Anda di halaman 1dari 18

UJIAN MATRIKULASI ANGKATAN XXXVIII

MATA KULIAH : WAWASAN KEBANGSAAN

DOSEN PENGAMPU: Prof. Dr. ERMAYA SURADINATA, SH, MH, MS

OLEH

NAMA : MAULANA
NOMOR ABSEN : 27

SEKOLAH PASCASARJANA
MAGISTER TERAPAN STUDI PEMERINTAHAN
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
JAKARTA
TAHUN 2022

BAGIAN I
FILSAFAT ETIKA DAN TEORI ETIKA

1.1. Filsafat Etika dan Perkembangannya

Secara umum filsafat adalah pemikiran yang mendalam dari ajaran tentang kebenaran dan
sering disebut tentang moral dan pemikiran secara logis digunakan untuk mencari ilmu, serta
pengetahuan yang sangat luas dan berkembang secara dinamis mengenai sesuatu.

Teori Etika

Filsafat yang merupakan landasan dalam mengembangkan etika mengajarkan tentang ilmu
pengetahuan dan etika mengembangkan kebenaran dalam kehidupan manusia dari ajaran moral
yang dinamis dan berubah terus menerus, sehingga diperlukan pedoman tentang cara pikir yang
benar atau sering disebut moral. Penulis dalam buku menyebut moral res-cogintans, sedangkan
etika disebut res-extansa ajaran yang diciptakan oleh manusia.

Mempelajari konsep dan teori etika pemerintahan dan geopolitik Indonesia diharapkan
antara lain dapat :

 Memahami pengertian filsafat dan falsafah etika pemerintahan dan geopolitik Indonesia
 Memahami perspektif etika pemerintahan, teori kepemimpinan dan etika kepemimpinan
nasional
 Memahami dan mengeti etika pemerintahan dan tata kelola pemerintahan yang baik
 Memahami dan mengerti dan melaksanakan etika reformasi birokrasi pemerintahan dan
kinerja birokrasi
 Memahami pengertian dan mengerti menilai pendekatan etika dalam proses organisasi
pemerintahan dan komunikasi dalam organisasi pemerintahan
 Memahami dan mengerti untuk melaksanakan disiplin dan kewajiban pegawai negeri

1.2. Filsafat dan Falsafah Etika Pemerintahan

Falsafah etika, mengajarkan landasan moral sebagai cara berfikir dalam mengikuti aturan
yang baik dalam berprilaku. Yang dimaksud ajaran mral disini adalah pengetahuan yang
mempelajari tentang kebenaran yang hakiki yang diajarkan oleh Tuhan kepada manusia untuk
dipatuhi dan dikerjakan dengan baik. Etika dari filsafat pilar utamanya adalah etika sosial dan
dibagi dalam dua pilar yaitu pilar etika yang bersifat mum dan pilar etika khusus.

1.2.1. Pilar Etika yang bersifat Umum

Etika umum dalam etika sosial adalah mempelajari keterkaitan setiap individu dalam
kehidupan sosial yang dapat bermakna bagi orang lain sehingga dapat dijadikan ukuran ataupun
keteladanan bagi individu lainnya, aktivitas yang baik tersebut dijadikan pedoman dan ukuran
berprilaku dalam kehidupan sosial.

1.2.2. Pilar Etika yang bersifat Khusus

Bagian dari etika sosial menekankan pada pembidangan karena adanya tujuan individu
maupun tujuan organisasi atau kelompok. Sehingga dapat kita lihat misalnya adanya etika
politik, etika pemerintahan, etika bisnis, dan etika lainnya.

Etika politik menjelaskan tentang pedoman dalam kehidupan politik yang baik, yaitu
adanya aturan untuk saling menghormati perbedaan pendapat dan mengemukakan
permasalahan dan solusi dari suatu pandangan tertentu dengan ucapan dan pendapat yang
santun. Etika pemerintahan proses penyelenggaraan pemerintahan negara baik pemerintah
pusat maupun daerah, sampai tingkat desa maupun kelurahan yang merupakan proses
keseluruhan.

