PENDAHULUAN
Konflik yang terjadi di wilayah Papua telah terjadi sejak tahun 1961, dimana pada
tanggal 5 April 1961 Belanda membentuk Nieuw Guinea Raad (Dewan Nugini Belanda)
yang terdiri dari orang asli Papua yang masih setia pada pemerintahan Belanda dengan
tujuan pendiriannya adalah untuk menggagalkan penggabungan Papua kedalam NKRI. Hal
ini berlanjut pada tanggal 1 Desember 1961, bendera bintang kejora dikibarkan sejajar
dengan bendera Belanda di Hollandia (nama kota Jayapura saat itu), sehingga tanggal 1
Desember 1961 yang di klaim oleh kelompok Pro Papua Merdeka sebagai hari
kemerdekaan Papua Barat. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia menginstruksikan untuk
pelaksanaan operasi militer di Papua dari tahun 1963 sampai dengan saat ini. Kehadiran
militer di Papua sendiri merupakan bentuk perlindungan pemerintah Indonesia
terhadap Papua dan untuk mengatasi berbagai kasus pelanggaran maupun
pemberontakan juga pencurian hasil sumber daya alam nasional di wilayah tersebut.
Hal ini diperparah dengan adanya berbagai kejadian pelanggaran yang dilakukan
oleh oknum aparat keamanan yang berada di daerah operasi militer di Papua. Tentu hal ini
tidak sejalan dengan Tugas Pokok TNI (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia, 2004) yaitu menegakkan kedaulatan
negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara; satuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman
2
dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. TNI AD sebagai bagian dari TNI
yang merupakan komponen utama kekuatan pertahanan negara di darat diharapkan dapat
menunaikan tugas pokok sesuai dengan yang diamanatkan oleh undang-undang tersebut.
Penyelesaian konflik di Papua ini tidak terlepas dari strategi operasi militer yang
dilaksanakan di Papua. Operasi militer di Papua yang sebelumnya menggunakan pola hard
power atau pola pertempuran haruslah disesuaikan dengan kebutuhan dan dampak yang
akan terjadi di masa yang akan datang untuk tidak menambah luka di hati masyarakat
Papua dan menciptakan OPM generasi selanjutnya dengan merubah pola operasi dengan
pendekatan pembangunan, kesejahteraan dan keamanan.
Penulisan essay dimaksudkan untuk memberikan gambaran kondisi dan solusi agar
satuan yang akan melaksanakan tugas operasi di wilayah Papua memiliki perencanaan dan
persiapan yang lebih baik dalam melaksanakan tugas operasi dan mendapatkan
keberhasilan serta sejalan dengan tugas pokok TNI. Adapun metode yang digunakan dalam
penulisan essai ini adalah menggunakan metode deskriptif analisis yang berdasarkan
pengamatan di lapangan melalui pendekatan secara empiris serta studi kepustakaan.
Adapun nilai guna yang dapat diambil adalah agar pembaca dapat mengetahui
langkah dan upaya satuan yang akan melaksanakan tugas operasi dalam melaksanakan
tugas operasi di wilayah Papua dengan pola operasi yang menitikberatkan pada teritorial
dan sebagai sumbang saran dan pikiran kepada komando atas dalam membantu
3
penyelesaian konflik yang terjadi di wilayah Papua, sedangkan maksud dan tujuannya
adalah memberikan gambaran tentang strategi operasi militer yang digunakan dalam
penyelesaian konflik di wilayah Papua guna keberhasilan pelaksanaan tugas operasi.
ruang lingkup penulisan esai ini meliputi pendahuluan,pembahasan dan penutup dengan
pembatasan meliputi 4 (empat) aspek yaitu konsep penyiapan operasi yang efektif dan
efisien, pola operasi, inovasi dalam pelaksanaan tugas operasi dan sinergitas pihak terkait
dalam mendukung pelaksanaan tugas operasi di wilayah Papua.
PEMBAHASAN
Perancangan strategi pembinaan TNI AD merupakan tahapan penting dalam
merumuskan berbagai program pembinaan TNI AD dengan tujuan membentuk pertahanan
negara. Perencanaan tugas operasi meliputi perencanaan menyangkut pembuatan tentang
apa yang akan dilakukan sebelum, selama, dan setelah tugas operasi (konsep mekanisme
tugas operasi, bagaimana melakukannya, kapan melakukannya dan siapa yang akan
melakukan tugas operasi tersebut). Meskipun dalam setiap tugas operasi pasti sudah
dilaksanakan perencanaan yang matang namun dari fakta-fakta temuan tugas operasi
sampai saat ini masih adanya kekurangan dan kelemahan dari perencanaan yang telah
dibuat baik dalam pelaksanaannya yang tidak sesuai rencana, sarana, dan prasarana yang
didukung tidak sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat dan tidak terdelegasikannya
rencana tersebut kepada unsur pelaksana.
