Anda di halaman 1dari 13

1

STRATEGI OPERASI MILITER SELAIN PERANG DALAM MENDUKUNG


PEMBANGUNAN, KESEJAHTERAAN, DAN KEAMANAN DI WILAYAH PAPUA

PENDAHULUAN

Konflik yang terjadi di wilayah Papua telah terjadi sejak tahun 1961, dimana pada
tanggal 5 April 1961 Belanda membentuk Nieuw Guinea Raad (Dewan Nugini Belanda)
yang terdiri dari orang asli Papua yang masih setia pada pemerintahan Belanda dengan
tujuan pendiriannya adalah untuk menggagalkan penggabungan Papua kedalam NKRI. Hal
ini berlanjut pada tanggal 1 Desember 1961, bendera bintang kejora dikibarkan sejajar
dengan bendera Belanda di Hollandia (nama kota Jayapura saat itu), sehingga tanggal 1
Desember 1961 yang di klaim oleh kelompok Pro Papua Merdeka sebagai hari
kemerdekaan Papua Barat. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia menginstruksikan untuk
pelaksanaan operasi militer di Papua dari tahun 1963 sampai dengan saat ini. Kehadiran
militer di Papua sendiri merupakan bentuk perlindungan pemerintah Indonesia
terhadap Papua dan untuk mengatasi berbagai kasus pelanggaran maupun
pemberontakan juga pencurian hasil sumber daya alam nasional di wilayah tersebut.

Namun, kehadiran militer telah menimbulkan kecurigaan masyarakat Papua yang


besar sehingga cenderung meningkatkan ketegangan antara sipil–militer di Papua.
Namun konflik dan permasalahan yang terjadi di Papua belum menemukan titik terangnya,
bahkan semakin memanas sampai memakan korban jiwa dari pihak OPM, aparat
keamanan, bahkan warga sipil. Hal ini tidak terlepas dari luka masa lalu yang didapatkan
oleh masyarakat Papua sepanjang operasi militer yang dilakukan di Papua (Easton et al.,
2012), juga kekecewaan karena adanya pengambilan keputusan dan perencanaan
pembangunan yang tidak melibatkan masyarakat adat sehingga menimbulkan ketegangan
di antara masyarakat dan militer (Tippe, 2014). Pada akhirnya hal ini terus di suarakan oleh
kelompok Pro Papua Merdeka untuk memperburuk citra pemerintahan dan juga aparat
kemanan di Papua dengan isu pelanggaran HAM di mata Internasional.

Hal ini diperparah dengan adanya berbagai kejadian pelanggaran yang dilakukan
oleh oknum aparat keamanan yang berada di daerah operasi militer di Papua. Tentu hal ini
tidak sejalan dengan Tugas Pokok TNI (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia, 2004) yaitu menegakkan kedaulatan
negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara; satuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman
2

dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. TNI AD sebagai bagian dari TNI
yang merupakan komponen utama kekuatan pertahanan negara di darat diharapkan dapat
menunaikan tugas pokok sesuai dengan yang diamanatkan oleh undang-undang tersebut.
Penyelesaian konflik di Papua ini tidak terlepas dari strategi operasi militer yang
dilaksanakan di Papua. Operasi militer di Papua yang sebelumnya menggunakan pola hard
power atau pola pertempuran haruslah disesuaikan dengan kebutuhan dan dampak yang
akan terjadi di masa yang akan datang untuk tidak menambah luka di hati masyarakat
Papua dan menciptakan OPM generasi selanjutnya dengan merubah pola operasi dengan
pendekatan pembangunan, kesejahteraan dan keamanan.

