Anda di halaman 1dari 10

Nama : MOHAMMAD IMRON MARZUKI, ST

NIP : 197812112022211005
Temp/Tgl : Blitar, 11 Desember 1978
Gol : III/A
Jabatan : AHLI PERTAMA – GURU PRODUKTIF TEKNIK KENDARAAN RINGAN
Lembaga : SMKN 1 KADEMANGAN BLITAR

RANGKUMAN AGENDA 1

Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara

A. Wawasan Kebangsaaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan
kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari casila, UUD NRI
Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang
dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan
sejahtera.
Empat Konsensus Dasar Berbangsa dan Bernegara di Indonesia meliputi:
1. Pancasila: Merupakan falsafah negara dan ideologi nasional yang mencakup nilai-nilai
kehidupan bangsa Indonesia.
2. Undang-Undang Dasar 1945: Merupakan konstitusi negara yang membatasi kekuasaan
pemerintah dan melindungi hak-hak warga negara.
3. Bhinneka Tunggal Ika: Menekankan persatuan dalam keragaman agama, suku, budaya, dan
bahasa di Indonesia.
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI): Didirikan pada 17 Agustus 1945. PPKI
melengkapinya dengan pemerintah berdaulat dan UUD 1945. Tujuan NKRI adalah melindungi
bangsa, memajukan kesejahteraan, mencerdaskan, dan menjaga ketertiban dunia.
Bendera Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Garuda Pancasila, dan Lagu
Indonesia Raya adalah simbol kebanggaan dan identitas bangsa Indonesia. Bendera Pusaka
disimpan di Monumen Nasional Jakarta. Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
mempersatukan suku bangsa. Lambang Garuda melambangkan kekuatan pembangunan. Lagu
Indonesia Raya diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman.

B. Nilai-Nilai Bela Negara


Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara
perorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yankan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dalam mejamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai
Ancaman.
Nilai dasar Bela Negara, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun
2019, meliputi cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, kesetiaan pada Pancasila
sebagai ideologi negara, rela berkorban untuk bangsa dan negara, dan kemampuan awal dalam
menjalankan Bela Negara. Indikator nilai Bela Negara tersebut meliputi menjaga tanah air,
berpartisipasi, mengamalkan Pancasila, rela berkorban, dan memiliki kemampuan fisik dan
spiritual.
Analisis Isu Kontemporer

A. Isu-Isu Strategis Kontemporer


Korupsi adalah praktik penyalahgunaan kekuasaan publik atau posisi kepercayaan oleh
individu atau kelompok untuk keuntungan pribadi. Ini melibatkan tindakan seperti suap,
penyuapan, penggelapan dana, atau penyalahgunaan sumber daya publik. Korupsi merusak
integritas lembaga pemerintahan, menghambat pembangunan, dan merugikan masyarakat
secan.
Narkoba merujuk pada zat-zat berbahaya yang menyebabkan perubahan perilaku dan
dapat menyebabkan ketergantungan. Penggunaan narkoba dapat menyebabkan masalah
kesehatan serius, kerusakan sosial, dan ketidakstabilan masyarakat. Narkoba meliputi berbagai
jenis seperti ganja, kokain, heroin, dan obat-obatan terlarang lainnya.
Terorisme adalah tindakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang dilakukan oleh
kelompok atau individu dengan tujuan menciptakan ketakutan, mencapai tujuan politik,
agama, atau sosial tertentu. Terorisme mengancam keamanan dan stabilitas nasional serta
keamanan global.
Money laundry (pencucian uang) adalah proses untuk menyembunyikan asal-usul
dana ilegal atau hasil kegiatan kriminal agar tampak sah secara finansial. Ini melibatkan
serangkaian transaksi keuangan yang kompleks dan penggunaan bisnis atau lembaga
keuangan palsu untuk menyamarkan jejak uang haram.
Proxy war terjadi ketika kekuatan besar menggunakan kelompok pihak ketiga untuk
memperluas pengaruh atau melindungi kepentingan mereka tanpa terlibat secara langsung
dalam konflik. Pihak ketiga ini sering kali adalah kelompok militan atau negara sekutu, dan
perang proxy dapat memperpanjang dan memperumit konflik regional.
Kejahatan mass communication mencakup berbagai aktivitas ilegal dalam media dan
platform komunikasi. Ini meliputi penyebaran berita palsu (hoax), pelecehan online, serangan
siber, penyebaran konten ilegal, penipuan, dan penyalahgunaan media sosial. Kejahatan mass
communication dapat merusak reputasi, mengancam keamanan siber, dan mempengaruhi
proses demokrasi dengan mempengaruhi opini publik.
Memahami pengertian isu-isu ini penting untuk mengembangkan strategi penanganan
yang efektif, melibatkan penegakan hukum yang kuat, kerja sama internasional, pendidikan
masyarakat, dan upaya pencegahan guna mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan oleh
isu-isu tersebut.

