Anda di halaman 1dari 20

Nama: Maulana hadi Saputra

Kelas: Matematika A`19


NPM: 2191000210070
Tugas UAS Rangkuman materi 1-9
BAB.1 PRINSIP PERKEMBANGAN KURIKULUM
Pengertian pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, di dalamnya mencakup:
perencanaan, penerapan, dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun
kurikulum Ketika pekerjaan kurikulum membuat keputusan dan mengambil Tindakan untuk
menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik.
Prinsip-prinsip dasar dalam pengembangan kurikulum
1.Prinsip relevansi; kurikulum merupakan rel-nya pendidikan untuk membawa siswa dapat hidup
sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat serta membekali siswa baik dalam
pengetahuan,sikap maupun keterampilan sesuai dengan tuntunan dan harapan masyarakat. Oleh
sebab itu,pengalaman-pengalaman belajar yang disusun dalam kurikulum harus relevan dengan
kebutuhan masyarakat. inilah yang dimaksud prinsip relevansi. Ada dua macam relevansi,yaitu
relevansi internal  dan relevansi eksternal. Relevansi internal adalah bahwa setiap kurikulum
harus memiliki keserasian antara komponen-komponennya,yaitu serasi antara tujuan yang harus
dicapai,isi,materi atau pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa,strategi atau metode yang
digunakan serta alat penilaian untuk melihat ketercapaian tujuan. Relevansi internal ini
menunjukkan keutuhan suatu kurikulum.
2.      Prinsip efisiensi; prinsip efisiensi berhubungan dengan perbandingan antar
tenaga,waktu,suara,dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh kurikulum dikatakan
memiliki tingkat efisiensi yang tinggi apabila dengan sarana,biaya yang minimal dan waktu yang
terbatas dapat memperoleh hasil yang maksimal. Betapa pun bagus dan idealnya suatu
kurikulum,manakala menuntut peralatan,sarana dan prasarana yang khusus serta mahal
harganya,maka kurikulum itu tidak praktis dan sukar untuk di laksanakan. Kurikulum harus
dirancang untuk dapat digunakan dalam segala keterbatasan.  
3.       Prinsip efektivitas; prinsip efektivitas berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum
dapat dilaksanakan dan dapat dilaksanakan dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.
Terdapat dua sisi efektivitas dalam suatu pengembangan kurikulum. Pertama, efektivitas
berhubungan dengan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas mengimplementasikan kurikulum
di dalam kelas. Kedua, efektivitas kegiatan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar.
4.      Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungan antara berbagai tingkat sekolah,dan
antara berbagai tingkat bidang studi dalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara
horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan
kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara
jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
5. Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan
memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya
penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu
berkembang, serta kemampuan dan latar belakang peserta didik Prinsip fleksibilitas memiliki dua
sisi: Flexible dalam memilih program pendidikan serta fleksibilitas dalam mengembangkan
program pengajaran.
Adapun Prinsip-prinsip dasar  khusus dalam  pengembangan kurikulum yaitu:
1.      Berkenaan dengan tujuan pendidikan
Perumusan  komponen-komponen kurikulum hendaknya mengacu pada tujuan  pendidikan.
Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau berjangka
panjang,menegah,jangka pendek.
2.      Berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan
Dalam memilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang telah ditentukan
para perencana kurikulum
Berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan.
3.      Berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar
Pemilihan proses belajar-mengajar yang digunakan hendaknya memperhatikan hal-hal apakah
metode atau teknik belajar-mengajar yang digunakan cocok untuk mengajar bahan pelajaran  
4.      Berkenaan dengan pemilihan media dan alat pembelajaran.
Proses belajar yang baik perlu didukung oleh penggunaan media dan alat-alat bantu
pembelajaran yang tepat.
5.        Berkenaan dengan pemilihan kegiatan
Penilaian merupakan bagian intergral pengajaran,perlu diperhatikan:
a.       Penyusunan alat penilaian (test)
b.      Perencanaan suatu penilaian
c.       Pengolahan hasil penilaian

BAB.2 PENGEMBANGAN KURIKULUM


Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum merupakan perubahan dan perbaikan pada kurikulum yang meliputi tahap
permulaan, penerapan dan tahap evaluasi.
Tahapan-tahapan pengembangan kurikulum adalah sebagi berikut :

1. Tahap perencanaan. Langkah awal dalam pengembangan kurikulum ini diisi dengan tahapan berpikir,
pengambilan keputusan dan pengambilan langkah tindakan.

2. Tahap penerapan. Tahapan ini merupakan pelaksanaan atau tindakan, yakni mengenai bagaimana
kurikulum itu harus disampaikan kepada sasaran atau siswa.

3. Tahap evaluasi. Langkah akhir dalam pengembangan kurikulum ini mengandung pelaksanaan berupa
menilai dan melihat keberhasilan pengembangan kurikukum terhadap siswa. Atas hasil penilaian dan
pengamatan itulah diputuskan perlu atau tidaknya melakukan revisi.

Landasan-landasan Pengembangan Kurikulum

Landasan Filosofis Berfikir filsafat berarti berpikir secara menyeluruh, sistematis, logis dan radikal.
Berfikir menyeluruh mengandung arti bahwa filsafat bukan hanya sekedar pengetahuan melainkan juga
suatu pandangan yang dapat menembus sampai di balik pengetahuan itu sendiri. Sistematis berarti
filsafat menggunakan berfikir secara sadar, teliti dan teratur sesuai dengan hukum-hukum yang ada.

