Pendahuluan
TNI berfungsi penangkal setiap bentuk ancaman militer baik yang datang dari
dalam negeri ataupun luar negeri, penindak dalam setiap bentuk ancaman serta pemulih
kondisi negara yang terganggu akibat perang atau akibat kekacauan keamanan. 1 TNI
bertugas untuk menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah
NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa
negara, dimana tugas pokok tersebut dilaksanakan dengan Operasi Militer Perang (OMP)
dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP). 2
Salah satu bentuk implementasi operasi militer selain perang yang dilakukan oleh
TNI saat ini adalah pelaksanaan operasi militer di Papua. Wilayah Papua merupakan
wilayah yang rawan terhadap munculnya konflik. Konflik yang terjadi disebabkan oleh
tingkat sumber daya manusia yang masih rendah sehingga banyak dari mereka yang
lebih mengedepankan emosi tanpa berpikir sebelumnya. Pelaksanaan operasi militer di
Papua secara umum bertujuan untuk mempertahankan kekuasaan pemerintah Indonesia
terhadap wilayah Papua dari gerakan separatisme, khususnya kelompok masyarakat
yang tergabung dalam Organisasi Papua Merdeka (OPM). Adapun bentuk-bentuk operasi
militer yang dipergunakan di Papua adalah merupakan operasi teritorial, operasi intelijen,
dan operasi tempur. Operasi ini dilakukan diantaranya dengan pendampingan
masyarakat, sosialisasi, maupun pembangunan daerah. Operasi teritorial ini adalah
1
Undang-Undang nomor 34 Tahun 2004 pasal 6
2
Undang-Undang nomor 34 Tahun 2004 pasal 7
2
operasi militer yang paling soft karena lebih menekankan pada cara-cara yang persuasif
untuk menarik simpati rakyat.
Pentingnya penulisan esai ini adalah dengan menyadari bahwa wilayah Papua
yang terbentang luas maka perlu menjadi perhatian dari komando atas karena merupakan
bagian strategis dari kepentingan pertahanan sehingga membutuhkan kesungguhan dan
dedikasi yang tinggi dari semua instansi terkait yang berada di wilayah perbatasan darat
untuk mendukung adanya penguatan gelar pasukan yang memadai dalam menghadapi
eskalasi ancaman. Kemudian, mencermati situasi keamanan yang ada di wilayah Papua
saat ini dapat dikatakan bahwa kondisi wilayah perbatasan darat sering mengalami
gangguan keamanan, penyelundupan senjata dan munisi, illegal logging, pencurian,
pelintas batas ilegal, pergeseran patok dan lain-lain. Serta gangguan-gangguan
keamanan lainnya yang terjadi dan diindikasi dilakukan oleh Organisasi Papua Nugini
(OPM).
Desain pola operasi berbasis “merebut hati dan pikiran masyarakat” menjadi kunci
keberhasilan desain pola operasi tempur. Paradigma pola operasi yang semula agresif
menjadi defensif harus diimbangi adaptasi masing-masing komponen yang menyertai.
Partisipasi masing-masing bagian yang bersifat holistik diantaranya doktrin, diklat, materiil
dan dukungan dapat mengakselerasi perubahan pola operasi. Maka dari itu esai ini akan
membahas lebih lanjut mengenai konsep pola operasi yang dilakukan oleh TNI AD di
wilayah Papua, dengan beberapa sub pembahasan yaitu: pertama, konsep penyiapan
operasi yang efektif dan efisien dilihat dilihat dari pola operasi yang menitik beratkan pada
teritorial dilihat dari aspek doktrin, diklat, materiil dan dukungan. Kedua, pola operasi yang
dapat dilaksanakan di daerah operasi untuk mendukung kebijakan dan keputusan politik
3
Pembahasan
Setelah memasuki masa reformasi pada tahun 1998 negara mulai menyadari
bahwa TNI sebagai fungsi National defence dan polri sebagai pengemban tugas Internal
Security haruslah dipisahkan agar dapat mewujudkan tujuan negara dan memberikan
perlindungan serta memajukan kesejahteraan umum. Oleh karena itu lahirlah Undang-
Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia. Dalam Pasal 7 ayat
(2) dan (3) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 dijelaskan bahwa dalam
melaksanakan tugas pokok TNI dilakukan dengan Operasi Militer untuk Perang (OMP)
dan Operasi Militer Selain Perang (OMPS) yang dilaksanakan berdasarkan kebijakan dan
keputusan politik negara. Artinya adalah pengerahan kekuatan TNI untuk melakukan
OMP maupun OMSP sangat dipengaruhi oleh kebijakan dan keputusan negara sehingga
TNI tidak dapat bertindak sepihak dalam melaksanakan OMP dan OMPS.
