Anda di halaman 1dari 9

JURNAL MOOC GELOMBANG XVI

Nama : Novita Nur’aini, S.Pd., M.Pd., Gr.


NIP : 19911102 202221 2 021
Jabatan : Guru Teknik Kendaraan Ringan
Instansi : SMKN Purwosari

AGENDA I

Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara


A. Wawasan Kebangsaaan
Wawasan Kebangsaan merupakan cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation
character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari
casila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan
berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang
aman, adil, makmur, dan sejahtera.
Empat Konsensus Dasar Berbangsa dan Bernegara di Indonesia meliputi:
1. Pancasila: Merupakan falsafah negara dan ideologi nasional yang mencakup nilai-nilai
kehidupan bangsa Indonesia.
2. Undang-Undang Dasar 1945: Merupakan konstitusi negara yang membatasi kekuasaan
pemerintah dan melindungi hak-hak warga negara.
3. Bhinneka Tunggal Ika: Menekankan persatuan dalam keragaman agama, suku, budaya,
dan bahasa di Indonesia.
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI): Didirikan pada 17 Agustus 1945. PPKI
melengkapinya dengan pemerintah berdaulat dan UUD 1945. Tujuan NKRI adalah
melindungi bangsa, memajukan kesejahteraan, mencerdaskan, dan menjaga ketertiban
dunia.
Bendera Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Garuda Pancasila, dan Lagu
Indonesia Raya adalah simbol kebanggaan dan identitas bangsa Indonesia. Bendera Pusaka
disimpan di Monumen Nasional Jakarta. Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
mempersatukan suku bangsa. Lambang Garuda melambangkan kekuatan pembangunan.
LaguIndonesia Raya diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman.

B. Nilai-Nilai Bela Negara


Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara
perorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yankan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara
RepublikIndonesia Tahun 1945 dalam mejamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan
Negara dari berbagai Ancaman.
Nilai dasar Bela Negara, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun
2019, meliputi cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, kesetiaan pada Pancasila
sebagai ideologi negara, rela berkorban untuk bangsa dan negara, dan kemampuan awal
dalam menjalankan Bela Negara. Indikator nilai Bela Negara tersebut meliputi menjaga
tanahair, berpartisipasi, mengamalkan Pancasila, rela berkorban, dan memiliki kemampuan
fisik dan spiritual.

Analisis Isu Kontemporer


A. Isu-Isu Strategis Kontemporer
Korupsi adalah praktik penyalahgunaan kekuasaan publik atau posisi kepercayaan oleh
individu atau kelompok untuk keuntungan pribadi. Ini melibatkan tindakan seperti suap,
penyuapan, penggelapan dana, atau penyalahgunaan sumber daya publik. Korupsi merusak
integritas lembaga pemerintahan, menghambat pembangunan, dan merugikan masyarakat
secan.
Narkoba merujuk pada zat-zat berbahaya yang menyebabkan perubahan perilaku dan
dapat menyebabkan ketergantungan. Penggunaan narkoba dapat menyebabkan masalah
kesehatan serius, kerusakan sosial, dan ketidakstabilan masyarakat. Narkoba meliputi
berbagai jenis seperti ganja, kokain, heroin, dan obat-obatan terlarang lainnya.
Terorisme adalah tindakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang dilakukan oleh
kelompok atau individu dengan tujuan menciptakan ketakutan, mencapai tujuan politik,
agama, atau sosial tertentu. Terorisme mengancam keamanan dan stabilitas nasional serta
keamanan global.
Money laundry (pencucian uang) adalah proses untuk menyembunyikan asal-usul dana
ilegal atau hasil kegiatan kriminal agar tampak sah secara finansial. Ini melibatkan
serangkaian transaksi keuangan yang kompleks dan penggunaan bisnis atau lembaga
keuangan palsu untuk menyamarkan jejak uang haram.
Proxy war terjadi ketika kekuatan besar menggunakan kelompok pihak ketiga untuk
memperluas pengaruh atau melindungi kepentingan mereka tanpa terlibat secara langsung
dalam konflik. Pihak ketiga ini sering kali adalah kelompok militan atau negara sekutu, dan
perang proxy dapat memperpanjang dan memperumit konflik regional.
Kejahatan mass communication mencakup berbagai aktivitas ilegal dalam media dan
platform komunikasi. Ini meliputi penyebaran berita palsu (hoax), pelecehan online,
serangan siber, penyebaran konten ilegal, penipuan, dan penyalahgunaan media sosial.
Kejahatan mass communication dapat merusak reputasi, mengancam keamanan siber, dan
mempengaruhi proses demokrasi dengan mempengaruhi opini publik.
Memahami pengertian isu-isu ini penting untuk mengembangkan strategi penanganan
yang efektif, melibatkan penegakan hukum yang kuat, kerja sama internasional, pendidikan
masyarakat, dan upaya pencegahan guna mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan oleh
isu-isu tersebut.

