Anda di halaman 1dari 22

STAF PERSONALIA TENTARA NASIONAL INDONESIA

PUSAT KOMPETENSI APARATUR SIPIL NEGARA


SAMPUL

ESSAI 1 AGENDA III

OLEH :

Nama : Ade Hardi Zivago, SH


Golongan : Penata TK I / III D
NIP : 197109011999031001

PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRASI

ANGKATAN VII MABES TNI

TAHUN 2023
PENINGKATAN KINERJA MELALUI PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU
WILAYAH BEBAS DARI KORUPSI (WBK) DAN WILAYAH BIROKRASI BERSIH
DAN MELAYANI (WBBM) DI LINGKUNGAN PUSAT KERJA SAMA
INTERNASIONAL TNI

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pusat Kerja Sama Internasional TNI merupakan Badan Pelaksana yang


melaksanakan kerjasama internasional dengan angkatan bersenjata negara lain. Puskersin
TNI dipimpin oleh seorang jenderal bintang satu dan secara resmi disebut sebagai Kepala
Pusat Kerjasama Internasional TNI atau Kapuskersin TNI. Puskersin TNI dibentuk
berdasarkan Peraturan Panglima TNI Nomor 19 Tahun 2021. Struktur organisasi Puskersin
TNI berada langsung di bawah komando Panglima TNI dan diresmikan pada tanggal 29
Agustus 2013.
Sebagai Badan pelaksana Pusat Mabes TNI yang berkedudukan langsung di bawah
Panglima TNI, Puskersin TNI mempunyai tugas pokok membantu Panglima TNI dalam
merumuskan kebijakan dan mengorganisasikan kegiatan kerjasama Internasional di
lingkungan TNI. Di samping itu Puskersin TNI mempunyai fungsi utama sebagai berikut :
1. Bidang Perjanjian.  
a. Merumuskan rencana/konsep perjanjian kerjasama TNI dengan Angkatan
Bersenjata Negara lain serta bertindak selaku supervise terhadap perumusan
perjanjian kerjasama yang dibuat oleh Satker TNI dan Angkatan.
b. Menyiapkan kelengkapan administrasi dokumen terkait dalam proses
pembuatan perjanjian kerjasama.
2.     Bidang Kerjasama ASEAN.
a. Merumuskan rencana kegiatan kerjasama militer dan non militer dengan
negara-negara ASEAN.
2
b. Mengordinasikan dan monitor kerjasama Internasional di lingkungan TNI
dengan negara-negara ASEAN.
c. Mengordinasikan kepentingan TNI dengan lembaga atau kementerian terkait
pada bidang kerjasama dengan negara-negara ASEAN.
3.     Bidang Kerjasama Non ASEAN.
a. Merumuskan rencana kegiatan kerjasama militer dan non militer dengan
negara-negara Non ASEAN.
b. Mengordinasikan dan monitor kerjasama Internasional di lingkungan TNI
dengan negara-negara Non ASEAN.
c. Mengordinasikan kepentingan TNI dengan lembaga atau kementerian terkait
pada kegiatan kerjasama dengan negara-negara Non ASEAN.
4.     BidangEvaluasi, Data danInformasi.
a. Mengumpulkan dan mengolah data atau informasi kerjasama Internasional di
lingkungan TNI serta melaporkan kepada Panglima TNI dan instansi terkait
lainnya.
b. Melakukan penilaian dan evaluasi kerjasama internasional di lingkungan TNI.
5.     Bidang Protokol dan Kunjungan.
a. Merencanakan dan menyiapkan acara resmi Panglima TNI di luar Negeri.
b. Merencanakan, mengatur pelaksanaan dan mengendalikan kunjungan
instansi luar negeri ke lingkungan TNI.
c. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait dalam penerimaan tamu-
tamu resmi.
d. Mengoordinasikan acara resmi Panglima TNI keluar negeri dengan instansi
terkait.
e. Menyiapkan bahan-bahan atau dokumen resmi kegiatan Panglima TNI di luar
negeri dan di dalam negeri yang berkaitan dengan kerjasama Internasional.
6.     Kelompok Ahli.
a. Memberikan pertimbangan dan saran staf terhadap kegiatan Puskersin TNI di
tinjau dari bidang bahasa, hokum dan hubungan internasional.
b. Membuat rencana kegiatan penyusunan produk-produk di lingkungan
Puskersin TNI.
3
Mengingat begitu banyak dan kompleksnya fungsi utama dan tugas pokok dari
Puskersin TNI, maka di dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
militer negara-negara sahabat, dibutuhkan personel yang mempunyai kompetensi terkait
penguasaan bahasa asing dan penguasaan hukum internasional serta suatu perencanaan
yang matang dari mulai tahapan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta monitoring
terhadap kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan..
Hal ini tentunya sejalan dengan salah satu strategi pemerintah dalam menciptakan
profesionalisme aparatur negara dan tata kelola pemerintahan yang baik melalui reformasi
birokrasi. Salah satu cara untuk mengakselerasi reformasi birokrasi tersebut adalah dengan
cara pembangunan Zona Integritas (ZI). Urgensi pelaksanaan reformasi birokrasi dengan
melakukan pembangunan ZI adalah untuk melakukan perubahan dan pembaharuan secara
berkelanjutan pada birokrasi pemerintah agar tumbuh menjadi birokrasi yang bersih,
akuntabel dan berkinerja tinggi, birokrasi yang efektif dan efisien serta mempunyai pelayanan
publik yang berkualitas, dalam rangka mewujudkan cita-cita zero tolerance approach dalam
pemberantasan korupsi di Indonesia.