Selain operasi keamanan dan operasi tempur TNI AD juga melaksanakan operasi
teritorial. Operasi teritorial dilaksanakan secara terbatas dalam radius pos wilayah
tertentu. Operasi ini merupakan operasi paling halus karena lebih menekankan pada cara-
cara yang persuasif untuk menarik simpati rakyat. Adapun maksud dari operasi ini lebih
menekankan pada caracara yang persuasif untuk menarik simpati rakyat, sedangkan
operasi intelijen bertujuan untuk melakukan pemetaan atas kondisi suatu wilayah atau
kelompok masyarakat, khususnya mendeteksi keberadaan separatis Organisasi Papua
Merdeka (OPM) maupun oknum masyarakat yang selama ini melakukan kegiatan yang
bertentangan dengan hukum di wilayah Papua.
dan seluruh tumpah darah Indonesia. Diperkuat sesuai dengan undang-undang nomor 34
tahun 2004 tentang TNI pasal 7 ayat (1), tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan
negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, serta
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
Dalam pertemuan yang diadakan oleh KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman
dengan Menkopolhukam Mahfud MD pada 7 Desember 2021, dibahas mengenai konsep
operasi yang dilakukan oleh TNI AD harus mampu menerjemahkan kebijakan negara
sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo. Pendekatan tersebut sesuai dengan
arahan dalam Instruksi Presiden yang mendasari munculnya Undang-Undang Nomor 2
tahun 2021 tentang Otonomi Khusus, dimana diketahui bahwa pendekatan baru yang
digunakan untuk mempertahankan stabilitas keamanan dan pertahanan di wilayah Papua
adalah menggunakan pendekatan kesejahteraan. Hal ini menuntut sumber daya yang
dimiliki pemerintah, salah satunya adalah personel TNI untuk berfokus pada upaya
membangun kesejahteraan melalui kerja kolaboratif dan komprehensif dengan lembaga-
lembaga lainnya yang terkait.
Bentuk operasi lain yang biasanya dilakukan bersamaan dengan operasi teritorial
adalah operasi intelijen. Operasi intelijen bertujuan untuk melakukan pemetaan atas
kondisi suatu wilayah atau kelompok masyarakat, maupun untuk melakukan kalkulasi
sikap dan kecenderungan sosial politik suatu wilayah atau kelompok masyarakat. Hasil
dari operasi intelijen ini untuk selanjutnya akan dipergunakan untuk mengambil sebuah
keputusan atau kebijakan atas suatu wilayah atau kelompok masyarakat yang dijadikan
target operasi intelijen. Jika operasi intelijen menunjukkan kecenderungan suatu wilayah
atau kelompok masyarakat melakukan resistensi atas kehendak penguasa, maka pilihan
yang diambil adalah melancarkan operasi tempur dengan kekuatan bersenjata, baik dari
satuan organik maupun kombinasi dengan pasukan non-organik.
Dari berbagai bentuk operasi militer tersebut, operasi tempur adalah yang paling
sering terjadi. Operasi tempur menjadi wajah yang mendominasi wajah pemerintah
Indonesia bagi rakyat Papua dan sepertinya menjadi sebuah sikap politik dan kebijakan
Pemerintah Indonesia dalam memperlakukan rakyat Papua. Pemerintah Indonesia pada
awalnya lebih memilih pengerahan kekuatan bersenjata daripada mempergunakan
pendekatan dialogis dan kultural dalam menghadapi rakyat Papua.
Apabila mengingat kondisi bahwa sampai saat ini masih terjadi gangguan
keamanan di wilayah Papua sehingga upaya pembangunan infrastruktur Trans Papua
mengalami hambatan, akan tetapi tidak menjadi kendala yang signifikan karena dengan
kehadiran TNI dapat memberikan pengamanan secara intensif bagi personel yang
melaksanakan pekerjaan pembangunan tersebut. Infrastruktur yang dibangun di wilayah
Papua membutuhkan pengerjaan khusus, sehingga keterlibatan TNI sangat dibutuhkan
karena memiliki kemampuan untuk mengamankan dan memiliki kemampuan untuk
membangun infrastruktur tersebut dengan mengerahkan satuan-satuan Zeni konstruksi
dalam rangka melaksanakan pembangunan di wilayah Papua. 3
TNI sebagai bagian dari unsur negara yang dilibatkan dalam mendukung
dinamika pembangunan nasional, sudah seharusnya ikut terlibat langsung terhadap
upaya-upaya peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia. Apalagi bila dihadapkan
kondisi masyarakat Papua yang sebagian besar masih hidup dalam ketertinggalan.
