BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasional
Sampai saat ini program pendidikan keaksaraan masih digayuti berbagai
persoalan sebagai akibat pelaksanaannya di lapangan menggunakan top-down
approach, pendekatan struktural. Artinya, program berpusat pada pemerintah,
terutama dalam hal regulasi penyelenggaraan, pengaturan anggaran, dan
ketentuan batasan waktu penyelenggaraannya. Selain itu, hal penting yang
memengaruhi kualitas hasil belajar yang rendah adalah pendekatan
pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran yang masih berpusat pada
teacher, tidak mengakomodasi perbedaan karakteristik dan kompetensi
keaksaraan yang ada pada learners.
Penyelenggaraan program seperti tersebut di atas cenderung
menghasilkan output yang secara kuantitatif tinggi, tetapi sekedar memenuhi
target administratif. Pada akhir penyelenggaraan dan pembelajaran warga
belajar hanya mendapatkan sertifikat sebagai tanda bukti telah mengikuti
program pendidikan keaksaraan yang rendah kualitasnya, bersifat mekanis, dan
lebih mementingkan aspek politis, misalnya memercepat deklarasi melek
aksara. Penyelenggaraan program kurang memerhatikan aspek lain yang
bersifat teknis, seperti pembelajaran yang memadukan substansi keaksaraan
dan kecakapan hidup, serta pertimbangan mengenai pemanfaatan hasil
pembelajaran bagi warga belajar di dalam kehidupan sehari-hari.
Kelemahan penyelenggaraan dengan top-down approach lainnya adalah
pola pembelajaran teacher-centered yang tidak mengakomodasi perbedaan
yang terdapat pada tiap individu/ warga belajar, yaitu: 1) kemampuan
keaksaraan awal; 2) motivasi belajar; 3) kebutuhan belajar; 4) bakat yang dapat
dikembangkan; 5) potensi yang dapat diberdayakan; 6) peluang yang dapat
dimanfaatkan; 7) tingkat ekonomi; dan 8) usia warga belajar. Selain itu, warga
2
belajar dengan kemampuan dasar akademis yang berbeda tidak seharusnya
diperlakukan dengan mekanisme yang sama.
Perubahan situasi kondisi pada saat ini berdampak pada jumlah sasaran
didik menjadi semakin sedikit, karena faktor mortalitas dan meningkatnya
kemampuan pe-merintah dalam memberikan layanan program pendidikan
keaksaraan. Sebaran sisa sasaran yang tidak merata menjadi permasalahan
baru dalam penyelenggaraan pro-gram pendidikan keaksaraan yang bersifat
top-down approach yang memerlukan penanganan secara khusus.
Fakta penting lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan program
pendi-dikan keaksaraan secara konvensional adalah hasil belajar yang belum
berpengaruh pada kehidupan warga belajar pasca-pembelajaran keaksaraan.
Hal ini terbukti belum adanya peningkatan ekonomi pendapatan dan taraf
kehidupan dalam kehidupan sehari-hari warga belajar walaupun mereka telah
selesai mengikuti pembelajaran dan mendapatkan sertifikat keaksaraan.
Seharusnya, keberaksaraan sebagai hasil pem-belajaran tetap ditempatkan
sebagai tujuan antara, bukan tujuan akhir program, sedangkan tujuan utamanya
adalah keberdayaan masyarakat di dalam kehidupan memanfaatkan
keberaksaraan yang dikuasainya.
Berdasar pada fakta-fakta sebagaimana tersebut di atas, Pusat Pengem-
bangan Pendidikan Nonformal dan Informal (P2PNFI) Regional 2 Semarang
pada tahun 2009 mengembangkan model pendidikan keaksaraan yang meliputi
rekrutmen pembelajaran sampai dengan aplikasi hasil belajarnya di dalam
kehidupan sehari-hari. Model ini dimaksudkan bukan semata-mata
menemukembangkan inovasi pada pem-belajarannya, tetapi juga pada berbagai
komponen lain yang ada di dalamnya. Pengembangan model ini diharapkan
dapat menjadi salah satu alternatif pilihan untuk mengatasi kebutuhan
penyelenggaraan dan pembelajaran program pendidikan keaksaraan yang
efektif dan efisien dari sisi kuantitas dan kualitas.
3
B. Dasar
1. UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
2. Peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan
3. Instruksi presiden nomor 5 tahun 2006 tentang wajib belajar pendidikan dasar
dan pemberantasan buta aksara
4. SK Dirjen PNFI No. 258/E/MS/2009 tanggal 3 Juni 2009 tentang penilaian
pem-belajaran pendidikan keaksaraan
5. Program kerja P2PNFI regional 2 Semarang tahun 2009
C. Tujuan
1. Umum
Tujuan umum kegiatan pengembangan ini adalah untuk merumuskan
model penyelenggaraan dan pembelajaran program pendidikan keaksaraan
yang dapat diterapkan pada berbagai daerah sesuai dengan kondisi kekinian.
2. Khusus
Secara khusus kegiatan pengembangan ini bertujuan untuk
merumuskan berbagai panduan komponen-komponen penyelenggaraan
program pendidikan keaksaraan yang terdiri dari:
a. Penyelenggaraan
b. Rekrutmen calon warga belajar
c. Pembelajaran keaksaraan dasar
d. Penyusunan bahan ajar
e. Evaluasi kemajuan dan hasil pembelajaran keaksaraan dasar
f. Pembelajaran keaksaraan lanjutan
g. Evaluasi kemajuan dan hasil pembelajaran keaksaraan lanjutan
h. Pembentukan kelompok usaha dan pra-koperasi
i. Pembentukan jaringan kerja dan pendampingan
j. Panduan monitoring dan evaluasi program
4
BAB II
RUANG LINGKUP MODEL
A. Pengantar
Ruang lingkup model yang dimaksud di dalam naskah ini adalah
komponen-komponen penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan yang
dikenai perlakuan (treatment) pengembangan dan diujicobakan P2PNFI
Regional 2 Semarang tahun 2009. Sedangkan komponen-komponen
penyelenggaraan yang tidak dikenai perlakuan pengembangan walaupun tidak
ditulis tetapi tetap dilaksanakan merujuk pada ketentuan-ketentuan dari
Departemen Pendidikan Nasional yang berlaku.
Penulisan setiap komponen pengembangan yang diujicobakan dilengkapi
dengan panduan yang diharapkan dapat memermudah pemahaman dan
implemen-tasinya di lapangan. Oleh karenanya, melalui penjabaran dan
panduan-panduan tersebut diharapkan akan meminimalkan penafsiran yang
berbeda dari sudut pandang pemerhati dan praktisi pendidikan keaksaraan ---
walaupun perbedaan tersebut sebenarnya merupakan hal yang sangat lumrah
dan dapat dimaklumi.
B. Kelompok Belajar
Kelompok belajar adalah sebuah entitas yang di dalamnya terdapat
beberapa komponen, yaitu sejumlah tenaga pendidikan dan tenaga
kependidikan, sasaran didik, serta program pendidikan dan komponen lainnya
yang terkait dengan berbagai proses pembelajaran.
Tenaga kependidikan adalah pengelola kelompok belajar yang ditunjuk
oleh penyelenggara. Tugas pokok pengelola adalah bersama-sama dengan tutor
mengam-pu seluruh kegiatan yang bersifat administratif dan kegiatan nonteknis
lainnya pada setiap kelompok belajar yang menjadi tanggung jawabnya. Hak
dan kewajiban pe-ngelola kelompok belajar diatur dalam naskah kerja sama
yang dibuat dan ditanda-tangani oleh pengelola dan penyelenggara.
5
Tenaga pendidik adalah sejumlah tutor dan narasumber teknis yang
direkrut oleh penyelenggara. Tugas utama tutor adalah mengampu seluruh
kegiatan teknis pembelajaran keaksaraan yang meliputi kompetensi berbahasa
(mendengar, berbi-cara, membaca, dan menulis) serta kompetensi berhitung.
Tugas utama narasumber teknis adalah membantu warga belajar memeroleh
dan meningkatkan keterampilan tertentu sesuai dengan bidang keahliannya. Hak
dan kewaiban tutor dan narasumber teknis diatur dalam naskah kesepakatan
kerja yang dibuat dan ditandatangani bersama oleh tutor dan atau narasumber
teknis dengan pengelola dengan disaksikan/ diketahui ketua penyelenggara
selaku penanggungjawab program.
Sasaran didik adalah sejumlah orang dengan kriteria tertentu yang
terdaftar sebagai warga belajar yang memiliki hak untuk mendapatkan layanan
pendidikan keaksaraan dan keterampilan tertentu yang dapat dikembangkan
sebagai mata pencaharian. Kewajiban warga belajar adalah mematuhi semua
aturan dan ketentuan yang dibuat oleh lembaga penyelenggara.