B. Teknik Analisis Isu


Teknik analisis isu melibatkan penggunaan teknik tapisan isu untuk menentukan
kriteria kualitas isu, seperti aktual, kekhalayakan, problematik, dan kelayakan. Kemudian,
teknik analisis isu dilakukan dengan menggunakan alat bantu berpikir kritis, seperti mind
mapping, fishbone, SWOT, tabel frekuensi, analisis kesenjangan, atau hubungan sebab-
akibat. Tujuannya adalah untuk memahami isu secara mendalam, mengidentifikasi akar
masalah, aktor yang terlibat, peran mereka, dan menghasilkan alternatif pemecahan isu
yang akan diusulkan. Teknik ini membantu dalam mengambil keputusan strategis dan
mengembangkan solusi yang komprehensif.

Kesiapsiagaan Bela Negara


A. Kerangka Kesiapsiagaan Bela Negara
Bagian ini membahas tentang konsep kesiapsiagaan Bela Negara dan keterkaitannya
dengan pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Konsep kesiapsiagaan Bela Negara
adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan seluruh komponen bangsa
dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, dan kepentingan negara. Dalam Latsar
CPNS, kesiapsiagaan Bela Negara menjadi salah satu materi yang diajarkan kepada calon
pegawai.
Manfaat kesiapsiagaan Bela Negara sangat penting dalam menghadapi berbagai
tantangan dan ancaman terhadap negara. Kesiapsiagaan Bela Negara dapat membantu
meningkatkan keberanian, kedisiplinan, dan ketangguhan para peserta dalam menghadapi
situasi darurat atau konflik. Selain itu, modul 1, modul 2, dan modul 3 saling terkait dan
saling melengkapi dalam mempersiapkan peserta menjadi individu yang siap menghadapi
berbagai tugas dalam Bela Negara.

B. Kemampuan Awal Bela Negara


Bagian ini membahas mengenai kemampuan awal Bela Negara yang meliputi
kesehatan jasmani dan mental, kesiapsiagaan jasmani dan mental, etika, etiket, moral, dan
kearifan lokal. Kesehatan jasmani dan mental menjadi faktor penting dalam kesiapsiagaan
Bela Negara, karena peserta harus memiliki kondisi fisik dan mental yang prima untuk
menghadapi situasi yang mungkin terjadi. Selain itu, kesiapsiagaan jasmani dan mental
melibatkan latihan fisik, kebugaran, dan keterampilan bertahan hidup. Etika, etiket, dan
moral juga menjadi aspek penting dalam Bela Negara, karena peserta harus memiliki
integritas, kejujuran, dan sikap yang benar dalam melaksanakan tugasnya. Kearifan lokal
juga ditekankan sebagai bagian dari kemampuan awal Bela Negara, menghormati dan
memahami budaya serta nilai-nilai lokal dalam menjaga keutuhan bangsa.

C. Rencana Aksi Bela Negara


Bagian ini membahas tentang rencana aksi Bela Negara yang meliputi program rencana
aksi dan penyusunannya. Program rencana aksi merupakan langkah konkret yang harus
diambil dalam upaya kesiapsiagaan Bela Negara. Program ini mencakup berbagai kegiatan
seperti pelatihan, simulasi, dan peningkatan keterampilan. Penyusunan rencana aksi Bela
Negara melibatkan perencanaan yang matang, pengidentifikasian ancaman, serta alokasi
sumber daya yang tepat. Rencana aksi ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua aspek
kesiapsiagaan Bela Negara telah dipersiapkan dengan baik dan dapat diimplementasikan
dengan efektif.