1.
2.
3. paksaan untuk
memotivasi orang
mencapai tujuan (Gibson,
1997). Hal senada juga
4
4. disampaikan oleh
Subarini (2011), bahwa
kepemimpinan juga
melibatkan pengaruh.
5. Menurutnya
kepemimpinan adalah
suatu proses yang
melibatkan pengaruh,
terjadi
6. dalam konteks individu
atau kelompok, dan
melibatkan pencapaian
tujuan. Kedua
7. definisi tersebut
menunjukkan bahwa
5
kepemimpinan selalu
melibatkan pengikut,
8. sehingga memotivasi
pengikut melalui
pemenuhan
kebutuhannya menjadi
hal
9. penting Ketika ingin
menjadi pemimpin yang
baik. Rumusan Masalah
2. Permasalahan
Pusat Kerja Sama Internasional TNI merupakan Badan Pelaksana yang dapat
dikatakan masing tergolong baru dibandingkan dengan Unit Organisasi (UO) ataupun Satker-
satker lain di lingkungan jajaran Mabes TNI. Dengan semakin meningkatnya kerja sama
internasional yang dilakukan oleh TNI yang terbagi dalam 4 bidang yaitu intelijen, operasi,
personel dan logistik maka diperlukan adanya satu perencanaan kegiatan yang sangat
matang serta pengelolaan perencanaan anggaran yang baik dan transparan. Namun tidak
dapat dipungkiri bahwa sebagai Satker baru di lingkungan Mabes TNI, sebagian besar
personel Puskersin TNI belum memiliki kemampuan yang maksimal di dalam penguasaan
bahasa asing dan penguasaan hokum-hukum internasional. Di samping itu juga masih
terdapat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang belum optimal. Oleh karena itu perlu
6
dilakukan sebuah terobosan atau inovasi baru yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kinerja Puskersin TNI di dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.

BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3. Identifikasi masalah
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan belum maksimalnya pelaksanaan fungsi
utama dan tugas pokok Puskersin TNI, yaitu antara lain :
1) Kurangnya kemampuan penguasaan bahasa asing personel.
2) Minimnya penguasaan aturan mengenai hukum internasional personel.
3) Belum optimalnya pelaksanaan manajemen kinerja.
Dari beberapa isu penting atau permasalahan yang terdapat di lingkungan Puskersin
TNI, maka perlu di analisa mengenai penyebab terjadinya masalah tersebut seperti yang di
tampilkan dari table berikut:

Tabel 1
Analisis Penyebab Terjadinya Masalah
N Pertanyaan Penyebab
o
1 2 3
1. Mengapa kemampuan penguasaan Kurangnya personel yang mempunyai latar
bahasa asing kurang? belakang atau memiliki kemampuan bahasa
asing saat perekrutan.
2. Mengapa kemampuan menguasai Masih minimnya personel yang berlatang
hukum internasional minim? belakang pendidikan ilmu hokum yang
mengisi DSP di Puskersin TNI
3. Mengapa pelaksanaan manajemen Masih kurangnya atensi dari pimpinan di
kinerja belum optimal dalam pelaksanaan kinerja yang berbasis

