Anda di halaman 1dari 35

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI


MODUL
18 JP (810 Menit)

Pendahuluan
Pembinaan sumber daya manusia sebagai salah satu sub sistem
dari pembinaan kekuatan Polri, merupakan salah satu bagian yang
paling menentukan dalam keseluruhan pembinaan Polri karena faktor
manusia adalah unsur yang paling penting dalam setiap organisasi
Polri dalam kaitannya dengan tugas pokok dan peranan Polri,
kehadiran prajurit karir ditengah–tengah masyarakat tidak dapat
digantikan dengan peralatan secanggih apapun karena wujud akhir
dari pembinaan sumber daya manusia berupa perpaduan keadaan
anggota Polri secara kuantitatif dan kualitatif sangat menentukan
keberhasilan Polri dalam melaksanakan tugas pokoknya secara
profesional dan modern.
Begitu juga dengan Sarpras merupakan salah satu fungsi organik
yang berperan sebagai pendukung dari tiap upaya Polri untuk
mencapai tujuan organisasi Polri, keterpaduan seluruh fungsi pada
setiap tingkat kesatuan Polri merupakan kunci keberhasilan
pelaksanaan tugas pokok Polri.
Perencanaan merupakan kata yang lumrah digunakan dalam
kehidupan manusia. Perencanaan berasal dari kata rencana yang
memiliki arti hasil dari suatu kegiatan yang terstrukur, logis dan
sistematis dan memiliki tujuan yang jelas. Perencanaan adalah suatu
proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui
urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya tersedia. Oleh
karena itu, proses perencanaan terkait dengan pendefinisian visi yang
ingin dicapai melalui pembangunan, kemudian dijabarkan dalam
bentuk misi. Selanjutnya yang tidak kurang pentingnya adalah ukuran
keberhasilan untuk dijadikan sebagai basis perencanaan lanjutan.
Dalam kaitannya dengan perkembangan organisasi Kepolisian
Negara Republik Indonesia dalam rangka memenuhi tuntutan yang
semakin komplek maka dipandang perlu pengelolaan/pengurusan
keuangan negara secara umum dapat dipahami dan dimengerti bagi si
pelaksanan fungsi guna menunjang penyelenggaraan bagi
pelaksanaan pengelolaan keuangan negara dilingkungan Polri secara
transparan, akuntabel, profesional dan proporsional. Maka mutlak
diperlukan pembinaan kemampuan yang tak terpisahkan dari sistem
pembinaan kekuatan personel (Binkeu, Binpers , Binlog, dan Binren).

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 1


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Standar Kompetensi
Memahami Manajemen Pembinaan Polri.

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 2


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

MANAJEMEN PEMBINAAN PERENCANAAN


MODUL POLRI
01
4 JP (180 menit)

Pengantar
Di dalam modul ini membahas tentang fungsi perencanaan, tujuan
perencanaan, proses perencanaan, azas perencanaan.
Tujuan diberikannya modul ini agar peserta didik memahami
manajemen perencanaan dalam melaksanankan tugas kepolisian.

Kompetensi Dasar
Memahami Manajemen Perencanaan
Indikator hasil belajar:
1. Menjelaskan Pengertian Perencanaan;
2. Menjelaskan Syarat Perencanaan yang Baik;
3. Menjelaskan Tahapan dalam Perencanaan;
4. Menjelaskan Bentuk-bentuk Perencanaan;
5. Menjelaskan Fungsi Perencanaan;
6. Menjelaskan Jenis-jenis Perencanaan;
7. Menjelaskan Klasifikasi Anggaran;
8. Menjelaskan Proses Penganggaran RKA-K/L;
9. Menjelaskan Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja.

Materi Pelajaran
Pokok Bahasan:
Manajemen Perencanaan
Sub Pokok Bahasan:
1. Pengertian Perencanaan
2. Syarat Perencanaan yang Baik

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 3


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3. Tahapan dalam Perencanaan


4. Bentuk-bentuk Perencanaan
5. Fungsi Perencanaan
6. Jenis-jenis Perencanaan
7. Klasifikasi Anggaran
8. Proses Penganggaran RKA-K/L
9. Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja

Metode Pembelajaran
1. Metode ceramah.
Metode ini digunakan untuk menyampaikan materi tentang
manajemen pembinaan perencanaan.
2. Metode Brain storming (curah pendapat).
Metode ini digunakan untuk memberikan kesempatan kepada
peserta didik membahas persoalan yang berkaitan dengan
manajemen perencanaan anggaran Polri.
3. Metode tanya jawab.
Metode ini digunakan untuk memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menanyakan ha-hal yang belum dipahami.
4. Metode penugasan.
Metode ini digunakan untuk memberikan tugas kepada peserta
didik untuk membuat resume.

Alat/Media, Bahan dan Sumber Belajar


1. Alat/Media:
a. Whiteboard;
b. Papan Flipchart;
c. Kertas Flipchart;
d. Slide;
e. Laptop;
f. LCD dan Screen;
2. Bahan:
a. Kertas;
b. Alat Tulis.

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 4


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3. Sumber Belajar:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2004 tanggal 5
Agustus 2004, tentang Rencana Kerja Pemerintah.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2004 tanggal 5
Agustus 2004, tentang Rencana kerja dan Anggaran
Kementerian Negara / Lembaga.
c. Peraturan Kapolri Nomor 06 tahun 2017 tentang SOTK
tingkat Mabes Polri.

Kegiatan Pembelajaran
1. Tahap awal : 10 menit
a. Pendidik memperkenalkan diri kepada peserta didik;
b. Pendidik melakukan pencairan kelas;
c. Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran, pengantar
mata pelajaran, kompetensi dan tugas peserta didik pada
mata pelajaran ini;
2. Tahap inti : 160 menit
a. Pendidik menyampaikan materi pelajaran.
b. Peserta didik memperhatikan, menyimak dan mencatat
materi pelajaran;
c. Pendidik memberikan kesempatan kepada para peserta
pendidikan untuk bertanya/berkomentar terkait materi yang
disampaikan;
3. Tahap akhir : 10 menit
a. Cek penguatan materi
Pendidik memberikan ulasan dan penguatan materi secara
umum.
b. Cek penguasaan materi
Pendidik mengecek penguasaan materi dengan bertanya
secara lisan dan acak kepada peserta didik.
c. Keterkaitan mata pelajaran dengan pelaksanaan tugas
Pendidik menggali manfaat yang bisa diambil dari materi
pelajaran.

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 5


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Tagihan/Tugas

Peserta didik mengumpulkan hasil penugasan perorangan berupa NKP


kepada Pendidik melalui intranet dengan ketentuan sesuai lembar
penugasan yang telah ditentukan.

Lembar Kegiatan

Pendidik memberikan penugasan kepada peserta didik untuk membuat


resume pembelajran pada setiap pertemuan kemudian menyerahkan
kepada Pendidik melalui intranet.

Bahan Bacaan

MANAJEMEN PEMBINAAN PERENCANAAN

1. Pengertian Perencanaan

a. Dalam ilmu menejemen menjelaskan bahwa salah satu


fungsi pokok manajemen adalah perencanaan, dimana
dalam ilmu manajemen menjelaskan bahwa fungsi pokok
manajemen terdiri dari perencanaan, koordinasi,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Perencanaan
merupakan salah satu fungsi pokok manajemen yang
pertama harus dijalankan. Sebab tahap awal dalam
melakukan aktivitas organisasi sehubungan dengan
pencapaian tujuan organisasi adalah dengan membuat
perencanaan. Perencanaan adalah suatu proses untuk
menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan
pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya tersedia.
Oleh karena itu, proses perencanaan terkait dengan
pendefinisian visi yang ingin dicapai melalui pembangunan,
kemudian dijabarkan dalam bentuk misi.

b. Pada dasarnya yang dimaksud dengan perencanaan yaitu


memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan apa (what)
siapa (Who) kapan (When) dimana (When) mengapa (why)
dan bagaimana (How) :

1) Apa (what) :apa yang harus dilakukan mencapai tujuan


yang diinginkan ?
MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 6
PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2) Mengapa (why): Mengapa hal tersebut dijadikan


sasaran?
3) Dimana (where) : dimana ia melakukan pemilihan
tempat perusahaan ?
4) Kapan (when) : Kapan ia akan melakukan ?
5) Siapa (Who) : Siapa yang akan melakukan ?
6) Bagaimana (How) : Bagaimana cara melkukannya ?

c. Perencanaan menggunakan beberapa aspek yakni :

1) Penentuan tujuan yang akan dicapai.