B. Teknik Analisis Isu


Teknik analisis isu melibatkan penggunaan teknik tapisan isu untuk menentukan
kriteria kualitas isu, seperti aktual, kekhalayakan, problematik, dan kelayakan. Kemudian,
teknik analisis isu dilakukan dengan menggunakan alat bantu berpikir kritis, seperti mind
mapping, fishbone, SWOT, tabel frekuensi, analisis kesenjangan, atau hubungan sebab-
akibat. Tujuannya adalah untuk memahami isu secara mendalam, mengidentifikasi akar
masalah, aktor yang terlibat, peran mereka, dan menghasilkan alternatif pemecahan isu yang
akan diusulkan. Teknik ini membantu dalam mengambil keputusan strategis dan
mengembangkan solusi yang komprehensif.
Kesiapsiagaan Bela Negara

A. Kerangka Kesiapsiagaan Bela Negara


Bagian ini membahas tentang konsep kesiapsiagaan Bela Negara dan keterkaitannya
dengan pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Konsep kesiapsiagaan Bela Negara
adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan seluruh komponen bangsa
dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, dan kepentingan negara. Dalam Latsar CPNS,
kesiapsiagaan Bela Negara menjadi salah satu materi yang diajarkan kepada calon pegawai.
Manfaat kesiapsiagaan Bela Negara sangat penting dalam menghadapi berbagai
tantangan dan ancaman terhadap negara. Kesiapsiagaan Bela Negara dapat membantu
meningkatkan keberanian, kedisiplinan, dan ketangguhan para peserta dalam menghadapi
situasi darurat atau konflik. Selain itu, modul 1, modul 2, dan modul 3 saling terkait dan saling
melengkapi dalam mempersiapkan peserta menjadi individu yang siap menghadapi berbagai
tugas dalam Bela Negara.

B. Kemampuan Awal Bela Negara


Bagian ini membahas mengenai kemampuan awal Bela Negara yang meliputi
kesehatan jasmani dan mental, kesiapsiagaan jasmani dan mental, etika, etiket, moral, dan
kearifan lokal. Kesehatan jasmani dan mental menjadi faktor penting dalam kesiapsiagaan
Bela Negara, karena peserta harus memiliki kondisi fisik dan mental yang prima untuk
menghadapi situasi yang mungkin terjadi. Selain itu, kesiapsiagaan jasmani dan mental
melibatkan latihan fisik, kebugaran, dan keterampilan bertahan hidup. Etika, etiket, dan moral
juga menjadi aspek penting dalam Bela Negara, karena peserta harus memiliki integritas,
kejujuran, dan sikap yang benar dalam melaksanakan tugasnya. Kearifan lokal juga
ditekankan sebagai bagian dari kemampuan awal Bela Negara, menghormati dan memahami
budaya serta nilai-nilai lokal dalam menjaga keutuhan bangsa.