Keberadaan TNI seharusnya dapat membantu meringankan kesulitas masyarakat,
sehingga hadirnya TNI menjadi sangat berarti bagi kehidupan mereka. TNI hendaknya
dalam menjaga wilayah Papua tetap memiliki komitmen kuat untuk senantiasa membantu
berbagai memberdayakan rakyat untuk keluar dari kesulitan yang sedang dihadapi, dalam
aplikasinya, pertahanan negara diselenggarakan oleh seluruh komponen bangsa secara
terpadu dan komprehensif, khusus dalam menghadapi ancaman militer menempatkan TNI
sebagai komponen utama dengan didukung oleh komponen cadangan dan komponen
pendukung.
Melalui operasi non tempur yang menempatkan posisi TNI lebih dekat dengan
pembangunan bagi kesejahteraan rakyat Papua, maka hal ini sesuai dengan kebijakan
Pemerintah Indonesia untuk mengutamakan pendekatan-pendekatan humanis dan
kesejahteraan dalam mewujudkan stabilitas keamanan di Papua. Selanjutnya diharapkan
bahwa dengan pola operasi yang berorientasi pada pembangunan kesejahteraan rakyat
Papua, akan meyakinkan pandangan masyarakat bahwa pemerintah memiliki tekad yang
kuat untuk melindungi setiap warganya dari ancaman pihak manapun yang menggangu
kedaulatan bangsa. Sudah sepatutnya kebijakan dan desain besar terhadap pertahanan
di wilayah Papua tidak terjebak dalam penguatan kapasitas militer melalui operasi tempur,
melainkan perlu meningkatkan kemampuan dan kesejahteran warga. Hal ini sebagaimana
mandat konstitusional yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum.
3
“Panglima TNI Sebuh Hadapi KKB di Papua Tak Harus Selalu Bertempur,” Kompas, diakses melalui
https://nasional.kompas.com/read/2019/03/08/22533021/panglima-tni-sebut-hadapi-kkb-di-papua-tak-harus-
selalu-bertempur, pada 26 Maret 2022, pkl. 22:00 WIB
8
Operasi teritorial yang selama ini dilakukan masih perlu mengalami pengingkatan,
maka dari itu operasi ini harus didukung dengan kemampuan untuk melaksanakan
program ketatalaksanaan teritorial dengan pendekatan yang tepat, antara lain sebagai
berikut:
4
Kerangka Kerja Interoperabilitas E-government Indonesia, Kemenkoinfo RI 2013, Hal 4.
10
sehingga setiap unsur dapat bersinergi dan saling mendukung secara maksimal,
efektif dan efisien. Pengintegrasian tersebut hendaknya sudah menggambarkan
design interoperabilitas dari rumusan tugas dari masing-masing unsur. Pola
pengintegrasiannya juga harus menggambarkan kondisi di wilayah Papua saat ini
serta apa yang akan dilakukan ke depan untuk menjawab setiap tantangan dan
perkembangan yang terjadi di wilayah Papua.
2. Forecasting. Merupakan kemampuan untuk memprediksi masa depan
dengan pendekatan ilmiah. Forecasting diperlukan disini karena interoperabilitas
antar TNI dengan unsur-unsur lain yang memiliki peran penting dalam menjaga
stabilitas wilayah Papua dibangun untuk masa depan dan dalam rentang waktu
yang panjang. Untuk itu, maka interoperabilitas harus dibangun berdasarkan
prediksi yang menggunakan metode ilmiah untuk memprakirakan (memprediksi
atau meramalkan) keadaan masa depan (futurologi).
3. Kerja sama. Hal ini dimaknai sebagai bentuk proses sosial untuk mencapai
tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-
masing, dalam mendukung pelaksanaan Kampanye Militer. Hal ini bertujuan untuk
menyelenggarakan kebijakan Pemberdayaan Wilayah Pertahanan dari aspek
darat, laut dan udara. Dalam rangka meningkatkan sinergitas dan kerja sama
khususnya pada unsur pelaksana di lapangan maka perlu digiatkan kembali forum
kerja sama sesuai dengan tingkatan sistem pemerintahan, khususnya pada strata
terendah seperti tingkat desa atau kampung.