2) Memilih dan menentukan cara yang akan ditempuh
untuk mencapai tujuan atas dasar alternatif yang dipilih.
3) Proyeksi keadaan di masa akan datang
4) Usaha-usaha atau langkah-langkah yang ditempuh
untuk mencapai tujuan atas dasar alternative yang
dipilih.

d. manfaat perencanaan bagi organisasi sebagai berikut:

1) Dengan adanya perencanaan, maka pelaksanaan


kegiatan dapat diusahakan dengan efektif dan efisien.
2) Dapat mengatakan bahwa tujuan yang telah ditetapkan
tersebut, dapat dicapai dan dapat dilakukan koreksi
atas penyimpangan-penyimpangan yang timbul seawal
mungkin.
3) Dapat mengidentifikasi hambatan-hambatan yang
timbul dengan mengatasi hambatan dan ancaman.
4) Dapat menghindari adanya kegiatan petumbuhan dan
perubahan yang tidak terarah dan terkontrol.

2. Syarat Perencanaan yang Baik

Dalam perencanaan kita hendaknya harus memperhatikan 8


syarat perencanaan yang baik yaitu sebagai berikut :

a. Rencana harus bersifat masuk akal (Logis)

Perencanaan akan baik jika merencanakan sesuatu yang


masuk akal untuk mencapainya. Contoh : Ketika anda
merecanakan untuk tinggal di Planet Mars pada tahun ini, itu
akan terasa sangat tidak masuk akal karena seperti yang

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 7


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kita ketahui, kehidupan manusia belum bisa berjalan di


planet tersebut. Rencanakan sesuatu yang benar-benar bisa
tercapai pada waktu akhir dari perencanaan tersebut.

b. Rencana harus bersifat realistis atau nyata

Dalam merencanakan sesuatu, rencana tersebut haruslah


bersifat realistis. Apa yang sangat tidak bisa untuk
dilakukan, atau sama sekali tidak mengetahui apa yang
harus dilakukan, janganlah direncanakan. Biasanya rencana
yang realistis itu harus memperhatikan keterbatasan sumber
daya alam, teknologi maupun tenaga kerja.

c. Rencana yang sederhana lebih bagus dibandingkan


rencana yang rumit

Jangan terlalu muluk-muluk dalam melakukan suatu


perencanaan, usahakan rencana yang sederhana saja, agar
lebih mudah dilaksanakan dan bisa mencapai apa yang
diinginkan. Dibandingkan dengan merencanakan dengan
cara yang rumit atau ribet, kita bisa saja berhenti ditengah
jalan karena berbagai alasan misalnya jadi bingung apa
yang harus dilakukan, atau tidak punya kemampuan untuk
melaksanakannya karena terlalu rumit. Sederhana disini
dapat berarti lebih ekonomis, tanpa mengeluarkan banyak
biaya atau sumber daya.

d. Bersifat sistematik dan berlandaskan ke-ilmiahan

Rencana yang tersusun secara sistematik dan didasari


dengan ilmiah akan lebih mudah untuk dilaksanakan.
Dengan menyusun rencana secara sistematik itu akan
membuat segala sesuatu menjadi jelas, jadwal pelaksanaan
lebih mudah dipahami, dan pelaksana juga dapat lebih
mengetahui tugasnya masing-masing pada hari-hari
tertentu. Dengan berlandaskan ke-ilmiahan, segala masalah
dapat lebih mudah terpecahkan.

e. Obyektif

Perencanaan harus bersifat obyektif, yaitu lebih


mengutamakan apa yang akan dicapai, tanpa perlu
merugikan pihak-pihak yang lainnya.

f. Fleksibel

Perencanaan yang bersifat fleksibel maksudnya mudah


mengikuti perkembangan atau permasalahan. Jadi kendala-
kendala yang dihadapi tersebut dapat dilalui karena sudah
MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 8
PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

ada rencana cadangan lainnya, tidak mati ditempat hanya


karena ada beberapa poin tertentu dalam rencana
terhambat.

g. Rencana harus memberikan manfaat yang berarti

Apa yang direncanakan hendaknya dapat memberikan


manfaat yang maksimal ketika rencana itu berhasil terwujud.
Jangan pernah merencanakan sesuatu yang tidak
memberikan manfaat apapun, atau malah yang merugikan.

h. Optimasi dan efisiensi

Rencana harus dilakukan seoptimal mungkin dan tetapi


tetap efisien dan efektif. Poin yang ini hampir sama dengan
rencana yang bersifat sederhana.

3. Tahapan dalam Perencanaan

Sebelum mengetahui apa saja tahapan -tahapan yang harus


dilalui dalam perencanaan, kita harus sedikit mengenal apa itu
perencanaan. Perencanaan merupakan suatu kegiatan yang
sistematis.. Oleh karena itu, dalam melakukan perencanaan
terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui, dalam ringkasan
ini ada 5 tahapan dalam perencanaan, yaitu sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi Persoalan

Dalam tahapan ini, kita mulai mengidentifikasi apa saja


persoalan yang akan dihadapi sehingga kita akan
merencanakan seperti apa langkah yang harus dilakukan
selanjutnya.

b. Merumuskan tujuan dan sasaran

Dalam tahapan ini, kita harus menyusun apa tujuan yang


hendak di capai dan apa atau siapa sasarannya, sehingga
perencanaan yang dilakukan dapat lebih tepat sasaran.

c. Memproyeksikan masa depan

Dalam tahap ini, kita sudah memiliki gambaran apa yang


akan terjadi di masa depan, dan bagaimana proses menuju
ke arah itu. Tahap ini biasanya dilalui melalui berbagai
macam teknik analisa.

d. Mencari dan menilai alternatif yang lain

Hal ini dilakukan agar terdapat rencana utama serta rencana

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 9


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

cadangan yang bisa dilaksanakan, apabila langkah-langkah


yang sudah di rencanakan agak melenceng dari rencana,
kita memiliki rencana lainnya atau biasa disebut dengan
Plan B. Antisipasi kepada keadaan yang tidak
diperhitungkan sebelumnya juga sangat penting, agar tidak
terlalu jauh dari tujuan perencanaan sebelumnya.

e. Penyusunan Rencana yang terpilih

Diantara berbagai alternatif rencana, dipilih rencana terbaik


yang harus dilaksanakan, juga mempersiapkan berbagai
macam rencana cadangan. Setelah memastikan rencana
seperti apa yang harus dilaksanakan, segeralah memulai
aksi untuk mewujudkan tujuan rencana tersebut.

4. Bentuk-bentuk Perencanaan

a. Recana Global (Global Plan) Analisa penyusunan recana


global terdiri atas:

1) Strenght yaitu kekuatan yang dimiliki oleh organisasi


yang bersangkutan
2) Weaknesses, memperhatikan kelemahan yang dimiliki
organisasi yang bersangkutan.
3) Opportunity yaitu kesempatan terbuka yang dimiliki
oleh organisasi
4) Treath yaitu tekanan dan hambatan yang dihadapi
organisasi

b. Rencana Stategik (Strategic Plan) Bagian dari rencana


global yang lebih terperinci. Dimana dengan menyusun
kerangka kerja yang akan dilakukan untuk mencapai
rencana global, dimensi waktunya adalang jangka panjang.
Dalam pencapaiannya dilakukan dengan system prioritas.
Mana yang akan dicapai terlebih dahulu. Merupakan proses
prencanaan jangka panjang yang tersusun dan digunakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Tiga
alasan penggunaan perencanaan strategic ini yaitu :

1) Memberikan kerangka dasar bagi perencanaan lainnya


yang akan dilakukan
2) Mempermudah pemahaman bentuk-bentuk
perencanaan lainnya.
3) Titik permulaan pemahaman dan penilaian kegiatan
manajer dan organisasi.