C. Rencana Aksi Bela Negara


Bagian ini membahas tentang rencana aksi Bela Negara yang meliputi program
rencana aksi dan penyusunannya. Program rencana aksi merupakan langkah konkret yang
harus diambil dalam upaya kesiapsiagaan Bela Negara. Program ini mencakup berbagai
kegiatan seperti pelatihan, simulasi, dan peningkatan keterampilan. Penyusunan rencana aksi
Bela Negara melibatkan perencanaan yang matang, pengidentifikasian ancaman, serta alokasi
sumber daya yang tepat. Rencana aksi ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua aspek
kesiapsiagaan Bela Negara telah dipersiapkan dengan baik dan dapat diimplementasikan
dengan efektif.

D. Kegiatan Kesiapsiagaan Bela Negara


Bagian ini mencakup berbagai kegiatan yang penting seperti membahas baris
berbaris dan tata upacara, keprotokolan, kewaspadaan diri, membangun tim, dan caraka
malam dan api semangat Bela Negara. Semua kegiatan ini merupakan bagian integral dari
kesiapsiagaan bela negara yang melibatkan disiplin, protokol, kewaspadaan, kolaborasi, dan
semangat nasional.
RANGKUMAN AGENDA 2

Berorientasi Pelayanan

A. Konsep Pelayanan Publik


Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai peraturan bagi warga negara atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif. Unsur penting dalam pelayanan publik, khususnya bagi ASN, adalah
penyelenggara pelayanan publik (ASN/Birokrasi), penerima layanan (masyarakat,
stakeholders, sektor privat), dan kepuasan penerima layanan. Pelayanan publik yang prima
penting untuk meningkatkan kepercayaan publik dan kepuasan pihak yang dilayani. Pegawai
ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan
pemersatu bangsa. Dalam menjalankan fungsi tersebut, pegawai ASN melaksanakan
kebijakan publik, memberikan pelayanan publik profesional, dan mempererat persatuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam transformasi pengelolaan ASN menuju
pemerintahan berkelas dunia, Pemerintah meluncurkan Core Values ASN BerAKHLAK
(Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif). ASN
harus mengedepankan nilai Berorientasi Pelayanan untuk memberikan pelayanan prima dan
kepuasan masyarakat.

B. Berorientasi Pelayanan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah harus mendengar dan
memenuhi tuntutan kebutuhan warga negara. Selain bentuk dan jenis pelayanan, mekanisme
penyelenggaraan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya juga perlu dipertimbangkan. Birokrasi
sebagai pelayan publik harus mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat. Citra positif
ASN terlihat dari perilaku melayani dengan senyum, sopan, dan rapi; memberikan pelayanan
cepat dan tepat waktu; memberikan kemudahan dalam memilih layanan; serta memberikan
pelayanan prima dengan kemampuan dan tekad. Pemberian layanan berkualitas harus terus
ditingkatkan agar dapat melebihi harapan pengguna layanan. Dalam era digital yang dinamis,
diperlukan inovasi pelayanan publik sebagai terobosan untuk mencapai reformasi birokrasi.
Faktor seperti komitmen pimpinan, budaya inovasi, dukungan regulasi, dan kolaborasi dengan
pemerintah, masyarakat, dan stakeholders lainnya penting untuk mendorong pertumbuhan dan
perkembangan inovasi.

Akuntabel

A. Konsep Akuntabilitas
Akuntabilitas berbeda dengan responsibilitas. Akuntabilitas adalah kewajiban
pertanggungjawaban, sedangkan responsibilitas adalah kewajiban bertanggung jawab. Aspek-
aspek akuntabilitas meliputi hubungan, orientasi pada hasil, laporan, konsekuensi, dan
perbaikan kinerja. Akuntabilitas publik memiliki fungsi kontrol demokratis, pencegahan
korupsi, dan peningkatan efisiensi. Ada dua jenis akuntabilitas publik, yaitu vertikal dan
horizontal. Terdapat lima tingkatan akuntabilitas: personal, individu, kelompok, organisasi,
dan stakeholder.