Kelompok belajar adalah pengelompokan sejumlah warga belajar di
dalam satu pengelolaan administrasi pembukuan, bukan pemberian layanan
pembelajarannya yang secara konvensional (kelompok) dalam arti sejumlah
warga belajar diampu hanya oleh seorang tutor. Kegiatan pembelajaran juga
tidak mesti dilaksanakan di dalam kelas (panti belajar) sebagaimana
pembelajaran pada kelompok belajar pendidikan keaksaraan konvensional.
Pembelajaran dapat dilakukan dimana saja yang memenuhi syarat untuk
kegiatan pembelajaran yang telah disepakati oleh tutor dan warga belajar.
C. Penyelenggara
1. Pengertian
Penyelenggara adalah sejumlah orang yang tergabung dalam sebuah
organisasi yang bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan
penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan, mulai dari kegiatan
6
merekrut calon pengelola, calon tutor dan narasumber teknis, serta merekrut
calon warga belajar sesuai dengan kriteria dan ketentuan yang berlaku.
Orang-orang yang tergabung dalam organisasi penyelenggara dipilih
oleh tim pengembang berdasarkan hasil seleksi dan rekruitmen yang
dilaksanakan sebelum pelaksanaan proses uji coba. Penyelenggara pada
penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan termasuk program non-
ujicoba dapat dibentuk berdasarkan musyawarah mufakat antara pemerintah
desa/ kelurahan dengan semua pihak yang terkait di lingkungan itu.
Organisasi penyelenggara terdiri dari aparat desa/ kelurahan, tokoh
masya-rakat, ketua lingkungan RT/RW, guru, dan pegawai negeri sipil lainnya
yang berdo-misili di dalam satu wilayah desa/ kelurahan itu atau siapa saja
yang memenuhi kriteria yang dipersyaratkan dan bersedia mengabdikan
waktu, pikiran, dan tenaganya di dalam keseluruhan kegiatan
penyelenggaraan. Stuktur organisasi penyelenggara minimal meliputi ketua,
sekretaris, bendahara, serta sejumlah tenaga pendidik dan kependidikan.
7
b. Kewajiban Penyelenggara
Penyelenggara program pendidikan keaksaraan memiliki
kewajiban untuk:
1) Menyediakan tenaga pendidik (tutor dan narasumber teknis)
2) Menyediakan tenaga kependidikan (pengelola kelompok belajar)
3) Menyediakan sarana-prasarana pembelajaran
4) Bersedia mengadakan dana penyelenggaraan kelompok belajar
5) Bersedia mengadakan dana stimulan untuk pembelajaran dan praktik
keterampilan penunjang program pendidikan keaksaraan pasca-
pembe-lajaran keaksaraan dasar
6) Bersedia melakukan pendampingan dan pembinaan penyelenggaraan
kelompok belajar melalui kegiatan monitoring dan evaluasi
7) Bersedia mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga pendidik
dan kependidikan. Pelatihan bagi pendidik untuk kepentingan
pembekalan keterampilan mengelola pembelajaran yang sesuai
dengan prinsip-prinsip pendidikan keaksaraan. Pendidikan dan
pelatihan bagi tenaga kependidikan untuk membekali pengelola
dengan keterampilan manajemen pengelolaan kelompok belajar
8) Bersedia dan dapat bekerja sama dengan berbagai pihak yang
berkom-peten dalam penyelenggaraan pendidikan keaksaraan,
terutama Dinas Pendidikan, pemerintah desa, tokoh masyarakat, serta
pihak atau lembaga lain yang bergerak dalam bidang pendidikan dan
pemberdayaan masyarakat
9) Memfasilitasi pemberian Surat Keterangan Melek Aksara (SUKMA)
bagi WB (warga belajar) yang telah selesai mengikuti pembelajaran
keaksaraan dasar dan benar-benar telah menguasai kompetensi
keaksaraan dasar sebagai prasyarat untuk mengikuti program
pendidikan keaksaraan lanjutan.
8
Gambar 1: Struktur Organisasi Penyelenggara
Penanggung Jawab
Ketua
Sekretaris
Bendahara
10
d) Mendapatkan kompensasi untuk transpor mengampu pembelajaran
tiap pertemuan pembelajaran selama kegiatan ujicoba berlangsung
e) Berhak mengikuti pendidikan dan pelatihan tenaga pendidik
program pendidikan keaksaraan yang diselenggarakan P2PNF
Reg.2 Semarang
2) Kewajiban
a) Bersama-sama dengan penyelenggara dan pengelola merekrut
calon warga belajar
b) Bersama-sama dengan pengelola melakukan tes pra-pembelajaran
c) Menyusun rencana dan kesepakatan pembelajaran
d) Menyusun bahan/ media pembelajaran
e) Merancang strategi pembelajaran
f) Mengampu proses pembelajaran
g) Membuat jurnal pembelajaran
h) Menyusun instrumen dan melaksanakan evaluasi pembelajaran
i) Mengevaluasi kemajuan dan hasil belajar warga belajar
j) Melaporkan hasil pembelajaran kepada penyelenggara.
2. Tenaga Kependidikan
a. Pengertian
Tenaga kependidikan adalah orang bertanggung jawab untuk
mengelola kelompok belajar , khususnya dalam hal administrasi
pembukuan dan membantu tutor dalam mengelola program serta
pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
b. Kriteria
1) Umur: prioritas 25 – 55 tahun
2) Pendidikan: minimal SLTA, diutamakan sudah pernah mengikuti
pelatihan pengelola program pendidikan keaksaraan
11
3) Berdomisili dalam satu wilayah desa yang sama dengan kelompok
belajar yang dikelolanya
4) Bersedia menandatangani dan melaksanakan isi akad kerja sama yang
berisi hak dan kewajiban pengelola
5) Diprioritaskan memiliki pekerjaan/ matapencaharian tetap
c. Hak dan kewajiban
1) Hak
a) Mendapatkan kompensasi berupa honor setiap bulan
b) Berhak mengikuti pendidikan dan pelatihan tenaga kependidikan
program pendidikan keaksaraan
2) Kewajiban
a) Mengelola kelompok belajar
b) Bersama-sama dengan tutor merekrut calon warga belajar
c) Membantu tutor menyusun instrumen evaluasi
d) Membantu tutor melakukan evaluasi hasil pembelajaran
e) Melakukan pencatatan/ administrasi pembukuan
f) Memfasilitasi pengadakan sarana-prasarana pembelajaran
g) Menyusun laporan pengelolaan kelompok belajar
E. Sasaran Didik
1. Pengertian
Sasaran didik atau warga belajar pada program pendidikan
keaksaraan adalah warga masyarakat yang tinggal di wilayah desa lokasi
ujicoba yang meme-nuhi kriteria sebagaimana persyaratan yang ditentukan.
2. Kriteria
a. Diprioritaskan berusia antara 15 – 44 tahun.
b. Belum pernah sekolah atau DO SD/ MI/ sederajat maksimal kelas 3
c. Pernah mengikuti program pendidikan keaksaraan tetapi belum
mendapatkan surat keterangan melek aksara sebagaimana diatur dalam
12
SK Dirjen PNFI No.258/ E/ MS/ 2009 tentang penilaian dan pemberian
SUKMA.
d. Memiliki tingkat kemampuan keaksaraan masih rendah
e. Diprioritaskan belum memiliki pekerjaan tetap atau pengangguran
f. Diprioritaskan sudah berkeluarga
g. Bersedia mengikuti program pembelajaran sebagaimana ketentuan yang
ada di dalam kesepakatan pembelajaran yang dibuat dan ditandatangani
oleh warga belajar dan tutor, diketahui/ disaksikan oleh pengelola
kelompok belajar.
3. Hak dan Kewajiban
a. Hak
1) Mendapatkan layanan pembelajaran sesuai dengan kompetensi
keaksaraan yang sudah dimiliki, kebutuhan belajar yang diinginkan,
dan waktu serta tempat pertemuan pembelajaran sesuai kesepakatan
yang dibuat dengan tutor
2) Mendapatkan bantuan bahan dan alat untuk mendukung kegiatan
pembelajaran
3) Mendapatkan bantuan dana stimulan untuk mengembangkan
keterampilan usaha meningkatkan penghasilan.
b. Kewajiban
1) Menandatangani kesepakatan belajar dengan tutor sebelum mengikuti
kegiatan pembelajaran
2) Mengikuti keseluruhan proses pembelajaran sampai dengan evaluasi
hasil pembelajaran
F. Rekrutmen Sekuensial
Rekrutmen adalah kegiatan mendaftar dan memasukkan anggota baru
ke dalam suatu wadah atau tatanan organisasi tertentu. Rekrutmen di dalam
13
model ini berarti proses merekrut warga masyarakat yang memenuhi kriteria
menjadi calon warga belajar program pendidikan keaksaraan.