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 10


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c. Rencana Operasional (Operational Plan) Rencana ini


meliputi:

1) Perencanaan terhadap kegiatan-kegiatan operasional


dan bersifat jangka pendek.
2) Rencana sekali pakai (single use plan) yaitu kegiatan
yang tidak digunakan lagi setelah tercapainya tujuan
dan ini sifatnya lebih terperinci hanya sekali pakai,
misalnya rencana pembelian dan pemasangan mesin
komputer dalam suatu perusahaan.
3) Rencana Tetap (Standing Plan) yaitu berupa
pendekatan-pendekatan standar untuk penanganan-
penanganan situasi yang dapat diperkirakan terlebih
dahulu dan akan terjadi berulang-ulang.

5. Fungsi Perencanaan

Fungsi perencanaan pada dasarnya adalah suatu proses


pengambilan keputusan sehubungan dengan hasil yang
diinginkan, dengan penggunaan sumber daya dan pembentukan
suatu sistem komunikasi yang memungkinkan pelaporan dan
pengendalian hasil akhir serta perbandingan hasil-hasil tersebut
dengan rencana yang di buat.

Banyak kegunaan dari pembuatan perencanaan yakni terciptanya


efesiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan perusahaan, dapat
melakukan koreksi atas penyimpangan sedini mungkin,
mengidentifikasi hambatan-hambatan yang timbul menghindari
kegiatan, pertumbuhan dan perubahan yang tidak terarah dan
terkontrol.

Sejalan dengan apa yang dikemukakan di atas, maka perlu


diketahui fungsi-fungsi dari perencanaan itu sendiri, yaitu:

a. Menentukan titik tolak dan tujuan usaha.

Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai sehingga


merupakan sasaran, sedangkan perencanaan adalah alat
untuk mencapai sasaran tersebut. Setiap usaha yang baik
harus memiliki titik tolak, landasan dan tujuannya. Misalnya
seseorang ingin pergi dari Bandung ke Surabaya naik kereta
api. Di sini Surabaya merupakan tujuan, sedangkan kereta
api merupakan perencanaan atau alat mencapai sasaran
tersebut.

b. Memberikan pedoman, pegangan dan arah.

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 11


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Suatu perusahaan harus mengadakan perencanaan apabila


hendak mencapai suatu tujuan. Tanpa perencanaan, suatu
perusahaan tidak akan memiliki pedoman, pegangan dan
arahan dalam melaksanakan aktivitas kegiatannya. Misalnya
seorang pilot terbang melintasi Samudera tanpa mengetahui
apakah ia ingin menuju ke Inggris, Belanda atau Australia,
maka ia akan berada di dalam ketidak-pastian.

c. Mencegah pemborosan waktu, tenaga dan material.

Dalam menetapkan alternatif dalam perencanaan, kita harus


mampu menilai apakah alternatif yang dikemukakan realistis
atau tidak atau dengan kata lain, apakah masih dalam batas
kemampuan kita serta dapat mencapai tujuan yang kita
tetapkan. Misalnya suatu perusahaan menetapkan tujuan
bahwa omzet penjualan untuk tahun yang akan datang
dinaikkan sebanyak 10%. Untuk itu ditetapkan alternatif
media promosi antara lain radio, majalah dan surat kabar.
Karena keterbatasan dana yang dimiliki, pilihan jatuh pada
surat kabar karena dianggap realitas dan paling ekonomis.
Tetapi selain itu, perencanaan yang baik memerlukan
pemikiran lebih lanjut tentang surat kabar apa, hari
pertemuannya dan judul iklan.

d. Memudahkan pengawasan.

Dengan adanya planning, kita dapat mengetahui


penyelewengan yang terjadi karena planning merupakan
pedoman dan patokan dalam melakukan suatu usaha. Agar
dapat membuat perencanaan yang baik, maka manajer
memerlukan data-data yang lengkap, dapat dipercaya serta
aktual.

e. Kemampuan evaluasi yang teratur.

Dengan adanya planning, kita dapat mengetahui apakah


usaha yang kita lakukakn sudah sesuai dengan tujuan yang
ingin kita capai. Sehingga tidak terjadi under planning dan
over planning.

f. Sebagai alat koordinasi.

Perencanaan dalam suatu perusahaan kadang-kadang


begitu kompleks, karena untuk perencanaan tersebut
meliputi berbagai bidang di mana tanpa koordinasi yang baik
dapat menimbulkan benturan-benturan yang akibatnya
dapat cukup parah. Dapat kita misalkan, perjalanan suatu
kereta api yang dengan tanpa adanya koordinasi yang baik,

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 12


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kemungkinan akan terjadi tabrakan atau harus menunggu


terlalu lama pada simpangan-simpangan.

6. Jenis-jenis Perencanaan

a. Perencanaan menurut luas jangkauan

Jenis perencanaan pembelajaran menurut luas


jangkauannya dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

1) Perencanaan makro

Perencanaan makro adalah perencanaan yang


menetapkan kebijakan-kebijakan yang akan ditempuh,
tujuan yang ingin dicapai dan cara-cara mencapai
tujuan itu pada tingkat nasional. Rencana ini biasanya
meliputi rencana dalam bidang ekonomi dan sosial.
(Nanang Fatah, 1996 : 54)

Dipandang dari sudut perencanaan makro, tujuan yang


harus dicapai negara khususnya dalam bidang
peningkatan SDM adalah pengembangan sistem
pendidikan untuk menghasilkan tenaga yang sesuai
dengan kebutuhan pembangunan. Sedangkan
menurut kualifikasi harus dapat menghasilkan tenaga
yang kreatif dan terampil yang sesuai dengan
bidangnya dan berjiwa Pancasila.

Untuk melaksanakan fungsi perencanaan makro


hendak-nya strategi pendidikannya harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :

a) Tujuan pendidikan nasional telah dirumuskan


dengan jelas tujuan ini dijabarkan agar lebih
spesifik
b) Pemerintah mempunyai wewenang utama dalam
pengambilan keputusan, dan menciptakan
mekanisme kerja yang efektif
c) Sumber pembiayaan harus dimobilisasikan dari
sektor yang ada
d) Prioritas harus disusun, baik yang berkenaan
dengan bentuk tingkatan, dan jenis pendidikan.
e) Alokasi biaya harus disediakan menurut prioritas
yang telah ditetapkan
f) Penilaian yang berkesinambungan harus selalu
dilaksanakan dan program direvisi berdasarkan

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 13


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

penilaian itu
g) Pelaksanaan pendidikan mendapat latihan sesuai
dengan tugas yang akan dikerjakannya.

2) Perencanaan meso

Kebijakan yang ditetapkan dalam perencanaan makro,


kemudian dijabarkan lebih rinci ke dalam program-
program dalam dimensi yang lebih kecil. Pada tingkat
ini perencanaan sudah lebih bersifat operasional,
disesuaikan dengan keadaan daerah, departemen
atau unit-unit antara lainnya. (Harjanto, 2003 : 20)

3) Perencanaan mikro

Perencanaan mikro diartikan sebagai perencanaan


tingkat institusional, dan merupakan penjabaran dari
perencanaan tingkat meso, kekhususan-kekhususan
dari lembaga mendapat perhatian, namun tidak boleh
bertentangan dengan apa yang telah ditetapkan dalam
perencanaan makro ataupun meso. Contoh
perencanaan mikro, yaitu kegiatan belajar mengajar.
(Nanang Fatah, 1996 : 55)

b. Perencanaan Menurut Tingkatannya

Jenis perencanaan menurut tingkatannya dibagi menjadi


tiga macam yaitu:

1) Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis, yaitu perencanaan yang
berkaitan dengan penetapan tujuan, pengalokasian
sumber-sumber dalam mencapai tujuan dan kebijakan
yang dipakai sebagai pedoman. Perencanaan jenis ini
sering juga disebut perencanaan tingkat normatif,
karena keputusan yang dibuat tidak didasarkan pada
data-data statistik, melainkan juga pertimbangan para
perencana. (Harjanto, 2003 : 21)

2) Perencanaan Manajerial
Perencanaan manajerial, yaitu perencanaan yang
ditujukan untuk mengarahkan proses pelaksanaan
agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Perencanaan ini lebih rinci dan menggunakan data
statistik, meskipun dalam beberapa hal masih
menggunakan pertimbangan akal sehat.

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 14


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3) Perencanaan Operasional
Perencanaan ini lebih memusatkan pada apa yang
akan dikerjakan pada tingkat pelaksanaan di lapangan
dari rencana manajerial. Perencanaan ini bersifat, dan
berfungsi memberi petunjuk kongkrit tentang
pelaksanaan suatu proyek atau program, baik tentang
aturan, prosedur dan ketentuan-ketentuan lain yang
telah ditetapkan.

Perencanaan ini tidak banyak membutuhkan


pertimbangan-pertimbangan individual, karena
sebagian besar didasarkan pada data kuantitatif yang
dapat diukur. (Harjanto, 2003 : 22)

c. Perencanaan Menurut Waktu

Berdasarkan kriteria waktu, ada tiga macam perencanaan


yaitu perencanaan jangka panjang, perencanaan jangka
menengah, dan perencanaan jangka pendek. Dalam
menyusun suatu rencana perlu terlebih dahulu ditetapkan
apakah yang akan disusun, sehingga langkah-langkah
kegiatan dapat tersusun dan tujuan kegiatan tercapai sesuai
dengan yang diharapkan.

1) Perencanaan jangka panjang

Perencanaan jangka panjang biasanya mempunyai


jangka waktu 10 sampai dengan 25 tahun. Karena
begitu panjangnya siklus perencanaan, maka
perencanaan jangka panjang memuat rencana-
rencana yang bersifat umum, global dan belum terinci.

Perencanaan jangka panjang bersifat perspektif yaitu


memberikan arah yang jelas bagi perencanaan yang
berjangka waktu lebih pendek. Perencanaan jangka
panjang masih perlu dijabarkan lagi menjadi jangka
menengah dan seterusnya dijabarkan menjadi
perencanaan jangka pendek.

2) Perencanaan jangka menengah

Perencanaan jangka menengah yaitu rencana yang


mencakup antara 4 sampai dengan 10 tahun.
Perencanaan jangka menengah disusun berdasarkan
perencanaan pendek. Repelita tergolong jenis
perencanaan jangka menengah yang kemudian
dijabarkan ke dalam perencanaan tahunan yaitu

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 15


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

perencanaan jangka pendek yang bersifat operasional

3) Perencanaan jangka pendek

Perencanaan jangka pendek yaitu perencanaan yang


mencakup kurun waktu antara 1 sampai 3 tahun dan
merupakan jabaran dari rencana jangka panjang &
jangka pendek. (Harjanto, 2003 : 22) Salah satu
perencanaan jangka pendek yang sering kita temui
adalah perencanaan tahunan. Perencanaan tahunan
atau disebut juga perencanaan operasional di negara
kita ini pada prakteknya merupakan siklus yang selalu
berulang setiap tahun.

7. Klasifikasi Anggaran

Klasifikasi anggaran merupakan pengelompokan anggaran


berdasarkan organisasi, fungsi, dan jenis belanja (ekonomi).
Pengelompokan tersebut bertujuan untuk melihat besaran alokasi
anggaran menurut organiasasi K/L, tugas-fungsi pemerintah, dan
belanja K/L.

a. Klasifikasi Menurut Organisasi

Klasifikasi organisasi merupakan pengelompokan alokasi


anggaran belanja sesuai dengan struktur organisasi K/L.
Yang dimaksud organisasi adalah K/L yang dibentuk untuk
melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang-Undang
Dasar 1945 dan peraturan perundangan yang berlaku.
Suatu K/L dapat terdiri dari unit-unit organisasi (Unit Eselon
I) yang merupakan bagian dari suatu K/L. Dan suatu unit
organisasi bisa didukung oleh satuan kerja (Satker) yang
bertanggungjawab melaksanakan kegiatan dari program unit
eselon I atau kebijakan pemerintah dan berfungsi sebagai
Kuasa Pengguna Anggaran.

Klasifikasi anggaran belanja berdasarkan organisasi


menurut K/L disebut Bagian Anggaran (BA). Dilihat dari apa
yang dikelola, BA dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis.
Pertama, Bagian Anggaran K/L yang selanjutnya disebut
BA-KL adalah kelompok anggaran yang dikuasakan kepada
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran.
Kedua, Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara, yang
selanjutnya disebut BA-BUN adalah kelompok anggaran
yang dikelola oleh Menteri Keuangan selaku pengelola
fiskal.

Penetapan suatu organisasi sebagai Bagian Anggaran

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 16


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dalam hubungannya dengan pengelolaan keuangan negara


mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1) Pengelolaan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga


(K/L):

a) Menteri/Pimpinan Lembaga adalah Pengguna


Anggaran/Pengguna Barang bagi K/L yang
dipimpinnya (Pasal 4 ayat 1, UU Nomor 1 tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara);
b) Presiden selaku pemegang kekuasan
pengelolaan keuangan negara menguasakan
pengelolaan keuangan negara tersebut kepada
menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna
Anggaran/Penggguna Barang K/L yang
dipimpinnya (Pasal 6 ayat 2 huruf b, UU No.17
tahun 2003 tentang Keuangan Negara);
c) Lembaga adalah Lembaga Negara dan Lembaga
Pemerintah Non Kementerian Negara (LPNK);
d) Di lingkungan Lembaga Negara, yang dimaksud
dengan Pimpinan Lembaga adalah Pejabat yang
bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan
lembaga yang bersangkutan (penjelasan Pasal 6
ayat 2 huruf b, UU No.17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara);
e) Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna
Anggaran wajib menyusun RKA-K/L atas Bagian
Anggaran yang dikuasainya (Pasal 4 Ayat 2, PP
No. 90 tentang Penyusunan RKA-K/L);
f) Bagian Anggaran merupakan kelompok anggaran
menurut nomenklatur K/L, oleh karenanya setiap
K/L mempunyai kode bagian anggaran tersendiri.

Berdasarkan hal tersebut di atas disimpulkan


bahwa:

(1) Menteri, Pimpinan LPNK, dan Sekretaris


Jenderal Lembaga Negara adalah Pengguna
Anggaran yang mendapat kuasa dari
Presiden untuk mengelola keuangan negara
dari K/L yang dipimpinnya;
(2) Selaku Pengguna Anggaran, para pejabat
pada huruf a tersebut di atas
bertanggungjawab langsung kepada
Presiden dan wajib menyusun RKA-K/L atas
MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 17
PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

bagian anggaran yang dikuasainya.

2) Pengelolaan Keuangan Lembaga Non Struktural


(LNS):

a) Lembaga selain LPNK disebut Lembaga Non


Struktural (LNS);

b) Pengelolaan keuangan LNS dapat


diselenggarakan sebagai bagian anggaran yang
mandiri atau sebagai satuan kerja dari K/L;

c) Untuk menentukan status pengelolaan keuangan


suatu lembaga Pemerintah yang baru maka perlu
dilakukan:

(1) penelitian landasan hukum


pembentukannya, berupa Peraturan
Pemerintah (PP) atau Peraturan Presiden
(Perpres). PP atau Perpres dimaksud
menyatakan bahwa pimpinan lembaga
bertanggungjawab kepada Presiden; dan
status lembaga sebagai LPNK atau bukan;
(2) Apabila butir 2 (c) (1) diatas terpenuhi maka
lembaga tersebut termasuk LPNK sehingga
berhak diberikan bagian anggaran dengan
kode tersendiri; atau Apabila tidak
menyebutkan sebagai LPNK maka lembaga
tersebut dapat diberikan: Kode Satuan
Kerja, atau Kode Bagian Anggaran
sepanjang pada dokumen pembentukannya
telah dicantumkan sebagai Pengguna
Anggaran.

Selanjutnya yang dimaksud dengan unit organisasi


pada K/L sebagaimana uraian tersebut di atas adalah
Unit Eselon I yang bertanggung jawab atas
pencapaian sasaran program/hasil (outcome) dan
pengkoordinasian atas pelaksanaan kegiatan oleh
satuan kerja.

Dalam hal ini yang bertanggung jawab terhadap suatu


program sebagian besar adalah Unit Eselon IA.
Berkenaan dengan tanggung jawab suatu program
teknis, K/L dan Unit Eselon IA-nya dikelompokkan
dengan aturan umum sebagai berikut :

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 18


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

a) Kelompok Lembaga Tinggi Negara dapat


menggunakan lebih dari 1 (satu) program teknis
sesuai dengan lingkup kewenangannya;
b) Kelompok Kementerian untuk setiap 1 (satu) unit
Eselon IA yang bersifat pelayanan eksternal akan
menggunakan 1 (satu) Program Teknis;
c) Kelompok Kementerian Negara dan Kementerian
Koordinator menggunakan 1 (satu) Program
Teknis untuk seluruh unit Eselon IA-nya;
d) Kelompok Lembaga Pemerintah Non-
Kementerian (LPNK) dan Lembaga Non-
Struktural menggunakan 1 (satu) Program Teknis
untuk Lembaganya.

Sedangkan satuan kerja pada unit organisasi K/L


adalah satker baik di kantor pusat maupun kantor
daerah atau satuan kerja yang memperoleh
penugasan dari unit organisasi K/L. Suatu satker
ditetapkan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran dalam
rangka pengelolaan anggaran.

Suatu K/L dalam rangka pengelolaan anggaran dapat


mengusulkan satker baru sebagai KPA untuk
melaksanakan kewenangan dan tanggung jawab
pengelolaan anggaran yang berasal dari kantor pusat
K/L apabila memenuhi kriteria1 sebagai berikut:

a) Harus/wajib memiliki unit-unit yang lengkap


sebagai suatu entitas (unit yang melaksanakan
fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pelaporan dan akuntansi);
b) Merupakan bagian dari struktur organisasi K/L
dan/atau melaksanakan tugas fungsi K/L;
c) Lokasi satker yang bersangkutan berada pada
propinsi/kabupaten/kota yang berbeda dengan
kantor induknya;
d) Karakteristik tugas/kegiatan yang ditangani
bersifat kompleks/spesifik dan berbeda dengan
kantor induknya;
e) Adanya penugasan secara khusus dari Pengguna
Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran Eselon I
satker yang bersangkutan.

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 19


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Sedangkan usulan/penetapan Bagian Anggaran dan


satuan kerja K/L dapat dilakukan dengan tata cara
sebagai berikut:

a) Direktorat Jenderal Anggaran c.q. Direktorat


Anggaran I, Direktorat Anggaran II, dan Direktorat
Anggaran III menganalisis/menilai usulan
permintaan Bagian Anggaran atau Satuan Kerja
sebagai KPA dari K/L berdasarkan kriteria
tersebut di atas.
b) Apabila berdasarkan hasil penilaian usulan
tersebut di anggap memenuhi persyaratan dan
dapat dipertimbangkan untuk disetujui, maka
Direktorat Anggaran I, Direktorat Anggaran II, dan
Direktorat Anggaran III menyampaikan nota
rekomendasi serta meminta kode Bagian
Anggaran atau Satuan Kerja sebagai KPA
kepada Direktorat Sistem Penganggaran.
c) Direktorat Jenderal Anggaran c.q. Direktorat
Anggaran I, Direktorat Anggaran II, dan Direktorat
Anggaran III memberitahukan
persetujuan/penolakan atas usulan dimaksud
kepada K/L yang bersangkutan secara tertulis.

b. Klasifikasi Menurut Fungsi

Klasifikasi anggaran menurut fungsi, merinci anggaran


belanja menurut fungsi dan subfungsi. Fungsi adalah
perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang
dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
nasional. Subfungsi merupakan penjabaran lebih lanjut dari
fungsi.

Penggunaan fungsi dan subfungsi disesuaikan dengan


tugas pokok dan fungsi masing-masing K/L.
Penggunaannya dikaitkan dengan kegiatan (merupakan
penjabaran program) yang dilaksanakan, sehingga suatu
program dapat menggunakan lebih dari satu fungsi. Yang
dimaksud program adalah penjabaran kebijakan K/L di
bidang tertentu yang dilaksanakan dalam bentuk upaya
yang berisi satu atau beberapa kegiatan dengan
menggunakan sumber daya yang disediakan untuk
mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misinya yang
dilaksanakan instansi atau masyarakat dalam koordinasi K/L
yang bersangkutan.

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 20


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c. Klasifikasi Jenis Belanja (Ekonomi)

Jenis belanja dalam klasifikasi belanja digunakan dalam


dokumen anggaran baik dalam proses penyusunan
anggaran, pelaksanan anggaran, dan
pertangungjawaban/pelaporan anggaran. Berkenaan
dengan proses penyusunan anggaran dalam dokumen
RKA-K/L, tujuan penggunaan jenis belanja ini dimaksudkan
untuk mengetahui pendistribusian alokasi anggaran
kedalam jenis–jenis belanja. Jenis-jenis belanja yang
digunakan dalam penyusunan RKA-K/L adalah berikut :

a) Belanja Pegawai
Belanja Pegawai adalah kompensasi dalam bentuk
uang maupun barang yang diberikan kepada pegawai
pemerintah (pejabat negara, pegawai negeri sipil, dan
pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang
belum berstatus PNS) yang bertugas di dalam maupun
di luar negeri sebagai imbalan atas pekerjaan yang
telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan
dengan pembentukan modal dan/atau kegiatan yang
mempunyai output dalam kategori belanja barang.

b) Belanja Barang
Belanja Barang yaitu pengeluaran untuk menampung
pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk
memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan
maupun yang tidak dipasarkan serta pengadaan
barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual
kepada masyarakat dan belanja perjalanan. Dalam
pengertian belanja tersebut termasuk honorarium yang
diberikan dalam rangka pelaksanaan kegiatan untuk
menghasilkan barang/jasa. Belanja Barang dapat
dibedakan menjadi Belanja Barang (Operasional dan
Non-Operasional), Belanja Jasa, Belanja
Pemeliharaan, serta Belanja Perjalanan Dinas.

c) Belanja Modal
Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran yang
digunakan dalam rangka memperoleh atau menambah
nilai asset tetap dan asset lainnya yang memberi
manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta
melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau
aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Aset tetap
tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan
sehari-hari suatu satuan kerja atau dipergunakan oleh
masyarakat/publik namun tercatat dalam registrasi
MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 21
PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

aset K/L terkait serta bukan untuk dijual.

d) Bunga Utang
Bunga yaitu pembayaran yang dilakukan atas
kewajiban penggunaan pokok utang (principal
outstanding), baik utang dalam negeri maupun utang
luar negeri yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman.
Jenis belanja ini khusus digunakan dalam kegiatan dari
Bagian Anggaran BUN.

e) Subsidi
Subsidi yaitu alokasi anggaran yang diberikan kepada
perusahaan/lembaga yang memproduksi, menjual,
mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa untuk
memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa
sehingga harga jualnya dapat dijangkau oleh
masyarakat. Belanja ini antara lain digunakan untuk
penyaluran subsidi kepada perusahaan negara dan
perusahaan swasta. Jenis belanja ini khusus
digunakan dalam kegiatan dari Bagian Anggaran BUN.

f) Bantuan sosial
Belanja Bantuan Sosial yaitu transfer uang atau
barang yang diberikan oleh Pemerintah Pusat/Daerah
kepada masyarakat guna melindungi dari
kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial
dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat
dan/atau lembaga kemasyarakatan termasuk
didalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah
bidang pendidikan, keagamaan, dan bidang lain yang
berperan untuk melindungi individu, kelompok
dan/atau masyarakat dari kemungkinan terjadinya
resiko sosial.

Belanja bantuan sosial diberikan dalam bentuk uang,


barang, dan jasa. Belanja bantuan sosial bersifat
sementara atau berkelanjutan guna memberikan
rehabilitasi sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial,
pemberdayaan sosial, dan penanggulangan
kemiskinan agar dapat meningkatkan taraf
kesejahteraan, kualitas kelangsungan hidup, dan
memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai
kemandirian. Belanja bantuan sosial diberikan dalam
bentuk : (1) bantuan langsung; (2) penyediaan
aksessibilitas, dan/atau (3) penguatan kelembagaan.

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 22


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

g) Hibah
Merupakan belanja pemerintah pusat kepada
pemerintah negara lain, organisasi internasional, dan
pemerintah daerah yang bersifat sukarela, tidak wajib,
tidak mengikat, dan tidak perlu dibayar kembali serta
tidak terus menerus dan dilakukan dengan naskah
perjanjian antara pemberi hibah dan penerima hibah
dengan pengalihan hak dalam bentuk uang, barang,
atau jasa. Termasuk dalam belanja hibah adalah
pinjaman dan/atau hibah luar negeri yang
diterushibahkan ke daerah

h) Belanja lain-lain
Pengeluaran negara untuk pembayaran atas
kewajiban pemerintah yang tidak masuk dalam
katagori belanja pegawai, belanja barang, belanja
modal, belanja pembayaran utang, belanja subsidi,
belanja hibah, dan belanja bantuan sosial serta bersifat
mendesak dan tidak dapat diprediksi sebelumnya.

8. Proses Penganggaran RKA-K/L

Proses penganggaran RKA-K/L dibagi dalam beberapa tahapan


sebagai berikut:

a. Januari

1) Presiden menetapkan arah kebijakan dan prioritas


anggaran.
2) K/L mengevaluasi baseline.
3) K/L dapat menyusun rencana inisiatif baru.
4) Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas dan Kementerian Keuangan
mengevaluasi baseline dan mengkaji usulan inisiatif
baru.

b. Februari - Juli

1) Kementerian Keuangan menyusun perkiraan kapasitas


fiskal Kementerian Keuangan menyusun perkiraan
kapasitas fiskal untuk penyusunan Pagu Indikatif tahun
anggaran yang direncanakan, termasuk penyesuaian
indikasi pagu anggaran jangka menengah paling
lambat pertengahan bulan Februari.

2) Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 23


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas menyusun


Pagu Indikatif. Penyusunan Pagu Indikatif tersebut
memperhatikan kapasitas fiskal dan pemenuhan
prioritas pembangunan nasional. Pagu Indikatif
dimaksud dirinci menurut unit organisasi, program,
kegiatan, dan indikasi pendanaan untuk mendukung
Arah Kebijakan yang telah ditetapkan oleh Presiden.
Pagu Indikatif yang sudah ditetapkan beserta prioritas
pembangunan nasional yang dituangkan dalam
rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
disampaikan kepada K/L dengan surat yang
ditandatangani Menteri Keuangan bersama Menteri
Perencanaan pada bulan Maret.

3) Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun Rencana Kerja


K/L (Renja-K/L) Penyusunan Renja-K/L ini
berpedoman pada surat mengena Pagu Indikatif.
Renja-K/L dimaksud disusun dengan pendekatan
berbasis Kinerja, kerangka pengeluaran jangka
menengah, dan penganggaran terpadu yang memuat :

a) kebijakan;
b) program;
c) kegiatan.

4) Trilateral Meeting

Proses penyusunan Renja-K/L dilakukan pertemuan 3


(tiga) pihak antara Kementerian/Lembaga,
Kementerian Perencanaan, dan Kementerian
Keuangan.

5) K/L menyampaikan Renja-K/L kepada Kementerian


Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dan
Kementerian Keuangan. Menteri/Pimpinan Lembaga
menyampaikan Renja-K/L kepada Kementerian
Perencanaan dan Kementerian Keuangan untuk bahan
penyempurnaan rancangan awal RKP dan
penyusunan rincian pagu menurut unit organisasi,
fungsi, program, dan kegiatan sebagai bagian dari
bahan pembicaraan pendahuluan Rancangan APBN.

6) Menteri Keuangan menetapkan Pagu Anggaran K/L


Menteri Keuangan dalam rangka penyusunan RKA-
K/L, menetapkan Pagu Anggaran K/L dengan
berpedoman kapasitas fiskal, besaran Pagu Indikatif,
Renja-K/L, dan memperhatikan hasil evaluasi Kinerja
MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 24
PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kementerian/Lembaga. Pagu Anggaran K/L


sebagaimana dimaksud menggambarkan Arah
Kebijakan yang telah ditetapkan oleh Presiden yang
dirinci paling sedikit menurut unit organisasi dan
program. Pagu Anggaran K/L disampaikan kepada
setiap Kementerian/ Lembaga paling lambat akhir
bulan Juni.

7) Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun RKA-K/L


Menteri/ Pimpinan Lembaga menyusun RKA-K/L
berdasarkan :

a) Pagu Anggaran K/L;


b) Renja-K/L;
c) RKP hasil kesepakatan Pemerintah dan DPR
dalam pembicaraan pendahuluan Rancangan
APBN; dan
d) Standar biaya.

Penyusunan RKA-K/L dimaksud termasuk


menampung usulan Inisiatif Baru. RKA-K/L merupakan
bahan penyusunan Rancangan Undang-Undang
tentang APBN setelah terlebih dahulu ditelaah dalam
forum penelaahan antara Kementerian/Lembaga
dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian
Perencanaan.

8) K/L melakukan pembahasan RKA-K/L dengan DPR

Dalam hal K/L melakukan pembahasan RKA-K/L


dengan DPR dalam rangka pembicaraan pendahuluan
Rancangan APBN, pembahasan tersebut difokuskan
pada konsultasi atas usulan Inisiatif Baru.

9) Penyesuaian atas usulan inisiatif baru

Dalam hal pembahasan RKA-K/L dengan DPR


dilakukan, dapat dilakukan penyesuaian atas usulan
inisiatif baru sepanjang:
a) Sesuai RKP
b) Pencapaian sasaran kinerja K/L
c) Tidak melampaui Pagu Anggaran K/L

10) Penelaahan RKA-K/L

Penelaahan RKA-K/L tersebut diselesaikan paling


lambat akhir bulan Juli. Penelaahan RKA-K/L

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 25


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dilakukan secara terintegrasi, yang meliputi :


a) Kelayakan anggaran terhadap sasaran kinerja;
b) Konsistensi sasaran kinerja K/L dengan RKP.
c) Menkeu mengoordinasikan penelaahan RKA-K/L
dalam rangka penetapan Pagu RKAK/L yang
bersifat final.

c. Agustus-Desember
1) Penggunaan RKA-K/L dalam RAPBN

Kementerian Keuangan menghimpun RKA-K/L hasil


penelaahan untuk digunakan sebagai:

a) bahan penyusunan Nota Keuangan, Rancangan


APBN, dan Rancangan Undang-Undang tentang
APBN; dan
b) dokumen pendukung pembahasan Rancangan
APBN. Nota Keuangan, Rancangan APBN, dan
Rancangan Undang-Undang tentang APBN
dibahas dalam Sidang Kabinet untuk kemudian
hasilnya disampaikan oleh Pemerintah kepada
DPR pada bulan Agustus.

2) Pembahasan anggaran dengan DPR

Pemerintah menyelesaikan pembahasan Rancangan


APBN dan Rancangan Undang-Undang tentang APBN
dengan DPR paling lambat akhir bulan Oktober. Dalam
hal pembahasan Rancangan APBN dan Rancangan
Undang-Undang tentang APBN menghasilkan
optimalisasi pagu anggaran, optimalisasi pagu
anggaran tersebut digunakan oleh Pemerintah sesuai
dengan Arah Kebijakan yang telah ditetapkan oleh
Presiden.

3) Penyesuaian RKA-K/L

Hasil pembahasan Rancangan APBN dan Rancangan


Undang-Undang tentang APBN dituangkan dalam
berita acara hasil kesepakatan pembahasan
Rancangan APBN dan Rancangan Undang-Undang
tentang APBN dan bersifat final yang disampaikan oleh
Menteri Keuangan kepada Kementerian/Lembaga
untuk dilakukan penyesuaian RKAK/L.

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 26


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

4) Penetapan alokasi anggaran Kementerian/Lembaga

Alokasi anggaran Kementerian/Lembaga dirinci


menurut:

a) Kebutuhan Pemerintah Pusat; dan


b) Transfer kepada daerah.

Presiden menetapkan alokasi anggaran Kementerian/


Lembaga dan Kementerian Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara paling lambat tanggal 30
November.

5) Penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran

Menteri Keuangan mengesahkan dokumen


pelaksanaan anggaran yang disusun oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga menggunakan RKA- K/L
yang telah disepakati dalam pembahasan dengan DPR
paling lambat tanggal 31 Desember.

9. Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja

a. Tingkatan Penerapan PBK

Penerapan PBK mengacu pada struktur organisasi K/L.


Hubungan antara struktur organisasi dan kinerja yang akan
dicapai merupakan kerangka PBK sebagaimana diagram
dibawah ini.

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 27


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Berdasarkan Diagram di atas, penerapan PBK dapat dilihat


dalam dalam 2 (dua) tingkatan, yaitu penerapan PBK
Tingkat Nasional dan Penerapan PBK Tingkat K/L.
Penerapan PBK pada tingkat Nasional dilaksanakan melalui
langkah sebagai berikut :

1) Pemerintah menentukan tujuan (dalam bentuk Prioritas


dan Fokus Prioritas pembangunan nasional beserta
target kinerjanya) untuk waktu 1 (satu) tahun yang
akan datang dalam dokumen RKP. Hasil yang
diharapkan berupa national outcome yang mengarah
kepada gambaran sebagaimana amanat Undang-
Undang Dasar;

2) Berdasarkan tujuan tersebut Pemerintah merumuskan


Kegiatan Prioritas dan/atau Kegiatan dalam kerangka
tugas-fungsi yang diemban suatu K/L, IKK, dan output
(jenis, volume, dan satuan ukur). Selanjutnya
Pemerintah akan menghitung perkiraan kebutuhan
anggarannya yang disesuaikan dengan kemampuan
keuangan negara;

3) Tujuan Pemerintah tersebut akan dilaksanakan oleh


masing-masing K/L (beserta perangkat organisasi di
bawah koordinasinya) dalam bentuk program dan
kegiatan sesuai tugas-fungsinya.

Sedangkan penerapan PBK pada tingkat K/L dilakukan


melalui langkah sebagai berikut :

1) Sesuai dengan Renstra K/L, Unit Eselon IA


merumuskan Program, IKU Program dan hasil;
2) Selanjutnya Program dijabarkan dalam Kegiatan, IKK,
dan output pada Unit pengeluaran (spending unit)
pada tingkat Satker atau Eselon II dilingkungan Unit
Eselon IA sesuai dengan tugas dan fungsinya;
3) Kegiatan-kegiatan tersebut, disesuaikan pada kategori
Fungsi/Sub Fungsi yang didukung, Prioritas
Nasional/Bidang atau Non Prioritas;
4) Hasil rumusan Program, IKU Program, hasil, Kegiatan,
IKK, dan output dituangkan dalam dokumen Renja-K/L,
RKA-K/L dan DIPA.

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 28


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b. Struktur Anggaran dalam PBK

Struktur Anggaran dalam penerapan PBK, lebih


memperhatikan keterkaitan secara jelas hubungan antara
perencanaan dan penganggaran yang merefleksikan
keselarasan antara kebijakan (top down) dan pelaksanaan
kebijakan (bottom up). Gambaran Struktur Anggaran dalam
rangka penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja dapat
digambarkan dalam Diagram diatas.

Struktur Anggaran merupakan penggambaran satu


kesatuan perencanaan dan penganggaran dalam unit
organisasi K/L . Satu kesatuan yang imaksud adalah
kesatuan dalam kebutuhan sumber daya yang diperlukan
oleh Satker dalam rangka pelaksanaan Kegiatan yang
menjadi tanggung jawabnya sebagaimana tugas fungsi yang
diemban Satker (bottom up). Hal ini harus sejalan dengan
rancangan kebijakan yang diputuskan pada tingkat
Organisasi Pemerintah yang telah dikoordinasikan oleh Unit-
Unit Organisasinya (top down) yang bertanggung jawab
terhadap Program. Bagian-bagian dan fungsi struktur
anggaran sebagai berikut:

1) Program

a) Program merupakan penjabaran dari kebijakan


sesuai dengan visi dan misi K/L yang
rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi unit
Eselon I atau unit K/L yang berisi kegiatan untuk
mencapai hasil dengan indikator kinerja yang
terukur.
b) Rumusan Program merupakan hasil
restrukturisasi tahun 2011 dan penyesuaiannya.
c) Rumusan Program dalam dokumen RKA-K/L

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 29


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

harus sesuai dengan rumusan Program yang ada


dalam dokumen Renja-K/L.

2) Indikator Kinerja Utama (IKU) Program :

a) IKU Program merupakan instrumen yang


digunakan untuk mengukur hasil pada tingkat
Program.
b) Pendekatan yang digunakan dalam menyusun
IKU Program berorientasi pada kuantitas,
kualitas, dan/atau harga.
c) Dalam menetapkan IKU Program, K/L
berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan
dan Kementerian Perencanaan.
d) Rumusan IKU Program dalam dokumen RKA-K/L
harus sesuai dengan rumusan IKU Program yang
ada dalam dokumen Renja-K/L.

3) Hasil (Outcome) :

a) Hasil merupakan prestasi kerja yang berupa


segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
output dari Kegiatan dalam satu Program.
b) Secara umum kriteria dari hasil sebuah Program
adalah:

(1) Mencerminkan Sasaran Kinerja unit Eselon I


sesuai dengan visi, misi dan
tugasfungsinya;
(2) Mendukung Sasaran Strategis K/L;
(3) Dapat dilakukan evaluasi.

c) Rumusan Hasil dalam dokumen RKA-K/L harus


sesuai dengan rumusan hasil yang ada dalam
dokumen Renja-K/L.

4) Kegiatan :

a) Kegiatan merupakan penjabaran dari Program


yang rumusannya mencerminkan tugas dan
fungsi Satker atau penugasan tertentu K/L yang
berisi komponen Kegiatan untuk mencapai output
dengan indikator kinerja yang terukur.
b) Rumusan Kegiatan hasil restrukturisasi tahun

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 30


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2011 dan penyesuaiannya.


c) Rumusan Kegiatan dalam dokumen RKA-K/L
harus sesuai dengan rumusan Kegiatan yang ada
dalam dokumen Renja-K/L.

5) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) :

a) IKK merupakan instrumen yang digunakan untuk


mengukur output pada tingkat Kegiatan.
b) Pendekatan yang digunakan dalam menyusun
IKK berorientasi pada kuantitas, kualitas,
dan/atau harga.
c) Dalam menetapkan IKK, K/L berkoordinasi
dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian
Perencanaan.
d) Rumusan IKK dalam dokumen RKA-K/L harus
sesuai dengan rumusan IKK yang ada dalam
dokumen Renja-K/L

6) Output

a) Output merupakan prestasi kerja berupa barang


atau jasa yang dihasilkan oleh suatu Kegiatan
yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian
sasaran dan tujuan program dan kebijakan.
b) Rumusan output dalam dokumen RKA-K/L
berupa barang atau jasa, sedangkan rumusan
output dalam dokumen Renja-K/L berupa output
statement.
c) Rumusan output berupa barang atau jasa berupa:

(1) Jenis output, merupakan uraian mengenai


identitas dari setiap output yang
mencerminkan tugas fungsi unit Satker
secara spesifik.
(2) Volume output, merupakan data mengenai
jumlah/ banyaknya kuantitas Output yg
dihasilkan.
(3) Satuan output, merupakan uraian mengenai
satuan ukur yang digunakan dalam rangka
pengukuran kuantitas (volume) output
sesuai dengan sesuai karakteristiknya.

d) Secara umum kriteria dari output adalah :


MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 31
PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(1) Mencerminkan sasaran kinerja Satker


sesuai Tugas-fungsi atau penugasan
prioritas pembangunan nasional;
(2) Merupakan produk utama/akhir yang
dihasilkan oleh Satker penanggung jawab
kegiatan;
(3) Bersifat spesifik dan terukur;
(4) Untuk Kegiatan Fungsional sebagian besar
output yang dihasilkan berupa regulasi
sesuai tugas-fungsi Satker;
(5) Untuk Kegiatan penugasan (Prioritas
Pembangunan Nasional) menghasilkan
output prioritas pembangunan nasional yang
mempunyai dampak secara nasional;
(6) Setiap Kegiatan bisa menghasilkan output
lebih dari satu jenis;
(7) Setiap Output didukung oleh komponen
masukan dalam implementasinya;
(8) Revisi rumusan output dimungkinkan pada
penyusunan RKA-K/L dengan
(9) mengacu pada Pagu Anggaran K/L atau
Alokasi Anggaran K/L.

7) Proses Pencapaian Output terbagi dalam :

a) Sub output :

(1) Suboutput pada hakekatnya merupakan


output
(2) Output yang dinyatakan sebagai Suboutput
adalah output-output yang
(3) mempunyai kesamaan dalam jenis dan
satuannya.
(4) Suboutput digunakan sebagai penjabaran
dari masing-masing barang atau jasa dalam
kumpulan barang atau jasa sejenis yang
dirangkum dalam satu output.
(5) Banyaknya Sub-suboutput atau akumulasi
dari volume Sub-suboutput
(6) mencerminkan jumlah volume output.
(7) Suboutput sifatnya opsional (boleh

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 32


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

digunakan, boleh tidak).


(8) Suboutput hanya digunakan pada output
yang merupakan rangkuman dari barang
atau jasa yang sejenis.
(9) Output yang sudah spesifik dan berdiri
sendiri (bukan rangkuman dari barang atau
jasa yang sejenis) tidak memerlukan
Suboutput.

b) Komponen :

(1) Komponen merupakan tahapan dari proses


pencapaian output, yang berupa paket-
paket pekerjaan.
(2) Komponen bisa langsung mendukung pada
output atau pada Suboutput.
(3) Komponen disusun berdasarkan
relevansinya terhadap pencapaian output,
baik terhadap volume maupun kualitasnya.
(4) Antar komponen mempunyai keterkaitan
yang saling mendukung dalam
(5) pencapaian output, sehingga
ketidakterlaksanaan/ keterlambatan salah
satu
(6) komponen bisa menyebabkan
ketidakterlaksanaan/keterlambatan
komponen yang lain dan juga bisa
berdampak pada penurunan kualitas,
penurunan kuantitas maupun kegagalan
dalam pencapaian output.

c) Subkomponen :

(1) Subkomponen merupakan kelompok-


kelompok detil belanja, yang disusun dalam
rangka memudahkan dalam pelaksanaan
Komponen
(2) Subkomponen sifatnya opsional (boleh
digunakan, boleh tidak).

d) Detil Belanja

Detil Belanja merupakan rincian kebutuhan


belanja dalam tiap-tiap jenis belanja yang
berisikan item-item belanja.
MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 33
PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c. Standarisasi Output

Output yang dilakukan standarisasi adalah :

1) Output-output yang digunakan dalam rangka


pemenuhan kebutuhan dasar dan sarana penunjang
yang secara umum dibutuhkan oleh
instansi/perkantoran.
2) Output-output sebagai penunjang pelaksanaan tusi
dan penunjang aktifitas-aktifitas perkantoran.
3) Merupakan output yang digunakan hanya untuk
memfasilitasi sarana dan prasarana operasionalisasi
perkantoran.
4) Output-output ini bisa digunakan oleh semua Satker
pada umumnya, sedangkan Unit Eselon II (pengelola
Kegiatan tetapi bukan satker) yang memiliki Output
jenis ini hanya Unit Eselon II yang melaksanakan
fungsi kesekretariatan atau sejenisnya.
5) Output-output ini tidak hanya digunakan untuk
Kegiatan-Kegiatan dalam Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana Aparatur dan Kegiatan
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya.

Rangkuman
1. Perencanaan menggunakan beberapa aspek yakni :
a. Penentuan tujuan yang akan dicapai.
b. Memilih dan menentukan cara yang akan ditempuh untuk
mencapai tujuan atas dasar alternatif yang dipilih.
c. Proyeksi keadaan di masa akan datang
d. Usaha-usaha atau langkah-langkah yang ditempuh untuk
mencapai tujuan atas dasar alternative yang dipilih.
2. Tahapan dalam Perencanaan
a. Mengidentifikasi Persoalan
b. Merumuskan tujuan dan sasaran
c. Memproyeksikan masa depan
d. Mencari dan menilai alternatif yang lain
e. Penyusunan Rencana yang terpilih
3. Fungsi perencanaan pada dasarnya adalah suatu proses
pengambilan keputusan sehubungan dengan hasil yang

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 34


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

diinginkan, dengan penggunaan sumber daya dan pembentukan


suatu sistem komunikasi yang memungkinkan pelaporan dan
pengendalian hasil akhir serta perbandingan hasil-hasil tersebut
dengan rencana yang di buat.
4. Jenis perencanaan menurut tingkatannya dibagi menjadi tiga
macam yaitu:
a. Perencanaan Strategis
b. Perencanaan Manajerial
c. Perencanaan Operasional

Latihan
1. Jelaskan Pengertian Perencanaan!
2. Jelaskan Syarat Perencanaan yang Baik!
3. Jelaskan Tahapan dalam Perencanaan!
4. Jelaskan Bentuk-bentuk Perencanaan!
5. Jelaskan Fungsi Perencanaan!
6. Jelaskan Jenis-jenis Perencanaan!
7. Jelaskan Klasifikasi Anggaran!
8. Jelaskan Proses Penganggaran RKA-K/L!
9. Jelaskan Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja!

MANAJEMEN PEMBINAAN POLRI 35


PENDIDIKAN ALIH GOLONGAN DARI BINTARA KE PERWIRA POLRI

Anda mungkin juga menyukai