Sehubungan latar belakang diatas, operasi militer yang dilaksanakan di Papua


belum mencapai titik optimal dalam mendukung pembangunan, kesejahteraan dan
menciptakan keamanan di wilayah Papua, sehingga perlunya strategi operasi militer yang
lebih komprehensif dan adaptif dengan perkembangan situasi terkini yang terjadi di Papua.
Dari uraian permasalahan tersebut, dapat diambil beberapa persoalan yang harus di
pecahkan, yaitu: 1) Konsep penyiapan operasi yang efektif dan efisien dilihat dari pola
operasi yang menitik beratkan pada territorial; 2) Pola operasi seperti apa yang dapat
dilaksanakan di daerah operasi untuk mendukung kebijakan dan keputusan politik negara
dalam pembangunan kesejahteraan yang komprehensif dan sinergis di daerah Papua; 3)
Bagaimana inovasi yang dapat dilakukan dalam akselerasi keberhasilan operasi; 4)
Bagaimana mewujudkan interoperabilitas antar unsur terkait sehingga menghasilkan
sumber daya yang efektif dalam keberhasilan operasi. Dari uraian persoalan diatas dapat
dirumuskan suatu pokok permasalahan yaitu “Bagaimana strategi operasi militer selain
perang dalam mendukung pembangunan, kesejahteraan, dan keamanan di wilayah
Papua?” Untuk menjawab hal tersebut maka penulis mencoba untuk menganalisa
permasalahan tersebut dari beberapa sudut pandang yang ada.

Penulisan essay dimaksudkan untuk memberikan gambaran kondisi dan solusi agar
satuan yang akan melaksanakan tugas operasi di wilayah Papua memiliki perencanaan dan
persiapan yang lebih baik dalam melaksanakan tugas operasi dan mendapatkan
keberhasilan serta sejalan dengan tugas pokok TNI. Adapun metode yang digunakan dalam
penulisan essai ini adalah menggunakan metode deskriptif analisis yang berdasarkan
pengamatan di lapangan melalui pendekatan secara empiris serta studi kepustakaan.

Adapun nilai guna yang dapat diambil adalah agar pembaca dapat mengetahui
langkah dan upaya satuan yang akan melaksanakan tugas operasi dalam melaksanakan
tugas operasi di wilayah Papua dengan pola operasi yang menitikberatkan pada teritorial
dan sebagai sumbang saran dan pikiran kepada komando atas dalam membantu
3

penyelesaian konflik yang terjadi di wilayah Papua, sedangkan maksud dan tujuannya
adalah memberikan gambaran tentang strategi operasi militer yang digunakan dalam
penyelesaian konflik di wilayah Papua guna keberhasilan pelaksanaan tugas operasi.
ruang lingkup penulisan esai ini meliputi pendahuluan,pembahasan dan penutup dengan
pembatasan meliputi 4 (empat) aspek yaitu konsep penyiapan operasi yang efektif dan
efisien, pola operasi, inovasi dalam pelaksanaan tugas operasi dan sinergitas pihak terkait
dalam mendukung pelaksanaan tugas operasi di wilayah Papua.

PEMBAHASAN
Perancangan strategi pembinaan TNI AD merupakan tahapan penting dalam
merumuskan berbagai program pembinaan TNI AD dengan tujuan membentuk pertahanan
negara. Perencanaan tugas operasi meliputi perencanaan menyangkut pembuatan tentang
apa yang akan dilakukan sebelum, selama, dan setelah tugas operasi (konsep mekanisme
tugas operasi, bagaimana melakukannya, kapan melakukannya dan siapa yang akan
melakukan tugas operasi tersebut). Meskipun dalam setiap tugas operasi pasti sudah
dilaksanakan perencanaan yang matang namun dari fakta-fakta temuan tugas operasi
sampai saat ini masih adanya kekurangan dan kelemahan dari perencanaan yang telah
dibuat baik dalam pelaksanaannya yang tidak sesuai rencana, sarana, dan prasarana yang
didukung tidak sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat dan tidak terdelegasikannya
rencana tersebut kepada unsur pelaksana.
Penggunaan metode non-violent dalam konflik juga dapat efektif dalam memenangkan
loyalitas pasukan militer yang mungkin dikerahkan oleh pihak oposisi sebagai pasukan
pertahanan. Hal ini dikarenakan, ketika perlawanan dihadapkan dengan perjuangan
nonviolent kemungkinan pasukan militer untuk menuruti perintah melawan dengan
kekerasan atau bahkan membunuh juga akan berkurang secara tidak langsung (Hadi,
2017). Untuk itu perlunya konsep penyiapan operasi yang efektif dan efisien dengan pola
operasi yang menitik beratkan pada teritotrial.

A. Konsep Penyiapan Operasi yang Efektif dan Efisien

Konsep penyiapan operasi yang efektif dan efisien merupakan komponen penting
dalam strategi operasi militer dalam mendukung pembangunan, kesejahteraan dan
keamanan di wilayah Papua, karena dengan penyiapan yang baik akan memberikan
kemudahan kepada satuan yang akan melaksanakan tugas operasi saat di daerah operasi,
dan dalam perumusan konsep penyiapan operasi harus berbasis pada analisa wilayah yang
akan dilaksanakan tugas operasi, dalam hal ini ada dua penyiapan operasi yang harus
4

dilakukan yaitu pertama. Penyiapan secara umum dan kedua penyiapan secara khusus
guna penyiapan operasi yang efektif dan efisien.

Penyiapan secara umum adalah penyiapan operasi yang dilakukan berlaku kepada
seluruh satuan yang akan melaksanakan tugas operasi di wilayah Papua yang didasarkan
pada Analisa perkembangan situasi terkini di wilayah Papua secara umum, kejadian-
kejadian menonjol dan permasalahan yang terjadi diseluruh Papua yang akan menjadi
dasar dari Analisa tersebut, sebagai contoh penyerangan Pos yang terjadi pada hari Sabtu
tanggal 26 Maret 2022 pukul 17.40 WIT terjadi gangguan tembakan oleh KST Nduga
terhadap Pos Quary Bawah Satgas Mupe Yon Mar III, saat sedang melaks siaga senja.
Tembakan kelompok KST menyebabkan 10 Pers Pos Quary Bawah mengalami luka
tembak, evaluasi dan analisa dari kejadian tersebut agar dijadikan salah satu dasar Analisa
dalam mengkonsep penyiapan operasi secara umum, apabila dari hasil Analisa bahwa
adanya kelengahan personel ataupun kurangnya sarana prasarana Pos dalam menghadapi
serangan OPM maka dalam konsep penyiapan operasi satuan yang akan melaksanakan
tugas operasi harus dipersiapkan materi latihan tempur untuk meningkatkan kewaspadaan
dalam pengamanan Pos, serta perlunya penyiapan sarana dan sarana Pos yang mumpuni
dan dapat bertahan dari serangan OPM, Adapun materi latihan penyiapan operasi secara
umum sebagai berikut ;

1) Latihan tempur, bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dan


kemampuan taktis satuan yang akan melaksanakan tugas operasi
2) Latihan pembinaan teritorial, bertujuan untuk dapat diterima oleh masyarakat
dan menciptakan tirai masa guna meningkatkan keamanan Pos
3) Latihan Drone, digunakan sebagai observasi lingkungan sekitar Pos sebelum
personel melaksanakan kegiatan di luar Pos
4) Latihan Taktik dan Teknik Intelijen (Penyelidikan, Pengamanan dan
Penggalangan), bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan
intelijen satuan yang akan melaksanakan tugas operasi
5) Offline Map, bertujuan untuk dapat memberikan laporan secara detail dengan
mencantumkan koordiinat suatu kejadian ataupun lokasi rawan sehingga
dapat dipetakan dimana lokasi-lokasi yang memiliki tingkat kerawanan tinggi
di suatu wilayah.
6) Multimedia, bertujuan untuk cipta opini di media sosial dengan publikasi
kegiatan-kegiatan territorial yang telah dilaksanakan oleh satuan tugas
sehingga jangkauan pelemparan pesan lebih luas, multimedia ini harus
memiliki kemampuan editing foto dan video
5

Materi latihan diatas adalah materi latihan dalam penyiapan satuan yang akan
berangkat tugas di wilayah Papua secara umum. Adapun penyiapan secara khusus ini
didasarkan pada analisa dari suatu wilayah tertentu dan belum tentu dapat dilakukan di
wilayah lainnya di Papua, wilayah yang dimaksud adalah sampai dengan tingkat kabupaten
atau bahkan distrik, sehingga penentuan konsep penyiapan tugas operasi tersebut tepat
sasaran, sebagai contoh Batalyon A akan melaksanakan tugas operasi di Distrik Ilu
Kabupaten Puncak Jaya Provinsi Papua, maka konsep penyiapan operasinya akan menitik
beratkan pada kondisi wilayah yang ada di Distrik Ilu tersebut, apabila hasil Analisa Pos
yang saat ini sedang melaksanakan tugas operasi di Ilu adalah tidak optimalnya
pembangunan, kesejahteraan dan keamanan di karenakan tingginya harga sembako yang
disebabkan oleh susahnya akses jalan ke wilayah tersebut, maka Satuan yang akan
melaksanakan tugas operasi di Distrik Ilu harus melaksanakan penyiapan dari basis untuk
membantu mengatasi pemasalahan yang ada di Ilu yaitu mahalnya harga sembako
disebabkan sulinya akses menuju Distrik Ilu dari Wamena dan Jayapura, satuan yang akan
melaksanakan operasi di Ilu sebelum infiltrasi menuju daerah operasi melaksanakan
koordinasi dengan dinas ataupun kementrian terkait untuk menyediakan bibit yang cocok
dengan tanah di distrik Ilu dan melaksanakan pelatihan bagi anggota untuk pendampingan
dalam pertanian maupun perikanan sehingga Distrik Ilu dapat mendukung masyarakat yang
mandiri tidak bergantung pada sembako yang harus di kirim dari Wamena maupun
Jayapura.

Dalam penyiapan operasi perlunya peran satuan yang saat ini sedang melaksanakan
tugas operasi untuk memberikan data tentang kondisi wilayah di Papua sehingga
penyiapan operasi yang dilakukan tepat sasaran, efektif dan efisien. Selanjutnya dalam
penyiapan operasi juga perlunya dilaksanakan kegiatan briefing ataupun kegiatan
kolaborasi antara satuan-satuan yang akan berangkat tugas khususnya di wilayah yang
sama contohnya dalam satu wilayah terdapat lebih dari 1 satuan yang melaksanakan tugas
operasi ada Yonif, Marinir, Bais TNI, Kopasgat dan lain-lain, tentunya harus ada
keselarasan antara satuan-satuan yang ada di suatu wilayah untuk mendukung tujuan yang
sama, sehingga dengan adanya kegiatan Bersama sebelum berangkat tugas akan
meningkatkan hubungan emosional antara satuan dalam berkoordinasi guna mendukung
keberhasilan tugas operasi

B. Pola Operasi

Sejalan dengan UU No 2 tahun 2021 tentang otonomi khusus bagi Provinsi Papua
sebagai pengganti UU No 21 tahun 2001, Kepres No 20 tahun 2020 serta Inpres no 9 tahun
6

2020 tentang pembentukan Tim koordinasi terpadu percepatan pembangunan


Kesejahteraan di Papua. Hadirnya kesejahteraan yang merata di seluruh Indonesia sesuai
dengan Tujuan Negara dan Visi Misi Pemerintah tahun 2020-2024 untuk mendorong
Indonesia yang lebih produktif, berdaya saing dan fleksibilitas dalam menghadapi tantangan
global yang dinamis dan penuh resiko. Pemerintah juga mempunyai keinginan untuk
penyelesaian masalah Papua secara tuntas dan tidak menyisakan potensi gunung es yang
dapat menghambat akslerasi Pembangunan Indonesia menuju Indonesia emas di tahun
2045. Pola operasi militer yang dilaksanakan di wilayah Papua di harapkan dapat
mendukung kebijakan dan keputusan politik negara dalam Pembangunan kesejahteraan
yang komprehensif dan sinergis di daerah Papua, pendekatan yang dilakukan melalui
pembangunan, kesejahteraan dan keamanan dengan memberdayakan masyarakat pribumi
untuk memanfaatkan potensi wilayah yang ada. Adapun pemberdayaan masyarakat yang
dimaksudkan adalah dengan melakukan kegiatan pendampingan masyarakat untuk
mengangkat potensi di wilayahnya sebagaimana di uraikan dalam penyiapan operasi
satuan tugas yang akan melaksanakan operasi harus mengetahui apa permasalahan di
wilayah operasi yang akan di masuki dan telah menyiapkan solusi yang dapat mengatasi
kesulitan rakyat di wilayah tersebut, hal ini sejalan dengan delapan wajib TNI “Menjadi
contoh dan mempelopori usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat sekelilingnya”
tentunya untuk dapat mengatasi kesulitan rakyat tersebut diperlukan beberapa tahapan
yaitu penguasaan wilayah yang baik, pemberdayaan masyarakat dan pembentukan tirai
masa.

1) Penguasaan wilayah yang dimaksud adalah mengetahui perkembangan situasi


diwilayah dengan melakukan pendekatan persuasif yang dilaksanakan seperti
obat nyamuk yaitu pertama. Mengenali personel pos seorang Komandan harus
mengetahui karakter anggotanya sehingga dapat membagi tugas sesuai dengan
kemampuan anggotanya, sehingga dapat dilakukan langkah-langkah antisipasi
terhadap oknum anggota yang arogansi terhadap masyarakat apalagi sampai
menyakiti hati rakyat; kedua. Pendekatan terhadap aparat keamanan setempat,
kekompakan dan koordinasi sangat dibutuhkan dalam mencapai keberhasilan
tugas operasi dan hal ini tidak dapat diraih sendiri harus ada koordinasi dan
Kerjasama antar satuan serta kesatuan visi dan misi dalam setiap pelaksanaan
kegiatan; ketiga. Melakukan pendekatan terhadap tokoh-tokoh di wilayah
tersebut diantaranya tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda, tokoh pemerintah
daerah, tokoh masyarakat maupun LSM sehingga satuan yang melaksanakan
tugas operasi tersebut akan mengenal simpul-simpul masa yang ada
7

diwilayahnya, hal ini sangat diperlukan dalam rangka memudahkan kegiatan-


kegiatan pembinaan territorial dan koordinasi antara aparat kemanan,
pemerintah daerah, maupun para tokoh masyarakat, keempat. Pendekatan
terhadap masyarakat kecil di wilayah tersebut mulai dari tukang becak, mama-
mama penjual sayur ataupun pinang, tukang parker dan lain-lain hal ini dilakukan
untuk dapat mengetahui apa permasalahan yang sedang di derita masyarakat,
dari masyarakat kecil inilah sering di dapatkan informasi tentang rencana-
rencana aksi yang akan di lakukan oleh OPM, bisa jadi dari masyarakat tersebut
ada keluarga-keluarga OPM yang nantinya dapat dijadikan perhatian dalam
pemberdayaan masyarakat. Pada dasarnya OPM yang saat ini bersembunyi di
pegunungan tetap memonitor perilaku aparat kemanan yang berada di Pos-pos
di wilayah Papua sering kali Pos-pos yang diserang oleh OPM memiliki riwayat
pernah menyakiti hati rakyat yang juga keluarga dari OPM tersebut, oleh karena
itu pentingnya satuan tugas menguasi wilayah yang di tempatinya.
2) Pemberdayaan masyarakat dilakukan setelah mengetahui permasalahan yang
ada ditengah-tengah masyarakat tersebut, karena pemberdayaan masyarakat ini
sangat erat kaitannya dengan simpul-simpul masa yang ada di wilayah operasi,
sebagai contoh apabila permasalahan yang ditemukan adalah bidang pendidikan
maka aparat keamanan dapat berkoordinasi dan bersinergi dengan LSM ataupun
pemerintah daerah untuk Bersama-sama melakukan kegiatan yang dapat
mengatasi permasalahan pendidikan tersebut seperti membantu dalam peroses
belajang mengajar ataupun membuat rumah/honai pintar untuk meningkatkan
pendidikan di wilayah tersebut, hal ini nantinya akan menyentuh hati masyarakat
dan diterima di wilayah tersebut seperti keluarganya sendiri, pemberdayaan
masyarakat ini membutuhkan kesungguhan dan keikhlasan dalam
pelaksanaannya, tidak banyak satuan yang melaksanakan tugas menjadi
disorientasi tugas karena dalam pelaksanaannya tergiur dengan keuntungan
materiel. Pemberdayaan masyarakat ini haruslah berorientasi pada
pembangunan, kesejahteraan dan keamanan di wilayah Papua dan dilakukan
secara berkesinambungan serta sistematis sehingga satuan tugas yang dibatasi
oleh waktu penugasan dan melaksanakan rotasi satuan tugas selanjutnya dapat
melanjutkan program yang telah berjalan diharapkan pemasalahan-
permasalahan masyarakat ini setiap pergantian satuan tugas paling tidak ada
satu permasalahan yang di selesaikan dan mensejahterakan masyarakat di
wilayah Papua.
8

3) Membentuk tirai masa, adalah menciptakan rasa aman dan nyaman adanya
aparat kemanan di suatu wilayah tersebut, sehingga masyarakat menganggap
aparat satuan tugas tersebut adalah keluarganya, propertinya dan adanya rasa
kepemilikan, hal ini secara tidak langsung akan menciptakan semacam
perlindungan terhadap aksi serangan-serangan dari OPM, dan masyarakat
tersebutlah yang melindungi Pos-pos tersebut sebagai tirai masa, dan OPM pun
tidak akan berani mengganggu apalagi menyerang Pos tersebut karena pada
dasarnya OPM tetap orang Papua dan orang Papua tunduk dengan adat istiadat
yang berlaku, tirai masa ini selain melindungi Pos juga dapat mengurangi
pengaruh Pro Papua Merdeka terhadap generasi selanjutnya, karena nantinya
aparat kemanan yang mendapat pengakuan dari masyarakat akan menjadi idola
dari anak-anak di wilayah tersebut, diharapkan banyaknya generasi muda Papua
yang berkeinginan menjadi Tentara ataupun Polisi, sangat miris sekali apabil ada
anak-anak Papua yang bercita-cita menjadi OPM, hal ini tentunya dapat di hindari
dengan peran aparat kemanan yang memberikan rasa aman dan nyaman
terhadap masyarakat dengan menjadi contoh dan mempelopori usaha-usaha
untuk mengatasi kesulitan rakyat sekelilingnya.

C. Inovasi dalam Pelaksanaan Tugas Operasi.

Inovasi adalah semua hal baru yang berangkat dari ilmu pengetahuan, serta dapat
memberikan manfaat dalam kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan
dalam pengembangan inovasi, jika dikaitkan dengan pelaksanaan tugas operasi dapat
disimpulkan melakukan langkah-langkah baru yang dapat bermanfaat bagi masyarakat di
wilayah operasi adapun beberapa inovasi yang dapat dilakukan dalam akselerasi
keberhasilan operasi diantaranya melakukan pembinaan teritorial dengan kegiatan sebagai
berikut:

1) Adanya pendekatan kepada generasi muda Papua dengan kegiatan pendogeng,


dapat dijadikan suatu inovasi dalam pendekatan terhadap anak-anak di wilayah
Papua, dengan kegiatan pendogeng ini dapat dilakukan penanaman ideologi
Pancasila, wawasan kebangsaan, menumbuhkan rasa cinta tanah air,
pengenalan teknologi informasi, dan semangat dalam mendukung pembagunan
yang ada di wilayah Papua.
2) Pendampingan kelompok tani dan reboisasi hutan yang gundul dilakukan untuk
memanfaatkan lahan namun tetap mempertimbangkan kelestarian alama guna
membantu perekonomian masyarakat dan menjaga alam Papua. Pendampingan
9

dilakukan mulai dari pembentukan kelompok tani sosialisasi kondisi tanah,


tanaman yang cocok di tanam, pemberian bantuan bibit tanaman, perawatan
tanaman, panen raya, penjualan hasil panen, dan penanaman pohon bersama.
Hal ini akan menanamkan perilaku mandiri dalam pemenuhan kebutuhan pangan
serta kecintaan alam di masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari, hal ini tentunya harus bersinergi dengan LSM, Pemerintah daerah bahkan
kementerian untuk mendukung lancarnya kegiatan pendampingan kelompok
tani, dengan berhasilnya pertanian di wilayah tersebut secara tidak langsung
akan membantu perekonomian masyarakat karena dapat memperoduksi sendiri.
3) Kegiatan belajar mengajar dilakukan di wilayah-wilayah Papua yang tidak
terjangkau oleh sekolah-sekolah, ataupun susahnya akses dari wilayah tersebut
ke sekolah, diharapkan adanya peran aparat kemanan yang tersebar di wilayah
Papua dapat membantu kegiatan belajar mengajar dan menanamkan wawasan
kebangsaan terhadap anak-anak yang tidak sekolah. Hal ini tentunya akan
mengurangi peluang generasi muda Papua untuk tercemar paham Pro Papua
Merdeka, untuk itu perlunya aparat keamanan yang mumpuni untuk mengajar
anak-anak di wilayah terpencil Papua.
4) Patroli Kasih dilakuan dengan melaksanakan patroli disekitaran pos sembari
menawarkan jasa angkutan patroli sebagai jasa antar-jemput anak-anak pergi
dan pulang sekolah sembari membagikan permen untuk anak-anak dan pinang
untuk orang dewasa, dengan hal sederhana permen dan pinang dapat
memberikan pengaruh psikologis masyarakat bahwa patrol aparat keamanan
memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat, dan dapat
menciptakan opini bahwa aparat kemanan adalah orang-orang yang ramah dan
baik hati, patroli kasih tersebut akan akan memiliki daya tarik dan kebahagiaan
tersendiri bagi masyarakat di wilayah operasi. Patroli Kasih ini juga dapat dibuat
bervariasi bisa dengan jalan kaki maupun dengan menggunakan kendaraan
menyesuaikan dengan tipologi kondisi medan wiliayah masing-masing.
5) Pendekatan agama, masyarakat Papua sangat indentik dan taat terhadap agama
bahkan ada beberapa wilayah di Papua yang lebih mentaati tokoh agama dari
pada tokoh pemerintah daerah, sehingga perkataan pastor atau pemuka agama
lainnya yang menjadi mayoritas masyarakat Papua sangat berpengaruh
terhadap masyarakat Papua, pendekatan agama dilakukan dengan turut serta
dalam kegiatan keagamaan di wilayah operasi, serta adanya anggota yang dapat
memberikan khotbah di gereja, dan turut serta membantu dalam pembangunan
infrastruktur rumah ibadah di wilayah operasi.
10

6) Pendekatan dengan Lembaga Musyawarah Adat (LMA) di daerah penugasan.


Ikut serta secara aktif membantu memfasilitasi dan berkoordinasi dengan para
tetua adat, agar mendapat dukungan untuk kegiatan positif yang diselenggarakan
oleh TNI.
7) Bakti sosial melalui pengobatan gratis, khususnya di wilayah yang jauh dari
rumah sakit ataupun puskesmas. Kehadiran pos yang memiliki bakes akan
sangat bermanfaat dan dibutuhkan oleh masyarakat sekitar, masyarakat akan
datang untuk berobat, dan tidak ragu-ragu meninta obat, terkadang anak-anak
kecil Papua mengaku sakit perut karena hanya ingin meminta oralit (obat diare
rasa jeruk). Hal ini tentunya dapat terjadi apabila masyarakat sudah menerima
pos tersebut, pengobatan gratis ini juga dapat dilakukan bersinergi dengan
pemerintah daerah ataupun dinas terkait pada hari-hari besar terntentu untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dalam mendukung pembangunan,
kesejahteraan dan keamanan di wilayah Papua.

Hal-hal ini adalah kegiatan yang berinteraksi langsung dengan masyarakat diharapkan
dapat menyentuh hati masyarakat untuk mendukung pembangunan, kesejahteraan, dan
keamanan di wilayah Papua.

D. Sinergitas Pihak Terkait dalam Mendukung Pelaksanaan Tugas Operasi di


Wilayah Papua

Perlunya keselarasan dan kekompakan antara pihak terkait dalam hal ini aparat
kemanan, pemerintah daerah maupun LSM, guna mendukung pembangunan,
kesejahteraan dan keamanan di wilayah Papua perlunya keterlibatan seluruh pihak yang
terkait, harus ada satu kesatuan dalam visi dan misi untuk mencapai keberhasilan tugas
operasi, satuan tugas tidak akan optimal dalam pelaksanaan tugas apabila tidak ada
dukungan dan kerjasama dari pemerintah daerah maupun LSM, begitu pula sebalikanya
tidak sedikit program-program pemerintah daerah yang terhambat karena situasi kemanan
yang ada di wilayah Papua, untuk itu perlunya komunikasi dan toleransi antara pihak terkait
dalam hal ini penulis membagi menjadi dua bagian yaitu internal dan eksternal.

Internal yang dimaksudkan adalah dalam lingkup aparat kemanan itu sendiri dalam
suatu wilayah pasti akan ada lebih dari satu satuan biasanya dalam suatu wilayah akan ada
satuan Yonif penugasan, Yonif organik, BIN, BAIS, Polri dan lain-lain, antar satuan ini
diharapkan memiliki sinergitas dan kekompakan antara satu dan lainnya, banyak terjadi
permasalahan-permasalahan antara satuan yang akhirnya tidak dapat mencapai
11

keberhasilan tugas operasi, diharapkan satuan tugas yang berada di daerah operasi harus
satu Komando, apabila BKO Kodam XVII/Cendrawasih maka seluruh satuan yang di BKO
kan harus saling mendukung dan saling mengisi untuk mencapai tugas pokok, tidak ada
lagi ego satuan yang akan menghambat keberhasilan tugas, aparat intel harus satu suara
dalam mendukung aparat territorial sehingga tidak adanya perlombaan siapa yang terbaik
tertapi keberhasilan tersebut akan menjadi keberhasilan bersama.