D. Kegiatan Kesiapsiagaan Bela Negara


Bagian ini mencakup berbagai kegiatan yang penting seperti membahas baris berbaris
dan tata upacara, keprotokolan, kewaspadaan diri, membangun tim, dan caraka malam dan
api semangat Bela Negara. Semua kegiatan ini merupakan bagian integral dari
kesiapsiagaan bela negara yang melibatkan disiplin, protokol, kewaspadaan, kolaborasi,
dan semangat nasional.
AGENDA II

Berorientasi Pelayanan
A. Konsep Pelayanan Publik
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai peraturan bagi warga negara atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif. Unsur penting dalam pelayanan publik, khususnya bagi ASN,
adalahpenyelenggara pelayanan publik (ASN/Birokrasi), penerima layanan (masyarakat,
stakeholders, sektor privat), dan kepuasan penerima layanan. Pelayanan publik yang prima
penting untuk meningkatkan kepercayaan publik dan kepuasan pihak yang dilayani.
Pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat
dan pemersatu bangsa. Dalam menjalankan fungsi tersebut, pegawai ASN melaksanakan
kebijakan publik, memberikan pelayanan publik profesional, dan mempererat persatuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam transformasi pengelolaan ASN menuju
pemerintahan berkelas dunia, Pemerintah meluncurkan Core Values ASN BerAKHLAK
(Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif).
ASN harus mengedepankan nilai Berorientasi Pelayanan untuk memberikan pelayanan
prima dan kepuasan masyarakat.

B. Berorientasi Pelayanan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah harus mendengar dan memenuhi
tuntutan kebutuhan warga negara. Selain bentuk dan jenis pelayanan, mekanisme
penyelenggaraan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya juga perlu dipertimbangkan.
Birokrasi sebagai pelayan publik harus mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat.
Citra positif ASN terlihat dari perilaku melayani dengan senyum, sopan, dan rapi;
memberikan pelayanan cepat dan tepat waktu; memberikan kemudahan dalam memilih
layanan; serta memberikan pelayanan prima dengan kemampuan dan tekad. Pemberian
layanan berkualitas harus terus ditingkatkan agar dapat melebihi harapan pengguna
layanan. Dalam era digital yang dinamis, diperlukan inovasi pelayanan publik sebagai
terobosan untuk mencapai reformasi birokrasi. Faktor seperti komitmen pimpinan, budaya
inovasi, dukungan regulasi, dan kolaborasi dengan pemerintah, masyarakat, dan
stakeholders lainnya penting untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan inovasi.

Akuntabel
A. Konsep Akuntabilitas
Akuntabilitas berbeda dengan responsibilitas. Akuntabilitas adalah kewajiban
pertanggungjawaban, sedangkan responsibilitas adalah kewajiban bertanggung jawab.
Aspek-aspek akuntabilitas meliputi hubungan, orientasi pada hasil, laporan, konsekuensi,
dan perbaikan kinerja. Akuntabilitas publik memiliki fungsi kontrol demokratis,
pencegahan korupsi, dan peningkatan efisiensi. Ada dua jenis akuntabilitas publik, yaitu
vertikal dan horizontal. Terdapat lima tingkatan akuntabilitas: personal, individu,
kelompok, organisasi,dan stakeholder.

B. Panduan Perilaku Akuntabel


Akuntabilitas dan Integritas dianggap sebagai dua aspek fundamental dalam pelayanan
publik. Integritas menjadi dasar untuk berpikir secara akuntabel, dengan kejujuran sebagai
nilai dasar yang membangun kepercayaan publik. Setiap organisasi memiliki mekanisme
akuntabilitas sendiri, seperti sistem penilaian kinerja, sistem akuntansi, dan sistem
pengawasan. Hal-hal penting dalam membangun lingkungan kerja yang akuntabel meliputi
kepemimpinan, transparansi, integritas, tanggung jawab, keadilan, kepercayaan,
keseimbangan, kejelasan, dan konsistensi. Mekanisme akuntabilitas harus mencakup tiga
dimensi: kejujuran dan hukum, proses, program, dan kebijakan. Pengelolaan konflik
kepentingan dan kebijakan gratifikasi dapat membantu membangun budaya akuntabel dan
integritas yang anti-korupsi.