Penggunaan metode non-violent dalam konflik juga dapat efektif dalam memenangkan
loyalitas pasukan militer yang mungkin dikerahkan oleh pihak oposisi sebagai pasukan
pertahanan. Hal ini dikarenakan, ketika perlawanan dihadapkan dengan perjuangan
nonviolent kemungkinan pasukan militer untuk menuruti perintah melawan dengan
kekerasan atau bahkan membunuh juga akan berkurang secara tidak langsung (Hadi,
2017). Untuk itu perlunya konsep penyiapan operasi yang efektif dan efisien dengan pola
operasi yang menitik beratkan pada teritotrial.
Konsep penyiapan operasi yang efektif dan efisien merupakan komponen penting
dalam strategi operasi militer dalam mendukung pembangunan, kesejahteraan dan
keamanan di wilayah Papua, karena dengan penyiapan yang baik akan memberikan
kemudahan kepada satuan yang akan melaksanakan tugas operasi saat di daerah operasi,
dan dalam perumusan konsep penyiapan operasi harus berbasis pada analisa wilayah yang
akan dilaksanakan tugas operasi, dalam hal ini ada dua penyiapan operasi yang harus
4
dilakukan yaitu pertama. Penyiapan secara umum dan kedua penyiapan secara khusus
guna penyiapan operasi yang efektif dan efisien.
Penyiapan secara umum adalah penyiapan operasi yang dilakukan berlaku kepada
seluruh satuan yang akan melaksanakan tugas operasi di wilayah Papua yang didasarkan
pada Analisa perkembangan situasi terkini di wilayah Papua secara umum, kejadian-
kejadian menonjol dan permasalahan yang terjadi diseluruh Papua yang akan menjadi
dasar dari Analisa tersebut, sebagai contoh penyerangan Pos yang terjadi pada hari Sabtu
tanggal 26 Maret 2022 pukul 17.40 WIT terjadi gangguan tembakan oleh KST Nduga
terhadap Pos Quary Bawah Satgas Mupe Yon Mar III, saat sedang melaks siaga senja.
Tembakan kelompok KST menyebabkan 10 Pers Pos Quary Bawah mengalami luka
tembak, evaluasi dan analisa dari kejadian tersebut agar dijadikan salah satu dasar Analisa
dalam mengkonsep penyiapan operasi secara umum, apabila dari hasil Analisa bahwa
adanya kelengahan personel ataupun kurangnya sarana prasarana Pos dalam menghadapi
serangan OPM maka dalam konsep penyiapan operasi satuan yang akan melaksanakan
tugas operasi harus dipersiapkan materi latihan tempur untuk meningkatkan kewaspadaan
dalam pengamanan Pos, serta perlunya penyiapan sarana dan sarana Pos yang mumpuni
dan dapat bertahan dari serangan OPM, Adapun materi latihan penyiapan operasi secara
umum sebagai berikut ;
Materi latihan diatas adalah materi latihan dalam penyiapan satuan yang akan
berangkat tugas di wilayah Papua secara umum. Adapun penyiapan secara khusus ini
didasarkan pada analisa dari suatu wilayah tertentu dan belum tentu dapat dilakukan di
wilayah lainnya di Papua, wilayah yang dimaksud adalah sampai dengan tingkat kabupaten
atau bahkan distrik, sehingga penentuan konsep penyiapan tugas operasi tersebut tepat
sasaran, sebagai contoh Batalyon A akan melaksanakan tugas operasi di Distrik Ilu
Kabupaten Puncak Jaya Provinsi Papua, maka konsep penyiapan operasinya akan menitik
beratkan pada kondisi wilayah yang ada di Distrik Ilu tersebut, apabila hasil Analisa Pos
yang saat ini sedang melaksanakan tugas operasi di Ilu adalah tidak optimalnya
pembangunan, kesejahteraan dan keamanan di karenakan tingginya harga sembako yang
disebabkan oleh susahnya akses jalan ke wilayah tersebut, maka Satuan yang akan
melaksanakan tugas operasi di Distrik Ilu harus melaksanakan penyiapan dari basis untuk
membantu mengatasi pemasalahan yang ada di Ilu yaitu mahalnya harga sembako
disebabkan sulinya akses menuju Distrik Ilu dari Wamena dan Jayapura, satuan yang akan
melaksanakan operasi di Ilu sebelum infiltrasi menuju daerah operasi melaksanakan
koordinasi dengan dinas ataupun kementrian terkait untuk menyediakan bibit yang cocok
dengan tanah di distrik Ilu dan melaksanakan pelatihan bagi anggota untuk pendampingan
dalam pertanian maupun perikanan sehingga Distrik Ilu dapat mendukung masyarakat yang
mandiri tidak bergantung pada sembako yang harus di kirim dari Wamena maupun
Jayapura.
Dalam penyiapan operasi perlunya peran satuan yang saat ini sedang melaksanakan
tugas operasi untuk memberikan data tentang kondisi wilayah di Papua sehingga
penyiapan operasi yang dilakukan tepat sasaran, efektif dan efisien. Selanjutnya dalam
penyiapan operasi juga perlunya dilaksanakan kegiatan briefing ataupun kegiatan
kolaborasi antara satuan-satuan yang akan berangkat tugas khususnya di wilayah yang
sama contohnya dalam satu wilayah terdapat lebih dari 1 satuan yang melaksanakan tugas
operasi ada Yonif, Marinir, Bais TNI, Kopasgat dan lain-lain, tentunya harus ada
keselarasan antara satuan-satuan yang ada di suatu wilayah untuk mendukung tujuan yang
sama, sehingga dengan adanya kegiatan Bersama sebelum berangkat tugas akan
meningkatkan hubungan emosional antara satuan dalam berkoordinasi guna mendukung
keberhasilan tugas operasi
B. Pola Operasi
Sejalan dengan UU No 2 tahun 2021 tentang otonomi khusus bagi Provinsi Papua
sebagai pengganti UU No 21 tahun 2001, Kepres No 20 tahun 2020 serta Inpres no 9 tahun
6
3) Membentuk tirai masa, adalah menciptakan rasa aman dan nyaman adanya
aparat kemanan di suatu wilayah tersebut, sehingga masyarakat menganggap
aparat satuan tugas tersebut adalah keluarganya, propertinya dan adanya rasa
kepemilikan, hal ini secara tidak langsung akan menciptakan semacam
perlindungan terhadap aksi serangan-serangan dari OPM, dan masyarakat
tersebutlah yang melindungi Pos-pos tersebut sebagai tirai masa, dan OPM pun
tidak akan berani mengganggu apalagi menyerang Pos tersebut karena pada
dasarnya OPM tetap orang Papua dan orang Papua tunduk dengan adat istiadat
yang berlaku, tirai masa ini selain melindungi Pos juga dapat mengurangi
pengaruh Pro Papua Merdeka terhadap generasi selanjutnya, karena nantinya
aparat kemanan yang mendapat pengakuan dari masyarakat akan menjadi idola
dari anak-anak di wilayah tersebut, diharapkan banyaknya generasi muda Papua
yang berkeinginan menjadi Tentara ataupun Polisi, sangat miris sekali apabil ada
anak-anak Papua yang bercita-cita menjadi OPM, hal ini tentunya dapat di hindari
dengan peran aparat kemanan yang memberikan rasa aman dan nyaman
terhadap masyarakat dengan menjadi contoh dan mempelopori usaha-usaha
untuk mengatasi kesulitan rakyat sekelilingnya.
Inovasi adalah semua hal baru yang berangkat dari ilmu pengetahuan, serta dapat
memberikan manfaat dalam kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan
dalam pengembangan inovasi, jika dikaitkan dengan pelaksanaan tugas operasi dapat
disimpulkan melakukan langkah-langkah baru yang dapat bermanfaat bagi masyarakat di
wilayah operasi adapun beberapa inovasi yang dapat dilakukan dalam akselerasi
keberhasilan operasi diantaranya melakukan pembinaan teritorial dengan kegiatan sebagai
berikut:
Hal-hal ini adalah kegiatan yang berinteraksi langsung dengan masyarakat diharapkan
dapat menyentuh hati masyarakat untuk mendukung pembangunan, kesejahteraan, dan
keamanan di wilayah Papua.
Perlunya keselarasan dan kekompakan antara pihak terkait dalam hal ini aparat
kemanan, pemerintah daerah maupun LSM, guna mendukung pembangunan,
kesejahteraan dan keamanan di wilayah Papua perlunya keterlibatan seluruh pihak yang
terkait, harus ada satu kesatuan dalam visi dan misi untuk mencapai keberhasilan tugas
operasi, satuan tugas tidak akan optimal dalam pelaksanaan tugas apabila tidak ada
dukungan dan kerjasama dari pemerintah daerah maupun LSM, begitu pula sebalikanya
tidak sedikit program-program pemerintah daerah yang terhambat karena situasi kemanan
yang ada di wilayah Papua, untuk itu perlunya komunikasi dan toleransi antara pihak terkait
dalam hal ini penulis membagi menjadi dua bagian yaitu internal dan eksternal.
