OLEH :
TAHUN 2023
PENINGKATAN KINERJA MELALUI PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU
WILAYAH BEBAS DARI KORUPSI (WBK) DAN WILAYAH BIROKRASI BERSIH
DAN MELAYANI (WBBM) DI LINGKUNGAN PUSAT KERJA SAMA
INTERNASIONAL TNI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1.
2.
3. paksaan untuk
memotivasi orang
mencapai tujuan (Gibson,
1997). Hal senada juga
4
4. disampaikan oleh
Subarini (2011), bahwa
kepemimpinan juga
melibatkan pengaruh.
5. Menurutnya
kepemimpinan adalah
suatu proses yang
melibatkan pengaruh,
terjadi
6. dalam konteks individu
atau kelompok, dan
melibatkan pencapaian
tujuan. Kedua
7. definisi tersebut
menunjukkan bahwa
5
kepemimpinan selalu
melibatkan pengikut,
8. sehingga memotivasi
pengikut melalui
pemenuhan
kebutuhannya menjadi
hal
9. penting Ketika ingin
menjadi pemimpin yang
baik. Rumusan Masalah
2. Permasalahan
Pusat Kerja Sama Internasional TNI merupakan Badan Pelaksana yang dapat
dikatakan masing tergolong baru dibandingkan dengan Unit Organisasi (UO) ataupun Satker-
satker lain di lingkungan jajaran Mabes TNI. Dengan semakin meningkatnya kerja sama
internasional yang dilakukan oleh TNI yang terbagi dalam 4 bidang yaitu intelijen, operasi,
personel dan logistik maka diperlukan adanya satu perencanaan kegiatan yang sangat
matang serta pengelolaan perencanaan anggaran yang baik dan transparan. Namun tidak
dapat dipungkiri bahwa sebagai Satker baru di lingkungan Mabes TNI, sebagian besar
personel Puskersin TNI belum memiliki kemampuan yang maksimal di dalam penguasaan
bahasa asing dan penguasaan hokum-hukum internasional. Di samping itu juga masih
terdapat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang belum optimal. Oleh karena itu perlu
6
dilakukan sebuah terobosan atau inovasi baru yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kinerja Puskersin TNI di dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3. Identifikasi masalah
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan belum maksimalnya pelaksanaan fungsi
utama dan tugas pokok Puskersin TNI, yaitu antara lain :
1) Kurangnya kemampuan penguasaan bahasa asing personel.
2) Minimnya penguasaan aturan mengenai hukum internasional personel.
3) Belum optimalnya pelaksanaan manajemen kinerja.
Dari beberapa isu penting atau permasalahan yang terdapat di lingkungan Puskersin
TNI, maka perlu di analisa mengenai penyebab terjadinya masalah tersebut seperti yang di
tampilkan dari table berikut:
Tabel 1
Analisis Penyebab Terjadinya Masalah
N Pertanyaan Penyebab
o
1 2 3
1. Mengapa kemampuan penguasaan Kurangnya personel yang mempunyai latar
bahasa asing kurang? belakang atau memiliki kemampuan bahasa
asing saat perekrutan.
2. Mengapa kemampuan menguasai Masih minimnya personel yang berlatang
hukum internasional minim? belakang pendidikan ilmu hokum yang
mengisi DSP di Puskersin TNI
3. Mengapa pelaksanaan manajemen Masih kurangnya atensi dari pimpinan di
kinerja belum optimal dalam pelaksanaan kinerja yang berbasis
7
outcome
Untuk menentukan masalah yang dominan dari ketiga isu tersebut diperlukan metode
USG (Urgency, Seriousness, Growth). Dari ketiga isu tersebut, setelah diadakan identifikasi
isu yang menjadi masalah dan prioritas untuk ditangani, dengan nilai priortias tertinggi
(Urgent, Seriousness, and Growth) adalah seperti terlihat pada tabel metode USG:
Tabel II
Isu-isu Aktual
Penilaia
N Urutan
Isu Aktual n Jumlah
o Prioritas
U S G
1 2 3 4 5 6 7
1. Kurangnya kemampuan penguasaan bahasa 5 4 4 13 II
asing
2. Minimnya penguasaan aturan mengenai hukum 4 4 4 12 III
internasional
3. Belum optimalnya pelaksanaan manajemen 5 5 4 14 I
kinerja
Keterangan :
Berdasarkan analisis USG terhadap ketiga Isu tersebut di atas, maka isu “belum
optimalnya pelaksanaan manajemen kinerja” merupakan isu prioritas untuk segera
diselesaikan melalui pembangunan Zona Integritas guna meningkatkan kinerja dari
Puskersin TNI.