Landasan Psikologis Kondisi psikologis merupakan karakteristik psiko-fisik seseorang sebagai individu,
yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku dalam interaksi dengan lingkungannya. Perilaku-
perilaku tersebut merupakan manifestasi dari ciri-ciri kehidupannya, baik yang tampak maupun yang
tidak tampak, perilaku kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi
antar individu, interaksi ini membutuhkan saling pengertian dan pemahaman sehingga psikologi secara
umum sangat membantu. adanya keunikan dan perbedaan yang sangat mendasar antara masing-masing
individu dalam hal bakat, minat maupun potensi juga juga memerlukan pemahaman psikologis.

Landasan Sosial Budaya Peserta didik berasal dari masyarakat dan merupakan bagian dari masyarakat,
karena itu pendidikan diadakan untuk mempersiapkan peserta didik terjun dalam lingkungan
masyarakat. Dengan demikan maka penyusunan kurikulum hendaknya senantiasa mencerminkan
kebutuhan masyarakat, dimana salah satu ciri dari masyarakat adalah senantiasa berkembang dan
mengalami perubahan, sehingga kurikulum dalam pendidikan pun senantiasa mengalami
perkembangan.

Landasan Organisatoris Landasan organisatoris adalah kerangka umum program-program pengajaran


yang akan disampaikan kepada peserta didik. Landasan organisatoris adalah landasan yang paling
mendasar, karena kurikulum akan berjalan dengan baik jika diorganisasikan dengan baik pula, hal ini
untuk memudahkan pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga guru dapat lebih mudah dalam
menyajikan bahan-bahan pelajaran yang beragam kepada peserta didik.

Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini
sangat pesat, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi. Apabila tidak mampu mengikuti laju
perkembangan dan teknologi maka seseorang dianggap “ketinggalan zaman.” Karena itu menjadi sangat
penting bagi kurikulum untuk mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
mampu memberi bekal bagi peserta didik untuk menyongsong masa depan.
Landasan Empirik Pendidikan yang berjalan saai ini didorong oleh kepentingan untuk menjawab
berbagai masalah, diantaranya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat yang
memunculkan tuntutan baru dalam berbagai aspek kehidupan seperti diterapkannya system demokrasi,
desentralisasi, keadilan yang masuk dalam system pendidikan.

Landasan Yuridis Adapun landasan kurikulum dari tahun 1994 sampai kurikulum 2013 yaitu: 1. UUD
1945 dan perubahannya Bab XIII tentang pendidikan dan kebudayaan pasal 31. 2. UU No. 2 tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional. 3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 060/U/1993.
4. TAP MPR No. IV/MPR/1999 GBHN 5. UU No. 22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah 6. PP No. 25
tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom. 7. UU
No. 20 tahun 2003 tentak Sisdiknas. 8. PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional. 9.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tentang pelaksanaan Standar Isi dan No. 23 tentang
Standar Kompetensi Lulusan 10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tentang pelaksanaan
Standar Isi Jenjang SD/MI. 11. PP Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses
Pendidikan Tingkat Sekolah Dasar. 12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 54 tahun
2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan. 13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 64
tahun 2013 tentang Standar Isi. 14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 65 tahun 2013
tentang Standar Proses. 15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 66 tahun 2013 tentang
Standar Penilaian. 16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 67 tentang Kompetensi Dasar
dan Struktur Kurikulum SD/MI.

BAB.3 MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

PENGERTIAN MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

Model adalah pola-pola penting yang berguna sebagai pedoman untuk melakukan suatu tindakan.
Model dapat ditemukan dalam hampir setiap bentuk kegiatan pendidikan, seperti model pengajaran,
model adtninistrasi, model evaluasi, model supervisi dan model lainnya. Dengan menggunakan model
pada perkembangan kurikulum dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

1. The Administrative Model Model pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama dan
paling banyak dikenal. Diberi nama model administrative atau line staff karena inisiatif dan gagasan
pengembangan datang dari para administrator pendidikan 6 dan menggunakan prosedur administrasi.
Dengan wewenang administrasinya, administrator pendidikan (apakah dirjen, direktur atau kepala
kantor wilayah pendidikan dan kebudayaan) membentuk suatu komisi atau tim pengarah
pengembangan kurikulum.

2. The Grass Roots Model Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan
upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau
sekolah. Model pengembangan kurikulum yang pertama, digunakan dalam system pengolahan
pendidikan/kurikulum yang bersifat sentralisasi, sedangkan model grass roots akan berkembang dala
system pendidikan yang disentralisasi.
3. Beauchamp’s System Model pengembangan kurikulum ini, dikembangkan oleh Beauchamp seorang
ahli kurikulum. Beauchamp mengemukakan lima hal di dalam pengembangan suatu kurikulum.

4. The Demonstration Model Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass roots, datang dari bawah.
Model ini diperkasai oleh sekelompok guru bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan
perbaikan kurikulum. Model ini umumnya berskala kecil, hanya mencakup suatu atau beberapa sekolah,
suatu komponen kurikulum atau mencakup keseluruhan komponen kurikulum. Karena sifatnya ingin
mengubah atau mengganti kurikulum yang ada, pengembangan kurikulum yangs sering mendapat
tantangan dari pihak-pihak tertentu.