1.3. Landasan Etika dan Teori Kepemimpinan

Keterkaitan etika denga kepemimpinan sangat penting untuk dijadikan landasan cara
berpikir seorang pemimpin. Berbagai macam landasan etika dan teori kepemimpinan di dunia
telah dikembangkan antara lain :

a. Teori Pembawaan
b. Teori Perilaku
c. Teori Kepemimpinan Sosial
d. Teori Kepemimpinan Contingency
e. Teori Kepemimpinan Prestasi
f. Teori Kepemimpinan Modern
g. Teori Kepemimpinan Budaya

1.4. Etika Kepemimpinan Nasional

Ada delapan problem bangsa untuk segera mendapatkan penyelsaian mendasar dari etika
kepemimpinan nasional yaitu :

1. Bidang ekonomi, Mencakup masalah pemerataan kesempatan kerja,renahnya tingkat


pendapatan dan kesejahteraan,hutang luar negeri,ketahanan pangan yang rentan.
2. Bidang Politik, mencakup masalah : KKN, Money politics,ancaman terhadap ideology
pancasila, tatanan politik yang belum baik.
3. Ketimpangan pembangunan antara kawasan barat dengan kawasan timur Indonesia
4. Bidang HANKAM, bahaya disintegrasi bangsa,kualitas dan kuantitas criminal yang
tinggi
5. Demokrasi, yang tidak beretika,dan tidak taat hukum
6. Sosial budaya, lunturnya rasa kebangsaaan dan jatidiri bangsa
7. Ilmu pengetahuan dan teknologi
8. Lingkungan, yang tidak lagi sepenuhnya mematuhi tata ruang nasional maupun daerah.

Kedelapan permasalahan tersebut merupakan bagian dari dampak globalisasi internasional


dan antara lain limbah dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara di era sebelum reformasi.

BAGIAN II

PERSPEKTIF ETIKA PEMERINTAHAN

2.1 Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung Sebagai Perwujudan Pengembangan Etika
Demokrasi Lokal

Untuk mengimplementasikan amanat UUD 1945 pada pasal 18 (4) dalam membangun
etika pemerintahan diperlukan yakni :
1) Filosofis, yang digunakan adalah keanekaragaman yaitu cara berfikir dalam kesatuan
2) Paradigm politik, menggunakan prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, hal ini
sangat relevan dengan semangat dan jiwa NKRI
3) Paradigma ekomomi, menekankan pada daya saing daerah dalam menghadapi
persaingan global melalui pemberdayaan masyarakat
4) Paradigm Administrasi, dengan menekankan perlunya efektivitas dan efisiensi, karena
keseluruhan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan harus didukung oleh kegiatan
administrasi dan kejujuran manusianya.
5) Pelayanan Pada Masyarakat, memberikan prioritas pada pelayanan masyarakat, guna
mewujudkan kesejahteraan masyarakat

2.2 Model Pemilihan Kepala Daerah

Model pilkada yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD)
sesuai dengan UU bukanlah kegiatan yang bersifat formalitas atau serimonial demokrasi dalam
memilih kepala daerah atau wakil kepala daerah, melainkan pilkada berperan sebagai media
dalam menghantarka rakyat menuju terselenggaranya pemerintahan daerah yang mampu dan
kuat,efektif,efisien, dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

2.3 Dampak Pilpres dan Pilkada terhadap Masyarakat

Memperhatikan fenomena sosial politik dalam pilpres dan pilkada kemungkinan


permasalahan yang timbul berdampak negative terhadap masyarakat,mencakup :

1. Pada tatanan pelaksanaan pilpres atau pilkada. Secara empiric menunjukan bahwa
aspirasi masyarakat sangat beragam dan tidak mustahil adanya pro dan kontra, dan
sangat mungkin terjadi benturan-benturan di dalam masyarakat.
2. Pada tataran Kebijaksanaan
3. Peran Kepemimpinan Pemerintahan dalam rangka mengamankan pemilu sangat penting
untuk diperhatika yaitu masyarakat semakin cerdas dalam kehidupan beremokrasi.
4. Perlunya dilakukan evaluasi terhadap pemilihan Kepala Daerah provinsi dalam rangka
efisiensi dan tetap hidup dalam demokrasi yang lebih dewasa
BAGIAN III