B. Panduan Perilaku Akuntabel


Akuntabilitas dan Integritas dianggap sebagai dua aspek fundamental dalam
pelayanan publik. Integritas menjadi dasar untuk berpikir secara akuntabel, dengan kejujuran
sebagai nilai dasar yang membangun kepercayaan publik. Setiap organisasi memiliki
mekanisme akuntabilitas sendiri, seperti sistem penilaian kinerja, sistem akuntansi, dan
sistem pengawasan. Hal-hal penting dalam membangun lingkungan kerja yang akuntabel
meliputi kepemimpinan, transparansi, integritas, tanggung jawab, keadilan, kepercayaan,
keseimbangan, kejelasan, dan konsistensi. Mekanisme akuntabilitas harus mencakup tiga
dimensi: kejujuran dan hukum, proses, program, dan kebijakan. Pengelolaan konflik
kepentingan dan kebijakan gratifikasi dapat membantu membangun budaya akuntabel dan
integritas yang anti-korupsi.

C. Akuntabel Dalam Konteks Organisasi Pemerintahan


Ketersediaan informasi publik melalui UU Keterbukaan Informasi Publik (KIP)
memiliki pengaruh besar dalam berbagai sektor publik di Indonesia. Aparat pemerintah perlu
menyelenggarakan pelayanan yang baik sesuai dengan etika pelayanan publik. Konflik
kepentingan terbagi menjadi keuangan dan non-keuangan, yang harus ditangani dengan
langkah-langkah seperti penyusunan kebijakan, identifikasi situasi, strategi penanganan, dan
tindakan konkret. Untuk membangun budaya antikorupsi, langkah-langkah tersebut perlu
diadopsi dalam penanganan konflik kepentingan di organisasi pemerintahan.

Kompeten

A. Pengembangan Kompetensi
1. Konsepsi kompetensi melibatkan tiga aspek penting: pengetahuan, keterampilan, dan sikap
dalam pekerjaan.
2. Menurut Peraturan Menteri PANRB No. 38/2017, kompetensi ASN terdiri dari kompetensi
teknis, manajerial, dan sosial kultural.
3. Pengembangan kompetensi dapat dilakukan melalui pendekatan klasikal dan non-klasikal
untuk aspek teknis, manajerial, dan sosial kultural.
4. Undang-Undang No. 5/2014 memberikan hak pengembangan pegawai dengan alokasi
waktu 20-24 jam pelajaran untuk PNS dan PPPK.
5. Pendekatan pengembangan talenta ASN menggunakan peta pengembangan sembilan kotak
untuk menentukan kebutuhan pengembangan pegawai berdasarkan hasil pemetaan.

B. Perilaku Kompeten
1. ASN harus berkinerja yang berakhlak dan tunduk pada etika profesi sebagai pelayan
publik.
2. Peningkatan kompetensi diri ASN melalui pendekatan heutagogi, menggunakan sumber
pembelajaran dari internet dan jejaring informal.
3. ASN pembelajar membantu orang lain belajar melalui sosialisasi, forum terbuka, dan
repositori pengetahuan.
4. ASN harus melakukan kerja terbaik dengan mengembangkan pengetahuan menjadi karya
dan menghadapi perubahan lingkungan dengan komitmen berkarya terbaik.