Rekrutmen calon warga belajar dilakukan dengan cara sekuensial,
yakni proses perekrutan dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan
sepanjang pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Warga belajar yang telah
selesai (menguasai kompetensi keaksaraan dasar) secara otomatis boleh
mengikuti program pem-belajaran keaksaraan lanjutan. Tempatnya di kelompok
belajar akan digantikan oleh warga belajar baru. Hal ini berlaku secara
berkelanjutan/ terus menerus. Sekuen rekrutmen akan berhenti dengan
sendirinya sampai tidak ada lagi warga masyarakat yang dapat direkrut menjadi
sasaran didik karena tingkat keberaksaraannya telah melebihi kriteria sasaran
didik program pendidikan keaksaraan dasar.
Proses rekrutmen tidak terpancang pada batasan waktu
penyelenggaraan kelompok belajar dan proses pembelajaran. Oleh karena itu,
jumlah warga belajar pada proses rekrutmen secara sekuensial di dalam sebuah
kelompok keaksaraan dasar ---yang tercatat secara administrasi--- senantiasa
akan berjumlah 10 orang, walaupun orangnya selalu berganti. Pergantian warga
belajar di dalam kelompok dipengaruhi oleh percepatan perpindahan tiap warga
belajar yang berhak mengikuti program pembelajaran keaksaraan dasar ke
keaksaraan lanjutan, sebagaimana ketentuan yang dipersyaratkan, terutama
pengusaan komptensi keaksaraan.
G. Program Pembelajaran
Program pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang hendak
dilak-sanakan bersama-sama antara tutor dengan warga belajar dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Program pembelajaran yang dimaksud terdiri
dari:
14
1. Perencanaan pembelajaran
Perencanaan pembelajaran disusun oleh tutor dengan melibatkan
warga belajar selaku subjek utama kegiatan pembelajaran. Penentuan tema
dan cakupan kedalaman materi pembelajaran didasarkan pada kebutuhan
belajar yang dinya-takan oleh warga belajar.
Materi pembelajaran berikut waktu pertemuan pembelajaran tiap warga
belajar dituangkan dalam rencana dan kesepakatan pembelajaran. Rencana
dan kesepakatan pembelajaran untuk tiap warga belajar harus didasarkan
pada kompe-tensi keaksaraan yang sudah dimiliki oleh warga belajar. Selain
itu, rencana dan kesepakatan juga harus didasarkan pada minat dan
kebutuhan warga belajar. Oleh karenanya, rencana dan kesepakatan
pembelajaran tiap warga belajar bisa saja berbeda-beda walaupun beberapa
warga belajar diampu oleh seorang tutor yang sama.
2. Proses pembelajaran
Proses pembelajaran keaksaraan dibagi ke dalam dua tingkatan, yaitu
pembelajaran keaksaraan dasar dan pembelajaran keaksaraan lanjutan.
Pembe-lajaran keaksaraan dasar bertujuan untuk transformasi kompetensi
berbahasa (mendengar, berbicara, membaca, dan menulis) serta kompetensi
berhitung, meng-acu pada Standar Kompetensi Keaksaraan Dasar (SKKD)
yang telah ditentukan oleh Depdiknas. Pembelajaran keaksaraan lanjutan
bertujuan untuk menjaga keberaksaraan warga belajar sehingga tidak kembali
menjadi buta aksara. Pembe-lajaran keterampilan digunakan sebagai
penunjang pembelajaran keaksaraan, dan sebaliknya pembelajaran
keaksaraan memercepat penguasaan keterampilan yang dapat dimanfaatkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana ditulis pada bagian sebelumnya, keberaksaraan
merupakan tujuan antara. Tujuan akhir dari program ini adalah keberdayaan
masyarakat, baik secara individu maupun secara komunal. Untuk mendukung
tercapainya tujuan tersebut maka warga belajar yang telah menyelesaikan
15
program belajarnya dapat mengajukan permohonan bantuan dana stimulan
kepada penyelenggara program pendidikan keaksaraan.
3. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi pembelajaran adalah kegiatan mengukur dan menilai
kompetensi keaksaraan warga belajar sebelum, selama, dan sesudah
mengikuti proses pem-belajaran. Aspek yang dievaluasi meliputi kompetensi
mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung. Evaluasi
pembelajaran terdiri atas evaluasi pra-pembelajaran, evaluasi proses dan
evaluasi hasil belajar
Evaluasi pra-pembelajaran berguna untuk: 1) mengetahui kemampuan
ke-aksaraan yang sudah dimiliki oleh warga belajar; 2) pengelompokan warga
belajar; 3) merumuskan tujuan belajar; 4) membuat rencana pembelajaran; 5)
menentukan materi dan strategi pembelajaran; 6) menentukan bahan/ media
belajar; dan 7) membuat kesepakatan pembelajaran.
Evaluasi proses atau kemajuan belajar yang dilaksanakan pada saat
proses penyelenggaraan pembelajaran sedang berlangsung. Tujuan evaluasi
proses ada-lah: 1) mengetahui kemajuan belajar warga belajar; 2) menilai
efektivitas strategi pembelajaran; 3) menilai efektivitas bahan/ media ajar
yang digunakan; 4) peru-bahan/ perbaikan rencana pembelajaran termasuk
peningkatan materi pembela-jaran; dan 5) bahan pelaporan. Evaluasi hasil
belajar dilaksanakan pada akhir proses pembelajaran yang ber tujuan untuk:
1) mengetahui pencapaian hasil belajar/ kompetensi masing-masing warga
belajar; 2) mengetahui efektivitas strategi/ metode pembelajaran; 3) menilai
efektivitas bahan ajar yang digunakan; 4) perencanaan program lanjutan; 5)
dasar/ bahan pelaporan; dan 6) dasar pemberian sertifikat pada warga
belajar.
Indikator soal pada evaluasi harus mengacu pada Standar Kompetensi
Keaksaraan Dasar (SKKD) yang dibuat oleh Departemen Pendidikan
Nasional. Proses evaluasi menganut prinsip-prinsip sebagai berikut.
16
a. Komprehensif, artinya evaluasi dilakukan terhadap aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik secara menyeluruh
b. Berkesinambungan, artinya sekuen evaluasi dilakukan secara kronologis
mulai sebelum, pada saat proses, dan pada akhir pembelajaran
c. Objektif, artinya keputusan hasil evaluasi harus didasarkan pada
kompetensi keaksaraan warga belajar
d. Kolaboratif, artinya kegiatan evaluasi dilakukan secara kolaboratif antara
tutor dan WB. WB diberi tahu terlebih dahulu tentang macam dan waktu
evaluasi
e. Terbuka, artinya hasil evaluasi harus dapat diketahui oleh pihak-pihak
yang berkepentingan dalam penyelenggaraan kelompok belajar
f. Terstandar, artinya ada acuan atau kriteria yang jelas tentang komponen
yang dinilai dengan menggunakan indikator yang telah ditentukan pada
SKKD
g. Adil, artinya penilaian kemajuan dan hasil belajar harus dilaksanakan
secara adil berdasarkan kenyataan yang melekat pada warga belajar
h. Multi alat/ cara, artinya evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa alat dan cara yang lazim digunakan, misalnya nontes dalam
bentuk pengamatan, dan tes menggunakan seperangkat alat tertentu
yang sesuai.
17
Gambar 2: Chart alur rekrutmen, pembelajaran, dan evaluasi
1 2 3 4
Pendataan Rekrutmen Evaluasi pra- Pembelajaran
calon WB calon WB pembelajaran keaksaraan dasar
5.a Lulus
S.1 5.b
Pembelajaran (evaluasi hasil) 5 Tidak lulus
Evaluas (evaluasi kemajuan belajar)
keaksaraan lanjutan
Rekrutmen (pembelajaran i
keaksaraan lanjutan)
6 Rekrutmen 7 Pembelajaran
WB baru keaksaraan
dasar
8.a Lulus
(evaluasi hasil) 8.b
S.2 Pembelajaran 8 Tidak lulus
Evaluasi
keaksaraan lanjutan Rekrutmen (pembelajaran (evaluasi kemajuan belajar)
keaksaraan lanjutan)
9 Rekrutmen 10 Pembelajaran
WB baru keaksaraan
Kelompok dasar
Belajar Usaha
N
18
Penjelasan dari chart model diatas:
1. Pendataan calon warga belajar
Pendataan calon warga belajar di dalam satu wilayah desa/ kelurahan
dilakukan oleh penyelenggara. Pendataan dimaksudkan untuk mengetahui jumlah
penduduk yang memenuhi kriteria sebagai calon sasaran didik program pendidikan
keaksaraan.