ETIKA PEMERINTAHAN DAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK


(GOOD GOVERNANCE)

3.1 Etika Pemerintahan dan Hukum

Keterkaitan etika dan Hukum dalam good governance diperlukan prinsip, mencakup :

1. Sistem hukum yang benar dan adil


2. Pemberdayaan prana hukum
3. Desentralisasi dalam penyusunan peraturan perundang-undangan,pengambilan
keputusan publik
4. Pengawasan masyarakat yang dilakukan oleh DPR, dunia pers, dan masyarakat umum
secara transparan, adil dan dapat dipertanggungjawabkan

3.2 Etika dan Asas Pemerintahan

Peran etika dan asas ilmu pemerintahan serta spiritual sangat penting bagi
kepemimpinan pemerintahan karena kepemimpinan dan spiritual sangat berpengaruh
terhadap kehidupan manusia dan alam sehari-hari sejak revolusi industri. Namun
masyarakat tetap membutuhkan “honest scientist” dan “independent science” yang secara
absolut dibutuhkan dalam kehidupan demokrasi. Asas pemerintahan merupakan pedoman
untuk dijadikan dalam penyelenggaraan pemerintahan,agar sesuai dengan aturan yang
berlaku pada tingkat nasional.
BAGIAN IV

ETIKA REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAHAN DAN KINERJA


ORGANISASI

4.1 Etika Reformasi Birokrasi Pemerintahan

Etika reformasi birokkrasi dalam memenangkan persaingan di era globalisasi yang


hyper competition, dapat dilakukan dengan meningkatkan kapabilitas baru yaitu budaya
birokrasi melalui keunggulan kecepatan pelayanan,kemampuan daya tanggap, kelincahan,
kemampuan pembelajaran dan kompetensi karyawan.

Setiap organisasi seharusnya membuat etika orfanisasi dalam bentuk cetak biru tentang
pengembangan kinerja yang berbasis warisan budaya, dengan tujuan untuk
mengembangkan kinerja berbasis budaya menjadi sumber kinerja baru. Dengan cetak biru
organisasi mampu merumuskan langkah sistematik dan kongkrit peningkatan kinerja, juga
dalam cetak biru memperkuat komitmen pengembangan kreatif.

4.2 Kinerja Organisasi

Kinerja organisasi tidak akan berkembang apabila perilaku organisasi tidak sesuai
dengan barang dan jasa dan atau masyarakat yang dilayani, pasar modal dan pasar tenaga
kerja. Budaya yang kuat yang tidak sesuai dengan arah perkembangan organisasi yang
dikaitkan dengan tantangan pengaruh globalisasi dalam lingkungan strategis, akan
membawa para professional organisasi.
BAGIAN V

PENDEKATAN ETIKA DALAM PROSES PEMERINTAHAN DAN


KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI PEMERINTAHAN

1.1 Pendekatan Etika Dalam Proses Pemerintahan

Dalam proses etika pemerintahan secara umum dimulai dari fungsi manajemen
pemerintahan sebagai sistem perencanaan, pergerakan, motivasi, pengangguran,
pengawasa, sampai pada evaluasi proses. Etika dibutuhkan dalam mengelola konflik
yang merupakan bagian dari proses kehidupan organisasi yang tidak dapat dihindari.
Konflik berakar dari karakteristik structural maupun kepribadian yang tidak cocok.

1.2 Etika Komunikasi dalam Organisasi Kemerdekaan

Secara umum dapat dikatakan etika komunikasi adalah aturan dalam informasi yang
dapat dimengerti, dari satu orang atau kelompok lainnya, (Dunham,1984 ; Davis &
Newtroms,1989).