4. Dampak Permasalahan
Dari berbagai macam isu yang telah di jelaskan di atas, maka perlu diadakan suatu
peningkatan kinerja dari setiap personel Puskersin TNI, Sebab jika hal ini tidak segera
dilaksanakan, maka akan memberikan dampak negatif bagi Puskersin TNI antara lain:
1. Terjadi komunikasi yang tidak lancar di saat melaksanakan tugas pokok dan fungsi di
dalam menjalin kerjasama dengan angkatan bersenjata negara luar.
2. Dapat terjadinya perbedaan persepsi di dalam pemahaman tentang aturan hukum
internasional yang berlaku.
3. Kurang optimalnya pelaksanaan manajemen kinerja dari mulai tahap perencanaan,
pelaksanaan sampai dengan tahap monitoring dan evaluasi.
BAB III
STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH
9
reformasi birokrasi, khususnya dalam hal pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas
pelayanan publik.
Di dalam pembangunan ZI di lingkungan Satker Mabes TNI harus mepedomani
Peraturan Menteri PANRB Nomor 90 Tahun 2021 tentang Pembangunan dan Evaluasi Zona
Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di
Lingkungan Instansi Pemerintah. Terdapat beberapa hal yang perlu di lakukan oleh Satker di
dalam pelaksanaan pembangunan ZI, antara lain :
a. pembangunan area perubahan ZI dengan menetapkan program pembangunan
ZI yang disesuaikan dengan hasil identifikasi jenis layanan utama satker, isu strategis
dan resiko-resiko yang dihadapai oleh satker;
b. Menyusun berbagai solusi yang inovatif sesuai prioritas atas permasalahan-
permasalahan yang dihadapi satker;
c. Menyelaraskan program kerja satker dengan 6 (enam) area perubahan yang
ada pada ZI; dan
d. Membentuk Tim Kerja yang terdiri dari pejabat dan pegawai pada satker untuk
melakukan pembangunan pada tiap area perubahan agar setiap program kerja ZI
satker dapat berjalan dengan baik. Tim kerja akan menyusun dan mengkoordinasikan
rencana kerja/aksi yang terukur dan memiliki target yang jelas dalam pembangunan ZI
untuk kemudian dilaksanakan dengan seluruh anggota satker.
Pembangunan Zona Integritas mempunyai 2 (dua) komponen yang harus dibangun
yaitu komponen pengungkit dan komponen hasil. Komponen pengungkit merupakan
komponen yang menjadi faktor penentu pencapaian sasaran hasil pembangunan Zona
Integritas menuju WBK/WBBM. Terdapat enam komponen pengungkit, yaitu Manajemen
Perubahan, Penataan Tatalaksana, Penataan Manajemen SDM, Penguatan Akuntabilitas
Kinerja, Penguatan Pengawasan, dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik. Komponen
hasil terdiri dari 2 (dua) unsur yaitu, Terwujudnya Pemerintahan yang Bersih dan Bebas KKN
dan Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik kepada Masyarakat.
Penilaian terhadap setiap program dalam komponen pengungkit dan komponen hasil
diukur melalui indikator-indikator yang dipandang mewakili program tersebut. Sehingga
dengan menilai indikator tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran pencapaian
upaya yang berdampak pada pencapaian sasaran.
10
6. Rencana Aksi Bidang Pengungkit
1. Manajemen Perubahan
Indikator:
a. Penyusunan Tim Kerja. Penyusunan Tim Kerja dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Pembentukan Tim Pelaksana Pembangunan Zona Integritas
menuju WBK/WBBM yang dituangkan dalam surat keputusan Kepala
Puskersin TNI;
2) Penentuan anggota tim selain pimpinan (ketua, wakil ketua dan
ketua bidang) melalui prosedur/mekanisme yang jelas.
b. Dokumen Rencana Pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM.
Penyusunan dokumen rencana kerja pembangunan zona integritas menuju
WBK/WBBM dilakukan dengan memperhatikan:
1) Penyusunan dokumen rencana kerja pembangunan mulai dari
proses perencanaan pembangunan sampai dengan pengembangannya;
2) Penyusunan dokumen rencana kerja tersebut harus memuat
target-target prioritas yang relevan dengan tujuan pembangunan
WBK/WBBM;
3) Penyediaan media atau mekanisme sosialisasi Rencana Kerja
Pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM, sosialisasi dapat
dilaksanakan melalui:
a) Kegiatan “Pencanangan pembangunan Zona Integritas”
yang dihadiri oleh seluruh pegawai dan media banner;
b) Acara do'a bersama setiap Senin pagi;
c) Penyusunan notulen pelaksanaan sosialisasi.
c. Pemantauan dan Evaluasi Pembangunan Zona Integritas menuju
WBK/WBBM. Pemantauan dan evaluasi tersebut dilaksanakan dengan:
1) Menyusun Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Zona
Integritas setiap triwulan;
11
2) Monitoring pelaksanaan rencana kerja masing-masing bidang
pembangunan Zona Integritas setiap bulan melalui rapat;
3) Menyusun Laporan Monitoring dan Evaluasi Rencana Kerja setiap
triwulan;
4) Monitoring atas pelaksanaan program kerja agen perubahan;
5) Menyusun rekomendasi atas hasil monitoring pelaksanaan
pembangunan Zona Integritas dan rencana kerja masing-masing bidang
pembangunan.
d. Perubahan Pola Pikir dan Budaya Kerja. Perubahan pola pikir dan
budaya kerja dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Pemimpin menjadi role model Pembangunan Zona Integritas
menuju WBK/WBBM dengan dokumen bukti pelaksanaan (misalnya foto
dan penjelasan pelaksanaan finger print);
2) Menetapkan unsur dan kriteria, serta personil agen perubahan,
termasuk tim kerja agen perubahan;
3) Menetapkan program kerja agen perubahan;
4) Menginventarisir agenda pembangunan budaya kerja dan pola
pikir yang sudah berjalan;
5) Menginventarisir dan mengarsipkan notulen rapat pembangunan
ZI, dan melakukan telaah dan penjelasan terkait unsur keterwakilan
setiap seksi.
Target:
a. Meningkatnya komitmen seluruh jajaran dan personel Puskersin TNI
dalam membangun Zona Integritas menuju WBK/WBBM;
b. Terjadinya perubahan pola piklr dan budaya kerja pada personel
Puskersin TNI sesuai usulan sebagai zona integritas menuju WBK/WBBM;
c. Menurunnya risiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan timbulnya
resistensi terhadap perubahan.
Target:
a. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SDM aparatur
pada masing-masing Zona Integritas menuju WBK/WBBM;
b. Meningkatkan disiplin SDM aparatur pada masing-masing Zona
Integritas menuju WBK/WBBM;
c. Meningkatkan efektivitas manajemen SDM aparatur pada Zona
Integritas menuju WBK/WBBM;
d. Meningkatkan profesionalisme SDM aparatur pada zona Integritas
menuju WBK/WBBM.
20
Capaian jangka menengah adalah suatu capaian area perubahan dimana
merupakan tindak lanjut dari capaian jangka pendek yang merupakan pengembangan
atau penyempurnaan pada inovasi yang sudah dilaksanakan, waktu pelaksanaan
kerja terhitung selama 6 (enam) bulan dari saat dimulainya seluruh rangkaian
pembangunan Zona Integritas sampai dengan evaluasi kinerja dari Puskersin TNI.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Outcome dari upaya pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik
yang dilaksanakan secara konkrit di dalam lingkup Zona Integritas adalah terbentuknya
WBK/WBBM di Pusat Kerja sama Internasional TNI. Pengembangan WBK dan WBBM
secara bertahap diharapkan akan memberikan kontribusi yang dapat meningkatkan nilai IPK
Puskersin TNI khususnya dan IPK Mabes TNI umumnya.
Rencana aksi ini bersifat dinamis, dalam arti ketentuan-ketentuan di dalamnya dapat
diubah sesuai kebutuhan yang memuat indikator dalam rangka penetapan predikat menuju
WBK dan WBBM yang diyakini semakin mengarah kepada zero tolerance approach dalam
pemberantasan korupsi.
21
Jakarta 3 Juli 2023
Penulis,
22