Hasil pendataan berupa catatan/ data seluruh penduduk yang memenuhi
kriteria sebagai calon sasaran didik program pendidikan keaksaraan sesuai dengan
subwilayah desa/ kelurahan, misalnya dusun/ dukuh atau RW/ RT. Hasil pendataan
kemudian diserahkan kepada pengelola program dan tutor sesuai subwilayah
masing-masing.
Tujuan dilakukannya pendataan di tingkat desa/ kelurahan adalah untuk
mengetahui jumlah keseluruhan penduduk yang memenuhi kriteria sebagai sasaran
didik program pendidikan keaksaraan. Pada gilirannya, hasil pendataan merupakan
bank data yang dapat dimanfaatkan oleh pengelola dan tutor pada waktu perekrutan
calon warga belajar yang akan mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan
kesempatan dan kesediaan masing-masing calon warga belajar.
19
3. Evaluasi kompetensi keaksaraan oleh masing-masing tutor
Sebelum memulai proses pembelajaran dilakukan evaluasi pra-pembelajaran.
Tujuan dari evaluasi pra-pembelajaran adalah untuk mengetahui kompetensi
keaksaraan yang sudah dimiliki oleh warga belajar. Hasil dari evaluasi ini sangat
bermanfaat bagi tutor di dalam merancang program pembelajaran yang meliputi
materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik masing-masing warga belajar
itu sendiri, bahan ajar yang diperlukan, strategi pembelajaran yang akan ditempuh,
serta perkiraan waktu yang akan dialokasikan untuk setiap warga belajar.
20
keaksaraannya belum mencapai SKKD maka evaluasi tersebut bersifat sebagai
evaluasi kemajuan pembelajaran.
Bagi warga belajar yang kompetensi keaksaraannya telah mencapai SKKD
maka yang bersangkutan dinyatakan “lulus”. Kepadanya berhak diberikan surat
keterangan melek aksara (SUKMA). Selain itu, warga belajar tersebut berhak untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran keaksaraan lanjutan. Proses “kelulusan” warga
belajar tersebut sekaliigus merupakan proses rekrutmen yang berlangsung secara
otomatik sebagai suatu konversi ke pembelajaran keaksaraan lanjutan.
Sedangkan bagi warga belajar yang kompetensi keaksaraannya belum
mencapai SKKD maka yang bersangkutan dinyatakan “belum lulus”. Kepadanya
belum diberikan hak untuk mengikuti pembelajaran keaksaraan lanjutan tetapi
melanjutkan kegiatan pembelajaran pada tingkat keaksaraan dasar.
6. Rekrutmen warga belajar baru untuk mengganti warga belajar yang “sudah
lulus”
Tutor yang sudah berkurang warga belajarnya karena dikonversi ke
pembelajaran keaksaraan lanjutan kemudian merekrut warga belajar baru dengan
memanfaatkan data sasaran didik yang telah dibuat oleh penyelenggara pada waktu
melakukan pendataan di tingkat wilayah desa/ kelurahan.
Proses perekrutan warga belajar baru untuk pembelajaran keaksaraan dasar
dilakukan dengan cara yang sama seperti yang pernah dilakukan sebelumnya, yaitu
dengan mendatangi calon warga belajar di rumahnya atau mengundang calon
warga belajar ke rumah tutor.
21
Demikian itu dilakukan secara berkelanjutan sampai dalam satu subwilayah
tidak ada lagi sasaran didik untuk keaksaraan dasar.
H. Hasil Pembelajaran
Ada dua macam hasil pembelajaran yang ditargetkan dalam
pengembangan model pendidikan keaksaraan melalui rekrutmen sekuensial ini,
yaitu keberaksaraan warga belajar dan hasil pembelajaran berupa keterampilan
yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan penghasilan dan kemandirian.
Keberaksaraan warga belajar adalah kepemilikan kompetensi keaksaraan
yang terdiri dari kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan
berhitung sebagaimana tertuang di dalam SKKD. Sedangkan hasil pembelajaran
keterampilan kemandirian berupa penguasaan keterampilan tertentu yang dapat
digunakan sebagai mata pencaharian dan atau meningkatkan kualitas kehidupan
warga belajar.
SKKD adalah standar keberaksaraan minimal yang harus dikuasai oleh
warga belajar pasca-pembelajaran keaksaraan dasar. Kepemilikan kompetensi
keaksaraan tiap warga belajar pasca-pembelajaran dibuktikan melalui Surat
Keterangan Melek Aksara (SUKMA) sebagaimana diatur di dalam SK Dirjen
PNFI No. 258/E/MS/2009.
Keberaksaraan sebagai hasil belajar hanyalah tujuan antara yang harus
di-kuasai warga belajar pasca-pembelajaran pendidikan keaksaraan dasar.
22
Kepemilikan kompetensi keaksaraan bukanlah tujuan akhir, melainkan prasyarat
agar warga belajar lebih meningkatkan kemampuan dan kegiatan pembelajaran
dengan mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat/
fungsional dalam kehidupan memanfaatkan kompetensi keaksaraan yang telah
dikuasainya. Kepemilikan ke-terampilan kemandirian berbeda bagi tiap warga
belajar atau sama antar beberapa warga belajar. Pembelajaran keterampilan
kemandirian diberikan kepada warga belajar yang telah memiliki kompetensi
keaksaraan dasar yang dibuktikan dengan kepemilikan SUKMA. Pembelajaran
keterampilan digunakan sebagai penunjang pembelajaran keaksaraan, dan
sebaliknya pembelajaran keaksaraan memercepat penguasaan keterampilan
yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
I. Panti Pembelajaran
Panti belajar adalah tempat pertemuan antara warga belajar dengan tutor
untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Secara prinsip, kegiatan
pembelajaran boleh dan dapat diselenggarakan dimana saja, artinya tempat
yang akan digunakan untuk kegiatan pembelajaran benar-benar ditentukan
berdasarkan musyawarah-mufakat antara setiap warga belajar dengan tutor,
tidak harus di panti belajar berupa kelas dengan berbagai fasilitas yang ada di
dalamnya.
Secara konseptual, seorang tutor mengampu 3 orang warga belajar yang
rumahnya berdekatan/ berada dalam satu wilayah yang sama, serta kemampuan
keaksaraan warga belajar tersebut setara/ homogen. Bila terjadi kondisi seperti
itu maka tutor yang bersangkutan dapat menggunakan rumahnya sendiri atau
rumah salah satu dari 3 warga belajar tersebut sebagai panti belajar. Apabila
seorang tutor mengampu lebih dari satu orang warga belajar dengan kompetensi
keaksaraan yang berbeda/ heterogen, maka pembelajaran dapat dilakukan di
rumah tutor atau di rumah salah satu warga belajar sebagaimana kesepakatan
yang dibuat oleh masing-masing warga belajar dengan tutor. Penjelasan itu
23
mengacu pada konsep community-based learning yang menekankan bahwa
pendidikan sebagai tanggung jawab bersama antara peme-rintah dan masyarakat
sebaiknya dirancang, diatur, dilaksanakan, dinilai, dan dikembangkan oleh masyarakat
yang mengarah pada usaha untuk menjawab tantangan dan peluang yang ada di
masyarakat tertentu yang berorientasi pada masa depan dengan memanfaatkan
kemajuan teknologi.
Beberapa aspek penting dalam pembelajaran berbasis masyarakat, yaitu:
mementing-kan masyarakat sebagai warga belajar; menggunakan apa yang dinyatakan
warga belajar sebagai dasar untuk mengembangkan program pembelajaran; percaya
bahwa setiap orang mempunyai kemampuan, kekuatan, keterampilan, pengetahuan,
pengalaman, dan kesetaraan di antara warga belajar dan pembina program; mendorong
warga belajar berperan serta secara aktif dalam proses pembelajaran dan kegiatan
kemasyarakatan dengan memberikan kepada mereka hak untuk menentukan materi dan
kegiatan pembelajaran karena sebenarnya mereka lebih tahu apa yang mereka
butuhkan. Termasuk di dalamnya adalah hak untuk menentukan rumah mereka sendiri
sebagai panti belajar yang paling nyaman bagi mereka ketika mengikuti kegiatan
pembelajaran.
J. Administrasi Pembukuan
Administrasi pembukuan adalah berbagai kegiatan pencatatan dan
pembukuan pada kegiatan penyelenggaraan yang menjadi tanggung jawab
penyelenggara/ penge-lola dan kegiatan pembelajaran yang menjadi tanggung
jawab tutor.
Administrasi pembukuan pada kegiatan penyelenggaraan dan
pembelajaran minimal meliputi beberapa komponen seperti jabaran di bawah ini.