Komunikasi dalam proses organisasi dapat terjadi melalui berbagai variasi cara yang
luas. Pengiriman komunikasi bertanggungjawab untuk dua buah tindakan yaitu :

1. Seleksi dari pesan yang dimaksud menerjemahkan pesan tersebut (encoding)


2. Selanjutnya mengirimkan pesan yang telah diterjemahkan tersebut ke arah penerima
dengan menempatkannya dalam saluran komunikasi yang berfungsi sebagai media fisik
untuk mentransmisikan pesan

1.3 Disiplin dan Kewajiban Pegawai Negeri Sipil

Disiplin merupakan kewajiban bagi setiap manusia dan hidupnya terlebih bagi PNS.
Yang dimaksud dengan kewajiban bagi PNS adalah mematuhi semua aturan bagi
PNS wajib :
1. Mengucapkan sumpah janji PNS
2. Mengucapkan sumpah atau janji jabatan
3. Setia dan taat sepenuhnya kepada pancasila,UUD NRI tahun 1945, NKRI, dan
pemerintah
4. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan
5. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS
6. Menjunjung tinggi kehormatan negara
7. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang ataupun
golongan
8. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus
dirahasiakan
9. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan negara
10. Masuk kerja dan menaati jam kerja

Abad 21 ini lahir “etika baru” yang bersifat universal yaitu tentang demokrasi,
penghargaan terhadap hak asasi manusia dan perhatian terhadap pelestarian lingkungan hidup,
yang menjadi pedoman bagi setiap pemerintahan negara di dunia ini dan kecenderungan
menjadi persyaratan legitimasi sebuah negara

BAGIAN VI

STRATEGI ETIKA POLITIK DAN IMPLEMENTASI

GOOD GOVERNANCE
6.1 Lingkungan Strategi Dunia

Atmosfir etika politik dunia semakin cepat berubah seiring perubahan sosial dan alam.
Abad 21 telah dimulai, terlebih di awal tahun 2011 kita sedang menyaksikan revolusi sosial,
demokrasi, reformasi, hak asasi manusia dan lingkungan, sehingga setiap negara dibutuhkan
suatu sistem politik yang kuat dalam menjalankan tata pemerintahan yang baik.

Struktur-struktur pemerintahan dalam geraknya memerlukan energy dan juga


mengeluarkan enrgi yang merupakan nilai tambah dari upaya bernegara. Dalam hal ini
dianggap sebagai organisme hidup seperti halnya sebuah badan usaha, sehingga dibutuhkan
good governance yang dilandadi oleh jati diri bangsa Indonesia yaitu melalui pembangunan
karakter bangsa.

6.2 Keterkaitan Politik dan Hukum

Membangun sistem politik yang beretika sejalan dengan restorasi demokrasi diharap
dapat menghasilkan kepemimpinan nasional yang dapat mampu menjamin stabilitas nasional,
membawa bangsa Indonesia yang siap dalam persaingan dengan bangsa-bangsa lain di dunia,
yang berlandaskan pada jati diri dan budaya bangsa sendiri.

Keterkaitan Politik dan hukum dalam good governance diperlukan prinsip, mencakup :

1. Sistem hukum yang benar dan adil, mencakup hukum nasional, hukum adat, dan etika
kemasyarakatan
2. Pemberdayaan prana hukum, meliputi kepolisian, kejaksaan, pengadilan, lembaga
permasyarakatan, asosiasi bantuan hukum, pengacara dan lain-lain
3. Desentralisasi dalam penyusunan peraturan perundang-undangan, pengambilan
keputusan public, dan lain-lain yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat
secara luas
4. Pengawasan masyarakat yang dilakukan oleh DPR, dunia pers, dan masyarakat umum
secara transparan, adil dan dapat dipertanggungjawabkan.