Harmonis

Mewujudkan Suasana Harmonis dalam Lingkungan Kerja dan Memberikan Layanan kepada
Masyarakat
Pengertian Nilai Dasar Harmonis dalam Pelayanan ASN adalah pemahaman mengenai
harmoni dan kepentingannya dalam lingkungan kerja ASN. Harmoni diartikan sebagai
memiliki perpaduan yang menyenangkan antara nada-nada. Harmoni dalam konteks ini
merujuk pada keselarasan, keserasian, dan ketertiban dalam menjalankan tugas sebagai ASN.
Pentingnya suasana harmonis dalam lingkungan kerja terletak pada pengaruh positifnya
terhadap produktivitas, hubungan internal, dan kinerja secara keseluruhan.
Suasana harmonis dapat diciptakan melalui beberapa langkah, seperti menciptakan
tempat kerja yang berenergi, memberikan keleluasaan untuk belajar dan berkontribusi, serta
berbagi kebahagiaan bersama. Kultur tempat kerja yang harmonis juga dapat dibangun
melalui penerapan etika publik. Etika publik merupakan refleksi tentang standar dan norma
yang menentukan perilaku, tindakan, dan keputusan dalam menjalankan tanggung jawab
pelayanan publik.
ASN memiliki kode etik yang mengatur perilaku dan tindakan mereka. Kode etik ASN
mencakup berbagai aspek, seperti menjalankan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi, melaksanakan tugas sesuai peraturan perundang-undangan, menjaga
kerahasiaan kebijakan negara, menggunakan kekayaan negara secara bertanggung jawab, dan
lain sebagainya.
Perilaku ASN yang mencerminkan sikap harmonis antara lain adalah toleransi, empati,
dan keterbukaan terhadap perbedaan. Perubahan mindset yang diperlukan dalam reformasi
birokrasi adalah mengubah pandangan bahwa birokrasi hanya sebagai sarana untuk
memuaskan pimpinan, tetapi harus melayani dengan baik dan meningkatkan kinerja organisasi
secara keseluruhan.

Loyal

A. Konsep Loyal
Dalam penguatan budaya kerja ASN menuju pemerintahan berkelas dunia,
pemerintah meluncurkan Core Values ASN BerAKHLAK dan Employer Branding. Loyalitas
menjadi nilai penting yang harus dimiliki oleh setiap ASN. Loyalitas dapat diukur melalui
taat pada peraturan, bekerja dengan integritas, tanggung jawab pada organisasi, kerja sama,
rasa memiliki yang tinggi, hubungan antar pribadi, kesukaan terhadap pekerjaan, keberanian
menyatakan ketidaksetujuan, dan menjadi teladan. ASN harus berdedikasi dan
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Kata kunci untuk panduan perilaku loyal
adalah komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme, dan pengabdian (KoDeKoNasAb).
Membangun rasa memiliki, meningkatkan kesejahteraan, memenuhi kebutuhan rohani,
memberikan kesempatan peningkatan karir, dan evaluasi berkala penting dilakukan. ASN
harus mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi dan memperkuat
wawasan kebangsaan serta nasionalismenya.

B. Panduan Perilaku Loyal


Undang-Undang ASN menegaskan pentingnya nilai dasar, kode etik, dan kewajiban
ASN. Core Value ASN BerAKHLAK merumuskan nilai Loyal dengan 3 panduan perilaku.
Loyalitas warga negara, termasuk PNS, dapat terwujud dengan menerapkan Nilai-Nilai Dasar
Bela Negara, seperti cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, setia pada Pancasila,
rela berkorban, dan kemampuan awal bela negara.

C. Loyal dalam Konteks Organisasi Pemerintah


Sikap loyal PNS tercermin dari komitmen dalam sumpah/janji saat diangkat. Disiplin PNS
adalah patuh pada kewajiban dan menghindari larangan. Pemerintah mengeluarkan aturan
disiplin PNS. ASN memiliki fungsi pelaksana kebijakan, pelayan publik, dan perekat bangsa.
Implementasi nilai loyal dalam kehidupan ASN melibatkan pemahaman dan pengamalan nilai
Pancasila sebagai bagian dari organisasi pemerintah dan masyarakat.

Adaptif

A. Memahami Adaptif
Adaptasi adalah kemampuan penting bagi individu dan organisasi dalam
mempertahankan kelangsungan hidup. Inovasi dan kreativitas diperlukan dalam beradaptasi.
Pemikiran kritis dan kreatif memainkan peran dalam adaptasi individu. Organisasi perlu
memiliki karakter adaptif untuk menjalankan tugas dan fungsi. Penerapan budaya adaptif
melibatkan tujuan organisasi, kepercayaan, tanggung jawab, kepemimpinan, dan lainnya.
Kampanye budaya adaptif ASN bertujuan membangun karakter adaptif pada individu untuk
mencapai tujuan organisasi.