Internal yang dimaksudkan adalah dalam lingkup aparat kemanan itu sendiri dalam
suatu wilayah pasti akan ada lebih dari satu satuan biasanya dalam suatu wilayah akan ada
satuan Yonif penugasan, Yonif organik, BIN, BAIS, Polri dan lain-lain, antar satuan ini
diharapkan memiliki sinergitas dan kekompakan antara satu dan lainnya, banyak terjadi
permasalahan-permasalahan antara satuan yang akhirnya tidak dapat mencapai
11
keberhasilan tugas operasi, diharapkan satuan tugas yang berada di daerah operasi harus
satu Komando, apabila BKO Kodam XVII/Cendrawasih maka seluruh satuan yang di BKO
kan harus saling mendukung dan saling mengisi untuk mencapai tugas pokok, tidak ada
lagi ego satuan yang akan menghambat keberhasilan tugas, aparat intel harus satu suara
dalam mendukung aparat territorial sehingga tidak adanya perlombaan siapa yang terbaik
tertapi keberhasilan tersebut akan menjadi keberhasilan bersama.
Eksternal, yaitu kerjasama dan koordinasi antara satuan tugas dengan pemerintah
daerah ataupun LSM, dukungan pemerintah daerah dan LSM ini akan dapat
mengoptimalkan keberhasilan tugas operasi, hal ini tentunya akan tercapai apabila satuan
tugas tersebut menguasai wilayah dengan intens melakukan komunikasi dengan tokoh-
tokoh yang ada di wilayahnya, karena pada akhirnya pembangunan, kesejahteraan dan
keamanan di wilayah Papua adalah kepentingan seluruh pihak tidak hanya aparat
kemanan, pemerintah daerah dan LSM khususnya masyarakat akan mendapatkan manfaat
apabila pembangunan, kesejahteraan dan kemamanan di wilayah Papua terwujud.
PENUTUP
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konflik yang terjadi di wilayah Papua ini
tidak terlepas dari sejarah campur tangan belanda dan operasi militer dengan
menggunakan pendekatan hard power/tempur meninggalkan luka di hati masyarakat
Papua, maka perlunya strategi operasi militer dalam mendukung pembangunan,
kesejahteraan dan keamanan di wilayah Papua dengan pola pendekatan persuasif dan
adaptif mengikuti perkembangan situasi terkini di wilayah Papua, dalam rangka
menyelesaikan konflik di Papua secara tuntas dan tidak menimbulkan masalah baru.
Unsur-unsur aparat keamanan harus bisa berkolaborasi dengan entitas sipil seperti
pemerintah daerah/badan pemerintah lainnya, lembaga swadaya masyarakat, atau
organisasi internasional, maupun lewat koordinasi antarpemerintah guna mem-berdayakan
masyarakat adat Papua sebagai langkah melanggengkan perdamaian yang berakar
pada kebudayaan lokal setempat. Tak lupa, hal ini dilangsungkan sesuai dengan inisiatif
masyarakat adat Papua.Kajian ini memperlihatkan, pengendalian otoritas sipil atas militer
tidak hanya dapat mengandalkan institusi-institusi saja tetapi juga hubungan interaktif,
baik antara prinsipal dan agen maupun di dalam prinsipaldanagen itu sendiri.
Pengendalian sipil atas militer di Pro-vinsi Papua dalam kerangka sistem pertahanan
negara perlu melihat bagaimana dinamika itu terjadi sepanjang sejarahnya.(Tippe,
2014)
12
DAFTAR PUSTAKA
Easton, M., Mambrasar Zandra, Marisan, F., Mirino, J. W., Nari, D., Radongkir, D.,
Rumbekwan, A., Rumbrapuk, M., Rumbrar Sem, Tagihuma, A., & Wandita, G. (2012).
Masa Lalu yang Tak Berlalu: Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Tanah Papua
Sebelum dan Sesudah Reformasi. International Center for Transitional Justice.
Hadi, R. P. (2017). Strategi Perang Informasi (Netwar) dan Perjuangan Non-violent dalam
Upaya Pemisahan Diri Papua di Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional
Indonesia, Pub. L. No. 34, 1 (2004).
http://www.dpr.go.id/dokblog/dokumen/F_20150616_4760.PDF
Tippe, S. (2014). Relasi Sipil-Militer dalam Pemberdayaan Masyarakat Papua. Jurnal
Sosiologi Masyarakat, 19(2), 287–303. www.journal.ui.ac.id/jsm