1. Administrasi pembukuan oleh penyelenggara/ pengelola
a. Buku induk penyelenggara, pengelola, dan tutor
b. Buku induk warga belajar
c. Buku inventaris
24
d. Buku kas
e. Buku arsip naskah kerja sama
f. Buku daftar hadir pengelola, tutor
g. Buku kunjungan supervisi
h. Laporan penyelenggaraan
2. Administrasi pembukuan oleh tutor
a. Daftar hadir warga belajar
b. Rencana dan kesepakatan pembelajaran
c. Daftar buku/ bahan ajar
d. Jurnal pembelajaran masing-masing warga belajar
e. Daftar nilai kemajuan dan hasil pembelajaran warga belajar
25
adanya berbagai persoalan yang menghambat keberdayaan dan kemandirian
masyarakat itu sendiri.
Pemberdayaan masyarakat sebagai tindakan sosial pada suatu
komunitas memerlukan upaya mengorganisasikan diri pada waktu membuat
perencanaan dan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial atau
memenuhi kebutuhan sosial sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang
dimilikinya. Proses pemberdayaan masyarakat seringkali tidak muncul secara
otomatis, melainkan tumbuh dan ber-kembang berdasarkan interaksi masyarakat
setempat dengan pihak luar, baik yang bekerja berdasarkan dorongan kreatif
maupun perspektif profesional.
Berikut ini adalah beberapa lembaga yang yang diharapkan dapat
menjalin jaringan kerja dan kemitraan serta melakukan pendampingan
penyelenggaraan pro-gram pendidikan keaksaraan di tingkat paling bawah.
1. Lembaga Mitra Kerja dan Pendamping
a. Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota
b. SKB
c. Perguruan Tinggi
d. PKBM
e. LSM
f. Organisasi sosial keagamaan:
1) Muslimat (Nahdlatul Ulama)
2) Aisiyah (Muhammadiyah)
g. Organisasi sosial kemasyarakatan:
1) PKK
2) Lainnya
2. Peran Pendamping
Masyarakat ---terutama yang miskin--- seringkali tidak berdaya, baik
karena hambatan internal maupun tekanan eksternal dari lingkungannya.
Pendamping akan beradaptasi dan menjadi bagian dari masyarakat tersebut
26
akan melibatkan diri membantu memecahkan persoalan yang dihadapi
mereka. Pendampingan dengan demikian dapat diartikan sebagai interaksi
dinamis antara masyarakat dengan pendamping untuk secara bersama-sama
menghadapi beragam tantangan seperti; (a) merancang program perbaikan
kehidupan sosial ekonomi, (b) memobilisasi sumber daya setempat (c)
memecahkan masalah sosial, (d) menciptakan atau membuka akses bagi
pemenuhan kebutuhan, dan (e) menjalin kerjasama dengan berbagai pihak
yang relevan dengan konteks pemberdayaan masyarakat.
Pendampingan pada penyelenggaraan progam pendidikan keaksaraan
diharapkan menjadi entry point bagi kegiatan untuk pemberdayaan
masyarakat. Oleh karena merupakan pekerjaan yang berat dan sulit, maka
seorang pendamping sebaiknya memahami tugasnya yang beragam misalnya
sebagai fasilitator, pen-didik, perwakilan penyelenggara dan peran-peran
lainnya yang bersifat teknis.
a. Fasilitator
Pendamping dituntut memiliki kemampuan untuk memfasilitasi
terjadinya suatu perubahan dan atau terwujudnya suatu harapan yang
dapat direalisasikan oleh penyelenggara. Contoh yang berkaitan dengan
peran ini antara lain menjadi model atau teladan, melakukan mediasi dan
negosiasi, memberi dukungan, membangun konsensus bersama, serta
melakukan pengorganisasian dan pemanfaatan sumber-sumber yang ada
di lingkungan desa yang dapat diman-faatkan oleh warga belajar.
b. Pendidik
Pendamping berperan aktif sebagai agen yang memberi masukan
positif dan mengarahkan terwujudnya masyarakat yang manidir.
Berdasarkan penge-tahuan dan pengalamannya, pendamping perlu
menyampaikan informasi, tukar gagasan, serta membantu
menyelenggarakan pelatihan bagi tenaga pendidik dan kependidikan.
27
c. Perwakilan penyelenggara
Ketika berinteraksi dengan lembaga-lembaga eksternal untuk dan
atas nama penyelenggara yang menjadi dampingannya, pendamping
bertugas mencari sumber-sumber, melakukan pembelaan, menggunakan
media, mening-katkan peran serta masyarakat, dan membangun jaringan
kerja dan kemitraan untuk kepentingan penyelenggaraan program
pendidikan keaksaraan agar dapat berjalan dengan baik dan
berkelanjutan.
d. Peran-peran teknis
Dalam melaksanakan peran praktisnya, pendamping dituntut tidak
hanya mampu menjadi “manajer perubahan” yang mengorganisasi
kelompok, namun juga mampu melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai
dengan berbagai kete-rampilan dasar, seperti; melakukan analisis sosial,
mengelola dinamika kelom-pok, menjalin relasi, bernegosiasi,
berkomunikasi, memberi konsultasi, dan mencari serta mengatur sumber
dana yang diperuntukkan bagi penyelenggaraan kelompok belajar dan
program-program lain yang menjadi tanggung jawab penyelenggara serta
komponen yang ada di dalamnya.
28
Untuk mendukung keberaksaraan dan keberdayaan masyarakat itu maka
perlu dibentuk lembaga yang relevan untuk meningkatkan dan menjaga
keberaksaraan ma-syarakat seperti tersebut di bawah ini.
1. TBM
2. KBU Pra-koperasi
3. KUPP/ KUWP
4. KWD
5. PKBM
6. Lainnya
29
BAB III
STRATEGI UJICOBA
A. Pengantar
Pada bab 3 ini diuraikan komponen-komponen program pendidikan
keaksaraan yang sudah diujicobakan. Setiap komponen dijelaskan secara
praktis strategi imple-mentasinya di lapangan, beberapa di antaranya disertai
dengan contoh yang dapat dimodifikasi dan dikembangkan lagi sesuai dengan
karakteristik sosial-budaya masyarakat yang menjadi subjek program. .
Tradisi lisan dan “keberdayaan masyarakat tanpa keberaksaraan” di
lapangan memperkuat bukti bahwa rekayasa akademik saja ternyata masih
kurang dan tidak memadai sebagai satu-satunya alat untuk merubah cara
pandang masyarakat terha-dap keaksaraan. Oleh karena itu, keberanian dari
semua pihak untuk mengembangkan pendekatan yang lebih efektif, misalnya
pengembangan pendekatan struktural seperti yang diujicobakan oleh P2PNFI
Regional 2 Semarang.
Pendekatan struktural yang dimaksud adalah pengerahan semua unsur
peme-rintahan di tingkat desa sebagai penyelenggara program. Secara
struktural aparat desa memiliki kewenangan untuk “memaksa” pihak-pihak lain
yang ada di wilayah desa berperan serta di dalam keseluruhan penyelenggaraan
program sesuai dengan bidang kesanggupannya masing-masing.
Penyelenggaraan program selanjutnya dapat diserahkan kepada masyarakat
apabila masyarakat sudah memiliki kemampuan untuk mengampu tanggung
jawab tersebut.
31
pembahasan temuan-temuan hasil penjajagan dan perencanaan program.
Pendamping hanya membantu kelompok dampingan dengan menunjukkan
cara mengenali dan kebutuhan dan masalah, serta cara mengenali dan
menggali potensi. Pendamping bersama-sama dengan kelompok dampingan
selanjutnya membuat analisis untuk menentukan prioritas tindakan
pemenuhan kebutuhan, pemecahan masalah, dan pemanfaatan potensi yang
sudah ditemukan.
Ruang lingkup Need assessment dibatasi pada hal-hal yang berkaitan
dengan kebutuhan belajar warga belajar program pendidikan keaksaraan
yang akan dikembangkan dan diujicobakan, misalnya keterampilan yang
dapat dikembangkan sebagai mata pencaharian yang selanjutnya dapat
digunakan sebagai entry point pembelajaran keaksaraan.
32
6) administrasi pembukuan; 7) pengadaan sarana-prasarana
penyelenggaraan; dan 8) pelaporan
33
waktunya adalah 30% untuk paparan dan diskusi konsep, 70% untuk praktik
evaluasi pra-pembela-jaran, praktik menyusun bahan ajar, praktik
pembelajaran, dan praktik evaluasi kemajuan dan hasil pembelajaran.
Hasil yang diharapkan dari pendidikan dan pelatihan tersebut adalah
tutor yang bersertifikat dan memiliki kemampuan melaksanakan tugas pokok
sebagai-mana tersebut di atas.
Fasilitasi diklat tutor pada tahap awal penyelenggaraan dilakukan oleh
tim pengembang. Pada tahap berikutnya kewenangan penyelenggaraan diklat
dise-rahkan sepenuhnya kepada pihak penyelenggara program.
34
tingginya kelas 3 SD; 3) diprioritaskan masih berada pada rentang usia 15 –
44 tahun; 4) prioritas belum memiliki pekerjaan tetap atau menganggur; 5)
prioritas golongan ekonomi lemah; 6) berdomisili di desa tempat ujicoba
program pendidikan keaksaraan diseleng-garakan; dan 7) bersedia
menandatangani dan mematuhi kesepakatan belajar sebelum mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Hasil pendataan kemudian dimasukkan ke dalam buku tabulasi daftar
calon warga belajar.
2. Pelaksanaan
Proses rekrutmen dapat dilakukan tutor dan atau pengelola dengan
cara mendatangi calon warga belajar, atau warga belajar yang datang dan
mendaftar ke pengelola kelompok belajar.
Pengelola dan atau tutor kemudian menjelaskan kepada calon warga
belajar bahwa sebelum mereka mengikuti proses pembelajaran, terlebih
dahulu akan dilakukan pengukuran (tes pra-pembelajaran) kompetensi
keaksaraan yang sudah mereka miliki. Untuk kepentingan itu, tutor dan atau
pengelola sebaiknya memilih dan menggunakan kata-kata yang mudah
diterima serta tidak menyebabkan rasa takut bagi warga belajar pada waktu
mengikuti kegiatan tes tersebut.
Langkah berikutnya adalah melakukan tes pra-pembelajaran dengan
teknik tes tulis dan nontulis secara kombinatif. Perangkat atau instrumen
yang digunakan berupa blanko/ format identitas diri dan keluarga yang harus
diisi oleh warga belajar.
Hasil dari tes awal tersebut digunakan untuk menentukan kriteria
masing-masing warga belajar ke dalam tiga tingkatan kompetensi
keaksaraan yang terdiri dari rendah, sedang, dan tinggi. Penggolongan warga
belajar ke dalam 3 (tiga) tingkatan kompetensi keaksaraan akan digunakan
oleh penyelenggara dan tutor selain untuk menentukan cakupan dan
kedalaman materi pembelajaran juga per-kiraan bahan ajar serta strategi
35
pembelajaran yang akan ditempuh oleh masing-masing tutor terhadap setiap
warga belajar yang menjadi tanggung jawabnya.
Pengukuran kompetensi keaksaraan awal tiap warga belajar dilakukan
secara individual. Artinya, pelaksanaan tes pra-pembelajaran dilakukan pada
masing-masing warga belajar secara sendiri-sendiri sehingga proses dan
hasil tes pengukuran kompetensi awal tersebut benar-benar
merepresentasikan kompetensi keaksaraan setiap warga belajar.
Penggolongan kompetensi warga belajar merupakan prasyarat yang
penting sebagai dasar bagi tutor di dalam menentukan cakupan kedalaman
materi pem-belajaran serta pembuatan kesepakatan pembelajaran dengan
pengelola kelompok belajar terkait jumlah waktu pertemuan pembelajaran
dengan masing-masing warga belajar yang akan diampunya.
3. Tindak lanjut
Sebagaimana diuraikan pada paparan di atas, warga belajar yang
sudah direkrut kemudian diklasifikasi ke dalam 3 klaster sesuai dengan
kompetensi keaksaraan yang sudah dimilikinya, yaitu rendah, sedang, dan
tinggi.
Warga belajar diberi penjelasan mengenai pola pembelajaran yang
akan dilaksanakan. Mereka boleh memilih salah satu tutor yang tersedia
untuk mem-bantu mereka dalam proses pembelajaran. Begitu juga tutor
boleh menentukan berapa warga belajar yang dapat diampu sesuai dengan
kesanggupan dan ke-sempatan yang dimilikinya.
Kegiatan akhir pada tahap ini adalah pembuatan kesepakatan
pembelajaran antara tutor dengan setiap warga belajar yang menjadi
tanggung jawabnya. Isinya tentang kesepakatan mengenai waktu dan tempat
untuk pertemuan pembelajaran antara ke dua belah pihak. Bagi tutor,
kesempatan tersebut dapat dimanfaatkan untuk merancang program
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik individu, kebutuhan belajar,
dan kompetensi keaksaraan masing-masing warga belajar.
36
F. Pembelajaran Keaksaraan dasar
1. Penyusunan rencana dan kesepakatan pembelajaran
Pembelajaran pada ujicoba program pendidikan keaksaraan ini
menggu-nakan pendekatan pembelajaran individual. Artinya, seorang warga
belajar diampu oleh seorang tutor secara face to face sesuai prinsip one
teach one method.
Penentuan cakupan dan kedalaman materi pembelajaran oleh tutor
dida-sarkan pada kompetensi keaksaraan awal warga belajar sesuai hasil
placement test. Begitu juga waktu dan tempat belajar disesuaikan dengan
kesediaan dan kesempatan warga belajar.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan penyusunan rencana
pembelajaran oleh tutor dengan melibatkan setiap warga belajar. Tutor
mengajak setiap warga belajar yang menjadi tanggung jawabnya untuk
mendiskusikan kebutuhan belajar, waktu atau kesempatan belajar, serta
potensi yang dapat dikembangkan oleh warga belajar untuk dikemas dalam
materi pembelajaran. Hasil diskusi dituangkan ke dalam format rencana
pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya.
Langkah berikutnya, tutor mengajak warga belajar untuk membuat
kese-pakatan belajar. Isi kesepakatan belajar meliputi program belajar, waktu
dan tempat belajar, serta segala sesuatu yang menjadi kewajiban tutor dan
warga belajar.
Jangka waktu pembelajaran tiap warga belajar yang dituangkan di
dalam rencana dan kesepakatan pembelajaran kemungkinan besar akan akan
berbeda, disesuaikan dengan kompetensi keaksaraan warga belajar dan
kesanggupan tutor dalam membelajarkan keaksaraan terhadap warga belajar
yang menjadi tanggung jawabnya.
37
2. Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah suatu pola kerja yang di dalamnya
menggam-barkan metode dan teknik pelaksanaannya, proses kegiatan yang
akan dilaksa-nakan, orang atau pihak-pihak yang terlibat, dan alat atau
sarana penunjang yang diperlukan.
Strategi juga berarti ilmu dan kiat dalam memanfaatkan segala sumber
daya yang dimiliki yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Untuk dapat melaksanakan strategi pembelajaran dengan optimal,
tutor perlu memiliki pemahaman dan penguasaan metode yang beragam.
Metode adalah berbagai cara kerja yang bersifat relatif umum untuk
men-capai tujuan tertentu. Contoh: metode ceramah untuk menyampaikan
informasi (materi pembelajaran) secara sepihak dari tutor kepada warga
belajar; metode diskusi untuk melatih warga belajar mengemukakan pendapat
dan berargumentasi.
Teknik adalah cara penerapan suatu metode sesuai dengan latar
tertentu seperti kemampuan dan kebiasaan tutor, ketersediaan peralatan, dan
kesiapan warga belajar. Contoh: metode ceramah ala tape-recorder atau
ditambah tanya jawab.
Prosedur adalah urutan pelaksanaan atau proses dari suatu kegiatan,
urutan proses pembelajaran. Di dalamnya menggambarkan langkah-langkah
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh tutor.
Dari gambaran singkat tersebut di atas, maka seorang tutor harus
mema-hami dan menguasai berbagai metode dan teknik pembelajaran
sehingga dapat merancang dan melaksanakan strategi pembelajaran yang
sesuai untuk berbagai tema atau materi pembelajaran yang telah tertuang di
dalam rencana dan kese-pakatan pembelajaran.
Perancangan dan penentuan strategi pembelajaran bertujuan agar
proses pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien sehingga warga
belajar dan tutor dapat melakukan interaksi edukasi secara optimal.
38
Materi dan waktu pertemuan pembelajaran tiap warga belajar berbeda
sesuai dengan kesepakatan antara tutor dengan masing-masing warga
belajar yang menjadi tanggung jawabnya.
Waktu pembelajaran maksimal adalah 24 kali pertemuan untuk tiap
warga belajar. Akan tetapi, warga belajar berhak untuk menyelesaikan
tahapan pembelajaran kurang dari batasan waktu maksimal tersebut bila
tenyata yang bersangkutan telah menguasai kompetensi keaksaraan dasar
sebagaimana yang tertuang di dalam SKKD.
Setelah mengetahui tingkat keberaksaraan warga belajar yang menjadi
tanggung jawabnya, tutor kemudian mengajak tiap warga belajar berdiskusi
menen-tukan tema pembelajaran yang diinginkan oleh warga belajar.