B. Panduan Perilaku Adaptif


Perilaku adaptif penting dalam mencapai tujuan individu dan organisasi, terutama
dalam situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Organisasi adaptif
mampu merespon perubahan lingkungan dan harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel.
Budaya organisasi yang tepat dapat meningkatkan efektivitas dan kinerja. Pemberdayaan
budaya organisasi menjadi alat untuk menghasilkan sumber daya manusia berkualitas dan
mencapai tujuan organisasi.

C. Adaptif dalam Konteks Organisasi Pemerintah


Grindle mengukur pengembangan kapasitas pemerintah adaptif melalui
pengembangan sumber daya manusia, penguatan organisasi, dan pembaharuan institusional.
Pemerintah Singapura menerapkan dynamic governance dengan tiga kemampuan kognitif
proses pembelajaran: berpikir ke depan, berpikir lagi, dan berpikir lintas. Liisa Välikangas
memperkenalkan pemerintah tangguh yang melibatkan kecerdasan organisasi, sumber daya,
desain, adaptasi, dan budaya.
Kolaboratif

A. Konsep Kolaborasi
Kolaborasi adalah aliansi antara perusahaan untuk menjadi lebih kompetitif melalui
pengembangan rutinitas bersama. Kolaborasi pemerintahan melibatkan norma bersama dan
interaksi saling menguntungkan antara aktor pemerintahan, dengan tujuan membuat atau
mengimplementasikan kebijakan publik. Kriteria penting untuk kolaborasi termasuk
keikutsertaan aktor non-pemerintah, pertemuan formal yang diatur secara kolektif, dan
fokus pada kebijakan publik atau manajemen. Whole of Government (WoG) adalah
pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya kolaboratif dari seluruh
sektor, dengan tujuan mencapai tujuan bersama. Pendekatan ini menghilangkan sekat-sekat
sektoral dan melibatkan semua aktor untuk mencapai tujuan bersama. Tahapan assessment
tata kelola kolaborasi meliputi mengidentifikasi masalah, merencanakan aksi, dan
mendiskusikan strategi. Pemilihan kepemimpinan yang tepat dan fasilitatif penting dalam
kolaborasi pemerintahan.

B. Praktik dan Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintah


Praktik dan Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintah mencakup Panduan Perilaku
Kolaboratif dan kolaborasi dalam konteks organisasi pemerintah. Beberapa aspek normatif
kolaborasi pemerintahan juga terdapat dalam diskusi ini. Studi kasus kolaboratif juga menjadi
bagian penting dalam pemahaman kolaborasi pemerintah. Praktik kolaboratif melibatkan
panduan perilaku yang mengarah pada interaksi yang saling menguntungkan antara aktor
pemerintahan. Kolaborasi dalam konteks organisasi pemerintah melibatkan proses
pengambilan keputusan kolektif dan implementasi kebijakan publik. Aspek normatif
kolaborasi pemerintahan meliputi pertimbangan etika, transparansi, akuntabilitas, dan
partisipasi publik. Melalui studi kasus, praktik dan aspek normatif kolaborasi pemerintah
dapat dipahami secara lebih mendalam.

