Anda di halaman 1dari 6

Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai aspek yang mempengaruhinya, seperti

cara berpikir, sistem nilai yaitu moral, keagamaan, politik, budaya dan sosial, proses pengembanang,
kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat, maupun arah pendidikan. Pengembangan
kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum oleh Pengembang kurikulum dan
kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yamg dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan dalam
prosesn pendidikan.

Model Pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain
( desaining), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh
karena itu pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu prosessistem perencanaan
pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan standar keberhasilan pendidikan.

Apa yang Dimaksud Pengembangan Kurikulum?

Pengembangan kurikulum adalah kegiatan perencanaan dan penyusunan kurikulum yang dilakukan
oleh para pengembang kurikulum sebagai kerangka dasar untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional. Kurikulum bersifat dinamis, artinya bisa dikembangkan dan disempurnakan sesuai tuntutan
zamannya. Misal, di era pendidikan abad ke-21 ini, kurikulum 1994 sudah tidak relevan untuk
digunakan karena tuntutan zamannya sudah sangat berbeda. Jika tetap dipaksakan kurikulum lama,
pendidikan sulit untuk berkembang menuju pendidikan berkemajuan.

Dasar Pengembangan Kurikulum?

Menurut Oemar Hamalik, pengembangan kurikulum harus berdasar pada hal-hal berikut.

1. Bertujuan untuk mewujudkan sistem pendidikan nasional.


2. Harus mengacu pada pendekatan kemampuan peserta didik.
3. Kurikulum harus disesuaikan dengan karakter setiap satuan pendidikan di masing-masing
jenjang pendidikan.
4. Berdasarkan Standar Nasional Pendidikan.
5. Memperhatikan aspek diversifikasi, artinya disesuaikan dengan potensi dan minat peserta
didik serta tuntutan pihak yang berkepentingan.
6. Memperhatikan perkembangan dan potensi daerah serta kebutuhan akan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
7. Kurikulum harus mencakup beberapa aspek, seperti spiritualitas, watak, keterampilan,
kewirausahaan, pola hidup sehat, hingga kebangsaan.

Tujuan Pengembangan Kurikulum secara Substansial

Secara substansial, pengembangan kurikulum bertujuan untuk hal-hal berikut.

1. Rekonstruksi Kurikulum Sebelumnya


Salah satu tujuan pengembangan kurikulum adalah merekonstruksi kurikulum sebelumnya
atau memperbaiki kekurangan kurikulum sebelumnya. Sebagai dasar penyelenggaraan
pendidikan, kurikulum harus mampu mengiringi tuntutan zaman. Jangan sampai kurikulum
menghambat perkembangan pendidikan itu sendiri. Jika ada bagian kurikulum yang sudah
tidak relevan, sudah seharusnya kurikulum disempurnakan.
2. Inovasi
Inovasi kurikulum merupakan poin penting yang perlu diperhatikan oleh para pengembang
kurikulum. Inovasi yang dimaksud bukan menggantikan kurikulum lama sepenuhnya dengan
kurikulum baru. Namun, inovasi lebih mengarah pada langkah penyesuaian terhadap
sesuatu yang baru dan positif, sehingga bisa mempercepat penyelesaian suatu masalah
pendidikan. Intinya, inovasi menunjukkan hal-hal baru yang bisa membawa dampak lebih
baik bagi penerapan kurikulum.

3. Beradaptasi dengan Perubahan Sosial


Perubahan sosial memang bukan faktor utama pengembangan kurikulum. Namun,
kurikulum tidak boleh mengesampingkan aspek perubahan sosial. Jika suatu kurikulum
sangat jauh dari nilai-nilai sosial yang ada, sudah sepantasnya dilakukan pengembangan
sehingga lebih mudah diterima oleh semua pihak. Misalnya, kurikulum pendidikan di
Amerika tidak bisa diterapkan sepenuhnya di Indonesia karena perbedaan kehidupan sosial
dan budaya.