7
outcome

Untuk menentukan masalah yang dominan dari ketiga isu tersebut diperlukan metode
USG (Urgency, Seriousness, Growth).  Dari ketiga isu tersebut, setelah diadakan identifikasi
isu yang menjadi masalah dan prioritas untuk ditangani, dengan nilai priortias tertinggi
(Urgent, Seriousness, and Growth) adalah seperti terlihat pada tabel metode USG:

Tabel II
Isu-isu Aktual
Penilaia
N Urutan
Isu Aktual n Jumlah
o Prioritas
U S G
1 2 3 4 5 6 7
1. Kurangnya kemampuan penguasaan bahasa 5 4 4 13 II
asing
2. Minimnya penguasaan aturan mengenai hukum 4 4 4 12 III
internasional
3. Belum optimalnya pelaksanaan manajemen 5 5 4 14 I
kinerja

Keterangan :

Urgency (Mendesak) Seriousness (Kegawatan) Growth (Pertumbuhan)

5 Sangat Mendesak 5 Sangat Gawat 5 Sangat Cepat


4 Mendesak 4 Gawat 4 Cepat
3 Cukup Mendesak 3 Cukup Gawat 3 Cukup Cepat
2 Kurang Mendesak 2 Kurang Gawat 2 Kurang Cepat
8
1 Tidak Mendesak 1 Tidak Gawat 1 Tidak Cepat

Berdasarkan analisis USG terhadap ketiga Isu tersebut di atas, maka isu “belum
optimalnya pelaksanaan manajemen kinerja” merupakan isu prioritas untuk segera
diselesaikan melalui pembangunan Zona Integritas guna meningkatkan kinerja dari
Puskersin TNI.
4. Dampak Permasalahan

Dari berbagai macam isu yang telah di jelaskan di atas, maka perlu diadakan suatu
peningkatan kinerja dari setiap personel Puskersin TNI, Sebab jika hal ini tidak segera
dilaksanakan, maka akan memberikan dampak negatif bagi Puskersin TNI antara lain:
1. Terjadi komunikasi yang tidak lancar di saat melaksanakan tugas pokok dan fungsi di
dalam menjalin kerjasama dengan angkatan bersenjata negara luar.
2. Dapat terjadinya perbedaan persepsi di dalam pemahaman tentang aturan hukum
internasional yang berlaku.
3. Kurang optimalnya pelaksanaan manajemen kinerja dari mulai tahap perencanaan,
pelaksanaan sampai dengan tahap monitoring dan evaluasi.

BAB III
STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH

5. Pembangunan Zona Integritas


Pelaksanaan Reformasi Birokrasi mempunyai peranan penting dalam mewujudkan
birokrasi yang bersih, akuntabel, berkinerja tinggi, efektif dan efisien, serta pelayanan publik
yang berkualitas. Salah satu langkah percepatan Reformasi Birokrasi yang dilaksanakan
adalah melalui Pembangunan Zona Integritas (ZI) Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan
Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di lingkungan instansi pemerintah.
Zona Integritas (ZI) adalah predikat yang diberikan kepada instansi pemerintah yang
pimpinan dan jajarannya mempunyai komitmen untuk mewujudkan WBK/WBBM melalui