RANGKUMAN AGENDA 3
Smart ASN

A. Literasi Digital
Presiden telah menegaskan pentingnya pembangunan SDM dan persiapan kebutuhan
SDM talenta digital di Indonesia. Literasi digital memainkan peran penting dalam
meningkatkan kemampuan kognitif manusia di era digital. Kerangka kerja literasi digital
terdiri dari kurikulum digital skill, digital safety, digital culture, dan digital ethics. Ada lima
langkah yang harus dijalankan untuk mendukung percepatan transformasi digital, seperti
perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital, roadmap transportasi digital, integrasi
Pusat Data Nasional, persiapan kebutuhan SDM talenta digital, dan persiapan terkait regulasi
dan pembiayaan transformasi digital. Literasi digital melibatkan pemahaman tentang sumber
informasi, perkembangan teknologi, dan implikasinya secara sosial, politik, dan ekonomi.
Menurut UNESCO, literasi digital melibatkan kemampuan mengakses, mengelola,
memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan
informasi secara aman melalui teknologi digital. Skor indeks Literasi Digital masyarakat
Indonesia masih perlu ditingkatkan. Roadmap Literasi Digital 2021-2024 menjadi panduan
untuk mengatasi persoalan transformasi digital, dan kurikulum literasi digital harus mencakup
kecakapan digital, budaya digital, etika digital, dan keamanan digital.

B. Pilar Literasi Digital


Literasi digital tidak hanya tentang kemampuan teknologi, tetapi juga mengacu pada
kecakapan pengguna media digital secara produktif. Empat pilar literasi digital adalah etika,
budaya, keamanan, dan kecakapan bermedia digital. Etika bermedia digital melibatkan tata
kelola etika digital dalam kehidupan sehari-hari. Budaya bermedia digital melibatkan
pembangunan wawasan kebangsaan dan nilai-nilai Pancasila. Keamanan bermedia digital
melibatkan kesadaran dan keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Kecakapan
bermedia digital melibatkan penggunaan perangkat keras dan perangkat lunak TIK dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam cakap di dunia digital, perlu ditingkatkan pengetahuan tentang perangkat keras,
mesin telusur, aplikasi chat, media sosial, dompet digital, dan e-commerce. Dalam etika di
dunia digital, perlu ditingkatkan pengetahuan tentang peraturan, etika berinternet,
membedakan informasi, dan bertransaksi secara elektronik. Dalam budaya di dunia digital,
perlu ditingkatkan pengetahuan tentang Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, bahasa Indonesia,
dan perilaku konsumsi yang sehat. Dalam aman bermedia digital, perlu ditingkatkan
pengetahuan tentang proteksi perangkat keras, identitas digital, pencarian informasi valid,
fitur keamanan platform digital, dan perlindungan diri dari penipuan.

C. Implementasi Literasi Digital dan Implikasinya


Dunia digital telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari kita. Kami
sering menggunakan berbagai fasilitas dan aplikasi pada perangkat gawai untuk mencari
informasi dan mencari solusi untuk masalah sehari-hari. Penggunaan internet oleh
masyarakat Indonesia mencapai 7 jam 59 menit per hari, melebihi rata-rata global 6 jam 43
menit (APJII, 2020). Selama pandemi COVID-19, mayoritas masyarakat Indonesia bahkan
menghabiskan lebih dari 8 jam sehari untuk mengakses internet. Kebiasaan baru dalam
belajar dan bekerja dari rumah secara daring telah membentuk perilaku berinternet kita.
Literasi digital menjadi kemampuan yang sangat penting untuk melindungi hak-hak digital
setiap individu dalam masyarakat.

Manajemen ASN

A. Kedudukan, Peran, Hak dan Kewajiban, dan Kode Etik ASN


Manajemen ASN bertujuan untuk menghasilkan pegawai yang profesional, etis, bebas
dari intervensi politik, dan terbebas dari korupsi. Fokus utama manajemen ASN adalah
mengatur profesi pegawai agar selaras dengan perkembangan zaman. Pegawai ASN terdiri
dari PNS dan PPPK. Sebagai aparatur negara, pegawai ASN menjalankan kebijakan instansi
pemerintah tanpa pengaruh politik. Fungsi pegawai ASN adalah melaksanakan kebijakan
publik, melayani masyarakat, dan mempersatukan bangsa. ASN memiliki hak dan kewajiban
dalam menjalankan tugasnya dengan baik. Profesi ASN didasarkan pada kode etik dan
perilaku yang bertujuan menjaga martabat dan kehormatan ASN sesuai dengan UU ASN.

Anda mungkin juga menyukai