Berdasarkan dari hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat diungkapkan pembahasan
perencana ahli pertama terhadap kompetensi perencana, dan pengembangan model evaluasi
sebagai berikut.
Pusbindiklatren Bappenas
sebagai badan pemerintah yang mempunyai tanggung jawab untuk merancang sebuah
kebijakan pembangunan nasional yang berkerja sama dengan Kementerian dan Lembaga
daerah.
Nasional (Bappenas) diresmikan oleh Bung Hatta pada tanggal 12 April 1947. Awal
terbentuknya Bappenas karena didorong oleh adanya siasat, strategi, kebijakan serta
merdeka.
langsung kepada Presiden. Bappenas berfungsi membantu presiden mengawal visi dan
misi perencanaan pembangunan nasional serta penilaian atas pelaksanaannya. Untuk dapat
berikut:
Pembangunan Nasional;
Pembangunan Nasional.
Pusbindiklatren mempunyai tugas melaksanakan fasilitasi dan pembinaan Jabatan
perencanaan;
PPN/Bappenas;
g. Pemantauan, evaluasi, penilaian, dan pelaporan serta saran tindak lanjut terhadap
kelompok kerja dan 1 (satu) kelompok strategis. Keempat kelompok kerja dalam
Pendidikan, dan Pelatihan Perencana, mulai dari tata kerja organisasi, tata laksana
pembangunan.
pembangunan.
JFP)
serta saran tindak lanjut terhadap pembinaan Jabatan Fungsional Perencana serta
tersebut, Pokja PP JFP juga bertugas melakukan urusan pemerintahan dalam bidang
Perencana Madya sampai Jabatan Fungsional Perencana Utama. Kelompok kerja ini
Pelatihan ini bertujuan untuk membekali para profesional dengan keterampilan dan
pengetahuan yang diperlukan agar dapat berkontribusi secara efektif terhadap agenda
pembangunan bangsa. Peserta Pelatihan Fungsional Perencana Ahli Pertama itu sendiri
adalah para Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja di Instansi Perencanaan baik di pusat
maupun di daerah dan telah diangkat dalam jabatan fungsional perencana ahli pertama.
d. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas
baik;
perencanaan pembangunan.
Mekanisme kegiatan Pelatihan Fungsional Perencana Ahli Pertama pada tahun 2022
a. Seleksi calon peserta pelatihan untuk dapat diikutsertakan dalam kegiatan Pelatihan
c. Proses belajar mengajar melalui ceramah, diskusi dan uji kompetensi di akhir
pelatihan; dan
Bappenas.
(tujuh) minggu secara dalam jaringan (daring)/ online dengan jumlah sesi sebanyak 168
sesi atau 336 jam pelajaran, yang dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan
November 2022. Materi dan kurikulum pelatihan Fungsional Perencana Ahli Pertama
mengacu pada Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pelatihan Fungsional Perencana Ahli Pertama tahun 2022 oleh Pusat
berlangsung mulai tanggal 8 Agustus 2022 sampai dengan 23 September 2022. Peserta
pelatihan berjumlah 23 orang Perencana Ahli Pertama yang berasal dari Badan Riset dan
Inovasi Nasional (BRIN), Badan Riset dan Inovasi Daerah, Kementerian Luar Negeri,
Daerah (Bappeda).
b. Diskusi kelompok;
Materi yang termuat dalam kurikulum Pelatihan Fungsional Perencana Ahli Pertama
adalah materi yang mampu menjawab isu-isu dan tantangan-tantangan masa yang akan
planning) dan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Sasaran kurikulum
pelatihan dalam aspek cognitive domain (ranah kognitif) dan skill (keterampilan)
difokuskan pada pemenuhan kompetensi menurut pekerjaan perencanaan dan lingkup
Efektivitas pelatihan fungsional perencana ahli pertama dalam penelitian ini diukur
dengan model four levels of training evaluation meliputi level reaksi, pembelajaran,
perilaku dan level hasil serta model perceived training benefit meliputi manfaat bagi
1) Reaksi
2) Pembelajaran
peserta terhadap materi pelatihan atau sejauh mana daya serap peserta pada
keterampilan dan sikap peserta. Dalam level ini, metode pengumpulan data yang
digunakan adalah dengan menggunakan tes awal (pre test) dan tes akhir (post
test), dengan tujuan untuk melihat bagaimana daya serap pengetahuan tentang
peserta antara sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan, sehingga hal ini
ahli pertama.
3) Perilaku
rekan kerja. Secara keseluruhan persepsi perencana pada perilaku dinilai sangat
efektif, meskipun terdapat tiga item pernyataan yang dinilai efektif yaitu
kemampuan bekerja lebih efektif dan dapat menyelesaikan tugas tepat waktu.
4) Hasil
serta keterlibatan dan peran aktif dalam penyusunan dokumen perencanaan yang
baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Mohtar Rasyid (2020) tentang “Implementasi Model
Proyeksi Simple Time Series: Pelatihan Untuk Perencana Pembangunan Daerah”. Dari
hasil penelitian diketahui bahwa pertama, masih relatif banyak aparat perencana daerah
yang tidak memiliki kemampuan untuk melakukan proyeksi kuantitatif. Kedua, dengan
pelatihan yang memadai akan semakin banyak aparat yang bisa menggunakan alat untuk
membuat proyeksi secara efektif, dan ketiga keberhasilan penyusunan dokumen
perencanaan tidak bisa berdiri sendiri tanpa dukungan pihak lain. Kualitas data menjadi
unsur penting sehingga nantinya penyusunan rencana berbasis data akan menjadi budaya
Penelitian yang dilakukan oleh Arif Budi Setiawan dan Adianto (2021) dengan judul
Daerah Kabupaten Rokan Hulu” ini untuk menjelaskan upaya pengembangan kompetensi
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Rokan Hulu. Teori yang digunakan dalam
penelitian ini berkaitan dengan pengelolaan sumber daya manusia dan kompetensi.
sumber daya manusia, dimana proses pengambilan keputusan didasarkan pada informasi
handal bagi organisasi di era globalisasi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
Daerah Kabupaten Rokan Hulu ditinjau dari kriteria perencanaan, pelatihan, penilaian, dan
yaitu koordinasi dan sosialisasi antar instansi terkait pengembangan kompetensi belum
berjalan dengan baik serta keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh Pemerintah
Ahli Pertama
oleh seseorang yang nampak pada sikapnya yang sesuai dengan kebutuhan kerja dalam
membiasakan bekerja dengan data dan angka. Handoko (2013) yang menyatakan bahwa
pelatihan atau training adalah upaya untuk meningkatkan keterampilan pegawai dalam
program mereka berlangsung, serta menunjukkan faktor-faktor apa saja yang dapat
dimanipulasi agar diperoleh pencapaian hasil yang lebih baik, untuk kemudian
memberikan alternatif kebijakan baru/ sekedar cara implementasi lain. Pelatihan yang
pelatihan bagi pekerjaan yaitu sejauh mana pelatihan memberikan keterampilan dan
kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan mereka dan juga untuk
membangun hubungan baik dengan rekan kerja. Sehingga dalam prakteknya, kompetensi
Kegiatan pelatihan biasanya diiringi oleh tahap evaluasi. Jika hasil evaluasi baik atau
berpengaruh secara positif dalam meningkatkan kompetensi pegawai, maka pelatihan yang
dilakukan sudah efektif. Kemudian jika pegawai memiliki keyakinan tentang manfaat
yang diperoleh setelah mengikuti pelatihan maka juga akan mempengaruhi kompetensi
pegawai. Fokus dari kompetensi adalah kapasitas/kualifikasi atau perilaku yang dibawa
seorang pegawai ke dalam jabatannya untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dengan
efektif. Secara kontekstual komponen kompetensi selain perilaku, juga meliputi
pengetahuan dan keterampilan. Pegawai yang mengikuti pelatihan dan yakin akan manfaat
yang telah diperoleh maka dengan percaya diri mampu berkompetensi dengan pegawai
terhadap Kompetensi Perencanaan. Berdasarkan tabel Uji F diatas diketahui nilai F dengan
tingkat sig. F sebesar 0,000. Nilai sig. F lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima, yang berarti bahwa variabel kedua
variabel yaitu Level of Training Evaluation dan Perceived Training Benefit secara simultan
Berdasarkan penelitian Putu dan Ella (2016) pada PT. Len Industri (Persero) Bandung,
dari hasil pengujian secara simultan diperoleh hasil variabel pelatihan secara simultan
nilai R-square (koefisien determinasi) sebesar 0,806 maka dapat diberikan kesimpulan
bahwa variabel Level of Training Evaluation (X1) dan Perceived Training Benefit (X2),
sisanya sebesar 19,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dilakukan penelitian.
Untuk mengetahui hasil, dampak maupun manfaat yang diperoleh dari pelatihan
fungsional perencana ahli pertama yang diberikan kepada perencana maka perlu dilakukan
evaluasi terhadap pelatihan tersebut. Setelah pelatihan diberikan, tentunya perlu diketahui
keseluruhan. Secara umum tujuan pelatihan menurut Noe (2009) adalah meningkatkan
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) maupun perilaku (attitude) agar para
aparatur dapat menjalankan fungsi dan tugas jabatannya secara optimal. Evaluasi pelatihan
adalah upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan program, atau untuk mengetahui
implementasi dari suatu kebijakan. Dengan demikian kegiatan evaluasi pelatihan mengacu
kebijakan program dan kegiatan pembinaan, pendidikan dan pelatihan perencana, serta
Kompetensi
Motif 1. Tertantang mengemban tanggung jawab lebih
besar
2. Tertantang penyelesaian tugas melebihi target
3. Terdorong peningkatan kualitas dokumen
perencanaan
4. Termotivasi menjadi pejabat yang berkompeten
5. Berinisiatif mengantisipasi kesalahan kerja
6. Terdorong membangun hubungan baik dengan
rekan kerja
Sifat 1. Mengontrol emosi dalam menghadapi situasi
2. Terbuka dan siap bekerja dengan siapapun
3. Siap membantu rekan kerja dalam memecahkan
permasalahan
4. Berupaya membimbing rekan kerja agar
pengetahuan meningkat
Konsep diri 1. Yakin dengan kemampuan menyelesaikan tugas
2. Yakin dapat menyesuaikan diri mengerjakan
berbagai tugas
3. Berhati-hati dalam mengambil keputusan
4. Mengecek ulang pekerjaan
Pengetahuan 1. Memahami tugas yang menjadi tanggung jawab
2. Memahami prosedur pelaksanaan tugas
3. Mengetahui cara meminimalisir tantangan
4. Menguasai bidang tugas
Keterampilan 1. Mampu menyusun dokumen perencanaan
2. Dapat meminimalisir kesalahan kerja
3. Berupaya mencari informasi lebih banyak
4. Mandiri dan tidak menunggu instruksi atasan
5. Memotivasi sesama rekan kerja untuk menjadi
pejabat fungsional perencana yang berkompeten
Kompetensi tidak harus dianggap sebagai sesuatu, tetapi sabagai konsep yang dapat
dan manfaat dari pelatihan. Kompetensi perencana dinilai berdasarkan lima dimensi yaitu
1) Motif
seseorang dan menjadi tujuan serta keinginan yang ingin dicapai dalam
2) Sifat
3) Konsep Diri
4) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan informasi yang dimiliki seseorang di bidang
yang dikerjakan.
5) Keterampilan
pendidikan dan pelatihan terhadap kompetensi pegawai pada Dinas Pendidikan Kota
terdapat hubungan yang positif antara pendidikan dengan kompetensi, ini berarti bahwa
melaksanakan tugas yang dibebankan dengan baik. Terdapat pula hubungan yang positif
antara pelatihan dengan kompetensi, dan terdapat hubungan yang positif secara bersama-
sama antara pendidikan dan pelatihan dengan kompetensi. Angka koefisien korelasi yang
diperoleh sebesar 0,626 menunjukan bahwa pegawai yang memiliki tingkat pendidikan
yang tinggi dan juga telah mengikuti pelatihan struktural maupun teknis akan semakin
tugasnya. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Yulia Happy Kusumastuti (2018) dengan
Peserta Didik pada Alfabank Yogyakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Tidak
terdapat pengaruh pelatihan terhadap kompetensi peserta didik, (2) Terdapat pengaruh
motivasi terhadap kompetensi peserta didik, (3) Tidak terdapat pengaruh tingkat
pendidikan terhadap kompetensi peserta didik, dan (4) Tidak terdapat pengaruh pelatihan,
motivasi, dan tingkat pendidikan terhadap kompetensi peserta didik. Nilai koefisiensi
determinasi (R2) sebesar 0,291 atau 29,1% yang bermakna bahwa 29,1% kompetensi
peserta didik dipengaruhi oleh pelatihan, motivasi, dan tingkat pendidikan, sedangkan
sisanya sebesar 70,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian
tersebut.
Perencanaan
Pelaksanaan Pelatihan Fungsional Perencana Ahli Pertama tahun 2022 oleh Pusat
berlangsung mulai tanggal 8 Agustus 2022 sampai dengan 23 September 2022. Peserta
pelatihan berjumlah 23 orang Perencana Ahli Pertama yang berasal dari Badan Riset dan
Inovasi Nasional (BRIN), Badan Riset dan Inovasi Daerah, Kementerian Luar Negeri,
Daerah (Bappeda). Materi yang termuat dalam kurikulum Pelatihan Fungsional Perencana
Ahli Pertama adalah materi yang mampu menjawab isu-isu dan tantangan-tantangan masa
yang akan datang terutama terkait globalisasi, pembangunan manusia yang berkelanjutan,
Sasaran kurikulum pelatihan dalam aspek cognitive domain (ranah kognitif) dan skill
Perencanaan. Perceived Training Benefit adalah sejauh mana pegawai merasa bahwa
pelatihan yang diikutinya itu bermanfaat bagi dirinya dan dapat diterapkan untuk
meningkatkan kinerjanya. Manfaat pelatihan adalah seberapa besar manfaat atau nilai yang
didapat peserta terkait dengan partisipasinya dalam pelatihan. Aguinis dan Kraiger (2009)
menyatakan bahwa manfaat pelatihan adalah dampak positif dari pelatihan yang diikuti
oleh peserta. Selanjutnya, akan dilihat bagaimana pengaruh pelatihan ini terhadap
motif, sifat, konsep diri, pengetahuan dan keterampilan. Menurut Grossman dan Salas
(2011), manfaat pelatihan yang dirasakan pegawai antara lain dapat dilihat dari kesesuaian
baru akan meningkatkan kinerja, dan persepsi tentang keterampilan baru itu sendiri.
Pegawai yang merasa bahwa pelatihan yang diikutinya memberi manfaat yang besar akan
lebih cenderung untuk menerapkan keterampilan atau kompetensi yang baru dipelajarinya
dalam pekerjaannya. Semakin baik hasil dari Perceived Training Benefit maka kompetensi
Perencanaan. Hal ini dikarenakan nilai signifikansi berdasarkan Tabel Uji t diatas
menunjukkan nilai sig.t = 0,000 lebih kecil dari nilai α = 0,05. Sehingga variabel X2
(Perceived Training Benefit) berpengaruh signifikan terhadap Y (Kompetensi
Perencanaan). Dengan demikian hipotesis diterima. Hal ini selaras dengan penelitian dari
Thamrin (2018) tentang model evaluasi reaction level dari kirkpatrick penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan yang mana hasil penelitian menunjukkan bahwa perserta
menunjukkan reaksi positif karena menyadari memperoleh masukan yang berguna selama
pelatihan serta menunjukkan reaksi yang lebih baik terhadap pelatihan. Artinya Perceived
Penelitian juga dilakukan oleh Iskandar (2008) tentang hubungan pendidikan dan pelatihan
terhadap kompetensi pegawasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara
(X2) terhadap Kompetensi Perencanaan (Y) adalah positif dan signifikan, sehingga hasil
Training Benefit berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kompetensi Perencanaan. Ini
berarti semakin tinggi Perceived Training Benefit yang diterima oleh karyawan, maka
Kompetensi Perencanaan akan semakin tinggi pula. Sebaliknya semakin rendah Perceived
Pusbindiklatren Bappenas telah memberikan kontribusi atau manfaat yang positif terhadap
peserta pelatihan itu sendiri, yang ditandai dengan peningkatan pemahaman dan
kemampuan terhadap bidang kerja, peningkatan rasa tanggung jawab terhadap bidang
kerja, serta keinginan dan antusias untuk mengikuti pelatihan atau pendidikan lanjutan.
Selain itu juga terjadi peningkatan kesadaran terhadap berbagai peluang untuk
pengetahuan, keterampilan dan sikap dengan rekan-rekan kerja atau mitra kerjanya
sehingga dapat membawa perubahan terhadap budaya kerja dan peningkatan semangat
telah terlaksana dengan baik. Para pegawai merasakan manfaat dari pelatihan yang telah
diikuti. Menurut Grossman dan Salas (2011), manfaat pelatihan yang dirasakan pegawai
antara lain dapat dilihat dari kesesuaian keterampilan yang dipelajari untuk meningkatkan
bahwa menerapkan keterampilan baru akan meningkatkan kinerja, dan persepsi tentang
keterampilan baru itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan kompetensi yang mana merupakan
perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam
Evaluasi manfaat bagi pribadi bertujuan untuk mengukur sejauh mana nilai
pekerjaan dan juga untuk membangun hubungan baik dengan rekan kerja,
sejauh mana nilai manfaat pelatihan yang dirasakan oleh perencana dalam
Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Thamrin A. Kum (2018)
dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III Angkatan II Provinsi Gorontalo” yang mana
hasilnya adalah 1) Peserta menunjukkan reaksi positif yang tinggi terhadap pelatihan
berkaitan dengan sebagian besar komponen pelatihan, 2) Peserta menunjukkan reaksi yang
positif karena menyadari memperoleh masukan yang berguna selama pelatihan, 3) Peserta
asrama/penginapan (luas dan fasilitasnya), dan 4) Tidak ada peserta yang menunjukkan
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sultana (2012) dengan judul “Impact of
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dari pelatihan terhadap kinerja
karyawan. Penelitian ini mengeksplorasi bahwa untuk setiap perusahaan yang ingin
berhasil mencapai tujuan program pelatihannya maka desain dan implementasi pelatihan
harus direncanakan secara sistematis dan disesuaikan terhadap peningkatan kinerja dan
pelatihan secara rasional dan akhirnya menilai hasil pelatihan. Studi ini menyimpulkan
bahwa jika perusahaan berinvestasi pada hak pelatihan karyawan maka pelatihan itu harus
karyawan. Selain itu, pelatihan dipandang sebagai alat yang berguna untuk mengatasi
perubahan inovasi teknologi, persaingan pasar, penataan 17 organisasi dan yang paling
penting adalah peningkatan kinerja karyawan. Dari hasil SPSS terlihat bahwa melalui
perhitungan regresi hubungan antara pelatihan dan peningkatan kinerja sebesar 0,582 yang
artinya jika terjadi perubahan 1% pada variabel prediktif (pelatihan) dapat merubah
variabel hasil (kinerja) sampai dengan 58,2%. Oleh karena itu jika pelatihan meningkat
1% maka akan mengakibatkan peningkatan kinerja sebesar 58,2%. Hubungan ini positif
dan signifikan seperti yang ditunjukkan oleh p value kecil. Nilai R2 adalah 0,501 dan dapat
terlihat ada 0,499 kemungkinan adanya faktor lain yang mempengaruhi variabel hasil
(kinerja). Hasil dari penelitian ini adalah ada efek positif dari pelatihan terhadap kinerja
karyawan. Hal ini membantu untuk mengetahui apa yang harus terjadi dan apa yang terjadi
antara target yang diinginkan atau standard perusahaan dan tingkat aktual kinerja. Selain
itu, penelitian yang dilakukan oleh Jadwa Amalia (2020) dengan judul “Pengaruh
Organisasi”. Hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu Perceived training benefit terbukti
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi PNS di Balai
Diklat Keagamaan (BDK) Banjarmasin. Hal ini bermakna bahwa setiap variasi atau
perubahan pada manfaat pelatihan yang dirasakan pegawai juga akan menyebabkan
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi PNS di Balai
Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan (BDK) Banjarmasin. Hal ini bermakna bahwa setiap
variasi atau perubahan pada komitmen organisasi dipengaruhi oleh variasi atau perubahan
pada tingkat dukungan organisasi yang dirasakan pegawai. Serta penelitian yang dilakukan
oleh Ayman Mansour, Hefin Rowlands, Jassim Al-Gasawneh dan Nawras Nusairat
(2022). Penelitian ini bertujuan untuk menguji bagaimana manfaat pelatihan yang
dikembangkan berdasarkan teori pertukaran sosial dan teori kontrak psikologis. Analisis
ini memberikan bukti kuat mengenai teori pertukaran sosial, dimana komitmen afektif
karyawan terhadap bank ditemukan dipengaruhi secara positif oleh persepsi mengenai
pekerjaan, karir, dan manfaat pelatihan yang berhubungan dengan pribadi. Selain itu,
pada proses pengumpulan hasil yang dibutuhkan untuk menentukan efektif tidaknya
sebuah pelatihan yang telah dilaksanakan. Semakin baik efektif sebuah pelatihan terhadap
kinerja pegawai maka hasil evaluasi pelatihan akan menunjukkan nilai yang bagus pula.
model evaluasi empat level atau four levels of training evaluation menurut Kirkpatrick
(1998) yang terdiri atas reaksi, pembelajaran, perilaku dan hasil serta perceived training
benefit (Noe et al, 2013) untuk mengetahui sejauh mana peserta pelatihan menilai manfaat
yang dirasakan bagi pribadi, pekerjaan, maupun perkembangan karir. Selanjutnya, akan
dilihat bagaimana pengaruh pelatihan fungsional perencana ahli pertama ini terhadap
mengacu pada pendapat Spencer and Spencer (1993) yaitu motif, sifat, konsep diri,
(perilaku), serta result (hasil) dan model evaluasi perceived training benefit yang
mencakup manfaat bagi pribadi, pekerjaan, serta perkembangan karir. Model evaluasi ini
berkaitan dengan evaluasi pada pelatihan yang memfokuskan pada proses, hasil, dan
manfaat pelatihan fungsional perencana ahli pertama untuk mengukur peningkatan motif,
pada program pelatihan yang berbeda dengan evaluasi program pelatihan pada umumnya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial (t) variabel Level of Training
dikarenakan nilai signifikansi berdasarkan Tabel Uji t diatas menunjukkan nilai sig.t =
0,009 lebih kecil dari nilai α = 0,05. Sehingga variabel X1 (Level of Training Evaluation)
hipotesis penelitian diterima. Hal ini selaras dengan penelitian dari Yunni (2022) tentang
bahwa perserta merasa puas dan terjadi peningkatan pengertahuan peserta sebelum dan
setelah mengikuti pembelajaran. Artinya Level of Training Evaluation berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Kompetensi Perencanaan. Penelitian juga dilakukan oleh Anggoro
dan Karinka (2014) tentang evaluasi pelatihan dengan metode kirkpatrick analysis
Kompetensi Perencanaan (Y) adalah positif dan signifikan, sehingga hasil pengujian ini
Perencanaan. Sebaliknya, penelitian yang dilakukan oleh Yulia (2018) tentang pengaruh
menunjukkan tidak adanya pengaruh antara pelatihan dan kompetensi sehingga hipotesis
ditolak.
Berdasarkan hasil analisis data secara statistik membuktikan bahwa Level of Training
berarti semakin tinggi Level of Training Evaluation yang diterima oleh karyawan, maka
Kompetensi Perencanaan akan semakin tinggi pula. Sebaliknya semakin rendah Level of
keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan agar dapat berkontribusi secara efektif
b. Diskusi kelompok;
c. Studi kasus;
d. Latihan perencanaan kelompok
melakukan evaluasi pelatihan untuk mengetahui pelatihan sudah sesuai dengan harapan
antara lain:
1) Menghentikan program, jika program tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat
2) Merevisi program, jika ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan tujuan
berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan memberikan hasil sesuai tujuan
program
Mathis and Jackson (2003) menyatakan bahwa pelatihan adalah sebuah proses
pengetahuan dan keterampilan yang spesifik dan data diidentifikasi untuk digunakan
dalam pekerjaan mereka saat ini. Sedangkan evaluasi pelatihan merupakan suatu teknik
pengukuran yang dapat mengetahui seberapa baik rencana pelatihan mencapai tujuan
yang diharapkan, dan membandingkan hasil pelatihan dengan tujuan yang diharapkan
dari pelatih, pelaksana, dan peserta pelatihan. Evaluasi pelatihan dapat juga diartikan
sebagai kegiatan terencana yang dilakukan oleh suatu organisasi untuk mendapatkan
informasi atau data perkembangan pola perilaku individu dalam bidang pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dalam waktu yang relatif singkat dengan menggunakan
terlaksana dengan baik. Metode evaluasi yang dilakukan adalah model evaluasi empat
level atau four levels of training evaluation menurut Kirkpatrick (1998) yang terdiri atas
reaksi, pembelajaran, perilaku dan hasil. juga sudah sistematis dan sesuai dengan
perencanaan awal. Sehingga hasil evaluasi menunjukkan hasil yang bagus dan
1) Reaksi
2) Pembelajaran
peserta terhadap materi pelatihan atau sejauh mana daya serap peserta pada
keterampilan dan sikap peserta. Dalam level ini, metode pengumpulan data yang
digunakan adalah dengan menggunakan tes awal (pre test) dan tes akhir (post
test), dengan tujuan untuk melihat bagaimana daya serap pengetahuan tentang
peserta antara sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan, sehingga hal ini
ahli pertama.
3) Perilaku
rekan kerja. Terdapat perubahan perilaku perencana dalam hal bekerja sama,
bernegosiasi dengan rekan kerja, dan motivasi kerja yang meningkat dilihat dari
serta keterlibatan dan peran aktif dalam penyusunan dokumen perencanaan yang
Penelitian yang dilakukan oleh Nur Fitria Arini dan Dewi Rostyaningsih (2018) yang
Dunn yaitu efektivitas dan efisiensi serta mengkaji faktor pendorong dan penghambat
indikator yaitu penguasaan faktor produksi, penguatan sumber daya manusia, spesifik
lokasi dan permasalahan, serta pemakaian sumber daya secara sadar dan terencana. Faktor
pendorong yang mempengaruhi program ini yaitu sosialisasi yang sering dilakukan oleh
masyarakat kelurahan dan adanya partisipasi masyarakat yang sadar akan tingkat
kesejahteraan hidupnya, sedangkan faktor penghambat yang terlihat dalam program ini
yaitu kurangnya kesadaran pemakaian alat produksi batik yang baik dan benar, kurangnya
pendamping untuk mengarahkan para penerima program dalam memproduksi, serta akses
lokasi berupa transportasi dan jalan menuju sanggar batik yang kurang diperhatikan.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Julio A. Rarung, Novi R. Pioh, dan Welly
Waworundeng (2019) yang berfokus pada evaluasi kebijakan Alokasi Dana Desa di
Kabupaten Minahasa tahun 2018 (studi di Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa).
Hasil penelitian menunjukan bahwa kebijakan alokasi dana desa yang ada di Kabupaten
Minahasa pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa perlu peningkatan kapasitas
sumber daya manusia dan peningkatan pengawasan ke desa-desa yang ada di Kabupaten
Minahasa. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Putu Ifo Yuda Wisastra dan Ella
Jauvani Sagala (2016) dengan judul “Pengaruh Pelatihan terhadap Kompetensi Karyawan
PT. Len Industri (Persero) Bandung”. Bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelatihan
terhadap kompetensi karyawan yang dilakukan di PT. Len Industri (Persero) Bandung.
signifikan tersebut yaitu variabel materi pelatihan dan peserta pelatihan. Penelitian lain
yang dilakukan oleh Anggoro Prasetyo Utomo dan Karinka Priskila Tehupeiory (2014)
dengan judul “Evaluasi Pelatihan dengan Metode Kirkpatrick Analysis”. Penulisan ini
bertujuan melakukan analisis terhadap hasil evaluasi pelatihan Customer Service (CS)
School level 1 dan level 2 dari Kirkpatrick Analysis, memberikan usulan tindakan yang
perlu dilakukan, dan memberikan usulan berupa alat ukur yang dapat membantu pelaksana
training melakukan evaluasi level 3 dari Kirkpatrick Analysis. Hasil dari penelitian ini
adalah sebagian besar peserta pelatihan merasa puas dengan pelaksanaan pelatihan
Customer Service (CS) School dan dapat mengerti dengan baik materi-materi yang
diberikan saat pelatihan. Peningkatan kualitas trainer dan materi yang disesuaikan dengan
tingkat pemahaman awal peserta merupakan usulan yang diberikan untuk meningkatkan
efektivitas pelatihan.