Kegiatan berikutnya adalah mengampu kegiatan pembelajaran.
Mengampu kegiatan pembelajaran pada program pendidikan
keaksaraan secara individual terhadap setiap warga belajar tidak berarti tutor
menghabiskan seluruh waktu yang tersedia untuk mengajar. Tutor lebih
berperan sebagai fasi-litator dalam proses saling belajar dengan warga
belajar itu sendiri. Hal yang tergolong penting dalam proses pembelajaran
adalah memberi kesempatan pada warga belajar mengaktualisasikan diri dan
potensi yang dimilikinya sebagaimana prinsip pembelajaran bagi orang
dewasa.
Mengampu proses pembelajaran adalah tugas yang bersifat teknis
bagi tutor. Keberhasilan program pendidikan keaksaraan setengahnya
tergantung pada kemampuan teknis tutor dalam mangampu proses
pembelajaran dalam bentuk proses transformasi keaksaraan dari tutor kepada
warga belajar dan antar warga belajar. Bila proses transformasi keaksaraan
tersebut dapat berlangsung dengan baik, akan baik pula pencapaian hasil
belajar warga belajar. Pada gilirannya, akan baik pula pencapaian program
pendidikan keaksaraan secara keseluruhan.
39
Kemampuan teknis yang berkaitan dengan mengampu pembelajaran
me-liputi banyak aspek lain, di antaranya adalah kemampuan membuat dan
mengapli-kasikan rencana pembelajaran, penerapan strategi pembelajaran
yang di dalamnya mencakup metode dan teknik pembelajaran, serta
pemilihan dan penggunaan bahan/ media pembelajaran. Oleh karenanya,
tutor pendidikan keaksaraan perlu mengembangkan kemampuan diri dengan
mengikuti pendidikan dan pelatihan tutor pendidikan keaksaraan, serta
secara terus menerus belajar dari berbagai sumber untuk mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman.
Untuk kepentingan pelaksanaan semua tugas di atas seorang tutor
harus memiliki beberapa keterampilan seperti tersebut di bawah ini.
a. Merencanakan kegiatan dan menentukan tujuan pembelajaran yang
berbeda untuk setiap warga belajar
b. Mengorganisasikan, yaitu mengatur dan menghubungkan semua sumber-
sumber belajar sehingga dapat mencapai tujuan dengan cara yang paling
efektif dan efisien
c. Memimpin, yaitu tindakan memberi motivasi, mendorong, dan
menstimulasi warga belajar agar mereka mau dan mampu mewujudkan
tujuan belajar mereka
d. Mengawasi, yaitu tugas tutor untuk menentukan apakah fungsinya
sebagai organisator dan leader di atas telah berhasil membantu warga
belajar menca-pai tujuan belajarnya atau belum. Jika tujuan telah berhasil
dicapai maka tutor harus menilai dan mengatur kembali situasi
pembelajaran, meningkatkan intensitas kegiatan pembelajaran, bukan
mengubah tujuannya.
(lihat panduan pembelajaran)
40
G. Evaluasi pembelajaran keaksaraan dasar
Evaluasi pembelajaran adalah serangkaian kegiatan untuk memeroleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang input, proses, dan hasil belajar
setiap warga belajar yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan
sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Kegiatan evaluasi menitikberatkan pada keaktifan warga belajar dan
pene-rapan hasil pembelajaran. Pada setiap tahapnya harus dilakukan secara
partisipatif dan menghindari suasana pengujian atau test terhadap warga
belajar yang menge-sankan suasana formalistik dan situasi yang
menegangkan. Teknisnya dapat dapat dilakukan dengan cara tes (tulis dan
nontulis) serta non-tes (penilaian portofolio).
1. Tahapan Evaluasi
a. Evaluasi pra-pembelajaran
Evaluasi pra-pembelajaran dilaksanakan pada waktu proses
rekrut-men calon warga belajar. Teknis yang digunakan adalah tes
tulis dan wawancara.
Instrumen dibuat oleh petugas rekrutmen sekaligus evaluator,
yaitu pengelola dan tutor yang ditunjuk oleh penyelenggara.
b. Evaluasi kemajuan belajar
Evaluasi kemajuan belajar dilakukan pada saat proses
penyeleng-garaan pembelajaran sedang berlangsung.
Teknis pelaksanaan evaluasi kemajuan belajar adalah tes tulis
dan tes non-tulis serta penilaian portofolio.
c. Evaluasi hasil pembelajaran
Evaluasi hasil belajar dilakukan pada akhir proses
penyelenggaraan pembelajaran.
Teknis pelaksanaan evaluasi kemajuan belajar adalah tes tulis
dan tes non-tulis serta penilaian portofolio.
41
2. Teknik Evaluasi
a. Tes
1) Tes tulis
2) Tes non-tulis
b. Portofolio
3. Strategi Pelaksanaan Evaluasi
a. Tutor dan pengelola menyiapkan instrumen evaluasi
b. Tutor dan pengelola menentukan warga belajar yang berhak untuk
mengikuti evaluasi
c. Warga belajar berhak menentukan waktu dan tempat pelaksanaan
evaluasi
d. Evaluasi dilaksanakan secara individual. Setiap warga belajar diberi
kesempatan untuk mengikuti evaluasi secara tersendiri, ditunggui oleh
seorang tutor atau pengelola.
(lihat panduan evaluasi)
H. Tindak Lanjut
1. Pembelajaran keaksaraan lanjutan
Pembelajaran keaksaraan lanjutan adalah layanan pendidikan bagi
warga belajar yang telah selesai mengikuti program pendidikan keaksaraan
dasar.
Warga belajar yang telah menguasai kompetensi keaksaraan dasar
selain mendapatkan surat keterangan melek aksara (SUKMA) selanjutnya
mereka berhak untuk mengikuti pembelajaran keaksaraan lanjutan.
Materi pembelajaran keaksaraan lanjutan meliputi materi keaksaraan
yang terkait langsung dengan materi pembelajaran keterampilan yang dapat
dimanfaat-kan untuk meningkatkan kualitas kehidupan warga belajar.
Tujuan dari pembelajaran keaksaraan lanjutan adalah untuk menjaga
ke-beraksaraan warga belajar sehingga tidak kembali menjadi buta aksara.
42
Pembe-lajaran keterampilan digunakan sebagai penunjang pembelajaran
keaksaraan, dan sebaliknya pembelajaran keaksaraan memercepat
penguasaan keterampilan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-
hari.
Sebagaimana ditulis pada bagian sebelumnya, keberaksaraan
hanyalah tujuan antara. Artinya, tujuan akhir dari program ini adalah
keberdayaan masya-rakat, baik secara individu maupun secara komunal.
Untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut maka warga belajar yang telah
menyelesaikan program belajarnya dapat mengajukan permohonan bantuan
dana stimulan kepada penyelenggara program pendidikan keaksaraan.
Bantuan untuk kemandirian pasca pembelajaran dapat diberikan
kepada warga belajar secara individual, dapat pula diberikan kepada
sejumlah warga be-lajar yang menghendaki kegiatan usaha secara bersama-
sama.
2. Pembentukan kelompok belajar usaha dan pra-koperasi
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga keberaksaraan
warga belajar agar tidak kembali niraksara. Salah satunya adalah
pengelompokan sejumlah warga belajar dalam beberapa kegiatan yang
bersifat komunal. Contoh kegiatan tersebut adalah kelompok belajar usaha
dan lembaga pra-koperasi.
Kelompok belajar usaha dimaksudkan untuk mengelompokkan
sejumlah warga belajar yang memiliki kesamaan dalam hal usaha yang
bersifat ekonomis ke dalam suatu jenis kegiatan yang sama. Contohnya
usaha ternak unggas, budidaya ikan, penggemukan kambing dan sapi,
kerajinan meja-kursi bambu, dan lain-lain.
Pemilihan jenis usaha tergantung kondisi daerah, potensi, dan peluang
yang dimiliki oleh masing-masing warga belajar. Prosedurnya, warga belajar
yang berniat mengembangkan usaha yang sejenis diminta membuat proposal
bantuan pinjaman dana kepada penyelenggara. Penyelenggara kemudian
43
melakukan kajian proposal dan jenis usaha yang diajukan. Bila dinilai layak
untuk dilaksanakan maka penye-lenggara membantu warga belajar
mendapatkan pinjaman dana usaha dari lembaga “pra-koperasi” warga
belajar, yaitu lembaga keuangan pendukung program keber-aksaraan dan
keberdayaan masyarakat yang pembentukannya diprakarsai oleh tim
pengembang dan penyelenggara yang bertindak untuk dan atas nama
pemerintah dan masyarakat desa.