5. Taba’s Inverted Model Menurut cara yang bersifat tradisional pengembangan kurikulum dilakukan
secara deduktif, dengan urutan: 1) Penentuan prinsip-prinsip dan kebijakan dasar. 2) Meumuskan desain
kurikulum yang bersifat menyeluruh di dasarkan atas komitmen-komitmen tertentu. 3) Menyusun unit-
unit kurikulum sejalan dengan desain yang menyeluruh. 4) Melaksanakan kurikulum di dalam kelas.
Taba berpendapat model deduktif ini kurang cocok, sebab tidak merangsang timbulnya inovasi-inovasi.
Menurutnya pengembangan kurikulum yang lebih mendorong inovasi dan kreativitas-kreativitas guru-
guru adalah yang bersifat induktif, yang merupakan inverse atau arah terbalik dari model tradisional.

6. Roger’s Interpersonal Relation Model Meskipun Rogers bukan seorang ahli pendidikan (ia ahli
psikologi atau psikoterapi) tetapi konsep-konsepnya tenteng psikoterapi khususnya bagaimana
membimbing individu juga diterapkan dalam bidang pendidikan dan pengembangan kurikulum.
Memang iya banyak mengemukakan konsepnya 12 tentang perkembangan dan perubahan individu.
Menurut When Crosby (1970: 388) perubahan kurikulum adalah perubahan individu.

7. The Systematic Action-Research Model Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa
perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial. Hal itu mencakup suatu proses yang 14
melibatkan kepribadian orang tua, siswa, guru, struktur system sekolah, pola hubungan pribadi dan
kelompok dari sekolah dan masyarakat. Sesuai dengan asumsi tersebut model ini menekankan pada tiga
hal itu: hubungan insan, sekolah dan organisasi masyarakat, serta wibawa dari pengetahuan
professional.

8. Emerging Technical Models Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai
efisiensi efektivitas dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan modelmodel kurikulum. Tumbuh
kecenderungan-kecenderungan baru yang didasarkan atas hal itu, diantaranya: 1) The Behavioral
Analysis Model The Beehavioral Analysis model, menekankan penguasaan perilaku atau kemampuan.
Suatu perilaku/kemampuan yang kompleks diuraikan menjadi perilaku-perilaku yang sederhana yang
tersusun 15 secara hierarkis. Siswa mempelajari perilaku-perilaku tersebut secara berangsur-angsur
mulai dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks. 2) The System Analysis Model The System
Analysis Model berasal dari gerakan efisiensi bisnis. Langkah pertama dari model ini adalah menentukan
spesifikasi perangkat hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Langkah kedua adalah menyusun
instrument untuk menilai ketercapaian hasil-hasil belajar tersebut. Langkah ketiga, mengidentifikasi
tahap-tahap ketercapaian hasil serta perkiraan biaya yang diperlukan. Langkah keempat,
membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa program pendidikan. 3) The Computer based
model The Computer-Based Model, suatu model pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan
komputer. Pengembangannya dimulai dengan mengidentifikasi seluruh unit-unit kurikulum, tiap unit
kurikulum telah memiliki rumusan tentang hasil-hasil yang diharapkan. Kepada para siswa dan guru-guru
diminta untuk melengkapi pertanyaan tentang unit-unit kurikulum tersebut. Setelah diadakan
pengolahan disesuaikan dengan kemampuan dan hasil-hasil belajar yang dicapai siswa disimpan dalam
computer.

BAB.4 KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM

Komponen adalah bagian yang integral dan fungsional yang tidak terpisahkan dari suatu sistem
kurikulum karena komponen itu sendiri mempunyai peranan dalam pembentukan sistem
kurikulum. Sebagai sebuah sistem, kurikulum mempunyai komponen-komponen. Seperti halnya
dalam sistem manapun, kurikulum harus mempunyai komponen lengkap dan fungsional baru
bisa dikatakan baik. Sebaliknya kurikulum tidak dikatakan baik apabila didalamnya terdapat
komponen yang tidak lengkap sekarang dipandang kurikulum yang tidak sempurna.
Komponen-komponen kurikulum
1. Tujuan Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah 1975/1976 dikenal kategori tujuan
sebagai berikut. Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan jangka panjang, tujuan ideal
pendidikan bangsa Indonesia. Tujuan isntitusional merupakan sasaran pendidikan suatu lembaga
pendidikan. Tujuan kurikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu program studi. Tujuan
instruksional merupakan target yang harus dicapai oleh suatu mata pelajaran. Tujuan ini dirinci
lagi menjadi tujuan instruksional khusus dan umum yang merupakan tujuan pokok bahasan.
Tujuan pendidikan nasional yang berjangka panjang merupakan suatu tujuan pendidikan umum,
sedangkan tujuan instruksional yang berjangka waktu cukup pendek merupakan tujuan yang
bersifat khusus.
2. Bahan Ajar siswa belajar dalam bentuk bentuk interaksi dengan lingkungannya. Tugas utama
seorang guru adalah menciptakan lingkungan tersebut untuk mendorong siswa melakukan
interaksi yang produktif dan memberikan pengalaman belajar yang dibutuhkan. Untuk mencapai
tujuan mengajar yang telah ditentukan diperlukan bahan ajar. Bahan ajar tersusun atas topik-
topik dan sub-subtopik tertentu. Tiap topik atau subtopik mengandung ide-ide pokok yang
relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Topik atau subtopik tersebut tersusun dalam
sekuens tertentu yang membentuk sekuens bahan ajar.
3. Strategi Mengajar ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam mengajar. Rowntree
(1974: 93-97) membagi strategi mengajar itu atas Exposition Discovery Learning dan Groups -
Individual Learning. Ausubel dan Robinson (1969: 43-45) membaginya atas strategi Reception
Learning - Discovery Learning dan Rote Learning -Meaningful Learning.
4. Media Mengajar
Rowntree (1974: 104-113) mengelompokkan media mengajar menjadi lima macam dan disebut
Modes, yaitu :
Interaksi Insani
Media ini merupakan komunikasi langsung antara dua orang atau lebih. Interaksi insani dapat
berlangsung melalui komunikasi verbal atau nonverbal. Komunikasi yang bersifat verbal
memegang peranan penting terutama dalam perkembangan segi kognitif siswa. Untuk
pengembangan segi afektif, bentuk komunikasi nonverbal seperti perilaku, penampilan fisik,
roman muka, gerak-gerik, sikap dan lain-lain. Intensitas interaksi insani dalam metode ceramah
lebih rendah dibandingkan dengan metode diskusi, permaian, simulasi, sosiodrama dan lain-lain.
Realita
Realita merupakan bentuk perangsang nyata seperti orang, binatang, benda, peristiwa dan
sebagainya yang diamati siswa. Dalam interaksi insani siswa berkomunikasi dengan orang-
orang, sednagkan dalam realita orang-orang tersebut hanya menjadi objek pengamatan, objek
studi siswa.
Pictorial
Media ini menunjukkan penyajian berbagai bentuk gambar dan diagram nyata ataupun simbol,
bergerak atau tidak, dibuat diatas kertas, film, kaset, disket dan media lainnya. Media pictorial
mempunyai banyak keuntungan karena hamper semua bentuk, ukuran, kecepatan, benda,
makhluk dan peristiwa dapat disajikan dalam media ini.
Simbol tertulis
Simbol tertulis merupakan media penyajian informasi yang paling umum tetapi tetap efektif. Ada
beberapa macam bentuk media simbol tertulis seperti buku teks, buku paket, paket progam
belajar, modul dan majalah. Penulisan symbol tertulis biasanya dilengkapi dengan media
pictorial.
Rekaman suara
Rekaman suara dapat disajikan secara tersendiri atau digabung dengan media pictorial.
Penggunaan rekaman suara tanpa gambar dalam pengajaran bahasa cukup efektif.