9
reformasi birokrasi, khususnya dalam hal pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas
pelayanan publik.
Di dalam pembangunan ZI di lingkungan Satker Mabes TNI harus mepedomani
Peraturan Menteri PANRB Nomor 90 Tahun 2021 tentang Pembangunan dan Evaluasi Zona
Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di
Lingkungan Instansi Pemerintah. Terdapat beberapa hal yang perlu di lakukan oleh Satker di
dalam pelaksanaan pembangunan ZI, antara lain :
a. pembangunan area perubahan ZI dengan menetapkan program pembangunan
ZI yang disesuaikan dengan hasil identifikasi jenis layanan utama satker, isu strategis
dan resiko-resiko yang dihadapai oleh satker;
b. Menyusun berbagai solusi yang inovatif sesuai prioritas atas permasalahan-
permasalahan yang dihadapi satker;
c. Menyelaraskan program kerja satker dengan 6 (enam) area perubahan yang
ada pada ZI; dan
d. Membentuk Tim Kerja yang terdiri dari pejabat dan pegawai pada satker untuk
melakukan pembangunan pada tiap area perubahan agar setiap program kerja ZI
satker dapat berjalan dengan baik. Tim kerja akan menyusun dan mengkoordinasikan
rencana kerja/aksi yang terukur dan memiliki target yang jelas dalam pembangunan ZI
untuk kemudian dilaksanakan dengan seluruh anggota satker.
Pembangunan Zona Integritas mempunyai 2 (dua) komponen yang harus dibangun
yaitu komponen pengungkit dan komponen hasil. Komponen pengungkit merupakan
komponen yang menjadi faktor penentu pencapaian sasaran hasil pembangunan Zona
Integritas menuju WBK/WBBM. Terdapat enam komponen pengungkit, yaitu Manajemen
Perubahan, Penataan Tatalaksana, Penataan Manajemen SDM, Penguatan Akuntabilitas
Kinerja, Penguatan Pengawasan, dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik. Komponen
hasil terdiri dari 2 (dua) unsur yaitu, Terwujudnya Pemerintahan yang Bersih dan Bebas KKN
dan Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik kepada Masyarakat.
Penilaian terhadap setiap program dalam komponen pengungkit dan komponen hasil
diukur melalui indikator-indikator yang dipandang mewakili program tersebut. Sehingga
dengan menilai indikator tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran pencapaian
upaya yang berdampak pada pencapaian sasaran.
10
6. Rencana Aksi Bidang Pengungkit
1. Manajemen Perubahan
Indikator:
a. Penyusunan Tim Kerja. Penyusunan Tim Kerja dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Pembentukan Tim Pelaksana Pembangunan Zona Integritas
menuju WBK/WBBM yang dituangkan dalam surat keputusan Kepala
Puskersin TNI;
2) Penentuan anggota tim selain pimpinan (ketua, wakil ketua dan
ketua bidang) melalui prosedur/mekanisme yang jelas.
b. Dokumen Rencana Pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM.
Penyusunan dokumen rencana kerja pembangunan zona integritas menuju
WBK/WBBM dilakukan dengan memperhatikan:
1) Penyusunan dokumen rencana kerja pembangunan mulai dari
proses perencanaan pembangunan sampai dengan pengembangannya;
2) Penyusunan dokumen rencana kerja tersebut harus memuat
target-target prioritas yang relevan dengan tujuan pembangunan
WBK/WBBM;
3) Penyediaan media atau mekanisme sosialisasi Rencana Kerja
Pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM, sosialisasi dapat
dilaksanakan melalui:
a) Kegiatan “Pencanangan pembangunan Zona Integritas”
yang dihadiri oleh seluruh pegawai dan media banner;
b) Acara do'a bersama setiap Senin pagi;
c) Penyusunan notulen pelaksanaan sosialisasi.
c. Pemantauan dan Evaluasi Pembangunan Zona Integritas menuju
WBK/WBBM. Pemantauan dan evaluasi tersebut dilaksanakan dengan:
1) Menyusun Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Zona
Integritas setiap triwulan;

11
2) Monitoring pelaksanaan rencana kerja masing-masing bidang
pembangunan Zona Integritas setiap bulan melalui rapat;
3) Menyusun Laporan Monitoring dan Evaluasi Rencana Kerja setiap
triwulan;
4) Monitoring atas pelaksanaan program kerja agen perubahan;
5) Menyusun rekomendasi atas hasil monitoring pelaksanaan
pembangunan Zona Integritas dan rencana kerja masing-masing bidang
pembangunan.
d. Perubahan Pola Pikir dan Budaya Kerja. Perubahan pola pikir dan
budaya kerja dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Pemimpin menjadi role model Pembangunan Zona Integritas
menuju WBK/WBBM dengan dokumen bukti pelaksanaan (misalnya foto
dan penjelasan pelaksanaan finger print);
2) Menetapkan unsur dan kriteria, serta personil agen perubahan,
termasuk tim kerja agen perubahan;
3) Menetapkan program kerja agen perubahan;
4) Menginventarisir agenda pembangunan budaya kerja dan pola
pikir yang sudah berjalan;
5) Menginventarisir dan mengarsipkan notulen rapat pembangunan
ZI, dan melakukan telaah dan penjelasan terkait unsur keterwakilan
setiap seksi.
Target:
a. Meningkatnya komitmen seluruh jajaran dan personel Puskersin TNI
dalam membangun Zona Integritas menuju WBK/WBBM;
b. Terjadinya perubahan pola piklr dan budaya kerja pada personel
Puskersin TNI sesuai usulan sebagai zona integritas menuju WBK/WBBM;
c. Menurunnya risiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan timbulnya
resistensi terhadap perubahan.

2. Penataan Tata Laksana


Indikator:
12
a. Prosedur Operasional Tetap (SOP) yang mengacu kepada proses bisnis
Instansi Indikator tersebut dipenuhi dengan membentuk tim yang memiliki tugas
sebagai berikut:
1) Penyusunan SOP kegiatan utama yang mengacu pada proses
kegiatan Puskersin TNI;
2) Penerapan SOP;
3) Melakukan evaluasi penerapan SOP;
4) Melakukan pemutakhiran SOP atas kegiatan utama di lingkungan
Puskersin TNI.
b. E-office/e-government Indikator e-office dipenuhi melalui:
1) Membangun sistem pengukuran kinerja berbasis sistem informasi
(SIMA);
2) Membangun sistem kepegawaian berbasis sistem informasi
(SISPEDAP, MAP);
3) Membangun sistem pelayanan publik berbasis sistem
informasi;dan
4) Monev atas pemanfaatan teknologi informasi dalam pengukuran
kinerja unit, operasionalisasi SDM, dan pemberian layanan kepada
publik setiap bulan.
c. Keterbukaan Informasi Publik
1) Menerapkan kebijakan tentang keterbukaan informasi publik;
2) Melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan
keterbukaan informasi publik.
Target:
a. Penggunaan teknologi informasi dalam proses penyelenggaraan
manajemen pemerintahan di zona integritas menuju WBK/WBBM;
b. Meningkatnya efisiensi dan efektifitas proses manajemen pemerintahan
di zona integritas menuju WBK/WBBM.

3. Penataan Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia


Indikator:
13
a. Perencanaan Kebutuhan Pegawai yang sesuai dengan kebutuhan.
Perencanaan kebutuhan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan didasarkan
pada peta jabatan dan hasil analisis beban kerja. Pemenuhan indikator tersebut
melalui:
1) Monitoring dan evaluasi atas penempatan pegawai yang masuk
ke Puskersin TNI dikaitkan dengan Analisis Beban Kerja dan Formasi
(ABKF) dan peningkatan kinerja Perwakilan;
2) Penyusunan Laporan Hasil Monitoring Evaluasi.

b. Pola Mutasi Internal. Pemenuhan indikator Pola Mutasi Internal melalui:


1) Menyusun Surat Keputusan Kapuskersin TNI tentang Kebijakan
Mutasi Internal;
2) Menyusun Laporan Hasil Monev terhadap kegiatan mutasi (rolling
bidang/bagian).
c. Pengembangan pegawai berbasis kompetensi
1) Menyusun kebijakan/SOP pengembangan kompetensi dan
Training Need Analysis (TNA);
2) Menyusun jadwal PKS dengan mengacu pada TNA;
3) Menyusun TNA;
4) Monitoring dan evaluasi atas hasil pengembangan kompetensi;
5) Menyusun Laporan Hasil Monev terhadap hasil pengembangan
kompetensi.
d. Penetapan Kinerja Individu. Penetapan Kinerja Individu telah diderivasi
dari PKPT dan berbasis sistem informasi (SKI). Pemenuhan indikator terebut
dilaksanakan dengan menyusun kebijakan/SOP pengukuran kinerja individu
bulanan dan monitoring SKI bulanan per Bidang Pengawasan.
e. Penegakan Aturan Disiplin/Kode Etik/Kode Perilaku Pegawai.
Penegakan Aturan Disiplin/Kode Etik/Kode Perilaku dilaksanakan melalui:
1) Pembacaan Aturan perilaku paka kegiatan Doa Besama setiap
hari Senin;
2) Penyusunan Laporan setiap bulan.
14
f. Sistem Informasi Kepegawaian. Pemenuhan Sistem Informasi
Kepegawaian yang akan dilaksanakan adalah Penyusunan laporan secara
periodik setiap bulan.

Target:
a. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SDM aparatur
pada masing-masing Zona Integritas menuju WBK/WBBM;
b. Meningkatkan disiplin SDM aparatur pada masing-masing Zona
Integritas menuju WBK/WBBM;
c. Meningkatkan efektivitas manajemen SDM aparatur pada Zona
Integritas menuju WBK/WBBM;
d. Meningkatkan profesionalisme SDM aparatur pada zona Integritas
menuju WBK/WBBM.

4. Penguatan Akuntabilitas Kinerja


Indikator:
a. Keterlibatan Pimpinan. Keterlibatan Pimpinan dalam proses
perencanaan akan dipenuhi dengan:
1) Evaluasi dan pemutakhiran SOP Rencana Kerja Tahunan sebagai
dasar pelaksanaan review pimpinan dalam proses perencanaan
tahunan;
2) Evaluasi dan pemutakhiran SOP Penetapan Kinerja (Tapkin)
sebagai dasar pelaksanaan review pimpinan dalam penetapan kinerja;
3) Penyusunan Laporan RKT dan Laporan Hasil Pengawasan.
b. Pengelolaan Akuntabilitas Kinerja
1) Penyusunan Laporan Kinerja (LKIP);
2) Sosialisasi Pedoman, penyusunan Surat Keputusan Tim
Penyusunan Laporan Bulanan (LapBul).
Target:
a. Meningkatkan kinerja personel Puskersin TNI;
b. Meningkatkan akuntabilitas instansi pemerintah.
15
5. Penguatan Pengawasan
Indikator:
a. Pengendalian Gratifikasi. Pemenuhan indikator Pengendalian Gratifikasi
melalui:
1) Menyusun Pedoman Pengendalian Gratifikasi;
2) Membentuk Tim Pengendalian Gratifikasi untuk membantu tugas
pengendalian oleh Kepala Puskersin TNI;
3) Sosialisasi kepada seluruh pegawai tentang pengendalian
gratifikasi;
4) Inventarisasi arsip data PKS tentang pengendalian gratifiksi.
b. Penerapan SPIP. Penerapan SPIP akan dilaksanakan dengan:
1) Pengumpulan dokumen yang sudah dibuat tahun sebelumnya
meliputi Kebijakan SPIP, Register Risiko Tahun 2022 yang telah dikirim
ke Pusat, RTP tahun 2022 dan Laporan Hasil Evaluasi Penyelengaraan
SPIP Puskersin TNI;
2) Melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) untuk memetakan
risiko dan menyusun RTP Tahun 2023 dengan menyertakan Tim
Pembangunan Zona Integritas, Satgas SPIP Perwakilan dan wakil dari
masing - masing bidang pengawasan;
3) Evaluasi dan pemutakhiran atas Register Risiko yang sudah ada;
4) Menyusun Rencana Tindak Pengendalian (RTP) Tahun 2023;
5) Membuat edaran bahwa setiap kegiatan harus dibuat analisis
risiko dan pertimbangan untuk penetapan kegiatan yang akan
dilaksanakan;
6) Membuat formulir Analisis Risiko yang melekat dalam rencana
kegiatan yaitu setiap kegiatan yang akan dilaksanakan telah dilengkapi
dengan pertimbangan risiko yang diambil telah bebas dari risiko dan jika
ada risiko yang harus diambil merupakan risiko minimal;
7) Melakukan internalisasi SPIP;
8) Membuat spanduk dan selebaran SPIP.
16
c. Pengaduan Masyarakat. Indikator Pengaduan masyarakat akan
dipenuhi dengan:
1) Menyusun Kebijakan Pengaduan Masyarakat dengan