6.3 Akuntabilitas Kepemimpinan Dalam Mewujudkan Good Governance

Prinsip akuntabilitas bangsa perlu diwujudkan dengan upaya adanya :


1. Prosedur mekanisme kerja yang jelas, tepat dan benar, yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan dengan mengutamakan pelayanan kepada masyarakat
2. Mampu mempertanggungjawabkan hasil kerja, terutama yang berkaitan dengan
kepentingan masyarakat umum
3. Memberikan sanksi yang tegas terhadap aparat yang melanggar hukum

6.4 Hambatan dan Tantangan

Dibutuhkan adanya prinsip keterbukaan, sehngga diperlukan upaya :

1. Menumbukan iklim yang kondusif bagi terlaksananya asas desentralisasi dan


transparansi
2. Menjunjung tinggi hak asasi manusia, seperti hak untuk hidup layak, hak akan rasa
aman dan nyaman, persamaan kedudukan dalam hukum dan kesetaraan sesuai dengan
statusnya
3. Memberikan informasi yang benar,jujur,dan tidak diskriminatif
4. Kebebasan pers

6.5 Kapbilitas Sistem Pemerintahan

Dalam kapabilitas diperlukan adanya prinsip etika profesionalitas, oleh karena itu
dibutuhkan adanya :

1. Sumber daya manusia yang memiliki profesionalitas dan kapabilitas yang memadai,
netral dan didukung oleh etika dan moral sesuai denga budaya bangsa Indonesia dan
kemajemukannya
2. Memiliki kemampuan kompetensi dank ode etik peraturan perundang-undangan yang
berlaku
3. Menerapkan prinsip-prinsip meriet sistem dilingkungan biroksasi pemerintahan
4. Modernisasi administrasi negara dengan mengaplikasikan teknologi telekomunikasi dan
informatika yang tepat guna

6.6 Keserasian Keseimbangan Politik


Didalam kenyataannya tindakan penyeimbanga antara kemakmuran dan keadilan ini
dapat terwujud sebagai tindakan dimana setiap kali diperoleh kemajuan pendapatan dan hasil
yang meningkat, maka akan serta merta diikuti oleh adanya sistem perpajakan dan sistem
retribusi pendapatan yang sesuai dalam tingkat profesinya.

6.7 Keserasian Keseimbangan Dunia dengan Etika Politik Indonesia

“Apabila tingkat kekecewaan dan tingkat ketidakpercayaan terhadap lembaga-lembaga


resmi ini akhirnya berkulminasi, maka bisa saja terjadi condition of no confidence dan
condition of distrust yang dapat bereskalasi sampai dengan melahirkan aksi-aksi ekstra-
parlementer berupa demonstrasi sampai dengan upaya penggulingan kekuasaan”

6.8 Peran Good Governance dalam pembangunan karakter bangsa Indonesia

Tata pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang sangat menyadari kegiatannya
dalam etika pemerintahan melibatkan berbagai elemen bangsa termasuk memahami keadaan
dan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang sangat dinamis.

Oleh karena itu prinsip dasar etika pemerintahan dan tata pemerintahan yang perlu
diperhaitkan antara lain adalah mencakup :

1. Prinsip kepastian hukum


2. Prinsip keterbukaan
3. Prinsip akuntabilitas
4. Prinsip profesionalitas
5. Prinsip kebhinekaan NKRI

BAGIAN VII

RTIKA PEMERINTAHAN DAERAH


7.1 Etika dalam pemerintahan daerah

Landasan etika pemerintahan daerah berdasarkan pancasila dan UUD NRI pasal 18 ayat
(1) yang menyatakan, “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,kabupaten,kota
itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dalam undang-undang.

7.2 Administrasi dan Pemerintahan

a. Ilmu Administrasi
Administrasi adalah suatu proses secara rasionalitas yang melibatkan manusia dengan
unsur-unsurlainnya sebagai suatu sistem untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Ilmu Pemerintahan
Ilmu Pemerintahan adalah pengetahuan yang mempelajari tentang keseluruhan kegiatan
pengurusan atau pengelolaan negara oleh semua lembaga atau instansi pemegang
kekuasaan negara. Pemerintahan dalam erti luas mencakup semua sub-sistem yang ada
dalam sistem pemerintahan negara beik dibidang eksekutif, legislative, yudikatif maupun
bidang kehidupan masyarakatnya

7.3 Etika Administrasi dan Pemerintahan

Pengembangan etika administrasi dan pemerintahan secara universal dapat


dikelompokkan menjadi dua pandangan dari sudut ilmu pengetahuan yaitu :