5. Evaluasi Pengajaran
Evaluasi ditujukan untuk menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan.
Evaluasi hasil belajar-mengajar
Menurut lingkup luas bahan dan jangka waktu belajar dibedakan antara evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Evaluasi formatif ditujukan untuk menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-
tujuan belajar dalam jangka waktu yang relative pendek. Tujuan utama dari evaluasi formatif
digunakan untuk menilai penguasaan siswa setelah selesai mempelajari satu pokok bahasan.
Hasil evaluasi ini terutama digunakan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar dan
membantu mengatasi kesulitan belajar siswa.
Evaluasi sumatif ditujukan untuk menilai penguasaan siswa terhadap tujuan yang lebih luas,
sebagai hasil usaha belajar dalam jangka waktu yang cukup lama, satu semester, satu tahun atau
selama jenjang pendidikan. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah, evaluasi sumatif
dimaksudkan untuk menilai kemajuan belajar siswa serta menilai efektivitas program secara
menyeluruh.
Untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan yang telah ditentukan atau bahan
yang telah diajarkan ada dua macam norma yang digunakan, yaitu norm referenced dan criterion
referenced (Chauhan, 1979: 170-177, Grondlund (1976: 18-19), Thorndike, 1976:654). Dalam
criterion referenced penguasaan siswa yang diukur dengan suatu tes hasil belajar dibandingkan
dengan suatu kriteria tertentu. Dengan demikian, criterion referenced memiliki suatu kriteria
standar. Sedangkan norm referenced tidak ada kriteria sebagai standar, penguasaan siswa
dibandingkan dengan tingkat penguasaan kawan-kawannya satu kelompok. Dengan demikian
norma yang digunakan adalah norma kelompok yang lebih bersifat relatif. Dalam implementasi
kurikulum atau pelaksanaan pengajaran, criterion referenced digunakan pada evaluasi formatif,
sedangkan norm referenced digunakan pada evaluasi sumatif.
Evaluasi pelaksanaan mengajar
Stufflebeam dan kawan-kawan (1977: 234) mengutip model evaluasi dari EPIC, bahwa dalam
program mengajar komponen-komponen yang dievaluasi meliputi: komponen tingkah laku yang
mencakup aspek (subkomponen) kognitif, afektif dan psikomotor: komponen mengajar
mencakup subkomponen isi, metode, organisasi, fasilitas dan biaya; dan komponen populasi
yang mencakup siswa, guru, administrator, spesialis pendidikan, keluarga dan masyarakat.
Untuk mengevaluasi komponen dan proses pelaksanaan mengajar bukan hanya digunakan tes
tetapi juga digunakan bentuk-bentuk nontes, seperti observasi, studi dokumentari, analisis hasil
pekerjaan, angket dan checklist. Evaluasi dapat dilakukan oleh guru atau oleh pihak yang
berwenang seperti Kepala Sekolah dan Pengawas, tim evaluasi Kanwil atau Pusat.
6. Penyempurnaan Pengajaran
Sesuai dengan komponen-komponen yang dievaluasi, pada dasarnya semua komponen mengajar
mempunyai kemungkinan untuk disempurnakan. Suatu komponen mendapat prioritas lebih dulu
atau mendapatkan penyempurnaan lebih banyak, dilihat dari peranannya dan tingkat
kelemahannya (Rowntree, 1974: 150-151). Penyempurnaan juga mungkin dilakukan secara
langsung begitu didapatkan suatu informasi umpan balik atau ditangguhkan sampai jangka waktu
tertentu bergantung pada urgensinya dan kemungkinannya mengadakan penyempurnaan.
Penyempurnaan mungkin dilaksanakan sendiri oleh guru, tetapi dalam hal-hal tertentu mungkin
dibutuhkan bantuan atau saran orang lain baik sesame personalia sekolah atau ahli pendidikan
dari luar sekolah. Penyempurnaan juga bersifat menyeluruh atau hanya menyangkut bagian-
bagian tertentu. Semua hal tersebut bergantung pada kesimpulan-kesimpulan hasil evaluasi.
Keterkaitan antara komponen satu dengan lainnya
Keterkaitan antara komponen-komponen kurikulum tersebut ialah program kurikulum berisi
jenis-jenis mata pelajaran yang diajarkan dan berisi program dari masing-masing mata pelajaran
yang berupa uraian dalam bentuk pokok bahasan yang dilengkapi dengan mengacu kepada
tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam mata pelajaran yang bersangkutan. Isi dari program-
program kurikulum ini disesuaikan dengan tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dicapai malalui
sekolah tersebut baik secara keseluruhan maupun dalam mata pelajaran. Untuk mewujudkan
tujuan-tijuan tersebut digunakan strategi pelaksanaan suatu kutikulum yang tergambar dari cara
yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran, cara dalam menilai dan cara dalam mengatur
kegiatan sekolah secara keseluruhan. Jadi untuk mencapai tujuan pendidikan komponen-
komponen kurikulum ini saling berkaitan membentuk sebuah sitem yang utuh.