berpedoman kepada Mekanisme Penanganan Pengaduan;
2) Menyusun kelengkapan perangkat yang diperlukan terkait dengan
kebijakan pengaduan masyarakat;
3) Menyusun Surat Keputusan tentang Struktur Penanganan
Pengaduan masyarakat dan uraian tugasnya;
4) Merancang formulir - formulir yang diperlukan serta bentuk
pelaporan yang diperlukan;
5) Melakukan sosialisasi tentang kebijakan pengaduan masyarakat;
6) Menampung aspirasi dari para pemangku kepentingan apabila
ada usulan perbaikan terhadap peningkatan kebijakan pengaduan
masyarakat;
7) Menyiapkan catatan atas pelaporan pengaduan yang diterima dan
melaporkan kepada pihak-pihak yang telah ditetapkan;
8) Menyusun jadwal monitoring dan evaluasi atas penerapan
kebijakan pengaduan masyarakat;
9) Melaksanakan monitoring dan evaluasi atas penerapan kebijakan
pengaduan masyarakat;
10) Menyusun Laporan hasil monitoring dan evaluasi penerapan
kebijakan pengaduan masyarakat;
11) Menindaklanjuti hasil evaluasi atas penerapan kebijakan
pengaduan masyarakat;
12) Membuat laporan hasil tindaklanjut hasil evaluasi atas penerapan
kebijakan pengaduan masyarakat.
d. Whistle Blowing System (WBS) Pemenuhan Indikator WBS adalah
sebagai berikut:
1) Menyusun kebijakan WBS;
2) Menyusun kelengkapan perangkat yang diperlukan terkait dengan
kebijakan WBS;
17
3) Menyusun Surat Keputusan tentang Struktur Penanganan
Pengaduan dan uraian tugas;
4) Merancang formulir - formulir yang diperlukan serta bentuk
pelaporan yang diperlukan;
5) Melakukan sosialisasi tentang WBS;
6) Menampung aspirasi dari para pemangku kepentingan apabila
ada usulan perbaikan terhadap peningkatan kebijakan WBS;
7) Menyiapkan catatan atas pelaporan pengaduan yang diterima dan
melaporkan kepada pihak-pihak yang telah ditetapkan;
8) Menyusun jadual monitoring dan evaluasi atas penerapan WBS;
9) Melaksanakan monitoring dan evaluasi atas penerapan WBS;
10) Menyusun Laporan hasil monitoring dan evaluasi penerapan
WBS;
11) Menindaklanjuti hasil evaluasi atas penerapan WBS;
12) Membuat laporan hasil tindaklanjut hasil evaluasi atas penerapan
WBS;
e. Penanganan Benturan Kepentingan. Pemenuhan Indikator Benturan
Kepentingan adalah sebagai berikut:
1) Pemetaan dan Identifikasi benturan Kepentingan dalam Tugas
utama;
2) Penyusunan Pedoman penanganan Benturan Kepentingan;
3) Sosialisasi Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan;
4) SOP Penanganan Benturan Kepentingan;
5) Sosialisasi SOP Penanganan Benturan Kepentingan;
6) Evaluasi Implementasi Pedoman Penanganan Benturan
Kepentingan;
7) Laporan Evaluasi Implementasi Penanganan Benturan
Kepentingan;
8) Tindak lanjut atas laporan Penanganan Benturan Kepentingan.
Target:
a. Meningkatkan kepatuhan terhadap pengelolaan keuangan Negara;
18
b. Meningkatkan efektivitas pengelolaan keuangan;
c. Menurunnya tingkat penyalahgunaan wewenang.

6. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik


Indikator:
a. Standar pelayanan. Pemenuhan indikator Standar Pelayanan akan
dilaksanakan sebagai berikut:
1) Menyusun Standar Pelayanan;
2) Publikasi Standar Pelayanan melalui Perwakilan melalui
Sosialisasi (PPM), Kegiatan Doa Bersama, Banner dan Website
Puskersin TNI;
3) Koordinasi dengan Tim Pembangunan Bidang Penataan Tata
Laksana untuk memastikan bahwa terdapat SOP bagi pelaksanaan
Standar Pelayanan;
4) Review dan pemutakhiran atas Standar Pelayanan dan SOP
Pelaksanaannya.
b. Budaya Pelayanan Prima. Pemenuhan indikator Budaya Pelayanan
Prima dilakukan dengan:
1) Mendapatkan dan mengkompilasi hasil sosialisasi tentang
penerapan budaya pelayanan prima dan notulen sosialisasi dari masing-
masing bidang pengawasan/tata usaha;
2) Menginformasikan jenis pelayanan melalui papan pengumuman
dan website;
3) Mendapatkan dan mempublikasikan aturan sistem reward and
punishment.
c. Penilaian Kepuasan Terhadap pelayanan. Penilaian Kepuasan Terhadap
Pelayanan dilaksanakan dengan:
1) Melaksanakan survey kepuasan atas pelayanan kepada
stakeholders;
2) Menginformasikan hasil survey melalui papan pengumuman dan
website;
19
3) Menindaklanjuti hasil survey kepuasan.
Target:
a. Meningkatkan kualitas pelayanan publik;
b. Terciptanya standarisasi pelayanan di masing-masing bidang Puskersin
TNI;
c. Meningkatkan indeks kepuasan masyarakat atas penyelenggaraan
pelayanan publik.
7. Rancangan aksi komponen hasil.
Dalam pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan WBBM,
fokus pelaksanaan reformasi birokrasi tertuju pada dua sasaran utama, yaitu:
1. Terwujudnya Pemerintahan yang Bersih dan Bebas KKN Sasaran terwujudnya
pemerintahan yang bersih dan bebas KKN diukur dengan menggunakan ukuran:
a. Nilai persepsi korupsi (survei eksternal); dan
b. Presentase penyelesaian TLHP (Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan).
2. Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik kepada Masyarakat
Sasaran Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat
diukur melalui nilai persepsi kualitas pelayanan (survei eksternal pelayanan Pusat
Pendidikan Pancasila dan Konstitusi).

Pengembangan inovasi yang ada di dalam mewujudkan ZI di Puskersin TNI harus


terus dilakukan seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, dalam hal ini
pemngembangan inovasi-inovasi dalam ZI di katagorikan ke dalam beberapa target
capaian, antara lain :
1. Target Jangka Pendek.
Dalam capaian jangka pendek Puskersin TNI mencoba untuk mewujudkan
Zoba integritas, di mulai dari tujuan yang akan di capai selama waktu pelaksanaan
kerja ( 1 sd 60 hari) meliputi pencanangan Zona Integritas, Pembuatan dokumen kerja
dan penandatanganan Pakta Integritas.

2. Target Jangka Menengah.

20
Capaian jangka menengah adalah suatu capaian area perubahan dimana
merupakan tindak lanjut dari capaian jangka pendek yang merupakan pengembangan
atau penyempurnaan pada inovasi yang sudah dilaksanakan, waktu pelaksanaan
kerja terhitung selama 6 (enam) bulan dari saat dimulainya seluruh rangkaian
pembangunan Zona Integritas sampai dengan evaluasi kinerja dari Puskersin TNI.

3. Target Jangka Panjang.


Capaian jangka panjang adalah suatu capaian area perubahan dimana
merupakan hasil ideal yang di harapkan dari suatu area perubahan sehingga hal
tersebut dapat menjadi instrument baru dalam memberikan pelayanan prima kepada
masyarakat. Waktu pelaksanaan kegiatan ini di atas 1 (satu) tahun setelah
dilakukannya monitoring evaluasi dan pembinaan serta pengembangan inovasi yang
ada di dalamnya.

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Outcome dari upaya pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik
yang dilaksanakan secara konkrit di dalam lingkup Zona Integritas adalah terbentuknya
WBK/WBBM di Pusat Kerja sama Internasional TNI. Pengembangan WBK dan WBBM
secara bertahap diharapkan akan memberikan kontribusi yang dapat meningkatkan nilai IPK
Puskersin TNI khususnya dan IPK Mabes TNI umumnya.
Rencana aksi ini bersifat dinamis, dalam arti ketentuan-ketentuan di dalamnya dapat
diubah sesuai kebutuhan yang memuat indikator dalam rangka penetapan predikat menuju
WBK dan WBBM yang diyakini semakin mengarah kepada zero tolerance approach dalam
pemberantasan korupsi.

21
Jakarta 3 Juli 2023
Penulis,

Ade Hardi Zivago, SH

22

Anda mungkin juga menyukai