4. Merumuskan Pengetahuan yang Tersembunyi


Tidak ada ilmu pengetahuan yang sempurna dan paripurna. Artinya, ilmu pengetahuan bisa
terus berubah dan disempurnakan seiring ditemukannya pengetahuan baru. Untuk
mencapai tahap itu, dibutuhkan sistem pendidikan yang bersifat eksploratif melalui suatu
kerangka kurikulum yang sesuai.

Pengertian Komponen Kurikulum

Berdasarkan pengertiannya, kurikulum adalah salah satu komponen modul ajar yang
disusun sedemikian rupa sebagai pedoman penilaian dalam pelaksanaan proses pendidikan
di lembaga formal.

Bagi guru, kurikulum dianggap sebagai buku pedoman ketika melakukan proses belajar
mengajar dan hal ini akan memudahkan Anda untuk menyampaikan materi pelajaran secara
tepat.
Sedangkan, komponen kurikulum merupakan cakupan pembelajaran yang didasarkan pada
suatu gagasan atau prinsip yang akan menjadi sandaran atau pegangan dalam
mengembangkan suatu kurikulum.

Apa saja Komponen Kurikulum?


Menurut beberapa pakar pendidikan, komponen kurikulum dibagi dalam empat elemen
seperti komponen tujuan, materi, strategi, dan evaluasi. Simak penjelasan lengkapnya di
bawah ini:

1. Komponen Tujuan
Pada komponen kurikulum bagian tujuan berhubungan dengan hasil yang diharapkan,
sehingga fokus utama dari pembelajarannya adalah untuk mencapai ekspektasi tersebut.
Dalam menerapkan komponen ini, tentu saja didukung oleh Undang-Undang (UU) No. 2
tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam komponen tujuan ini dibagi lagi dalam tiga tingkatan, yakni
1. tujuan pendidikan nasional yang membentuk organisasi pendidikan yang sifatnya
otonom untuk melaksanakan inovasi hingga menghasilkan SDM yang tangguh.

2. tujuan institusional yang tujuannya diberikan kepada siswa agar dapat menempuh dan
penyelesaian studinya di lembaga pendidikan tertentu.

3. tujuan kurikuler yang merupakan penilian yang harrus dimiliiki peserta didik terhadap
mata pelajaran tertentu.Intinya setiap peserta didik haruss mampu mengusai mata
pelajaran yang diajarkan di lembaga pendidikan tersebut.

4. tujuan khusus yang lebih jelas komponen nya mulai dari guru mempersiapkan materi
pelajaran, kemudian menjelaskan, dan menilai secara keseluruhan baik dari kemampuan
intelektual, sikap, dan keterampilan peserta didik.

2. Komponen Materi Pelajaran


Di sini semua materi isi kurikulum disusun berdasarkan topik-topik yang sudah ditentukan,
mulai dari isi materi yang relevan atau menggambarkan pengetahuan terbaru. Selain itu, isi
materinya berkaitan erat dengan kenyataan sosial supaya peserta didik lebih cepat paham.
Materi harus seimbang dan disesuaikan dengan kemampuan dan pengalaman siswa. Selain
itu materi harus sesuai kebutuhan dan minat peserta didik.

Sebagai pengajar, tentu Anda tidak ingin jika siswa tidak mampu menangkap semua materi
pelajaran karena isinya yang susah dimengerti. Maka dari itu ketika menyusun isi materi
Anda harus berpegang pada pedoman yang sudah dibuat.

3. Komponen Metode, Strategi dan Model Pembelajaran


Komponen strategi berhubungan dengan implementasi atau penerapan dari kurikulum. Bisa
dikatakan bahwa komponen satu ini sangat penting dalam melakukan perencanaan kegiatan
dan pembelajaran. Adapun strategi yang digunakan dalam pembelajaran yakni strategi
ekspositori, strategi discovery, strategi grup, dan strategi individual.