BAB.5 KURIKULUM 2013


Kerangka Dasar Kurikulum 2013

1.Landasan Filosofis Landasan filosofis didasarkan pada landasan filosofi pendidikan yang mana berbasis
pada nilainilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik dan masyarakat serta kurikulum
berorientasi pada pengembangan kompetensi. Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum
menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses
pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat
dan lingkungan alam disekitarnya.

2.Landasan Teoritis Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar”
(standard-based education) dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum).
Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warga
negara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar sarana pra sarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar
penilaian.

3.Landasan Konseptual Secara konseptual, kurikulum dikembangkan memperhatikan prinsip relevansi.


Prinsip ini merupakan prinsip dasar yang paling dasar dalam sebuah kurikulum, prinsip ini juga bisa
disebut sebagai rohnya kurikulum. Prinsip relevansi sendiri berarti sebuah kurikulum harus relevan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga siswa mempelajari iptek yang benar-
benar terbaru yang memungkinkan mereka memiliki wawasan dan pemikiran yang sejalan dengan
perkembangan zaman. Landasan Konseptual Secara konseptual, kurikulum dikembangkan
memperhatikan prinsip relevansi. Prinsip ini merupakan prinsip dasar yang paling dasar dalam sebuah
kurikulum, prinsip ini juga bisa disebut sebagai rohnya kurikulum.

Karakteristik dan Tujuan Kurikulum 2013

Perkembangan kurikulum dalam dunia pendidikan di Indonesia akan senantiasa berubah mengikuti
perkembangan zaman yang ada. Ditambah, dengan setiap pergantian menteri pendidikan juga akan
mewarnai perkembangan kurikulum yang ada. Yang dimana dengan perkembangan kurikulum tersebut
memunculkan karakteristik kurikulum yang berbeda pula dari sebelumnya. Adapun mengenai Kurikulum
2103 juga memiliki karakteristik, diantaranya : Mengembangkan sikap spritual dan sosial, rasa ingin
tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik secara seimbang.

wujud strategi implementasi Kurikulum 2013


Strategi Implementasi Pengembangan Kurikulum 2103 mengacu pada pengertian pengembangan
kurikulum sebagai”..the process of palnning, implementing, and evaluating learning opportunities
intended, to produce desired changes in learners” (Murray: 1993), strategi implementasi
pengembangan kurikulum berbasis kempetensi memiliki tiga tahap, yaitu merancang,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi. Selain itu, juga terdapat kegiatan dalam administrasi
kurikulum, diantaranya :

1.Menyusun jadwal rencana kegiatan tahunan dan pelaksanaan program.

2.Melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar.

3.Mengatur pelaksanaan pengisian buku laporan pribadi.

4.Melaksanakan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler.

5.Melaksankan evaluasi belajar tahap akhir.

6.Mengatur alat perlengkapan pendidikan.

7.Melaksanakan kegiatan bimbingan dan penyuluhan.

8.Melakukan usaha-usaha peningkatan mutu guru.

Elemen Perubahan Kurikulum 2013

Didalam kurikulum 2013 terdapat beberapa perubahan yang menjadi ciri kurikulum 2103 yaitu Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Proses, Standar Isi dan Standar Penilaian. Empat standar tersebut
kemudian dijabarkan menjadi tujuh elemen, yaitu : Kompetensi lulusan, yakni adanya peningkatan dan
keseimbangan soft skill dan hard skill yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Kedudukan mata pelajaran (ISI), kompetensi yang sebelumnya merupakan turunan dari
mata pelajaran berubah mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi.

Kompetensi Inti

Kompetensi Inti Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) merupakan tingkat kemampuan
untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki seorang peserta didik SMA/MA
pada setiap tingkat kelas. Kompetensi Inti dirancang untuk setiap kelas. Melalui kompetensi inti,
sinkronisasi horisontal berbagai kompetensi dasar antarmata pelajaran pada kelas yang sama dapat
dijaga. Selain itu sinkronisasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada mata pelajaran yang sama pada
kelas yang berbeda dapat dijaga pula. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:

a. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;

b. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;

c. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan

d. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

BAB.6 KURIKULUM 2013 REVISI


Deskripsi kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan perangkat mata pelajaran dan program pendidikan berbasis sains
yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan dengan tujuan untuk
mempersiapkan lahirnya generasi emas bangsa indonesia, dengan sistem dimana siswa lebih
aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Titik beratnya, kurikulum 2013 ini bertujuan untuk
mendorong peserta didik atau siswa agar lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya,
bernalar, dan mempresentasikan apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima
materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan
penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.
Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, kurikulum 2013 lebih menekankan pada ketiga aspek,
yaitu menghasilkan peserta didik berakhlak mulia (afektif), berketerampilan (psikomotorik), dan
berpengetahuan (kognitif) yang berkesinambungan. Sehingga diharapkan agar siswa lebih
kreatif, inovatif dan lebih produktif.
Rasional Pengembangan Kurikulum 2013
Pengembangan kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
Konsep Dasar Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
Menurut Sudjana, pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh
pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Menurut Gulo
pembelajaran adalah untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan
belajar. Menurut Nasution, pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur
lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik, sehingga terjadi proses
belajar. Yang dimaksud lingkungan disini adalah ruang belajar, guru, alat peraga, perpustakaan,
laboratorium dan sebagainya yang relefan dengan kegiatan belajar siswa.
Proses pembelajaran dalam kurikulum 2013
Dalam kurikulum 2013 terdapat 2 proses pembelajaran, yaitu :
1. Pembelajaran Intrakulikuler
Pembelajaran intrakulikuler didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Proses pembelajaran intrakulikuler adalah proses pembelajaran yang berkenaan
dengan mata pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan dikelas, sekolah
dan masyarakat.
b. Proses belajar di SD/MI berdasarkan tema sedangkan di SMP/MTS, SMA/MA,
san SMK/MAK berdasarkan rencana pelaksanaan pemelajaran yang
dikembangkan guru.
c. Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif untuk
menuasai KD dan KI yang memuaskan.
d. Proses pembelajaran dikembangkan atas dasar karakteristik konten kompetensi.
e. Pembelajaran kompetensi untuk konten yang bersifat developmental dilaksanakan
berkesinambunganantara satu pertemuan dengan pertemuan lainnya.
f. Proses pembelajaran tidak langsung terjadi pada setiap kegiatan belajar yang
terjadi di kelas, sekolah, rumah dan masyarakat.
g. Proses pembelajaran dikembangkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif melalui
kegiatan mengamati, menanya, menganalisis, dan mengkomunikasikan.
h. Pembelajaran remidial dilaksanakan untuk membantu peserta didik menguasai
kompetensi yang masih kurang.
i. Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif dan
hasilnya segera diikuti dengan pelajaran remidial untuk memastikan penguasaan
kompetensi pada tingkat memuaskan.
2. Pembelajaran Ekstrakulikuler
Pembelajaran ekstrakulikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktifitas yang
dirancang sebagai kegiatan diluar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin setiap
minggu. Kegiatan ekstrakulikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan. Kegiatan
ekstrakulikuler wajib dinilai yang hasilnya digunakan sebagai unsur pendukung
kegiatan ntrakulikuler.

A. Model Model Pembelajaran yang Sesuai dengan Kurikulum 2013


Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Berdasarkan permendikbud nomor 65
tentang standar proses, model pembelajaran yang yang diutamakan dalam implementasi
kurikulum 2013 adalah :
1. Model Inquiry Learning
Langkah-langkah dalam model inquiry yaitu:
a. Observasi atau mengamati berbagai fenomena alam.
b. Mengajukan tentang fenomena yang dihadapi
c. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban
d. Mengumpulkan data yang terkait dengan dugaan
e. Merumuskan kesimpulan berdasarkan data yang telah dianalisis.
2. Model Discovery Learning
a. Stimulation (memberi stimulasi)
Guru memberikan stimulan dapat berupa bacaan, gambar, situasi, sesuai
dengan materi pembelajaran.
b. Problem statement (mengidentifikasi masalah)
Peserta didik diharuskan menemukan masalahapasaja yang dihadapi.
c. Data colllecting (mengumpulkan data)
Peserta didik diberi pengalaman mencari dan mengumpulkan data yang
dapat digunakan untuk menemukan solusi pemecahan masalah.
d. Data processing (mengolah data)
Melatih kemampuan logis dan aplikatif.
e. Verification (memferifikasi)
Mengarahkan peserta didik untuk mengecek kebenaran hasil pengolahan
data serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan.
f. Generalization (menyimpulkan)
Peserta didik dituntut untuk menggeneralisasikan hasil simpulannya pada
suatu kejadian.

3. Problem Based Learning


Model ini bertujuan untuk merangsang peserta didik untuk belajar melalui
berbagai permasalahan nyata. Langkah-langkah pembelajaran:
a. Mengorientasi peserta didik pada masalah
b. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran
c. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
e. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
4. Project Based Learning
Model ini bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan pada permasalahan
komplek yang diperlukan peserta didikdalam melakukan investigasi dan memahami
pemelajaran melalui investigasi.
a. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek.
b. Mendesain perencanaan proyek.
c. Menyusun jadwal sebagai langkah nyata dari sebuah proyek.
d. Memonitir kegiatan dan perkembangan proyek.
e. Menguji hasil.
f. Mengevaluasi kegiatan.

BAB.7 KURIKULUM 2006


Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau kurikulum 2006

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) atau kurikulum 2006 merupakan sebuah kurikulum
operasional pendidikan yang disusun oleh, dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di
Indonesia. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh
setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan(BSNP).

Landasan KTSP atau Kurikulum 2006


1. Landasan Empirik

a. Adanya kenyataan rendahnya kualitas pendidikan kita, baik dilihat dari sudut proses maupun hasil
belajar

b. Selama ini kurikulum yang bersifat sentralistis cenderung mengabaikan potensi dan kebutuhan
daerah yang berbeda

c. Selama ini peran sekolah dan masyarakat dalam perkembangan kurikulum bersifat pasif

2. Landasan Yuridis

a. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia N0. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

c. Standar Isi ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006

d. Standar Kompetensi Kelulusan ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 23 Tahun 2006

Karakteristik KTSP

Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuan pendidikan dapat
mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, profesionalisme tenaga
kependidikan, serta sistem penilaian.

Kelebihan dan kekurangan KTSP

1. Kelebihan KTSP Beberapa kelebihan KTSP, adalah sebagai berikut :

a. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan
kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan

b. KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat.

c. Menggunakan berbagai sumber belajar d. Kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinamis, dan
menyenangkan

e. Kurikulum sangat humanis, yaitu memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan isi
kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah, kemampuan siswa, dan kondisi daerah masing-masing

f. Mengembangkan ranah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan berdasarkan pemahaman yang akan
membentuk kompetensi peserta didik.

g. Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya kerjasama antar sekolah, masyarakat, dan unia
kerja yang membentuk kompetensi peserta didik.

2. Kekurangan KTSP Kekurangan KTSP adalah, sebagai berikut :

a. Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakkan satuan pendidikan
yang ada

b. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan
KTSP
c. Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik konsepnya,
penyusunannya, maupun prakteknya di lapangan

d. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak berkurang
pendapatan para guru.

BAB.8 KURIKULUM 2004

Sejarah Perubahan Kurikulum Berstandar Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Standar
Kompetensi (KTSP).
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi yang harus
dicapai siswa. Kurikulum ini cenderung Sentralisme Pendidikan, Kurikulum disusun oleh Tim Pusat
secara rinci; Daerah/Sekolah hanya melaksanakan. Kurikulum yang tidak disahkan oleh
keputusan/Peraturan Mentri Pendidikan ini mengalami banyak perubahan dibandingkan Kurikulum
sebelumnya baik dari orientasi, teori-teori pembelajaran pendukungnya bahkan jumlah jam pelajaran
dan durasi tiap jam pelajarannya.

Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi


Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi antara lain mencakup seleksi kompetensi yang sesuai,
spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan kesuksesan pencapaian kompetensi dan
pengembangan sistem pembelajaran.

Prinsip Kurikulum Berbasis Kompetensi

a. Keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur


Keyakina dan nilai-nilai yang dianut masyarakat berpengaruh pada sikap dan arti
kehidupannya, keimanan, nilai-nilai, dan budi pekrti luhur perlu digali, dipahami, dan diamalkan
oleh siswa.

b. Penguatan identitas Nasional


Penguatan identitas Nasional dicapai melalui pendidikan yang memberikan pemahaman
tentang kemajuan peradaban Bangsa Indonesia dalam tatanan peradaban dunia yang multi
cultural dan multi bahasa.

c. Keseimbangan etika, logika, dan kinestetika


Keseimbangan pengalaman belajar siswa yang multi etika, logika, estetika, dan kinestika
sangat dipertimbangkan dalam penyusunan Kurikulum dan hasil belajar.
d. Adaptasi terhadap abad pengetahuan dan teknologi
Kemampuan belajar mengakses, memilih, dan menilai pengetahuan untuk mengatasi
situasi yang cepat berubah dan penuh dengan ketidakpastian merupakan kompetensi penting
dalam menghadapi abad ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Pengembangan Kurikulum
dan Hasil Belajar mengepuyakan pencapain kompetensi.

e. Mengembangkan keterampilan hidup


Kurikulum dan hasil belajar memasukkan unsur keterampilan hidup agar siswa memiliki
keterampilan, sikap, dan perilaku adapatif, koompetetitif dalam menghadapi tantangan dan
tuntutan kehidupan sehari-hari secara efektef.

f. Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komperehensif


Sedangkan prinsip dasar kegiatan belajar mengajar yang dikembangkan dalam KBK
adalah mengembangkan kemampuan berfikir logis, kritis, kreatif, bersikap dan bertanggung
jawab pada kebiasaan dan perilaku sehari-hari melalui pembelajaran secara aktif yaitu :

 Berpusat pada siswa.


 Mengembangkan keingintahuan dan imajinasi.
 Memiliki semangat mandiri kerjasama dan berkompetensi perlu dilatih untuk terbiasa bekerja
mandiri, kerjasama dan berkompetens.
 Menciptakan kondisi yang menyenangkan.
 Mengembangkan kemampuan dan pengalaman belajar.
 Karakteristik mata pelajaran (Depdiknas,2003:10)

Landasan hukum KBK

a. Pancasila sebagai landasan filosofis pengembangan kurikulum nasional.


b. TAP MPR No.IV/1999/BAB IV.E, GBHN (1994-2004) bab V tentang “arah kebijakan
pendidikan”
c. UU RI No.22 tahun 1999 serta peraturan pemerintah No.25 tahun 2000 tentang otonomi daerah
dimana sebagai daerah yang otonom substansinya menuntut perubahan dalam pengelolaan
pendidikan.
6. Kelebihan dan kekurangan KBK

a. Kelebihan Kurikulum 2004


 Dalam pembelajaran adanya komunikasi dua arah antara guru dan siswa.
 Pembelajaran berpusat pada siswa.
 Penggunaan pendekatan dan metode yang bervariasi.
 Sumber belajar yang bervariasi.
b.      Kekurangan Kurikulum 2004
Kurangnya sumber manusia yang potensial dalam menjabarkan KBK dengan kata lain masih
rendahnya kualitas sorang guru, karena dalam KBK seorang guru dituntut untuk lebih kreatif
dalam menjalankan pendidikan.