C. Akuntabel Dalam Konteks Organisasi Pemerintahan


Ketersediaan informasi publik melalui UU Keterbukaan Informasi Publik (KIP)
memiliki pengaruh besar dalam berbagai sektor publik di Indonesia. Aparat pemerintah
perlu menyelenggarakan pelayanan yang baik sesuai dengan etika pelayanan publik.
Konflik kepentingan terbagi menjadi keuangan dan non-keuangan, yang harus ditangani
dengan langkah-langkah seperti penyusunan kebijakan, identifikasi situasi, strategi
penanganan, dan tindakan konkret. Untuk membangun budaya antikorupsi, langkah-
langkah tersebut perlu diadopsi dalam penanganan konflik kepentingan di organisasi
pemerintahan.

Kompeten

A. Pengembangan Kompetensi
1. Konsepsi kompetensi melibatkan tiga aspek penting: pengetahuan, keterampilan, dan
sikapdalam pekerjaan.
2. Menurut Peraturan Menteri PANRB No. 38/2017, kompetensi ASN terdiri dari
kompetensiteknis, manajerial, dan sosial kultural.
3. Pengembangan kompetensi dapat dilakukan melalui pendekatan klasikal dan non-klasikal
untuk aspek teknis, manajerial, dan sosial kultural.
4. Undang-Undang No. 5/2014 memberikan hak pengembangan pegawai dengan alokasi
waktu 20-24 jam pelajaran untuk PNS dan PPPK.
5. Pendekatan pengembangan talenta ASN menggunakan peta pengembangan sembilan
kotakuntuk menentukan kebutuhan pengembangan pegawai berdasarkan hasil pemetaan.

B. Perilaku Kompeten
1. Aparatur Sipil Negara harus mempunyai kinerja yang berakhlak dan tunduk pada etika
profesi sebagai pelayan publik.
2. Peningkatan kompetensi diri ASN melalui pendekatan heutagogi, menggunakan sumber
pembelajaran dari internet dan jejaring informal.
3. Aparatur Sipil Negara pembelajar membantu orang lain belajar melalui sosialisasi, forum
terbuka, dan repositori pengetahuan.
4. Aparatur Sipil Negara harus melakukan kerja terbaik dengan mengembangkan
pengetahuan menjadi karya dan menghadapi perubahan lingkungan dengan komitmen
berkarya terbaik.

Harmonis
Mewujudkan Suasana Harmonis dalam Lingkungan Kerja dan Memberikan Layanan kepada
Masyarakat
Pengertian Nilai Dasar Harmonis dalam Pelayanan ASN adalah pemahaman mengenai
harmoni dan kepentingannya dalam lingkungan kerja ASN. Harmoni diartikan sebagai
memiliki perpaduan yang menyenangkan antara nada-nada. Harmoni dalam konteks ini
merujuk pada keselarasan, keserasian, dan ketertiban dalam menjalankan tugas sebagai
ASN. Pentingnya suasana harmonis dalam lingkungan kerja terletak pada pengaruh
positifnya terhadap produktivitas, hubungan internal, dan kinerja secara keseluruhan.
Suasana harmonis dapat diciptakan melalui beberapa langkah, seperti menciptakan
tempat kerja yang berenergi, memberikan keleluasaan untuk belajar dan berkontribusi, serta
berbagi kebahagiaan bersama. Kultur tempat kerja yang harmonis juga dapat dibangun
melalui penerapan etika publik. Etika publik merupakan refleksi tentang standar dan norma
yang menentukan perilaku, tindakan, dan keputusan dalam menjalankan tanggung jawab
pelayanan publik.
Perilaku dan tindakan ASN diatur oleh kode etik. Kode etik ASN mencakup berbagai
aspek, seperti menjalankan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi,
melaksanakan tugas sesuai peraturan perundang-undangan, menjaga kerahasiaan kebijakan
negara, menggunakan kekayaan negara secara bertanggung jawab, dan lain sebagainya.
Perilaku ASN yang mencerminkan sikap harmonis antara lain adalah toleransi, empati,
dan keterbukaan terhadap perbedaan. Perubahan mindset yang diperlukan dalam reformasi
birokrasi adalah mengubah pandangan bahwa birokrasi hanya sebagai sarana untuk
memuaskan pimpinan, tetapi harus melayani dengan baik dan meningkatkan kinerja
organisasi secara keseluruhan.