4. Komponen Evaluasi
Komponen evaluasi digunakan untuk melihat nilai dan seberapa efektif pencapaian yang
sudah didapatkan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Hasil evaluasi ini bisa jadi
bahan pertimbangan apakah kurikulum tersebut perlu dipertahankan atau tidak.

Dengan evaluasi, akan diperoleh informasi akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran,


keberhasilan siswa, guru dan proses pembelajaran. Evaluasi kurikulum merupakan tahap
akhir dari proses pengembangan kurikulum (Syarifudin, 2020).

maka faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, diantaranya :


· Psikologis
· Sosial budaya
· Politik
· Pembangunan negara dan perkembangan dunia
· Ilmu dan teknologi (IPTEK)

1. Psikologis
Sukmadinata (2006: 46) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi yang
mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi
belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku
individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji
tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan,
tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan
individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari
pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang
perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar
dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang
semuanya dapat dijadikan sebagai bahan.

2. Sosial-Budaya

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan,
kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan
merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat.
Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut
di masyarakat.

Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun
informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula.
Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi
landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.

Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi
terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat
lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan,
isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik,
kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.

Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya tersendiri yang


mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah satu aspek
penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara
berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber
dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.

Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga
turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan
perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar
masyarakat.

(dalam Sukmadinata, 2006: 60) mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia


mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat
peradaban masa yang akan datang. Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah
seharusnya mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial –
budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.

3. Politik

Wiles Bondi (dalam Sudrajat, 2008) dalam bukunya `Curriculum Development: A Guide to
Practice’ turut menjelaskan pengaruh politik dalam pembentukan dan pengembangan
kurikulum.

Hal ini jelas menunjukkkan bahwa pengembangan kurikulum dipengaruhi oleh proses politik,
kerana setiap kali pimpinan sesebuah negara itu bertukar, maka setiap kali itulah kurikulum
pendidikan berubah.

4. Pembangunan Negara dan Perkembangan Dunia

Pengembangan kurikulum juga dipengaruhi oleh faktor pembangunan negara dan


perkembangan dunia. Negara yang ingin maju dan membangun tidak seharusnya
mempunyai kurikulum yang statis. Oleh karena itu kurikulum harus diubah sesuai dengan
perkembangan zaman dan kemajuan sains dan teknologi.

Kenyataan tersebut jelas menunjukkan bahwa perkembangan teknologi telah membawa


perubahan yang pesat pada kehidupan manusia di muka bumi ini. Oleh karena itu
pengembangan kurikulum haruslah sejajar dengan pembangunan negara dan dunia.
Kandungan kurikulum pendidikan perlu menitikberatkan pada mata pelajaran sains dan
kemahiran teknik atau vokasional kerana tenaga kerja yang mahir diperlukan dalam zaman
yang berteknologi dan canggih ini.

5. Ilmu dan teknologi (IPTEK)

Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dekade terakhir telah
berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya.
Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan
keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada
konteks global dan lokal.

Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang
berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat
pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan
canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan
kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam
mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi situasi yang ambigu dan
antisipatif terhadap ketidakpastian.

Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam bidang
transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh
karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi
dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan
kelangsungan hidup manusia.

Penutup
Proses perkembangan kurikulum sebagai sifatnya yang sentiasa berubah turut dipengaruhi
oleh faktor-faktor sekitarnya yang memancing reaksi manusia yang terlibat dalam
kepentingannya. Hasrat terhadap perubahan kurikulum itu menggambarkan keperluan
pendidikan yang menjadi wadah penerus kemajuan bangsa dan negara itu sendiri. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perkembangan kurikulum adalah elemen
yang saling berkaitan antara satu sama lain. Dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan kurikulum itu sendiri mencerminkan idealisme dan
perubahan keperluan masyarakat dan negara, melalui institusi persekolahan yang akan
meneruskan kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai