggota Kepolisian
mulai dari pangkat yang terendah sampai dengan yang tertinggi harus
memiliki kemampuan profesi. Etika Kepolisian saat ini memang belum
mentradisi seperti etika lainnya. dalam aplikasi, para pemikir dan
pimpinan kepolisian sering melupakan beberapa ciri atau karakter
pelaku Polisi atau sering disebut budaya polisi (police cultural) yang
dominan pengaruhnya terhadap kegagalan tindakannya.
Kecenderungan tersebut antara lain :
a. Orientasi tindakan sering mengutamakan pencapaian hasil
optimal (efektifitas), sehingga sering mengabaikan efisiensi.

2
b. Polisi diajar untuk selalu bersikap curiga, sehingga harus
bertanya dengan detail. Sedangkan sikap curiga ini mengandung
makna waspada dengan dasar pengertian etika.
c. Disatu pihak polisi dinilai tidak adil, tidak jujur, tidak profesional,
di pihak lain banyak petunjuk bahwa polisi harus mendukung dan
menunjukkan solidaritas pada lingkungan.
d. Pragmatisme yang banyak mendatangkan keberhasilan, sering
membuat polisi dan lalu melalaikan akar pragmatisme itu sendiri.
B. Teori dan pemahaman terhadap Kode etik profesi Polri yang
dipahami
Pengembangan Etika Kepolisian dapat dilakukan, ditumbuhkan,
dibangun dan dipupuk agar dapat berkembang dengan baik yaitu
dengan cara sebagai berikut :

a. Membentuk Pimpinan Polri


Pada dasarnya, sama dan serupa dengan proses membentuk
individu polisi. Namun, untuk pimpinan yang berstatus perwira
harus dituntut standar yang lebih tinggi. Semakin tinggi
pangkatnya maka semakin tinggi pula standar persaratannya,
khususnya unsur kepemimpinannya.

b. Membentuk Kinerja Polri


Bibit bibit atau calon polisi yang baik adalah dididik, dilatih,
diperlengkapi dengan baik dan kesejahteraan yang memadai.
Calon yang baik hanya dapat diperoleh dari masyarakat yang
terdidik baik, persyaratan masuk berstandar tinggi, pengujian
yang jujur dan fair (penuh keterbukaan), dan bakat yang
memadai berdasarkan psikotes.

c. Membangun Masyarakat
Mewujudkan masyarakat yang mampu berbuat etis tidaklah
mudah, karena harus memperhitungkan segenap unsur
pendukung eksistensinya yang berdimensi sangat luas. Dengan
mengasumsikan bahwa terdapat banyak dimensi perilaku
masyarakat yang baik dan mendukung etika Kepolisian dengan
baik, maka dari banyak dimensi itu yang paling signifikan bagi
3
pelaksanaan tugas polisi adalah berupa dimensi hukum,
kepatuhan terhadap hukum dan sikap menolak gangguan
keamanan atau pelanggaran hukum. Dari hukum yang baik
itulah, etika atau perilaku masyarakat yang terpuji dapat
terbentuk, yang pada gilirannya akan mengembangkan aplikasi
etika kepolisian.
Dapat dijadikan satu pedoman Kode Etik Kepolisian menurut
Prof.djoko Soetono, S.H. dalam pidatonya di Ploron dengan judul “Tri
Brata”, Mythos, Logos, Etos, Kepolisian Negara RI dan kalau disarikan
mengandung pokok-pokok pemikiran yang sejalan dengan pokok
pikiran Don L. Kooken dalam bukunya “Ethis in Police Service” yang
berpendapat bahwa Etika Kepolisian itu tidak mungkin dirumuskan
secara universal semua dan berlaku sepanjang masa maka,
rumusannya akan berbeda satu dengan yang lain. Namun suatu Kode
Etik Kepolisian yang baik adalah rumusan yang mengandung pokok
pikiran sebagai berikut :

a. Mengangkat kedudukan profesi kepolisian dalam pandangan


masyarakat dan untuk memperkuat kepercayaan masyarakat
kepada kepolisian.

b. Mendorong semangat polisi agar lebih bertanggung jawab.

c. Mengembangkan dan memelihara dukungan dan kerjasama dari


masyarakat pada tugas tugas kepolisian.

d. Mengalang suasana kebersamaan internal kepolisian untuk


menciptakan pelayanan yang baik bagi mayarakat.

e. Menciptakan kerjasama dan koordinasi yang harmonis dengan


sesama aparat pemerintah agar mencapai keuntungan bersama
(sinergi).

f. Menempatkan pelaksanaan tugas polisi sebagai profesi


terhormat dan memandang sebagai sarana berharga dan terbaik
untuk mengabdi pada masyarakat.

4
g. Etika Kepolisian yang benar, baik dan kokoh, merupakan sarana
dalam pelaksanaan tugas pokok Polri dalam mewujudkan
kepercayaan diri dan kebanggan sebagai seorang polisi, yang
kemudian dapat menjadi kebanggan bagi masyarakat.

k. Membina kebersamaan, kemitraan sebagai dasar membentuk


partisipasi masyarakat.

l. Mewujudkan polisi yang profesional, efektif, efesien dan modern,


yang bersih dan berwibawa, dihargai dan dicintai masyarakat.

B. Upaya upaya yang dilakukan oleh Kapolres demi tegaknya


implementasi nilai nilai Kode Etik Profesi Polri

Bertolak dari dua pembahasan di atas maka pada dasarnya


ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh kapolres demi tegaknya
Kode Etik Profesi Polri, yaitu :
a. Berikan sosialisasi tentang Kode Etik Profesi Polri secara
berkesinambungan sampai seluruh personil benar benar
paham dengan baik tentang hakekat yang terkandung di dalam
Kode Etik Profesi Polri maupun tentang aplikasinya.
b. Mempelajari sebaik baiknya dengan melakukan pembedahan
pasal secara bersama sama dengan praktisi hukum yang ada
guna selanjutnya hasil yang didapat dapat diusulkan sebagai
rekomendasi kepada satuan atas untuk dipelajari dan menjadi
bahasan di satuan tingkat atas.
c. Meminta solusi dan petunjuk dari satuan atas apabila didalam
praktek pelaksanaannya mengalami permasalahan ataupun
kendala akibat dari ketidakmengertian akan aturan-aturan yang
dimaksud di dalam Kode Etik Profesi Polri.
d. Melakukan perubahan paradigma pengawasan secara melekat
di internal sebagai berikut :
1. Memaikan peran dari mencari kesalahan menjadi
konsultan
2. Gaya kerja dari reaktif (memeriksa) menjadi proaktif
mengingatkan.

5
3. PENUTUP

a. Masih adanya penyimpangan terhadap nilai nilai etika profesi kepolisian,


salah satu contoh adalah bertindak tidak berdasarkan norma dan nilai
kemanusiaan.
b. Melaksanakan penindakan secara tegas terhadap setiap pelanggaran
Kode Etik Profesi mengingat pelanggaran dimaksud berdampak luas dan
merugikan institusi Polri dan mencegah terjadi pelanggaran yang serupa
yang lebih besar..
c. Adanya komitmen moral yang berlanjut dengan memberikan contoh suri
tauladan para perwira sehingga diikuti oleh bawahannya.

Anda mungkin juga menyukai