Anda di halaman 1dari 10

MOOC PPPK 2023

MASSIVE OPEN ONLINE COURSE


PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA
TAHUN 2023

JURNAL

Disusun Oleh:
Nama : Ashadi Syamsur Iqbal, A.Md.Kep

NIP : 198811012022211001

Instansi : Pemerintah Kabupaten Lombok Timur

Unit Kerja : UPT BLUD Puskesmas Suela Lombok Timur

Jabatan : Pelaksana / Terampil Perawat


Materi yang disampaikan melalui sistem Massive Open Online Course
(MOOC) PPPK 2023 terdiri dari beberapa materi diantaranya adalah Materi
Kebijakan, Agenda I Sikap Perilaku Bela Negara, Agenda II Nilai-Nilai Dasar PNS, dan
Agenda III Kedudukan dan Peran PNS Dalam NKRI. Jabaran dan penjelasan materi
MOOC Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja adalah sebagai berikut.

MATERI I

Sambutan Kepala Lembaga Administrasi Negara Oleh Dr.Adi Suryanto, M.Si

Saat ini Indonesia tengah berbenah menyongsong Indonesia Emas 2045 dan
Era Revolusi Industri 4.0 tentang tantangan global, menuntut supaya kita cepat
beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Dalam hal ini MOOC, dimanfaatkan
untuk belajar yang tidak terbatas pada interaksi fisik, namun dapat dilakukan
secara mandiri dan dikembangkan dalam skema pembelajaran kolaboratif,
aktualisasi dan penguatan secara klasikal, menjadikan pondasi penting untuk
mewujudkan ASN melalui latihan dasar(latsar) sebagai bekal menghadapi
tantangan dunia yang semakin kompleks. MOOC juga diharapkan dapat menjadi
learning platform bagi ASN secara nasional untuk mencetak ASN yang unggul dan
kompeten untuk menuju birokrasi berkelas dunia dan menuju Indonesia Emas 2045
dapat terwujud.

MATERI II

Pengembangan Kompetensi ASN oleh Dr. Muhammad Taufiq, DEA. Deputi


Kebijakan Pengembangan Kompetensi ASN LAN RI

Menjadi sebuah Kebanggaan sebagai ASN karena dapat melayani Bangsa


Indonesia. Penguasaan Core Value bagi ASN dan employer branding yang dikenal
dengan singkatan BerAKHLAK (Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten,
Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif). Mengandalkan (Kemampuan Berinovasi)
Penguasaan Core Value dan penguasaan literasi digital (SMART ASN) Selamat
belajar dan semangat untuk terus mengembangkan diri secara berkelanjutan
supaya menjadi ASN yang unggul dan mendukung daya saing bangsa.

MATERI III

Penyelenggaraan PPPK oleh Erna Irawati, S.Sos, M.Pol., Adm. Kepala Pusat
Pembinaan Program dan Kebijakan Pengembangan Kompetensi ASN LAN RI

Menjelaskan bahwa Manajemen Penyelenggaraan PPPK (P3K) dituntut belajar


mandiri pada materi MOOC dan nantinya akan ada evaluasi, meyakinkan bahwa
telah memahami semua materi dalam pembelajaran orientasi P3K.
Pembelajarannya dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Sikap Perilaku Bela Negara
2. Nilai-Nilai rol Value dalam penyelenggaraan pemerintahan
3. Kedudukan dalam penyelenggaraan pemerintahan.

AGENDA I
SIKAP PERILAKU BELA NEGARA
Modul 1: Wawasan Kebangsaan Dan Nilai-Nilai Bela Negara

Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka


mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
(nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang
bersumber dari (1) Pancasila, (2) UUD NRI 1945, (3) NKRI, (4) Bhinneka Tunggal Ika,
guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi
mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.

Nilai-Nilai Bela Negara:

1. Sejarah Bela Negara


Pada tanggal 18 Desember 2006 Presiden Republik Indonesia Dr.H. Susilo
Bambang Yudhoyono menetapkan tanggal 19 Desember sebagai Hari Bela Negara.
Dengan pertimbangan bahwa tanggal 19 Desember 1948 merupakan hari
bersejarah bagi bangsa Indonesia karena pada tanggal tersebut terbentuk
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dalam rangka mengisi kekosongan
kepemimpinan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka
bela Negara serta dalam upaya lebih mendorong semangat kebangsaan dalam bela
negara dalam rangka mempertahankan kehidupan berbangsa dan bernegara yang
menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan.

2. Ancaman
Ancaman adalah adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri
maupun luar negeri yang bertentangan dengan Pancasila dan mengancam atau
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa.

3. Kewaspadaan Dini
Dilakukan untuk mengantisipasi berbagai dampak ideologi, politik, ekonomi,
sosial, dan budaya yang bisa menjadi ancaman bagi kedaulatan, keutuhan NKRI dan
keselamatan bangsa.

4. Pengertian Bela Negara


Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara,
baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai
Ancaman.

5. Nilai Dasar Bela Negara


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela
Negara meliputi: (1) Cinta tanah air, (2) Sadar berbangsa dan bernegara, (3) Setia
pada Pancasila sebagai ideologi Negara, (4) Rela berkorban untuk bangsa dan
Negara, (5) Kemampuan awal Bela Negara.

6. Indikator Nilai Dasar Bela Negara


Indikator nilai dasar negara terdiri dari: (1) Indikator cinta tanah air, (2)
Indikator sadar berbangsa dan bernegara, (3) Indikator setia pada Pancasila Sebagai
ideologi Bangsa, (4) Indikator kemampuan awal Bela Negara.

7. Aktualisasi Kesadaran Bela Negara bagi ASN


Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea
ke-4 Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(UUD 1945), diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih
dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan
publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan
dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. ASN memiliki
kewajiban untuk mengimplementasikan dalam pengabdian sehari hari.

Modul 2: Analisis Isu Kontemporer

Perubahan adalah sesuatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari, menjadi


bagian yang selalu menyertai perjalanan peradaban manusia. Cara kita menyikapi
terhadap perubahan adalah hal yang menjadi faktor pembeda yang akan
menentukan seberapa dekat kita dengan perubahan tersebut, baik pada perubahan
lingkungan individu, keluarga (family), Masyarakat pada level lokal dan regional
(Community/ Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global).
Dengan memahami penjelasan tersebut, maka yang perlu menjadi fokus
perhatian adalah mulai membenahi diri dengan segala kemampuan, kemudian
mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki dengan memperhatikan modal
insani (manusia) yang merupakan suatu bentuk modal (modal intelektual,
emosional, sosial, ketabahan, etika/moral, dan modal kesehatan (kekuatan)
fisik/jasmani) yang tercermin dalam bentuk pengetahuan, gagasan, kreativitas,
keterampilan, dan produktivitas kerja.
Terdapat beberapa isu-isu strategis kontemporer yang telah menyita ruang
publik harus dipahami dan diwaspadai serta menunjukan sikap perlawanan
terhadap isu-isu tersebut. Isu-isu strategis kontemporer yang dimaksud yaitu:
korupsi, narkoba, terorisme dan radikalisasi, tindak pencucian uang (money
laundring), dan proxy war dan isu Mass Communication dalam bentuk Cyber Crime,
Hate Speech, dan Hoax. Strategi bersikap yang harus ditunjukan adalah dengan
cara-cara objektif dan dapat dipertanggungjawabkan serta
terintegrasi/komprehensif. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan berpikir kritis,
analitis, dan objektif terhadap satu persoalan, sehingga dapat merumuskan
alternative pemecahan masalah yang lebih baik dengan dasar analisa yang matang.
Menjadi PNS yang profesional memerlukan pemenuhan terhadap beberapa
persyaratan berikut: (1)Mengambil Tanggung Jawab, (2) Menunjukkan Sikap Mental
Positif, (3) Mengutamakan Keprimaan, (4) Menunjukkan Kompetensi, (5)
Memegang Teguh Kode Etik.

Modul 3: Kesiapsiagaan Bela Negara

Kesiapsiagaan yang dimaksud adalah kesiapsiagan ASN dalam berbagai


bentuk pemahaman konsep yang disertai latihan dan aktvitas baik fisik maupun
mental untuk mendukung pencapaian tujuan dari Bela Negara dalam mengisi dan
menjutkan cita cita kemerdekaan. Adapun berbagai bentuk kesiapsiagaan dimaksud
adalah kemampuan setiap ASN untuk memahami dan melaksanakan kegiatan olah
rasa, olah pikir, dan olah tindak dalam pelaksanaan kegiatan keprotokolan yang di
dalamya meliputi pengaturan tata tempat, tata upacara (termasuk kemampuan
baris berbaris dalam pelaksaan tata upacara sipil dan kegiatan apel), tata tempat,
dan tata penghormatan yang berlaku di Indonesia sesuai peraturan perundangan-
undangan yang berlaku.
Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari-hari di zaman sekarang
di berbagai lingkungan:
1. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga. (lingkungan
keluarga)
2. Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga)
3. Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan pelatihan) Kesadaran
untuk menaati tata tertib pelatihan (lingkungan kampus/lembaga pelatihan)
4. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat (lingkungan
masyarakat)
5. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan masyarakat)
6. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara)
7. Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara).

AGENDA II
NILAI-NILAI DASAR PNS

Modul 1: Berorientasi Pelayanan

Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan


memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan
bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait
dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya
penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien masyarakat, birokrasi wajib
mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat.
Citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat dengan perilaku melayani
dengan senyum, menyapa dan memberi salam, serta berpenampilan rapih,
melayani dengan cepat dan tepat waktu, melayani dengan memberikan
kemudahan bagi Anda untuk memilih layanan yang tersedia, serta melayani dengan
dengan kemampuan, keinginan dan tekad memberikan pelayanan yangprima.
Pemberian layanan bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan
masyarakat sudah dapat terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan
diperbaiki agar mutu layanan yang diberikan dapat melebihi harapan pengguna
layanan. Layanan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan layanan hari esok
akan menjadi lebih baik dari hari ini (doing something better and better).

Modul 2: Akuntabel

Akuntabilitas dan Integritas banyak dinyatakan oleh banyak ahli administrasi


negara sebagai dua aspek yang sangat mendasar harus dimiliki dari seorang pelayan
publik. Namun, integritas memiliki keutamaan sebagai dasar seorang pelayan publik
untuk dapat berpikir secara akuntabel. Kejujuran adalah nilai paling dasar dalam
membangun kepercayaan publik terhadap amanah yang diembankan kepada setiap
pegawai atau pejabat negara.
Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri. Mekanisme ini
dapat diartikan secara berbeda-beda dari setiap anggota organisasi hingga
membentuk perilaku yang berbeda-beda pula. Contoh mekanisme akuntabilitas
organisasi, antara lain sistem penilaian kinerja, sistem akuntansi, sistem akreditasi,
dan sistem pengawasan (CCTV, finger prints, ataupun software untuk memonitor
pegawai menggunakan komputer atau website yang dikunjungi).
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja yang
akuntabel adalah: kepemimpinan, transparansi, integritas, tanggung jawab
(responsibilitas), keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan, dan konsistensi.
Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka
mekanisme akuntabilitas harus mengandung 3 dimensi yaitu Akuntabilitas
kejujuran dan hukum, Akuntabilitas proses, Akuntabilitas program, dan
Akuntabilitas kebijakan. Pengelolaan konflik kepentingan dan kebijakan gratifikasi
dapat membantu pembangunan budaya akuntabel dan integritas di lingkungan
kerja. Akuntabilias dan integritas dapat menjadi faktor yang kuat dalam
membangun pola pikir dan budaya antikorupsi.

Modul 3: Kompeten

Seiring dengan telah ditetapkannya ASN Branding dan nilai-nilai dasar ASN,
yaitu: “Bangga Melayani Bangsa” dan nilai dasar BerAKHLAK (Beroreintasi
Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Kolaboratif, dan Adaptif), setiap
ASN perlu mengamalkan nilai- nilai tesebut dalam pekerjaannya. Perubahan
lingkungan strategis dan tuntutan profesionalisme ASN tersebut diharapkan
melahirkan produk-produk kebijakan dan layanan publik yang berkualitas,
termasuk mewujudkan ASN BerAKHLAK.
Pengamalan nilai kompeten, meliputi:
1. Pemahaman terkait Tantangan Lingkungan Strategis meliputi isu-isu utama
terkait yaitu Vuca dan disrupsi teknologi, yang berpengaruh pada seluruh aspek
kehidupan termasuk penyesuaian pekerjaan ASN
2. Uraian Kebijakan pembangunan jangka menengah ke 4, tahun 2020-2025
termasuk sektor aparatur. Dalam uraian ini akan ditekankan pada aspek wujud
birokrasi birokrasi berkelas dunia dengan dicirikan SMART ASN
3. Pengembangan Kompetensi menguraikan tentang kebijakan pengembanganASN,
program dan pendekatan pengembangan ASN
4. Dalam uraian Perilaku Kompeten akan dijelaskan tentang aspek-aspek
profesonalitas ASN, termasuk pengamalan nilai kompeten sebagai bagian ciri
penting dalam konteks profesionalisme ASN.

Modul 4: Harmonis

Penerapan sikap perilaku yang menunjukkan ciri-ciri sikap harmonis. Tidak


hanya saja berlaku untuk sesama ASN (lingkup kerja) namun juga berlaku bagi
stakeholders eksternal. Sikap perilaku ini bisa ditunjukkan dengan sikap toleransi.
empati , keterbukaan terhadap perbedaan bekal menjadi ASN yang melayani publik
dengan memperhatikan kondisi yang harmonis dilingkungan bekerja. Keharmonisan
dapat tercipta secara individu, dalam keluarga, lingkungan bekerja dengan sesama
kolega dan pihak eksternal, serta dalam lingkup masyarakat yang lebih luas.
Harmonis ibarat suatu konser music yang menjadi dirigen dalam latsar BerAKHLAK.
ASN diharapkan mengedepankan terciptanya suasana harmonis dan menghindari
situasi disharmonis dalam menjalankan tugasnya.

Modul 5: Loyal

Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial”
yang artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal
dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan
lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi


untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain: Taat pada Peraturan, Bekerja
dengan Integritas, Tanggung Jawab pada Organisasi, Kemauan untuk Bekerja Sama,
Rasa Memiliki yang Tinggi, Hubungan Antar Pribadi, Kesukaan Terhadap Pekerjaan,
Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan, Menjadi teladan bagi Pegawai lain.
Loyal merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan
bangsa dan Negara.

Modul 6: Adaptif

Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu
maupun organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pada level
organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan keberlangsungan
organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penerapan budaya adaptif
dalam organisasi memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi,
tingkat kepercayaan, perilaku tanggung jawab, unsur kepemimpinan dan lainnya.
Dan budaya adaptif sebagai budaya ASN merupakan kampanye untuk membangun
karakter adaptif pada diri ASN sebagai individu yang menggerakkan organisasi
untuk mencapai tujuannya.

Modul 7: Kolaboratif

Kolaborasi juga sering dikatakan meliputi segala aspek pengambilan


keputusan, implementasi sampai evaluasi. Berbeda dengan bentuk kolaborasi
lainnya atau interaksi stakeholders bahwa organisasi lain dan individu berperan
sebagai bagian strategi kebijakan, collaborative governance menekankan semua
aspek yang memiliki kepentingan dalam kebijakan membuat persetujuan bersama
dengan “berbagi kekuatan”. (Taylo Brent and Rob C. de Loe, 2012).
Kolaboratif merupakan nilai dasar yang harus dimiliki oleh CPNS. Sekat-sekat
birokrasi yang mengkungkung birokrasi pemerintah saat ini dapat dihilangkan.
Calon ASN muda diharapkan nantinya menjadi agen perubahan yang dapat
mewujudkan harapan tersebut. Semua ASN Kementerian/Lembaga /Pemerintah
Daerah kemudian akan bekerja dengan satu tujuan yaitu kemajuan bangsa dan
negara Indonesia.
AGENDA III
KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI

Modul: SMART ASN

Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan


kebutuhan. SDM talenta digital, literasi digital berperan penting untuk
meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar
keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Kerangka kerja literasi
digital terdiri dari kurikulum digital skill, digital safety, digital culture, dan digital
ethics. Kerangka kurikulum literasi digital ini digunakan sebagai metode
pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai
teknologi digital.
Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus
dijalankan, yaitu:
1. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital
2. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-sektor strategis, baik di
pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor
kesehatan, perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran
3. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan
4. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital
5. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan
transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya.
Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar bagaimana
menggunakan komputer dan keyboard, atau cara melakukan pencarian online.
Literasi digital juga mengacu pada mengajukan pertanyaan tentang sumber
informasi itu, kepentingan produsennya, dan cara-cara di mana ia mewakili dunia
dan memahami bagaimana perkembangan teknologi ini terkait dengan kekuatan
sosial, politik dan ekonomi yang lebih luas.
Menurut UNESCO, literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses,
mengelola, memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan
menciptakan informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk
pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi
yang secara beragam disebut sebagai literasi komputer, literasi TIK, literasi
informasi dan literasi media.
Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020 menunjukkan bahwa rata-
rata skor indeks Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di kisaran 3,3.
Sehingga literasi digital terkait Indonesia dari kajian, laporan, dan survei harus
diperkuat. Penguatan literasi digital ini sesuai dengan arahan Presiden Joko
Widodo.
Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi,
dan Deloitte pada tahun 2020 menjadi panduan fundamental untuk mengatasi
persoalan terkait percepatan transformasi digital, dalam konteks literasi digital.
Sehingga perl dirumuskan kurikulum literasi digital yangterbagi atas empat area
kompetensi yaitu: kecakapan digital, budaya digital, etika digital, dan keamanan
digital.
Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet
dan media digital. Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan
penguasaan teknologi adalah kecakapan yang paling utama. Padahal literasi digital
adalah sebuah konsep dan praktik yangbukan ekadar menitikberatkan pada
kecakapan untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu, literasi digital juga banyak
menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan proses
mediasi media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020;
Kurnia & Astuti, 2017). Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital
yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu
bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu: (1) etika, (2) budaya, (3)
keamanan, dan (4) kecakapan dalam bermedia digital.
Etika bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam menyadari,
mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan
mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.
Budaya bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam membaca,
menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan,
nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam mengenali,
mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan
kesadaran keamanan digital dalam kehidupansehari-hari. Sementara itu,
kecakapanbermedia digital meliputi Kemampuan individu dalam mengetahui,
memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem
operasi digital dalam kehidupan sehari- hari.
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita.Berbagai
fasilitas dan aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari
informasi bahkan solusi dari permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan
internet harian masyarakat
Indonesia hingga tahun 2020 tercatat tinggi, yaitu 7 jam 59 menit (APJII,
2020). Angka ini melampaui waktu rata-rata masyarakat dunia yang hanya
menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya. Bahkan menurut hasil survei Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2020, selama pandemi COVID-
19 mayoritas masyarakat Indonesia mengakses internet lebih dari 8 jam sehari.
Pola kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah secara daring ikut
membentuk perilaku kita berinternet. Literasi Digital menjadi kemampuan wajib
yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi hak digital setiap
warga negara.

Modul 2: Manajemen ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN


yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu
tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: (a) Pegawai Negeri Sipil atau
yang disingkat PNS, dan (b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja atau yang
disingkat PPPK.
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negarayang menjalankan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari
pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Untuk menjalankan
kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut: (a)
Pelaksana kebijakan publik, (b) Pelayan publik, dan (c) Perekat dan pemersatu
bangsa.
Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat
meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka
setiap ASN diberikan hak. Setelah mendapatkan haknya maka ASN juga
berkewajiban sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. ASN sebagai profesi
berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku
ASNbertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode
perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam
penyelenggaraan birokrasi pemerintah.
Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian
tujuan dan sasaran organisasi dan memberikanruang bagi transparansi,
akuntabilitas, obyektivitas dan juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat
dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik dari sisi perencanaan kebutuhan yang
berupa transparansi dan jangkauan penginformasian kepada masyarakat maupun
jaminan obyektivitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi pemerintah
mendapatkan pegawai yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan
misinya.
Pasca recruitment, dalam organisasi berbagai sistem pengelolaan pegawai
harus mencerminkan prinsip merit yang sesungguhnya dimana semua prosesnya
didasarkan pada prinsip-prinsip yang obyektif dan adil bagi pegawai. Jaminan
sistem merit pada semua aspek pengelolaan pegawai akan menciptakan lingkungan
yang kondusif untuk pembelajaran dan kinerja. Pegawai diberikan penghargaan dan
pengakuan atas kinerjanya yang tinggi, disisi lain performers mengetahui dimana
kelemahan dan juga diberikan bantuan dari organisasi untuk meningkatkan kinerja.
Manajemen ASN terdiri dari Manajemen PNS dan Manajemen PPPK.
Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan,
pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian
kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan
pensiun dan hari tua, dan perlindungan. Manajemen PPPK meliputi: (1) penetapan
kebutuhan, (2) pengadaan (3) penilaian kinerja (4) penggajian dan tunjangan (5)
pengembangan kompetensi, (6) pemberian penghargaan, (7) disiplin (8) pemutusan
hubungan perjanjian kerja, dan (8) perlindungan.
Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian,
kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah
dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan
syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak
jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tingg
selama 2 (dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali
Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang -
undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.
Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun
dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden.
Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun.
Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian
memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. Kemudian KASN
melakukan pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik laporan
disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri.
Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang
diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan
tidak kehilangan status sebagai PNS Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps
profesi Pegawai ASN Republik Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi
ASN serta mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan
dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN
diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar-Instansi Pemerintah.
Sengketa Pegawai ASN diselesaikanmelalui upaya administratif. Upaya administratif
terdiri dari keberatan dan banding administratif.

Anda mungkin juga menyukai