Pengertian KTSP
KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang dikembangkan
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi dan karakteristik sekolah/ daerah, sosial budaya
masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik. Sekolah dan komite sekolah
mengembangkan kurikumum tingkat satuan pendidikan dan silabus berdasarkan kerangka dasar
kurukulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang
bertugas di bidang pendidikan.

Tujuan KTSP
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk mendirikan dan memberdayakan satuan
pendidikan melalui pemberikan kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan
mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam
pengembangan kurikulum.

Prinsip-prinsip KTSP
1. Berpusat pada potensi,perkembangan, kebutuhsn, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya.
2. Beragam dan terpadu.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
4. Releven dengan kebutuhan kehidupan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan.
6. Belajar sepanjang hayat .
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
a. Landasan Hukum KTSP
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

Kelebihan dan kekurangan KTSP

1. Kelebihan KTSP
 Dalam pembelajaran adanya komunikasi dua arah antara guru dan siswa.
 Pembelajaran berpusat pada siswa.
 Penggunaan pendekatan dan metode yang bervariasi.
 Sumber belajar yang bervariasi.
 seorang guru benar-benar digerakkan menjadi manusia yang professional yang menuntut
kekereatifitasan.
2.      Kekurangan KTSP
Minimnya sosialisasi dan kesiapan sarana dan prasarana pendukung pendidikan dan terutama
sekali kesiapan guru dan sekolah untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri.

BAB.9 KURIKULUM CBSA


Pengertian Pendekatan CBSA
CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat
secar fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar
secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pendekatan CBSA menuntut
keterlibatan mental vang tinggi sehingga terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-
aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan
konsep dan prinsip. Konsep CBSA yang dalam bahasa Inggris disebut Student Active Learning (SAL) dapat
membantu pengajar meningkatkan daya kognitif pembelajar. Kadar aktivitas pembelajar masih rendah
dan belum terpogram. Akan tetapi dengan CBSA para pembelajar dapat melatih diri menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Tidak untuk dikerjakan di rumah tetapi dikerjakan dikelas
secara bersama-sama.
Hakikat Pendekatan CBSA
Siswa pada hakekatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara jelas, maka
kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka mampu menampilkan potensi itu. Para guru dapat
menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada siswa sesuai dengan taraf perkembangannya, sehingga
mereka memperoleh konsep. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses
perolehan, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta
mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Proses belajar-mengajar seperti inilah yang dapat
menciptakan siswa belajar aktif.
Hakekat dari CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan belajar
mengajar yang memungkinkan terjadinya:
a. Proses asimilasi/pengalaman kognitif, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan
b. Proses perbuatan/pengalaman langsung, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya keterampilan
c. Proses penghayatan dan internalisasi nilai, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya nilai dan sikap
Prinsip-Prinsip Pendekatan CBSA
Prinsip CBSA adalah tingkah laku belajar yang mendasarkan pada kegiatan-kegiatan yang nampak, yang
menggambarkan tingkat keterlibatan siswa dalam proses belajar-mengajar baik intelektual-emosional
maupun fisik, Prinsip-Prinsip CBSA yang nampak pada 4 dimensi sebagai berikut:
a. Dimensi subjek didik : Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat serta dorongan-dorongan
yang ada pada siswa dalam proses belajar-mengajar. Keberanian tersebut terwujud karena memang
direncanakan oleh guru, misalnya dengan format mengajar melalui diskusi kelompok, dimana siswa
tanpa ragu-ragu mengeluarkani pendapat.
b. Dimensi Guru : Adanya usaha dan guru untuk mendorong siswa dalam meningkatka kegairahan serta
partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar. Kemampuan guru dalam menjalankan
peranannya sebagai inovator dan motivator. Sikap demokratis yang ada pada guru dalam proses belajar-
mengajar. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan cara serta tingkat
kemampuan masing-masing.
c. Dimensi Program Tujuan instruksional, konsep serta materi pelajaran yang memenuhi kebutuhan,
minat serta kemampuan siswa; merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan guru.Program
yang memungkinkan terjadinya pengembangan konsep maupun aktivitas siswa dalam proses
belajarmengajar.Program yang fleksibel (luwes); disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
d. Dimensi situasi belajar-mengajar Situasi belajar yang menjelmakan komunikasi yang baik, hangat,
bersahabat, antara guru-siswa maupun antara siswa sendiri dalam proses belajar-mengajar. Adanya
suasana gembira dan bergairah pada siswa dalam proses belajar-mengajar.
A. Konsep CBSA yang dalam bahasa Inggris disebut Student Active Learning (SAL) dapat membantu
pengajar meningkatkan daya kognitif pembelajar. Kadar aktivitas pembelajar masih rendah dan belum
terpogram. Akan tetapi dengan CBSA para pembelajar dapat melatih diri menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan kepada mereka. Tidak untuk dikerjakan di rumah tetapi dikerjakan dikelas secara
bersama-sama.
B. Dasar-Dasar Pemikiran CBSA Usaha penerapan dan peningkatan CBSA dalam kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) merupakan usaha “proses pembangkitan kembali” atau proses pemantapan konsep
CBSA yang telah ada.

Anda mungkin juga menyukai