Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Pengalaman Lapangan (PPL) adalah suatu program yang
merupakan ajang penelitian terpadu utnuk menerapkan berbagai ilmu
pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam rangka pembentukan kemampuan
yang dimiliki agar mengetahui bagaimana keadaan langsung yang sebenarnya
terjadi di lapangan, yang bertujuan mendapatkan pengalaman kependidikan
secara faktual di lapangan sebagai wahana terbentuk tenaga kependidikan
yang profesional yaitu kependidikan yang memiliki seperangkat pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang diperlukan bagi profesional serta mampu
menerapkannya dalam penyelenggaraan yang ada di suatu lembaga tertentu.
Hal ini juga harus diberi makna sebagai suatu proses pembelajaran yang
memfasilitasi mahasiswa dalam konteks mengintegrasikan learning doing, dan
reflecting, sehingga dapat mengusai kompetensi akademik secara utuh. PPL
Kependidikan bagi mahasiswa yang terbimbing dengan efektif dapat
meningkatkan hardskills dan softskills secara aplikatif termasuk di dalamnya
kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif dalam pembelajaran.
Administrasi Pendidikan pada awalnya merupakan suatu bidang kajian
yang dimaksudkan bagi suatu proses penyempurnaan harkat dan martabat
manusia dalam konteks kelembagaan yang diupayakan secara terus menerus.
Kemudian, seiring dengan perkembangan zaman yang bersifat kompleksitas
dan heterogenitas jenis, sifat, dan situasi kelembagaan pendidikan maka
upaya-upaya pendidikan pun tidak hanya identic dengan sekolah; sistem
administrasi dan menajamen pendidikan bukan terbatas hanya pada sistem
administrasi dan manajemen persekolahan.
Terdapat 3 (tiga) asumsi dasar yang dibangun dalam paradigma keilmuan,
khususnya dalam disiplin ilmu Administrasi Pendidikan. Pertama,
Administrasi Pendidikan dianggap sebagai bagian dari Administrasi Publik.
Kedua, Administrasi Publik dianggap sebagai bagian dari Administrasi
Pendidikan. Ketiga, Sistem Administrasi Pendidikan memiliki komponen

1
yang berbeda dari komponen Administrasi bidang lainnya, baik dari aspek
ontology, aksiologi, dan metodologu, maupun epistemology.
Upaya pengembangan pendidikan disiplin ilmu dan pendidikan merujuk
kepada aspek-aspek berikut :
1. Aspek Substantif, dalam hal ini Administrasi Pendidikan berkenaan
dengan perangkat tugas pokok sistem administrasi dan manajemen dalam
penyelenggaraan pembangunan pendidikan yang komprehensif.
2. Aspek Proses, dalam hal ini Administrasi Pendidikan berkenaan dengan
produktivitas, efektivitas, dan efisiensi prosedur operasional
penyelenggaraan pendidikan dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
3. Aspek Konteks, dalam hal ini Administrasi Pendidikan berkenaan dengan
setting kelembagaan pendidikan yang terdiri dari dua kategori : (1) Satuan
penyelenggaraan pendidikan pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. (2)
satuan program pendidikan pada setiap dinas/instansi/lembaga
penyelenggaraan pendidikan.
Dalam pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL), Departemen
Administrasi Pendidikan Memiliki 2 Pendekatan yang diterapkan yaitu
Teaching Experience (Pengalaman Mengajar) dan Management /
Administrastion Experience (Pengalaman Manajemen/ Administrasi) yang
memiliki perbandingan pelaksanaan sebesar 40% mengajar dan 60%
manajerial, serta Full Manajemen yang difokuskan pada manajerial yang ada
menjadi tugas pokok dan fungsi pada suatu lembaga. Pelaksanaan PPL di
lembaga pendidikan dan pelatihan dilaksanakan melalui beberapa teknik
pengumpulan informasi berupa partisipasi dalam beberapa kegiatan, melalui
observasi dan wawancara.
Dalam hal ini, praktikan mendapatkan kesempatan melaksanakan PPL
melalui pendekatan full management/administration experience di Balai
Diklat PUPR Wilayah IV Bandung yang berlokasi di Jl. Jawa No. 8-10
Bandung lembaga tersebut merupakan salah satu dari Sembilan Diklat PU
Wilayah yang bernaung di bawah Badan Pengembangan sumber Daya
Manusia Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sesuai dengan

2
peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
20/KPTS/M/2016 dengan wilayah layanan meliputin Jawa Barat dan Banten (
kecuali Bodetabek). Tugas utama Balai Diklat PUPR Wilayah IV Bandung
adalah memberikan pelayanan dalam bidanng pendidikan dan pelatihan bagi
aparatur Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi Jawa
Barat.
B. Dasar Hukum dalam Kegiatan Operasional Lembaga
1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
2. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
20/PRT/M/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13 Tahun 2014 tentang
Pembinaan dan Pengembangan Aparatur Kementerian Pekerjaan Umum
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem
Manajemen Mutu

C. Tujuan, Keluaran dan Dampak Penyelenggaraan PPL


Penyelenggaraan PPL bagi mahasiswa Program S1 Administrasi
Pendidikan bertujuan untuk meberikan pengalaman praktis dalam
memerankan salah satu jenis profesi administrasi dan manajemen
kelembagaan satuan program pendidikan, untuk menumbuhkan kedalaman
apresiasi dan kemahiran kompetensi bidang garapan dan proses administrasi
pendidikan.
Berdasarkan tujuan tersebut, maka keluaran yang diharapkan dari PPL ini,
ialah mahasiswa praktikan dapat:
1. Mengidentifikasi kebutuhan dalam pengembangan kelembagaan

3
2. Menganalisis permasalahan dan alternatif pemecahan manajemen
kelembagaan
3. Merumuskan desain rencana dan program pengembangan kelembagaan
Berdasarkan keluaran tersebut, maka dampak yang yang diharapkan dari
pelaksanaan PPL ini, ialah:
1. Meningkatnya profesionalisme mahasiswa dalam bentuk apresiasi dan
pengalaman praktis dalam administrasi dan pengelolaan kelembagaan
2. Terkumpulnya data mengenai sistem administrasi dan manajemen
kelembagaan sebagai informasi untuk pengembangan konsep, teori dan
model sistem manajemen kelembagaan
3. Terjalinya kerjasama kemitraan antar lembaga pembina pendidikan
disiplin ilmu dan pendidikan profesi administrasi pendidikan dengan
steakholder pendidikan.

D. Metode Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam kegiatan PPL
adalah :
1. Partisipasi aktif
Partisipasi aktif adalah teknik pengumpulan data melalui kegiatan
pengamatan langsung, dimana praktikan ikut terlibat aktif pada kegiatan
yang sedang berlangsung di tempat atau lembaga PPL. Partisipasi aktif ini
dilakukan sejak praktikan melaksanakan Program Pengalaman Lapangan
(PPL), terhitung dari tanggal 20 Febuary 2019 s.d 3 Mei 2019.
2. Wawancara
Merupakan teknik pengumpulan data melalui komunikasi langsung
dengan narasumber di lembaga. Wawancara yang praktikan lakukan
selama PPL dimaksudkan untuk menggali informasi dan pengetahuan
mengenai bagaimana tata cara penyelenggaraan Diklat di Balai Diklat
PUPR Wilayah IV bandung. Wawancara yang kami lakukan ialah kepada
narasumber-narasumber ahli di bidangnya seperti Kepala seksi

4
penyelenggara, Kepala seksi Program dan Evaluasi, dan Kepala seksi Tata
Usaha.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yang praktikan lakukan di Balai Diklat PUPR Wilayah
IV Bandung ialah mempelajari dokumen mengenai kepegawaian,
penyelenggaraan diklat, serta beberapa dokumen yang berkaitan dengan
dilat di lembaga, adapun dokumentasi yang diambil praktikan dalam PPL
ini ialah :
a. Profil Balai Diklat PUPR Wilayah IV Bandung
b. Daftar pegawai yang ada di Balai Diklat PUPR Wilayah IV Bandung

5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Ruang Lingkup PPL
A. Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Andragogi

Istilah kurikulum (curiculum) berasal dari kata curir (pelari) dan


curere (tempat berpacu), dan pada awalnya digunakan dalam dunia
olahraga. Pada saat itu, kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus
ditempuh oleh pelari mulai dari start sampai finish untuk mendapatkan
medali atau penghargaan. Kemudian, pengertian tersebut diterapkan dalam
dunia pendidikan menjadi sejumlah mata diklat yang harus ditempuh oleh
seorang peserta diklat dari awal sampai akhir program diklay untuk
memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah. (Tim Pengembang MKDP
Kurikulum Pembelajaran, 2011 : 2).
Kurikulum pada dasarnya mempunyai fungsi sebagai pedoman atau
acuan. Bagi Kepala Balai dan Stakeholders, kurikulum berfungsi sebagai
pedoman dalam melaksanakan supervisi atau pengawasan. Sedangkan bagi
Widyaiswara kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan Manajemen kurikulum
adalah segenap proses usaha bersama untuk memperlancar pencapaian
tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha meningkatkan kualitas
interaksi belajar mangajar.
Kegiatan Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh
seorang Widyaiswara atau pendidik untuk membelajarkan peserta yang
belajar. Pada pendidikan formal (sekolah), pembelajaran merupakan tugas
yang dibebankan kepada guru, karena guru merupakan tenaga profesional
yang dipersiapkan untuk itu. Pada pendidikan nonformal (Kediklatan)
tugas pembelajaran dibebankan pada seorang Widyaiswara. Kegiatan
pembelajaran saat ini tidak lagi sekedar kegiatan mengajar/pengajaran,
tetapi lebih kompleks lagi karena dilaksanakan dengan pola-pola
pembelajaran yang bervariasi.

6
Pengertian Andragogi Secara etimologis, andragogi berasal dari
bahasa Latin “andros” yang berarti orang dewasa dan “agogos“ yang
berarti memimpin atau melayani. Knowles(Sudjana, 2005: 62)
mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu dalam membantu peserta
didik (orang dewasa) untuk belajar (the science and arts of helping adults
learn).
Keterlibatan diri (ego peserta didik) adalah kunci keberhasilan dalam
pembelajaran orang dewasa.untuk itu pendidik hendaknya mampu
membantu peserta didik untuk: (a) mendefinisikan kebutuhan belajarnya,
(b) merumuskan tujuan belajar, (c) ikut serta memikul tanggung jawab
dalam perencanaan dan penyusunan pengalaman belajar, dan (d)
berpartisipasi dalam mengevaluasi proses dan hasil kegiatan
belajar.Dengan demikian setiap pendidik harus melibatkan peserta didik
seoptimal mungkin dalam kegiatan pembelajaran.
Teori Belajar Orang Dewasa dan Tokohnya 1.Carl Rogers Carl R
Rogers (1951) mengajukan konsep pembelajaran yaitu “ Student-Centered
Learning” yang intinya yaitu:
(1) kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanyabisa menfasilitasi
belajarnya;
(2) Seseorang akan belajar secarasignifikan hanya pada hal-hal yang dapat
memperkuat/menumbuhkan “self”nya;
(3) Manusia tidak bisa belajar kalau berada di bawah tekanan
(4) Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifkan bila
tidak ada tekanan terhadap peserta didik, dan adanya perbedaan
persepsi/pendapat difasilitasi/diakomodir.

B. Manajemen Peserta Didik


Komponen peserta didik keberadaannya sangat dibutuhkan, karena
dalam proses pendidikan peserta didik merupakan subyek dan obyek dari
pendidikan itu sendiri. Manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai
upaya untuk memberikan layanan yang sebaik mungkin kepada peserta

7
didik semenjak dari proses penerimaan sampai saat peserta didik
meninggalkan lembaga pendidikan karena telah lulus mengikuti
pendidikan pada lembaga tersebut (Tim Dosen Administrasi Pendidikan,
2010 : 198). Adapun ruang lingkup manajemen peserta didik meliputi:
a. Analisis Kebutuhan Peserta Didik. Ini adalah langkah pertama dari
manajemen peserta didik, yaitu menetapkan peserta yang dibutuhkan
oleh lembaga. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan merencanakan atau
memperhitungkan jumlah peserta didik yang diterima dengan daya
tampung kelas serta rasio dengan widyaiswara.
b. Rekruitmen Peserta Didik. Rekruitmen merupakan proses pencarian,
menentukan, dan menarik calon peserta yang dianggap mampu menjadi
peserta didik dan memenuhi persyaratan di lembaga pendidikan.
Kegiatan ini biasanya meliputi: pembentukan panitia pelaksana dan
pembuatan pengumuman atau pemberitahuan.
c. Seleksi Peserta Didik. Kegiatan ini merupakan kegiatan pemilihan
calon peserta didik untuk ditentukan mana yang terpilih dan tidak
berdasarkan persyaratan yang ditentukan. Setelah peserta didik
diterima, maka langkah selanjutnya ialah mengumumkan hasil peserta
didik
d. Orientasi. Orientasi merupakan kegiatan pengenalan peserta didik
terhadap program pendidikan dan lingkungan lembaga pendidikan.
e. Penempatan Peserta Didik. Penempatan peserta didik ini dikenal
dengan pembagian kelas. Pembagian kelas ini dapat dibagi berdasarkan
rasio dengan kelas yang ada atau pertimbangan-pertimbangan lain
sesuai kebijkan setiap lembaga pendidikan yang bersangkutan.
f. Pembinaan dan Pengembangan. Pembinaan dan pengembangan
peserta didik dilakukan dengan berbagi macam kegiatan untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman.
g. Pencatatan dan Pelaporan. Kegiatan ini dilakukan sejak peserta
diterima hingga nanti peserta tamat atau lulus. Pencatatan ini perlu

8
dilakukan untuk meninjau sejauh mana peserta diodik berkembang dan
untuk mengoptimalkan pula pembinaan yang dilakukan.
h. Kelulusan dan Alumni. Kelulusan adalah pernyataan dari lembaga
pendidikan tentang terselesaikannya pendidikan yang harus diikuti
peserta didik. Sedangkan alumni ialah peserta yang telah dinyatakan
lulus atau secara formal hubungan peserta dan lembaga telah selesai.
C. Manajemen Sumber Daya Manusia (Kepegawaian)
Peran sumber daya manusia (SDM) dalam menentukan keberhasilan
perusahaan atau lembaga tidak dapat diabaikan begitu saja. SDM memiliki
peranan kunci dalam menentukan survival (keberlangsungan), efektivitas,
dan daya saing suatu organisasi’. Manajemen Sumber Daya Manusia
(MSDM) menjadikan semua anggota organisasi terlibat dan bekerjasama
untuk mencapai tujuan. Sumber Daya Manusia yang dimaksud disini ialah
pegawai. Pegawai sebagai tenaga kerja atau yang menyelenggarakan
pekerjaan perlu digerakkan sehingga mereka mempunyai keterampilan dan
kemampuan dalam bekerja yang pada akhirnya akan dapat menghasilkan
karya-karya yang bermanfaat untuk tercapainya tujuan organisasi. M.
Manullang dalam bukunya yang berjudul “Dasar-Dasar Manajemen”,
bahwa manajemen kepegawaian adalah “Manajemen kepegawaian
(personnel management) adalah seni dan ilmu perencanaan, pelaksanaan
dan pengontrolan tenaga kerja untuk tercapainya tujuan yang telah
ditentukan terlebih dahulu dengan adanya kepuasan hati pada diri para
pegawai”. (Manullang, 2000).Dari definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa manajemen kepegawaian meliputi:
a. Perencanaan (Human Resouvers Plannig).Merencanakan tenaga
kerja sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan keaktifan serta efisien
dalam membantu terwujudnya tujuan yang dicapai.
b. Pengorganisasian (Organizationing). Kegiatan untuk mengorganisasi
karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, delegasi wewenang,
integrasi dan koordinasi dalam struktur organisasi.

9
c. Pengarahan (Directing).Kegiatan untuk mengarahkan karyawan agar
mau bekerja sama secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan
perusahaan.
d. Pengendalian (Controlling).Kegiatan mengendalikan karyawan agar
mematuhi peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sama sesuai
dengan rencana.
e. Pengadaan. Proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan
induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan apa yang
dibutuhkan perusahan.
f. Pengembangan. Proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis,
konseptual dan konseptual dan moral karyawan melalui pendidikan
dan latihan.
g. Kompensasi. Pemberian balas jasa langsung dan tidak langsung, baik
berupa uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang
yang diberikan kepada perusahaan.
h. Pengintegrasian. Kegiatan mempersatukan kepentingan perusahaan
dan kebutuhan karyawan, agar terciptanya kerja sama yang serasi dan
saling menguntungkan.
i. Pemeliharaan. Kegiatan yang memelihara atau meningkatkan kondisi
fisik, mental dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap mau bekerja
sama sama pensiun
j. Kedisiplinan. Merupakan fungsi personalia yang terpenting dan kunci
terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujud
tujuan yang maksimal.
k. Pemberhentian. Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja
seseorang dari suatu perusahaan.

D. Manajemen Keuangan
Anggaran dana atau Biaya Program Pelatihan (Training Program
Cost) menurut (Gomes, 2003) adalah pengeluaran-pengeluaran yang

10
terjadi di dalam pengembangan, implementasi, dan evaluasi program
pelatihan:
a. Pengembangan program : gaji dan tunjangan-tunjangan bagi para
spesialis pelatihan yang dikeluarkan dalam menilai / menjajaki
kebutuhan-kebutuhan, menetapkan tujuan pelatihan dan menyeleksi
metode pelatihan.
b. Presentasi program : biaya sewa ruangan, suplai-suplai, peralatan,
pemasaran, lembaran-lembaran lepas, minuman, dan makanan
(refreshment), dan gaji-gaji dari pada pelatih.
c. Ongkos-ongkos bagi para peserta : gaji dari para peserta, dan
tunjangan-tunjangan selama berlangsungnya pelatihan, transportasi,
penginapan (lodging), dan per diem (jika dapat diterapkan).
Sekecil apapun kegiatan pasti membutuhkan dana sehingga penting
untuk mengkalkulasi untung rugi dalam pelaksanaan suatu pelatihan.
Diketahui bahwa pembiayaan diklat dibebankan pada instansi masing-
masing maka perancang program diklat harus mengumpulkan berbagai
informasi yang menyangkut hal-hal di atas. Secara singkat, perancang
program pelatihan perlu mencermati efektifivas biaya dari setiap pelatihan
yang akan diselenggarakan karena yang sering terjadi ialah dana yang
tersedia untuk penyelenggaraan diklat sangat terbatas, sehingga sering
dilakukan secara terpaksa, bahkan pelatih maupun sarananya kurang
memenuhi persyaratan yang dibutuhkan. Untuk menghitung biaya
tersebut.
Menurut (Samsudin, 2006, hal. 127), maka harus didapatkan berbagai
informasi berikut ini :
a. Jumlah peserta yang akan mengikuti pelatihan.
b. Durasi pelatihan (berapa jam/hari).
c. Honor untuk instruktur, pelatih, dan atau fasilitator
d. Biaya transport, akomodasi, konsumsi dan sebagainya.
e. Durasi waktu yang digunakan peserta pelatihan untuk belajar sendiri

11
f. Waktu yang harus digunakan untuk berkoresponden dengan peserta
pelatihan dan sebagainya

E. Manajemen Sarana dan Prasarana


Manajemen sarana dan prasarana dapat diartikan sebagai kegiatan
menata, mulai dari perencanaan/analisis kebutuhan, pengadaan,
inventarisasi, pendistribusian, pemanfaatan, pemeliharaan, pemusnahan
dan pertanggungjawaban terhadap barang-barang bergerak dan tidak
bergerak, perabot sekolah, alat-alat belajar, dan lain-lain. (Tim Dosen
Administrasi Pendidikan, 2010). Adapun langkah-langkah kegiatan dalam
pengelolaan fasilitas/sarana dan prasarana, antara lain:
a. Perencanaan kebutuhan fasilitas/sarana dan prasarana.
Perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana ini harus memperhatikan
aspek efisiensi, efektivitas dan penyesuaian dengan tingkat kebutuhan
serta skala prioritas agar pemenuhannya dapat selaras dengan anggaran
yang ada sehingga dapat benar-benar menunjang kemajuan organisasi.
Penyusunan daftar kebutuhan fasilitas dalam suatu lembaga didasarkan
atas pertimbangan :1) Pengadaan kebutuhan karena kebutuhan
lembagaberkembang, 2) Pengadaan fasilitas untuk penggantian barang
yang rusak, dihapuskan/hilang, 3) Pengadaan fasilitas untuk persediaan.
b. Pengadaan sarana dan prasarana
Pengadaan sarana dan prasarana ini dapat dilakukan dengan berbagai
cara, misalnya untuk pengadaan tanah bisa dilakukan dengan cara
membeli, menerima hibah, menerima hak pakai, menukar dan cara-cara
yang lainnya. Dalam pengadaan sarana dan prasarana ini, haruslah
diperhatikan segi kualitas, kuantitas dan prosedur atau dasar hukum
yang berlaku, sehingga sarana prasarana yang sudah ada tidak
menimbulkan masalah dikemudian hari.
c. Penataan sarana dan prasarana.
Sarana dan prasarana merupakan sumber daya yang ada dalam
lembaga/ organisasi yang memerlukan penataan yang dilakukan seindah
dan senyaman mungkin sehingga memudahkan dalam penggunaannya.

12
d. Inventarisasi sarana dan prasarana
Inventarisasi adalah kegiatan melaksanakan pengurusan
penyelenggaraan, pengaturan dan pencatatan barang-barang yang
menjadi milik lembaga dalam semua daftar inventaris barang.
e. Pemeliharaan sarana dan prasarana
Pemeliharaan merupakan kegiatan penjagaan atau pencegahan dari
kerusakan barang-barang/fasilitas yang dimiliki oleh lembaga.
Pemeliharaan fasilitas menjadi tanggung jawab semua orang yang ada
dalam organisasi, pelaksanaan pemeliharaan barang inventaris meliputi
perawatan, pencegahan kerusakan, dan penggantian ringan.

f. Penghapusan sarana dan prasarana.


Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu lembaga/organisasi tidak
akan selamanya bisa digunakan/dimanfaatkan untuk menunjang
kegiatan organisasi, hal dikarenakan adanya kerusakan yang berat atau
hilang sehingga tidak layak dan tidak dapat dipergunakan lagi. Dengan
keadaan seperti itu, tentunya fasilitas tersebut harus segera dihapus,
artinya menghapusnya dari daftar inventaris kantor sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
g. Pengawasan sarana dan prasarana
Pengawasan sarana dan prasarana merupakan kegiatan pengamatan,
pemeriksaan dan penilaian terhadap administrasi sarana dan prasarana.
Hal ini dilakukan sebagai usaha untuk menghindari penyimpangan,
penggelapan atau penyelahgunaan. Selain itu, pengawasan ini dilakukan
untuk mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada.

F. Manajemen Kemitraan
Pengertian Kemitraan
Kemitraan merupakan kerjasama antara pusat dan daerah dengan
memberdayakan potensi masing-masing untuk melakukan pengkajian dan

13
pengembangan kependidikan khususnya pengembangan kompetensi
pendidik dan tenaga kependidikan di daerah.

Fungsi dan Peran Kemitraan


Sebagai upaya yang dilakukan antara pusat dan daerah untuk
mendukung peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan kualitas
dan kuantitas pengembangan SDM/ Pendidik. Pada hakikatnya, kemitraan
bertujuan untuk mendorong daerah dalam meningkatkan mutu pendidik
dan kinerja sekolah dengan mendapat dukungan dari institusi dan instansi
daerahKemitraan sebagai wadah non permanen, lebih difokuskan untuk
mendukung program daerah melalui sinergi sumber daya. Oleh karenanya,
kemitraan bukan sebagai lembaga struktural/lembaga yang menetap di
suatu tempat, melainkan lebih bersifat mendahulukan prinsip pencapaian
tujuan daripada eksistensi kelembagaannya. Melalui kemitraan dapat
tersinergikan seluruh sumber daya yang dapat dimanfaatkan, baik di
daerah, pusat maupun masyarakat dan industri.
Tujuan Membangun Jejaring Kerja (Kemitraan)
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi
dalam
membangun Jejaring Kerja (kemitraan ) yaitu sebagai berikut:
1) Meningkatkan partisipasi masyarakat; Salah satu tujuan membangun
Jejaring Kerja (kemitraan) adalah membangun kesadaran
masyarakat terhadap eksistensi organiasi tersebut, menumbuhkan
minat dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengembangan oranisasi. Masyarakat disini memiliki arti luas tidak
hanya pelanggan tetapi termasuk juga pengguna, dinas atau
departemen terkait, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi,
lembaga pendidikan, dunia usaha dan industry (dudi), tokoh
masyarakat dan stake holder lainnya.
2) Peningkatan mutu dan relevansi; dinamika perubahan/perkembangan
masyarakat sangat tinggi. Lembaga kursus jika ingin tetap eksis

14
harus mampu bersaing dengan kompetitor lain. Untuk itu, organisasi
dituntut untuk terus melakukan inovasi, peningkatan mutu dan
relevansi program yang dibuatnya sesuai kebutuhan pasar. Untuk
itu, membangun Jejaring Kerja (kemitraan) diperlukan guna
merancang program yang inovatif, meningkatkan mutu layanan dan
relevansi program dengan kebutuhan pasar.
Prinsip dalam Membangun Jejaring Kerja (Kemitraan)
1) Kesamaan visi-misi
Kemitraan hendaknya dibangun atas dasar kesamaan visi dan misi
dan tujuan organisasi. Kesamaan dalam visi dan misi menjadi
motivasi dan perekat pola kemitraan. Dua atau lebih lembaga
dapat bersinergi untuk mencapai tujuan yang sama.
2) Kepercayaan (trust)
Setelah ada kesamaan visi dan misi maka prinsip berikutnya yang
tidak kalah penting adalahadanya rasa saling percaya antar pihak
yang bermitra. Oleh karena itu kepercayaan adalah modal dasar
membangun jejaring dan kemitraan. Untuk dapat dipercaya maka
komunikasi yang dibangun harus dilandasi itikad (niat) yang baik dan
menjunjung tinggi kejujuran
3) Saling menguntungkan
Asas saling menguntungkan merupakan fondasi yang kuat dalam
membangun kemitraan. Jika dalam bermitra ada salah satu pihak
yang merasa dirugikan, merasa tidak mendapat manfaat lebih,
maka akan menggangu keharmonisan dalam bekerja sama. Antara
pihak yang bermitra harus saling memberi kontribusi sesuai peran
masing-masing dan merasadiuntungkan.
4) Efisiensi dan efektivitas
Dengan mensinergikan beberapa sumber untuk mencapai tujuan yang
sama diharapkan mampu meningkatkan efisiensi waktu, biaya dan
tanaga. Efisiensi tersebut tentu saja tidak mengurangi kualitas
proses dan hasil. Justru sebaliknya dapat meningkatkan kualitas

15
proses dan produk yang dicapai. Tingkat efektifitas pencapaian
tujuan menjadi lebih tinggi jika proses kerja kita melibatkan mitra
kerja. Dengan kemitraan dapat dicapai kesepakatan-kesepakatan dari
pihak yang bermitra tentang siapa melakukan apa sehingga pencapaian
tujuan menjadi lebih efektif.
5) Komunikasi timbal balik
Komunikasi timbal balik atas dasar saling menghargai satu sama
lain merupakan fondamen dalam membangun kerjasama. Tanpa
komunikasi timbal balik maka akan terjadi dominasi satu terhadap
yang lainnya yang dapat merusak hubungan yang sudah dibangun.
6) Komitmen yang kuat
Jejaring Kerja sama akan terbangun dengan kuat dan permanen
jika ada komitmen satu sama lain terhadap kesepakatan-kesepakatan
yang dibuat bersama.

Langkah-langkah Membangun Jejaring Kerja/Kemitraan


1) Pemetaan
Setiap organisasi perlu melakukan pemetaan tentang
lembaga/organisasi yang sekiranya bisa diajak bekerjasama baik di
wilayah sekitarnya maupun jangkauan yang lebih luas. Adapun
pemetaan didasarkan karakteristik dan kebutuhan setiap organisasi.
2) Menggali dan mengumpulkan informasi
Setelah dilakukan pemetaan maka langkah selanjutnya adalah
menggali informasi tentang tujuan organisasi, ruang lingkup
pekerjaan (bidang garapan), visi misi dsb. Informasi ini berguna untuk
menjajagi kemungkinan membangun jaringan dan kemitraan.
Pengumpulan informasi dapat dilakukan dengan pendekatan personal,
informal dan formal.
3) Menganalisis informasi
Berdasarkan data dan informasi yang terkumpul selanjutnya kita
menganalisis dan menetapkan mana pihak-pihak yang perlu

16
ditindaklanjuti untuk penjajagan kerjasama yang relevan dengan
permasalahan dan kebutuhan yang dihadapi.
4) Penjajagan Kerjasama
Menindak lanjuti hasil analisis data dan informasi, perlu dilakukan
penjajagan lebih mendalam dan intens dengan pihak-pihak yang
memungkinkan diajak kerjasama. Penjajagan dapat dilakukan
dengan cara melakukan audiensi atau presentasi tentang profil
perusahaan/organisasi dan penawaran program-program yang bisa
dikerjasamakan baik secara formal maupun non formal
5) Penyusunan rencana kerjasama
Jika beberapa pihak sepakat untuk bekerjasama maka
langkahselanjutnya adalah penyusunan rencana kerja sama.
Dalamperencanaan harus melibatkan pihak-pihak yang akan
bermitra sehingga semua aspirasi dan kepentingan setiap pihak dapat
terwakili.
6) Membuat kesepakatan
Pihak-pihak yang ingin bermitra perlu untuk merumuskan peran
dan tanggungjawab masing-masing pihak pada kegiatan yang akan
dilakukan bersama yang dituangkan dalam nota kesepahaman atau
sering disebut Memorandum of Understanding (MOU).
7) Penandatanganan akad kerjasama (MOU)
Nota kesepahaman yang sudah dirumuskan selanjutnya
ditandatangani oleh pihak-pihak yang bermitra yang sering disebut
MOU (Memorandum Of Understanding)
8) Pelaksanaan kegiatan
Tahap ini adalah merupakan tahap implementasi dari rencana
kerjasama yang sudah disusun bersama dalam rangka mencapai
tujuan yang sudah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
tanggungjawab dan peran masing-masing pihak yang bermitra.
9) Monitoring dan evaluasi

17
Selama pelaksanaan kerjasama perlu dilakukan monitoring dan
evaluasi. Tujuan monitoring adalah memantau perkembangan
pelaksanaan kegiatan sehingga dapat dicegah terjadinya penyimpangan
(deviasi) dari tujuan yang ingin dicapai. Disamping itu juga segala
permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan kegiatan dapat
dicarikan solusinya. Hasil monitoring dapatdijadikan dasar untuk
melakukan evaluasi. Perlu dilakukan evaluasi bersama antar pihak
yang bermitra untuk mengetahui kegiatan mana yang belum bisa
berjalan sesuai rencana dan mana yang sudah, tujuan mana yang
sudah tercapai dan mana yang belum, masalah/ kelemahan apa yang
menghambat pencapaian tujuan dan penyebabnya.
10) Perbaikan
Hasil evaluasi oleh pihak-pihak yang bermitra akan dipakai
sebagai dasar dalam melakukan perbaikan dan pengambilan
keputusan selanjutnya apakah kerjasama akan dilanjutkan pada tahun
berikutnya atau tidak.

18
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA PPL

A. Kedudukan Balai Diklat dalam Kementerian PUPR dan BPSDM


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat merupakan salah
satu organisasi yang menyelenggarakan pembangunan infrastruktur, yang
seperti kita tahu bahwa keberadaan infrastruktur tersebut mutlak diperlukan
oleh setiap negara. Karena infrastruktur dapat menjadi salah satu indikator
dalam menentukan indeks persaingan global suatu negara. Kemeterian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat terdiri dari beberapa bagian yang
tersusun dalam Struktur Organisai, seperti:
a. Sekretariat Jenderal
Sekretariat Jenderal berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menter Sekretariat Jenderal dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Sekretariat
Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan koordinas pelaksanaan tugas,
pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit
organisasi di lingkungan Kementerian PUPR. Sekretariat Jenderal terdiri
atas: Biro Perencanaan Anggaran dan Kerja Sama Luar Negeri; Biro
Kepegawaian, Organisasi, dan Tata Laksana; Biro Keuangan; Biro Umum;
Biro Hukum; Biro Pengelolaan Barang Milik Negara dan Layanan
Pengadaan; dan Biro Komunikasi Publik.
b. Inspektorat Jenderal
Inspektorat Jenderal berada di bawah dan bertangung jawab kepada
Menteri. Inspektorat Jenderal dipimpin oleh Inspektur Jenderal. Inspektorat
Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan intern di
lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Inspektorat Jenderal terdiri atas: Sekretariat Inspektorat Jenderal;
Inspektorat I; Inspektorat II; Inspektorat III; Inspektorat IV; dan Inspektorat
V.
c. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

19
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dipimpin oleh
Direktur Jenderal. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pengelolaan sumber daya air sesuai dengan ketentuan peraturan perudang-
undangan.
d. Direktorat Jenderal Bina Marga
Direktorat Jenderal Bina Marga mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan jalan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Jenderal Cipta Karya mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan
permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem
penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan
drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
f. Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
penyediaan perumahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
g. Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan jasa konstruksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
h. Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan
Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pembiayaan perumahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

20
i. Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan strategi keterpaduan antara
pengembangan kawasan dengan infrastruktur pekerjaan umum dan
perumahan rakyat.
j. Badan Penelitian dan Pengembangan
Badan Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas melaksanakan
penelitian dan pengembangan di bidang pekerjaan umum dan perumahan
rakyat.
k. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia mempunyai tugas
melaksanakan pengembangan sumber daya manusia Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
l. Staf Ahli
Staf Ahli berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri dan
secara administratif dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal. Staf ahli ini
terdiri dari Staf Ahli Bidang Keterpaduan Pembangunan; Staf Ahli Bidang
Ekonomi dan Investasi; Staf Ahli Bidang Sosial Budaya dan Peran
Masyarakat; Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga; dan Staf Ahli
Bidang Teknologi, Industri dan Lingkungan;
Salah satu bagian dari Struktur Organisasi Kementerian PUPR adalah BPSDM
(Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia) yang tugasnya kini tidak hanya
penyelenggara diklat tetapi menjadi Pengembangan Karier, Evaluasi Kompetensi,
Pemantauan Kinerja, dan Pengembangan Kapasitas SDM melalui
diklat.Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Pekerjaan Umum Nomor 15
tahun 2015 tercantum bahwa Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat serta Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia membawahi: 4 Pusat
(Pusat Penilaian Kompetensi dan Pemantauan Kinerja, Pusdiklat Sumber Daya
Air dan Konstruksi, Pusdiklat Jalan Perumahan, Permukiman dan Pengembangan
Infrastruktur Wilayah, serta Pusdiklat Manajemen dan Pengembangan Jabatan

21
Fungsional);3 Balai Uji Coba Sistem Diklat;1 Balai Kompetensi; dan 9 Balai
Diklat Wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia.
Berdasarkan Kementerian Pekerjaan Umum Nomor. 20/PRT/M/2016, dan
struktur diata, yang mempunyai tugas untuk melaksanakan pendidikan dan
pelatihan ialah Balai. Dimana salahsatunya ialah Balai Pendidikan dan Pelatihan
PUPR Wilayah IV Bandung.

B. Profil Balai Diklat PUPR Wilayah IV Bandung


Balai Pendidikan dan Pelatihan PUPR Wilayah IV Bandung adalah salah
satu balai diklat yang berada dalam naungan Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia (BPSDM). Pada tahun 1961, Balai Diklat ini dirintis dengan
namaLembaga Akademi Pendidikan Teknik (LAPT) yang dikukuhkan dengan
Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 118/34/13. Pada tanggal 26
September 1952 sesuai dengan pertimbangan, maka LAPT mengalami
perubahan nama menjadi Balai Pendidikan dan Pelatihan PU Wilayah II
Bandung, yang kemudian pada tahun 2003, berdasarkan keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 470/KMK.06/2003 Balai ini diputuskan
sebagai Unit Penerimaan Bukan Pajak (Unit PNBP) pada Departemen
Pekerjaan Umum. Pada tahun 2015 sesuai dengan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 34/KPTS/M/2015 dengan
wilayah layanan Jawa Barat dan Banten (Kecuali Bodetabek), Balai
Pendidikan dan Pelatihan PU Wilayah II Bandung berubah nomenklatur
menjadi Balai Pendidikan dan Pelatihan IV Bandung (BPP IV). Hingga pada
tahun 2016 sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat No 20/KPTS/M/2016, BPP IV ini berubah menjadi Balai Diklat PUPR
Wilayah IV Bandung, seperti yang kita kenal saat ini.
Pada pasal 347 dan 348 keputusan tersebut, tercantum bahwa pada
dasarnya Balai Pendidikan dan Pelatihan Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat mempunyai tugas “Melaksanakan pendidikan dan pelatihan pegawai

22
bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat” dengan fungsi sebagai
berikut:
 penyusunan rencana, program, dan anggaran pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan bidang pekerjaan umum dan peumahan rakyat;
 penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bidang pekerjaan umum dan
perumahan rakyat;
 pelaksanaan sistem informasi pendidikan dan pelatihan serta diseminasi
atau sosialisasi;
 pelayanan sarana pendidikan dan pelatihan
 pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan serta
penyusunan laporan;
 pengelolaan kepegawaian, keuangan, tata pesuratan, dan tata kearsipan,
perlengkapan, pengelolaan barang milik negara, pengelolaan penerimaan
negara bukan pajak serta urusan rumah tangga balai; dan
 pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Badan.
Berdasarkan tugas dan fungsi di atas, Balai Pendidikan dan Pelatihan
PUPR Wilayah IV Bandung yang bertempatkan di Jl. Jawa No. 8-10 ini
memiliki Visi “Terpenuhinya Kompetensi Sumber Daya Insani Bidang
Pekerjaan Umum yang Profesional”. Adapun untuk mencapai visi tersebut,
Balai Diklat PUPR Wilayah IV Bandung menjabarkannya pada beberapa poin
misi seperti:
 menata kelembagaan Balai Diklat yang efektif dan efesien
 mengembangkan Sistem Informasi Diklat yang efektif dan efesien
 mengoptimalkan Sumber Daya Aparatur Balai yang ada
 menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan bidang PUPR
 mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana Diklat yang efektif
dan efesien
 menyelenggarakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi serta mencapai visi dan misi yang
telah dibuat, maka diperlukan pembagian tugas yang tersusun dalam sebuah

23
susunan atau struktur organisasi. Balai Pendidikan dan Pelatihan PUPR
Wilayah IV Bandung ini memiliki struktur organisasi yang dipimpin oleh
seorang kepala dan terdiri dari subbagian tata usaha, seksi program dan
evaluasi, seksi penyelenggara, dan kelompok jabatan fungsional. Adapun
penjelasan lebih lengkapnya ialah sebagai berikut:
Kepala Balai, dikepalai Hasto A Sapoetra, S.ST.,MT Dalam melaksanakan
tugas sebagai penyelenggara pendidikan dan pelatihan, kepala Balai dibantu
oleh tiga orang kepala seksi atau subbagian dan 56 orang pegawai lainnya.
Subbagian Tata Usaha, dikepalai oleh Bapak Djadjat Djatnika dengan
anggota tujuh belas orang, yang mempunyai tugas melakukan pengelolaan
urusan kepegawaian, keuangan, pengelolaan barang miliki negara, tata
persuratan, tata kearsipan, perpustakaan dan dokumentasi, pengelolaan sarana
dan prasarana pendidikan dan pelatihan, penyusunan laporan akuntansi
keuangan dan akuntansi milik negara, dan pengelolaan penerimaan negara
bukan pajak, serta urusan rumah tangga Balai.
Seksi Program dan Evaluasi, dikepalai oleh Bapak Andry Aryanto Hutapea,
SE,M.Ak dengan jumlah staf empat orang, mempunyai tugas melakukan
penyiapan dan penyusunan rencana, program, dan anggaran pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat dan
pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan diklat serta diseminasi. Dulu
bagian ini bernama Program dan Pelayanan, namun berkembangnya tupoksi
menjadi Program dan Evaluasi.
Seksi Penyelenggara, dikepalai oleh Ibu Deasefa Nurul Lestari. S.IP dengan
jumlah sepuluh orang anggota, mempunyai tugas melakukan penyiapan dan
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bidang pekerjaan umum dan
perumahan rakyat, penataran, dan kursus-kursus, melaksanakan sistem
informasi pendidikan dan pelatihan serta penyusunan laporan.
Kelompok Jabatan Fungsional, dalam hal ini para widyaiswara atau
pengajar (empat orang),
C. Penyelenggaraan Diklat di Balai Diklat PUPR Wilayah IV Bandung

24
Seperti pada lembaga umum lainya penyelenggaraan diklat di Balai Diklat
PUPR Wilayah IV Bandung juga meliputi tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan dan evaluasi. Jika digambarkan maka alurnya seperti ini:

Persiapan Pelaksanaan Evaluasi

Gambar 3.2 Alur Penyelenggaraan Diklat


Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini meliputi kegiatan rapat persiapan koordinasi, metode kerja
diklat, penyusunan indikator keberhasilan, modul, jadwal diklat, sarana
prasarana, pemanggilan calon peserta diklat, dan sebagainya.
Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan diklat ini meliputi kegiatan pembukaan diklat, kegiatan
belajar mengajar, kegiatan observasi lapangan, evaluasi atau ujian mata diklat,
penggunaan sistem informasi diklat, penerbitan sertifikat, pembuatan laporan.
Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi disini ialah tahap evaluasi program diklat secara keseluruhan
mulai dari penyusunan laporan bulanan, triwulan, hingga tahunan.

D. Bidang Diklat di Balai Diklat PUPR Wilayah IV Bandung


Balai Pendidikan dan Pelatihan Kementerian PUPR Wilayah IV Bandung
menyelenggarakan berbagai diklat, seperti: Diklat Teknis di bidang Jalan dan
Jembatan, Diklat Teknis Sumber Daya Air, Diklat Teknis Cipta Karya, Diklat
Fungsional dan tidak lupa Diklat Teknis dibidang Manajemen. Salah satu
diklat yang ada dibidang Manajemen ialah Diklat prajabatan dan dalam
jabatan. Diklat Prajabatan merupakan syarat CPNS menjadi PNS yang
disesuaikan dengan golongannya. Sedangkan Diklat Dalam Jabatan ialah
diklat yang dilaksanakan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap pegawai agar dapat melaksanakan tugas dan perannya.

25
BAB IV

LAPORAN KEGIATAN

A. Deskripsi Kegiatan
Departemen Administrasi Pendidikan merupakan salah satu
departemen di Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan
Indoenesia yang diharapkan dapat menghasilkan lulusan-lulusan yang
memilikiki kemampuan manajerial yang kritis dan berwawasan global
dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kemampuan
tersebut bukan saja dimiliki secara konseptual, tetapi secara nyata dapat
diterapkan di lapangan. Karena faktanya, masih ada beberapa dari para
lulusan yang ahli secara teoritis namun tidak dalam praktisnya, hingga
terkadang belum teruji dalam menganalisis dan memecahkan masalah
yang terjadi di lapangan.
Salah satu cara untuk memenuhi hal tersebut ialah melalui Kegiatan
Program Pengalaman Lapangan, dimana kegiatan ini memberi bekal dan
pengalaman lapangan yang sangat berharga agar siap menghadapi
persaingan global beserta tututan-tuntutan yang ada di dunia kerja.
Kegiatan ini biasanya dilaksanakan sesuai dengan jadwal lembaga selama
±3 bulan.
1. Tahap Persiapan
Tahapan persiapan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL)
ini dimulai dengan pembentukan kelompok secara musyawarah sesuai
dengan tujuan lembaga atau sekolah yang diminati. Setelah terbentuk
kelompok, kami membuat surat perizinan untuk melaksanakan
Program Pengalaman Lapangan (PPL) ke lembaga atau sekolah
tersebut.
Pada kesempatan ini, praktikan (Cynthia Norita Loka, Nining
Kurniasih dan Zakiyah Santi ) memilih Balai Diklat PUPR Wilayah IV
Bandung. Pada tanggal 20 Februari 2019, seluruh praktikan PPL,
dosen pembimbing, dan perwakilan dosen pembimbing lapangan

26
kumpul bersama di kampus untuk pengenalan, pembekalan dan
pengarahan mengenai Program Pengalaman Lapangan (PPL).
2. Tahap Pelaksanaan
Kami melaksanakan Program Pengalaman Lapangan sejak tanggal
20 Februari 2019 s.d 3 Mei 2019. Pelaksanaan ini kami mulai pada
hari Rabu, 20 Februari 2019 dengan agenda pemaparan selayang
pandang dari Kepala Bidang Tata Usaha, Bapak Djajat Djatnika, S.E.,
MM mengenai jam masuk dan jam pulang kerja di Balai Diklat PUPR
Wilayah IV Bandung, Subbidang yang ada di Balai Diklat PUPR
Wilayah IV Bandung yaitu subbidang Tata Usaha, Penyelenggara, dan
Program dan Evaluasi sebagai bentuk Orientasi. Dalam
pelaksanaannya praktika di rolling pada setiap subbidang satu minggu
sekali.
3. Hasil yang diperoleh
Partisipasi Praktikan di Lembaga
Menurut Sastropoetro (1995, hlm.11) partisipasi adalah keikutsertaan,
peran serta atau keterlibatan yang berkaitan dengan keadaan
lahiriahnya. Pengertian ini menjelaskan peran seseorang dalam
mengambil bagian, atau turut serta menyumbangkan tenaga dan
pikiran ke dalam suatu kegiatan, berupa keterlibatan ego atau diri
sendiri atau pribadi yang lebih daripada sekedar kegiatan fisik semata.
Berdasarkan pengertian diatas, di Balai Dillat PUPR Wilayah IV
Bandung praktikan diberikan kesempatan untuk mendapatkan
pengalaman bekerja di Divisi tata Usaha, Program dan Evaluasi, serta
di Penyelenggara. Adapun rician partisipasi kegiatan yang
dilaksanakan praktikan di lembaga adalah sebagai berikut:
Seksi a. Mendata Biodata Peserta Diklat
Penyelenggara b. Mendata Biodata Widyaiswara
c. Membuat Surat Pengembalian
d. Mengarsipkan Persyaratan Peserta Diklat
e. Menyusun data data pim

27
f. Memasukan nilai peserta pim
g. Mempersiapkan ATK untuk peserta yang
akan mengikuti diklat
h. Mencek ulang data peserta yang akan
mengikuti diklat

Seksi Program dan Menginput data pustaka e-pelatihan untuk proyek


Evaluasi perubahan

4. Tahap Evaluasi
Secara umum kegiatan Program Pengalaman Lapangan di Balai
Diklat PUPR Wilayah IV Bandung berjalan dengan baik. Gambaran
mengenai tujuan Program Pengalaman Lapangan, yaitu menerapkan
ilmu Administrasi Pendidikan pun telah praktikan peroleh.
B. Permasalahan dan Alternatif Pemecahan Masalah
a) Permasalahan
Selama praktikan melaksanakan kegiatan Program Pengalaman
Lapangan di Balai Pendidikan dan Pelatihan PUPR Wilayah IV
Bandung, sebenarnya tidak ada permasalahan yang besar yang dialami
praktikan yang krusial.Seluruh pegawai dari mulai pimpinan hingga
staffnya menerima praktikan dengan sangat baik. Seluruh pegawai
membantu dan memberi dorongan praktikan dalam pencarian
informasi dan melaksanakan pekerjaan yang diemban oleh praktikan.
Namun, selama ± 3 bulan melaksanakan PPL ada beberapa masalah
yang interner temukan.

28
Tabel 4.5 Permasalahan dan Faktor Penyebab

Bidang Permasalahan dan Faktor Penyebab


Garapan
Permasalahan:
Pergantian beberapa kali peserta membuat data akan terus
mengalami Revisian hingga terkadang banyak kertas yang
Manajemen terbuang. Selain itu penyediaan yang kertas, tinta, dan
Sarana dan
sebagainya yang terlambat.
Prasarana
Faktor Penyebab:
Kurangnya pengecekan kebutuhan sarana yang bersifat
cepat habis atau digunakan secara rutin.
Manajemen Permasalah :
Kearsipan Terjadinya penumpukan file terkait dengan daftar isi setiap
bindex yang ada sehingga mengetik berulang – ulang karena
softfile yang ada belum teratur sesuai diklat, pencatatan
berkas dibuku terkadang dilakukan berulang karena kurang
teliti dalam mengarsipkan berkas. Lalu ketika akan
mengerjakan laporan diklat, sistematika laporan diklat
berbeda antara setiap diklat sehingga membingungkan
sistematika mana yang digunakan dan dalam menyusun
lampiran pada laporan terdapat data yang tidak lengkap.
Selain itu, karena pengarsipan di bagian penyelenggara
masih bersifat manual maka kertas yang digunakan pun
banyak (paperless) dan pada form angket evaluasi
sebenarnya bisa dirapihkan fontnya sehingga tidak
menggunakan banyak kertas. dan terdapat point soal yang
sama.
Pada saat persiapan diklat, kebutuhan akan pembukaan
diklat terkadang dipersiapkan double karena kurangnya
koordinasi dan komunikasi sehingga membuang – buang
kertas. Selain itu, pada saat ketika akan membuka dan
menutup diklat, konfirmasi kehadiran dari pihak pusdiklat
yang akan memberikan sambutan selalu mendadak.

29
Manajemen - Masih ada beberapa karyawan yang belum cakap atau
Kepegawaian terampil dalam menggunakan komputer, sedangkan pada
zaman sekarang menuntut seluruh pegawai untuk terampil
dalam menggunakan komputer.

- Penumpukan beban kerja serta keterlambatan penyelesaian


tugas karena keterbatasan waktu yang dimiliki, karena
beberapa tugas perlu diselesaikan dalam waktu yang
bersamaan.

b) Alternatif Pemecahan Masalah


Permasalahan atau kendala yang terjadi pada saat pelaksanaan
Program Pengalaman Lapangan (PPL) membuat praktikan berupaya
untuk mencari penanggulangan permasalahan yang dihadapi. Upaya
penanggulangan ini bersifat masukann-masukan yang dapat menjadi
rekomendasi untuk lembaga. Adapun upaya penanggulangan yang
kami usulkan adalah sebagai berikut :
a) Manajemen Sarana Dan Prasarana
1) Jika untuk draft atau konsep yang belum pasti lebih baik kita
reduceatau menggunakan kembali kertas kosong yang sudah
dipakai namun masih layak digunakan
2) Setiap seksi atau bagian membuat list keutuhan barang secara
rutin
3) Membuat format pengecekkan dan persediaan khususnya ATK
yang dilakukan setiap hari oleh pegawai agar ketika ada barang
yang kosong mudah untuk diadakan dan menjamin ketersedian
barang.

30
b) Manajemen Kearsipan
1) Lebih selektif dalam menyimpan file, memuat folder khusus
terkait diklat dan memasukan file tersebut kedalam folder yang
sesuai dengan diklatnya
2) Membuat arsip secara manual dan komputerisasi agar
memudahkan ketika pencarian data
3) Penyusunan laporan harus sesuai dengan sistematika yang telah
ditentukan, yang bersifat baku.
c) Manajemen Kepegawaian
1) Diadakannya pelatihan khusus untuk karyawan yang masih belum
bisa / cakap dalam menggunakan komputer
2) Harus membuat time schedule untuk setiap pekerjaan, agar tidak
terjadi bentrokan waktu dalam penyelesaian suatu tugas. Suatu
pekerjaan harus jelas deadlinenya, dan tidak menghambat
pekerjaan lainnya.

31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Kegiatan Program Pengalaman Lapangan yang Praktikan laksanakan di
Balai Pendidikan dan Pelatihan PUPR Wilayah IV Bandung, tidak mengalami
permasalahan yang krusial. Seluruh pegawai dari mulai pimpinan hingga
staffnya menerima praktikan dengan sangat baik. Seluruh pegawai membantu
dan memberi dorongan praktikan dalam pencarian informasi dan
melaksanakan pekerjaannya.
Selain memberi bekal dan pengalaman lapangan yang sangat berharga
bagi praktikan dalam menghadapi persaingan global beserta tututan-tuntutan
yang ada di dunia kerja, kegiatan PPL ini juga memberikan tujuan khusus
yakni menggambarkan dan mengkaji Manajemen Pendidikan yang ada didi
Balai Pendidikna dan Pelatihan PUPR Wilayah IV Bandung.
Meskipun tidak banyak ikut terlibat dalam manajemen pendidikannya,
praktikan tetap memperoleh apa yang menjadi tujuan PPL, yakni
menggambarkan manajemen pendidikan yang ada di lembaga tersebut.
Praktikan memperoleh infomasi dan pengalaman dari beberapa bidang garapan
yang masih beririsan dengan ruang lingkup yang ditetapkan sebelumnya.
Mungkin permasalahan yang praktikan temukan merupakan permasalahan
yang umumnya juga terjadi di lembaga lain.

B. Saran
Secara kesuluruhan kegitan PPL ini sudah sangat baik dan memberikan
manfaat baik bagi interner, departemen, maupun lembaga. Namun,
pelaksanaan PPL ini akan terasa lebih baik jika sebelumnya seluruh
mahasiswa memahami dan memperdalam keilmuan mengenai Manajemen
Pendidikan, serta komunikasi, koordinasi, dan sinergitas antara interner, pihak
lembaga (pembimbing lapangan) dan departemen Adminitrasi Pendidikan
(dosen pembimbing) dapat terbangun dan terjalin secara terus menerus.

32
DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan
dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
20/PRT/M/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun
2015-2019
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan
Jabatan Pegawai Negeri Sipil
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (PERMENPAN)
Nomor 14 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka
Kreditnya.
Daryanto dan Bintoro. 2014 Manajemen Diklat. Yogyakarta: Gava Media
Hamalik, Oemar/ 2007. Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan
Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara
Handoko, T.H. 2003. Manajemen. Yogyakarta: BPEG-UGM
Tim Departemen Administrasi Pendidikan. 2016. Pedoman Program Pengalaman
Lapangan (PPL) Mahasiswa Departemen Administrasi Pendidikan.
Bandung: Departemen Administrasi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2011. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers

33

Anda mungkin juga menyukai