Eksternal, yaitu kerjasama dan koordinasi antara satuan tugas dengan pemerintah
daerah ataupun LSM, dukungan pemerintah daerah dan LSM ini akan dapat
mengoptimalkan keberhasilan tugas operasi, hal ini tentunya akan tercapai apabila satuan
tugas tersebut menguasai wilayah dengan intens melakukan komunikasi dengan tokoh-
tokoh yang ada di wilayahnya, karena pada akhirnya pembangunan, kesejahteraan dan
keamanan di wilayah Papua adalah kepentingan seluruh pihak tidak hanya aparat
kemanan, pemerintah daerah dan LSM khususnya masyarakat akan mendapatkan manfaat
apabila pembangunan, kesejahteraan dan kemamanan di wilayah Papua terwujud.

PENUTUP

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konflik yang terjadi di wilayah Papua ini
tidak terlepas dari sejarah campur tangan belanda dan operasi militer dengan
menggunakan pendekatan hard power/tempur meninggalkan luka di hati masyarakat
Papua, maka perlunya strategi operasi militer dalam mendukung pembangunan,
kesejahteraan dan keamanan di wilayah Papua dengan pola pendekatan persuasif dan
adaptif mengikuti perkembangan situasi terkini di wilayah Papua, dalam rangka
menyelesaikan konflik di Papua secara tuntas dan tidak menimbulkan masalah baru.

Unsur-unsur aparat keamanan harus bisa berkolaborasi dengan entitas sipil seperti
pemerintah daerah/badan pemerintah lainnya, lembaga swadaya masyarakat, atau
organisasi internasional, maupun lewat koordinasi antarpemerintah guna mem-berdayakan
masyarakat adat Papua sebagai langkah melanggengkan perdamaian yang berakar
pada kebudayaan lokal setempat. Tak lupa, hal ini dilangsungkan sesuai dengan inisiatif
masyarakat adat Papua.Kajian ini memperlihatkan, pengendalian otoritas sipil atas militer
tidak hanya dapat mengandalkan institusi-institusi saja tetapi juga hubungan interaktif,
baik antara prinsipal dan agen maupun di dalam prinsipaldanagen itu sendiri.
Pengendalian sipil atas militer di Pro-vinsi Papua dalam kerangka sistem pertahanan
negara perlu melihat bagaimana dinamika itu terjadi sepanjang sejarahnya.(Tippe,
2014)
12

Tentunya upaya-upaya yang dibahas di atas tidak dapat dilaksanakan secara


optimal secara keseluruhan oleh suatu satuan tugas, oleh karenanya penulis menyarankan
beberapa hal antara lain ; 1) Dalam penyiapan satuan tugas harus didasari analisa potensi
wilayah dan perkembangan situasi oleh satuan tugas sebelumnya atau yang saat ini
sedang melaksanakan tugas operasi; 2) Adanya koordinasi satuan atas dalam hal ini
Mabesad dan Mabes TNI dalam kerja sama dengan kementrian terkait dalam membekali
satuan tugas dengan penataran pengajar, pendongeng, bercocok tanam dan lain-lain yang
dapat mendukung tugas operasi, 3) Perlunya perhatian khusus untuk pemenuhan sarana
dan prasarana pos yang layak dan mumpuni dalam rangka mendukung keberhasilan tugas
operasi,
13

DAFTAR PUSTAKA

Easton, M., Mambrasar Zandra, Marisan, F., Mirino, J. W., Nari, D., Radongkir, D.,
Rumbekwan, A., Rumbrapuk, M., Rumbrar Sem, Tagihuma, A., & Wandita, G. (2012).
Masa Lalu yang Tak Berlalu: Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Tanah Papua
Sebelum dan Sesudah Reformasi. International Center for Transitional Justice.
Hadi, R. P. (2017). Strategi Perang Informasi (Netwar) dan Perjuangan Non-violent dalam
Upaya Pemisahan Diri Papua di Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional
Indonesia, Pub. L. No. 34, 1 (2004).
http://www.dpr.go.id/dokblog/dokumen/F_20150616_4760.PDF
Tippe, S. (2014). Relasi Sipil-Militer dalam Pemberdayaan Masyarakat Papua. Jurnal
Sosiologi Masyarakat, 19(2), 287–303. www.journal.ui.ac.id/jsm

Anda mungkin juga menyukai