Loyal
A. Konsep Loyal
Pemerintah meluncurkan Core Values ASN BerAKHLAK dan Employer Branding
sebagai penguatan budaya kerja ASN menuju pemerintahan berkelas dunia. Loyalitas
menjadi nilai penting yang harus dimiliki oleh setiap ASN. Loyalitas dapat diukur melalui
taat pada peraturan, bekerja dengan integritas, tanggung jawab pada organisasi, kerja sama,
rasa memiliki yang tinggi, hubungan antar pribadi, kesukaan terhadap pekerjaan,
keberanian menyatakan ketidaksetujuan, dan menjadi teladan. ASN harus berdedikasi dan
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Kata kunci untuk panduan perilaku loyal
adalah komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme, dan pengabdian (KoDeKoNasAb).
Membangun rasa memiliki, meningkatkan kesejahteraan, memenuhi kebutuhan rohani,
memberikan kesempatan peningkatan karir, dan evaluasi berkala penting dilakukan. ASN
harus mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi dan memperkuat
wawasan kebangsaan serta nasionalismenya.

B. Panduan Perilaku Loyal


Undang-Undang ASN menegaskan pentingnya nilai dasar, kode etik, dan kewajiban
ASN. Core Value ASN BerAKHLAK merumuskan nilai Loyal dengan 3 panduan perilaku.
Loyalitas warga negara, termasuk PNS, dapat terwujud dengan menerapkan Nilai-Nilai
DasarBela Negara, seperti cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, setia pada
Pancasila,rela berkorban, dan kemampuan awal bela negara.

C. Loyal dalam Konteks Organisasi Pemerintah


Sikap loyal PNS tercermin dari komitmen dalam sumpah/janji saat diangkat. Disiplin
PNS adalah patuh pada kewajiban dan menghindari larangan. Pemerintah mengeluarkan
aturan disiplin PNS. ASN memiliki fungsi pelaksana kebijakan, pelayan publik, dan perekat
bangsa. Implementasi nilai loyal dalam kehidupan ASN melibatkan pemahaman dan
pengamalan nilai Pancasila sebagai bagian dari organisasi pemerintah dan masyarakat.

Adaptif
A. Memahami Adaptif
Adaptasi adalah kemampuan penting bagi individu dan organisasi dalam
mempertahankan kelangsungan hidup. Inovasi dan kreativitas diperlukan dalam
beradaptasi. Pemikiran kritis dan kreatif memainkan peran dalam adaptasi individu.
Organisasi perlu memiliki karakter adaptif untuk menjalankan tugas dan fungsi. Penerapan
budaya adaptif melibatkan tujuan organisasi, kepercayaan, tanggung jawab, kepemimpinan,
dan lainnya. Kampanye budaya adaptif ASN bertujuan membangun karakter adaptif pada
individu untuk mencapai tujuan organisasi.

B. Panduan Perilaku Adaptif


Perilaku adaptif penting dalam mencapai tujuan individu dan organisasi, terutama
dalam situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Organisasi
adaptifmampu merespon perubahan lingkungan dan harapan stakeholder dengan cepat dan
fleksibel. Budaya organisasi yang tepat dapat meningkatkan efektivitas dan kinerja.
Pemberdayaan budaya organisasi menjadi alat untuk menghasilkan sumber daya manusia
berkualitas dan mencapai tujuan organisasi.

C. Adaptif dalam Konteks Organisasi Pemerintah


Grindle mengukur pengembangan kapasitas pemerintah adaptif melalui pengembangan
sumber daya manusia, penguatan organisasi, dan pembaharuan institusional. Pemerintah
Singapura menerapkan dynamic governance dengan tiga kemampuan kognitif proses
pembelajaran: berpikir ke depan, berpikir lagi, dan berpikir lintas. Liisa Välikangas
memperkenalkan pemerintah tangguh yang melibatkan kecerdasan organisasi, sumber
daya, desain, adaptasi, dan budaya.

Kolaboratif
A. Konsep Kolaborasi
Kolaborasi adalah aliansi antara perusahaan untuk menjadi lebih kompetitif melalui
pengembangan rutinitas bersama. Kolaborasi pemerintahan melibatkan norma bersama dan
interaksi saling menguntungkan antara aktor pemerintahan, dengan tujuan membuat atau
mengimplementasikan kebijakan publik. Kriteria penting untuk kolaborasi termasuk
keikutsertaan aktor non-pemerintah, pertemuan formal yang diatur secara kolektif, dan
fokus pada kebijakan publik atau manajemen. Whole of Government (WoG) adalah
pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya kolaboratif dari
seluruh sektor, dengan tujuan mencapai tujuan bersama. Pendekatan ini menghilangkan
sekat-sekat sektoral dan melibatkan semua aktor untuk mencapai tujuan bersama. Tahapan
assessment tata kelola kolaborasi meliputi mengidentifikasi masalah, merencanakan aksi,
dan mendiskusikan strategi. Pemilihan kepemimpinan yang tepat dan fasilitatif penting
dalam kolaborasi pemerintahan.

B. Praktik dan Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintah


Praktik dan Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintah mencakup Panduan Perilaku
Kolaboratif dan kolaborasi dalam konteks organisasi pemerintah. Beberapa aspek normatif
kolaborasi pemerintahan juga terdapat dalam diskusi ini. Studi kasus kolaboratif juga
menjadi bagian penting dalam pemahaman kolaborasi pemerintah. Praktik kolaboratif
melibatkan panduan perilaku yang mengarah pada interaksi yang saling menguntungkan
antara aktor pemerintahan. Kolaborasi dalam konteks organisasi pemerintah melibatkan
proses pengambilan keputusan kolektif dan implementasi kebijakan publik. Aspek normatif
kolaborasi pemerintahan meliputi pertimbangan etika, transparansi, akuntabilitas, dan
partisipasi publik. Melalui studi kasus, praktik dan aspek normatif kolaborasi pemerintah
dapat dipahami secara lebih mendalam.
AGENDA 3

Smart ASN

A. Literasi Digital
Kepala negara menegaskan pentingnya pembangunan SDM dan persiapan kebutuhan
SDM talenta digital di Indonesia. Literasi digital memainkan peran penting dalam
meningkatkan kemampuan kognitif manusia di era digital. Kerangka kerja literasi digital
terdiri dari kurikulum digital skill, digital safety, digital culture, dan digital ethics. Ada lima
langkah yang harus dijalankan untuk mendukung percepatan transformasi digital, seperti
perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital, roadmap transportasi digital, integrasi
Pusat Data Nasional, persiapan kebutuhan SDM talenta digital, dan persiapan terkait
regulasi dan pembiayaan transformasi digital. Literasi digital melibatkan pemahaman
tentang sumber informasi, perkembangan teknologi, dan implikasinya secara sosial, politik,
dan ekonomi. Menurut UNESCO, literasi digital melibatkan kemampuan mengakses,
mengelola, memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan
menciptakan informasi secara aman melalui teknologi digital. Skor indeks Literasi Digital
masyarakat Indonesia masih perlu ditingkatkan. Roadmap Literasi Digital 2021-2024
menjadi panduan untuk mengatasi persoalan transformasi digital, dan kurikulum literasi
digital harus mencakup kecakapan digital, budaya digital, etika digital, dan keamanan
digital.

B. Pilar Literasi Digital


Literasi digital tidak hanya tentang kemampuan teknologi, tetapi juga mengacu pada
kecakapan pengguna media digital secara produktif. Empat pilar literasi digital adalah etika,
budaya, keamanan, dan kecakapan bermedia digital. Etika bermedia digital melibatkan tata
kelola etika digital dalam kehidupan sehari-hari. Budaya bermedia digital melibatkan
pembangunan wawasan kebangsaan dan nilai-nilai Pancasila. Keamanan bermedia digital
melibatkan kesadaran dan keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Kecakapan
bermedia digital melibatkan penggunaan perangkat keras dan perangkat lunak TIK dalam
kehidupan sehari-hari.
Kecakapan di dunia digital, perlu ditingkatkan pengetahuan tentang perangkat keras,
mesin telusur, aplikasi chat, media sosial, dompet digital, dan e-commerce. Dalam etika di
dunia digital, perlu ditingkatkan pengetahuan tentang peraturan, etika berinternet,
membedakan informasi, dan bertransaksi secara elektronik. Dalam budaya di dunia digital,
perlu ditingkatkan pengetahuan tentang Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, bahasa Indonesia,
dan perilaku konsumsi yang sehat. Dalam aman bermedia digital, perlu ditingkatkan
pengetahuan tentang proteksi perangkat keras, identitas digital, pencarian informasi valid,
fitur keamanan platform digital, dan perlindungan diri dari penipuan.