Penutup
Organisasi Papua Merdeka (OPM). Selain itu, gerakan ini telah menimbulkan beberapa
permasalahan seperti masalah perbatasan, konflik vertikal, horizontal, dan komunal, dan
juga pencurian terhadap sumber-sumber daya alam yang ada di daerah Papua.
Keberadaan TNI di Papua dituntut untuk dapat memberikan rasa aman kepada
masyarakat dan mencegah terjadinya kegiatan yang dapat mengganggu stabilitas
keamanan wilayah.
Melalui penjelasan dalam esai ini dapat disimpulkan bahwa dinamika kondisi
kehidupan masyarakat di wilayah Papua yang sebagian masih hidup dalam ketertinggalan
menimbulkan suatu potensi untuk terjadinya konflik sosial diantara masyarakat. Sehingga,
keberadaan TNI sebagai alat negara yang memiliki tugas pokok menegakkan kedaulatan
negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia menjadi
sangat signifikan bagi rakyat Papua. Namun sayangnya kehadiran TNI disisi lain
menimbulkan suatu paradigma yang buruk bagi masyarakat Papua sendiri, hal ini
dikarenakan pola operasi yang dilakukan cenderung berorientasi pada pendekatan militer,
sehingga terdapat jarak antara rakyat Papua dengan TNI. Kondisi ini tentu menghambat
operasi yang dilakukan TNI agar bisa terlaksana dengan optimal dan berhasil.
Maka dari itu, melalui esai ini penulis merekomendasikan beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam mengembangan pola operasi TNI di wilayah Papua
diperhadapkan dengan dinamika lingkungan keamanan yang terjadi di wilayah Papua,
yaitu sebagai berikut:
Demikian esai ini disusun sebagai cara untuk menuangkan pemikiran penulis
mengenai pola operasi TNI di wilayah Papua yang berorientasi pada pendekatan-
pendekatan humanis untuk mewujudkan kesejahteraan sosial di wilayah Papua. Adapun
melalui pola operasi yang berbasis pendekatan kesejahteraan dapat menggeser
paradigman masyarakat Papua mengenai kehadiran TNI bukan lagi sebagai musuh atau
sumber ketegangan, melainkan sebagai representasi pemerintah yang dekat dengan
masyarakat.
Referensi
Armawi, Armaidy, “Eksistensi TNI Dalam Menghadapi Ancaman Militer dan Nir Militer
Multidimensional di Era Milenial,” WIRA, Edisi Khusus, (2019), diakses melalui
https://www.kemhan.go.id/wp-content/uploads/2019/12/wiraedsus2019-web.pdf,
pada 26 Maret 2022, pkl. 20:00 WIB
Briantika, Adi, 2021, “Menilik Efektivitas Operasi Teritorial Bina Penduduk di Papua,” Tirto,
diakses melalui https://tirto.id/menilik-efektivitas-operasi-teritorial-bina-penduduk-
di-papua-gl9S, pada 27 Maret 2022, pkl. 02:30 WIB.
Dewantara, Kurnia, 2019, “Analisis Peran, Fungsi, dan Tugas TNI untuk menghadapi
Ancaman Era Globalisasi,” diakses melalui
https://seskoad.mil.id/admin/file/kajian/62%20Analisa%20Peran%20fungsi%20dan
%20Tugas%20TNI.pdf, pada 27 Maret 2022, pkl. 01:00 WIB
%20Debora%20Limbong/Downloads/495-Article%20Text-1279-1-10-
20160813.pdf, pada 27 Maret 2022, pkl. 00:30 WIB
Michael, Georgy dkk, “Kebijakan Operasi Militer Tentara Nasional Indonesia Terhadap
Organisasi Papua Merdeka Dalam Perspektif Hukum Humaniter Internasional,”
Diponegoro Law Review, Vol. 5 No. 2, (2016), diakses melalui
https://media.neliti.com/media/publications/19087-ID-kebijakan-operasi-militer-
tentara-nasional-indonesia-terhadap-organisasi-papua-m.pdf, pada 27 Maret
2022, pkl. 00:00 WIB
Nasrudin, Achmad Yahya, 2020, “Mabes: TNI Semakin Sadar Pentingnya Interoperabilitas
Ketiga Matra,” Kompas, diakses melalui
https://nasional.kompas.com/read/2020/11/02/12145991/mabes-tni-semakin-
sadar-pentingnya-interoperabilitas-kekuatan-ketiga-matra, pada 27 Maret 2022,
pkl. 19:00 WIB