1. Ditinjau pengembangan anglo saxon, banyak dikembakan dari sisi political science,
politics dan the science of government. Selanjutnya governmental science mencakup
public administration, business administration, personil administration,financial
administration, economic of government, maupun development administration.
2. Ditinjau dari pengembangan continental, dikembangkan antaralain politikologi, politik.
Sedangkan governmental sciencenya mencakup pengembangan administratiefrecht.i
7.4 Perkembangan Administrasi Publik, Pemerintahan Daerah dan Permasalahannya

Dalam memahami perkembangan mutakhir ilmu administrasi public, diperlukan filsafat


dan falsafah kebijaksanaan yaitu merupakan “ketepatan bersikap mengambil keputusan dan
bertindak berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta pengertian dari
pikir yang mendalam mengenai objeknya.”

Strategi ilmu administrasi public dan konsep manajemen pemerintahan yang berbasis
kebutuhan daerah mengandung rumusan 3 pilar yaitu means (sarana), ways (cara), dan ends
(tujuan). Ketiga pilar tersebut bermuatan yang sangat objektif dan berlaku universal. Akan
tetapi dalam prakteknya pengaruh lain sangat dominan, sehingga obyektifitas terpenetrasi oleh
tiga phenomena yaitu : Unsur Politis, Unsur watak bangsa dan watak pemimpin maupun watak
yang merumuskan analisis strategis, unsur yang lainnya adalah phenomena ekologi, dan
lingkungan strategis.

BAGIAN VIII

ETIKA PEMAHAMAN GEOPOLITIK INDONESIA DAN IDEOLOGI


KEBANGSAAN : PANCASILA, UUD NRI TAHUN 1945, KEBHINEKAAN, NKRI,
DIKAJI DARI ASPEK KONSTITUSI

8.1 Umum
Kebangsaan Indonesia sebenarnya terdiri atas tiga unsur geopolitik yaitu :
1. Rasa Kebangsaan
2. Paham kebangsaan
3. Semangat kebangsaan

Ketiganya menyatu secara utuh menjadi jiwa bangsa Indonesia dan sekaligus
mendorong tercapainya cita-cita proklamasi. Rasa kebangsaan adalah sublimasi dari
sumpah pemuda dan menyatukan tekad menjadi bangsa yang kuat,dihomati dan disegani
diantara bangsa-bangsa di dunia ini. Oleh karena adanya amanat yang demikian itulah maka
wawasan nusantara secara ilmiah dirumuskan dalam bentuk konsepsi tentang kesatuan yang
meliputi :

1. Kesatuan politik
2. Kesatuan ekonomi
3. Kesatuan sosial budaya dan hukum
4. Kesatuan Hankam

Keempat kesatuan tersebut sesungguhnya merupakan jabaran dari sumpah pemuda .

8.2 Idiologi kebangsaan

Pancasila sebagai pedoman hidup, falsafah dan pemersatu bangsa didalamnya


mengandung nilai-nilai luhur budaya bangsa yang mendasari etika kebangsaan. Visi
Indonesia adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan,
budaya, berdaya saing, maju dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

8.2.1. Negara Indonesia sebagai Negara hukum

Secara tegas menyatakan ahwa Indonesia adalah negara hukum, sebagaimana


disebutkan dalam pasal 1 ayat (3), bahwa “ negara Indonesia adalah negara hukum “. Dan
berarti bukan berdasar atas kekuasaan belaka

8.2.2. Aktualisasi wawasan Kebangsaan

Wawasan kebangsaan adalah merupakan wawsan nasional bangsa Indonesia yaitu


wawasan nusasntara yang bersumber pada pancasila dan UUD 1945, yang mengandung nilai-
nilai kekeluargaan, kebersamaan, dan keserasian dengan mempertimbangnkan kondisi
geografis wilayah, rakyat Indonesia, dan sejarah perjuangan.

8.2.3. Pengaruh Global


1. Issu HAM, demokrasi, pemanasan bumi lingkungan hidup, dan terorisme telah
merambah dalam berbagai forum internasional yang banyak dipengaruhi oleh
pandangan barat untuk memaksa kehendaknya
2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pesatnya perkembangan IPTEK
terutama teknologi komunikasi dan transformasi

8.2.4. Faktor Pengaruh Regional


1. Kecenderungan pergeseran kegiatan ekonomi
2. Konflik perbedaan kepentingan

8.2.5. Faktor pengaruh Nasional


1. Geografi Negara Indonesia
2. Demografi, pengendalian pertumbuhan penduduk yang perlu tersu dilakukan secara
berkesinambungan, agar penyebaran penduduk dapat dilaksanakan secara baik
3. Sumber daya alam, setiap daerah mempunyai sumber kekayaan alam yang berbeda,
bahkan ada yang kurang memadai
4. Kondisi actual IPOLEKSUSBUDHUKHANKAM, bangsa Indonesia, masih dilanda
krisis moral bangsa, ditandai dengan luntur atau padatnya nilai-nilai pancasila dan
wawasan kebangsaan disetiap aspek kehidupan.

8.2.6. Memantapkan dan Mempertahankan Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila dan wawasan


kebangsaan yang diharapkan
1. Aktualisasi nilai-nilai pancasila. Setiap warga negara Indonesia diharapkan wajib untuk
mengerti, memahami, menghayati, dan mengamankan nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila, yaitu nilai religi sebagai nilai agama yang secara jelas tercermin dalam
kehidupan pribadi.
2. Aktualisasi nilai-nilai wawasan kebangsaan. Setiap warga negara Indonesia diwajibkan
untuk mengerti, memahami, menghayati, dan mendalami nilai-nilai wawasan
kebangsaan sesuai amanat kebangsaan
8.2.7. Konsepsi Membina Moral dan Etika Kebangsaan
Guna mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa diperlukan kebijaksanaan, strategi
dan upaya-upaya, sebagai berikut :
1. Kebijaksanaan, diarahkan untuk membina moral dan etika berbangsa berdasarkan nilai-
nilai pancasila dan wawasan kebangsaan
2. Strategi, berdasarkan kebijaksanaan yang telah dirumuskan maka strategi yang
dilaksanakan asalah terprogram, terarah, berlanjut dan terpadu sengan skala prioritas

8.2.8. Nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa sebagai etika pemerintahan


1. Mengharmoniskan nilai-nilai dengan paradigm nasional, sekaligus mengharmoniskan
nilai-nilai universal
2. Menumbuhkembangkan nilai-nilai instrumental dan nilai-nilai praktis untuk merespon
perkembangan jaman
3. Meningkatnya rasa persatuan, dengan meningkatkan kesadaran dan semangat
“Bhinneka Tunggal Ika “ , guna mengembangkan wawasan kebangsaan
4. Menghapus perilaku KKN yang telah merusak sendi-sendi kehidupan dan membuat
kesenjangan sosial dan kemiskinan serta perilaku tidak terpuji
5. Menumbuhkembangkan kesenian yang dilandasi nilai-nilai dasar pancasila dan budaya
yang mengajarkan tentang nilai baik yang harus dilakukan dengan nilai buruk harus
dihentikan

8.3 Kesatuan Politik


Wawasan dalam mencapai tujuan pembangunan nasional adalah wawasan nusantara
yang mencakup perwujudan kepulauan nusantara sebagai suatu kesatuan politik
yang dalam arti :
1. Bahwa kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya merupakan suatu
kesatuan wilayah
2. Bahwa bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan berbicara dalam berbagai
bahasa daerah
3. Bahwa secara psikologis, bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib,
sepenanggungan, sebangsa dan setanah air
4. Bahwa pancasila adalah satu-satunya falsafah serta ideology bangsa dan negara
5. Bahwa seluruh kepulauan nusantara merupakan satu kesatuan hukum dalam arti bahwa
hanya ada satu hukum nasional yang mengabdi kepada kepentingan nasional.

Anda mungkin juga menyukai