C. Implementasi Literasi Digital dan Implikasinya


Dunia digital telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari kita. Kami
sering menggunakan berbagai fasilitas dan aplikasi pada perangkat gawai untuk mencari
informasi dan mencari solusi untuk masalah sehari-hari. Penggunaan internet oleh
masyarakat Indonesia mencapai 7 jam 59 menit per hari, melebihi rata-rata global 6 jam 43
menit (APJII, 2020). Selama pandemi COVID-19, mayoritas masyarakat Indonesia bahkan
menghabiskan lebih dari 8 jam sehari untuk mengakses internet. Kebiasaan baru dalam
belajar dan bekerja dari rumah secara daring telah membentuk perilaku berinternet kita.
Literasi digital menjadi kemampuan yang sangat penting untuk melindungi hak-hak digital
setiap individu dalam masyarakat.

Manajemen ASN

A. Kedudukan, Peran, Hak dan Kewajiban, dan Kode Etik ASN


Manajemen ASN bertujuan untuk menghasilkan pegawai yang profesional, etis, bebas
dari intervensi politik, dan terbebas dari korupsi. Fokus utama manajemen ASN adalah
mengatur profesi pegawai agar selaras dengan perkembangan zaman. Pegawai ASN terdiri
dari PNS dan PPPK. Sebagai aparatur negara, pegawai ASN menjalankan kebijakan
instansi pemerintah tanpa pengaruh politik. Fungsi pegawai ASN adalah melaksanakan
kebijakan publik, melayani masyarakat, dan mempersatukan bangsa. ASN memiliki hak
dan kewajiban dalam menjalankan tugasnya dengan baik. Profesi ASN didasarkan pada
kode etik dan perilaku yang bertujuan menjaga martabat dan kehormatan ASN sesuai
dengan UU ASN.

B. Konsep Sistem Merit Dalam Pengelolaan ASN


Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan
organisasi dengan transparansi, akuntabilitas, objektivitas, dan keadilan. Langkah-langkah
konkret dapat dilakukan, seperti perencanaan kebutuhan yang transparan, informasi kepada
masyarakat, dan seleksi yang objektif. Ini memastikan instansi pemerintah mendapatkan
pegawai yang tepat dan berintegritas. Setelah rekrutmen, sistem pengelolaan pegawai harus
mencerminkan prinsip merit, dimana semua proses didasarkan pada objektivitas dan
keadilan.Jaminan sistem merit pada semua aspek pmenciptakan lingkungan kondusif untuk
pembelajaran dan kinerja, dengan penghargaan bagi yang berkinerja baik dan bantuan bagi
yang membutuhkan peningkatan kinerja.

C. Mekanisme Pengelolaan ASN


Manajemen ASN terdiri dari manajemen PNS dan manajemen PPPK. Manajemen PNS
meliputi berbagai aspek seperti kebutuhan, pengadaan, pangkat, pengembangan karier,
promosi, penilaian kinerja, gaji, penghargaan, disiplin, dan perlindungan. Manajemen
PPPK mencakup kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, gaji, pengembangan
kompetensi, disiplin, pemutusan hubungan kerja, dan perlindungan. Pengisian jabatan
pimpinan tinggi dilakukan secara terbuka dan kompetitif dengan mempertimbangkan
kompetensi, kualifikasi, pendidikan, rekam jejak, integritas, dan persyaratan lain yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pejabat pembina kepegawaian tidak dapat
mengganti pejabat pimpinan tinggi dalam waktu 2 tahun kecuali ada pelanggaran atau tidak
memenuhi syarat. Penggantian pejabat pimpinan tinggi sebelum 2 tahun memerlukan
persetujuan Presiden. Terdapat korps profesi untuk pegawai ASN dengan tujuan menjaga
etika, standar pelayanan, dan mempersatukan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai