Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

1. Masalah Pokok

Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), dihadapkan dengan hakekat

ancaman pada masa kini maupun pada masa-masa yang akan datang, dimana

modus operandi baru pelaku kejahatan sudah menggunakan dan memanfaatkan

kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), dan Polri sebagai salah satu

unsur aparat penegak hukum terdepan yang senantiasa menjunjung tinggi Hak

Azasi Manusia (HAM) dalam mewujudkan visi dan misinya, perlu didukung oleh

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, yang disiapkan memlalui sistem

pendidikan yang profesional dan proporsional, agar mampu mengatasi dan

menyelesaikan permasalahan yang berkait dengan kejahatan.

2. Alasan Penelitian

Untuk memperoleh SDM Polri yang professional dan proporsional dalam

melaksanakan tugas pokoknya, perlu dididik pula secara profesional dan

proporsional, untuk itu perlu diadakan penelitian terhadap pelaksanaan

operasional pendidikan Polri dalam konteks Pendidikan Tinggi Kedinasan (PTK),

apakah sudah mengembangkan program pendidikannya sesuai ketentuan dan

sesuai kebutuhan organisasi Polri dalam mewujudkan visi dan misinya.

1
2

3. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

Dalam era globalisasi saat ini, perkembangn IPTEK semakin maju dan

semakin cepat, menyentuh semua sendi kehidupan dan penghidupan di

masyarakat, berkembang melalui dua jalur pendidikan, yaitu :

a. Pendidikan akademik merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada

penguasaan ilmu pengetahuan (PP 60/99: 4-3); dan

b. Pendidikan profesional merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada

kesiapan penerapan keahlian tertentu (PP 60/99: 4-4).

Perkembangan IPTEK selain berdampak positif, juga memiliki dampak

negatif, yang dilakukan oleh orang-oang yang hanya memikirkan kepentingan diri

sendiri, dalam hal ini adalah para pelaku kejahatan yang telah memanfaatkan

kemajuan IPTEK, dan yang merupakan hakekat ancaman tugas Polri pada masa

kini, maupun pada masa-masa yang akan datang.

4. Pendidikan Profesional.

a. Pendidikan profesional merupakan pendidikan yang diarahkan terutama

pada kesiapan penerapan keahlian tertentu (PP 60/99: 4-4).

b. Program Pendidikan menitikberatkan pada aplikassi sain dan teknologi,

Praktek lebih besar dari pada Teori.

c. Pendidikan profesional dapat ditata melalui program pendidikan vokasi dari

jenjang Diploma-1 (D-1) sampai dengan jenjang Diploma-4 (D-4) yang

diselenggarakan secara bulat, maupun secara berjenjang.


3

5. Manajemen pendidikan.

Pendidikan merupakan suatu proses di mana seseorang memperoleh

pengetahuan (knowledge acquisition), mengembangkan kemampuan/keterampilan

(skills developments), sikap atau mengubah sikap (attitute change). Pendidikan

adalah suatu proses transformasi peserta didik agar mencapai hal-hal tertentu

sebagai akibat proses pendidikan yang diikutinya.

Dari pengertian di atas, manajemen pendidikan merupakan suatu proses

untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya pendidikan seperti tenaga

pendidik, sarana dan prasarana pendidikan, seperti : perpustakaan, laboratorium,

dan sebagainya untuk mencapai tujuan pendidikan.

Pengembangan Sistem Manajemen Mutu di Pendidikan, dapat dilihat dalam

gambar 1-1 :
PROSES
Budaya,
Nilai, Etos Organisasi
Kerja
Quality

SUMBER
I S I
DAYA
Gambar : 1-1
Sisjemen Mutu Dik

Strategi mengembangkan sistem manajemen mutu yang merupakan

rancangan proses input sampai pada output saling terkait, terukur secara terpadu.

Untuk merancang sistem ini dapat digunakan pendekatan dan tahapan sbb :

Pendekatan merancang sistem manajemen mutu , dengan mengembangkan

“SISTEM” di dalam suatu organisasi, dimana “SISTEM” adalah suatu proses/


4

kegiatan yang meliputi : perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, pengukuran,

peninjauan dan tindak lanjut/perbaikan.

Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Pendidikan. Salah satu bidang

penting dalam Administrasi/Manajemen Pendidikan adalah berkaitan dengan

Personil/SDM yang terlibat dalam proses pendidikan, baik itu Pendidik seperti

guru maupun tenaga Kependidikan seperti tenaga Administratif. Intensitas dunia

pendidikan berhubungan dengan manusia dapat dipandang sebagai suatu per-

bedaan penting antara lembaga pendidikan/organisasi sekolah dengan organisasi

lainnya, ini sejalan dengan pernyataan Sergiovanni, et.al (1987:134) yang

menyatakan bahwa:

…….”Perhaps the most critical difference between the school and most
other organization is the human intensity that characterize its work.
School are human organization in the sense that their products are
human and their processes require the sosializing of humans”

ini menunjukan bahwa masalah sumberdaya manusia menjadi hal yang sangat

dominan dalam proses pendidikan/pembelajaran, hal ini juga berarti bahwa

mengelola sumber daya manusia merupakan bidang yang sangat penting dalam

melaksanakan proses pendidikan/pembelajaran di sekolah.

6. Kondisi Aktual.

Fakta yang ada di lapangan saat ini, Program Pendidikan Polri adalah me-

nyiapkan SDM Polri untuk memiliki kemampuan : tugas umum Kepolisian,

mengemban tugas di bidang fungsi tehnis Kepolisian (fungsi operasional

Kepolisian, fungsi pendukung operasional Kepolisian, dan fungsi pembinaan

Kepolisian), namun Program Pendidikan yang ada dalam konteks Pendidikan


5

Tinggi Kedinasan (PTK), baru satu Program Pendidikan yang ter “Akreditasi-A

oleh BAN-PT Kemendiknas”, yaitu Program Pendidikan Strata-1 (S-1), Program

Studi Ilmu Kepolisian.

Jalur, jenjang dan jenis pendidikan Polri yang terdapat dalam Sistem

Pendidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Sisdik Polri), terdiri dari :

a. Pendidikan Pembentukan (Diktuk); b. Pendidikan Pengembangan (Dikbang),

terdiri dari : 1) Pendidikan Pengembangan Umum (Dikbangum); dan 2) Pendidikan

Pengembangan Teknologi Kepolisian (Dikbangtekpol); c. Pendidikan Pengem-

bangan Spesialis (Dikbangspes) atau Pendidikan Kejuruan (Dikjur), terdiri :

1) Dikbang Fungsional/Fungsi Teknis Kepolisian (Fungsi Operasional/Opsnal

Kepolisian); 2) Fungsi Pendukung Operasional/Opsnal Kepolisian; dan 3) Fungsi

Pembinaan (Bin) Kepolisian.

a. Kebijakan.

1) Dik profesional merupakan tujuan Sisdik Polri.

2) Jenis Dik dalam Sisdik Polri, meliputi : a) pendidikan akademik;

b) pendidikan manajerial; dan c) pendidikan profesi atau vokasi.

3) Perencanaan Program Pendidikan (Prodik) Polri ditetapkan dengan

Keputusan Kapolri.

4) Dewan Kurikulum bertugas menjamin validitas kurikulum berbasis

kompetensi (KBK).

5) Dewan Kendali Mutu bertugas mengendalikan dan mengembangkan

mutu komponen dik; perbaiki sistem monitoring dan evaluasi

pelaksanaan operasional pendidikan (Opsdik); serta menetapkan tolok


6

ukur monitoring, evaluasi pembinaan tenaga pendidik (Bin Gadik),

dan tenaga kependidikan (Gadikan), serta peserta didik.

6) Anggaran. bersumber dari APBN dalam DIPA institusi.

b. Implementasi.

1) Prodik Kedinasan Kepolisian yang ada dan dikembangkan saat ini

adalah Ilmu Kepolisian Strata-1 (S-1); dan pendidikan pembentukan

(Diktuk) Profesi Kepolisian/Vokasi untuk menyiapkan anggota Polri

agar mampu melaksanakan tugas umum Kepolisian, tingkat pelaksana

sampai dengan pimpinan terdepan (First line supervisor);

2) Dikbangspes/Dikjur, dan pendidikan pengembangan umum/manajerial

yang menyiapkan : a) SDM Polri menguasai fungsi teknis Kepolisian;

dan b) manajer tingkat menengah sampai dengan top manajer/

manajer strategis.

3) Prodik Polri saat ini berjalan dan berkembang berdasarkan kebutuhan

organisasi, kebijakan pimpinan, dan butget oriented.

3) Fasilitas pendidikan standar Polri.

4) Metode : ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, penugasan,

simulasi, latihan (drill), dan studi kasus.

5) Sistem Evaluasi. Evaluasi hasil belajar (EHB) bagi peserta didik,

dilaksanakan oleh Gadik, dan evaluasi untuk keseluruhan proses

pelaksanaan progarm pendidikan (Prodik) oleh Wandiklat Polri untuk

tingkat pusat, dan Wandiklatda untuk tingkat Polda.


7

6) Hasil didik/output. Keluaran hasil didik Lemdik Polri, adalah SDM

Polri yang : profesional, mahir, terpuji, dan patuh hukum.

c. Pendidikan Kepolisian di era reformasi.

Perkembangan yang terjadi pada era reformasi saat ini, juga mempengaruhi

pola (pandang, sikap dan tindak) SDM-nya yang merupakan bagaian dari

organisasi Polri, dalam menyikapi hakekat ancaman tugas Polri saat ini maupun

pada masa-masa yang akan datang, dimana Polri sebagai “Pelindung, Pengayom,

dan Pelayan Masyarakat, serta Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat

(Binkamtibmas), dan selaku aparat penegak hukum (Gakkum) terdepan, yang

senantiasa menjunjung tinggi Hak Azasi Manusia (HAM), perlu dipersiapkan

sedemikian rupa untuk bisa menjadi anggota Polri yang profesional.

Dalam rekruitmen SDM Polri sudah diawali dengan pola terbuka, obyektif,

transparan, bersih, bebas KKN, dan humanis. Calon-calon peserta didik pada

Lembaga Pendidikan (Lemdik) Polri sudah ditingkatkan, minimal berpendidikan

SMU dan atau sederajat. Menyadari laju perkembangan IPTEK yang terjadi pada

saat ini, yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan kualitas SDM

melalui Lemdik.

Seperti ditegaskan pada pasal 29 Undang-undang RI Nomor : 20 tahun

2003 tentang Sisdiknas, mengatur jenis pendidikan yang dapat diselenggarakan

oleh suatu Kementerian atau Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK),

yang dinyatakan bahwa ”Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi

yang diselenggarakan oleh suatu Kementerian atau LPNK”, berireorientasi ke

arah program pendidikan profesi. Selanjutnya pada penjelasan Undang-undang


8

disebutkan bahwa ”Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah

sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan

persyaratan keahlian khusus”.

Atas dasar pengelompokkan tersebut, pendidikan Polri merupakan

pendidikan yang menurut jalurnya merupakan jalur formal; menurut jenjangnya

merupakan Pendidikan Tinggi Kedinasan (PTK); sedangkan menurut jenisnya

merupakan pendidikan Profesi/Vokasi, Akademik, dan Khusus.

PTK, dapat berbentuk : 1) Pendidikan Akademi, yaitu satuan pendidikan

yang menyelenggarakan Prodik Diploma, setara D-1 sampai dengan D-4 yang

dilaksanakan secara berjenjang ataupun secara bulat; dan 2) Sekolah Tinggi yang

memenuhi persyaratan, dapat menyelenggarakan Prodik Akademik tingkat sarjana

Strata-1 (S-1), dan pascasarjana baik S-2 maupun S-3.

Pendidikan kedinasan diselenggarakan dengan mengacu pada kebutuhan

akan tenaga kerja profesional bagi Kementerian non Kemendiknas dan LPNK,

paling tidak meliputi 2 (dua) jenis pekerjaan :

1) Jenis pekerjaan yang terkait dengan profesi, jenis ini dapat dianalogikan

seperti dokter, guru, hakim dan sejenisnya.

2) Jenis pekerjaan yang terkait dengan pekerjaan manajerial dan

kepemimpinan. Jenis ini dapat dianalogikan, seperti Kepala rumah sakit

pada profesi medis (dokter), Kepala Sekolah pada profesi pendidikan (guru/

tenaga pendidik). Jenis pekerjaan ini menyelenggarakan pekerjaan-

pekerjaan manajemen, seperti : perencanaan, pengorganisasian, pelaksana-

an, pengawasan dan pengendalian (Wasdal).


9

Pekerjaan-pekerjaan yang bersifat profesi dan manajerial tidak harus

terpisah secara tegas. Akan tetapi pekerjaan-pekerjaan manajerial juga

dituntut untuk bekerja profesional, maka pekerjaan-pekerjaan tersebut perlu

didukung dengan pendidikan yang memadai.

Dari uraian di atas, maka pendidikan kedinasan di lingkungan Polri

dipandang perlu menyelenggarakan pendidikan yang bersifat profesi/vokasi,

manajerial, maupun akademik yang berkembang scara dinamis dan profesional.

Pendidikan yang bersifat profesi/vokasi dapat dipilah-pilah menjadi : a) profesi/

vokasi umum, yang mengembangkan pengetahuan dan keterampilan melaksana-

kan tugas umum Kepolisian; b) profesi/vokasi khusus yang mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan spesifik yang sangat khusus di lingkungan Polri;

dan c) pendidikan manajerial menyiapkan unsur pimpinan Polri; sedangkan

pendidikan akademik merupakan pengembangan ilmu dan teknologi yang

diperlukan oleh organisasi Polri.

Peraturan Kapolri (Perkap) Nomor 4 Tahun 2010 tanggal 1 Februari 2010

Berita Negara R.I. Tahun 2010 Nomor 73 tentang Sisdik Polri, sebenarnya adalah

sebagai bentuk tanggapan terhadap tuntutan reformasi dan penyesuaian terhadap

perubahan Undang-Undang R.I Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.

Perhatian tersebut terutama lebih terfokus pada masalah mutu pendidikan.

Perubahan yang dilakukan sangat mendasar, meliputi :

1) Filosofi pendidikan, dari ”Dwi Warna Purwa Cendekia Wusana” menjadi

”Mahir, Terpuji dan Patuh Hukum” yang mengacu pada kompetensi

pendidikan Polri;
10

2) Jenjang Karier yang lebih fleksibel dengan membuat peraturan-peraturan

pelaksanaan yang berkait erat dengan jenjang dan kualifikasi pendidikan

yang dimiliki seseorang anggota Polri;

3) Mengacu pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan sebagaimana diatur dalam

Undang-undang RI Nomor : 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas; dan

4) Peningkatan kualitas Tenaga Pendidik (Gadik).

Banyak faktor eksternal yang membuat Polri perlu mengkaji ulang Sisdik

Polri saat ini, meliputi :

1) Kemandirian Polri yang diawali dengan pemisahan dari ABRI (TNI) sejak

tanggal 1 April 1999.

2) Perlunya melakukan perubahan paradigma.

3) Perlunya pemulihan seluruh kewenangan yang seharusnya berada di tangan

Polri, untuk menjadi Polisi yang profesional.

Pendidikan Polri secara berjenjang, berlanjut, dan berkesinambungan, secara

dinamis memang merupakan tuntutan perkembangan jaman, agar Polri mampu

mengatasi hakekat ancaman tugas Polri saat ini maupun pada masa-masa yang

akan datang, dimana modus operandi para pelaku kejahatan telah memanfaatkan

kemajuan IPTEK.

Pemberdayaan SDM Polri tidak sekedar menjadi slogan dalam mengiringi

perubahan arus reformasi yang berkembang saat ini, tetapi merupakan kebutuhan

yang mendesak bagi Polri, agar tetap eksis dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara, serta mampu meningkatkan profesionalitas kinerja SDM Polri.


11

Untuk tujuan itulah kajian ini dilakukan, agar dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi Program Peningkatan Mutu Pendidikan Kedinasan Kepolisian

dalam kontes PTK, agar mampu menghadapi hakekat ancaman tugas Polri pada

masa kini dan masa-masa mendatang yang semakin kompleks, sesuai dengan

judul disertasi.

B. Identifikasi Masalah dan Fokus Penelitian

1. Identifikasi Masalah

Masalah pokok yang akan dikaji dan dicarikan jalan keluarnya dalam

penelitian ini adalah :

a. Kebijakan dalam perencanaan Program Peningkatan Mutu Pendidikan

kedinasan Kepolisian.

1) Kebijakan pimpinan Polri, yang merupakan harapan publik adalah,

Polri sebagai : “Pelindung, Pengayom, dan Pelayan Masyarakat, serta

selaku Binkamtibmas, dan aparat Gakkum terdepan, yang senantiasa

menjunjung tinggi HAM”, apakah SDM-nya sudah dididik secara

profesional dalam konteks PTK ?

2) Prodik Polri dalam upaya memenuhi kebutuhan organisasi, disusun

dan direncanakan berdasarakan usulan User/Ka Satker/Ka Satwil dan

dukungan anggaran yang terbatas dari APBN (Budget Oriented).

b. Implementasi Kebijakan Peninmgkatan Mutu Pendidikan Kedinasan Polri.

Apakah Implementasinya Lemdik Polri dalam konteks PTK, dalam

pelaksanaan Opsdiknya sudah mengikuti perkembangan IPTEK secara


12

dinamis, melalui prodik : Vokasi; Akademik; dan Profesi setelah S-1/D-4;

baik program pendidikan maupun program studinya.

c. Efektifitas dalam Pengawasan dan pengendalian Program Pendidikan

kedinasa Polri (Quality Control) terhadap pelaksanaan Opsdik Polri, guna

mendapatkan akuntabilitas publik.

d. Model Kompetensi untuk Peningkatan Mutu Pendidikan Kedinasan Polri

yang dikembangkan saat ini.

Masalah tersebut berkaitan dengan upaya Program Peningkatan Mutu

Pendidikan dan peningkatan mutu keluaran hasil didik yang tercermin dalam

prestasi belajar, dengan mengkaji berbagai faktor yang mempengaruhinya. Hal ini

terutama dimaksudkan agar PTK di lingkungan Polri dapat mengembangkan

program pendidikan dan program studi, guna meningkatkan berbagai potensinya

secara optimal, meliptu : 1) potensi keluaran hasil didik; 2) potensi Gadik dan

Gadikannya; dan 3) potensi masyarakat di sekitar kampus (Lemdik Polri).

Dalam hal ini, diperlukan pula informasi dan data tentang posisi lembaga

pendidikan dalam kaitannya dengan kekuatan, peluang, kelemahan dan tantangan

pengembangan strategi (SWOT). Pemahaman terhadap berbagai permasalahan di

atas, berserta hasil analisis SWOT, selanjutnya ditawarkan konsep manajemen

strategi dalam upaya meningkatkan mutu keluaran hasil didik Pendidikan Tinggi

Kedinasan (PTK) di lingkungan polri.


13

2. Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, yang menjadi fokus penelitian ini

dibatasi pada hal-hal yang berkaitan dengan :

a. Kebijakan dalam perencanaan Program Peningkatan Mutu Pendidikan

kedinasan di lingkngan Polri.

b. Implementasi Kebijakan Program Peningkatan Mutu Pendidikan kedinasan

Kepolisian di Indonesia.

c. Efektifitas dalam Pengawasan dan pengendalian program pendidikan

kedinasan Polri (Quality Controle) saat ini.

e. Model Kompetensi untuk Peningkatan Mutu Pendidikan Kedinasan Polri

yang dikembangkan saat ini.

Dari Fokus penelitian tersebut di atas, bagaimana : 1) upaya mengatasi

permasalahan tersebut; 2) kondisi 10 komponen pendidikan Polri dalam

mendukung pelaksanaan Opsdik Polri; 3) Pengawasan dan pengendaliannya

(Quality Control) terhadap pelaksanaan Opsdik.

Komponen Pendidikan, dalam Sisdik Polri, meliputi : 1) Gadik (Tenaga

Pendidik); 2) Kurikulum; 3) Hanjar (Bahan Ajar); 4) Peserta Didik;

5) Fasilitas pendidikan (Fasdik); 6) Alat instruksi (Alins) dan alat penolong

instruksi (Alongins); 7) Tenaga Kependidikan (Gadikan); 8) Metode;

9) Evaluasi; dan 10) Anggaran.

Karena permasalahan penelitian sebagaimana diuraikan di atas menyangkut

berbagai aspek yang sangat erat kaitannya, maka untuk memperjelas masalah
14

yang akan dijadikan topik penelitian ini perlu ditetapkan fokus penelitian secara

tegas dan jelas.

Fokus penelitian ini menitik beratkan pada : 1) Kebijakan dalam Program

Peningkatan Mutu Pendidikan Kedinasan Kepolisian; 2) Implementasi Kebijakan

Program Peningkatan Mutu Pendidikan kedinasan Kepolisian di Indonesia.

3) Efektifitas dalam Pengawasan dan pengendalian program pendidikan

kedinasan Polri (Quality Controle) saat ini; dan 4) Model Kompetensi untuk

Peningkatan Mutu Pendidikan Kedinasan Polri Berbasis Kompetensi yang

dikembangkan saat ini; dalam kaitannya dalam meningkatkan kualitas hasil

didik/mutu keluaran hasil didik Lemdik Polri. Implementasi Kebijakan Program

Peningkatan Mutu Pendidikan Kepolisian dalam konteks PTK, Konseptual Model

selanjutnya dapat dilukiskan dalam gambar 1.2 .


15

• Kondisi nyata PTK


di lingkungan Polri
saat ini.
• Kebijakan Pimpinan.
Iksternal :
Peluang, dan
Internal :
Tantangan
Kekuatan, dan Analisis SWOT
Kelemahan

Program Peningkatan Mutu


KEBIJAKAN PROGRAM Keluaran Hasil didik pada
PENINGKATAN MUTU KOMPETENSI
PTK di lingkungan Polri PENINGKATAN MUTU PTK BERKEMBANG
PENDIDIKAN - emergent DI LINGKUNGAN POLRI SESUAI KEBUTUHAN
DALAM KONTEKS PTK - scond curve YANG STRATEGIC ORGANISASI POLRI
DI LINGKUNGAN POLRI - spiral dynamic
- surfing

Tuntutan dan
Kebutuhan
Masyarakat
- Social change
- Turbulence
- Complexity Gambar 1.2
- Chaos
Konseptual Model

15
15
16

Penetapan fokus penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data yang lebih

mendalam dan lebih bermakna, dalam rangka menemukan suatu konsep (Model)

yang berkaitan dengan Program Peningkatan Mutu Pendidikan Kedinasan

Kepolisian dalam konteks PTK, peningkatan mutu keluaran hasil didik Lemdik

Polri yang berlanjut dan berkesinambungan.

C. Pertanyaan Penelitian (Research Question)

Yang menjadi pertanyaan dalam penelitian dan yang akan dijawab dalam

kajian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah kebijakan dalam perencanaan Program Peningkatan Mutu

Pendidikan kedinasan di lingkngan Polri disusun berdasarkan hasil

penelitian ?

2. Bgaimana Implementasi Kebijakan Peninmgkatan Mutu Pendidikan Kedinasan

Polri ?

3. Bagaimana Efektifitas Dalam Pengawasan dan Pengendalian Program

Pendidikan Kedinasan Polri (Quality Control) saat ini ?

4. Bagaimana Model Kompetensi untuk Peningkatan Mutu Pendidikan

Kedinasan Polri Berbasis Kompetensi ?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Bagian ini menyajikan temuan selama penelitian dilaksanakan, terutama

yang berkenaan dengan tujuan dan focus penelitian, disusun sebagai berikut :

16
17

a. Kebijakan dalam perencanaan Program Peningkatan Mutu Pendidikan

Kedinasan Kepolisian, dalam konteks PTK;

b. Kegiatan implementasi Program Peningkatan Mutu Pendidikan kedinasan

Kepolisian di Indonesia; dan

c. Pelaksanaan kegiatan Pengawasan dan pengendalian (Wasdal) program

pendidikan kedinasan Polri (Quality Control), dalam upaya mendapatkan

akuntabilitas publik.

d. Bagaimana Model Kompetensi untuk Peningkatan Mutu Pendidikan

Kedinasan Polri Berbasis Kompetensi ?

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi posisitif dan

bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan dengan Program

Peningkatan Mutu Pendidikan Kedinasan dalam konteks PTK pada umumnya,

dan institusi Polri pada khususnya, baik secara teoritis maupun secara aplikatif.

a. Manfaat Teoritik.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta penerapannya, sehingga

bisa menjadi masukan berupa sumbangan terhadap pengembangan nilai-nilai

dasar (basic value) pendidikan, yaitu upaya menemukan dalil-dalil dan prinsip-

prinsip perencanaan strategi (strategy planning), dan manajemen strategi (strategy

management) untuk meningkatkan mutu pendidikan, yang sesuai dengan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Hal ini penting
18

terutama dalam rangka mewujudkan masyarakat madani dan pemerintahan yang

clean governance dan good governance, serta memenuhi tuntutan reformasi dan

memasuki era globalisasi, yaitu era persaingan mutu atau kualitas yang kompleks,

dan penuh tantangan (chaos).

b. Manfaat Aplikatif.

Secara aplikatif, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dan

dimanfaatkan oleh berbagai pihak dalam rangka Pengembangan Program

Pendidkan Kedinasan, dan peningkatan mutu keluaran hasil didik lembaga

Pendidikan Kedinasan, dalam konteks PTK pada umumnya, dan di lingkungan

Polri pada khususnya. Lebih lanjut hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan

dalam rangka :

1) Menyelesaikan masalah pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan

Program Peningkatan Mutu Pendidikan, dan peningkatan mutu pendidikan

melalui perencanaan strategi (strategy planning);

2) Mengembangkan dan meningkatkan mutu keluaran hasil didik untuk

mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) memasuki era globalisasi

dan pasar bebas, khususnya di negara-negara ASEAN;

3) Mengatasi hambatan dan tantangan, memanfaatkan peluang dan kesempatan

dalam Program Peningkatan Mutu Pendidikan kedinasan, serta peningkatan

mutu keluaran hasil didik; dan

4) Mengoptimalkan waktu yang tersedia, dengan memperhatikan keterbatasan

anggaran pada masing-masing institusi.


19

E. Asumsi Penelitian

1. Perkap Nomor 4 Tahun 2010 tanggal 1 Februari 2010 tentang Sisdik Polri,

menitikberatkan pada hasil didik/output Lemdik Polri yang profesional,

mahir; terpuji, dan patuh hukum, memerlukan beberapa program pendidikan

sesuai kebutuhan organisasi Polri sejalan dengan kemajuan IPTEK, dalam

konteks PTK, meliputi : Pendidikan Vokasi dalam jenjang pendidikan setara

D-1 sampai dengan D-4 yang dapat dilaksanakan secara bulat dan atau

berjenjang; Pendidikan akademik dalam jenjang pendidikan S-1 sampai

dengan S-3; dan Pendidikan Profesi setelah S-1/D-4.

2. Pendidikan Kedinasan dibatasi oleh waktu dan anggaran yang tersedia dari

pemerintah dalam APBN yang dituangkan dalam DIPA pada masing-

masing institusi, sehingga strategi yang dapat digunakan untuk mencapai

tujuan harus mengandung unsur analisis kebutuhan, pertimbangan ekonomis

dan finansial, serta analisis terhadap rencana tindakan yang lebih rinci

dikaitkan dengan alokasi waktu yang diperlukan, bagi pelaksana program

pada lembaga Pendidikan Kedinasan pada umumnya, dan Polri pada

khususnya, dalam mengikuti laju perkembangan IPTEK guna mendukung

kebutuhan organisasi, melalui pendidikan profesional yang hight quality

dikembangkan secara dinamis, guna memenuhi harapan publik.

3. Pendidikan Kedinasan dibatasi oleh waktu dan anggaran yang tersedia dari

pemerintah, salah satu alternatif pemecahan masalah adalah dapat

mengembangkan “Model Pelatihan berbasis SKS” pada jenjang pendidikan


20

tertentu, dapat dilaksanakan di linbkungan tugasnya pada waktu “Bekerja

sambil Belajar”, dengan tidak meninggalkan tugas pokok.

4. Perlunya melibatkan pengawas independen dari luar instiusi Polri dalam

pelaksanaan Opsdik, guna mendapatkan akuntabilitas Publik.

F. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam melaksanakan penelitian,

adalah metode deskriptif analisis, dengan pendekatanan kualitatif naturalistik,

untuk dapat melihat dan memahami fokus penelitian secara lebih tajam, yang

didukung oleh data riil dan akurat yang diperoleh di lapangan, antara lain menurut :

1. Lincoln dan Guba (1985: 23) untuk dapat melihat dan memahami fokus

penelitian secara lebih tajam diperlukan suatu paradigma penelitian, yaitu

“statement of theoritical perspective that wil guide the inquiry”;

2. Carter V. Good (1973: 407) paradigma merupakan “a representation, a

model of a theory, an idea or a principle”.

3. Stuart A. Schlegel (1986: 16) dalam suatu penelitian yang mendasar

diperlukan paradigma, karena semua analisis harus berdasarkan berbagai ide

yang telah ditetapkan sebelumnya.

Paradigma merupakan pedoman dalam melaksanakan proses inquiry untuk

mempelajari fokus penelitian. Dengan demikian paradigma tersebut merupakan

pedoman dalam melaksanakan proses inquiry untuk mempelajari fokus penelitian,

juga merupakan alat atau pedoman bertanya, dan melakukan observasi, serta

menelaah dokumentasi dalam tehnik pengumpulan data.


21

G. Lokasi penelitian dan sumber data

1. Lokasi Penelitian.

Lokasi Penelitian sebagai obyek peneliti adalah : unit organisasi yang

mengemban fungsi sebagai pembina pendidikan (LEMDIKPOL); Litbang Polri;

dan beberapa Lemdik Polri sebagai pelaksana Opsdik untuk dijadikan sampel

dalam penelitian dari 43 Lemdik Polri, yang dijadikan lokasi penelitian adalah 9

Lemdik Polri setara dengan 20 %, yaitu teridiri dari : 1. SESPIM Polri; 2. STIK-

PTIK; 3. AKPOL; 4. SETUKPA Polri; dan dari 30 SPN digunakan 2 (dua),

yaitu : 5. SPN Lido, Polda Metro Jaya, dan 6. SPN Mojokerto, Polda Jatim);

dan dari 7 Pusdik dan 2 Sekolah, digunakan 3 (tiga) , yaitu : 7. Pusdik

Pusdikmin Polri; 8. Pusdik Reskrim Polri; dan 9. Pusdik Lantas Polri.

2. Sumber data.

a. Pejabat pembina pendidikan Polri, karena merupakan pejabat yang tau

banyak tentang kebijakan Pimpinan Polri di bidang pendidikan dan yang

akan dikembangkan oleh Polri.

b. Pejabat Litbang Polri, karena merupakan pejabat yang memiliki tugas untuk

mengadakan penelitian dan saran pengembangan yang berkaitan dengan

pemberdayaan SDM Polri.

c. Ka Lemdik Polri, karena merupakan pejabat yang bertanggung jawab

langsung atas pelaksanaan Opsdik sampai dengan akhir program, serta

mengadakan Evaluasi Pendidikan yang menjadi tangung jawabnya, untuk

mengetahui kendalanya.
22

d. Pejabat struktural Lemdik Polri, karena merupakan pembantu Ka Lemdik

Polri dalam mengoperasionalkan prodik sampai dengan akhir program serta

mengadakan Evaluasi Pendidikan, untuk mengetahui kendalanya.

e. Pejabat fungsional/Gadik Polri, dan Pembina/pengasuh, karena merupakan

pejabat yang berhadapan langsung dengan peserta didik, sehingga

mengetahui benar atas kekurangan dan kelebihan peserta didik dalam

mengikuti proses pembelajaran dan pelatihan.

H. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika yang digunakan dalam penulisan hasil kajian ini adalah

sebagai berikut :

1. BAB I. PENDAHULUAN;

2. BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR;

3. BAB III. METODE PENELITIAN;

4. BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN;

5. BAB V. MODEL PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

KEDINASAN POLRI MASA DEPAN

YANG LEBIH EFEKTIF;

6. BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI.

Anda mungkin juga menyukai