Pra-koperasi berperan sebagai penyedia dan penyalur pinjaman dana,
menyalurkan hasil usaha setiap kelompok belajar usaha kepada users atau
pasar, dan mengembangkan dana usaha lembaga pra-koperasi itu sendiri.
3. Pemberdayaan jaringan kerja dan pendampingan
Sebenarnya, pembelajaran pendidikan keaksaraan hanya merupakan
entry point bagi program pemberdayaan masyarakat sebagaimana prinsip
pembelajaran berbasis masyarakat. Pada gilirannya, penyelenggara dan
masyarakat harus berupaya memberdayakan diri dan berbagai institusi yang
ada di dalam entitas mereka untuk meningkatkan keberdayaan mereka
sendiri. Oleh karena itu di dalam proses pembelajaran keaksaraan dan
aktivitas pemberdayaan masyarakat diperlukan jaringan kerja dan kerja sama
antar berbagai pihak.
Berikut ini adalah contoh lembaga mitra dalam jaringan kerja dan
bentuk kerja samanya dengan penyelenggara.
Pendampingan adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak lain di
luar penyelenggara yang bermaksud membantu tercapainya tujuan
penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan sebagai entry point
program pemberdayaan masyarakat.
Pendamping dan pihak penyelenggara secara bersama-sama
melakukan berbagai kegiatan yang telah disepakati untuk mendapatkan
pendampingan. Aspek-aspek pendampingan ditentukan bersama antara
44
penyelenggara dengan lembaga pendamping sebagaimana tercantum di
bawah ini.
a. Pendanaan
b. Manajemen penyelenggaraan
c. Manajemen Pembelajaran
d. Pembentukan dan penguatan kelembagaan
e. Membangun jaringan kerja dan kemitraan
Pendampingan merupakan proses transformasi pengetahuan dan
keterampilan dari pihak pendamping kepada penyelenggara. Sifat dan prinsip
pendampingan hanya sementara. Artinya, kegiatan pendampingan pada tiap
tahapan penyelenggaraan program akan berkurang dan berhenti sama sekali
manakala keberdayaan penyelenggara dan masyarakat selaku stake holder
program yang sebenar-benarnya sudah pada tataran mandiri.
(lihat panduan pendampingan)
45
2) Lembaga mitra
a) Praktik keterampilan usaha
b) Produksi dan pemasaran
46
BAB IV
PENUTUP
A. Prasyarat Model
Ujicoba pengembangan model pendidikan keaksaraan pembelajaran
individual berbasis rekrutmen sekuensial ini dimaksudkan sebagai salah satu
alternatif penye-lenggaraan dan pembelajaran pada program pendidikan
keaksaraan yang mengako-modasi keunikan masing-masing warga belajar yang
individualistik, yaitu: 1) motivasi belajar; 2) kebutuhan belajar; 3) bakat yang
dapat dikembangkan; 4) potensi yang dapat diberdayakan; 5) peluang yang
dapat dimanfaatkan; 6) tingkat ekonomi pen-dapatan; dan 7) usia warga belajar.
Di dalam model ini digambarkan berbagai komponen lain yang secara
otomatis mengalami pengembangan baik di dalam pengertiannya maupun di
dalam pelak-sanaannya.
Sesuai dengan tujuan pengembangan yang sudah disebutkan sebelumnya
maka model rekrutmen sekuensial ini tepat untuk dilaksanakan pada masyarakat
dan daerah dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Aparat/ pemerintah desa bersedia menjadi penyelenggara sekaligus sebagai
motivator terutama bagi warga belajar
2. Aparat/ pemerintah desa bersedia membentuk lembaga penyelenggara
program pendidikan nonformal pasca ujicoba
3. Terdapat banyak warga masyarakat yang memenuhi kriteria sebagai warga
belajar tetapi rumah tinggalnya berjauhan
4. Kompetensi keaksaraan awal warga belajar tidak sama/ heterogen karena
perbedaan latar belakang pendidikan
5. Perbedaan latar belakang pekerjaan yang menyebabkan perbedaan waktu
luang yang dapat digunakan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
6. Perbedaan kebutuhan, tujuan belajar, potensi, dan peluang usaha yang dapat
dikembangkan pasca-pembelajaran keaksaraan
47
7. Tersedia sumber daya lokal yang dapat diberdayakan sebagai pendidik,
penye-lenggara dan pengelola program serta sumber dukungan lainnya
8. Memiliki berbagai potensi yang dapat diolah dan dikembangkan untuk
mendukung keseluruhan kegiatan penyelenggaraan dan pembelajaran
pendidikan keaksaraan sebagai entry point pemberdayaan masyarakat yang
dikemas di dalam program pendidikan keaksaraan lanjutan.
B. Efektivitas Model
1. Dari segi kuantitas jumlah warga belajar yang dapat dilayani lebih banyak
karena kesertaan mereka tidak dibatasi oleh ketentuan administrasi berupa
batasan waktu belajar sebagaimana program pendidikan keaksaraan yang
diselenggarakan secara reguler. Artinya, penyelenggara dapat menampung
berapapun jumlah warga belajar sesuai dengan jumlah tenaga pendidik yang
tersedia. Warga masyarakat yang memenuhi kriteria dapat mendaftar menjadi
warga belajar kapan saja manakala yang bersangkutan menghendaki
sebagaimana prinsip multy entry kesertaan warga belajar pada program
pendidikan nonformal.
2. Dari segi kualitas, hasil belajar seharusnya lebih baik karena pembelajaran
dilakukan dengan pendekatan individual (each one teach one) sesuai dengan
perbedaan-perbedaan individualistik yang melekat pada masing-masing
warga belajar. Pembelajaran individual tersebut memungkinkan proses yang
lebih intensif. Seorang warga belajar diampu oleh seorang tutor, materi dan
cakupan kedalaman materi sesuai sesuai tingkat keberaksaraan warga
belajar. Pemanfaatan waktu oleh warga belajar dan tutor pada saat proses
pembelajaran berlangsung.
3. Proses rekrutmen, perlakuan pembelajaran, dan evaluasi secara individual
memungkinkan proses kontrol yang lebih objektif. Hasilnya dapat digunakan
untuk menentukan kebijakan dan pemberian program lanjutan yang tepat
yang mengakomodasi perbedaan individu setiap warga belajar. Warga belajar
48
dengan kompetensi keaksaraan dan kecepatan belajar yang lebih tinggi
memungkinkan untuk mendapatkan hak pembelajaran lanjutan lebih awal
dibanding warga belajar lainnya.
4. Pola pembelajaran dengan mengakomodasi perbedaan individual ini dapat
diapli-kasikan di berbagai daerah dengan karakteristik lingkungan dan sosial
budaya yang berbeda. Pilihan komponen program yang hendak digunakan di
dalam penyeleng-garaannya juga disesuikan dengan kebutuhan masing-
masing daerah dan penye-lenggara.
49
banyak tenaga untuk kegiatan lainnya, misalnya pendampingan dan
pemantauan
5. Kegiatan pendampingan belum tentu dapat dilakukan oleh sumber daya lokal
ka-rena beberapa alasan. Misalnya keterbatasan dana untuk operasional dan
tidak adanya sumber daya lokal yang mampu berperan sebagai pendamping
6. Sekuensi proses yang berulang dan saling terkait antara satu kegiatan
dengan kegiatan lainnya membutuhkan lebih banyak orang dengan kapasitas
yang ber-beda, baik yang berperan sebagai tenaga pendidik dan
kependidikan, maupun yang berperan sebagai sumber dukungan.
Konsekuensinya, perlu lebih banyak dana untuk operasional termasuk
kompensasi kepada semua pihak yang berkontribusi
7. Dibutuhkan lebih banyak sarana pembelajaran yang variatif sesuai kebutuhan
belajar setiap warga belajar terutama sarana pembelajaran keaksaraan
lanjutan berupa tempat, bahan, alat, dan modal untuk kegiatan dan usaha
keterampilan tertentu.
8. Perlu lebih banyak nara sumber teknis untuk pembelajaran keaksaraan
lanjutan terutama pembelajaran keterampilan yang dapat digunakan sebagai
mata pencaharian sesuai kebutuhan masing-masing warga belajar.
Konsekuensinya, perlu dana untuk kompensasi yang lebih besar pula.
50
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Panduan Penyelenggaraan
2. Panduan rekrutmen calon warga belajar
3. Panduan pembelajaran keaksaraan dasar
4. Panduan penyusunan bahan ajar
5. Panduan evaluasi kemajuan dan hasil pembelajaran keaksaraan dasar
6. Panduan pembelajaran keaksaraan lanjutan
7. Panduan evaluasi kemajuan dan hasil pembelajaran keaksaraan lanjutan
8. Panduan pembentukan kelompok usaha dan pra-koperasi
9. Panduan pembentukan jaringan kerja dan pendampingan
10. Panduan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan
51